You are on page 1of 15

KEBIJAKAN MONETER

& KEBIJAKAN FISKAL

KELOMPOK 6 :

1. CITRA LARAS P ( 21210612 )


2. BAHESTI ( 21210313 )
3. MARINTAN ( 24210220 )
4. NIHLAH ( 24210976 )
KEBIJAKAN MONETER & KEBIJAKAN FISKAL
Kebijakan moneter adalah proses mengatur persediaan uang sebuah negara
untuk mencapai tujuan tertentu; seperti menahan inflasi, mencapai pekerja
penuh atau lebih sejahtera. Kebijakan moneter dapat melibatkan mengeset
standar bunga pinjaman, "margin requirement", kapitalisasi untuk bank atau
bahkan bertindak sebagai peminjam usaha terakhir atau melalui persetujuan
melalui negosiasi dengan pemerintah lain.

Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan yang bertujuan


untuk mencapai keseimbangan internal (pertumbuhan ekonomi yang tinggi,
stabilitas harga, pemerataan pembangunan) dan keseimbangan eksternal
(keseimbangan neraca pembayaran) serta tercapainya tujuan ekonomi makro,
yakni menjaga stabilisasi ekonomi yang dapat diukur dengan kesempatan kerja,
kestabilan harga serta neraca pembayaran internasional yang seimbang. Apabila
kestabilan dalam kegiatan perekonomian terganggu, maka kebijakan moneter
dapat dipakai untuk memulihkan (tindakan stabilisasi). Pengaruh kebijakan
moneter pertama kali akan dirasakan oleh sektor perbankan, yang kemudian
ditransfer pada sektor riil.

Kebijakan moneter adalah upaya untuk mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi


yang tinggi secara berkelanjutan dengan tetap mempertahankan kestabilan
harga. Untuk mencapai tujuan tersebut Bank Sentral atau Otoritas Moneter
berusaha mengatur keseimbangan antara persediaan uang dengan persediaan
barang agar inflasi dapat terkendali, tercapai kesempatan kerja penuh dan
kelancaran dalam pasokan/distribusi barang.Kebijakan moneter dilakukan antara
lain dengan salah satu namun tidak terbatas pada instrumen sebagai berikut
yaitu suku bunga, giro wajib minimum, intervensi dipasar valuta asing dan sebagai
tempat terakhir bagi bank-bank untuk meminjam uang apabila mengalami
kesulitan likuiditas.

Pengaturan jumlah uang yang beredar pada masyarakat diatur dengan cara
menambah atau mengurangi jumlah uang yang beredar. Kebijakan moneter dapat
digolongkan menjadi dua, yaitu :

1. Kebijakan Moneter Ekspansif / Monetary Expansive Policy

Adalah suatu kebijakan dalam rangka menambah jumlah uang yang beredar.
2. Kebijakan Moneter Kontraktif / Monetary Contractive Policy

Adalah suatu kebijakan dalam rangka mengurangi jumlah uang yang edar. Disebut
juga dengan kebijakan uang ketat (tight money policy)

 Instrumen Kebijakan Moneter

Kebijakan moneter dapat dilakukan dengan menjalankan instrumen kebijakan


moneter, yaitu antara lain :

1. Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation)

Operasi pasar terbuka adalah cara mengendalikan uang yang beredar dengan
menjual atau membeli surat berharga pemerintah (government securities). Jika
ingin menambah jumlah uang beredar, pemerintah akan membeli surat berharga
pemerintah. Namun, bila ingin jumlah uang yang beredar berkurang, maka
pemerintah akan menjual surat berharga pemerintah kepada masyarakat. Surat
berharga pemerintah antara lain diantaranya adalah SBI atau singkatan dari
Sertifikat Bank Indonesia dan SBPU atau singkatan atas Surat Berharga Pasar
Uang.

2. Fasilitas Diskonto (Discount Rate)

Fasilitas diskonto adalah pengaturan jumlah duit yang beredar dengan


memainkan tingkat bunga bank sentral pada bank umum. Bank umum kadang-
kadang mengalami kekurangan uang sehingga harus meminjam ke bank sentral.
Untuk membuat jumlah uang bertambah, pemerintah menurunkan tingkat bunga
bank sentral, serta sebaliknya menaikkan tingkat bunga demi membuat uang yang
beredar berkurang.

3. Rasio Cadangan Wajib (Reserve Requirement Ratio)

Rasio cadangan wajib adalah mengatur jumlah uang yang beredar dengan
memainkan jumlah dana cadangan perbankan yang harus disimpan pada
pemerintah. Untuk menambah jumlah uang, pemerintah menurunkan rasio
cadangan wajib. Untuk menurunkan jumlah uang beredar, pemerintah menaikkan
rasio.

4. Himbauan Moral (Moral Persuasion)

Himbauan moral adalah kebijakan moneter untuk mengatur jumlah uang beredar
dengan jalan memberi imbauan kepada pelaku ekonomi. Contohnya seperti
menghimbau perbankan pemberi kredit untuk berhati-hati dalam mengeluarkan
kredit untuk mengurangi jumlah uang beredar dan menghimbau agar bank
meminjam uang lebih ke bank sentral untuk memperbanyak jumlah uang beredar
pada perekonomian.

