You are on page 1of 16

PEMBAHASAN

Pengertian Khulafaurrasidin
Khulafaurrasyidin adalah pecahan dari kata Khulafa’ dan Al – Rasyidin, Kata
Khulafa’ mengandung pengertian : cerdik, pandai dan pengganti. Sedangkan kata, Al –
Rasyidin mengandung pengertian : Lurus Benar dan Mendapat petunjuk.
Pengertian Khulafaurrasyidin adalah “ Pengganti yang cerdik dan benar serta para
pemimpin pengganti Rasulullah dalam urusan kehidupan kaum muslimin, yang sangat
adil dan bijaksana, pandai dan cerdik, dan dalam menjalankan tugasnya enantiasa pada
jalur yang benar serta senantiasa mendapatkan hidayah dari Allah SWT.
Para pemimpin Khulafaurrasyidin terdiri dari empat orang sahabat Rasulullah
Yaitu:

1. Abu Bakar Siddiq


2. Umar Ibn Khattab
3. Utsman Ibn Affan.
4. Ali Ibn Abi Thalib.

Dalam pemerintahannya mereka berjuang terus untuk agama Islam . mereka tidak
pernah memanfaatkan jabatan untuk kepentingan pribadinya ataua untuk mengeruk harta.
Mereka adalah pemimpin – pemimpin yang baik dalam melaksanakan kekuasaan.
Mereka mau menerima dan mengemban kekhalifahan, bukan karena untuk
mengharapkan sesuatu yang akan menguntungkan pribadiya, tetapi semata – mata karena
pengabdiannya terhadap Islam dan mencari Keridhaan Allah SWT semata.
Setiap langkah yang dilakukan oleh Khulafaurrasyidin tidak pernah bertentangan
dengan kemauan kaum muslimin selalu berjalan pada jalur yang benar.

 ABU BAKAR (632-634 M)


Pembentukan Kekhilafahan dan sistemnya
Dahulu, nama aslinya adalah Abdus Syams. Tetapi, setelah masuk Islam namanya
diganti oleh Rasulullah sehingga menjadi Abu Bakar. Gelar Ash- Shiddiq diberikan

1
padanya karena ia adalah orang yang pertama mengakui peristiwa Isra' Mi'raj. Lalu, ia
pun diberi gelar Ash- Shiddiq (Orang yang dipercaya).
Maka ditunjuklah Abu Bakar untuk menggantikannya. Bagi sebagian warga
Madinah, ini adalah indikasi bahwa suksesnya kepemimpinan Rasulullah SAW
diteruskan kepada Abu Bakar. Ketika Rasulullah wafat, sebagian kalangan muslim
Anshar dan beberapa orang dari pihak Muhajirin mengadakan pertemuan di Saqifah Bani
Sa'idah. Sempat terjadi perselisihan antara kaum Muhajirin dan Anshar. Dan akhirnya,
terpilihlah Abu Bakar as-Siddiq sebagai Khalifah pertama.
Khilafah Rasyidin merupakan para pemimpin ummat Islam setelah Nabi
Muhammad SAW wafat, yaitu pada masa pemerintahan Abu Bakar, Umar bin Khattab,
Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib, dimana sistem pemerintahan yang diterapkan
adalah pemerintahan yang islami karena berundang-undangkan dengan Al-Qur’an dan
As-Sunnah.
Nabi Muhammad SAW tidak meninggalkan wasiat tentang siapa yang akan
menggantikan beliau sebagai pemimpin politik umat Islam setelah beliau wafat. Ia
nampaknya menyerahkan persoalan tersebut kepada kaum muslimin sendiri untuk
menentukannya. Karena itulah, tidak lama setelah beliau wafat; belum lagi jenazahnya
dimakamkan, sejumlah tokoh Muhajirin dan Anshar berkumpul di balai kota Bani
Sa'idah, Madinah. Mereka memusyawarahkan siapa yang akan dipilih menjadi
pemimpin. Musyawarah itu berjalan cukup alot karena masing-masing pihak, baik
Muhajirin maupun Anshar, sama-sama merasa berhak menjadi pemimpin umat Islam.
Namun, dengan semangat ukhuwah Islamiyah yang tinggi, akhirnya, Abu Bakar terpilih.
Sebagai pemimpin umat Islam setelah Rasul, Abu Bakar disebut Khalifah
Rasulullah (Pengganti Rasul Allah) yang dalam perkembangan selanjutnya disebut
khalifah saja.
Abu Bakar menjadi khalifah hanya dua tahun. Pada tahun 634 M ia meninggal
dunia. Masa sesingkat itu habis untuk menyelesaikan persoalan dalam negeri terutama
tantangan yang disebabkan oleh suku-suku bangsa Arab yang tidak mau tunduk lagi
kepada pemerintah Madinah sepeninggal Rasulullah SAW. Mereka menganggap bahwa
perjanjian yang dibuat dengan Nabi Muhammad SAW dengan sendirinya batal setelah
Nabi SAW wafat. Karena itu mereka menentang Abu Bakar. Karena sikap keras kepala

