You are on page 1of 26

1

A. Identitas Mahasiswa

Nama Lengkap : Jamaluddin


NIM : 0710710068
Jurusan : Pendidikan MIPA
Program Studi : Pendidikan Biologi
Alamat : Kelurahan Soreang , Kecamatan Lau Kabupaten
Maros

B. Judul Penelitian

Penggunaan Pupuk Organik Cair Buatan Pada Tanaman Padi Jenis

Santana di Kelurahan Soreang Kecamatan Lau Kabupaten Maros.

C. Latar Belakang

Padi berasal dari Thailand, India, dll. Padi dapat dibudidayakan dari

dataran rendah sampai dataran tinggi. Padi merupakan sumber karbohidrat.

Produksi utama usaha tani tanaman padi adalah biji. Biji padi

merupakan sumber kabohidrat yang potensial untuk bahan pangan.

(Rukmana, 1997).

Produksi padi Indonesia tahun 2007 sebesar 13,28 juta ton. Naik dari

tahun 2006 yaitu sebesar 11,61 juta ton. Luas panen padi di seluruh

Indonesia diperkirakan sekitar 4,2 juta hektar dengan laju pertumbuhan

3,5% pertahun. Walaupun demikian indonesia masih melakukan impor 1-2

juta ton pertahun untuk mencukupi kebutuhan padi dalam negeri yang

sebgaian besar adalah bahan industri makana. Diperkirakan Indonesia bebas


2

dari mengimpor beras tahun 2011 dengan total produksi 18 juta ton

(Republika, 2008).

Dari sisi pasar, potensi pemasaran padi terus mengalami peningkatan,

hal ini dapat dilihat dari semakin berkembangnya industri peternakan yang

pada akhirnya akan meningkatkan permintaan padi sebagai campuran pakan

ternak. Selain bahan pakan ternak, saat ini juga berkembang produk pangan

dari padi dalam bentuk tepung beras dan minyak dikalangan masyarakat

(Purwono dan Hartono, 2005)/

Redahnya hasil rataan padi nasional, antara lain disebabkan meluasnya

penanaman varietas padi dan belum memerhatikan penggunaan benih

berkualitas ditingkat petani. Di samping itu, pengelolaan tanaman dan

lingkungan budidaya tanaman padi, misalnya teknik bercocok tanam,

pemupukan, pengendalian hama dan penyakit sesuai dengan paket

teknologi yang sementara berkembang (Purwono dan Hartono, 2005).

Tingginya permintaan terhadap hasil tanaman padi terutama

disebabkan oleh karena padi merupakan komoditas utama dalam makanan

pokok. Untuk mengatasi kekurangan padi dalam negeri, khususnya untuk

kebutuhan pangan tiap tahun terpaksa dilakukan impor padi 1,5 – 2 juta ton,

(Republik, 2008).

Salah satu upaya untuk meningkatkan produksi padi adalah dengan

pemupukan. Banyak jenis pupuk organik dan anorganik yang beredar di

masyarakat salah satunya adalah pupuk cair buatan. Menurut Sutedjo


3

(1992), salah satu fungsi pupuk adalah menambah unsur hara di dalam

tanah dalam bentuk yang tersedia. Artinya pupuk yang ditambahkan itu

harus dapat disertap tanaman.

Dari uraian di atas, maka peneliti berusaha meneliti tentang

penggunaan pupuk cair buatan terhadap tanaman padi jenis santana di

Kelurahan Soreang Kecamatan Lau Kabupaten Maros.

D. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, maka peneliti mengemukakan rumusan

masalah yakni, apakah penggunaan pupuk cair buatan pada tanaman padi

jenis santana?

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan penelitian

Dari rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk

mengetahui penggunaan pupuk cair buatan pada tanaman padi jenis

santana.

2. Manfaat penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi peneliti

Melalui penelitian ini peneliti dapat mengetahui dampak

penggunaan pupuk cair buatan bagi tanaman padi khususnya padi

jenis santana.
4

2. Bagi petani

Setelah penelitian ini, maka petani akan mampu mengelola

pertanian dengan menggunakan pupuk cair buatan pada tanaman

padi.

