You are on page 1of 19

ETIKA BISNIS DAN ETIKA PROFESI

DALAM ERA GLOBALISASI


Oleh : Drs. Jan Hoesada, MM, Ak

1. PENDAHULUAN
2. HASIL KNA LALU TENTANG ETIKA
3. CATATAN PELANGGARAN KODE ETIK
4. KEPUTUSAN KOMITE KODE ETIK
5. PENDIDIKAN MORAL
6. KECERDASAN EMOSIONAL
7. PEMBAHASAN TENTANG ETIKA
8. TUNTUTUAN AKAN ETIKA DAN TOLOK UKUR ETIKA
9. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINDAKAN TIDAK ETIS
10. LINGKUNGAN USAHA PROFESI AKUNTAN
11. PERBANDINGAN KODE ETIK
12. ETIKA DAN HUKUM
13. ASPEK PEMASARAN DAN ETIKA
14. PENUTUP

PENDAHULUAN

Puji syukur atas berkah dan karunia Nya, sehingga kita dapat berkumpul
dan membahas masalah kode etik. Terima kasih atas kepercayaan IAI untuk
penugasan ini. Bila pada SAK dikenal konsep going concern, pada etika bisnis
dan etika profesi dikenal konsep growing concern terhadap etika.

Hakekat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia


seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia, berdasarkan
Pancasila dan UUD 45. moral dan agama merupakan landasan mutlak.

Van Puersen mengemukakan hal yang telah kita pahami dan masuk PJPT kita,
sbb :
“In such a wider context, it is more difficult to define basic needs. We often
define these into simple manner. Basic needs may not refer to physical
hunger or to deprivation only, but aslso to spiritual hunger, a quest for
education, which is often found in countries where the battle against
illiteracy has not been fully won. There can be hunger for new meaning of
life in a situation of change values”.

Sesi ini meminta agar keprihatinan dan energi kita fokuskan bersama
pada penerapan etika di lapangan profesi dalam kehidupan sehari-hari.

Makalah ini diajukan sekedar sebagai bahan diskusi Konvensi Nasional III
Ikatan Akuntan Indonesia, mengunakan sumber inspirasi seminar pemutakhiran
Kode Etik Akuntan Indonesia diselenggarakan PPA UI tanggal 15 juni 1994, yaitu
makalah berjudul Hukum Indonesia Dan Kode Etik Akuntan, ditambah makalah-
makalah judul terkait sampai seminar kode etik di Bandung bulan juni 1996 dan
sumber rujukan lain yang terlampir pada makalah ini.

Tujuan penyaji adalah memberi masukan bagi IAI dalam menyusun action plan :

1. Penyempurnaan kode etik berterima global.


2. Menyukseskan implementasi kode etik dalam profesi akuntan.

Apabila ada gagasan yang kurang berkenan di hati hadirin, penyaji mohon
maaf sebesar-besarnya. Apabila ada yang berkenan di hati hadirin namun perlu
dipertajam dan disempurnakan, mohon bantuan hadirin untuk hal tersebut.

HASIL KNA LALU TENTANG ETIKA

Ringkasan butir-butir gagasan di sekitar etika dalam konvensi nasional


akuntansi ke-2 IAI Yogyakarta, 3-5 Desember 1992.

Pidato sambutan Meko EKUIN dan pengawasan pembangunan – Radius


Prawiro :
1. Landasan hukum dan peraturan perundangan lain yang merupakan
kendala profesi harus diatasi.
2. PPL untuk pengembangan integritas profesi akuntan.
3. IAI tak mengutamakan jumlah anggota, namun mutu tinggi.

Keynote Address Mentri Sekretaris Negara :

1. Posisi sosial profesi harus ditingkatkan.


2. Kode etik adalah kontrak sosial antara profesi dan masyarakat.
3. Tugas akuntansi memelihara kepercayaan orang awam terhadap
kebenaran pengelolaan keuangan.
4. Beliau melihat tanda-tanda akuntan mengejar kebenaran formal, bukan
material.
5. Pelajaran etika dalam Sekolah Tinggi Ekonomi dan Manajemen harus
ditinjau dan diintensifkan.
6. Aplikasi etik harus dikembangkan serentak; etik bisnis, etik sosial, etik
politik dan etik hankam.
7. Bila etik luntur, masyarakat merosot, mundur, hancur.
8. Norma yang beraneka ragam di masyarakt harus dimusyawarahkan dan
diseragamkan, mengacu norma-norma umum sejagat.
9. Lembaga bantuan akuntansi untuk koperasi, harus dibentuk.
10. Agent of Modernization and Development.

Makalah Drs. Mar’ie Muhammad, Ak., berjudul etika Profesi Akuntan dan
Kepatuhan Perpajakan :
1. Tanggung jawab terhadap masyarakat harus merupakan sikap dasar
profesi, walau imbalan disediakan pemakai jasa.
2. Independensi dan obyektivitas adalah sikap mental/etika profesi.

Makalah Dick Hartono, SJ., berjudul Etika Profesi dan Kebudayaan


Indonesia, pada pokoknya berisi :

1. Pelayanan profesi terjamin keahlian dan akhlak masing-masing


profesional, sebagai individu.
2. Etika profesional bukan saja aturan kelompok profesional, namun sebagai
sikap pribadi.

Makalah Drs. M. Sutoyo berjudul Etika Profesi dan Budaya Indonesia, pada
pokoknya berisi :

1. Profesi akan memberi warna pada kebudayaan masyarakat.


2. Syarat profesi adalah syarat kehidupan bangsa modern.
3. Pengetahuan akuntansi harus diabadikan untuk memajukan
kesejahteraan masyarakat.
4. Rasa tanggung jawab akuntan tercermin pada perilaku dan tindakan
sehari-hari para akuntan.
5. Konsep disiplin adalah ketaatan, kepatuhan dan pengendalian diri. IAI
menuntut jenis disiplin yang paling kuat, sesuatu yang keluar dari dalam
jiwa individu sendiri, bukan dari atasan. Disiplin dijaga dengan self control
dan pengendalian diri.
6. PPL adalah sikap etik.
7. Tolak penugasan tak etis.
8. Lengkapi pedoman kerja.
9. Kepentingan lain diatas pertimbangan profesional adalah tidak etis.

