Professional Documents
Culture Documents
1. PENDAHULUAN
2. HASIL KNA LALU TENTANG ETIKA
3. CATATAN PELANGGARAN KODE ETIK
4. KEPUTUSAN KOMITE KODE ETIK
5. PENDIDIKAN MORAL
6. KECERDASAN EMOSIONAL
7. PEMBAHASAN TENTANG ETIKA
8. TUNTUTUAN AKAN ETIKA DAN TOLOK UKUR ETIKA
9. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINDAKAN TIDAK ETIS
10. LINGKUNGAN USAHA PROFESI AKUNTAN
11. PERBANDINGAN KODE ETIK
12. ETIKA DAN HUKUM
13. ASPEK PEMASARAN DAN ETIKA
14. PENUTUP
PENDAHULUAN
Puji syukur atas berkah dan karunia Nya, sehingga kita dapat berkumpul
dan membahas masalah kode etik. Terima kasih atas kepercayaan IAI untuk
penugasan ini. Bila pada SAK dikenal konsep going concern, pada etika bisnis
dan etika profesi dikenal konsep growing concern terhadap etika.
Van Puersen mengemukakan hal yang telah kita pahami dan masuk PJPT kita,
sbb :
“In such a wider context, it is more difficult to define basic needs. We often
define these into simple manner. Basic needs may not refer to physical
hunger or to deprivation only, but aslso to spiritual hunger, a quest for
education, which is often found in countries where the battle against
illiteracy has not been fully won. There can be hunger for new meaning of
life in a situation of change values”.
Sesi ini meminta agar keprihatinan dan energi kita fokuskan bersama
pada penerapan etika di lapangan profesi dalam kehidupan sehari-hari.
Makalah ini diajukan sekedar sebagai bahan diskusi Konvensi Nasional III
Ikatan Akuntan Indonesia, mengunakan sumber inspirasi seminar pemutakhiran
Kode Etik Akuntan Indonesia diselenggarakan PPA UI tanggal 15 juni 1994, yaitu
makalah berjudul Hukum Indonesia Dan Kode Etik Akuntan, ditambah makalah-
makalah judul terkait sampai seminar kode etik di Bandung bulan juni 1996 dan
sumber rujukan lain yang terlampir pada makalah ini.
Tujuan penyaji adalah memberi masukan bagi IAI dalam menyusun action plan :
Apabila ada gagasan yang kurang berkenan di hati hadirin, penyaji mohon
maaf sebesar-besarnya. Apabila ada yang berkenan di hati hadirin namun perlu
dipertajam dan disempurnakan, mohon bantuan hadirin untuk hal tersebut.
Makalah Drs. Mar’ie Muhammad, Ak., berjudul etika Profesi Akuntan dan
Kepatuhan Perpajakan :
1. Tanggung jawab terhadap masyarakat harus merupakan sikap dasar
profesi, walau imbalan disediakan pemakai jasa.
2. Independensi dan obyektivitas adalah sikap mental/etika profesi.
Makalah Drs. M. Sutoyo berjudul Etika Profesi dan Budaya Indonesia, pada
pokoknya berisi :
Pengaduan meliputi :
Dalam sidang komisi C (code etik) kongres IAI tanggal 20 september 1994
yang disahkan sidang pleno II no. 4 / kongres VII / 1994, termaktub hal-hal sbb :
PENDIDIKAN MORAL
KECERDASAN EMOSIONAL
Emmanuel Kant (1724-1804) kelihatan kurang setuju akan teori relativitas etika
moral seharusnya diterapkan secara nonsekuensialitas, tanpa kompromi dan
melihat kemungkinan dampaknya. Moral tak boleh kontinjen terhadap situasi
yang mengelilinginya.
Beban keuangan rakyat harus segera ditata kembali secara daya guna
dan berganda, jangan lagi dihisap ketamakan tak produktif kelompok-kelompok
bercorak kosmopolitan. Kebocoran dan kemubaziran bukan semata-mata
masalah organisasi dan manajemen belaka, tetapi sudah mengakar pada
kemerosotan akhlak yang luas.
a. Etika Kepribadian
Kebiasaan adalah medan grafitasi yang kuat. Suatu upaya yang beretika
(tinggal landas dari medan grafitasi) disedot oleh daya grafitasi, dan jatuh
berantakan (crash).
