You are on page 1of 38

BAB VII PERANGKAT PELAKASANAAN DAN

PENYUSUNAN PROGRAM KERJA

A. ORGANISASI PELAKSANA

Untuk melaksanakan pekerjaan ini, pihak Pemerintah Kota Makassar telah menunjuk
PT. ESA PRATAMA CIPTA CELEBES sebagai konsultan pelaksana. Pihak konsultan
dalam melaksanakan pekerjaan ini dibantu oleh pemerintah kota yang berasal dari
instansi terkait dengan kepentingan untuk perolehan data bagi penyusunan Laporan
RTRWK yang dimaksud. Instansi-instansi tersebut meliputi otonom daerah maupun
instansi sektoral yang meliputi: BAPPEDA Kota, Badan Pertanahan Nasional, Dinas Tata
Bangunan, Dinas Cipta Karya, Dinas Bina Marga, Biro Pusat Statistik dan lain-lain.
Pihak PT. ESA PRATAMA CIPTA CELEBESsebagai pelaksana pekerjaan yang akan
bertanggung jawab bagi seluruh proses pekerjaan akan menyediakan tim ahli yang terdiri
atas:

a. KETUA TIM
b. Tenaga Ahli Perencana Kota
c. Tenaga Ahli Ekonomi Wilayah
d. Tenaga Ahli Transportasi
e. Tenaga Ahli Lingkungan
f. Tenaga Ahli Perikanan dan Kelautan
g. Tenaga Ahli Sosiologi/Demografi
h. Tenaga Ahli Geografi
i. Tenaga Ahli Geologi
j. Tenaga Ahli Sosial Budaya
k. Tenaga Ahli Hukum/Kelembagaan
l. Tenaga Ahli Sistem Informasi

RTRW Kota Makassar 2030 Page VII -1


Pelaksanaan Pekerjaan Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Metropolitan
Makassar ini juga didukung/dibantu oleh beberapa pihak, yaitu:

a. Pengelola kegiatan (Penanggung jawab Kegiatan, Bendahara Kegiatan, dan Staf


Pembantu);
b. Tim Supervisi/Teknis Penyusunan RTRW Kota Makassar (dibentuk oleh Bappeda
Kota); dan
c. Tim Koordinasi Penyusunan RTRW Kota Makassar.

RTRW Kota Makassar 2030 Page VII -2


B. JADWAL PELAKSANAAN PEKERJAAN
Jadwal penyelesaian pekerjaan Penyusunan Laporan Rencana Tata Ruang Kota
Makassar 2030 memakan waktu 4(empat) bulan hari kerja atau selama kurang lebih 120
hari kerja, terhitung mulai tanggal 31 Agustus 2009 hingga 29 Desember 2009. Untuk itu,
disusun sistem alokasi sumber daya dan mobilisasi tenaga kerja secara efisien. Untuk
tujuan tersebut digunakan “jaringan kerja” (Network Planning).

Tabel 5.1 Jadwal Kegiatan Penyusunan RTRW Kota Makassar 2030

RTRW Kota Makassar 2030 Page VII -3


C. PENGERAHAN TENAGA

Penyusunan RTRW Kota Makassar ini melibatkan beberapa disiplin ilmu yang relevan
dengan lingkup materi rencana yang akan disusun. Pengerahan tenaga dibagi menurut
keahlian masing-masing orang dengan tanggung jawab atas bidang tugas masing-
masing. Adapun susunan Tim Pelaksana Penyusunan RTRWK ini menurut keahlian
tenaga kerja adalah sebagai berikut:

Tabel 5.2 Distribusi Pengerahan Tenaga Kerja Menurut Keahlian


Personel
No Keahlian
(orang)
1 KETUA TIM 1
2 Tenaga Ahli Perencanaan Kota 2
3 Tenaga Ahli Ekonomi Wilayah 2
4 Tenaga Ahli Transportasi 1
5 Tenaga Ahli Lingkungan 2
6 Tenaga Ahli Perikanan dan Kelautan 1
7 Tenaga Ahli Sosiologi/Demografi 1
8 Tenaga Ahli Geografi 1
9 Tenaga Ahli Geologi 1
10 Tenaga Ahli Sosial Budaya 1
11 Tenaga Ahli Hukum/Kelembagaan 1
12 Tenaga Ahli Sistem Informasi 2

Tenaga ahli dalam tabel 5.2 di atas akan dibantu oleh tenaga-tenaga teknis seperti
Asisten Tenaga Ahli (4 orang), Surveyor (5 orang), PenyusunanDrafter/juru gambar dan
GIS (1 orang), Operator Komputer CAD (1 orang), Anomator (1 0rang) dan
Administrasi/Keuangan (2 orang). Secara keseluruhan jumlah pelaksana dari
penyusunan RTRW Kota Makassar berjumlah 30 orang staf.

RTRW Kota Makassar 2030 Page VII -4


Struktur Organisasi Penyusunan Rencana Tata Ruang Kota Metropolitan Makassar

PEMERINTAH
Kota Makassar

Walikota

Bappeda TIM
Kota Makassar TEKNIS

Instansi Terkait

Kepala

Rencana Tata Ruang


Kota Makassar

Penanggung Jawab Kegiatan

Staf Ahli

PT. ESA PRATAMA


CIPTA CELEBES
Tim Ahli
Konsultan

Direktur

1. Perencanaan Kota
2. Ekonomi Wilayah
3. Transportasi
Team Leader 4. Lingkungan
Penyusunan RTRW 5. Perikanan dan Kelautan
6. Sosiologi/demografi
Kota Makassar 7. Geografi
8. Geologi
9. Sosial Budaya
Administrasi Teknis 10. Hukum Kelembagaan
Team 11. Sistem Informasi
12. Pemetaan (GIS)
13. Animasi
Pengetikan
14. Komputer CAD
Surveyor
Studio

Penggambaran/Pemetaan

Gambar 5.1 Struktur Organisasi Penyusunan Rencana TataRuang Kota Metropolitan Makassar

RTRW Kota Makassar 2030 Page VII -5


D. PERINCIAN PEKERJAAN DAN TANGGUNG JAWAB TIM DAN TENAGA
AHLI
Untuk mendapatkan efisiensi penggunaan tenaga ahli dan koordinasi kegiatan, setiap
tenaga ahli memiliki tanggung jawab dan pembagian kerja dan tugas-tugas yang jelas.
Berikut ini gambaran tugas (jobs description) dari tugas-tugas yang dimaksud, antara
lain:
1. Ketua Tim
1.1 Bertanggung jawab penuh atas kegiatan pelaksanaan penyusunan RTRW Kota
Makassar sesuai target yang ditentukan;
1.2 Bertanggung jawab penuh kepada pemberi tugas/pekerjaan sejak tahap
persiapan sampai dengan penyusunan pekerjaan terakhir; dan
1.3 Bertugas memberi bimbingan, pengarahan, koordinasi dalam semua aspek
kegiatan survei, analisis maupun penyusunan rencana serta pelaporan kepada
pemberi pekerjaan.

