You are on page 1of 16

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam suatu bangunan, atap berfungsi sebagai penutup seluruh ruangan yang ada di
bawahnya. Gunanya untuk melindungi dari pengaruh panas, hujan, angin, debu, dan lain-
lain. Sebagai “mahkota” dari suatu bangunan, pemilihan atap haruslah disesuaikan
dengan bangunan di bawahnya, iklim setempat, model atap, biaya, serta bahan yang
tersedia.
Pemilihan atap hendaknya memperhatikan iklim setempat, tampak atap yang
dikehendaki, biaya yang tersedia dan bahan-bahannya dengan mudah didapat di mana
bangunan itu didirikan.

1.2 Permasalahan
 Pengertian atap
 Jenis rangka atap atau kuda-kuda
 Bahan penutup atap
 Macam-macam bentuk atap

1.3 Sistematika penulisan


KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.2 Permasalahan
1.3 Sistematika Penulisan

BAB II ISI

2.1 Pengertian dan Fungsi


2.2 Jenis rangka atap atau kuda-kuda
2.3 Bahan penutup atap
2.4 Macam-macam bentuk atap

1
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

2
BAB II
ISI

2.1 Pengertian
Atap adalah bagian yang penutup banggunan yang berfungsi sebagai pelindung
bangunan dari panas dan hujan. Beberapa syarat yang harus dipenuhi untuk pekerjaan
atap adalah:
1. harus serasi dengan bentuk bangunannya sehingga dapat menambah
keindahan dari bangunan,
2. dibuat dengan kemiringan sedemikian, sehingga air hujan dapat cepat
meninggalkan atap bangunan,
3. harus dibuat dari bahan yang tahan dan tidak mudah rusak oleh pengaruh
cuaca, panas dan hujan,
4. dapat memberikan kenyamanan bertempat tinggal bagi penghuninya.

2.2 Jenis rangka atap atau kuda-kuda


a. Kuda-kuda kayu
Kuda-kuda kayu dibuat dengan cara merangkaikan beberapa batang kayu yang
dibentuk menjadi suatu konstruksi rangka batang, dengan bentuk dasar segitiga. Untuk
menentukan ukuran kayu yang akan dipakai, dapat dihitung dengan metode Cremona
terhadap beban atap yang didukungnya, dengan anggapan kuda-kuda terletak pada
tumpuan sendi dan rol (mekanika statis tertentu).Adapun macam-macam kayu
berdasarkan kualitasnya adalah sebagai berikut:
• Kayu kualitas 1 : untuk konstruksi berat yang dibangun diluar (tidak
terlindung): kayu jati, johar, sonokeling, belian, dsb.
• Kayu kualitas 2 : untuk keperluan kontruksi berat, tidak terlindung dan
tidak dikenai tanah lembab: kayu rasamala, merawan, walikukun, dsb.
• Kayu kualitas 3 : untuk kontruksi berat yang terlindung; kayu kamper,
keruwing, mahoni, jamuju dsb.

3
• Kayu kualitas 4 : untuk keperluan kontruksi ringan yang terlindung; kayu
meranti, suren, durian, dsb.
b. Kuda-kuda baja ringan
Rangka atap baja ringan merupakan susunan rangka batang hasil pabrikasi yang
membentuk suatu system dengan perakitan. Perhitungannya menggunakan bantuan
software computer. Bahan yang digunakan adalah baja bermutu tinggi yang tipis dan
ringan. Untuk mencegah terjadinya karatan, bahan tersebut diberi lapisan galpanis
(lapisan seng) atau galvanum (lapisan yang mengandung unsur alumunium dan seng).
Elemen dari struktur atap baja ringan adalah kuda-kuda, reng, sekrup, dan jurai dalam.
Jarak antar kuda-kuda tergantung pada berat penutup atap. Semakin berat beban dari
penutup atap maka akan semakin rapat jarak kuda-kudanya. Misalnya dengan
menggunakan penutup atap genteng beton, jarak antar kuda-kudanya dapat mencapai 1.4
m. Ketebalan bahan untuk kuda-kuda berkisar 0.75 – 1 mm, sedangkan ketebalan untuk
reng antara 0,4 – 0,7 mm.