3. Bagi pemerintah

Menambah kepustakaan pemerintah dalam bidang pertanian

tentang penggunaan pupuk cair buatan pada tanaman padi baik

santana maupun jenis tanaman padi lainnya.

F. Tinjauan Pustaka, Kerangka Pikir dan Hipotesis

1. Tinjauan Pustaka

a. Sejarah padi

Padi merupakan tanaman pangan berupa rumput berumpun. Tanaman

pertanian kuno berasal dari dua benua yaitu Asia dan Afrika Barat tropis

dan subtropis. Bukti sejarah memperlihatkan bahwa penanaman padi di

Zhejiang (Cina) sudah dimulai pada 3.000 tahun SM. Fosil butir padi dan

gabah ditemukan di Hastinapur Uttar Pradesh India sekitar 100-800 SM.

Selain Cina dan India, beberapa wilayah asal padi adalah, Bangladesh

Utara, Burma, Thailand, Laos, Vietnam. (Suparyono, 1994: 1).

b. Jenis tanaman padi

Klasifikasi botani tanaman padi adalah sebagai berikut:

Divisi : Spermatophyta
5

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Monotyledonae

Keluarga : Gramineae (Poaceae)

Genus : Oryza

Spesies : Oryza spp.

Terdapat 25 spesies Oryza, yang dikenal adalah O. sativa dengan dua

subspesies yaitu Indica (padi bulu) yang ditanam di Indonesia dan Sinica

(padi cere). Padi dibedakan dalam dua tipe yaitu padi kering (gogo) yang

ditanam di dataran tinggi dan padi sawah di dataran rendah yang

memerlukan penggenangan.

Varitas unggul nasional berasal dari Bogor: Pelita I/1, Pelita I/2, Adil

dan Makmur (dataran tinggi), Gemar, Gati, GH 19, GH 34 dan GH 120

(dataran rendah). Varitas unggul introduksi dari International Rice Research

Institute (IRRI) Filipina adalah jenis IR atau PB yaitu IR 22, IR 14, IR 46

dan IR 54 (dataran rendah); PB32, PB 34, PB 36 dan PB 48 (dataran

rendah) (Suparyono, 1994: 3).

c. Manfaat tanaman padi

Beras merupakan makanan sumber karbohidrat yang utama di

kebanyakan negara Asia. Negara-negara lain seperti di benua Eropa,

Australia dan Amerika mengkonsumsi beras dalam jumlah yang jauh lebih
6

kecil daripada negara Asia. Selain itu jerami padi dapat digunakan sebagai

penutup tanah pada suatu usaha tani.

d. Sentra penanaman

Pusat penanaman padi di Indonesia adalah Pulau Jawa (Karawang,

Cianjur), Bali, Madura, Sulawesi, dan akhir-akhir ini Kalimantan. Pada

tahun 1992 luas panen padi mencapai 10.869.000 ha dengan rata-rata hasil

4,35 ton/ha/tahun. Produksi padi nasional adalah 47.293.000 ton. Pada

tahun itu hampir 22,5 % produksi padi nasional dipasok dari Jawa Barat.

Dengan adanya krisis ekonomi, sentra padi Jawa Barat seperti Karawang

dan Cianjur mengalami penurunan produksi yang berarti. Produksi padi

nasional sampai Desember 1997 adalah 46.591.874 ton yang meliputi areal

panen 9.881.764 ha. Karena pemeliharaan yang kurang intensif, hasil padi

gogo hanya 1-3 ton/ha, sedangkan dengan kultur teknis yang baik hasil padi

sawah mencapai 6-7 ton/ha (Dinas Pertanian Jawa Barat. 1982).

e. Syarat pertumbuhan padi

1) Iklim

a) Tumbuh di daerah tropis/subtropis pada 45 derajat LU sampai 45

derajat LS dengan cuaca panas dan kelembaban tinggi dengan

musim hujan 4 bulan.

b) Rata-rata curah hujan yang baik adalah 200 mm/bulan atau 1500-

2000 mm/tahun. Padi dapat ditanam di musim kemarau atau


7

hujan. Pada musim kemarau produksi meningkat asalkan air

irigasi selalu tersedia. Di musim hujan, walaupun air melimpah

prduksi dapat menurun karena penyerbukan kurang intensif.

c) Di dataran rendah padi memerlukan ketinggian 0-650 m dpl

dengan temperatur 22-27 derajat C sedangkan di dataran tinggi

650-1.500 m dpl dengan temperatur 19-23 derajat C.

d) Tanaman padi memerlukan penyinaram matahari penuh tanpa

naungan.

e) Angin berpengaruh pada penyerbukan dan pembuahan tetapi jika

terlalu kencang akan merobohkan tanaman.