2. Ahli Perencanaan Kota

2.1 Bertanggung jawab sebagai koordinator Pelaksana Proyek Penyusunan RTRW


Kota Makassar;
2.2 Mengevaluasi dan menganalisis rencana-rencana yang pernah dibuat;
2.3 Mengidentifikasi struktur Kota;
2.4 Menganalisis sektor-sektor kegiatan di wilayah perencanaan;
2.5 Mendeteksi dan memproyeksi sektor-sektor pertumbuhan daerah;
2.6 Menyusun strategi/rencana pengembangan RTRW;
2.7 Mengevaluasi kebijaksanaan nasional dan regional untuk merumuskan tujuan
rencana;
2.8 Mengevaluasi rencana/kebijaksanaan pembangunan;

3. Ahli Ekonomi Wilayah

3.1 Meneliti dan mengevaluasi sumber dana pembangunan;

RTRW Kota Makassar 2030 Page VII -6


3.2 Merumuskan konsep pengadaan sumber-sumber pembiayaan; dan
3.3 Mengestimasi biaya pelaksanaan teknis RTRW Kota Makassar.

4. Ahli Transportasi

4.1 Bertanggungjawab pada penyusunan rencana transportasi kota;


4.2 Merencanakan program jaringan transportasi regional dan lokal, jaringan
utilitas sistem dan distribusi jaringan utilitas; dan
4.3 Membuat arahan pengembangan sistem transportasi darat dan sungai.

5. Ahli Lingkungan

5.1 Bertugas menganalisis keadaan lingkungan atau ekologi wilayah dan dampak
pembangunan fisik terhadap lingkungan hidup, serta mencari teknik-teknik
pemecahan masalah lingkungan tersebut;
5.2 Untuk lingkungan wilayah laut dan pesisir membantu menganalisis proses
intrusi air laut, abrasi dan sedimentasi; dan
5.3 Menganalisis kemampuan penyediaan air bersih, sistem saluran pembuangan,
dan sistem pembuangan sampah.

6. Ahli Perikanan dan Kelautan

6.1 Menganalisis potensi dan daya dukung lingkungan perairan untuk mendukung
pemanfaatan ruang laut.
6.2 Menganalisis konsep pengelolaan wilayah perairan terpadu.
6.3 Membuat kebijakan pemfaatan ruang pantai.

7. Ahli Sosial/Demografi

7.1 Membantu menganalisis masalah kependudukan;


7.2 Mengamati dan menganalisis struktur sosial budaya masyarakat dalam wilayah
perencanaan; dan

RTRW Kota Makassar 2030 Page VII -7


7.3 Membantu menyusun program pembangunan kota khususnya yang berkaitan
dengan masalah sosial demografi.

8. Ahli Geografi

8.1 Menganalisis aspek-aspek keruangan permukiman penduduk dan dan


pengaruhnya timbal baliknya dengan kondisi spasial wilayah tersebut;
8.2 Menganalisis hubungan timbal balik antara masyarakat dengan lingkungan
fisiknya sebagai bagian studi perbedaan area.
8.3 Merancang kerangka kerja regional dan analisis wilayah secara spesifik, terkait
dengan tampilan permukaan wilayah Kota.

9. Ahli Geologi

9.1 Melakukan analisis terhadap struktur tanah secara keseluruhan untuk


mengetahui kondisi daya dukung tanah terhadap rancangan pembangunan
kota;
9.2 Mengidentifikasi ketersediaan sumberdaya geologi seperti bahan bangunan
dan air tanah;
9.3 Mengidentifikasi faktor-faktor dan potensi kerawanan bencana geologi di
wilayah Kota Makassar.

10. Ahli Sosial Budaya

10.1 Melakukan pemetaan dan identifikasi terhadap aspek-aspek sosial budaya


dalam wilayah perencanaan pembangunan;
10.2 Memprediksi dampak-dampak sosial yang akan terjadi di Masyarakat, terkait
dengan rencana pembangunan;
10.3 Merumuskan sebuah social engineering dalam bingkai perubahan yang dapat
menunjang setiap proses pembangunan kota.

RTRW Kota Makassar 2030 Page VII -8


11. Ahli Kelembagaan/Hukum

Melakukan analisis kelembagaan untuk memahami kapasitas pemerintah kota


dalam penyelenggaraan pembangunan di daerah ini, meliputi:
Struktur Organisasi
Tata Laksana Pemerintahan
Sumber Daya Manusia
Sarana dan Prasarana Kerja
Produk-Produk Pengaturan dan
Organisasi Non Pemerintah dan Perguruan Tinggi
Mengevaluasi dan menganalisis struktur kelembagaan yang sesuai dengan
kebutuhan dengan tata laksana pemerintahan yang efektif dan efisien;

12. Ahli Sistem Informasi

12.1 Menyediakan semua dukungan teknis terkait dengan sistem informasi, dalam
penyusunan RTRW;
12.2 Menerapkan pangkalan data yang aksesibel, terkait dengan penyusunan
RTRWK;
12.3 Mengolah dan memproses data yang tersedia untuk kebutuhan penyusunan
RTRW

13. Asisten Ahli

Membantu tenaga ahli di lapangan dalam rangka melaksanakan kegiatan pengumpulan


data yang selajutnya mengkompilasi data secara sistematis.

12. Draftman

Melaksanakan kegiatan penggambaran peta-peta, simulasi, dan lain-lain yang


diperlukan, sesuai petunjuk dan arahan yang diberikan tenaga ahli sesuai disiplin
ilmunya.

RTRW Kota Makassar 2030 Page VII -9


13. Operator Komputer/CAD

14.1 Melaksanakan kegiatan penggambaran rancang bangun wilayah Kota


14.2 Membantu Ketua Tim dalam pelaksanaan kegiatan manajemen adminstrasi
proyek lainnya.

14. Surveyor

pengumpulan data angka atau peta, uraian mengenai keadaan wilayah dan keadaan
kota secara keseluruhan.

E. PROGRAM KERJA PENYUSUNAN RTRW KOTA MAKASSAR


Sesuai dengan metode pelaksanaan pekerjaan, maka rencana kerja yang diusulkan
pada prinsipnya adalah sebagai berikut :

Pengumpulan Data/Informasi
Pengumpulan data/ informasi primer yang nantinya dipergunakan sebagai pijakan dalam
penyusunan RTRW Kota Makassar, dilakukan melalui cara survey. Adapun langkah
prosedural yang akan menjadi patokan dalam pelaksanaan survey tersebut adalah:

1. Tahapan Persiapan Survey

Pokok-pokok pekerjaan dengan ruang lingkup sebagai berikut:

1.1 Persiapan dasar, berupa pengkajian data dan literatur yang telah ada, yang
berkaitan dengan rencana kota yang hasilnya dapat berupa asumsi dan
hipotesa mengenai keadaan kota yang direncanakan;
1.2 Mobilisasi dan penempatan tenaga ahli serta tenaga penunjang;
1.3 Penyusunan program kerja untuk keseluruhan kegiatan pelaksanaan secara
lebih terperinci;
1.4 Pemahaman dan pengkajian keadaan/gambaran masalah, kendala serta
potensi pengembangan wilayah pada daerah rencana;
1.5 Menyusun program untuk tahap selanjutnya (pelaksanaan penelitian/survei
lapangan);

RTRW Kota Makassar 2030 Page VII -10


1.6 Pelaksanaan kegiatan survei, antara lain:
1.6.1 Kegiatan pada sub butir (1.5)
1.6.2 Kegiatan penyusunan:
1.6.2.1 Daftar rujukan data
1.6.2.2 Daftar isian pertanyaan
1.6.2.3 Daftar rujukan sumber data
1.6.3 Kegiatan penyiapan peta-peta
1.6.4 Kegiat an penyiapan peralatan dan perlengkapan survei lapangan
Keseluruhan kegiatan tahap persiapan ini akan didapatkan dalam Buku Laporan
Pendahuluan. Buku Laporan Pendahuluan ini akan disampaikan kepada pihak
pemberi tugas, karena tahap persiapan ini direncanakan akan memerlukan waktu
persiapan.

