Professional Documents
Culture Documents
Oleh :
NOVIRA ROSALINA
(08.06.01.319)
Laporan asuhan kebidanan pada Ny “J” Akseptor Aktif Kontrasepsi IUD dengan
Erosi Portio di Puskesmas Rengel Kabupaten Tuban sebagai laporan praktek klinik
kebidanan yang telah disahkan dan disetujui oleh pembimbing ruangan maupun
akademik di Puskesmas Rengel Kabupaten Tuban.
Mengetahui,
6
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Puji syukur penyusun panjatkan kepada kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita, sehingga penyusun dapat
menyelesaikan laporan ini yang berjudul “Asuhan Kebidanan pada Ny “J” Akseptor
Aktif Kontrasepsi IUD dengan Erosi Portio” tepat pada waktunya.
Penyusun menyadari bahwa tanpa bantuan dari pihak-pihak yang
bersangkutan, penyusunan laporan Praktik Klinik Kebidanan ini tidak akan terwujud.
Oleh karena itu dalam kesempatan ini penyusun ingin mengucapkan terimakasih pada
kepada :
1. Dr. Yusnita Firdausi selaku Kepala Puskesmas Rengel Kabupaten Tuban yang
telah memberikan kesempatan kepada kami untuk melaksanakan praktek klinik
kebidanan.
2. H. Miftahul Munir, SKM.M.Kes. selaku Ketua STIKES NU Tuban yang telah
memberikan kesempatan untuk melaksanakan praktek di RSUD Dr. R. Koesma
Tuban
3. Hj. Tri Agustina K, SST selaku pembimbing ruangan di Puskesmas Rengel
Kabupaten Tuban yang telah meluangkan waktu untuk membimbing kami selama
praktek.
4. Ummu Qonitun, S.SiT selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan
bimbingan kepada kami.
5. Seluruh staf dan karyawan di Pukesmas Rengel Kabupatren Tuban atas bantuan
dan bimbingannya
Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih jauh dari
kata sempurna, karena itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun akan
penyusun terima dengan tangan terbuka demi tercapainya kesempurnaan laporan di
masa yang akan datang. Sekian dan terimakasih.
Wassalamualaikum Wr. Wb
7
DAFTAR ISI
8
BAB 1
PENDAHULUAN
9
Oleh karena itu berdasarkan data-data yang telah dijelaskan diatas,
sebagai tenaga kesehatan khususnya bidan kita harus mampu memberikan asuhan
kebidanan secara menyeluruh atau komprehensif sehingga masalah yang terjadi
pada akseptor IUD dengan erosi ortio dapat diatasi dengan baik dan tepat.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Dengan mempelajari asuhan kebidanan diharapkan mahasiswa dapat
mengerti dan memahami tentang pelaksanaan asuhan kebidanan pada
akseptor IUD dengan erosi portio melalui pendekatan manajemen
kebidanan.
1.2.2 Tujuan khusus
1. Mahasiswa diharapkan mampu melaksanakan pengkajian baik dari
subyektif maupun data obyektif pada Ny. “J” P1001 Akseptor Aktif
Kontrasepsi IUD dengan Erosi Portio di Puskesmas rengel Kabupaten
Tuban.
2. Mahasiswa diharapkan mampu mengidentifikasi masalah potensial atau
mendiagnosa pada Ny. “J” P1001 Akseptor Aktif Kontrasepsi IUD
dengan Erosi Portio di Puskesmas rengel Kabupaten Tuban.
3. Mahasiswa diharapkan mampu mengantisipasi masalah potensial atau
diagnosa lain pada Ny. “J” P1001 Akseptor Aktif Kontrasepsi IUD
dengan Erosi Portio di Puskesmas rengel Kabupaten Tuban.
4. Mahasiswa diharapkan mampu mengidentifikasi kebutuhan segera pada
Ny. “J” P1001 Akseptor Aktif Kontrasepsi IUD dengan Erosi Portio di
Puskesmas rengel Kabupaten Tuban.
5. Mahasiswa diharapkan mampu merencanakan asuhan kebidanan secara
menyeluruh pada Ny. “J” P1001 Akseptor Aktif Kontrasepsi IUD
dengan Erosi Portio di Puskesmas rengel Kabupaten Tuban.
6. Mahasiswa diharapkan mampu melaksanakan rencana secara
menyeluruh pada Ny. “J” P1001 Akseptor Aktif Kontrasepsi IUD
dengan Erosi Portio di Puskesmas rengel Kabupaten Tuban.