2) Media Tanam

a) Padi gogo

1. Padi gogo harus ditanam di lahan yang berhumus, struktur

remah dan cukup mengandung air dan udara.

2. Memerlukan ketebalan tanah 25 cm, tanah yang cocok

bervariasi mulai dari yang berliat, berdebu halus, berlempung

halus sampai tanah kasar dan air yang tersedia diperlukan

cukup banyak. Sebaiknya tanah tidak berbatu, jika ada harus <

50%.

3. Keasaman tanah bervariasi dari 4,0 sampai 8,0.

b) Padi sawah
8

1. Padi sawah ditanam di tanah berlempung yang berat atau tanah

yang memiliki lapisan keras 30 cm di bawah permukaan tanah.

2. Menghendaki tanah lumpur yang subur dengan ketebalan 18-

22 cm.

3. Keasaman tanah antara pH 4,0-7,0. Pada padi sawah,

penggenangan akan mengubah pH tanam menjadi netral (7,0).

Pada prinsipnya tanah berkapur dengan pH 8,1-8,2 tidak

merusak tanaman padi. Karena mengalami penggenangan,

tanah sawah memiliki lapisan reduksi yang tidak mengandung

oksigen dan pH tanah sawah biasanya mendekati netral. Untuk

mendapatkan tanah sawah yang memenuhi syarat diperlukan

pengolahan tanah yang khusus.

3) Ketinggian Tempat

Tanaman dapat tumbuh pada derah mulai dari daratan rendah sampai

daratan tinggi(Griest: Tanpa Tahun).

f. Pedoman budidaya

Menurut AAK. (1990) menyatakan cara budidaya tanaman padi, yakni

sebagai berikut:

1) Pembibitan

a) Persyaratan Benih

Syarat benih yang baik:


9

1. Tidak mengandung gabah hampa, potongan jerami, kerikil,

tanah dan hama gudang.

2. Warna gabah sesuai aslinya dan cerah.

3. Bentuk gabah tidak berubah dan sesuai aslinya.

4. Daya perkecambahan 80%.

b) Penyiapan Benih

Benih dimasukkan ke dalam karung goni dan direndam 1 malam

di dalam air mengalir supaya perkecambahan benih bersamaan.

c) Teknik Penyemaian Benih

1. Padi sawah

Untuk satu hektar padi sawah diperlukan 25-40 kg benih

tergantung pada jenis padinya. Lahan persemaian

dipersiapkan 50 hari sebelum semai. Luas persemaian

kira-kira 1/20 dari aeral sawah yang akan ditanami. Lahan

persemaian dibajak dan digaru kemudian dibuat bedengan

sepanjang 500-600 cm, lebar 120 cm dan tinggi 20 cm.

Sebelum penyemaian, taburi pupuk urea dan SP-36

masing-masing 10 gram/meter persegi. Benih disemai

dengan kerapatan 75 gram/meter persegi.

2. Padi Gogo

Benih langsung ditanam di ladang.

d) Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian
10

Persemaian diairi dengan berangsur sampai setinggi 5 cm.

Semprotkan pestisida pada hari ke 7 dan taburi pupuk urea 10

gram/meter persegi pada hari ke 10.

e) Pemindahan benih

Bibit yang siap dipindahtanamkan ke sawah berumur 25-40 hari,

berdaun 5-7 helai, batang bawah besar dan kuat, pertumbuhan

seragam, tidak terserang hama dan penyakit.

2) Pengolahan Media Tanam

a) Pengolahan Lahan Padi Sawah

1. Bersihkan saluran air dan sawah dari jerami dan rumput liar.

2. Perbaiki pematang serta cangkul sudut petak sawah yang

sukar dikerjakan dengan bajak.