2. Tahapan Pelaksanaan Survei Lapangan

Tujuan utama dalam tahap ini adalah mengumpulkan keterangan/data yang akan
digunakan untuk mengidentifikasi potensi dan masalah utama dalam pengembangan
wilayah, baik secara fisik, sosial, maupun ekonomi. Rangkaian kegiatan survey ini
dilakukan dengan cara mengumpulkan data secara langsung di lapangan/instansi.
Program kerja secara terperinci untuk tahap pelaksanaan survei lapangan akan
dibahas pada bagian berikut. Tahap pelaksanaan survei lapangan/instansi
direncanakan akan dilaksanakan selama kurang lebih 1 bulan kerja.

Pokok-pokok pekerjaan dan hasilnya adalah sebagai berikut:

2.1 Survey data instansi, berupa pengumpulan data angka atau peta, uraian
mengenai keadaan wilayah dan keadaan kota secara keseluruhan.
2.2 Survey lapangan, berupa pengecekan keadaan lapangan yang selanjutnya
dituangkan dalam peta. Untuk lingkup wilayah, data yang perlu dipetakan
adalah letak instalasi vital, pusat-pusat permukiman dan lain sebagainya
seperti program dan proyek yang sudah dan sedang berjalan yang dipandang
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan kota. Untuk lingkup kota,

RTRW Kota Makassar 2030 Page VII -11


yang perlu dipetakan adalah: pemanfaatan lahan, kondisi
bangunan/lingkungan, topografi/kemiringan tanah, geologi/ sumber air,kondisi
jalan dan sanitasi, kegiatan penduduk (fasilitas sosial dan ekonomi) dan
jaringan utilitas serta program yang ada dan sedang berjalan.
2.3 Survei obyek khusus, berupa pengisian daftar pertanyaan yang diajukan
antara lain kepada: pengusaha transport, pengusaha industri, pedagang,
perhitungan lalu lintas, atau rumah tangga.
2.4 Interview, yaitu untuk melengkapi ketiga survey tersebut apabila dirasakan
sangat penting guna memperoleh bahan/keterangan yang lebih rinci.
2.5 Pada tahap ini agar dimanfaatkan Data Pokok Pembangunan yang sudah
ada.

3. Tahapan Kompilasi Data

Pada tahap ini semua informasi dan data yang telah dikumpulkan pada tahap-tahap
sebelumnya, diseleksi, ditabulasi untuk dikelompokkan secara sistematis.

Pokok– pokok pekerjaan dan hasilnya adalah sebagai berikut:

3.1. Pekerjaan kompilasi data adalah suatu tahap proses seleksi data, tabulasi
data dan mengelompokkan/mengsistemasikan data sesuai dengan yang
diperlukan dalam penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota. Hasilnya
berupa Laporan Antara yang disajikan menurut urutan sesuai angka – angka
diagram dan peta, yang disusun sedemikian rupa sehingga mudah dibaca
serta siap untuk dianalisis.
3.2. Jenis data dan sistimatikanya adalah sebagai berikut:
3.1.1. Makro/Wilayah, mencakup data pokok tentang:
3.1.1.1. Kebijaksanaan perencanaan nasional dan daerah yang
diduga berpengaruh terhadap perkembangan kota yang
direncanakan. Termasuk dalam hal ini perencanaan
Mamminasata.
3.1.1.2. Aspek kependudukan, antara lain:

RTRW Kota Makassar 2030 Page VII -12


3.1.1.2.1. Jenis kelamin, tingkat pendidikan, agama,
lapangan kerja, pendapatan dan sebagainya;
3.1.1.2.2. Perkembangan penduduk, dalam hal jumlah,
penyebaran dan komposisi;
3.1.1.2.3. Adat istiadat, kebiasaan – kebiasaan dan
sebagainya.
3.1.1.3. Aspek perekonomian, antara lain:
3.1.1.3.1. Produksi tiap sektor kegiatan ekonomi dan
penyebarannya;
3.1.1.3.2. Perkembangan tiap sektor kegiataan ekonomi
dan hubungannya dengan tenaga kerja;
3.1.1.3.3. Pola aliran barang dan jasa dalam proses
koleksi dan distribusi.
3.1.1.4. Aspek sumber daya alam, antara lain :
3.1.1.4.1. Keadaan tanah, air dan iklim;
3.1.1.4.2. Sumber daya alam yang belum diolah;
3.1.1.4.3. Keadaan dan kondisi pengelolaan tanah.
3.1.1.5. Aspek fasilitas pelayanan dan prasarana, antara lain:
3.1.1.5.1. Jenis fasilitas yang ada, prasarana dan
penyebarannya, baik fasilitas untuk
menunjang kegiatan sosial maupun ekonomi;
3.1.1.5.2. Kemudahan hubungan.

3.1.2 Mikro (kota) mencakup data pokok tentang:

3.1.2.1. Aspek keunikan dan keunggulan lokal

Berupa nilai-nilai “dasar” filosofi dari tata bentuk, irama,


aroma, dan warna satu daerah yang telah lama melekat
dan menjadi “ciri”, “kekhasan” atau “brand” dari daerah
tersebut.

RTRW Kota Makassar 2030 Page VII -13


3.1.2.2. Aspek kependudukan, sosial dan kebudayaan
3.1.2.3. Aspek perekonomian
3.1.2.4. Aspek fisik dasar
3.1.2.5. Aspek tata guna tanah yang secara umum dirinci menurut
jenis – jenis penggunaannya: perumahan, pemerintahan
dan bangunan umum, perdagangan, jasa, badan sosial,
jalur hijau, ruang terbuka, transportasi, penggunaan
khusus seperti pariwisata, industri atau pergudangan dan
sebagainya
3.1.2.6. Aspek fasilitas pelayanan, sarana dan prasarana kota,
antara lain berisikan:
3.1.2.6.1. Transportasi urban
3.1.2.6.2. Menara komunikasi
3.1.2.6.3. Lapangan terbuka (square)
3.1.2.6.4. Jalan dan pedestrian
3.1.2.6.5. Taman kota
3.1.2.6.6. Monumen-monumen Kota
3.1.2.6.7. Tempat eksebisi dan konvensi
3.1.2.6.8. Fasilitas budaya dan museum
3.1.2.6.9. Bangunan berlantai banyak
3.1.2.6.10. dan lain-lain
3.1.2.7. Aspek administrasi/pengelolaan pembangunan kota, antara
lain: Selain data kuantitatif (angka – angka), seyogyanya
diuraikan juga secara kualitatif mengenai kondisi eksisting
(sekarang) mengenai potensinya dan mengenainya
permasalahan yang dihadapi.

