Professional Documents
Culture Documents
org/Profil
%20Kesehatan%20Tahun%202009/PROFIL%20Kes%20Bonbol
%202009%20terbaru.doc.
G o o g l e membuat versi HTML dari dokumen tersebut secara otomatis pada saat
menelusuri web.
Penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango tahun 2009 berupaya untuk
menggambarkan secara umum tentang kondisi derajat kesehatan, upaya kesehatan,
sumber daya kesehatan dan faktor-faktor terkait lainnya. Adapun data-data tersebut
dianalisis dengan analisis sederhana dan ditampilkan dalam bentuk tabel dan grafik.
Buku Bone Bolango Dalam Angka 2009 menunjukan bahwa Kabupaten Bone
Bolango memiliki luas wilayah sebesar 1.984,58 km2 atau 16,24% dari total luas
Provinsi Gorontalo. Adanya pemekaran wilayah yang dilakukan, sekarang ini
Kabupaten Bone Bolango telah memiliki 18 Kecamatan dan 163 desa/kelurahan
yang sudah definitive.
Sumber : BPS Kab. Bone Bolango (Bone Bolango dalam Angka 2009)
2.2. KEADAAN PENDUDUK
2.2.1. Kepadatan Penduduk
Tabel 1.
Kepadatan Penduduk Kabupaten Bone Bolango
Menurut Kecamatan Tahun 2009
Kepa
Juml datan
N Keca ah Pend
Luas/Area (km2)
o. matan Pend uduk
uduk (org/k
m2)
1 2 3 4 5
1 Tapa 6.900 64,41 107
2 Bulan 6.263 176,09 36
3 go 8.631 9,87 874
4 Utara 5.366 10,82 496
5 Bulan 2.955 78,41 38
6 go 18.31 193,45 95
7 Selata 8 47,11 114
8 n 5.389 79,74 185
9 Bulan 14.72 33,51 298
1 go 6 184,09 24
0 Timur 9.999 489,20 11
1 Bulan 4.466 77
1 go Ulu 5.582 64,70 55
1 Kabila 4.999 161,82 66
2 Botupi 8.888 143,51 74
1 ngge 9.400 64,12 114
3 Tilong 4.767 72,71 46
1 kabila 8.306 111,01
4 Suwa 5.069
1 wa
5 Suwa
1 wa
6 Selata
1 n
7 Suwa
wa
Timur
Suwa
wa
Tenga
h
Bonep
antai
Kabila
Bone
Bone
Raya
Bone
Bulaw
a
Jumlah 130.0
1.984,58 66
Total 25
Sumber : BPS (Bone Bolango dalam Angka 2009)
2.2.2. Sex Ratio Penduduk dan Struktur Penduduk Menurut Golongan Umur
Tabel 2.
Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur
Di Kabupaten Bone Bolango
Tahun 2009
Kelp Jlh Penduduk Jlh Penduduk Total Jumlah Sex
Umur Laki-laki Perempuan Penduduk Ratio
1 2 3 4 5
0-4 7871 6666 14537 1,18
5-9 6695 6858 13553 0,98
1,11
10-14 6843 6145 12988 1,03
15-19 5428 5277 10705 0,92
0,92
20-24 5186 5610 10796
1,04
25-29 5649 6137 11786 0,93
30-34 5662 5465 11127 0,84
1,23
35-39 4997 5363 10360
1,03
40-44 4147 4931 9078 0,90
45-49 3681 2999 6680
50-54 2923 2850 5773
0,97
55-59 2167 2416 4583
60+ 3958 4101 8059
Total 65207 64818 130025 1,01
Sumber : BPS (Bone Bolango dalam Angka 2009)
Perkembangan penduduk menurut jenis kelamin dapat dilihat dari perkembangan
ratio jenis kelamin, yaitu perbandingan penduduk laki-laki dengan penduduk
perempuan. Berdasarkan data Kabupaten Bone Bolango dalam Angka Tahun 2009
yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik Kabupaten Bone Bolango, rasio jenis
kelamin penduduk Kabupaten Bone Bolango tahun 2009 sebesar 1,01. Terlihat
bahwa jumlah penduduk laki-laki lebih besar dibandingkan jumlah penduduk
perempuan namun jumlah antara penduduk laki-laki dan perempuan hampir
seimbang di tiap kecamatan.
Struktur penduduk Kabupaten Bone Bolango menurut jenis kelamin dan golongan
umur dapat dilihat pada piramida berikut :
Selama tahun 2008 pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bone Bolango atas dasar
harga konstan tercatat sebesar 6,34% lebih besar dari tahun sebelumnya yang
hanya 5,88%.
Untuk Kabupaten Bone Bolango Tahun 2009, jumlah penduduk usia belum produktif
dan tidak lagi produktif sebanyak 49.137 jiwa, sedangkan jumlah penduduk usia
produktif sebanyak 80.888 jiwa. Sehingga dependency ratio sebesar 60,75%.
Artinya setiap 100 orang yang berusia kerja (dianggap produktif) mempunyai
tanggungan sebanyak 60-61 orang yang belum produktif dan dianggap tidak
produktif lagi.