CATATAN PELANGGARAN KODE ETIK

Dalam Laporan DK (Dewan Kehormatan) & PP (Pengurus Pusat) IAI


tahun 1982-1986, kita jumpai kasus pelanggaran :
1. Publikasi (penawaran jasa tanpa permintaan, iklan surat kabar,
pengedaran buletin KAP).
2. Pelanggaran obyektivitas (mengecilkan penghasilan, memperbesar biaya
suatu laporan keuangan.
3. Isu pengawas Intern Holding mempunyai KAP yang memeriksa
perusahaan anak Holding tersebut.
4. Pelanggaran hubungan rekan seprofesi.
5. Isu menerima klien yang ditolak KAP lain dan perang tarif.
Dalam laporan DK masa kerja 1986-1990 disebutkan tentang pelanggaran
dan sengketa:
1. Publikasi (Ucapan Selamat Hari Natal, Tahun Baru, Merger pada
perusahaan bukan klien, selebaran, iklan).
2. Perubahan opini akuntan tanpa bukti pendukung kuat.
3. WTP tanpa kertas kerja memadai.
4. Surat akuntan pengganti.
5. Sengketa membawa kertas kerja keluar KAP.
6. Wanprestasi pembayaran fee.
7. Pengaduan pemegang saham minoritas tentang LK, KAP dituduh
memihak.

Dalam laporan pertanggungjawaban pengurus periode 1990-1994, Dewan


Kehormatan melaporkan : jumlah kasus 21 buah melibatkan 53 KAP, pengaduan
terutama berasal dari instansi pemerintah dan BUMN pemakai laporan (50%
pengaduan), perusahaan klien (30 %), sisanya oleh KAP dan pengurus IAI.

Pengaduan meliputi :

1. Dua pengaduan Bapepam tentang kualitas kerja.


2. Sebuah pengaduan bapeksta tentang cap dan tanda tangan tanpa opini,
dan tentang pernyataan akuntan terkait pasal 47 KUHD (35 KAP).
3. Pengaduan Direktur Asuransi Ditjen Lembaga Keuangan, tentang
penyimpangan laporan AT dan PAI.
4. Pengaduan Deputi BPKP atas audit perusahaan daerah tak sesuai NPA.
5. Pengaduan Deputi BPKP tentang penawaran jasa kerjasama dalam
rangka pemberian jasa akuntan.
6. Pengaduan PT. Taspen, tentang audit tak sesuai NPA.
7. Pengaduan klien KAP tentang, audit tak sesuai NPA, laporan audit
terlambat, tak sesuai PAI, dua opini berbeda dua KAP untuk klien periode
sama, tugas tak selesai dan berkas hilang.
8. Pengaduan antar KAP tentang komunikasi akuntan pengganti dan
akuntan terdahulu.
9. pengaduan iklan oleh pengurus IAI.

KEPUTUSAN KOMITE KODE ETIK

Dalam sidang komisi C (code etik) kongres IAI tanggal 20 september 1994
yang disahkan sidang pleno II no. 4 / kongres VII / 1994, termaktub hal-hal sbb :

1. Iklan promosi penjualan dilarang. Iklan pemberitahuan pindah alamat,


perubahan nomor telepon, dan iklan rekrutmen pegawai KAP atau klien
KAP diijinkan.
2. Kartu ucapan selamat diijinkan.
3. Hubungan keuangan dengan klien, pemilikan saham perusahaan klien
secara langsung atau tak langsung, kepentingan keuangan langsung dan
tak langsung, kerjasama bisnis / menerima / memberi hadiah tak lazim
bersyarat tak wajar dan pinjaman pada atau dari klien, karyawan, direktur
dan PS Utama klien, hubungan suami, istri, saudara sedarah semenda
sampai garis kedua dengan PS utama, komisaris, direksi dan eksekutif
lain.
4. AP dalam atau segera setelah penugasan audit menjadi komisaris,
direksi, atau karyawan pada perusahaan klien / perusahaan dewan
komisaris / perusahaan direktur / perusahaan karyawan klien, dilarang.
5. AP tak boleh terlibat usaha atau pekerjaan yang (1) bertentangan dengan
kepentingan auditor, atau (2) mempengaruhi independensi.
6. AP auditor harus menghindari jasa fungsi manajemen / kepengurusan
klien, seperti menandatangani voucher, menyusun laporan operasional
berkala, dan konsultan IPO klien.
7. Imbalan tak tergantung hasil temuan KAP.
8. Menawarkan biaya audit jauh lebih rendah pada klien KAP lain.
9. KAP harus minta imbalan, kecuali pada organisasi nirlaba.
10. pembayaran klien tertunda setahun atau lebih, menjadi piutang KAP,
mengganggu independensi.

PENDIDIKAN MORAL

Etika dekat moral. Lawrence Konhberg (1927-1987), menyatakan bahwa


pendidikan moral merupakan integrasi berbagai ilmu seperti psikologi, sosiologi,
antropologi budaya, filsafat, ilmu pendidikan, bahkan ilmu politik. Dengan
demikian kita jadi mafhum bahwa membangun etika adalah pekerjaan maha
rumit. Dari penelitian ilmiah 30 tahun sejak menjadi Ph. D., beberapa hal penting
untuk dicatat adalah :

