Professional Documents
Culture Documents
DIABETES MELLITUS
RS. X
NURUL AFIAH
K211 O8 303
ILMU GIZI B
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2010
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia sehat 2010 merupakan visi yang ingin dicapai oleh seluruh
masyarakat Indonesia agar taraf kesehatan bangsa ini pun meningkat. Namun, tak
oleh penyakit infeksi, maka dewasa ini penyebab kematiannya didominasi oleh
Diabetes Mellitus (DM) adalah suatu penyakit dimana kadar glukosa (gula
sederhana) di dalam darah tinggi karena tubuh tidak dapat melepaskan atau
menggunakan insulin secara adekuat. Penyakit ini dapat menyerang segala lapisan
umur dan sosial ekonomi. Di Indonesia saat ini penyakit DM belum menempati
kegagalan kronis ginjal (penyebab utama dialysis), kerusakan retina yang dapat
dan gangrene dengan risiko amputasi. Komplikasi yang lebih serius lebih umum
remaja, tetapi lebih banyak menyerang orang di atas usia 30 tahun. Menurut
seseorang dikatakan menderita diabetes jika memiliki kadar gula darah puasa >
biasanya muncul yaitu penolakan, kecemasan dan depresi, tidak jauh berbeda
pengaturan pola makan, olah raga, kontrol gula darah, dan lain-lain yang harus
penanganan penderita. Dari sudut pandang psikiatri hal ini berarti menambah
prevalensi gangguan jiwa ringan dan merupakan resiko terjadinya gangguan jiwa
berat. Munculnya problema psikiatri tersebut berarti bahwa ilmu kedokteran jiwa
mengalami problema psikiatri seperti di atas. Hal ini harus disadari oleh para
dokter agar dapat mengambil sikap yang bijak dalam menghadapi penderita DM,
Indonesia.(Novarina, 1994)
kecemasan dengan peningkatan kadar gula darah penderita Diabetes Mellitus tipe
II
B. Perumusan Masalah
1. Adakah hubungan antara kecemasan dengan kadar gula darah pada pasien
II di RS X.
C. Tujuan Penelitian
penderita DM tipe II
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
kecemasan dengan peningkatan kadar gula darah pada penderita DM dan adanya
2. Manfaat Praktis
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
kesehatan yang berupa kumpulan gejala yang disebabkan oleh peningkatan kadar
gula (glukosa) darah akibat kekurangan ataupun resistensi insulin. Penyakit ini
Diabetes mellitus (DM) saat ini merupakan penyakit yang banyak dijumpai
dengan prevalensi diseluruh dunnia 4%. Prevalensinya kan terus meningkat dan
diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai 5,4%. WHO memperkirakan di Cina
dan India pada tahun mendatang jumlahnya akan mencapai 50 juta. Meskipun
perkiraan penduduk Indonesia diatas 20 tahun sebesar 125 juta dan dengan asumsi
prevalensi 4.6% diperkirakan pada tahun 2000 berjumlah 5,6 juta. Berdasarkan
pola pertambahan pertambahan penduduk seperti saat ini, diperkirakan tahun 2020
nanti akan ada sejumlah 178 juta penduduk berusia diatas 20 tahun dan dengan
asumsi prevalensi DM sebesar 4,6% akan didapatkan 8,2 juta pasien diabetes
(Suyono, 2009).
makmur, diabetes tipe 2 kini menjadi beban tumbuh di negara berkembang. Lebih
dari 80% dari 246 juta penderita diabetes hidup di negara berpenghasilan rendah
kedua penyakit kronis dan penyakit menular. Studi menunjukkan bahwa diabetes
pada usia berapa pun, jika tidak dikelola dengan baik, akan mengakibatkan hasil
3,8 juta laki-laki dan perempuan akan meninggal akibat diabetes pada tahun 2007,
lebih dari 6% dari total kematian dunia. Jika dibiarkan, jumlah penderita diabetes
akan mencapai 380 juta dalam waktu kurang dari 20 tahun. Ini lebih dari populasi
orang dewasa saat ini di daerah Afrika atau daerah Amerika Utara. Ini berarti
bahwa 1 dari 14 orang dewasa di seluruh dunia akan mengidap diabetes di tahun
3. Etiology
berkurangnya jumlah tempat reseptor pada membran sel yang selnya responsif
Pada akhirnya, timbul kegagalan sel beta dengan menurunnya jumlah insulin yang
beredar dan tidak lagi memadai untuk mempertahankan euglikemia. Sekitar 80%
yang menyebabkan diabetes tipe 2. Pengurangan berat badan sering kali dikaitkan
(Price, 2005).