2.3 Bahan penutup atap


Dalam kehidupan sehari-hari sering kita dengar bahwa mahkotanya suatu
bangunan terletak pada keserasian atapnya. Salah satu faktor yang turut mempengaruhi
keserasian itu adalah jenis bahan penutupnya. Jenis bahan penutup bidang atap ada
bermacam-macam diantaranya: Genteng, asbes, seng, sirap, beton, kaca, alang-alang dan
lain-lainnya. Mengingat banyaknya jenis bahan penutup atap yang dapat digunakan,
maka dipandang perlu untuk membuat kriteria dasar pemilihannya.
• Kriteria dasar bahan penutup atap
Adapun kriteria dasar untuk dapat memilih bahan penutup atap adalah sebagai berikut:
1) tinjauan terhadap iklim setempat, artinya: apakah di tempat didirikannya
bangunan itu mempunyai iklim panas ataukah iklim dingin?
2) bentuk keserasian atap yang dikehendaki.
3) mudahnya bahan itu didapat atau didatangkan di tempat di mana bangunan itu
didirikan.
4) banyaknya dana/uang yang tersedia.
• Syarat-syarat umum bahan penutup atap

4
Adapun syarat umum bahan penutup atap adalah:
1) bahan harus dapat bersifat isolasi terhadap panas, dingin, dan bunyi.
2) harus rapat terhadap air hujan/tidak tembus air.
3) tidak mengalami perubahan bentuk karena adanya pergantian cuaca.
4) tidak terlalu banyak memerlukan perawatan.
5) tidak mudah terbakar.
6) bobotnya cukup ringan dan mempunyai kedudukan yang mantap setelah di
pasang.
7) tahan lama (awet).
Di samping pernyataan di atas, bahan penutup atap mempunyai hubungan yang
erat dengan sudut lerengnya. Hal itu dimaksudkan agar :
1) Agar air hujan yang jatuh pada permukaan bidang atap dengan cepat dapat
mengalir meninggalkan bidang atap tersebut, sehingga kemungkinan rembes itu
sangat kecil.
2) Menambah keindahan pandangan dari suatu bangunan.
3) Di dapat ruangan atas yang sekaligus dapat berfungsi sebagai isolasi terhadap
iklim. Dan bila dalam keadaan memaksa dapat dipakai untuk gudang
penyimpanan barang-barang kecil dan ringan.
• Hubungan antar jenis bahan penutup dengan besar-kecilnya sudut lereng
(kemiringan) atap.
No Bahan penutup atap Sudut lereng atap
1. Beton 1o-2o
2. Kaca 10o-20o
3. Asbes 15o-25o
4. Seng 20o-25o
5. Genting 30o – 40o
6. Sirap 25o – 40o

5
• Beberapa bahan penutup atap yang banyak dipakai untuk bangunan adalah
sebagai berikut:
a. Genteng
Berdasarkan bahan bakunya, genteng dibedakan menjadi dua, yaitu genteng tanah
dan genteng beton. Bahan dasar pembuatan genteng tanah adalah tanah liat yang dicetak
baik secara manual (dengan tangan) atau menggunakan mesin press yang kemudian
dibakar sempurna. Sementara genteng beton terbuat dari campuran pasir atau abu batu
dengan semen PC yang dicetak menggunakan mesin.

Macam-macam genteng:

1. Genteng kodok ( press = silang )

Genteng kodok ini mempunyai bidang datar dan di tengah-tengah bagian


bawahnya terdapat peninggi menyerupai hidung, di salah satu tepinya terdapat lekukan-
lekukan yang berakur untuk memperoleh hubungan yang betul-betul merapat. Peninggian
atau tonjolan yang ada pada bidang dasar bagian bawah menyerupai kodok sehingga
orang banyak menamakan: Genteng kodok. Genteng ini dipasang di atas reng yang
berukuran 2 x 3 cm secara berselang-seling. Pembuatannya dilakukan secara manual
dengan tangan dan ada juga dengan mesin. Bahan dasar genteng kodok berupa tanah liat.
Genteng kodok tergolong ringan dibanding jenis lainnya,yaitu hanya sekitar 1,5-1,8 kg
per buah. Kebutuhan genteng per meter persegi atap sekitar 21-25 buah,tergantung
ukuran gentengnya. Sudut kemiringan pada saat pemasangannya sebagai atap adalah 190
tanpa aluminium foil.