3. Bajak sawah untuk membalik tanah dan memasukkan bahan

organik yang ada di permukaan. Pembajakan pertama

dilakukan pada awal musim tanam dan dibiarkan 2-3 hari

setelah itu dilakukan pembajakan ke dua yang disusul oleh

pembajakan ketiga 3-5 hari menjelang tanam.

4. Ratakan permukaan tanah sawah, dan hancurkan gumpalan

tanah dengan cara menggaru. Permukaan tanah yang rata

dapat dibuktikan dengan melihat permukaan air di dalam

petak sawah yang merata.


11

5. Lereng yang curam dibuat teras memanjang dengan petak-

petak yang dibatasi oleh pematang agar permukaan tanah

merata.

b) Pengolahan Lahan Padi Gogo

Waktu yang tepat adalah di akhir musim kemarau atau menjelang

musim hujan. Cara pengolahan tanah adalah sebagai berikut:

1. Lahan dibersihkan dari tanaman penggangu dan rumput

sambil memperbaiki pematang dan saluran drainase.

2. Tanah dibajak dua kali pada kedalaman 25-30 cm, tanah

dibalik.

3. Pemupukan organik diberikan pada waktu pembajakan yang

kedua sebanyak 20 ton/ha.

4. Untuk menghaluskan tanah, tanah digaru lalu diratakan.

5. Tanah dibiarkan sampai hujan turun.

3) Teknik penanaman

a) Pola tanam

Pada areal beririgasi, lahan dapat ditanami padi 3 x setahun,

tetapi pada sawah tadah hujan harus dilakukan pergiliran

tanaman dengan palawija. Pergiliran tanaman ini juga dilakukan

pada lahan beririgasi, biasanya setelah satu tahun menanam padi.

Untuk meningkatkan produktivitas lahan, seringkali dilakukan

tumpang sari dengan tanaman semusim lainnya, misalnya padi


12

gogo dengan padiatau padi gogo di antara ubi kayu dan kacang

tanah. Pada pertanaman padi sawah, tanaman tumpang sari

ditanam di pematang sawah, biasanya berupa kacangkacangan.

b) Penanaman padi sawah

Bibit ditanam dalam larikan dengan jarak tanam 20 x 20 cm, 25

x 25 cm, 22 x 22 cm atau 30 x 20 cm tergantung pada varitas

padi, kesuburan tanah dan musim. Padi dengan jumlah anakan

yang banyak memerlukan jarak tanam yang lebih lebar. Pada

tanah subur jarak tanam lebih lebar. Jarak tanam di daerah

pegunungan lebih rapat karena bibit tumbuh lebih lambat. 2-3

batang bibit ditanam pada kedalaman 3-4 cm.

c) Penanaman padi gogo

Penanaman dilakukan pada awal musim hujan setelah dua atau

tiga kali turun hujan di bulan Oktober-November. Penanaman

dilakukan dengan cara:

1. Di dalam lubang tanam

Kedalaman lubang 3-5 cm dengan jarak tanam 20 x 20 cm.

Satu lubang diisi dengan 5-7 butir benih dan ditutup dengan

pupuk kandang dan abu, debu atau tanah halus.

2. Di dalam larikan
13

Terlebih dahulu dibuat alur tanam dengan bantuan kayu

berujung runcing dengan jarak antar aluran 60 cm dan

kedalaman 3 cm. Benih ditaburkan ke dalam aluran.

4) Pemeliharaan tanaman

a) Penjarangan dan penyulaman padi sawah

Penyulaman tanaman yang mati dilakukan paling lama 14 hari

setelah tanam. Bibit sulaman harus dari jenis yang sama yang

merupakan bibit cadangan pada persemaian bibit.

b) Penyiangan Padi Sawah

Penyiangan dilakukan dengan mencabut rumput-rumput yang

dikerjakan sekaligus dengan menggemburkan tanah. Penyiangan

dilakukan dua kali yaitu pada saat berumur 3 dan 6 minggu

dengan menggunakan landak (alat penyiang mekanis yang

berfungsi dengan cara didorong) atau cangkul kecil.

c) Pengairan Padi Sawah

Syarat penggunaan air di sawah:

1. Air berasal dari sumber air yang telah ditentukan Dinas

Pengairan/ Dinas Pertanian dengan aliran air tidak deras.