 Kebijakan Moneter dan keseimbangan Ekonomi IS-LM

John Maynard keyness (1883-1946) dalam bukunya The General Theory of


Employment Interest, and Money (1936) . yang menyatakan bahwa tingkat
suku bunga sebagai variabel eksogen .

Kurva IS mewakili pasar barang.


Kurva LM mewakili pasar uang.

KURVA IS-LM :
r0
0

r
B
C

A
Y0

D
IS

LM
Y

Variabel yang menghubungkan pasar uang dan pasar barang adalah tingkat suku
bunga. yang menunjukkan bahwa interaksi antara pasar barang dengan pasar uang
menentukan permintaan agregat (Y) .
 Kondisi A :
r0
0

r
A
Y0
IS

LM
Y

Dalam perekonomian, pengeluaran agregat yang direncanakan lebih kecil dari


pada pendapatan nasional (AE < Y) dan penawaran uang lebih besar dari pada
permintaan uang (MS > MD) .

 Akibatnya : Pembelanjaan agregat berkurang dan tingkat bunga menurun .

 Kondisi B :
r0
0

r
B
Y0
IS

LM
Y

Dalam Perekonomian, pengeluaran agregat yang direncanakan lebih besar dari


pada pendapatan nasional (AE > Y) dan uang lebih besar dari pada permintaan
uang (MS > MD) .

 Akibatnya : Pembelanjaan agregat bertambah, tetapi harga bunga menurun

 Kondisi C :
r0
0

r
C
Y0
IS

LM
Y

Dalam Perekonomian pengeluaran agregat yang direncanakan lebih besar dari


pada pendapatan nasional (AE > Y) dan penawaran uang lebih kecil dari pada
permintaan uang (MS < MD) .

 Akibatnya : Perbelanjaan agregat bertambah dan tingkat bunga meningkat

 Kondisi D :
r0
0

r
Y0

D
IS

LM
Y

Dalam perekonomian pengeluaran agregat yang direncanakan lebih besar dari


pada pendapatan nasional (AE > Y) dan penawaran uang lebih kecil dari pada
permintaan uang (MS < MD) .

 Akibatnya : Perbelanjaan agregat berkurang tetapi tingkat bunga


meningkat .

 Perubahan-perubahan Kurva IS-LM :


r1
r
0

r
Y0

IS0
Y1

IS1

LM
Y

1. Investasi Perusahaan

2. Pengeluaran Pemerintah

3. Perdagangan Internasional

 Kenaikan I, G, X netto menggeser kurva IS ke kanan yang menjadikan


r0 naik r1 , Y0 naik Y1 .
r1

r0
0

r
Y1

IS
1
Y0

IS0

LM
Y

4. Pertambahan pajak
Kenaikan Tx netto mengakibatkan kurva IS bergeser ke Kiri menjadikan
r0 turun r1 , Y0 turun Y1 .

5. Pertambahan penawaran uang

Kenaikan dalam MS dari MS0 ke MS1 akan diikuti penurunan tingkat bunga dari r0
ke r1, perubahan penawaran ini tidak akan menggeser kurva IS tetapi LM, dimana
kurva LM kekanan LM0 menjadi LM1, sehingga Y meningkat dari Y0 menjadi Y1 .
r
MS0 MS1
r0
r1
DM
0 M
r0
r1
0

r
Y0
Y1

LM0
IS

LM1
Y

 KEBIJAKAN FISKAL

Kebijakan Fiskal adalah suatu kebijakan ekonomi dalam rangka mengarahkan


kondisi perekonomian untuk menjadi lebih baik dengan jalan mengubah
penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Kebijakan ini mirip dengan kebijakan
moneter untuk mengatur jumlah uang beredar, namun kebijakan fiskal lebih
mekankan pada pengaturan pendapatan dan belanja pemerintah.

Instrumen kebijakan fiskal adalah penerimaan dan pengeluaran pemerintah yang


berhubungan erat dengan pajak. Dari sisi pajak jelas jika mengubah tarif pajak
yang berlaku akan berpengaruh pada ekonomi. Jika pajak diturunkan maka
kemampuan daya beli masyarakat akan meningkat dan industri akan dapat
meningkatkan jumlah output. Dan sebaliknya kenaikan pajak akan menurunkan
daya beli masyarakat serta menurunkan output industri secara umum.
 Pengaruh Pajak terhadap Pendapatan Konsumsi

 setiap rupiah perubahan G akan mengubah Z sebesar 1/(1 – MPC) rupiah


dan setiap rupiah perubahan W dan R akan mengubah Z sebesar MPC/(1 –
MPC) rupiah. Karena MPC < 1, maka pengaruh putaran pertama setiap
rupiah ∆G adalah lebih besar daripada setiap rupiah ∆W atau ∆R.
 Pada “pengaruh pajak terhadap pendapatan konsumsi’’ setiap rupiah ∆T
mengubah Z sebesar MPC/(1 – MPC) rupiah. Pajak dapat dianggap sebagai
transfer payments negatif. Pos-pos lain pada sisi penerimaan mempunyai
pengaruh utama pada pasar uang dan melalui ini akan berpengaruh
terhadap permintaan agregat (Z).