7. Mahasiswa diharapkan mampu mengevaluasi asuhan yang telah
diberikan pada Ny. “J” P1001 Akseptor Aktif Kontrasepsi IUD dengan
Erosi Portio di Puskesmas rengel Kabupaten Tuban.
10
1.3 Ruang Lingkup
Ruang lingkup dari penyusunan laporan asuhan kebidanan ini dilakukan pada Ny.
“J” P1001 Akseptor Aktif Kontrasepsi IUD dengan Erosi Portio di Puskesmas
rengel Kabupaten Tuban.
1.5 Pelaksanaan
Praktik lapangan ini dilaksanakan di Puskesmas Rengel Kabupaten Tuban
pada tanggal 18-31 April 2011
11
1.6 Sistematika Penulisan
Halaman Judul
Lembar Pengesahan
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
1.3 Ruang Lingkup
1.4 Metode Penulisan
1.5 Pelaksanaan
1.6 Sistematika Penulisan
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Konsep dasar sesuai dengan kasus/ askeb yang diambil
2.2 Konsep dasar Asuhan Kebidanan ( Tinjauan teori Menurut Hellen
Varney)
BAB III TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian
3.2 Diagnosa/ Masalah
3.3 Diagnosa/ Masalah potensial dan antisipasi tindakan (bila ada)
3.4 Tindakan Segera (bila ada)
3.5 Intervensi / Perencanaan
3.6 Implementasi / Pelaksanaan
3.7 Evaluasi
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
12
BAB 2
LANDASAN TEORI
14
2.1.6 Kerugian Menggunakan AKDR
a. Efek samping yang umum terjadi
Perubahan siklus haid (umumnya pada bulan pertama dan akan
berkurang setelah 3 bulan)
1) Haid lebih lama dan banyak
2) Perdarahan (spotting) antarmenstruasi.
b. Komplikasi lain
1) Merasakan sakit dan kejang selama 3-5 hari setelah
pemasangan
2) Perdarahan berat pada waktu haid yang dapat menyebabkan
anemia
3) Perforasi dinding uterus (sangat jarang apabila
pemasangannya benar).
4) Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS
5) Tidak baik digunakan pada perempuan IMS atau perempuan
yang sering berganti pasangan.
6) Penyakit radang panggul terjadi sesudah perempuan dengan
IMS memakai AKDR.
7) Prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelvik seringkali
perempuan takut selama pemasangan.
8) Sedikit nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi segera setelah
pemasangan AKDR biasanya menghilang 1-2 hari.
9) AKDR tidak dapat dilepaskan oleh klien sendiri.
10) AKDR dapat keluar tanpa diketahui.
11) Tidak mencegah terjadi kehamilan ektopik karena fungsi
AKDR untuk mencegah kehamilan normal.
12) Perempuan harus memeriksa benang AKDR dan waktu ke
waktu (Arum, Setya, Jogjakarta : 2009 Hal 155-156).
13) Erosi porsio
Pada saat pemasangan alat kontrasepsi yang digunakan tidak
steril dan dapat menyebabkan infeksi.
AKDR juga mengakibatkan bertambahnya volume dan
lamanya haid (darah merupakan media subur untuk
berkembangbiaknya kuman menyebabkan terjadinya infeksi).
15
Infeksi pada masa reproduktif menyebabkan canalis
cervicalis dan epitel portio berpindah, infeksi juga dapat
menyebabkan menipisnya epitel portio dan gampang terjadi
erosi pada portio (Winkjosastro, Jakarta : 2005 Hal 167).
2.1.7 Persyaratan Pemakaian AKDR
a. Yang dapat menggunakan
1) Usia reproduktif
2) Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangkah panjang
3) Menyusui dan menginginkan menggunakan kontrasepsi
4) Setelah melahirkan dan tidak menyusui bayinya
5) Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi
6) Resiko rendah dan IMS
7) Tidak menghendaki metode hormonal
8) Tidak menyukai memakai kontrasepsi yang mengingat-ingat
misalnya : minum pil tiap hari
9) Tidak menghendaki kehamilan
10) Perokok berat
11) Pascakeguguran
12) Sedang memakai antibiotik atau anti kejang
13) Gemuk ataupun yang kurus
14) Sedang menyusui
15) Penderita tumor jinak payudara
16) Penderita kanker payudara
17) Pusing, sakit kepala
18) Tekanan darah tinggi < 140 / 90 mmHg
19) Varises di tungkai maupun vulva
20) Penderita penyakit jantung
21) Pernah menderita stroke
22) Penderita diabetes tidak lebih dan 20 tahun
23) Penderita penyakit hati dan empedu
24) Malaria
25) Penyakit tiroid
16
b. Yang tidak di perkenalkan
1) Sedang hamil (diketahui hamil atau kemungkinan hamil)
2) Pendarahan vagina ynag tidak diketahui (sampai dapat
dievaluasi)
3) Sedang menderita infeksi alat genetalia (vaginitis,servicitis)
4) Tiga bulan berakhir sedang mengalami atau sering menderita
PRP atau abortus
5) Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak
rahim yang dapat mempengaruhi kavum uteri.