2
dan penentangan mereka yang dapat membahayakan agama dan pemerintahan, Abu
Bakar menyelesaikan persoalan ini dengan apa yang disebut Perang Riddah (perang
melawan kemurtadan). Khalid ibn Al-Walid adalah panglima yang banyak berjasa dalam
Perang Riddah ini.

Tipe Kepemimpinan
Abu bakar ash-Shiddiq adalah seorang pedagang yang selalu memelihara
kehormatan dan harga dirinya. la seorang yang kaya, mempunyai pengaruh yang besar,
dan memiliki akhlak mulia. Sebelum datangnya Islam, ia sudah menjadi kawan akrab
Rasulullah. Usianya pun hampir sama dengan Rasulullah. Begitu pun dengan kemuliaan,
profesi, dan keturunan. Tidak berlebihanjika ia terpilih menjadi khalifah pertama.
Ia telah meletakkan garis-garis besar kepemimpinan yang menerangkan tentang
sifat dan akhlak pemimpin yang baik.Garis kepemimpinan yang tidak hanya sekadar
slogan, namun terwujud dalam diri Abu Bakar. Seorang yang rendah hati, lemah lembut,
dan orang muslim pertama yang membebaskan budak. Tidak tanggung-tanggung, ia
berani menyerahkan seluruh hartanya kepada Rasulullah dan berkata, "Saya mewariskan
Allah dan rasul-Nya untuk keluarga saya”.

Kontribusi Khalifah Dalam Peradaban Islam

1. Memerangi Kemurtadan dan Nabi-Nabi palsu


2. Mengumpulkan Al-Quran, karena semenjak menumpas kemurtadan dan nabi-nabi
palsu banyak sahabat yang hafal Al-Quran men jadi syuhada dalam perang. Untuk
mencegah supaya Al-Quran, maka dikumpulkanlah Al-Quran tersebut. Kemudian
disalin kedalm pelepah kurma, kulit, tulang dan sebagainya.
3. Meluasnya islam semenjak kepemimpinan khalifah Abu Bkar

Adapun urusan pemerintahan diluar kota madinah, khalifah Abu Bakar membagi
wilayah kekuasaan hukum Negara Madinah menjadi beberapa propinsi, dan setiap
propinsi Ia menugaskan seorang amir atau wali (semacam jabatan gubernur).
Mengenai praktek pemerintahan Abu Bakar di bidang pranata social ekonomi
adalah mewujudkan keadilan dan kesejahteraan social rakyat.untuk kemaslahatan rakyat

3
ini ia mengolah zakat, infak, sadaqoh yang berasal dari kaum muslimin, ghanimah harta
rampasan perang dan jizyah dari warga Negara non-muslim, sebagai sumber pendapatan
baitul mal. Penghasilan yang diperoleh dari sumber-sumber pendapatan Negara ini di
bagikan untuk kesejahteraan tentara, bagi para pegawai Negara, dan kepada rakyat yang
berhak menerima sesuai ketentuan al-quran
Pada saat Abu Bakar meninggal dunia, sementara barisan depan pasukan Islam
sedang mengancam Palestina, Irak, dan kerajaan Hirah. Ia diganti oleh "tangan kanan"
nya, Umar ibn Khatthab al-Faruq . Ketika Abu Bakar sakit dan merasa ajalnya sudah
dekat, ia bermusyawarah dengan para pemuka sahabat, kemudian mengangkat Umar ibn
Khatthab sebagai penggantinya dengan maksud untuk mencegah kemungkinan terjadinya
perselisihan dan perpecahan di kalangan umat Islam. Kebijaksanaan Abu Bakar tersebut
ternyata diterima masyarakat yang segera secara beramai-ramai membaiat Umar Ra.
Umar Ra menyebut dirinya Khalifah Rasulullah (pengganti dari Rasulullah). Ia juga
memperkenalkan istilah Amir al-Mu'minin (petinggi orang-orang yang beriman).
Dari penunjukkan Umar sebagai penggantinya, ada hal yang perlu dicatat:
1. Bahwa Abu Bakar dalam menunjuk Umar tidak meninggalkan azas
musyawarah.ia lebih dulu mengadakan konsultasi untuk mengetahui aspirasi rakyat
melalui tokoh-tokoh kaum muslimin.
2. Abu Bakar tidak menunjuk salah seorang putranya atau kerabatnya melainkan
memilih seseorang yang disegani oleh rakyat karena sifat-sifat terpuji yang
dimilikinya.
3. Pengukuhan Umar sebagai khalifah sepeniggal Abu Bakar berjalan baik dalam
suatu bai’at umum dan terbuka tanpa ada pertentangan dikalangan kaum muslimin
sehingga opsesi Abu Bakar untuk mempertahankan keutuhan umat Islam dengan cara
penunjukkan itu terjamin.