a. Empat keutamaan pokok adalah keberanian, keadilan,


kesederhanaan dan kebijaksanaan.
b. Kebajikan utama bagi setiap pribadi dan masyarakat adalah
keadilan (Plato, Sokrates, Aristetoles, Emmanual Kant, Dewey,
G.H. Mead, Durkheim, Piaget, J. Rawls, J. Harbemas). Inti keadilan
adalah persamaan dan reprositas.
c. Puncak kesadaran idealisme tahap 5 terjadi disekitar umur 16
tahun, lebih banyak dan menonjol di AS daripada di Meksiko dan
Taiwan. Studi menunjukkan bahwa kaum muda yang memahami
keadilan dan bertindak lebih adil dan membantu penciptaan iklim
moral yang lebih baik. Hasil studi mengagetkan, tatkala terjadi
pergeseran beberapa obyek studi menjadi hedoisme ketika mulai
duduk di perguruan tinggi. Hasil riset ini menunjukkan pada KNA,
bahwa pendidikan moral dan etika harus tuntas sebelum umur
enam belas, selebihnya adalah pemeliharaan moral dan etika.
Kemungkinan keruntuhan pertama adalah di perguruan tinggi
(tugas pemeliharaan kritis pertama oleh PT), kemungkinan kedua
tatkala selesai perguruan tinggi terjun ke dunia nyata (tugas
pemeliharaan kedua oleh profesi).
d. Dalam diri setiap orang terdapat kumpulan kebajikan. Tugas
pendidikan adalah menarik keluar nilai-nilai tersebut, tanpa
indoktrinasi sewenang-wenang nilai-nilai masyarakat yang berlaku.
Diskusi menuntun (diskusi Sokratik) siswa ke arah alamiah-
spontan, dalam lingkungan nyata, dialog menarik keluar nilai-nilai
baik dalam diri seseorang. Alasan mengapa yang baik itu diajarkan,
adalah karena kita telah mengenalnya samar-samar pada tingkatan
yang rendah. Dialog memangil keluar, bukan memberi instruksi
keluar, agar tetap ada sepanjang hayat. Instruksi moral justru akan
membuat anak menjadi buruk (Durkheim, 1960). Kurikulum
tersamar sepanjang pendidikan berupa kehidupan kelopok lebih
mengembangkan watak moral.
e. Enam tahap perkembangan moral adalah :
1. Orientasi pada hukuman,ganjaran, kekuatan fisik, material. Nilai
manusiawi dan rasa hormat pada atasan tak dipersoalkan.
2. Orientasi hedonistis hubungan antar manusia. Perbuatan benar
adalah perbuatan yang memuaskan kebutuhan individu dan
kadang-kadang orang lain. Hubungan antar manusia dipandang
seperti hubungan formal di tempat umum, unsur kewajaran
adalah timbal balik, sampai pada : jika anda merugikan saya,
saya juga dapat merugikan anda. Tak ada persoalan kesetiaan,
rasa terima kasih dan keadilan.
3. Orientasi anak manis, mempertahankan harapan kelompoknya,
memperoleh persetujuan kelompoknya, moral adalah ikatan
antar individu. Tingkah laku konformitas dianggap tingkah laku
wajar dan baik.
4. Orientasi pada otoritas, hukum, kewajiban untuk
mempertahankan tata tertib sosial, religius, dll., yang dianggap
sebagai nilai utama.
5. Orientasi kontrak sosial, tekanan pada persamaan derajad dan
hak kewajiban timbal balik atas tatanan bersifat demokratis.
Kesadaran akan relativitas nilai dan pendapat pribadi,
pengutamaan pada prosedur & upaya mencapai kesepakatan
konstitusional dan demokratis, kemudian diangkat sebagai
moralitas resmi kelompok tersebut.
6. Moralitas prinsip suara hati, individual, komprehensif, dan
universal. Memberi nilai tertinggi pada hidup manusia,
persamaan derajad dan martabat.

f. Studi menunjukkan perkembangan moral lambat bahkan pada


kelompok ber-IQ tinggi.

Studi empiris psikologi tentang kejujuran, Hartshorne & May (1928-1930)


menemukan (1) seluruh orang pernah menipu, (2) penipuan yang sama belum
tentu diulang, (3) watak jujur juga pernah menipu pada situasi tertentu, atau
pernah menipu bukan berarti tidak jujur, dan (4) bahwa mereka walaupun pernah
menipu, tetap menyatakan tidak setuju pada moral penipuan.

KECERDASAN EMOSIONAL

Ringkasan dibawah ini disarikan dari judul “Kedunguan Perasaan”


karangan L. Murbandono. Hs., yang saya kutip dari Kompas. Buku Emotional
Intelligence karangan Daniel Goleman tergolong buku paling laris sepanjang
1995 / 1996, mulai diterjemahkan kebahasa lain sejak juni 1996. manusia
mempunyai kecerdasan akal (IQ) dan kecerdasan Emosional (EQ). Hasil riset
tersebut menyimpulkan bahwa manusia bermutu mempunyai keseimbangan otak
dan hati nurani, makin penting karena hubungan antar manusia kian rumit.
Sekolah masih memberi tekanan kuat pada IQ, sementara pasar tenaga kerja
melakukan test kemampuan otak, kecerdasan praktis, kemampuan bergaul dan
kecerdasan perasaan (EQ). Test tersebut antara lain mencoba mengukur (1)
stabilitas ketenangan batin, (2) kesadaran akan emosi sendiri, (3) kesadaran
emosi orang lain, (4) kemampuan mengendalikan perasaan, (5) semangat,
optimisme dan kepercayaan diri.

Lapisan otak emosional disebut limbish, tempat kelahiran tiga emosi


utama : ingin, marah, cemas. Lapisan otak ini makin canggih, karena
kemampuan belajar dan kemampuan mengingat manusia. Bagian otak disebut
neocortex bertugas membandingkan dan nalar, ukuran relatifnya terbesar
diantara semua mahluk hidup. Dengan neocortex, manusia dapat memikirkan
dirinya dan perasaannya sendiri. Maka muncullah evaluasi diri sendiri, antara
lain etika diri, rasa diri mulia bila hasil pengukuran menyenangkan. Temuan studi
yang kedua, evolusi otak masih mencapai keadaan dimana limbish lebih
dominan dan unggul dalam kapasitas, kemantapan dan kecepatan melahirkan
ribuan reaksi dari neocortex. Otak rasional masih sering ragu dalam menentukan
ketepatan.

Ada delapan perasaan dasar yang menguasai umat manusia, yaitu


marah, sedih, cemas, riang, cinta, kaget, benci, dan malu. Tiap perasaan
mempunyai ragam lima sampai sepuluh sub perasaan, sehingga ragamnya
antara 40 sampai 80 sub perasaan.

EQ seseorang disebut tinggi bila test 5 hal sbb :

1. Mengenal perasaan sendiri, sebagai modal mengarungi kehidupan,


melakukan keputusan dan memilih hal yang baik.
2. Mampu mengendallikan perasaan, tak larut dalam kegembiraan, mata
gelap, putus asa / frustasi, takut / cemas atau kesedihan, dan mempeoleh
kehidupan yang tenang.
3. Mampu memanfaatkan perasaan untuk tujjuan tertentu.
4. Mampu meperhatikan perasaan orang lain, merasakan kebutuhan orang
lain dan menjadi sumber empati.
5. mampu mengendalikan perasaan orang lain, modal pergaulan sosial,
memperoleh dukungan, popularitas baik dan pengakuan sebagai
pemimpin.