2. Air harus bisa menggenangi sawah dengan merata.

3. Lubang pemasukkan dan pembuangan air letaknya

bersebrangan agar air merata di seluruh lahan.


14

4. Air mengalir membawa lumpur dan kotoran yang diendapkan

pada petak sawah. Kotoran berfungsi sebagai pupuk.

5. Genangan air harus pada ketinggian yang telah ditentukan.

Setelah tanam, sawah dikeringkan 2-3 hari kemudian diairi

kembali sedikit demi sedikit. Sejak padi berumur 8 hari

genangan air mencapai 5 cm. Pada waktu padi berumur 8-45

hari kedalaman air ditingkatkan menjadi 10 sampai dengan 20

cm. Pada waktu padi mulai berbulir, penggenangan sudah

mencapai 20-25 cm, pada waktu padi menguning ketinggian

air dikurangi sedikit-demi sedikit.

d) Pemupukan Padi Sawah

Pupuk kandang 5 ton/ha diberikan ke dalam tanah dua minggu

sebelum tanam pada waktu pembajakan tanah sawah. Pupuk

anorganik yang dianjurkan Urea=300 kg/ha, TSP=75-175 kg/ha

dan KCl=50 kg/ha. Pupuk Urea diberikan 2 kali, yaitu pada 3-4

minggu, 6-8 minggu setelah tanam. Urea disebarkan dan diinjak

agar terbenam. Pupuk TSP diberikan satu hari sebelum tanam

dengan cara disebarkan dan dibenamkan. Pupuk KCl diberikan 2

kali yaitu pada saat tanam dan saat menjelang keluar malai.

e) Penyiangan dan Pembumbunan Padi Gogo

Dilakukan secara mekanis dengan cangkul kecil, sabit atau

dengan tangan waktu tanaman berumur 3-4 minggu dan 8


15

minggu. Pembumbunan dilakukan bersamaan dengan

penyiangan pertama dan 1-2 minggu sebelum muncul malai.

f) Penyulaman Padi Gogo

Dilakukan pada umur 1-3 minggu setelah tanam.

g) Pemupukan Padi Gogo

1. Pupuk organik

Berasal dari tanaman pupuk hijau seperti Crotalaria juncea

yang berumur 4-6 bulan atau dari pupuk kandang yang telah

matang. Pupuk organik dibenamkan ke tanah dengan dosisi

10-30 ton/ha.

2. Pupuk anorganik

Pupuk yang diberikan berupa 150-200 kg/ha Urea, 75 kg/ha

TSP dan 50 kg/ha KCl. Pupuk TSP dan KCl diberikan saat

tanam dan urea pada 3-4 minggu dan 8 minggu setelah tanam.

h) Waktu Penyemprotan Pestisida

Penyemprotan pestisida dilakukan 1-2 minggu sekali tergantung

dari intensitas serangan.

g. Panen

1) Ciri dan Umur Panen

Padi siap panen: 95 % butir sudah menguning (33-36 hari setelah

berbunga), bagian bawah malai masih terdapat sedikit gabah hijau,

kadar air gabah 21-26 %, butir hijau rendah.


16

2) Cara Panen

Keringkan sawah 7-10 hari sebelum panen, gunakan sabit tajam

untuk memotong pangkal batang, simpan hasil panen di suatu wadah

atau tempat yang dialasi. Panen dengan menggunakan mesin akan

menghemat waktu, dengan alat Reaper binder, panen dapat

dilakukan selama 15 jam untuk setiap hektar sedangkan dengan

Reaper harvester panen hanya dilakukan selama 6 jam untuk 1

hektar.