 UMAR BIN KHATTAB (634-644 M)


Pembentukan Kekhilafahan dan Sistemnya
Ketika Abu Bakar merasakan sakitnya semakin berat, ia mengumpulkan para
sahabat besar dan menunjuk Umar bin Khattab sebagai Khalifah. Para sahabat setuju dan
Abu Bakar meninggalkan surat wasiat yang menunjuk Umar sebagai penggantinya

4
sebagai mana Abu Bakar, Umar bin Khattab pun di bai’at dihadapan umat muslimin.
Bagian dari pidatonya adalah:
“Aku telah dipilih jadi khalifah. kerendahan hati abu Bakar selaras dengan
jiwanya yang terbaik diantara kamu dan lebih kuat diantara kamu dan juga lebih
mampu memikul urusan kamu yang penting-penting. aku diangkat dalam jabatan
ini tidaklah sama seperti beliau. andaikata aku tau ada orang yang lebih kuat
daripada aku untuk memikul jabatan ini, maka memberikan leherku untuk dipotong
lebih aku sukai daripada memikul jabatan ini”.

Sebagai seorang negarawan yang patut diteladani. ia telah menggariskan:


1. Persyaratan bagi calon Negara;
2. Menetapkan dasar-dasar pengelolaan Negara;
3. Mendorong para pejabat Negara agar benar-benar meperhatikan kemaslhatan
rakyat dan melindungi hak-haknya karena mereka adalah pengabdi rakyat dan
bagian dari rakyat itu sendiri;
4. Pejabat yang dipegang seseorang adalah amanah yang harus dipertanggung
jawabkan kepada tuhan dan rakyat
5. Mendidik rakyat supaya berani memberi nasihat dan kritik kepada
pemerintah,pemerintah juga harus berani menerima kritik dari siapapun sekalipun
menyakitkan karena pemerintah lahir rakyat dan untuk rakyat;
6. Khalifah Umar telah meletakkan dasar-dasar pengadilan dalam islam.

Tipe Kepemimpinan
Umar ibnu Khatthab merupakan salah satu sosok pemimpin yang tegas,
jujur dan adil dalam Islam. Ia adalah khalifah kedua dalam Islam setelah Abu
Bakar ash-Shiddiq. Untuk menertibkan para pejabat bawahannya, Umar ibnul-
Khaththab menulis “Risalatul Qada” atau “Dustur Umar" yang berisi nasehat dan
.aturan praktis untuk menerapkan keadilan dan kejujuran dalam pemerintahan
Sebelumnya, di masa Khalifah Abu Bakar ash-Shiddiq, Umar menjabat sebagai
hakim. Ia menjalankan amanah tersebut dengan begitu cerdas, adil, dan tegas,