2. Genteng bubungan (genteng kerpus)

Untuk menyatukan dua bidang atap genteng pada bagian puncaknya dan pada
jurai luar atap diperlukan adanya genteng bubungan. Bahan dasar genteng ini adalah
tanah liat. Pemasangannya menggunakan adukan dengan komposisi 1 semen : 4 pasir +
pecahan-pecahan genteng yang sekaligus berfungsi menjepit genteng pada bagian ujung
atas, agar tidak bergeser.

Langkah-langkah pemasangan genteng bubungan :

6
 Pasang papan angin di kedua ujung balok bubungan.
 Genteng pada baris ke-1 dari atas telah selesai dipasang dan genteng pada
baris ke-3 dibongkar dulu lalu dipasang kembali bila telah selesai.
 Rentangkan benang tepat di tengah-tengah balok bubungan setinggi
bidang atas dari genteng hubungan dan sejajar padanya.
 Pemasangan genteng bubungan yang pertama dimulai dari kedua ujungnya
dan berakhir di tengah-tengah panjang balok bubungan. Pemasangannya
menggunakan adukan seperti yang telah dijelaskan diatas.
 Setelah selesai, kemudian pada bagian luar yang ada adukannya dilapisi
dengan adukan pc ditambah air untuk kulit luar. Untuk pemasangan genteng
bubungan pada atap perisai yang mempunyai jurai luar, dimulai dari keempat sudut
bawah menuju keatas dan berakhir di tengah-tengah bagian yang mendatar.

3. Genteng beton

Genteng beton memiliki banyak model dan warna, mulai dengan model lekukan
sampai model rata atau flat. Warnanya pun bervariasi dari cokelat, biru, hijau, atau
kombinasi 2-3 warna dalam satu genteng. Bahan baku pembuatan genteng beton ini
adalah campuran semen,pasir,bahan pengikat.bahan penguat,dan bahan pewarna.

Tipe genteng beton


Spesifikasi
Centurion Nova Pallace
Berat per buah (kg) 4,0-4,2 2,6
Isi per m2 (buah) 9,5 16
Jarak reng (cm) 35 30
Sudut atap minimum (derajat) 25 -
Panjang (mm) 425 -
Lebar (mm) 330 -

4. Genteng kaca

Genteng kaca ini terbuat dari bahan dasar pasir kuarsa dan batu api yang
ditumbuk atau batu pasir yang dilebur. Kaca dapat dikatakan baik untuk genteng bila
memiliki sifat warna yang jernih, permukaan yang rata dan tidak ada rongga udara dalam

7
kaca tersebut. Genteng ini dipasang untuk dapat memasukkan cahaya ke dalam ruangan
pada waktu siang hari melalui penutup atap.

5. Genteng morando

Genteng morando ini ada yang di glazur dan ada yang non glazur (natural).
Genteng yang belum di glazur sebaiknya perlu di cat untuk mencegah serangan lumut
dan jamur. Spesifikasi genteng morando antara lain berat 2.3 kg/bh, isi 18 buah/m2, jarak
usuk 40 cm, jarak reng 27.5 cm, system sambungan interlock, dan sudut kemiringan
minimum 190. Kelebihan genteng morando antara lain cukup ringan, murah dan kuat.
Sementara kekurangannya antara lain diperlukan ketelitian pada saat pemasangan agar
tampak rapi.

6. Genteng keramik

Bahan dasar pembuatan genteng ini adalah tanah liat. Proses pembuatannya
melalui pembakaran pada suhu mencapai 1.100 dengan waktu selama 18 jam.
Pembakarannya menggunakan oven sehingga ukuran genteng lebih presisi dan seragam.
Setelah pembakaran, proses pembuatan selanjutnya adalah pewarnaan dan pemberian
glazur. Dengan glazur genteng ini mampu memantulkan panas sampai 90% sehingga
ruangan dibawahnya relatif dingin. Adapun spesifikasi genteng keramik adalah berat 3,2
kg/buah, isi 14 buah/m2, jarak usuk 40 cm, dan system sambungan interlock.

b. Sirap

Bahan sirap adalah kayu keras yang banyak terdapat di hutan-hutan Kalimantan.
Yang dibuat menjadi lembaran-lembaran tipis dengan ukuran 60 x 70 cm dengan
ketebalan 1 mm. Jenis kayu yang sering digunakan untuk sirap ini adalah kayu Ulin,kayu
Jati dan kayu Belian.
• Keuntungan sirap:
- bahan ringan,
- setelah disusun menjadi satu mempunyai bentuk yang artistik dan indah,
- merupakan isolasi panas yang baik sehingga udara dalam ruangan menjadi tidak
panas.