3) Perkiraan Produksi

Dengan penanaman dan pemeliharaan yang intensif, diharapkan

produksi mencapai 7 ton/ha. Saat ini hasil yang didapat hanya 4-5

ton/ha.

h. Pascapanen

1. Perontokan. Lakukan secepatnya setelah panen, gunakan cara

diinjak-injak (±60 jam orang untuk 1 hektar), dihempas/dibanting (±

16 jam orang untuk 1 hektar) dilakukan dua kali di dua tempat

terpisah. Dengan menggunakan mesin perontok, waktu dapat

dihemat. Perontokan dengan perontok pedal mekanis hanya

memerlukan 7,8 jam orang untuk 1 hektar hasil panen.

2. Pembersihan. Bersihkan gabah dengan cara diayak/ditapi atau

dengan blower manual. Kadar kotoran tidak boleh lebih dari 3 %.


17

3. Jemur gabah selama 3-4 hari selama 3 jam per hari sampai kadar

airnya 14 %. Secara tradisional padi dijemur di halaman. Jika

menggunakan mesin pengering, kebersihan gabah lebih terjamin

daripada dijemur di halaman.

4. Penyimpanan. Gabah dimasukkan ke dalam karung bersih dan

jauhkan dari beras karena dapat tertulari hama beras. Gabah siap

dibawa ke tempat penggilingan beras (huller).

i. Pengertian pupuk cair buatan

Pupuk adalah material yang ditambahkan pada media tanam atau

tanaman untuk mencukupi kebutuhan hara yang diperlukan tanaman

sehingga mampu berproduksi dengan baik. Material pupuk dapat berupa

bahan organik ataupun non-organik (mineral). Pupuk berbeda dari

suplemen. Pupuk mengandung bahan baku yang diperlukan pertumbuhan

dan perkembangan tanaman, sementara suplemen seperti hormon tumbuhan

membantu kelancaran proses metabolisme. Meskipun demikian, ke dalam

pupuk, khususnya pupuk buatan, dapat ditambahkan sejumlah material

suplemen.

Dalam pemberian pupuk perlu diperhatikan kebutuhan tumbuhan

tersebut, agar tumbuhan tidak mendapat terlalu banyak zat makanan.

Terlalu sedikit atau terlalu banyak zat makanan dapat berbahaya bagi
18

tumbuhan. Pupuk dapat diberikan lewat tanah ataupun disemprotkan ke

daun. Salah satu jenis pupuk organik adalah kompos.(Wikipedia, 2011)

Dalam praktek sehari-hari, pupuk biasa dikelompok-kelompokkan

untuk kemudahan pembahasan. Pembagian itu berdasarkan sumber bahan

pembuatannya, bentuk fisiknya, atau berdasarkan kandungannya.

Dilihat dari sumber pembuatannya, terdapat dua kelompok besar

pupuk: (1) pupuk organik atau pupuk alami (bahasa Inggris: manure) dan

(2) pupuk kimia atau pupuk buatan (Ing. fertilizer). Pupuk organik

mencakup semua pupuk yang dibuat dari sisa-sisa metabolisme atau organ

hewan dan tumbuhan, sedangkan pupuk kimia dibuat melalui proses

pengolahan oleh manusia dari bahan-bahan mineral. Pupuk kimia biasanya

lebih "murni" daripada pupuk organik, dengan kandungan bahan yang dapat

dikalkulasi. Pupuk organik sukar ditentukan isinya, tergantung dari

sumbernya; keunggulannya adalah ia dapat memperbaiki kondisi fisik tanah

karena membantu pengikatan air secara efektif.

Berdasarkan bentuk fisiknya, pupuk dibedakan menjadi pupuk padat

dan pupuk cair. Pupuk padat diperdagangkan dalam bentuk onggokan,

remahan, butiran, atau kristal. Pupuk cair diperdagangkan dalam bentuk

konsentrat atau cairan. Pupuk padatan biasanya diaplikan ke tanah/media

tanam, sementara pupuk cair diberikan secara disemprot ke tubuh tanama

Terdapat dua kelompok pupuk berdasarkan kandungan: pupuk tunggal

dan pupuk majemuk. Pupuk tunggal mengandung hanya satu unsur,


19

sedangkan pupuk majemuk paling tidak mengandung dua unsur yang

diperlukan. Terdapat pula pengelompokan yang disebut pupuk mikro,

karena mengandung hara mikro (micronutrients). Beberapa merk pupuk

majemuk modern sekarang juga diberi campuran zat pengatur tumbuh atau

zat lainnya untuk meningkatkan efektivitas penyerapan hara yang diberikan.