5
sehingga ia pernah mengajukan pengunduran diri dari jabatan tersebut kepada Abu
.Bakar, karena tak ada lagi perkara kejahatan yang bisa di urusinya
Umar ibnu khattab membagi tipe pemimpin menjadi empat macam.
1. Pemimpin yang berwibawa.
Yaitu pemimpin yang tegas bertindak terhadap segala bentuk kejahatan, tak peduli
siapapun yang melakukannya. Tak peduli apakah
pelaku itu diri sendiri, keluarga, atau orang-orang dekatnya sekali pun. Jika mereka
salah, pemimpin yang berwibawa akan
menghukumnya, sehingga rakyat yang dipimpinnya menjadi sejahtera lahir dan batin.
2. Pemimpin yang tidak tegas terhadap dirinya sendiri.
Pemimpin seperti ini tidak berani bersikap tegas terhadap bawahannya. la juga lemah
dan tidak berwibawa di mata rakyatnya.
Pemimpin seperti ini selalu di buntuti oleh bahaya, dan jika tidak diperbaiki maka
kehancuran akan datang kepadanya.
3. Pemimpin egois.
lni tipe pemimpin yang hanya mementingkan diri sendiri, tanpa peduli terhadap dan
rakyatnya. la hanya mengeruk
keuntungan untuk dirinya sendiri. Pemimpin seperti ini dibenci oleh bawahan dan
rakyatnya. Dan kudeta selalu menunggu untuk
merebut kekuasaan darinya.
4. Pemimpin diktator yang bersama rezimnya menghancurkan keadilan dan merampas
hak rakyat.
Kontribusi Khalifah Dalam Peradaban Islam

Hal-Hal yang telah dilakukan Umar bin Khattab pada masa kepemimpinannya

a. Pertempuran di Ajnadin Tahun 16 H = 636 M

b. Penaklukan baitul mukaddas Tahun 18 H = 639 M

c. Penaklukan Irak dan Persia

d. Penaklukan Mesir

6
Ia selalu mengadakan musyawarah dengan tokoh-tokoh ansar dan Muhajirin, dengan
rakyat dan dengan para administrator pemerintahan untuk memecahkan masalah-masalah
umum dan kenegaraan. ia tidak bertindak sewenang-wenang dan memutuskan suatu
urusan tanpa mengikutsertakan warga umat.
Hasil musyawarah atau konsultasi khalifah diakhir hidupnya dengan sejumlah
pemuka masyarakat madinah yang terpenting adalah terbentuknya “tim formatur”yang
bertugas memilih khalifah setelah umar. konsultasi ini terjadi ketika keadaan jiwanya
akibat tikaman enam kali yang dilakukan Abu lu’luah karena dendam, dan ini
mengakibatkan kewafatannya.
Di zaman Umar gelombang ekspansi (perluasan daerah kekuasaan) pertama
terjadi; ibu kota Syria, Damaskus, jatuh tahun 635 M dan setahun kemudian, setelah
tentara Bizantium kalah di pertempuran Yarmuk, seluruh daerah Syria jatuh ke bawah
kekuasaan Islam. Dengan memakai Syria sebagai basis, ekspansi diteruskan ke Mesir di
bawah pimpinan 'Amr ibn 'Ash dan ke Irak di bawah pimpinan Sa'ad ibn Abi Waqqash.
Iskandariah/Alexandria, ibu kota Mesir, ditaklukkan tahun 641 M. Dengan demikian,
Mesir jatuh ke bawah kekuasaan Islam. Al-Qadisiyah, sebuah kota dekat Hirah di Iraq,
jatuh pada tahun 637 M. Dari sana serangan dilanjutkan ke ibu kota Persia, al-Madain
yang jatuh pada tahun itu juga. Pada tahun 641 M , Moshul dapat dikuasai. Dengan
demikian, pada masa kepemimpinan Umar wilayah kekuasaan Islam sudah meliputi
Jazirah Arabia, Palestina, Syria, sebagian besar wilayah Persia, dan Mesir.
Sumber-sumber keuangan Negara untuk mengisi baitul mal diperoleh dari alfarz,
usyri, usyur, zakat dan jizya.
Umar memerintah selama sepuluh tahun (13-23 H / 634-644 M). Masa jabatannya
berakhir dengan kematian. Dia dibunuh oleh seorang majusi, budak dari Persia bernama
Abu Lu'lu'ah. Untuk menentukan penggantinya, Umar Ra tidak menempuh jalan yang
dilakukan Abu Bakar. Dia menunjuk enam orang sahabat dan meminta kepada mereka
untuk memilih salah seorang diantaranya menjadi khalifah. Enam orang tersebut adalah
Usman, Ali, Thalhah, Zubair, Sa'ad ibn Abi Waqqash, Abdurrahman ibn 'Auf. Setelah
Umar wafat, tim ini bermusyawarah dan berhasil menunjuk Utsman sebagai khalifah,
melalui proses yang agak ketat dengan Ali bin Abi Thalib.