Tahap pelaksanaan kompilasi data ini direncanakan dalam waktu 4 (empat) minggu,
dimana kegiatan hasil tahap kompilasi data akan dilaporkan kepada pihak pemberi

RTRW Kota Makassar 2030 Page VII -14


tugas dalam bentuk penyempurnaan Laporan Kompilasi Data sebagai Laporan Hasil
Survei.

4. Tahap Analisis Data

Merupakan penilaian terhadap berbagai keadaan yang dilakukan berdasarkan prinsip–


prinsip, pendekatan dan metode serta teknik analisis perencanaan kota yang dapat
dipertanggung jawabkan baik secara ilmiah maupun praktis. Dalam tahap analisis,
pokok pekerjaan dan hasilnya adalah sebagai berikut:
4.1. Didalam keseluruhan analisis pada prinsipnya terdapat empat jenis penilaian
yaitu:
4.1.1. Analisis keadaan dasar adalah menilai kondisi pada saat sekarang
4.1.2. Analisis kecenderungan perkembangan, yaitu menilai kecenderungan
sejak masa lalu sampai sekarang dan kemungkinan –
kemungkinannya di masa depan
4.1.3. Analisis sistem serta kebutuhan ruang, yaitu menilai hubungan
ketergantungan antar sub system atau antar fungsi dan pengaruhnya
4.1.4. Analisis kemampuan pengelolaan pembangunan kota, yaitu menilai
kondisi keuangan daerah, organisasi pelaksana dan pengawasan
pembangunan, personalia baik pada saat sekarang maupun yang
diperlukan di masa depan.
4.2. Hal – hal pokok yang dianalisis adalah sebagai berikut:
4.2.1. Makro/Wilayah, meliputi:
4.2.1.1. Analisis kemampuan tumbuh dan berkembangnya kota,
antara lain menilai:
4.2.1.1.1. Potensi wilayah dan permasalahannya,
sehingga terdapat gambaran hubungan atau
ketergantungan kota dengan wilayah
sekitarnya.
4.2.1.1.2. Pengaruh potensi dan permasalahannya
tersebut terhadap perkembangan sektor –

RTRW Kota Makassar 2030 Page VII -15


sektor kegiataan di kota sehingga gambaran
hubungan atau ketergantungan antar sektor.
4.2.1.2. Kedudukan kota dalam kerangka perwilayaan antara lain
menilai:
4.2.1.2.1. Kedudukan kota yang direncanakan di dalam
sistem kota – kota yang ada.
4.2.1.2.2. Perkembangan sektor – sektor kegiatan kota
dan pengaruhnya terhadap sistem kota –
kota, sekarang dan masa mendatang.
4.2.1.3. Analisis pengaruh kebijaksanaan sektor dan regional,
antara lain menilai:
4.2.1.3.1. Pengaruh kebijaksanaan terhadap
perkembangan sektor – sektor kegiatan
dalam wilayah perencanaan.
4.2.1.3.2. Pengaruh kebijaksanaan terhadap
perkembangan sektor – sektor kegiatan di
kota – kota/pusat – pusat di wilayah
khususnya terhadap kota yang
direncanakan.
4.2.2. Mikro/Kota, meliputi:
4.2.2.1. Analisis kependudukan
4.2.2.2. Kecenderungan pertambahan, kecenderungan penyebaran
dan karakteristik sosial budaya.
4.2.2.3. Analisis perekonomian, antar lain menilai:
4.2.2.3.1. Kecenderungan perkembangan dan
perkiraan masa depan tiap sektor kegiatan
ekonomi dalam hal kapasitas investasi,
penyerapan tenaga kerja, produksi, sifat –
sifat kegiatan dan perkiraan kebutuhan
investasi

RTRW Kota Makassar 2030 Page VII -16


4.2.2.3.2. Karakteristik kelembagaan bidang usaha dan
koperasi.
4.2.2.4. Analisis bentuk dan struktur kota, antara lain menilai:
4.2.2.4.1. Keadaan fisik dasar alamiah dalam hal
kemampuan menerima kegiatan
pembangunan
4.2.2.4.2. Keadaan tata guna tanah, yang diarahkan
untuk dapat menggambarkan
kecenderungan lokasi berbagai kegiatan
4.2.2.4.3. Sistem hubungan antar berbagai fungsi yang
bekerja pada kehidupan sosial ekonomi
masyarakat kota.
4.2.2.4.4. Perkiraan kebutuhan ruang di masa depan,
yang didasarkan pada kebutuhan penduduk
baik untuk permukiman maupun kegiatan –
kegiatan kota serta prasarana permukiman
dan fasilitas sosial/ ekonomi.
4.2.2.4.5. Analisis dampak lingkungan, dalam
kaitannya dengan tata guna tanah,
intensifikasi dan ekstensifikasi ruang.
4.2.2.5. Analisis keadaan fasilitas dan prasarana antar lain menilai:
4.2.2.5.5. Karakteristik keadaan fasilitas dan prasarana
di kota baik yang melayani kegiatan wilayah
maupun kegiatan di dalam kota.
4.2.2.5.6. Perkiraan kebutuhan fasilitas dan prasarana
untuk melayani kegiatan regional dan kota,
yang menyangkut jenis dan jumlah serta
kemungkinan penyediaannya.
4.2.2.5.7. Perkiraan sistem pusat pelayanan yang
dibutuhkan dalam hal pengelompokan

RTRW Kota Makassar 2030 Page VII -17


fasilitas dan prasarana, jenjang pelayanan
dan pola jaringan antar pusat pelayanan.
4.2.2.6. Analisis penentuan fungsi bagian wilayah kota.

Merupakan pengenalan jenis kegiatan kota yang dominan


pada bagian wilayah tertentu dan menggambarkan suatu
fungsi tertentu yang didasarkan pada analisis diatas.
Dengan pengkajian lebih lanjut melalui analisis pola
pencapaian di dalam suatu bagian wilayah dan antar
wilayah kota, serta tingkat pelayanan kegiatan kota.

4.2.2.7. Analisis khusus unsur – unsur utama kota antar lain


menilai:
4.2.2.7.1. Karakteristik perumahan, dalam hal keadaan
sosial ekonomi penghuni, keadaan fisik
perumahan, kebutuhan prasarana
lingkungan dan fasilitas sosial lingkungan
dan lain sebagainya.
4.2.2.7.2. Karakteristik kawasan pusat kota,
penggunaan bangunan, keadaan fisik
bangunan, tingkat efesiensi dan intensitas
penggunaan bangunan dan lain sebagainya
transportasi.
4.2.2.7.3. Karakteristik dalam hal pola jaringan jalan
angkutan yang ada, keadaan alat/jenis
angkutan, kecenderungan perkembangan
kebutuhan di masa depan dsb – nya.
4.2.2.7.4. Karakteristik industri, dalam hal jenis – jenis
kegiatan yang ada perkiraan di masa depan,
pola produksi dan pemasaran, kebutuhan