Carl Gustav Jung (1875) menyatakan, semakin lama semakin jelas,


bahwa bahaya yang paling besar bukan kelaparan, gempa bumi, bukan virus
atau mikroba, tetapi manusia sendiri. Dunia dapat menuju kehancuran oleh
kekuatan irasional dahsyat berupa dunia gelap alam-tak sadar kolektif. Dalam
pesimisme itu, jalan keluar hanyalah ; manusia harus sadar akan dirinya sendiri.

Pada akhirnya, kemanusiaan dan tertib lahir-batin bukan lagi sarana


mencapai tujuan bernegara, namun merupakan tujuan itu sendiri.

Emmanuel Kant (1724-1804) kelihatan kurang setuju akan teori relativitas etika
moral seharusnya diterapkan secara nonsekuensialitas, tanpa kompromi dan
melihat kemungkinan dampaknya. Moral tak boleh kontinjen terhadap situasi
yang mengelilinginya.

Tuhan mencipta kebebasan, maka muncullah kewajiban memilih setiap


detik dari kehidupan kita. Etika bukan sisi mewah dari kesadaran. Secara umum,
setiap insan harus membuat keputusan-keputusan etika sepanjang hidupnya,
baik berpedoman suatu kebijakan tertulis atau secara naluri.

Agar dapat melaksanakan keputusan etikal, harus dipenuhi beberapa syarat :


1. Kemampuan individu tersebut mengindetifikasi isu etikal dan memprediksi
etikal dari suatu keputusan.
2. Kemampuan melihat etika dari berbagai sudut pandang dalam konteks
zaman, waktu, lingkungan (sospolbud), dan tempat.
3. Sedia menanggung akibat pribadi, atas keputusan etikal tersebut.
Misalnya, dikucilkan oleh seluruh kelompok non-etikal (Hukum Adat
Kelompok).

Dr. Georges Endele dari Universitas Notre Dame, Indiana, AS


menyatakan adanya empat elemen etika bisnis,yaitu moral sensibility (perasaan
dan bisikan hati, apakah suatu dijalankan secara bermoral atau tidak bermoral),
moral reasoning (alasan meneruskan atau menghentikan suatu bisnis), moral
conduct (tindakan berdasar dua butir di depan) dan moral leadership
(kepemimpinan yang berpengaruh pada moral bawahan).

Judul sebuah karangan di Kompas tanggal 19 juni 1996 berjudul ; “Kolusi


Hilangkan Rasa Malu, Perlemah Ketahanan Ekonomi” merupakan kutipan
pernyataan ketua DPR / MPR Wahono, antara lain :
Mesin ekonomi dapat kolaps tiba-tiba. Lembaga-lembaga tinggi negara
memikul beban sejarah untuk tidak menyerah terhadap perusakan moral bangsa
di bidang integritas, keberbudayaan dan keberadaban. Kolusi telah
menghilangkan rasa malu, dan menunjukkan wajahnya dalam satu demi satu
peristiwa yang akhir-akhir ini kita saksikan. Kebocoran ganda dalam bentuk
korupsi klasik dan korupsi canggih, sukses memanfaatkan celah-celah
kelemahan perundang-undangan, rendahnya integritas & tanggungjawab aparat
& pengusaha sangat melemahkan ketahanan ekonomi makro Indonesia.

Beban keuangan rakyat harus segera ditata kembali secara daya guna
dan berganda, jangan lagi dihisap ketamakan tak produktif kelompok-kelompok
bercorak kosmopolitan. Kebocoran dan kemubaziran bukan semata-mata
masalah organisasi dan manajemen belaka, tetapi sudah mengakar pada
kemerosotan akhlak yang luas.

PEMBAHASAN TENTANG ETIKA

Menurut Profesor Robert Salomon, etika adalah (1) karakter individu,


termasuk pengertian orang baik, (2) hukum sosial yang mengatur,
mengendalikan, membatasi prilaku kita. Hukumbenar salah, kita sebut moralitas.
Beberapa ahli filsafat memandang moralitas terkait dengan nilai dan prilaku
manusia, dan etika adalah studi dibidang tersebut. Etika atau moral, sering
dipertukarkan, merupakan bidang ilmu filsafat dan psikologi, yang digunakan
pula oleh dunia bisnis dan profesi akuntan. Inti etika berada didalam, bukan
penampakan luar, merupakan inti masalah pembangunan, pembinaan,
pengawasan etika profesi oleh profesi. Profesi hanya mampu mendeteksi gejala
penampakan etika, bahkan seringkali terkontaminasi etiket (tata krama,
protokol). Kita wajib membelah etika, etiket, hukum peraturan, budaya dan
kebiasaan.

Beberapa kualitas etika adalah sebagai berikut :

a. Etika Kepribadian

Kelompok pertama adalah etika kepribadian, form over substance, etika


sandiwara atau hipokrisi, etiket. Kualitas etika boleh pilih, tatkala secara aman
kita kuat dari etika, kita patahkan etika. Etika berwawasan ekonomi, kepatuhan
minimum, kepatuhan tatkala menguntungkan. Didalamnya termaktub rasa
khawatir ketahuan dan hukuman antar manusia.

Contoh : dalam perjanjian bertemu dengan orang penting, harus tepat


waktu, agar mendapat citra disiplin, takut sanksi.
Seseorang terpaksa bereika dan harus tampak beretika, adalah hipokrisi,
bahkan dapat menjurus pada psikopat ; jiwa pecah dan bersandiwara secara
sempurna sepanjang hari.

Etika berwawasan ekonomi, menggunakan hukum ekonomi etika bertaraf


hipotesa (1) laba pasti dan segera vs manfaat jangka panjang etika yang tak
pasti, dan (2) setiap mahluk ekonomi digerakkan oleh kepentingan pribadi, diatas
kepantingan kelompok, (3) etika bagus adalah bisnis bagus atau sebaliknya
survival vs ethics, dan (4) bahwa yang bermaksud tinggal-lama-purnawaktu
dalam profesi lebih memperhatikan etika dibanding yang sebaliknya.