8
• Kerugian sirap:
Karena merupakan lembaran-lembaran yang kecil, maka air hujan mudah
merembes ke sela-sela antara sirap yang satu dan lainnya, akibatnya terjadi kebocoran
dalam ruangan yang kadang-kadang sangat sulit mencari titik kebocoran ini. Untuk
mengatasi hal ini, sebelum sirap-sirap dipasang, lebih dahulu diberi lembaran-
lembaran seng plat, yang akibatnya harga konstruksi menjadi mahal.
Ukuran-ukuran sirap ada bermacam-macam, seperti berikut:
- Ukuran Besar: panjang 60cm, lebar 8 @ 9 cm dan tebalnya 4-5 mm.
- Ukuran kecil: panjang 40 cm, lebar 5 cm dan tebalnya 3 @ 4 mm.
Warna biasa sirap adalah coklat tua, namun lama kelamaan akan berubah menjadi
coklat tua kehitam-hitaman. Lamanya sirap sebagai penutup atap diperkirakan berumur
35 tahun. Pemasangan sirap ini dilakukan di atas reng kayu dengan jarak serupa dengan
genteng (±22 cm).
Di atas setiap reng harus terdapat minimal 3 lapis sirap, dengan maksud agar air
hujan yang jatuh tidak akan mencapai lapisan yang paling bawah, dengan kata lain untuk
menghindari adanya bocor karena sisipan air di antara lapisan sirap. Lembaran-lembaran
sirap disusun berderet sedemikian rupa, sehingga lembaran sirap yang satu menggeser
setengah lebar sirap terhadap deretan yang lain yang berada di bawahnya. Agar sirap itu
tidak mudah bergeser satu sama lain, sirap dipaku pada reng yang ada di bawahnya.

c. Asbes gelombang

Keuntungan asbes gelombang sebagai penutup atap adalah mudah dan cepat
pemasangannya karena tidak memerlukan usuk dan reng, yaitu langsung dapat diletakkan
pada balok gording. Kerugiannya apabila terjadi keretakan atau rusak, maka harus
mengganti dengan lembaran asbes baru yang utuh, juga bukan isolasi panas yang baik,
sehingga ruangan di bawah atap asbes akan menjadi panas.
Asbes ini ada yang mempunyai gelombang kecil dan ada juga yang gelombang
besar, sedang ukurannya merupakan standar pabrik yang dapat dilihat pada masing-
masing brosurnya.
Kemiringan atap selain ditentukan dari segi keindahan dan selera, juga ditentukan
oleh bahan penutup atapnya. Untuk penutup atap dari genting atau yang sejenis,

9
kemiringan atap minimum adalah 35o, sedang untuk penutup asbes atau yang berukuran
besar, kemiringan atap boleh hanya 10o.
Kemiringan atap ini juga tidak boleh terlalu besar, lebih dari 60o, karena selain
pemakaian kayu atapnya menjadi lebih banyak, juga genting-gentingnya mudah lepas.
Apabila memang menghendaki kemiringan yang besar, maka genting-gentingnya
dipasang dengan diskrup pada rengnya.
Untuk melengkapi pekerjaan penutup atap ini, masih diperlukan pekerjaan-
pekerjaan lain sebagai kelengkapannya, yaitu pekerjaan-pekerjaan talang, lisplang dan
luifel.

2.4 Macam-macam bentuk atap

Pada prinsipnya model atap dapat dibedakan menjadi dua bagian berdasarkan
bentuknya yaitu model atap berdasarkan bentuk dasar atap dan model atap berdasarkan
kemiringan.
a) Model atap berdasarkan bentuk dasar
Berdasarkan bentuk dasarnya, atap dapat dibedakan menjadi tiga jenis yaitu atap
pelana, atap perisai dan atap kerucut.