1 2 3
1 SD Sederajat 17.913
2 SLTP 4.742
3 SLTA 3.602
26.257
Total
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa penduduk Kabupaten Bone Bolango pada
tahun 2009 paling banyak hanya berpendidikan SD sederajat yakni sebanyak
17.913 orang, hal ini membuktikan bahwa kesadaran bersekolah masyarakat Bone
Bolango sudah mengalami peningkatan walaupun data yang diperoleh hanya
sampai tingkat pendidikan SLTP dan SLTA yang dijadikan sebagai data
pembanding.
1 2 3
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa jumlah anak usia sekolah (7 – 12 tahun)
penduduk Kabupaten Bone Bolango yang masih sekolah sebanyak 22.508. Untuk
anak usia sekolah yang belum pernah sekolah tahun ini sebesar 6819 orang, jumlah
ini mengalami peningkatan yang sangat pesat bila dibandingkan tahun sebelumnya
yang hanya sebesar 1829 orang. Hal ini disebabkan walau pertumbuhan ekonomi
Kabupaten Bone Bolango meningkat namun masih ada penduduk yang berada di
bawah garis kemiskinan serta masih adanya masyarakat yang kurang memahami
arti pentingnya bersekolah.
BAB III
SITUASI DERAJAT KESEHATAN
Gambaran masyarakat Kabupaten Bone Bolango masa depan yang ingin dicapai
oleh segenap komponen masyarakat melalui pembangunan kesehatan Kabupaten
Bone Bolango adalah : Menjadi Pelayan Setia dan Mitra Unggul Menuju Bone
Bolango Sehat 2010. Terdapat beberapa keterkaitan dari beberapa aspek yang
dapat mendukung meningkatnya kinerja yang dihubungkan dengan pencapaian
pembangunan kesehatan, diantaranya adalah: (1) Indikator derajat kesehatan
sebagai hasil akhir, yang terdiri atas indikator-indikator untuk mortalitas, morbiditas,
dan status gizi. (2) Indikator hasil antara, yang terdiri atas indikator-indikator untuk
keadaan lingkungan, perilaku hidup masyarakat, akses dan mutu pelayanan
kesehatan, serta (3) Indikator proses dan masukan, yang terdiri atas indikator-
indikator untuk pelayanan kesehatan, sumber daya kesehatan, manajemen
kesehatan, dan kontribusi sektor terkait.
Pengertian tentang keadaan sehat dan sakit sangat penting mengingat kita harus
dapat menentukan ada/tidaknya permasalahan/penyakit diantara masyarakat dan
seberapa banyaknya. Secara sederhana keadaan sakit itu dinyatakan sebagai :
Penyimpangan dari keadaan normal, baik struktur maupun fungsinya atau
Keadaan dimana tubuh atau organisme atau bagian dari organisme/populasi
yang diteliti tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya dilihat dari keadaan
patologisnya.
Menurut UU RI No. 23 tahun 1992, yang dimaksud dengan keadaan sehat adalah
keadaan meliputi kesehatan badan, rohani ( mental ) dan social dan bukan hanya
keadaan yang bebas penyakit, cacat, dan kelemahan sehingga dapat hidup produktif
secara sosial ekonomi. Beberapa aspek yang dapat dihubungkan dengan derajat
kesehatan adalah : lingkungan, pelayanan kesehatan dan perilaku.
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan,
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang
optimal. Derajat kesehatan yang merupakan pencerminan kesehatan perorangan,
kelompok maupun masyarakat digambarkan dengan umur harapan hidup,
mortalitas, morbiditas dan status gizi masyarakat. Sehat dalam pengertian secara
luas, yakni bukan saja bebas dari penyakit dan kecacatan tetapi juga tercapainya
keadaan kesejahteraan baik fisik, sosial dan mental.
Gambaran tentang derajat kesehatan meliputi indikator mortalitas, morbiditas, dan
status gizi. Mortalitas dilihat dari indikator Angka Kematian Bayi (AKB) per 1.000
Kelahiran Hidup, Angka Kematian Balita (AKABA) per 1.000 Kelahiran Hidup,
Angka Kematian Ibu (AKI) per 100.000 Kelahiran Hidup, dan Umur Harapan Hidup
(UHH).
Morbiditas dilihat dari indikator-indikator Angka Kesakitan Malaria per 1.000
Penduduk, Angka Kesembuhan TB Paru BTA+, Prevalensi HIV (Persentase Kasus
Terhadap Penduduk Berisiko), Angka Acute Flacid Paralysis (AFP) pada anak usia
< 15 Tahun per 100.000 anak, dan Angka Kesakitan Demam Berdarah Dengue
(DBD) per 100.000 Penduduk. Sedangkan status gizi dilihat dari indikator
Persentase Balita dengan Status Gizi di Bawah Garis Merah pada KMS dan
Persentase Kecamatan Bebas Rawan Gizi.