6) Penyakit trofoblas yang ganas
7) Diketahui menderita TBC pelvic
8) Kanker alat genital
9) Ukuran rongga rahim kurang dan 5 cm
2.1.8 Waktu Penggunaan AKDR
a. Setiap waktu dalam siklus haid,yang dapat di pastikan klien tidak
hamil.
b. Hari pertama sampai ke-7 siklus haid.
c. Segera setelah melahirkan,selama 48 jam pertama atau setelah 6
minggu pasca persalinan,setelah 6 bulan apabila menggunakan
metode Amenorhoe Laktasi
d. Setelah menderita abortus (segera atau dalam waktu 7 hari) apabila
tidak ada gejala infeksi.
e. Selama 1-5 hari setelahsenggarna yang tidak dilindungi.
2.1.9 Petunjuk Bagi Klien yang Menggunakan AKDR / IUD
a. Kembali memeriksakan diri setelah 4 sampai 6 minggu
pemasangan AKDR.
b. Selama bulan pertama mempergunakan AKDR, periksalah benang
AKDR secara rutin terutama setelah haid.
c. Setelah bulan pertama pemasangan. Hanya perlu memeriksa
keberadaan benang setelah haid apabila mengalami :
o Kram / kejang pada perut bagian bawah
o Pendarahan (spothing)
o Nyeri telah senggama atau apabila pasangan mengalami tidak
nyaman selama melakukan hubungan seksual.
17
d. Copper T-380A perluh dilepas setelah 10 tahunpemasangan, tetapi
dapat dilakukan lebih awal apabila diinginkan
e. Kembali ke klinik apabila :
1. Tidak dapat teraba benang AKDR
2. Merasdakan bagian yang keras dan AKDR (batang)
3. AKDR terlepas
4. Siklus terganggu / meleset
5. Terjadi pengeluaran cairan dan vagina yang mencuringakan
6. Adanya infeksi. (Winkjosostro, Jakarta : 2003 Hal 143).
18
2.2. Konsep Dasar Erosi Porsio
2.2.1 Pengertian Erosi Porsio
Erosi Porsio ialah adanya sekitar ostiu uteri eksternum suatu
berwarna merah menyala dan agak mudah berdarah. (Winkjosastro,
Jakarta : 2005 Hal 167).
Erosi porsio adalah pengisikan mulut rahim yang disebabkan
oleh karena manipulasi atau keterpaparan oleh benda yang dapat
mengakibatkan menjadi radang dan lama – lama menjadi infeksi.
(www.google memahami Reproduksi wanita, 10 mei 2010).
2.2.2 Etiologi Erosi Porsio
a. Keterpaparan suatu benda pada saat pemasangan AKDR
Pada saat pemasangan alat kontrasepsi yang digunakan tidak
steril yang dapat menyababkan infeksi.
AKDR juga mengakibatkan bertambahnya volume dan lama
haid (darah merupakan media subur untuk berkembangbiaknya
kuman) penyebab terjadi infeksi.
b. Infeksi pada masa reproduktif menyebabkan batas antara epitel
canalis cervicalis dan epitel portio berpindah, infeksi juga dapat
memyebabkan menipisnya epitel portio dan gampang terjadi erosi
pada porsio (hubungan seksual).
c. Pada masa reproduktif karena adanya infeksi seperti cervicitis
dapat menyebabkan bata antara epitel canalis cervicalis dan epitel
portio berpindah.
d. Rangsangan luar maka epitel gampang berlapis banyak dan porsio
mati dan diganti dengan epitel silinderis canalis servikalis.
(Winkjosastro, Jakarta : 2005 Hal. 167).