diabsorpsi kadar glukosa darah akan meningkat untuk sementara waktu dan
akhirnya akan kembali lagi ke kadar semula. Pengaturan fisiologis kadar glukosa
darah sebagian besar bergantung pada hati yang (1) mengekstraksi glukosa, (2)
mensintesis glikogen, dan (3) melakukan glikogenolisis. Dalam jumlah yang lebih
glukosa sebagai sumber energy sehingga jaringan-jaringan ini ikut berperan dalam
Jumlah glukosa yang diambil dan dilepaskan oleh hati dan yang digunakan
hormone yaitu : (1) hormone yang merendahkan kadar glukosa darah, dan
(2)hormone yang meningkatkan kadar glukosa darah. Insulin merupakan hormone
yang menurunkan glukosa darah dibentuk oleh sel-sel beta pulau Langerhans
pancreas. Hormon yang meningkatkan kadar glukosa darah antara lain : (1)
glucagon yang disekresi oleh sel-sel alpha pulau Langerhans, (2) epinefrin yang
diekskresi oleh medulla adrenal dan jaringan kromafin, (3) glukokortikoid, yang
disekresi oleh korteks adrenal, dan (4) growth hormone yang disekresi oleh
insulin, tetapi karena sel-sel sasaran insulin gagal atau tak mampu merespon
insulin secara normal. Keadaan ini lazim disebut sebagai “Resistensi Insulin”.
antara lain sebagai akibat dari obesitas, gaya hidup kurang gerak (sedentary), dan
penuaan.
gangguan sekresi insulin dan produksi glukosa hepatik yang berlebihan. Namun
insulin pada penderita DM Tipe 2 hanya bersifat relatif, tidak absolut. Oleh sebab
Sel-sel β kelenjar pankreas mensekresi insulin dalam dua fase. Fase pertama
sekresi insulin terjadi segera setelah stimulus atau rangsangan glukosa yang
ditandai dengan meningkatnya kadar glukosa darah, sedangkan sekresi fase kedua
genetik dan faktor lingkungan. Faktor genetik terdiri atas gen yang mewariskan
Faktor genetik
Resiko lingkungan
Resistensi insulin DM
Makanan/Diet
Obesitas
Urbanisasi
5. Faktor Risiko
& modernisasi
Aktivitas fisik
Insulin yang dikeluarkan oleh sel beta tadi dapat diibaratkan sebagai anak
kunci yang dapat membuka pintu masuknya glukosa kedalam sel, untuk kemudian
di dalam sel glukosa tersebut dimetabolisasikan menjadi tenaga. Bila insulin tidak
ada, maka glukosa dalam darah tidak dapat masuk kedalam sel dengan akibat
kadar glukosa dalam darah meningkat. Keadaan inilah yang terjadi pada diabetes
melitus tipe 1.
Pada keadaan diabetes mellitus tipe 2, jumlah insulin bisa normal, bahkan
lebih banyak, tetapi jumlah reseptor (penangkap) insulin di permukaan sel kurang.
Reseptor insulin ini diibaratkan sebagai lubang kunci pintu masuk ke dalam sel.
anak kuncinya (insulin) banyak, tetapi karena lubang kuncinya (reseptor) kurang,
maka glukosa yang masuk ke dalam sel sedikit, sehingga sel kekurangan bahan
bakar (glukosa) dan kadar glukosa dalam darah meningkat. Dengan demikian
keadaan ini sama dengan keadaan DM tipe 1, bedanya adalah pada DM tipe 2 di
samping kadar glukosa tinggi, kadar insulin juga tinggi atau normal. Pada DM
tipe 2 juga bisa ditemukan jumlah insulin cukup atau lebih tetapi kualitasnya
kurang baik, sehingga gagal mmembawa glukosa masuk kedalam sel. Disamping
penyebab diatas, diabetes mellitus juga bisa terjadi akibat gangguan transport
glukosa di dalam sel sehingga gagal digunakan sebagai bahan bakar untuk
metabolisme energi.
6. Komplikasi Diabetes
Jika gula darah tidak terkontrol dengan baik beberapa tahun kemudian akan
bisa fatal jika tidak segera ditangani. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah:
mana konsentrasi atau kadar gula di dalam darah terlalu rendah (<60mg/dl), yang
dapat terjadi pada pasien yang menerima suntikan insulin dan obat anti diabetes.
Hipoglikemia ini terjadi jika pemberian dosis insulin atau obat anti diabetes tidak
tepat, latihan fisik atau olah raga berlebihan, menunda jadwal makan setelah
Pada saat mendapat suntikan penderita harus makan dengan kalori yang
sesuai untuk mengimbangi efek insulin. Jadwal makan juga haruslah teratur, tiga
kali makan utama dan selingan dua kali di antara makan utama, makan snack pada
malam hari sangat penting karena makanan hanya dapat tahan hingga jam tiga
pagi (Nabil,2009).
kesesuaian antara olah raga dengan dosis obat dan pola diet penderita. Latihan
fisik dan olahraga berlebihan dapat menyebabkan hipoglikemia pada malam hari
atau keesokan harinya disebut dengan delayed onset low blood sugar. Pengaruh
2007).
kadar glukosa darah. Keluhan pada dasarnya dapat berupa keluhan pada otak, ini
fungsi intelektual, antara lain sakit kepala, kurang konsentrasi, mata kabur, lelah,
kejang hingga koma. Keluhan lain seperti lapar, nadi cepat, kejang atau koma.