7
 UTSMAN BIN AFFAN (644-656 M)
Pembentukan Kekhilafahan Dan Sistemnya
Umar bin Khattab tidak dapat memutuskan bagaimana cara terbaik menentukan
khalifah penggantinya. Segera setelah peristiwa penikaman dirinya oleh Fairuz, seorang
majusi persia, Umar mempertimbangkan untuk tidak memilih pengganti sebagaimana
dilakukan Rasulullah. Namun Umar juga berpikir untuk meninggalkan wasiat seperti
dilakukan Abu Bakar. Sebagai jalan keluar, Umar menunjuk enam orang Sahabat sebagai
Dewan Formatur yang bertugas memilih Khalifah baru. Keenam Orang itu adalah
Abdurrahman bin Auf, Saad bin Abi Waqqash, Thalhah bin Ubaidillah, Zubair bin
Awwam, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib.
Setelah melalui perdebatan yang cukup lama, muncul dua nama yang bersaing
ketat yakni Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib. Keputusan terakhir diserahkan
kepada Abdurrahman bin Auf sebagai ketua Dewan yang kemudian menunjuk Utsman
bin Affan sebagai Khalifah.
Setelah Usman bin Affan dilantik menjadi khlifah ketiga Negara madinah ,ia
menyampaikan pidatonya yang menggambarkan dirinya sebagai sufi, dan citra
pemerintahannya lebih bercorak agama ketimbang politik belaka sebagai dominan.dalam
pidato itu usman mengingatkan beberapa hal yang penting:
1. Agar umat islam berbuat baik sebagai bekal untuk hari kematian;
2. Agar umat islam terpedaya kemewahan hidup dunia yang penuh kepalsuan
3. Agar umat islam mau mengambil pelajaran dari masa lalu;
4. Sebagai khalifah ia akan melaksanakan perintah al-quran dan sunnah rasul;
5. Di samping ia akan meneruskan apa yang telah dilkukan pendahulunya juga akan
membuat hal baru yag akan membawa kepada kebajikan
6. Umat islam boleh mengkririknya bila ia menyimpang dari ketentuan hokum
Untuk pelaksanaan administrasi pemerintahan di daerah, khalifah usman
mempercayakannya kepada seorang gubernur untuk setiap wilayah atau propinsi pada
masanya kekuasaan wilayah madinah di bagi menjadi 10 propinsi:
1. Nafi’bin al-haris al-khuza’i, Amir wilayah mekkah;
2. Sufyan bin Abdullah al-tsaqqfi, Amir wilayah thaif
3. Ya’la bin Munabbih Halif Bani Nauful bin Abd Manaf, Amir wilayah Shan’a

8
4. Abdullah bin Abi Rabiah , Amir wilayah a-janad;
5. Usman bin Abi al-ashal-Tsaqafi, Amir wilayah Bahrain;
6. Al-Mughirah bin Syu’bah al-tsaqi, Amir wilayah Kufah;
7. Abu Musa Abdullah bin Qais al-Asy’ari, Amir wilayah Basrah;
8. Muawiyah bin Abi Sufyan , Amir wilayah Damaskus
9. Umar bin Sa’ad , Amir wilayah Himsh;dan
10. Amr bin al-Ash al-Sahami, Amir wilayah mesir.
Sedangkan kekuasaan legislative dipegang oleh Dewan Penasehat Syura, tempat
khalifah mengadakan musyawarah dengan para sahabat terkemuka.

Tipe Kepemimpinan
Ia adalah saudagar kain yang kaya raya dan juga memiliki ternak yang paling banyak
diantara orang-orang Arab lainnya. Ia diangkat rnenjadi khalifah oleh Majelis Syuro
ketika itu. Bakat kepemimpinannya telah terlatih karena ia berpengalaman memimpin
usaha dagang dan ternaknya.
Diantara sifat-sifat kepemimpinan yang dimilikinya yaitu:

1. Menjalankan Al-Qur’ an dan As-Sunnah.


2. Teguh pendirian.
3. Dermawan.
4. Lemah lembut dan sopan santun, bahkan terhadap lawannya.
5. Bertanggung jawab.
6. Bersikap Adil.
7. Berani mengambil keputusan.
8. Pandai memilih bawahannya yang kompeten.
9. Aspiratif terhadap pendapat rakyatnya.
10. dan lain-lain.

Kontribusi Khalifah Pada Masa Peradaban Islam


Prestasi yang diraihnya sebagai hasil dari kepemimpinannya yang handal seperti :

• Menaklukan Syria dan mengangkat Muawiyah sebagai gubernur di sana.