RTRW Kota Makassar 2030 Page VII -18


pengembangan pengelolaan dan
sebagainya.
4.2.2.7.5. Karakteristik sektor – sektor strategis, dalam
hal jenis – jenis kegiatan strategis yang ada
maupun perkiraan masa depan, kebutuhan
pengembangan, pengelolaan dan
sebagainya.
4.2.2.8. Analisis keuangan dan pengelolaan, antar lain menilai:
4.2.2.8.1. Perkiraan kemampuan keuangan di masa
depan yang sudah memperhitungkan
sumber dana dari Pusat dan Daerah
atasannya dan kemampuan menggali
pendapatan asli daerah sendiri.
4.2.2.8.2. Perkiraan kebutuhan pembiayaan
pembangunan, dan perkiraan sumber –
sumber untuk membiayai unsur – unsur
kota baik yang berasal dari pusat, pajak,
retribusi dan sebagainya, khususnya yang
bersifat strategis dalam pengembangan
kota dengan menilai sumber – sumber
dominant (leading sektor) maupun dalam
kontribusinya terhadap peningkatan Daerah.
4.2.2.8.3. Keadaan organisasi aparatur pelaksana
dalam struktur, kewenangan, personalia,
dan kebutuhannya di masa depan.
4.2.2.8.4. Peraturan perundang – undangan yang
berlaku yang berkaitan dengan
pembangunan kota khususnya yang
berkaitan dengan mekanisme pengendalian
dan tertib pembangunan

RTRW Kota Makassar 2030 Page VII -19


Perumusan Konsepsi RTRW Kota

Kegiatan perumusan konsepsi RTRW kota terdiri dari perumusan konsepsi


pengembangan wilayah , dan perumusan rencana tata ruang wilayah kota itu sendiri.

a. Kegiatan Perumusan Konsepsi RTRW Kota

Konsep pengembangan wilayah dilakukan berdasarkan hasil analisis yang


telah dilakukan sebelumnya dengan menghasilkan beberapa alternatif
konsep pengembangan wilayah, yang berisi:

a. Rumusan tentang tujuan, kebijakan, dan strategi pengembangan


wilayah kota;

b. Konsep pengembangan wilayah kota; Tujuan, Kebijakan dan Strategi

Tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang merupakan terjemahan dari


visi dan misi kota dalam pelaksanaan pembangunan untuk mencapai kondisi
ideal tata ruang kota yang diharapkan.

Tujuan Penataan Ruang Kota

Tujuan penataan ruang wilayah kota merupakan arahan perwujudan


ruang wilayah kota yang ingin dicapai pada masa yang akan datang.

Tujuan penataan ruang wilayah kota memiliki fungsi:

a. Sebagai dasar untuk memformulasikan kebijakan dan strategi


penataan ruang wilayah kota;

b. Memberikan arah bagi penyusunan indikasi program utama dalam


RTRW kota; dan

c. Sebagai dasar dalam penetapan arahan pengendalian pemanfaatan


ruang wilayah kota.

Tujuan penataan ruang wilayah kota dirumuskan berdasarkan:

RTRW Kota Makassar 2030 Page VII -20


a. Visi dan misi pembangunan wilayah kota;

b. Karakteristik wilayah kota; dan

c. Isu strategis dan kondisi objektif yang diinginkan.

Tujuan penataan ruang wilayah kota dirumuskan dengan kriteria:

a. Mengakomodasi fungsi dan peran kota yang telah ditetapkan dalam


rencana tata ruang wilayah nasional, rencana tata ruang provinsi, dan
rencana tata ruang kawasan metropolitan (untuk kota yang berada
dalam kawasan metropolitan);

b. Tidak bertentangan dengan tujuan penataan ruang wilayah provinsi


dan nasional;

c. Jelas dan dapat dicapai sesuai jangka waktu perencanaan; dan

d. Tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.

1. Kebijakan

Kebijakan penataan ruang wilayah kota merupakan arah tindakan yang


harus ditetapkan untuk mencapai tujuan penataan ruang wilayah kota.

Kebijakan penataan ruang wilayah kota berfungsi:

a. Sebagai dasar untuk memformulasikan strategi penataan ruang


wilayah kota;

b. Sebagai dasar untuk merumuskan struktur dan pola ruang wilayah


kota;

c. Memberikan arah bagi penyusunan indikasi program utama dalam


RTRW kota; dan

d. Sebagai dasar dalam penetapan arahan pengendalian pemanfaatan


ruang wilayah kota.

Kebijakan penataan ruang wilayah kota dirumuskan berdasarkan:

RTRW Kota Makassar 2030 Page VII -21


a. Tujuan penataan ruang wilayah kota dan ketentuan peraturan
perundang-undangan;

b. Karakteristik wilayah kota; dan

c. Kapasitas sumber daya wilayah kota dalam mewujudkan tujuan


penataan ruangnya.

Kebijakan penataan ruang wilayah kota dirumuskan dengan kriteria:

a. Mengakomodasi kebijakan penataan ruang wilayah nasional dan


kebijakan penataan ruang wilayah provinsi yang berlaku pada
wilayah kota bersangkutan;

b. Jelas, realistis, dan dapat diimplementasikan dalam jangka waktu


perencanaan pada wilayah kota bersangkutan;

c. Mampu menjawab isu-isu strategis baik yang ada sekarang maupun


yang diperkirakan akan timbul di masa yang akan datang; dan

d. Tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.

2. Strategi

Strategi penataan ruang wilayah kota merupakan penjabaran kebijakan


penataan ruang wilayah kota ke dalam langkah-langkah operasional
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Strategi penataan ruang wilayah kota berfungsi:

a. Sebagai dasar untuk penyusunan rencana struktur ruang, rencana


pola ruang, dan penetapan kawasan strategis kota;

b. Memberikan arah bagi penyusunan indikasi program utama dalam


RTRW kota; dan

c. Sebagai dasar penetapan arahan pengendalian pemanfaatan ruang


wilayah kota.

RTRW Kota Makassar 2030 Page VII -22


Strategi penataan ruang wilayah kota dirumuskan berdasarkan:

a. Kebijakan penataan ruang wilayah kota;

b. Ketentuan peraturan perundang-undangan; dan

c. Kapasitas sumber daya wilayah kota dalam melaksanakan kebijakan


penataan ruangnya.

Strategi penataan ruang wilayah kota dirumuskan dengan kriteria:

a. Memiliki kaitan logis dengan kebijakan penataan ruang wilayah kota;

b. Tidak bertentangan dengan tujuan, kebijakan, dan strategi penataan


ruang wilayah nasional dan provinsi;

c. Jelas, realistis, dan dapat diimplementasikan dalam jangka waktu


perencanaan pada wilayah kota bersangkutan secara efisien dan
efektif;

d. Harus dapat dijabarkan secara spasial dalam rencana struktur dan


rencana pola ruang wilayah kota; dan

e. Tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.

b. Rencana Struktur Ruang Kota

Rencana struktur ruang wilayah kota merupakan kerangka sistem pusat-pusat


pelayanan kegiatan kota yang berhierarki dan satu sama lain dihubungkan
oleh sistem jaringan prasarana wilayah kota.