Keluhan akibat efek samping hormon lain yang berusaha menaikkan kadar
glukosa darah, misalnya pucat, berkeringat, nadi cepat, berdebar, cemas serta rasa
b. Hiperosmolar Non-ketotik
darah menjadi kental. Dalam keadaan seperti ini dinamakan Hiperosmolar Non-
darah dapat mencapai nilai 600mg/dl. Glukosa dapat menarik air keluar sel dan
diabetes dalam keadaan ini menunjukkan gejala nafas cepat dan dalam, banyak
kencing, sangat haus, lemah, kaki dan tulang kram, bingung, nadi cepat, kejang
dan koma (Tandra, 2007). Hiperglikemia dapat terjadi jika masukan kalori yang
berlebihan, penghentian obat oral maupun insulin yang didahului stress akut
(Suryono, 2004).
c. Ketoasidosis (terlalu banyak asam dalam darah)
Pada diabetes melitus yang tidak terkendali dengan kadar gula darah yang
tinggi dan kadar hormon yang rendah, tubuh tidak dapat menggunakan glukosa
sebagai sumber energi. Sebagai gantinya tubuh akan memecah lemak untuk
keton di dalam darah (ketosis). Ketosis ini menyebabkan derajat keasaman (PH)
Gejala yang timbul dapat berupa kadar gula darah tinggi (>240 mg/dl). Terdapat
keton dalam urin, buang air kecil banyak hingga dehidrasi, napas berbau aseton,
2. Komplikasi Kronik, komplikasi ini terjadi karena glukosa darah berada di atas
seperti penyakit jantung koroner, pembuluh darah otak, dan mikrovaskular adalah
Baik pada penderita diabetes I maupun pada penderita tipe diabetes II bisa
terkena neuropati. Hal ini bisa terjadi setelah terkena diabetes dalam waktu yang
lama, dengan glukosa darah tinggi yang tidak terkontrol. Dalam jangka lama,
glukosa darah yang tinggi akan merusak dinding pembuluh darah kapiler yang
memberi makanan ke saraf menyebabkan terjadinya kerusakan saraf yang disebut
rangsangan impuls saraf. Keluhan yang terjadi bervariasi, mungkin nyeri pada
tangan dan kaki, gangguan pencernaan dan lain sebagainya (Tandra, 2007).
Neuropati deabetik yang paling sering adalah neuropati perifer. Kerusakan ini
mengenai saraf perifer yang biasanya terjadi di anggota gerak bawah yaitu kaki
dan tungkai bawah (Tandra, 2007). Saraf yang telah rusak membuat penderita
diabetes tidak dapat merasakan sensasi sakit, panas, dingin, pada tangan dan kaki.
7. Diagnosa
DM berupa poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan berat badan yang tidak
antara lain badan terasa lemah, sering kesemutan, gatal-gatal, mata kabur,
disfungsi ereksi pada pria, dan pruritus vulvae pada wanita (price, 2005)
- Kadar glukosa darah puasa ≥ 126 mg/dl. Pada tes toleransi glukosa oral
(TTGO), kadar glukosa darah yang diperiksa kembali setelah 2 jam ≥ 200
mg/dl.
8. Penatalaksanaan Diet
Pasien DM tipe II cenderung berusia tua (>25 tahun) dan mempunyai berat
badan lebih tinggi. Banyak diantara pasien-pasien ini memiliki riwayat diabetes
yang kuat dalam keluarga, karena itu tujuan utama terapi diet pada DM tipe II
mengendalikan kadar gula dan kolesterol. Semua ini harus dilakukan untuk
meningkatkan kualitas hidup pasien dan mencegah atau paling tidak menunda
terjadinya komplikasi akut maupun kronis. Penurunan berat badan pada pasien-
(Hartono, 2006).
adalah mencapai dan memelihara kondisi metabolik yang optimal, mencegah dan
2008)
Nutrisi preventif
- Olahraga teratur
Nutrisi Kuratif
dengan kebutuhan
a. Pengertian
Latin “angustus” yang berarti kaku, dan “ango, anci” yang berarti mencekik
(Trismiati, 2004).