Tebal tipis moral, nilai yang dianut, kepekaan naluri dan tingkat daya pikir.
Tingkat kesadaran beretika artinya, pada setiap langkah kegiatan profesional
secara otomatis memasukkan unsur pertimbangan etika.
Elemen etika yang amat abstrak itu harus diidentifikasi satu persatu dalam
bentuk pelatihan profesi, agar dapat dikenali di dunia praktik.
Masalah lain adalah manipulasi nilai spiritual sebagai alat sukses dan
menguntungkan, sebagai trademark, bukan sebagai tujuan. Hal ini dapat terjadi
pada jenis kegiatan berlandas etik, seperti dalam manajemen universitas,
koperasi dan rumah sakit.
Norma agama menimbulkan rasa takut kepada Tuhan Yang Maha Esa
(sanksi oleh Tuhan, rasa berdosa), rasa takut ketahuan oleh sesama pemeluk
agama (rasa tak tentram, sanksi oleh sesama manusia). Apabila hanya takut
ketahuan sesama pemeluk agama, maka norma agama menjadi prosedur
formalitas. Norma agama dapat dijalin dengan etika profesi, misalnya dengan
sumpah dokter, sumpah jabatan sesuai agama masing-masing.
Norma fatsoen atau sopan santun, terkait pada adat istiadat. Pelanggaran
menyebabkan pengucilan, pelecehan, penghinaan atau teguran terang-terangan,
perilaku tak bersahabat, bahkan mungkin denda adat. Hukuman dapat
dijatuhkan pada seluruh anggota keluarga pelanggar.
Etika
Etika umum
Etika khusus
Etika individual
Etika sosial
Etika keluarga
Etika profesi
Biomedis
Bisnis
Hukum
Ilmu pengetahuan
Lain-lain
Etika politik
Menurut Keraf, prinsip ideal etika bisnis adalah (1) otonomi, bebas
mengambil keputusan etis dan tanggungjawab, (2) kejujuran bisnis (memenuhi
kontrak, menawarkan barang / jasa, tak berusaha menipu, good ethics drives
good business), (3) berbuat baik (beneficence), tak berbuat jahat (non-
maleficence), tak bermaksud merugikan, (4) prinsip keadilan, (5) hormat pada
diri sendiri.
Tuntutan akan etika dan tolok ukur etika meningkat, disebabkan oleh :
Tuntutan akan etika dan tolok ukur etika menurun, disebabkan oleh :
1. Kerusakan sosial, masyarakat yang longgar, materialisme dan hedonisme
meningkat, hilangnya atau menurunnya pengaruh agama, kebutuhan
akan kecepatan dan kuantitas, bukan kualitas.
2. Persaingan bertambah berat, gaya hidup, stress merebut sukses.
3. Korupsi, hilangnya kepercayaan dan rasa hormat pada pemerintah, etika
sebagai sarana politik.
4. Penetahuan akan tindakan non etikal meningkat dan menjadi terbiassa,
oleh media massa. Media massa menjadi penyebab meningkatnya
kejahatan.
5. Haus harta, sukses diukur dengan materi, egoisme dan individualisme.
6. Tekanan laba dari investor & penyandang dana, harus bertahan untuk
tetap hidup.
Lingkungan tidak etis (butir4) terkait pada teori psikologi sosial, dimana
anggota mencari konformitas dengan lingkungan dan kepercayaan pada
kelompok. Kepercayaan artinya, bila ditemukan perbedaan, ia memutuskan
dirinya keliru, kelompoknya benar.
Etika tidak terlepas dari hukum urutan kebutuhan (needs theory). Mengambil
kerangka berfikir Maslow, maka kebutuhan jasmaniah pokok terpenuhi dahulu,
agar dapat merasakan urgensi kebutuhan estrem dan aktualisasi diri sebagai
profesional. Para responden Kohlberg menunjukkan, menipu, mencuri,
berbohong adalah tindakan etis apabila untuk melanjutkan hidup (hasil test
kasus memperoleh obat bagi istri).