Pilihan (maslahat ekonomi dan non ekonomi) bersama suatu profesi,


tekad bulat semua profesi (dalam GATT berunding bersama dalam kelompok
jasa) atau pilihan pemerintah (maslahat profesi sebagai sokoguru negara kuat)
berdasar hipotesa etika atau mati (ethics or die), dapat mencipta political will.

Contoh etika untung rugi, adalah sebagai berikut :

1. Perusahaan memperhatikan dan memenuhi kebutuhan karyawan. Hasil


yang diharap adalah kesetiaan meningkat, produktivitas meningkat, laba
meningkat.
2. Pemasok menolak menaikan harga pada saat barang langka dan saat
sellers’market, karena ingin hubungan baik terus dijaga saat buyers’
market.
3. Karena menolak pekerjaan atau biaya marketing kurang etikal (misalnya
memperoleh pekerjaan profesi dengan menyuap pengambil keputusan),
maka pekerjaan lepas. Lahan kerja sempit, rasionalisasi karyawan
merupakan tindakan kurang etis. Teori relativitas etika ini mengjukan
pilihan etika kompromistis. Seperti pada hukum ; deteksi etika, ganjaran
atau hukuman terkait penampan perilaku (gejala etika).

b. Etika Berlandas Hati Nurani

Kelompok kedua adalah, tatkala kita merasa terhukum oleh perasaan


berdosa, nurani berontak, rasa malu diam-diam, rasa diri tak berharga, rasa
terpukul di dalam, rasa tak profesional (disinilah timbul istilah seolah
menghancurkan diri), rasa hidup jadi kosong tanpa nilai luhur walau sukses
berkelimpahan. Contoh kecil : merasa malu diam-diam tatkala terlambat,
walaupun berjanji dengan tingkat sosial atau pangkat lebih rendah. Subyek
terpaksa beretika karena tersiksa. Deteksi penampakan mulai sulit, ganjaran
(rasa bahagia) atau hukuman (rasa berdosa) merupakan proses sangat pribadi
dalam diri individu.

c. Etika Memuliakan Tuhan


Kelompok ketiga adalah, tatkala etika dianggap sebagai hal yang paling
berharga dalam kehidupan atau sebagai persiapan setelah kehidupan berakhir
(hukum agama).

d. Etika Jati Diri

Pada etika pengingkaran diri, subyek ingin menyatu dengan etika


(disebut pula etika karakter). Kualitas utama, tatkala etika menyatu dalam jati diri.
Contoh : terlambat ? itu bukan aku. Menerima pekerjaan itu ? itu bukan akku.
Tak ada persoalan survival, pertimbangan sosial-ekonomi dan rasa takut. Yang
ada adalah pengingkaran diri. Subyek adalah (pengejawantahan) etika. Tahap ini
mirip dengan tahap 6 Kohlberg, jarang tercapai.

Pengaturan penampakan etika mirip pekerjaan memangkas daun pohon


(penampakan penyimpangan etika, syatar, fatsoen), agar sebuah pohon cemara
(hakekat, jati diri, etika dalam) tampak sebagai pohon kelapa (dari kejauhan).
Kebanyakan profesi mengatur dan mengawasi sebatas etika penampakan.

Beberapa pemikir menyatakan cara di atas tak seberapa keliru.


Pembentukan ciri luar berulang-ulang dalam jangka panjang, akan mengubah
kebiasaan, kebiasaan mengubah karakter, karakter akan mengubah hakekat jati
diri mereka yang bertahan tinggal untuk dipangkas. Etika penampakan harus
powerful, agar tak diremehkan. Siapa menubruk etika, ia akan patah. Karena itu,
etika profesi bersanksi.

Kebiasaan adalah medan grafitasi yang kuat. Suatu upaya yang beretika
(tinggal landas dari medan grafitasi) disedot oleh daya grafitasi, dan jatuh
berantakan (crash).

Tebal tipis moral, nilai yang dianut, kepekaan naluri dan tingkat daya pikir.
Tingkat kesadaran beretika artinya, pada setiap langkah kegiatan profesional
secara otomatis memasukkan unsur pertimbangan etika.

Elemen etika yang amat abstrak itu harus diidentifikasi satu persatu dalam
bentuk pelatihan profesi, agar dapat dikenali di dunia praktik.

Masalah lain adalah manipulasi nilai spiritual sebagai alat sukses dan
menguntungkan, sebagai trademark, bukan sebagai tujuan. Hal ini dapat terjadi
pada jenis kegiatan berlandas etik, seperti dalam manajemen universitas,
koperasi dan rumah sakit.

Norma agama menimbulkan rasa takut kepada Tuhan Yang Maha Esa
(sanksi oleh Tuhan, rasa berdosa), rasa takut ketahuan oleh sesama pemeluk
agama (rasa tak tentram, sanksi oleh sesama manusia). Apabila hanya takut
ketahuan sesama pemeluk agama, maka norma agama menjadi prosedur
formalitas. Norma agama dapat dijalin dengan etika profesi, misalnya dengan
sumpah dokter, sumpah jabatan sesuai agama masing-masing.

Norma etik, norma budi pekerti, norma kesusilaan, melarang perbuatan


tercela yang merugikan anggota atau non anggota. Batasan dengan norma
agama, amat tipis. Pada karangan lain disebut moral, ahlak, budi pekerti baik,
kemampuan memisahkan yang baik dan buruk, tak nampak, tak dapat diawasi
manusia. Definisi etik perlu dirumuskan ulang oleh IAI.

Norma fatsoen atau sopan santun, terkait pada adat istiadat. Pelanggaran
menyebabkan pengucilan, pelecehan, penghinaan atau teguran terang-terangan,
perilaku tak bersahabat, bahkan mungkin denda adat. Hukuman dapat
dijatuhkan pada seluruh anggota keluarga pelanggar.