Rencana struktur ruang wilayah kota berfungsi:

1. Sebagai arahan pembentuk sistem pusat-pusat pelayanan wilayah kota


yang memberikan layanan bagi wilayah kota;

2. Sebagai arahan perletakan jaringan prasarana wilayah kota sesuai dengan


fungsi jaringannya yang menunjang keterkaitan antar pusat-pusat
pelayanan kota; dan

RTRW Kota Makassar 2030 Page VII -23


3. Sebagai dasar penyusunan indikasi program utama jangka menengah lima
tahunan untuk tahun.

Pusat pelayanan di wilayah kota merupakan pusat pelayanan sosial, ekonomi,


dan/atau administrasi masyarakat yang melayani wilayah kota dan regional,
yang meliputi:

1. Pusat pelayanan kota, melayani seluruh wilayah kota dan/atau regional

2. Subpusat pelayanan kota, melayani sub-wilayah kota

3. Pusat lingkungan, melayani skala lingkungan wilayah kota

Rencana struktur ruang wilayah kota dirumuskan berdasarkan:

1. Kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah kota;

2. Kebutuhan pengembangan dan pelayanan wilayah kota dalam rangka


mendukung kegiatan sosial ekonomi;

3. Daya dukung dan daya tampung wilayah kota; dan

4. Ketentuan peraturan perundang-undangan.

Rencana struktur ruang wilayah kota dirumuskan dengan kriteria:

1. Memperhatikan rencana struktur ruang wilayah kabupaten/kota yang


berbatasan;

2. Jelas, realistis, dan dapat diimplementasikan dalam jangka waktu


perencanaan pada wilayah kota bersangkutan;

3. Penentuan pusat-pusat pelayanan di dalam struktur ruang kota harus


berhirarki dan tersebar secara proporsional di dalam ruang kota serta
saling terkait menjadi satu kesatuan sistem;

4. Sistem jaringan prasarana kota dibentuk oleh sistem jaringan transportasi


sebagai sistem jaringan prasarana utama dan dilengkapi dengan sistem
jaringan prasarana lainnya, dengan penjelasan sebagai berikut:

RTRW Kota Makassar 2030 Page VII -24


a. Sistem prasarana utama yang merupakan sistem jaringan
transportasi, yang terdiri atas:

1) Sistem Jaringan Transportasi Darat, mencakup:

a) Sistem jaringan jalan yang terdiri atas:

i. jaringan jalan tol di dalam wilayah kota dan jaringan


jalan sekunder di dalam kota sesuai dengan PP No. 34
tahun 2006 tentang Jalan;

ii. jaringan jalan provinsi yang ada di Daerah Khusus


Ibukota Jakarta;

iii. jalan khusus yang berada di wilayah kota;

iv. lokasi terminal sesuai dengan jenis dan kelas


pelayanannya; dan

v. pengembangan prasarana dan sarana angkutan


umum.

b) Sistem jaringan kereta api

i. jaringan jalur kereta api termasuk subway dan monorail;


dan

ii. stasiun kereta api.

c) Sistem jaringan angkutan sungai, danau, dan penyeberangan

i. alur pelayaran untuk kegiatan angkutan sungai, danau,


dan penyeberangan dalam wilayah kota dan antar
wilayah; dan

ii. pelabuhan/dermaga.

RTRW Kota Makassar 2030 Page VII -25


2) Jaringan Transportasi Laut, mencakup:

Rencana pembangunan dan pengembangan pelabuhan dengan


mempertimbangkan fungsi jaringan transportasi laut:

a) alur pelayaran yang berada pada wilayah kota bersangkutan;


dan

b) pelabuhan laut yang berada di wilayah kota.

3) Jaringan Transportasi Udara, mencakup:

Rencana pembangunan dan pengembangan bandar udara


dengan mempertimbangkan fungsi jaringan transportasi udara:

yang dapat berupa bandar udara pusat penyebaran primer, pusat


penyebaran sekunder, dan pusat penyebaran tersier beserta
sarana pendukungnya dengan mempertimbangkan:

a) Ruang udara di atas bandara yang dipergunakan langsung


untuk kegiatan bandar udara (ketentuan keselamatan yang
ditetapkan dalam Kawasan Keselamatan Operasional
Penerbangan (KKOP). Penentuan KKOP mengikuti ketentuan
dalam Kepmen Perhubungan Nomor KM 49 Tahun 2000);

b) Ruang udara di sekitar bandar udara yang ditetapkan sebagai


jalur penerbangan; dan

c) Bandar udara yang berada di wilayah kota.

b. Sistem prasarana lainnya yang terdiri atas telekomunikasi, sumber


daya air, energi, dan infrastruktur perkotaan yang mengintegrasikannya
dan memberikan layanan bagi fungsi kegiatan yang ada di wilayah kota.

1) Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Energi/Kelistrikan


yang meliputi:

a) pembangkit listrik (skala besar maupun mikro) di wilayah kota;

RTRW Kota Makassar 2030 Page VII -26


b) jaringan prasarana energi yang mencakup:

i. penjabaran jaringan pipa minyak dan gas bumi, dalam


wilayah kota (jika ada);

ii. penjabaran jaringan transmisi tenaga listrik Saluran


Utama Tegangan Ultra Tinggi (SUTUT), Saluran Udara
Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET), dan Saluran Udara
Tegangan Tinggi (SUTT) dalam wilayah kota (jika ada);

iii. jalur-jalur distribusi energi kelistrikan, lokasi pembangkit,


gardu induk distribusi, dan sistem distribusi; dan

iv. rencana sistem alternatif sumber daya lainnya seperti


migas, panas bumi, tenaga surya, dan lain sebagainya.

2) Rencana Sistem Jaringan Telekomunikasi

Rencana sistem jaringan telekomunikasi yang dikembangkan


meliputi sistem kabel, sistem nirkabel, dan sistem satelit, yang
terdiri atas:

Rencana pengembangan infrastruktur dasar telekomunikasi


berupa jaringan telepon fixed line dan lokasi pusat
automatisasi sambungan telepon;

Infrastruktur telepon nirkabel berupa lokasi menara


telekomunikasi termasuk menara Base Transceiver Station
(BTS); dan

Rencana peningkatan pelayanan jaringan telekomunikasi di


wilayah kota.

3) Rencana Sistem Jaringan Sumber Daya Air Kota

Rencana sistem jaringan sumber daya air kota dikembangkan


yang terdiri atas:

RTRW Kota Makassar 2030 Page VII -27


a) sistem jaringan sumber daya air lintas negara, lintas provinsi,
dan lintas kabupaten/kota yang berada pada wilayah kota
bersangkutan;

b) wilayah sungai di wilayah kota, termasuk waduk, situ, dan


embung pada wilayah kota;

c) sistem jaringan irigasi yang berfungsi mendukung kegiatan


pertanian di wilayah kota;

d) sistem jaringan air baku untuk air bersih; dan

e) sistem pengendalian banjir di wilayah kota.

4) Infrastruktur Perkotaan yang meliputi prasarana penyediaan air


minum kota, pengelolaan air limbah, sistem persampahan, sistem
drainase kota, penyediaan dan pemanfaatan prasarana dan
sarana jaringan jalan pejalan kaki, dan jalur evakuasi bencana.

a) Sistem Penyediaan Air Minum Kota

Sistem penyediaan air minum kota mencakup sistem jaringan


perpipaan dan/atau bukan jaringan perpipaan.

b) Sistem Pengelolaan Air Limbah Kota

Sistem pengelolaan air limbah kota meliputi sistem air


pembuangan yang terdiri atas sistem pembuangan air limbah
(sewage) termasuk sistem pengolahan berupa instalasi
pengolahan air limbah (IPAL) dan sistem pembuangan air
buangan rumah tangga (sewerage) baik individual maupun
komunal.