Senjang etika profesi dan pihak yang dilayani, secara teoritis tak mungkin
ditutup. Pada umumnya, apabila pemakai jasa adalah badan usaha komersial,
maka sasarn adalah profit maximization. Apabila badan usaha tersebut tipis
etika, maka terjadi pemaksaan terselubung atau terang-terangan agar penjual
jasa profesional beradaptasi pada situasi etika pengguna jasa, atau tak jadi
digunakan.
Masalah ukuran besar bisnis dapat berkembang pada besar isu yang
ditangani akuntan. Sebagai misal imajiner, pada saat pra emisi saham, emiten
bekerja keras memenuhi semua persyaratan, antara lain persyaratan Laporan
Audit Akuntan Independen dengan opini WTP. Biaya pra emisi yang telah
dikeluarkan beberapa puluh milyar (point of no return, IPO dipaksa harus jadi),
untuk suatu emisi ratusan milyar, dengan fee audit puluhan juta. Secara teoritis
dapat menjadi tekanan (1) besaran isu oleh emitten & Underwriter bahwa opini
harus WTP, (2) ditambah teror dan rasa takut auditor melihat status sosial
emiten, (3) tak ada kelaparan esteem atau aktualisasi diri auditor sebagai
profesional, (4) ditambah kebutuhan menutup biaya tetap kantor
(kesinambungan hidup), (5) ditambah daya tarik audit fee dan prospek jangka
panjang, menyebabkan rekayasa opini (Opinion Shopping).
Perbandingan ukuran besar dapat diatasi dengan konsorsium audit beberapa
Kantor Akuntan ditambah peer review khusus BPKP pra emisi, mungkin
merupakan solusi.
Para advokad memiliki etik normatif, dalam kode etik advokad, terdiri atas
6 hal, yaitu (1) kepribadian advokad, (2) hubungan dengan klien, (3) hubungan
dengan teman sejawat, (4) cara bertindak dalam menanngani perkara, (5)
ketentuan lain, dan (6) pelaksanaan kode etik advokad.
Sikap berhati-hati tergambar tak seberapa jelas pada pasal 15, 16, 17,
dan 18 dalam Kode etik, perlu dipertegas dalam kaitan dengan sikap kurang hati-
hati yang besar (gross negligence) menyebabkan kesalahan profesional, akibat
tak memenuhi kewajiban yang dikehendaki profesi kepadanya, dapat
dimasukkan dalam perbuatan melawan hukum dan dapat dipidana.
Penelusuran pasal KUHAP (usulan diskusi 20) yang terkait baik langsung
maupun tak langsung pada profesi akuntan adalah, pasal 224 (dipanggil sebagai
saksi ahli menurut UU, tak mau datang), 225 (tak mau menyerahkan surat palsu
atau dipalsukan), 229 (menggunakan gelar akuntan palsu), 231, 233 (merusak
dan menahan bukti pengadilan), 232 (membuka segel), 234 (menahan, merusak
surat kofirmasi audit, tidak diposkan), 263, 264, 270, 271, 274 (pemalsuan
accounting voucher, bukti transaksi, dokumen), 322 (membocorkan rahasia
jabatan), 323 (membocorkan rahasia tempat bekerja yang lalu), 362 sampai
dengan 367 (pencurian, 368 sampai dengan 371 (pemerasan dan
pengancaman), 391 (membantu rekayasa debt instrument dan audit, menipu
publik), 392 (mengumumkan laporan keuangan yang tak benar, satu tahu empat
bulan).
Tujuan iklan adalah memberikan pada publik apa yang menjadi hak
mereka, yaitu informasi jasa apa saja dan dimana diperoleh.
Pada bulan juni 1996, komite kode etik mengedarkan konsep publikasi
tentang iklan. Pada pokoknya iklan pemberitahuan dan ucapan terima kasih
mungkin diizinkan, sedang iklan promo dilarang.
PENUTUP
Kita harus memilah kasus etika (misalnya WTP tanpa Kertas Kerja, kecerobohan
profesional), etiket (misalnya protokol, fatsoen/sopan santun, menyurati akuntan
terdahulu, papan nama terlampau besar, dll), dan masalah perdata (misalnya fee
tak bayar, fee diminta kembali oleh klien, Laporan Auditor terlambat tak sesuai
kontrak).