Menurut Sonny Keraf, sistematika etika :

Etika

Etika umum

Etika khusus

Etika individual

Etika sosial

Sikap terhadap sesama

Etika keluarga

Etika profesi

Biomedis

Bisnis

Hukum

Ilmu pengetahuan

Lain-lain

Etika politik

Etika lingkungan hidup


Kritik ideologi
Menurut Keraf, prinsip etika profesi adalah (1) tanggungjawab terhadap
(1.1) pelaksanaan pekerjaan, (1.2) terhadap dampak kemasyarakatan umum, (2)
keadilan, tak melanggar hal orang lain, (3) otonomi berkode etik.

Menurut Keraf, prinsip ideal etika bisnis adalah (1) otonomi, bebas
mengambil keputusan etis dan tanggungjawab, (2) kejujuran bisnis (memenuhi
kontrak, menawarkan barang / jasa, tak berusaha menipu, good ethics drives
good business), (3) berbuat baik (beneficence), tak berbuat jahat (non-
maleficence), tak bermaksud merugikan, (4) prinsip keadilan, (5) hormat pada
diri sendiri.

PENGENDALIAN MUTU DAN ETIKA

Pada pedoman mutu, KAP diminta menguji sendiri, apakah independensi


telah dan dapat dipertahankan, pemeriksa yang diangkat memiliki karakter yang
sesuai, merupakan sisi etikal dari mutu audit (etika nurani).

Pengukuran profesi tak menggunakan lie detector, namun pengukuran


yang lain, yang relatif sedehana. Pada pedoman, penampakan independensi
dikaitkan dengan tak adanya kepentingan keuangan, hubungan keluarga
pemeriksa dengan pemilik atau eksekutif kunci, pinjaman atau transaksi lain klien
(etika kepribadian atau etika penampakan formal).

TUNTUTAN AKAN ETIKA DAN TOLOK UKUR ETIKA

Tuntutan akan etika dan tolok ukur etika meningkat, disebabkan oleh :

1. Pengungkapan etika pada publik, pengumuman dan media massa


(pengaruh terbesar, menurut suatu survei).
2. Kepedulian publik meningkat, kewaspadaan publik meningkat, kesadaran
publik meningkat, tekanan sosial baik dalam maupun luar negeri
(pengaruh besar).
3. Regulasi pemerintah, intervensi pemerintah dan tuntutan pengadilan akan
malpraktek (pengaruh sedang).
4. Jumlah dan mutu manajer profesional dan terdidik meningkat.
5. Pengharapan baru akan suatu peran sosial suatu profesi.
6. Kesadaran dunia usaha dan para CEO akan etika bisnis meningkat
(pengaruh besar)

Tuntutan akan etika dan tolok ukur etika menurun, disebabkan oleh :
1. Kerusakan sosial, masyarakat yang longgar, materialisme dan hedonisme
meningkat, hilangnya atau menurunnya pengaruh agama, kebutuhan
akan kecepatan dan kuantitas, bukan kualitas.
2. Persaingan bertambah berat, gaya hidup, stress merebut sukses.
3. Korupsi, hilangnya kepercayaan dan rasa hormat pada pemerintah, etika
sebagai sarana politik.
4. Penetahuan akan tindakan non etikal meningkat dan menjadi terbiassa,
oleh media massa. Media massa menjadi penyebab meningkatnya
kejahatan.
5. Haus harta, sukses diukur dengan materi, egoisme dan individualisme.
6. Tekanan laba dari investor & penyandang dana, harus bertahan untuk
tetap hidup.

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINDAKAN TIDAK ETIS

Faktor berpengaruh pada keputusan tidak etis, adalah (1) kebutuhan


keuangan individu, (2)tak ada pedoman, (3) EQ, perilaku dan kebiasaan, (4)
lingkungan tidak etis, dan (5) perilaku atasan.

Dari survei tersebut, ternyata pedoman etika (butir 2) menduduki tempat


kedua urutan penting. Pedoman disini adalah hukum, aturan, berupa petunjuk
dan pelatihan pengenalan etika.

Lingkungan tidak etis (butir4) terkait pada teori psikologi sosial, dimana
anggota mencari konformitas dengan lingkungan dan kepercayaan pada
kelompok. Kepercayaan artinya, bila ditemukan perbedaan, ia memutuskan
dirinya keliru, kelompoknya benar.
Etika tidak terlepas dari hukum urutan kebutuhan (needs theory). Mengambil
kerangka berfikir Maslow, maka kebutuhan jasmaniah pokok terpenuhi dahulu,
agar dapat merasakan urgensi kebutuhan estrem dan aktualisasi diri sebagai
profesional. Para responden Kohlberg menunjukkan, menipu, mencuri,
berbohong adalah tindakan etis apabila untuk melanjutkan hidup (hasil test
kasus memperoleh obat bagi istri).

Kendala yang mempengaruhi adalah, disatu pihak Kode Etik tak


mempersoalkan urutan kebutuhan dalam penerapannya, dilain pihak kebutuhan
jasmani dapat (1) tak pernah terpuaskan, dan (2) dapat dikonversi menjadi
bentuk estrem lain.

LINGKUNGAN USAHA PROFESI AKUNTAN

Senjang etika profesi dan pihak yang dilayani, secara teoritis tak mungkin
ditutup. Pada umumnya, apabila pemakai jasa adalah badan usaha komersial,
maka sasarn adalah profit maximization. Apabila badan usaha tersebut tipis
etika, maka terjadi pemaksaan terselubung atau terang-terangan agar penjual
jasa profesional beradaptasi pada situasi etika pengguna jasa, atau tak jadi
digunakan.

Masalah ukuran besar bisnis dapat berkembang pada besar isu yang
ditangani akuntan. Sebagai misal imajiner, pada saat pra emisi saham, emiten
bekerja keras memenuhi semua persyaratan, antara lain persyaratan Laporan
Audit Akuntan Independen dengan opini WTP. Biaya pra emisi yang telah
dikeluarkan beberapa puluh milyar (point of no return, IPO dipaksa harus jadi),
untuk suatu emisi ratusan milyar, dengan fee audit puluhan juta. Secara teoritis
dapat menjadi tekanan (1) besaran isu oleh emitten & Underwriter bahwa opini
harus WTP, (2) ditambah teror dan rasa takut auditor melihat status sosial
emiten, (3) tak ada kelaparan esteem atau aktualisasi diri auditor sebagai
profesional, (4) ditambah kebutuhan menutup biaya tetap kantor
(kesinambungan hidup), (5) ditambah daya tarik audit fee dan prospek jangka
panjang, menyebabkan rekayasa opini (Opinion Shopping).
Perbandingan ukuran besar dapat diatasi dengan konsorsium audit beberapa
Kantor Akuntan ditambah peer review khusus BPKP pra emisi, mungkin
merupakan solusi.