1. Atap Pelana

Atap pelana sebagai penutup ruangan terdiri dari dua bidang atap miring yang tepi
atasnya bertemu pada satu garis lurus, dinamakan bubungan. Tepi bawah bidang atap,
dimana air itu meninggalkan atap dinamakan tepi teritis. Pada tepi teritis ini dapat
dipasangi talang air. Di kedua ujung akhir tembok bangunan dibuatkan gunung-gunung
sebagai pengganti fungsi kuda-kuda. Kalau bangunannya cukup panjang, maka tiap-tiap
jarak 3 m perlu dipasang kuda-kuda untuk menahan gording/bidang penutupa atap. Bahan
penutupnya banyak yang menggunakan genteng biasa (genteng kampung) maupun seng
gelombang. Perlu diingat bahwa atap dari seng tidak bersifat isolasi artinya pada saat
musim panas dalam ruangan terasa amat panas dan bila musim dingin, maka dalam
ruangan terasa lebih dingin. Begitu pula tetesan air hujan pada atap seng menimbulkan
suara yang gaduh. Bentuk atap pelana digunakan untuk rumah-rumah yang sederhana

10
pula. Rumah dengan bentuk atap ini banyak dijumpai di pedesaan seperti di Bali, Jawa
Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat dan di tempat lainnya.

2. Atap Perisai

Atap perisai merupakan penyempurnaan dari bentuk atap pelana dengan


menambahkan dua bidang atap miring yang berbentuk segitiga pada ujung akhir atap
bangunan. Dengan demikian atap perisai terdiri dari dua bidang atap miring yang
berbentuk trapesium panjang yang pada tepi atasnya bertemu pada satu garis lurus, yang
dinamakan bubungan. Dan dua bidang atap lainnya yang berbentuk segitiga. Biasanya
miring bidang-bidang atap ini sama. Pertemuan dari tiap dua bidang atap yang
merupakan garis miring yang menyudut serta menjorok ke luar dinamakan bubungan
miring atau jurai luar. Sedangkan pertemuan dari dua bidang atap yang menjorok ke
dalam dinamakan jurai dalam atau lembahan. Oleh karena air hujan yang jatuh di sekitar
jurai kemudian mengalir ke jurai dalam, maka ini perlu dibuatkan talang. Dengan
demikian jurai dalam atau lembahan dapat juga dinamakan jurai talang.

3. Atap Kerucut

Atap kerucut disebut juga atap limasan karena berbentuk seperti limas.
Kemiringan atap ini sangat besar (lebih dari 30o). bahan struktur dan penutup atap
dibutuhkan cukup banyak. Namun demikian, keindahan bentuk atap ini lebih baik dari
model atap lainnya. Namun, atap ini agak susah atau berisiko dari segi perawatannya
sehingga perlu kehati-hatian ini disebabkan atap ini memiliki kemiringan yang tinggi.

b). model atap berdasarkan kemiringan

1. Atap sandar

Atap sandar sering disebut juga dengan nama atap sengkuap atau atap tempel.
Pada umumnya atap ini terdiri dari sebuah bidang atap miring yang bagian tepi atasnya
bersandar atau menempel pada tembok bangunan induk (tembok yang menjulang tinggi).
Pada bentuk atap sandar menggunakan konstruksi setengah kuda-kuda untuk mendukung
balok gording. Bila dikehendaki, konstruksi setengah kuda-kuda dapat diganti dengan

11
gunung-gunung. Gunung-gunung adalah merupakan suatu konstruksi pasangan bata yang
dapat dipakai untuk menggantikan fungsi kuda-kuda. Bangunan dengan memakai atap
sandar biasanya dibuat kemudian, karena ruangan-ruangan yang telah tersedia dianggap
masih kurang dari kebutuhan. Oleh karenanya dibuatlah ruang tambahan dengan atap
sandar, sebagai bangunan pelengkap saja. Kemiringan atapnya dapat diambil 30o @ 40o
bila memakai bahan penutup dari genteng. Untuk bahan penutup atap dari semen asbes
gelombang dan seng gelombang kemiringannya dapat diambil 20o @ 25o, yang pada
pemasangannya tidak memerlukan reng.