eksternal dan internal; dan memiliki kualitas menyelamatkan hidup. Pada tingkat
yang lebih rendah kecemasan memperingatkan ancaman cedera pada tubuh, rasa
atau tubuh, perpisahan dengan orang yang dicintai, gangguan pada keberhasilan
atau status seseorang, dan akhirnya ancaman pada kesatuan atau keutuhan
keadaan suasana hati yang berorientasi pada masa yang akan datang, yang
ditandai oleh adanya kekhawatiran karena manusia tidak dapat memprediksi atau
mengontrol kejadian yang akan datang. (Barlow, David H & V Mark Durand,
2006)
b. Epidemiologi
kesehatan jiwa. Penderita kecemasan merupakan 30% dari pasien yang berobat ke
dokter umum maupun ahli kejiwaan. Sedangkan Roan (1979), berpendapat bahwa
angka prevalensi kecemasan sulit ditentukan karena sering muncul bersama
(Novarina, 1994). Dan juga gejala kecemasan yang berhubungan dengan kondisi
untuk masing-masing kondisi medis umum spesifik. (Kaplan dan Sadock, 1997).
c. Etiologi
Etiologi dari gangguan ini belum diketahui secara pasti, namun diduga dua
faktor yang berperan terjadi di dalam gangguan ini yaitu, faktor biologik dan
gangguan ini yaitu, norepinefrin, serotonin, dan gamma amino butiric acid atau
Peranan Gamma Amino Butiric Acid (GABA) pada gangguan ini berbeda
pada hewan primata yang diberikan suatu agonist inverse benzodiazepine Beta-
kecemasan seperti buspiron atau buspar yang merupakan agonist reseptor GABA-
untuk tegang atau gelisah. Kontribusi – kontribusi kecil dari banyak gen di
wilayah – wilayah kromosom yang berbeda secara kolektif membuat kita rentan
mengalami kecemasan jika ada faktor – faktor psikologis dan sosial tertentu yang
remaja.
d. Patofisiologi
system syaraf pusat. Persepsi ini timbul akibat adanya rangsangan dari luar serta
dari dalam yang berupa pengalaman masa lalu dan faktor genetik. Rangsangan
tersebut dipersepsi oleh panca indra, diteruskan dan direspon oleh sistem syaraf
pusat sesuai pola hidup tiap individu. Di dalam syaraf pusat, proses tersebut
mensekresi mediator hormonal terhadap target organ yaitu kelenjar adrenal, yang
releasing factor, juga ikut terlibat. Sistem syaraf otonom yang berada di perifer,
(Yates, 2008)
e. Gejala Klinis
terasa ringan seperti mengambang, linu – linu, epigastrium nyeri, lekas lelah,
palpitasi, keringat dingin. Macam gejala yang lain mungkin mengenai motorik,
syaraf pusat.
Gejala ini mungkin timbul sebagai rasa was – was, khawatir akan
mengenai dirinya. Penderita tegang terus menerus dan tak mampu berlaku
f. Diagnosis Kecemasan
Dihubungkan dengan tiga ( atau lebih) dari enam gejala berikut (dengan
paling kurang beberapa gejala tadi terjadi lebih banyak dibandingkan tidak
selama 6 bulan terakhir) Catatan : hanya satu gejala yang diperlukan pada anak
–anak.
4) Iritabilitas
5) Ketegangan otot
6)Ganguan tidur ( kesulitan untuk memulai atau tetap tidur, atau tidur yang
g. Penatalaksanaan
(Mudjadid, 2006).
gerak badan serta rekreasi yang baik dan obat trasquilizer biasanya dapat
DM. Ia tidak dapat mengkonsumsi makanan tanpa aturan dan tidak dapat
melakukan aktifitas dengan bebas tanpa khawatir kadar gulanya akan naik pada
saat kelelahan. Selain itu, penderita DM juga harus mengikuti tritmen dokter,
pemeriksaan kadar gula darah secara rutin dan pemakaian obat sesuai aturan.
fisik, namun juga berpengaruh secara psikologis pada penderita. Saat seseorang
penolakan, kecemasan dan depresi, tidak jauh berbeda dengan penyakit kronis lain
(Taylor, 1995).
Penderita DM memiliki tingkat depresi dan kecemasan yang tinggi, yang
berkaitan dengan tritmen yang harus dijalani dan terjadinya komplikasi serius.
Kecemasan yang dialami penderita berkaitan dengan tritmen yang harus dijalani
seperti diet atau pengaturan makan, pemeriksaan kadar gula darah, konsumsi obat
dan juga olah raga. Selain itu, resiko komplikasi penyakit yang dapat dialami
control gula darah yang buruk dan meningkatnya gejala-gejala penyakit (Lustman,
ditimbulkan oleh pengaruh ancaman atau gangguan terhadap sesuatu yang belum
gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen dengan
dapat membuat seseorang menjadi rentan dan lemah, bukan hanya secara mental
gangguan tidur malam hari adalah faktor pemicu terjadinya penyakit diabetes