Bahkan beberapa kawan karib dari profesi lain secara naif


mempertanyakan apakah posisi profesi yang akan mengakomodasi penyedotan
dan masyarakat itu, tak perlu disumpah lebih dahulu.

PERBANDINGAN KODE ETIK

Para advokad memiliki etik normatif, dalam kode etik advokad, terdiri atas
6 hal, yaitu (1) kepribadian advokad, (2) hubungan dengan klien, (3) hubungan
dengan teman sejawat, (4) cara bertindak dalam menanngani perkara, (5)
ketentuan lain, dan (6) pelaksanaan kode etik advokad.

Para wartawan mempunyai kode etik jurnalistik yang memuat (1)


kepribadian wartawan Indonesia, (2) pertanggungjawaban, (3) cara pemberitaan
dan menyatakan pendapat, (4) hak jawab, (5) sumber berita, dan (6) kekuatan
kode etik. Kode etik wartawan lebih terkait pada tanggungjawab sosial, dibanding
hubungan dengan pasien atau klien profesi dokter, advokad dan akuntan publik.

Dari perbandingan tersebut, disimpilkan bahwa garis besar Kode etik


akuntan telah memuaskan mutunya. Dalam banyak hal mempunyai persamaan
dan kelebihan dibanding Kode etik profesi lain tersebut di atas. Pada Kode etik
dokter, terdapat kewajiban menjaga kesehatan, mengikuti perkembangan ilmu
dan setia pada cita-citanya, telah pula termaktub dalam pasal 2 dan 3 Kode etik
akuntan.
ETIKA DAN HUKUM

Secara umum hukum mengukur penampakan etika yang kebetulan


selaras-sejalan dengan aturan hukum, misalnya rekayasa akuntansi untuk
keperluan korupsi, terkait pada Kode etik, hukum agama dan pidana korupsi.
Beberapa pelanggaran etik di luar hukum, misalnya hubungan dengan auditor
terdahulu, ukuran papan nama dan iklan, brosur, syarat kantor dan sarana
profesi dan pengungkapan aspek ecolabeling.

Pasal 18 Kode etik tentang larangan tanda tangan ramalan keuangan


harus direkonsiliasi dengan standar atestasi tentang proyeksi dan prakiraan
keuangan, dengan kemungkinan perubahan atau eliminasi pasal 18 tersebut
dalam kongres yang akan datang.

Hukum pidana menduduki tempat utama, karena masalah integritas,


obyektivitas (pasal 2 Kode etik akuntan) dan manfaat bagi masyarakat luas,
pemerintah dan dunia usaha (pasal 3 Kode etik), kemudian hukum perdata (yaitu
pengusaha atau badan usaha, satu persatu). Posisi akuntan dalam masalah hak
dan kewajiban dengan klien, terkait pada hukum administratif dan Kode
etik.terkait erat dengan akuntansi dan keuangan adalah undang-undang tindak
pidanakorupsi. Berdasar pasal 170 KUHAP, karena jabatan rohaniawan, dokter,
advokad, notaris dan wartawan itu memberi kemungkinan untuk minta
dibebaskan dari keterangan kesaksian (hak tolak mengungkapkan rahasia
jabatan). Pada pasal 322 KUHP, para profesional dapat dipidana bila
membocorkan rahasia (lihat juga pasal 6 Kode etik akuntan Indonesia).

Sikap berhati-hati tergambar tak seberapa jelas pada pasal 15, 16, 17,
dan 18 dalam Kode etik, perlu dipertegas dalam kaitan dengan sikap kurang hati-
hati yang besar (gross negligence) menyebabkan kesalahan profesional, akibat
tak memenuhi kewajiban yang dikehendaki profesi kepadanya, dapat
dimasukkan dalam perbuatan melawan hukum dan dapat dipidana.

Pada umumnya semua profesi mempunyai persamaan pendekatan


terhadap masalah yang dihadapi, sebagai berikut :

1. Menetapkan fakta atau bukti otentik.


2. Diaknosa fakta berdasar disiplin ilmu profesi dan diagnosa yuridis
(bersama ahli hukum).
3. Penentuan secara hukum (bersama ahli hukum), masalah tersebut.

Penelusuran pasal KUHAP (usulan diskusi 20) yang terkait baik langsung
maupun tak langsung pada profesi akuntan adalah, pasal 224 (dipanggil sebagai
saksi ahli menurut UU, tak mau datang), 225 (tak mau menyerahkan surat palsu
atau dipalsukan), 229 (menggunakan gelar akuntan palsu), 231, 233 (merusak
dan menahan bukti pengadilan), 232 (membuka segel), 234 (menahan, merusak
surat kofirmasi audit, tidak diposkan), 263, 264, 270, 271, 274 (pemalsuan
accounting voucher, bukti transaksi, dokumen), 322 (membocorkan rahasia
jabatan), 323 (membocorkan rahasia tempat bekerja yang lalu), 362 sampai
dengan 367 (pencurian, 368 sampai dengan 371 (pemerasan dan
pengancaman), 391 (membantu rekayasa debt instrument dan audit, menipu
publik), 392 (mengumumkan laporan keuangan yang tak benar, satu tahu empat
bulan).

Dalam hukum dikenal hukum disiplin (tuchtrecht) yang merupakan bagian


hukum pidana, mengatur dan berlaku bagi suatu golongan atau profesi yang
bergerak dalam aktivitas sosial-kemasyarakatan seperti profesi akuntan yang
keputusannya dipatuhi anggota.

Hukum disiplin terbagi dua golongan, yang pertama hirarkis (militer,


pegawai negeri, dll) dan tidak hirarkis (hukum profesi, atau hukum organisasi
profesi) seperti accountant disciplinary law. Pada pokoknya berciri ; sanksi tak
keras, moral ditegakkan, educatif, dan mungkin pula mempunyai fungsi eliminasi
(anggota profesi tersebut tak dituntut dalam peradilan pidana umum).