Untuk air limbah yang mengandung B3, diperlukan instalasi


tambahan untuk membersihkan air limbah tersebut sebelum
masuk ke jaringan air buangan kota.

RTRW Kota Makassar 2030 Page VII -28


c) Sistem Persampahan Kota

Sistem persampahan kota meliputi tempat pembuangan


sampah sementara (TPS) dan tempat pemrosesan akhir
sampah (TPA).

d) Sistem Drainase Kota

Sistem drainase kota meliputi jaringan primer, sekunder, dan


tersier yang berfungsi untuk mengalirkan limpasan air hujan
(storm water) dan air permukaan lainnya untuk menghindari
genangan air di wilayah kota.

e) Penyediaan dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana


Jaringan Jalan Pejalan Kaki

Penyediaan dan pemanfaatan prasarana dan sarana jaringan


jalan pejalan kaki dapat direncanakan dalam bentuk ruang
pejalan kaki di sisi jalan, ruang pejalan kaki di sisi air, ruang
pejalan kaki di kawasan komersial/perkantoran, ruang pejalan
kaki di RTH, ruang pejalan kaki di bawah tanah, dan ruang
pejalan kaki di atas tanah.

f) Jalur Evakuasi Bencana

Jalur evakuasi bencana meliputi escape way dan melting


point baik dalam skala kota maupun kawasan.

5. Mengikuti ketentuan pemetaan struktur ruang wilayah kota sebagai


berikut:

a. Sistem pusat-pusat pelayanan dan sistem prasarana utama harus


digambarkan pada satu lembar peta wilayah kota secara utuh;

RTRW Kota Makassar 2030 Page VII -29


b. Sistem pusat-pusat pelayanan yang terdiri dari pusat kota, sub-pusat
kota, dan pusat lingkungan harus digambarkan dengan simbol sesuai
ilustrasi pada Gambar 2.1.;
c. Rencana struktur ruang wilayah kota harus menggambarkan jaringan
jalan yang berada dalam wilayah kota yang menjadi kewenangan kota
dan jalan primer yang melalui kota tersebut;
d. Sistem prasarana wilayah lainnya digambarkan pada satu lembar peta
wilayah kota secara utuh dan dapat digambarkan pada peta tersendiri;
e. Sistem jaringan prasarana jalan harus digambarkan mengikuti terase
jalan yang sebenarnya;
f. Pengambaran rencana struktur ruang wilayah kota digambarkan
dengan ketelitian peta skala minimum 1:25.000 dan untuk wilayah kota
yang memiliki wilayah pesisir dan laut dapat dilengkapi dengan peta
barimetri yang menggambarkan kontur laut; dan
g. Penggambaran peta rencana struktur ruang kota harus mengikuti
peraturan perundangan-undangan terkait pemetaan rencana tata ruang
sesuai dengan ketentuan sistem informasi geografis yang ditentukan
oleh instansi yang berwenang.
6. Harus mengikuti peraturan perundangan-undangan terkait;
Rencana Pola Ruang

Rencana pola ruang wilayah kota merupakan rencana distribusi peruntukan


ruang dalam wilayah kota yang meliputi rencana peruntukan ruang untuk
fungsi lindung dan rencana peruntukan ruang untuk fungsi budidaya.

Rencana pola ruang wilayah kota berfungsi:

1. sebagai alokasi ruang untuk berbagai kegiatan sosial ekonomi masyarakat


dan kegiatan pelestarian lingkungan dalam wilayah kota;

2. mengatur keseimbangan dan keserasian peruntukan ruang;

RTRW Kota Makassar 2030 Page VII -30


3. sebagai dasar penyusunan indikasi program utama jangka menengah lima
tahunan untuk 20 (dua puluh) tahun; dan

4. sebagai dasar pemberian izin pemanfaatan ruang pada wilayah kota.

Rencana pola ruang wilayah kota dirumuskan berdasarkan:

1. Kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah kota;

2. Daya dukung dan daya tampung wilayah kota;

3. Kebutuhan ruang untuk pengembangan kegiatan sosial ekonomi dan


lingkungan; dan

4. Ketentuan peraturan perundang-undangan terkait.

Rencana pola ruang wilayah kota dirumuskan dengan kriteria:

1. Merujuk rencana pola ruang yang ditetapkan dalam RTRWN beserta


rencana rincinya;

2. Merujuk rencana pola ruang yang ditetapkan dalam RTRWP beserta


rencana rincinya;

3. Memperhatikan rencana pola ruang wilayah kabupaten/kota yang


berbatasan;

4. Memperhatikan mitigasi bencana pada wilayah kota;

5. Memperhatikan kepentingan pertahanan dan keamanan dalam wilayah


kota;

6. Menyediakan ruang terbuka hijau minimal 30 % dari luas wilayah kota;

7. Menyediakan ruang untuk kegiatan sektor informal;

8. Menyediakan ruang terbuka non hijau untuk menampung kegiatan sosial,


budaya, dan ekonomi masyarakat kota; dan

9. Jelas, realistis, dan dapat diimplementasikan dalam jangka waktu


perencanaan pada wilayah kota bersangkutan;

RTRW Kota Makassar 2030 Page VII -31


10. Mengacu pada klasifikasi pola ruang wilayah kota yang terdiri atas
kawasan lindung dan kawasan budi daya, sebagai berikut:

a. Kawasan lindung yang dapat terdiri atas:

1) Hutan Lindung;

2) Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan


bawahannya, yang meliputi kawasan bergambut dan kawasan
resapan air;

3) Kawasan perlindungan setempat, yang meliputi sempadan


pantai, sempadan sungai, kawasan sekitar danau atau waduk,
kawasan sekitar mata air;

4) Ruang terbuka hijau (RTH) Kota, yang antara lain meliputi taman
RT, taman RW, taman kota dan permakaman;

5) Kawasan suaka alam dan cagar budaya;

6) Kawasan rawan bencana alam, yang meliputi kawasan rawan


tanah longsor, kawasan rawan gelombang pasang dan kawasan
rawan banjir; dan

7) Kawasan lindung lainnya.

b. Kawasan budidaya yang terdiri atas:

1) Kawasan perumahan yang dirinci meliputi perumahan dengan


kepadatan tinggi, perumahan dengan kepadatan sedang, dan
perumahan dengan kepadatan rendah;

2) Kawasan perdagangan dan jasa, yang diantaranya terdiri atas


pasar tradisional, pusat perbelanjaan dan toko modern;

3) Kawasan perkantoran yang diantaranya terdiri atas perkantoran


pemerintahan dan perkantoran swasta;

RTRW Kota Makassar 2030 Page VII -32


4) Kawasan industri, yang meliputi industri rumah tangga/kecil dan
industri ringan;

5) Kawasan pariwisata, yang diantaranya terdiri atas pariwisata


budaya, pariwisata alam, dan pariwisata buatan;

6) Kawasan ruang terbuka non hijau; dan

7) Kawasan peruntukan lainnya, meliputi antara lain: ruang untuk


evakuasi bencana (ruang-ruang terbuka atau ruang-ruang
lainnya yang dapat berubah fungsi menjadi melting point ketika
bencana terjadi), pertanian, pertambangan (disertai persyaratan
yang ketat untuk pelaksanaan penambangannya), peruntukan
ruang bagi kegiatan sektor informal, peruntukan pelayanan
umum (pendidikan, kesehatan, peribadatan, serta keamanan dan
keselamatan), peruntukan militer, dan lain-lain sesuai dengan
peran dan fungsi kota.