2. Atap Datar

Bentuk atap ini kelihatannya paling sederhana, jika dibandingkan dengan bentuk-
bentuk atap lainnya. Meskipun bentuk ini dikatakan atap datar, akan tetapi pada
permukaan atap selalu dibuat sedikit miring atau menyalurkan air hujan ke lubang talang.
Menentukan banyaknya arah kemiringan air didasarkan luas bidang atap dan letak
dimana talang itu berada. Bahan yang sesuai untuk bentuk atap ini biasanya digunakan
campuran beton bertulang. Ini merupakan atap pelat beton yang penulangannya harus
dihitung tersendiri sesuai dengan bentangan dan tebal pelat atap. Agar dibawah atap ini
tidak terlalu panas atau dingin, maka perlu dibuatkan ruang isolasi di atas langit-langit
(plafon). Atap datar banyak digunakan untuk rumah-rumah mewah seperti rumah
bertingkat.
Di samping itu dapat digunakan sebagai emper/atap teras pada bagian depan pintu
masuk rumah. Atap pelat beton ini ditahan/disangga oleh balok-balok dan kolom-kolom
beton dengan ukuran tertentu, sehingga akhirnya merupakan suatu portal. Mengingat
bahan yang digunakan dari campuran beton bertulang, maka biaya pembuatannya cukup
besar.
3. ATAP MIRING
Atap miring memiliki kemiringan diatas 200. atap ini memerlukan bahan material
yang banyak dan pengerjaannya lebih rumit. Bahan yang digunakan sebagai penutupnya
adalah genteng, sirap, genteng metal, dsb. Keunggulan atap ini adalah ruangan
dibawahnya relatif lebih dingin disbanding atap datar.

12
BAB III
KESIMPULAN

1.1 Kesimpulan
Atap merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam pembuatan
bangunan. Selain berfungsi sebagai penutup ruangan, atap juga dapat memperindah
rumah penghuninya. Pemilihan bentuk dan pemasangan atap yang kurang baik berisiko
terjadinya kebocoran sehingga penghuni bangunan tersebut akan merasa tidak nyaman.
Memang hal ini dapat diperbaiki, tetapi diperlukan biaya dan energi cukup banyak. Biaya
tersebut bukan hanya untuk perbaikan atau tetapi juga biaya keamanan benda-benda atau
barang-barang yang ada di bawahnya atau di dalam rumah.

1.2 Saran
Sebelum membangun sebuah gedung khususnya atap harus direncanakan sedetail
mungkin, agar atap yang digunakan dalam sebuah gedung tersebut berkualitas baik.
Pemilihan atap hendaknya memperhatikan iklim setempat, tampak atap yang
dikehendaki, biaya yang tersedia dan bahan-bahannya dengan mudah di dapat dimana
bangunan itu didirikan.

13
DAFTAR PUSTAKA

Kusjuliadi P, Danang,2007, Ragam Bentuk dan Perawatan Atap. Jakarta: Penebar


Swadaya.
Puspantoro, Msc, Ir. Ign. Benny, 1996, Konstruksi bangunan gedung tidak bertingkat:
. Yogyakarta: Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
Supribadi, Drs. Ik., 1993, Ilmu Bangunan gedung. Jakarta: Armico.

14
Lampiran

Jenis bahan penutup atap harga

 Genteng Morando
a. KW II
- Glazur Rp. 2.500,-*
- Non Glazur Rp. 2.000,-*

 Genteng Jatiwangi
a. KW II Rp. 900,-*

 Genteng Bubungan Rp. 2.500,-*

 Genteng Plentong
Rp. 1.250,-****
- Natural
Rp. 2.250,-****
- Standart
Rp. 3.000,-****
- Special
Rp. 3.500,-****
- Premium

Rp. 1.400,-****
 Genteng Kodok
Rp. 2.300,-****
- Natural
Rp. 2.800,-****
- Standart
Rp. 3.000,-****
- Special
- Premium

 Asbes
Rp. 40.000,-**
- Ukuran 1.80 m
Rp. 50.000,-**
- Ukuran 2.40 m

15
- Ukuran 2,70 m Rp. 60.000,-**
- Ukuran 3 m Rp, 70.000,-**

 Asbes bahan fiberglass


- Ukuran P 1,80 m L 8,2 Rp. 129.000,-***

 Seng gelombang
- Ukuran 80 x 80 Rp. 46.000,-*

*TB. RIZKY PANGHEGAR Jl. Dr. Setiabudy180


**TB. PRATAMA JAYA Jl. Gegerkalong hilir no 22
***IBCC Hypermart Bangunan
****Google image search

16

You might also like