9
• Menaklukan Afrika Utara dan mengangkat Amr ibnul¬-`Ash menjadi gubernur di
wilayah tersebut.
• Menaklukan daerah Arjan dan Persia.
• Menaklukan Khurasan dan Nashabur di Iran.
• Membukukan Al-Qur`an ke dalam bentuk baku yang seragam sehingga tidak ada
perselisihan lagi. Mushaf yang dibakukan ini dikenal dengan Mushaf Usmani dan
dipakai hingga sekarang.
• Setiap hari Jumat beliau memerdekakan seorang budak (bila ada).

Di masa pemerintahan Utsman (644-655 M), Armenia, Tunisia, Cyprus, Rhodes,


dan bagian yang tersisa dari Persia, Transoxania, dan Tabaristan berhasil direbut.
Ekspansi Islam pertama berhenti sampai di sini. Untuk mengisi baitul mal diperoleh dari
alfarz, usyri, usyur, zakat dan jizya.if, Umar melengkapinya dengan beberapa jawatan.
Pemerintahan Usman berlangsung selama 12 tahun, pada paruh terakhir masa
kekhalifahannya muncul perasaan tidak puas dan kecewa di kalangan umat Islam
terhadapnya. Kepemimpinan Utsman memang sangat berbeda dengan kepemimpinan
Umar. Ini karena fitnah dan hasutan dari Abdullah bin Saba’ Al-Yamani salah seorang
yahudi yang berpura-pura masuk islam. Ibnu Saba’ ini gemar berpindah-pindah dari suatu
tempat ke tempat lainnya untuk menyebarkan fitnah kepada kaum muslimin yang baru
masa keislamannya. Akhirnya pada tahun 35 H/1655 M, Utsman dibunuh oleh kaum
pemberontak yang terdiri dari orang-orang yang berhasil dihasut oleh Abdullah bin Saba’
Tahun-tahun berikutnya, pemerintahannya Usman mulai goyah. Rakyat di beberapa
daerah terutama Kuffah, Basyrah dan Mesir mulai memprotes kepemimpinannya yang
dinilai tidak adil. Salah satu faktor yang menyebabkan banyak rakyat berburuk sangka
terhadap kepemimpinan Utsman adalah kebijaksanaannya mengangkat keluarga dalam
kedudukan tinggi. Yang terpenting diantaranya adalah Marwan ibn Hakam
Rahimahullah. Dialah pada dasarnya yang dianggap oleh orang-orang tersebut yang
menjalankan pemerintahan, sedangkan Utsman hanya menyandang gelar Khalifah.
Setelah banyak anggota keluarganya yang duduk dalam jabatan-jabatan penting, Dia juga
tidak tegas terhadap kesalahan bawahan. Harta kekayaan negara, oleh kerabatnya dibagi-

10
bagikan tanpa terkontrol oleh Usman sendiri. Itu semua akibat fitnah yang ditebarkan
oleh Abdullah bin Saba’.
Padahal Utsman yang paling berjasa membangun bendungan untuk menjaga arus
banjir yang besar dan mengatur pembagian air ke kota-kota. Dia juga membangun jalan-
jalan, jembatan-jembatan, masjid-masjid dan memperluas masjid Nabi di Madinah.

 ALI BIN ABI THALIB (656-661 M)


Pembentukan Kekhilafahan Dan Sistemnya
Ali adalah putra Abi Thalib ibn Abdul Muthalib. Ia adalah sepupu Nabi
Muhammad SAW. Yang kemudian menjadi menantunya karena menikahi putri Nabi
Muhammad SAW, FAtimah. Ia telah ikut bersama Rasulaalah SAW.
Ali bin Abi Thalib diangkat sebagai khalifah bukan krena hasil keputusan
musyawarah umat islam, tapi ia diangkat oleh para pemberontak. Ia adalah orang yang
keras dan disiplin, hampi seperti Umar bin Khattab. Begitu menjadi khalifah para
gubernur yang diangkat oleh usman diganti dan tanah-tanah yang dibagikan diambil
kembali.
Pengukuhan Ali menjadi khalifah tidak semulus pengukuhan tiga orang khalifah
pendahulunya.ia dibai’at ditengah-tengah kematian usman, pertentangan dan kekacauan
dan kebingungan umat islam Madinah. sebab kaum pemberontak yang membunuh
Usman mendaulat Ali supaya bersedia dibaiat menjadi khalifah.
Dalam pidatonya khalifah Ali menggambarkan dan memerintahkan agar umat islam:
1. Tetap berpegang teguh kepada al-quran dan sunnah rasul
2. Taat dan bertaqwa kepada allah serta mengabdi kepada negara dan sesame manusia
3. Saling memelihara kehormatan di antara sesame muslim dan umat lain
4. Terpanggil untuk berbuat kebajikan bagi kepentingan umum,dan
5. Taat dan patuh kepada pemerintah.
Tidak lama setelah itu, Ali ibn Abi Thalib menghadapi pemberontakan Thalhah,
Zubair dan Aisyah. Alasan mereka, Ali tidak mau menghukum para pembunuh Utsman,
dan mereka menuntut bela terhadap darah Utsman yang telah ditumpahkan secara zhalim.
Ali sebenarnya ingin sekali menghindari perang. Dia mengirim surat kepada Thalhah dan
Zubair agar keduanya mau berunding untuk menyelesaikan perkara itu secara damai.