2. Kerangka Pikir

Kelurahan Soreang adalah salah satu Kelurahan yang terletak di

wilayah Kecamatan Lau Kabupaten Maros yang merupakan salah satu pusat

pertanian di Kabupaten Maros.

Untuk mencapai Kelurahan Soreang dapat ditempatkan melalui Jalan

Poros Maros Pangkep, setelah melewati Balai Penelitian Padidan Serealia

(BALITSEREAL) kemudian melalui jalan di antara Kantor POLSEKTA

LAU dengan PUSKESMAS Barandasi.

Secara administratif, maka Kelurahan Sorenga berbatasan dengan :

Sebelah Utara berbatasan dengan Macini Baji


Sebelah Selatan berbatasan dengan Bonto Kapetta
Sebelah Barat berbatasan dengan Kalumpang
Sebelah Timur berbatasa dengan Barandasi

Berdasarkan letak administratif tersebut tidaklah mengherankan jika

dikatakan bahwa Kelurahan Soreang termasuk strategis dalam penggunaan

pupuk Cair buatan dalam peningkatan pertanian di Kelurahan Soreang

Kecamatan Lau Kabupaten Maros yang sangat mudah ditempuh dengan

kendaraan.
20

Kelurahan Soreang memiliki penduduk yang homogen Suku

Makassar. Dengan demikian, bahasa sehari-hari yang umum dipergunakan

dalam pergaulan masyarakat adalah makasar. Penduduk Kelurahan Soreang

bergerak dalam beberapa lapangan kerja seperti petani, guru, pedagang,

karyawan, pertukangan dan lain-lain. Berdasarkan data bahwa sebagian

besar penduduknya dari tahun ke tahun mata pencaharian utamanya adalah

sebagian petani sawah dan sebagian lagi petani perkebunan. Komposisi

penduduk menurut agama di Kelurahan Soreang adalah agama islam 100%.

Adapun kerangka pikir dalam penelitian ini dapat digambarkan

sebagai berikut:

Kelurahan Soreang
Kecamatan Lau

Produktivitas Pertanian

Pemakaian Tidak Memakai Pupuk


Pupuk

Hasil
Pertanian

Gambar 1 Skema kerangka pikir


21

G. Metode penelitian

1. Lokasi dan waktu penelitian

Penelitian ini dipusatkan di Kelurahan Soreang Kecamatan Lau

Kabupaten Maros dan lokasi-lokasi lainnya yang dianggap memiliki

relevansi dengan objek penelitian ini, misalnya Dinas Pertanian Kabupaten

Maros dalam hal bagian penyuluhan di tingkat Kecamatan, yang

mengetahui objek penelitian ini. Lokasi tersebut merupakan lokasi

penelitian yang paling urgen karena data-data tentang objek penelitian ini

dapat ditemukan.

Waktu penelitian ini dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan, yakni bulan

April sampai dengan bulan Juli 2011.

2. Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 2 (dua) sumber,

yaitu :

1. Data primer, data ini diperoleh dari hasil pengamatan langsung di

lokasi penelitian, dengan menempuh beberapa metode untuk

mendapatkan data. Misalnya, wawancara langsung kepada para

narasumber atau kepada pihak-pihak yang memiliki pengetahuan

tentang objek penelitian, diskusi dengan berbagai pihak, misalnya

Kepala Desa/Kelurahan Soreang, Kepala Dinas Pertanian

Kabupaten Maros, cara lainnya yang ditempuh untuk mendapatkan


22

data primer adalah dengan melakukan dokumentasi. Dokumentasi

yang dimaksud adalah dengan mendokumentasikan berbagai hal

yang ada di Kelurahan Soreang Kecamatan Lau, misalnya letak

geografisnya, keadaan penduduk, keadaan ekonomi, serta lainnya,

yang dapat mendukung penelitian ini.