2.2.3 Patofisiologi Terjadinya Erosi Porsio
Selain dari personal hygiene yang kurang IUD juga dapat
menyebabkan bertambahnya volume dan lama haid darah merupakan
media subur untuk masuknya kuman dan menyebabkan infeksi, dengan
adanya infeksi dapatmasuknya kuman dan menyebabkan infeksi.
Dengan adanya infeksi dapat menyebabkan Epitel Portio
menipis sehingga mudah menggalami Erosi Portio, yang ditandai
dengan sekret bercampur darah, metrorrhagia, ostium uteri eksternum
19
tampak kemerahan, sekret juga bercampur dengan nanah, ditemukan
ovulasi nabathi. (Winkjosastro, hanifa. Ilmu kandungan jilid I, YBPS-
SP, Jakarta : 2005).
2.2.4 Tanda dan Gejala
a. Sekret bercampur darah setelah bersenggama. (www.goegle
memahami Reproduksi wanita, 10 mei 2010).
b. Dapat menimbulkan pendarahan kontak atau metrorarghia.
c. Portio uterus disekitar ostium uteri eksternum tampah daerah
kemerah-merahan yang sulit dipisahkan secara jelas dan Epitel
Portio.
e. Pada Erosi sering di ketemukan ovula nobathii. (Winkjosastro,
Jakarta : 2005 Hal 175).
2.2.5 Penanganan
Erosi dapat disembuhkan dengan obat keras seperti AgNO3
10% atau Al Bothyl yang menyebabkan nekrose Epitel silinderis
dengan harapan bahwa kemudian diganti dengan Epitel gepeng
berlapis banyak. (www.goegle memahami Reproduksi wanita, 10 mei
2010).
20
2.3. Proses Manajemen Asuhan Kebidanan
2.3.1 Pengertian
Manajemen kebidanan adalah metode kerja profesi dengan
menggunakan langkah – langkah sehingga merupakan alur kerja dan
perorganisasian pikiran dan bertindak sebagai suatu langkah – langkah
yang logis dan menguntungkan baik bagi klien maupun bagi bidan.
Proses manajemen ini terdiri dari 7 langkah berurutan dimana
setiap langkah disempurnahkan secara periodik, proses ini dimulai dari
pengumpulan data dasar dan berakhir dengasn evaluasi.
Dengan adanya proses manajemen asuhan kebidanan ini maka
mudah kita dapat mengenali dan mengidetifikasi masalah selanjutnya,
merencanakan dan melaksanakan suatu asuhan yang aman dan efektif.
2.3.2 Proses Manajemen Asuhan Kebidanan Menurut Varneys Midwivery,
1997
a. Idetifikasi dan Analisa Data Dasar
Merupakan langkah awal dalam manajemen kebidanan,
langkah yang merupakan kemampuan intelektual dalam
mengidentifikasi masalah ibu. Pada tahap ini merupakan dasar
langkah selanjutnya. Kegiatan yang dilaksanakan dalam langkah
identifikasi data dasar meliputi :
1) Pengumpulan data
Dalam pengumpulan data, mencari data menggalih data atau
informasi, baik dan ibu, keluarga, maupun tim kesehatan
lainnya atau data yang memperoleh dan hasil pemeriksaan
pada pencatatan dokumen medik. Hal – hal yang dilakukan
dalam pengumpulan data
a. Wawancara
Wawancara adalah tanya jawab yang dilakukan antara
bidan dengan ibu maupun tim medis lainnya.
b. Observasi dan pemeriksaan fisik
Merupakan metode pengumpulan data yang tidak dapat
disahkan, observasi adalah melihat, dan pemeriksaan
fisik dilakukan inspeksi, dan palpasi
21
2) Pengolahan data
Setelah data dikumpulkan secara lengkap dan benar, maka
selanjutnya dapat dikumpulkan dalam :
1). Data subjektif
Data yang dikumpulkan dalam data subjektif antara lain
adalah keluhan utama, riwayat menstruasi, riwayat
ginokologi dan KB.
1. Keluhan utama :
Adanya pengeluaran sekret bercampur darah dan
kadang juga bercampur dengan nanah.
2. Riwayat menstruasi :
Perdarahan diluar siklus haid (metrorrhagia)
3. Riwayat ginekologi dan KB :
Gangguan pola haid (metrorrhagia) dan pengunaan
jenis alat kontrasepsi AKDR.