Pengadilan umum disiplin dapat dilakukan secara terbuka (anggota lain


hadir) atau pintu tertutup, lalu hasilnya diumumkan. Banyak profesi
menggunakan cara kedua, termasuk DPP – IAI karena profesi adalah jabatan
kepercayaan, karena unsur kerahasiaan klien dan kewajiban menyimpan
rahasia.

Sebagai learning organization, pertemuan berkala dipimpin kode etik bagi


anggota untuk membahas kasus pelanggaran amat diperlukan. Intinya, jangan
menginjak kulit pisang yang sama. Pembahasan tak perlu menyebut identitas
pelaku kasus.

ASPEK PEMASARAN DAN ETIKA

Teknologi pemasaran berkembang dahsyat, sementara sebagian jasa


profesional masih berorientasi pada produk. Pada aspek ini, etika dan etiket
mulai baur.

1. Kartu ucapan selamat sekarang diizinkan, termasuk surat ucapan terima


kasih.
2. Surat penawaran jasa langsung pada bukan non klien tetap dilarang,
kecuali diminta oleh calon tersebut (pasal 25 kode etik akuntan, rule 502
AICPA). Surat langsung pemasaran, dicemaskan mengurangi
independensi, menurunkan mertabat profesi di mata klien dan
masyarakat, meningkatkan biaya jasa dan atau menurunkan mutu jasa.
3. Kartu nama profesional, pengumuman pindah alamat dan merger
termasuk press release dianggap bikan iklan pemasaran, demikian pula
ucapan terima kasih klien di surat kabar.

Di AS, iklan pemberitahuan dianggap positif. Terkait pada larangan iklan


(kode etik pasal 23), dalam buku perspectives in auditing, dilaporkan tentang
hasil survey nasional di AS dengan responden 660 manajer tinggi keuangan
korporasi, tentang iklan KAP dengan hasil 62 % menyatakan iklan adalah media
efektif untuk berkomunikasi dengan masyarakat, 73 % menyatakan KAP
seharusnya diizinkan pasang iklan, 64 % menyatakan bentuk iklan sebaiknya
diatur ikatan, 80 % menyatakan mutu jasa akan menurun oleh iklan, 35 %
menyatakan biaya jasa akan meningkat, secara umum menyatakan iklan akan
menyebabkan pindah KAP, 57 % menyatakan beda kualitas tak akan pernah
tampak pada iklan, 57 % menyatakan jasa non-audit bertambah non transparan
mungkin menjadi penyebab perpindahan KAP, 61 % menyatakan bahwa biaya
bukan unsur utama untuk seleksi KAP.

Tujuan iklan adalah memberikan pada publik apa yang menjadi hak
mereka, yaitu informasi jasa apa saja dan dimana diperoleh.

Pada bulan juni 1996, komite kode etik mengedarkan konsep publikasi
tentang iklan. Pada pokoknya iklan pemberitahuan dan ucapan terima kasih
mungkin diizinkan, sedang iklan promo dilarang.

4. Beberapa teknik pemasaran dan penjualan terang-terangan melanggar


kode etik, sebagian lagi tak terdeteksi, sebagian lagi mungkinbelum
dianggap sebagai pelanggaran etika profesi. Sebagai misal, pemotongan
harga mendekati 50 % dari proposal sangat mengejutkan seorang
pengusaha besar dan menanyakan, apakah akuntan padagang atau
profesional. Akuntan penawar jasa dituduh main-main harga, integritasnya
diragukan. Reputasi penawar jasa tetap buruk, walau dibela dengan
beberapa alasan pembenaran pemotongan harga.
5. Pemasaran jasa akuntan dapat dilakukan oleh para pembina, pengawas,
para pimpinan IAI, dapat pula dilakukan oleh masing-masing anggota,
misalnya ; penyuluhan tetap berkala akuntansi bagi wartawan dan
masyarakat umum di layar kaca, pengumuman berimbang kasus dan
prestasi positif, impor produk atau jasa batu akuntansi, manajemen &
keuangan, penggalangan kerjasama antar komite dan antar seksi (konsep
bersatu kita teguh), larangan menepuk air didulang, mengumumkan
malapraktek dalam angka persentase dari keseluruhan populasi audit dan
penjelasan pada masyarakat akan fungsi dan tanggungjawab akuntan
publik dan akuntan manajemen, membuat press release berkala,
kunjungan panti asuhan, bantuan bencana alam, menerapkan SQC
(statical QC), dan memperkoh mutu dengan peer review wajib.
6. Teknologi pemasaran beretika dapat dikembangkan oleh tiap profesional
seperti pengaturan terms of payment sesuai kondisi klien, free advice for
investment decision, accounting staff supply, audit plus, the best
management letter, produk inovatif (misalnya penjualan paket BPR,
benchmarking, munculnya EDP service division training divisionfor
selected clien dan banyak lagi), peningkatan total customer satisfaction
(identifikasi puluhan elemen kepuasan pelanggan, antara lain tepat jadwal
audit report), presentasi temuan dan prospek kodisi keuangan setelah
audit selesai, ikut RUPS, program pengembangan akuntansi klien jangka
panjang, complaint handling, seleksi klien, fokus, tiru keunggulan peer
atau profesi lain (benchmark), jual kawin atau jual paket, teman diwaktu
susah, latest tax issues bulletin untuk klien dan lebaran atau christmas
profesional gift.

PENUTUP

Almarhum Ketua Mahkamah Agung Mujono menyatakan bahwa dalam


Pelita VI Hukum pun harus tinggal landas. Kemakmuran tanpa dilandasi hukum
keadilan dan kebnaran tak akan mencapai sasaran.

Azas resiprokalitas dan keadilan harus disiapkan menyambut era bebas


perdagangan jasa akuntan.

Kita harus memilah kasus etika (misalnya WTP tanpa Kertas Kerja, kecerobohan
profesional), etiket (misalnya protokol, fatsoen/sopan santun, menyurati akuntan
terdahulu, papan nama terlampau besar, dll), dan masalah perdata (misalnya fee
tak bayar, fee diminta kembali oleh klien, Laporan Auditor terlambat tak sesuai
kontrak).

Semoga penyajian bermanfaat bagi Konvensi ini.

You might also like