 Pengaruh pajak terhadap keseimbangan Ekonomi

 Setiap rupiah perubahan dari Z pada putaran pertama (yang disebabkan


oleh perubahan pos “anggaran” manapun) akan mempunyai pengaruh akhir
yang sama terhadap perekonomian, karena akan melewati proses
keseimbangan umum yang sama. Jadi pengaruh akhir dari setiap rupiah
perubahan masing-masing pos “anggaran” berbeda satu sama lain karena
perbedaan “pengaruh putaran pertama”nya terhadap Z.

 Kebijakan Anggaran / Politik Anggaran :

Pengeluaran total “anggaran” (APBN di Indonesia) selalu sama dengan penerimaan


totalnya. Dalam pengertian akuntansi ini “Anggaran” selalu seimbang (anggaran
berimbang). Dalam pengertian ekonomi “anggaran” bisa defisit, surplus atau
berimbang.

Ada tiga pengertian yang berbeda mengenai arti defisit, surplus dan “anggaran”
berimbang :

1. Anggaran Defisit (Defisit Budget) / Kebijakan Fiskal Ekspansif


Anggaran defisit adalah kebijakan pemerintah untuk membuat pengeluaran
lebih besar dari pemasukan negara guna memberi stimulus pada
perekonomian. Umumnya sangat baik digunakan jika keaadaan ekonomi
sedang resesif.

 Penerimaan pajak (Tx) dapat menutup seluruh pengeluaran (G + W + Tr),


apabila G + W + Tr > Tx maka “anggaran” defisit dan bila G + W + Tr < Tx
maka “anggaran” surplus selanjutnya G + W + Tr = Tx maka “anggaran”
berimbang.

2. Anggaran Surplus (Surplus Budget) / Kebijakan Fiskal Kontraktif


Anggaran surplus adalah kebijakan pemerintah untuk membuat
pemasukannya lebih besar daripada pengeluarannya. Baiknya politik
anggaran surplus dilaksanakan ketika perekonomian pada kondisi yang
ekspansi yang mulai memanas (overheating) untuk menurunkan tekanan
permintaan.

 Defisit “anggaran” apabila G + W + Tr > Tx + B, surplus “anggaran” apabila


G + W + R < T + B dan berimbang bila G + W + R = T + B.

3. Anggaran Berimbang (Balanced Budget)


Anggaran berimbang terjadi ketika pemerintah menetapkan pengeluaran
sama besar dengan pemasukan. Tujuan politik anggaran berimbang yakni
terjadinya kepastian anggaran serta meningkatkan disiplin.

 Defisit “anggaran” apabila G + W + Tr > Tx + B, surplus “anggaran” apabila


G + W + R < T + B dan berimbang bila G + W + R = T + B.

 Efektifitas kebijakan Fiskal dan Moneter

Efektivitas Antara Kebijakan Fiskal dan Kebijakan Moneter Dengan


Pendekatan Model IS-LM bertujuan untuk mengetahui kebijakan mana
yang lebih efektif antara kebijakan fiskal dan kebijakan moneter bagi
perekonomian Indonesia. Penelitian ini memakai model IS-LM dan
menggunakan error correction model Engle-Granger (ECM-EG) untuk
mengestimasi variabel-variabel penelitian.

Model dasar penelitian terdiri dari empat persamaan struktural, tiga buah
variabel eksogen dan dua persamaan identitas. Kebijakan dikatakan lebih
efektif jika kebijakan tersebut mampu mempengaruhi peningkatan Produk
Domestik Bruto (PDB) lebih tinggi dibandingkan kebijakan yang lain.
Kemampuan kebijakan tersebut dalam mempengaruhi peningkatan PDB
ditunjukkan oleh besaran multiplier dari kebijakan tersebut. Disamping
itu, penelitian ini juga menentukan keseimbangan tingkat bunga dan
keseimbangan PDB atau Pendapatan Nasional baik pada pasar barang
maupun pada pasar uang.

Dalam analisis IS-LM diasumsikan tingkat harga tetap, data yang


dipergunakan terdiri dari Produk Domestik Bruto, konsumsi, investasi,
pengeluaran pemerintah, ekspor, impor, permintaan uang, penawaran uang
dan tingkat bunga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa multiplier
kebijakan fiskal sebesar 0,6 dan multiplier kebijakan moneter sebesar 2,6
sedangkan rata-rata keseimbangan perekonomian Indonesia terjadi pada
Pendapatan Nasional sebesar 895.292,83 (miliar) dan tingkat bunga
sebesar 11,29 persen. Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan
dapat disimpulkan bahwa kebijakan moneter akan lebih efektif dalam
mempengaruhi Produk Domestik Bruto dibandingkan dengan kebijakan
fiskal.

Daftar pusaka : Sadono Sukirno ,pengantar ekonomi makro


Paul A.Samuelson , makro ekonomi . HG.Suseno , indikator ekonomi

You might also like