11. Mengikuti ketentuan pemetaan pola ruang wilayah kota sebagai berikut:

a. rencana pola ruang wilayah kota harus digambarkan dengan


ketelitian peta skala minimum 1:25.000 dan mengikuti ketentuan
sistem informasi geografis;

b. cakupan rencana pola ruang wilayah kota meliputi ruang darat dan
ruang laut dengan batasan 4 (empat) mil laut diukur dari garis pantai
di wilayah kota atau sampai batas negara yang disepakati secara
internasional apabila kota terkait berbatasan laut dengan negara lain;

c. rencana pola ruang wilayah kota dapat digambarkan dalam beberapa


lembar peta yang tersusun secara beraturan mengikuti indeks peta
Rupa Bumi Indonesia (RBI) atau mengikuti ketentuan Bakosurtanal.
Untuk wilayah kota yang memiliki wilayah pesisir dan kelautan perlu
dilengkapi dengan peta batimetri (yang menggambarkan kontur laut)
skala 1:25.000; dan

RTRW Kota Makassar 2030 Page VII -33


d. pengambaran rencana pola ruang wilayah kota harus mengikuti
peraturan perundangan-undangan terkait pemetaan rencana tata
ruang.

c. Penetapan Kawasan Strategis Kota

Kawasan strategis kota merupakan wilayah yang penataan ruangnya


diprioritaskan, karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup
kota di bidang ekonomi, sosial, budaya dan/atau lingkungan.

Kawasan strategis kota berfungsi:

1. mengembangkan, melestarikan, melindungi, dan/atau mengkoordinasikan


keterpaduan pembangunan nilai strategis kawasan yang bersangkutan
dalam mendukung penataan ruang wilayah kota;

2. sebagai alokasi ruang untuk berbagai kegiatan pertumbuhan ekonomi,


sosial dan budaya, serta fungsi dan daya dukung lingkungan hidup dalam
wilayah kota yang dinilai mempunyai pengaruh sangat penting terhadap
wilayah kota bersangkutan;

3. sebagai pertimbangan dalam penyusunan indikasi program utama RTRW


kota; dan

4. sebagai dasar penyusunan rencana rinci tata ruang wilayah kota.

Kawasan strategis kota ditetapkan berdasarkan:

1. tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang wilayah kota;

2. nilai strategis dari aspek-aspek eksternalitas, akuntabilitas, dan efisiensi


penanganan kawasan;

RTRW Kota Makassar 2030 Page VII -34


3. kesepakatan para pemangku kepentingan dan kebijakan yang ditetapkan
terhadap tingkat kestrategisan nilai ekonomi, sosial budaya, dan
lingkungan pada kawasan yang akan ditetapkan;

4. daya dukung dan daya tampung wilayah kota; dan

5. ketentuan peraturan perundang-undangan terkait.

Kawasan strategis kota ditetapkan dengan kriteria:

1. memperhatikan kawasan strategis nasional dan kawasan strategis


provinsi yang ada di wilayah kota;

2. dapat merupakan kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut


kepentingan ekonomi yaitu merupakan aglomerasi berbagai kegiatan
ekonomi yang memiliki:

a. potensi ekonomi cepat tumbuh;

b. sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi;

c. potensi ekspor;

d. dukungan jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan


ekonomi;

e. kegiatan ekonomi yang memanfaatkan teknologi tinggi;

f. fungsi untuk mempertahankan tingkat produksi pangan dalam rangka


mewujudkan ketahanan pangan;

g. fungsi untuk mempertahankan tingkat produksi sumber energi dalam


rangka mewujudkan ketahanan energi;

h. sumber daya alam yang strategis untuk kepentingan pembangunan


kota; dan/atau

i. pengaruh yang dapat mempercepat pertumbuhan kawasan tertinggal


di dalam wilayah kota.

RTRW Kota Makassar 2030 Page VII -35


3. dapat merupakan kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut
kepentingan sosial budaya seperti halnya:

a. tempat pelestarian dan pengembangan adat istiadat atau budaya;

b. prioritas peningkatan kualitas sosial dan budaya;

c. aset yang harus dilindungi dan dilestarikan;

d. tempat perlindungan peninggalan budaya;

e. tempat yang memberikan perlindungan terhadap keanekaragaman


budaya;

f. tempat yang memiliki potensi kerawanan terhadap konflik sosial;

g. hasil karya cipta budaya masyarakat kota yang dapat menunjukkan


jatidiri maupun penanda (vocal point, landmark) budaya kota;
dan/atau

h. kriteria lainnya yang dikembangkan sesuai dengan kepentingan


pembangunan kota.

4. merupakan kawasan yang memiliki nilai strategis pendayagunaan sumber


daya alam dan/atau teknologi tinggi di wilayah provinsi, antara lain:

a) kawasan yang diperuntukkan bagi kepentingan pengembangan ilmu


pengetahuan dan teknologi berdasarkan lokasi sumber daya alam
strategi, pengembangan antariksa, serta tenaga atom dan nuklir;
b) memiliki sumber daya alam strategis;
c) memiliki fungsi sebagai pusat pengendalian dan pengembangan
antariksa;
d) memiliki fungsi sebagai pusat pengendalian tenaga atom dan nuklir;
atau
e) memiliki fungsi sebagai lokasi penggunaan teknologi tinggi strategis.

5. dapat merupakan kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut


kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup seperti halnya:

RTRW Kota Makassar 2030 Page VII -36


a. tempat perlindungan keanekaragaman hayati;

b. kawasan lindung yang ditetapkan bagi perlindungan ekosistem, flora


dan/atau fauna yang hampir punah atau diperkirakan akan punah
yang harus dilindungi dan/atau dilestarikan;

c. kawasan yang memberikan perlindungan keseimbangan tata guna air


yang setiap tahun berpeluang menimbulkan kerugian;

d. kawasan yang memberikan perlindungan terhadap keseimbangan


iklim makro;

e. kawasan yang menuntut prioritas tinggi untuk peningkatan kualitas


lingkungan hidup;

f. kawasan rawan bencana alam; dan/atau

g. kawasan yang sangat menentukan dalam perubahan rona alam dan


mempunyai dampak luas terhadap kelangsungan kehidupan.

Kawasan strategis kota dapat berhimpitan dengan kawasan strategis nasional


dan/atau kawasan strategis provinsi, namun harus memiliki
kepentingan/kekhususan yang berbeda serta harus ada pembagian
kewenangan yang jelas.

Kawasan strategis kota perlu digambarkan dalam peta penetapan kawasan


strategis. Penentuan batasan fisik kawasan strategis kota pada RTRW kota
lebih bersifat indikatif.

Penetapan kawasan strategis harus didukung oleh tujuan tertentu daerah


sesuai pertimbangan aspek strategis masing-masing kota. Kawasan strategis
yang ada di kota memiliki peluang sebagai kawasan strategis nasional dan
provinsi. Penetapan kawasan strategis kota didasarkan pada kesepakatan
para pemangku kepentingan dan kebijakan yang ditetapkan.

RTRW Kota Makassar 2030 Page VII -37


RTRW Kota Makassar 2030 Page VII -38

You might also like