11
Namun ajakan tersebut ditolak. Akhirnya, pertempuran yang dahsyat pun berkobar.
Perang ini dikenal dengan nama Perang Jamal (Unta), karena Aisyah dalam pertempuran
itu menunggang unta, dan berhasil mengalahkan lawannya. Zubair dan Thalhah terbunuh,
sedangkan Aisyah ditawan dan dikirim kembali ke Madinah.
Dengan demikian masa pemerintahan Ali melalui masa-masa paling kritis karena
pertentangan antar kelompok yang berpangkal dari pembunuhan Usman.namun Ameer
Ali menyatakan:…ia berhasil memecat sebagian besar gubernur yang korupsi dan
mengembalikan kebijaksanaan Umar pada setiap kesempatan yang memungkinkan.ia
membenahi dan menyusun arsip Negara untuk mengamankan dan menyelamatkan
dokumen-dokumen khalifah dan kantor sahib-ushsurtah, serta mengordinir polisi dan
menetapkan tugas-tugas mereka.

Tipe Kepemimpinan
Karakter kepemimpinan Ali bin Abi Thalib, seperti yang diungkapkan Dhirar bin
Dhamrah kepada Muawiyyah bin Abu Sufyan adalah sebagai berikut :

1. Berpandangan jauh ke depan (visioner).


2. Sangat kuat (fisik).
3. Berbicara dengan sangat ringkas dan tepat.
4. Menghukum dengan adil.
5. Ilmu pengetahuan menyemburat dari seluruh sisinya (perbuatan dan perkataannya).
6. Berbicara dengan penuh hikmah (bijaksana) dari segala segi.
7. Menyepi dari dunia dan segala perhiasannya.
8. Berteman dengan ibadah pada malam dan kegelapan.
9. Banyak menangis karena takut kepada Allah.
10. Banyak bertafakur setelah berusaha.
11. Selalu menghitung-hitung kesalahan dirinya (muhasabah).
12. Menyukai pakaian kasar, makanan orang fakir.
13. Selalu mengawali ucapan salam apabila bertemu.
14. Memenuhi panggilan apabila dipanggil.
15. Bawahannya tidak takut berbicara, dan mendahulukan orang lain dalam berpendapat.

12
16. Jika tersenyum, giginya terlihat seperti mutiara dan tersusun rapi.
17. Menghormati ahli agama dan mencintai kaum fakir miskin.
18. Di hadapannya orang-orang yang kuat tidak akan berani berbuat batil.
19. Di hadapannya, orang-orang yang lemah tidak akan berputus asa dari keadilannya.
20. Di tempat ibadah dia menangis seperti orang yang sedang bersedih.

Kepemimpinannya telah teruji. Ia berani menghadapi kaum musyrikin dalam


perang Khandak yang berjumlah 24.000 prajurit. Pasukan berkuda yang dipimpin oleh
Amru Bin Wudd hendak menikamnya. Namun, Ali berhasil membunuhnya. Tidak heran
jika akhirnya ia mendapat sebutan sebagai orang yang tidak dapat dikalahkan oleh lawan.
Belum lagi segudang kehebatan dan keberanian yang lainnya.