24
Merupakan ringkasan dan langkah I dalam proses
manajemen asuhana kebidanan yang di peroleh dan apa yang
dikatakan, disampaikan dan dikeluarkan oleh ibu melalui
anamnese dengan ibu dan kelurganya.
b. O = Objektif
Merupakan ringkasan dan langakah I dalam proses
manajemen asuhan kebidanan yang diperoleh melalui
inspeksi, palpasi, auskultasi, auskultasi dan hasil
pemeriksaan laboratorium dan USG.
c. A = Assesment
Merupakan ringkasan dan dan langkah II, III dan IV
dalam proses manajemen asuhan kebidanan dimana dibuat
kesimpulan berdasarkan dan data subjektif dan objektif
sebagai hasil pengambilan keputusan klinik terhadap ibu
tersebut.
d. P = Planning
Merupakan ringkasan dan langkah V. VI dan VII
dalam proses manajemen asuhan kebidanan dimana planning
ini dilakukan berdasarkan dan hasil kesimpulan dan evaluasi
terhadap keputisan ibu yang diambil dalam rangka mengatasi
masalah ibu atau memenuhi kebutuhan ibu.
25
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian
1. Data Subyektif
Anamnese pada tanggal : 18 April 2011 Jam : 11.00 WIB
1. Biodata / Identitas
26
5. Riwayat Penyakit yang pernah / Sedang Diderita Akseptor dan Riwayat
Penyakit Keluarga
- Riwayat penyakit yang pernah / sedang diderita pasien.
Ibu mengatakan bahwa ia tidak pernah menderita penyakit menurun
(Diabetes Melitus), menahun (jantung, ginjal) dan menular (hepatitis).
- Riwayat penyakit keluarga
Ibu mengatakan bahwa dalam keluarganya tidak ada yang menderita
penyakit menurun (diabetes miletus), menahun (jantung dan ginjal)
dan menular (hepatitis)
6. Riwayat Kesehatan
Ibu mengatakan bahwa ia tidak pernah merokok, minum-minuman keras
ataupun jamu-jamuan selain obat yang diberikan dari dokter / bidan.
7. Pola Kehidupan Sehari-hari
Eliminasi : Ibu mengatakan BAB 1 kali setiap hari dan BAK
4-5 kali setiap hari.
Nutrisi : Ibu mengatakan makan 3 kali sehari, porsi sedang,
nasi, lauk pauk, sayur, buah dan minum air putih
6-7 gelas perhari.
Pola Istirahat : Ibu mengatakan tidur siang 1 jam per hari dan
tidur malam 7 jam hari.
Personal Hygiene : Ibu selalu mandi dan gosok gigi 2 kali / hari dan
ganti baju 1 kali / hari serta membersihkan daerah
kemaluannya setiap selesai BAB / BAK.
Rekreasi : Ibu lebih suka nonton TV di ruang dan jalan-jalan.
Sexualitas : Ibu mengatakan melakukan hubungan seks 1 kali
dalam seminggu
8. Riwayat Sosial Budaya
Ibu mengatakan bahwa dalam keluarganya tidak ada larangan dalam
mengikuti keluarga berencana (KB)
2. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Keadaan Umum
Kesadaran : composmentis
Tensi : 120/70 mmHg
27
Nadi : 80 x/mnt
Nafas : 20 x/mnt
Suhu : 365 oC
BB : 52 kg
2. Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi
28
Bau : tidak berbau
Keputihan : ada
Kaki / ekstremitas
Varices : tidak ada
Odema : tidak ada
Anus : tidak ada hemoroid
Pungung : simetris, tidak ada kifosis
2. Palpasi
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar limfe, thyroid, vena
jugularis.
Payudara : tidak ada benjolan abnormal
Perut : tidak ada benjolan
Auskultasi
Dada : Weezing paru : normal (tidak ada)
3. Reflek patella
Ka/ki : ki (+) / ka (+)
3. Pemeriksaan Inspekulo
Nampak portio berwarna kemerahan
Nampak benang IUD pada portio
Nampak adanya cairan disekitar portio
Tidak ada benjolan pada portio.
29
Nampak benang IUD pada portio
Nampak adanya cairan disekitar portio
Tidak ada benjolan pada portio.
3.3 Identifikasi Diagnosa / Masalah Potensial
- servicitis
3.5 Intervensi
Tanggal : 18 April 2011 Pukul : 11.25 WIB
Diagnosa : P1001 Akseptor Aktif Kontrasepsi IUD dengan Erosi Portio
Tujuan : Setelah diberikan asuhan kebidanan selama 15 menit, masalah
yang dirasakan ibu dapat teratasi.