2. Data sekunder, data ini diperoleh dari referensi-referensi yang

berkaitan dengan hasil penelitian (misalnya, buku-buku, majalah,

skripsi, dan sumber-sumber data lainnya) yang berkaitan dengan

hasil penelitian.

3. Teknik pengumpulan data

Adapun teknik pengumpulan data penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Observasi

Observasi lapangan dilakukan untuk memperoleh data tentang

pengaruh penggunaan pupuk cair buatan pada pertumbuhan

tanaman padi di Kelurahan Soreang Kecamatan Lau Kabupaten

Maros yang diperoleh melalui pengamatan langsung.

2. Wawancara

Wawancara mendalam dilakukan dalam rangka menggali

informasi sedalam-dalamnya kepada responden yang berkaitan

dengan sasaran penelitian.


23

3. Kepustakaan (Library research)

Adalah cara pengumpulan data dan informasi melalui literatur

yang berhubungan dengan penelitian seperti data yang tersedia

pada instansi pemerintah, data dari penelitian sebelumnya buku

ataupun website.

4. Teknik analisis data

Beberapa teknik analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Analisis kualitatif, untuk mengumpulkan data seperti keadaan

tanaman padi sebelum mempergunakan pupuk cair buatan dan

sesudah mempergunakan pupuk cair buatan.

2. Analisis kuantitatif, untuk menggali informasi yang mendalam

mengenai pengaruh penggunaan pupuk cair buatan pada tanaman

padi di Kelurahan Soreang Kecamatan Lau Kabupaten Maros.

3. Analisi deskriptif, untuk menggambarkan hasil produktivitas

tanaman padi sebelum mempergunakan pupuk cair buatan yang

lebih efisien dan ekonomis.

5. Sistematika penulisan

Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
24

C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
A. Tinjauan Pustaka
1. Sejarah padi
2. Jenis tanam padi
3. Manfaat tanam padi
4. Sentra penanaman padi
5. Syarat pertumbuhan padi
6. Pedoman budidaya
7. Panen
8. Pasca panen
9. Pengertian pupuk cair buatan
B. Kerangka pikir
BAB III : METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
B. Desain Penelitian
C. Variabel Penelitian
D. Sumber Data
E. Teknik Pengumpulan Data
F. Teknik Analisis Data
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Sejarah Singkat Kelurahan Soreang Kecamatan
Lau Kabupaten Maros
2. Letak Geografis
3. Keadaan Penduduk
4. Keadaan Sosial Budaya
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan
Pupuk cair buatan pada tanaman padi
B. Pembahasan
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
B. Saran
25

6. Jadwal penelitian

Adapun jadwal penelitian ini adalah sebagai berikut :

Waktu Pelaksanaan
N
Kegiatan Maret April Mei Juni Juli Agustus
o
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Persiapan
a. Pengajuan
Judul
b. Penyusunan
Proposal
c. Seminar
Proposal
d. Perbaikan
proposal
2 Pelaksanaan
a. Pengum-
pulan Data
b. Analisis
data
3 Penyelesaian
a. Pemeriksaan
pembimbing
b. Ujian
skripsi
c. Perbaikan
hasil ujian
dan
penyerahan
skripsi
26

DAFTAR PUSTAKA

AAK. 1990. Budidaya Tanaman Padi. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Dinas Pertanian Propinsi Jawa Barat. 1982. Petunjuk Perlakuan Pasca


Panen Tanaman Padi. Jawa Barat

Griest, D.H. (Tanpa tahun). Rice. Longman. Singapore

Purwono dan R. Hartono. 2005. Bertanam PadiUnggul. Jakarta : Penebar


Swadaya

Rukmana, H. R. 1997. Usaha Tani Jagung. Jakarta: Penerbit Kanisius

Republikas. 2008. Perkembangan Luas Panen, Produksi dan Produktifitas


Jagung. http://www.republik.co.id

Suparyono, Dr & Agus Setyono, Dr. 1994. Padi. Penebar Swadaya. Jakarta.

Sutedjo, M.M. 1992. Pupuk dan Cara Pemupukan. Jakarta: Rineka Cipta.

Wikipedia. 2011. Pupuk. http://www.wikipedia.org./pupuk. donwload : 22


April 2011.

You might also like