Kontribusi Khalifah Dalam Peradaban Islam


Kebijaksanaan-kebijaksanaan Ali juga mengakibatkan timbulnya perlawanan dari
para gubernur di Damaskus, Mu'awiyah yang didukung oleh sejumlah bekas pejabat
tinggi yang merasa kehilangan kedudukan dan kejayaan. Setelah berhasil memadamkan
pemberontakan Zubair, Thalhah dan Aisyah, Ali bergerak dari Kufah menuju Damaskus
dengan sejumlah besar tentara. Pasukannya bertemu dengan pasukan Mu'awiyah di
Shiffin. Pertempuran terjadi di sini yang dikenal dengan nama perang shiffin. Perang ini
diakhiri dengan tahkim (arbitrase), tapi tahkim ternyata tidak menyelesaikan masalah,
bahkan menyebabkan timbulnya golongan ketiga, al-Khawarij, orang-orang yang keluar
dari barisan Ali. Akibatnya, di ujung masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib umat Islam
terpecah menjadi tiga kekuatan politik, yaitu Mu'awiyah, Syi'ah (pengikut Abdullah bin
Saba’ al-yahudi) yang menyusup pada barisan tentara Ali, dan al-Khawarij (orang-orang
yang keluar dari barisan Ali). Keadaan ini tidak menguntungkan Ali. Munculnya
kelompok al-khawarij menyebabkan tentaranya semakin lemah, sementara posisi
Mu'awiyah semakin kuat. Pada tanggal 20 ramadhan 40 H (660 M), Ali Ra terbunuh oleh
salah seorang anggota Khawarij yaitu Abdullah bin Muljam.

13
Kesimpulan
Harus diakui ada beberapa kasus dan peristiwa pada masa khalifah Usman dan Ali
yang tidak menyenangkan.Tapi perlu dicatat secara umum mengenai beberapa hal yang
dicontohkan oleh khulafa al-Rasyidin dalam memimpin Negara Madinah.Pertama,
mengenai pengangkatan empat orang sahabat Nabi terkemuka itu menjadi Khalifah
dipilih dan di angkat dengan cara yang berbeda. 1) Pemilihan bebas dan terbuka melalui
forum musyawarah tanpa ada seorang calon sebelumnya. Karena Rasulullah SAW tidak
pernah menunjuk calon penggantinya. Cara ini terjadi pada musyawarah terpilihnya Abu
Bakar dibalai pertemuan TsaqifahBani Syaidah. 2) Pemilihan dengan cara pencalonan
atau penunjukan oleh khalifah sebelumnya dengan terlebih dahulu mengadakan
konsultasi dengan para sahabat terkemuka dan kemudian memberitahukan kepada umat
islam, dan mereka menyetujuinya. Penunjukan itu tidak karena ada hubungan keluarga
antara khalifah yang mencalonkan dan calon yang di tunjuk. Cara ini terjadi pada
penunjukan Umar oleh khalifah Abu Bakar. 3) Pemilihan team atau Majelis Syura yang
di bentuk khalifah. Anggota tem bertugas memilih salah seorang dari mereka menjadi
khalifah. Cara ini terjadi pada Usman melalui Majelis Syura yang dibentuk oleh khalifah
Umar yang beranggotakan enam orang. 4) Pengangkatan spontanitas di tengah-tengah
situasi yang kacau akibat pemberontakan sekelompok masyarakat muslim yang
membunuh usman.Cara ini terjadi pada Ali yang dipilih oleh kaum pemberontak dan
umat Islam Madinah. Kedua,Pemerintahan Khulafa’ al-Rasyidin tidak mempunyai
konstitusi yang dibuat secara khusus sebagai dasar dan pedoman penyelenggaraan
pemerintahan. Undang-undang nya adalah Al-Qur’an dan Sunnah Rasul ditambah dengan
hasil ijtihad khalifah dan keputusan Majelis Syura dalam menyelesaikan masalah-
masalah yang timbul yang tidak ada penjelasannya dalam nash syariat.
Ketiga,Pemerintahan khulafa al-Rasyidin juga tidak mempunyai ketentuan mengenai
masa jabatan bagi setiap khalifah. Mereka tetap memegang jabatan itu selama berpegang
kepada syariat islam. Keempat,dalampenyelenggaraan pemerintahan Negara Madinah
khulafa al-Rasyidin telah melaksanakan prinsip musyawarah, prinsip persamaanbagi
semua lapisan masyarakat dalam berbagai aspek kehidupan, prinsip kebebasan
berpendapat, prinsip keadilan social dan kesejahteraan rakyat. Kelima,dasar dan pedoman
penyelenggaraan pemerintahan Negara Madinah adalah Al-Qur’an dan Sunnah rasul,

14
hasil ijtihad penguasa, dan hasil keputusan Majelis Syura. Karenanya corak Negara
Madinah pada periode Khulafa al-Rasyidin tidak jauh berbeda daripada zaman
Rasulullah.

15
16

You might also like