Kriteria hasil : - Ibu dapat mengerti dengan penjelasan yang diberikan.
Rencana Tindakan :
1. Lakukan komunikasi terapiutik dengan ibu
Rasional : agar disaat dilakukan pemeriksaan, ibu dapat kooperatif
2. Lakukan pemeriksaan inspekulo
Rasional : untuk melihat kondisi cerviks ibu
3. Jelaskan kepada ibu tentang penyebab erosi portio
Rasional : dengan penjelasan tentang erosi portio ibu akan bersikap
kooperatif dan mau menerima anjuran petugas dan dokter
30
4. Jelaskan pada ibu tentang :
Personal hygiene yaitu utamanya pada daerah kewanitaan.
Rasional : memberi rasa nyaman dan mencegah terjadi infeksi lebih
lanjut
Gizi yang cukup
Rasional : dengan memakan makanan yang cukup gizi membantuh
memulihkan stamina dan mengganti sel-sel tubuh yang rusak
Istirahat dan tidur yang cukup
Rasional : istirahat dan tidur yang cukup membuat memulihkan stamina
5. Beri dukungan moral
Rasional : agar ibu merasa tenang serta kecemasan itu merasa berkurang
6. Beri albothyl pada daerah porsio pada portio
Rasional : dengan pemberian albothyl akan mempercepat penyembuhan
erosi portio
7. Penatalaksanaan pemberian obat
Rasional : dengan pemberuian obat pada klien agar masalah dapat teratasi
dan menjadi sembuh.
8. Anjurkan ibu datang kembali untuk kontrol AKDR kapan saja atau setiap ada
keluhan
Rasional : agar ibu dapat teratasi masalahnya serta merasa puas dengan
pelayanan yang diberikan.
3.6 Implementasi
Tanggal : 18 April 2011 Jam : 11.00 WIB
1. Melakukan komunikasi terapiutik dalam menjelaskan prosedur pemeriksaan
kepada ibu dengan ramah dan sopan
2. Melakukan pemeriksaan inspekulo dengan :
Menyuruh ibu untuk berbaring di tempat yang telah disediakan
31
Melakukan vulva hygiene
Memasang inspekulo dan melihat keadaan cerviks
3. Menjelaskan kepada ibu adanya infeksi pada portio
4. Memberi penyuluhan tentang
a. Personal hygiene yaitu utamanya pakaian dalam menggantinya setiap kali
kotor atau basah
b. Gizi yang cukup yaitu yang memenuhi kebutuhan dengan cukup
karbohidrat, protein dan vitamin
c. Istirahat dan tidur yang cukup
5. Memberi dukungan moral dengan memberi support dengan menyerahkan diri
pada Allah SWT.
6. Memberikan albotyl dengan cara mengoleskan albotil menggunakan klem di
sekitar portio yang terjadi radang.
7. Melakukan penatalaksanaan pemberian obat
pemberian obat :
- Antalgin 3x1
- Metronidazole 3x2
8. Menganjurkan ibu datang kembali untuk kontrol AKDR atau kapan saja setiap
ada keluhan.
32
3.7 Evaluasi
b. BB sekarang : 53 kg
- Lyncopar 3x1
- Ferofort 1 x 1 mg
33
- Mefinal 3 x 1 mg
Anjurkan ibu untuk datang kembali untuk kontrol AKDR atau kapan saja
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Setelah mempelajari teori, Konsep dasar prinsip-prinsip keluarga
berencana Akseptor IUD dengan masalah erosi portio maka dapat diambil
kesimpulan bahwa :
erosi portio
34
2. Meskipun erosi portio tidak mengancam keselamatan ibu tapi memerlukan
juga sekret yang yang bercampur dengan nanah sehingga terjadi portal of
3. Komplikasi lain dari erosi portio dapat terjadi Droup Out dari alat
kecemasan yang dialami ibu dapat menyebabkan droup out ibu dari alat
4.2 Saran
Bagi Mahasiswa
Lahan Praktik
Institusi Pendidikan
35
dijadikan masukan dalam pembuatan laporan praktek kebidanan yang akan
datang
DAFTAR PUSTAKA
Hartono, Hanafi. 2004. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta : Pustaka Sinar
Harapan.
Saifudin, Abdul Bari. 2003. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta :
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
36
Saifudin, Abdul Bari. 1976. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta :
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
http://www.infobunda.com/pages/articles/artikelshow.php?id=144&catid=7
37