Adapun indikator hasil antara, yang terdiri atas indikator-indikator untuk keadaan
lingkungan, perilaku hidup masyarakat, akses dan mutu pelayanan kesehatan, serta
Indikator proses dan masukan, yang terdiri atas indikator-indikator untuk pelayanan
kesehatan, sumber daya kesehatan, manajemen kesehatan, dan kontribusi sektor
terkait.
3.2. Indikator Derajat Kesehatan
Beberapa indikator penting untuk mengukur derajat kesehatan masyarakat pada
suatu daerah adalah Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB),
Umur Harapan Hidup (UHH) dan Status Gizi. Indikator tersebut ditentukan dengan 4
faktor utama yaitu Perilaku Masyarakat, Lingkungan, Pelayanan Kesehatan dan
Faktor Genetika.
Keempat faktor utama ini diintervensi melalui beberapa kegiatan pokok yang
mempunyai dampak ungkit besar terhadap upaya-upaya percepatan penurunan AKI,
AKB, AKABA dan Peningkatan Status Gizi Masyarakat serta status Angka
Kesakitan dan Kondisi Penyakit Menular.
Sumber : www.datastatistik-indonesia.com\
Sumber : 2007 dan 2009 Laporan SIK Puskesmas dan Laporan Data KIA Dinkes
Bone Bolango
Angka tersebut lebih baik bila dibandingkan dengan angka kematian
balita yang ditargetkan oleh Departemen Kesehatan RI pada Tahun
2010 dimana angka kematian anak balita ditargetkan sebesar 58 per
1.000 kelahiran hidup.
Kematian balita di Kabupaten Bone Bolango terdapat di tujuh
Puskesmas yaitu Puskesmas Bone Raya, Bulango Utara, Kabila,
Botupingge, Kabila Bone, Toto Utara dan Bone.
c. Angka Kematian Ibu ( AKI )
Angka Kematian Ibu atau AKI mencerminkan resiko yang dihadapi ibu-
ibu selama kehamilan dan melahirkan yang dipengaruhi oleh keadaan,
sosial ekonomi, keadaan kesehatan kurang baik menjelang kehamilan.
Kejadian berbagai komplikasi pada kehamilan dan kelahiran. Serta
tersedianya dan penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan yang
memadai.
Sumber : 2007 dan 2009 Laporan Data SIK Puskesmas serta Laporan KIA Dinkes
Bone Bolango
Sumber : Laporan Data SIK Puskesmas dan Sie P2 Dinkes Bone Bolango
Sumber : Laporan Data SIK Puskesmas dan Sie Monev dan Survailans Dinkes
Bone Bolango
Dari Grafik tersebut terlihat trend angka kesakitan dari kasus Diare
di Kabupaten Bone Bolango mengalami peningkatan dari tahun
2007 s.d. tahun 2009. Jika dilihat dari data SIK yang dilampirkan,
Jumlah kasus diare yang paling banyak berada di kecamatan
Kabila yakni sebesar 781 kasus dan yang paling sedikit berada di
Kecamatan Bulango Ulu yakni sebesar 77 kasus sedangkan untuk
Kecamatan Suwawa Timur dan Kecamatan Bone tidak ada data.
Demikan pula pada trend Case Fatality Rate dan Attack Rate
selama 2 tahun terakhir yang cenderung mengalami peningkatan
seperti dalam grafik berikut ini
Sumber : Laporan SIK Puskesmas dan Laporan Sie Monev dan Survailans
Dari grafik di atas terlihat bahwa untuk tiga tahun terakhir ini di
Kabupaten Bone Bolango mengalami peningkatan jumlah desa yang
terkena KLB sedangkan jika dilihat dari persentasi desa terkena KLB
yang ditangani mengalami fluktuasi dari tahun 2007 sebesar 0,1%
ditahun 2008 menjadi 0,85% kemudian turun lagi menjadi 0,5 di tahun
2009. Hal ini perlu mendapat perhatian khusus dari sector-sektor yang
terkait khususnya peningkatan dalam system survailans di Kabupaten
Bone Bolango.
Sumber : Laporan SIK Puskesmas dan Laporan Sie P2 serta Sie Monev dan
Survailans
Dari grafik di atas terlihat bahwa trend kasus campak berbanding lurus
dengan trend cakupan imunisasi campak. Masih tingginya penderita
campak di Bone Bolango karena walaupun terimunisasi campak
kemungkinan untuk menderita campak masih ada namun tidak
menimbulkan komplikasi, selain itu adanya cakupan efikasi vaksin
dimana 15 % dari cakupan imunisasi yang kebal hanya 65% yang bisa
terlindungi sehingga perlu perhatian serius dari para petugas imunisasi
dan survailens.
3.2.4. Status Gizi
Status gizi seseorang sangat erat kaitannya dengan permasalahan kesehatan
secara umum, karena disamping merupakan faktor predisposisi yang dapat
memperparah penyakit infeksi secara langsung juga dapat menyebabkan
terjadinya gangguan kesehatan individual. Bahkan status gizi janin yang
masih berada dalam kandungan dan bayi yang sedang menyusui sangat
dipengaruhi oleh status gizi ibu hamil atau ibu menyusui.
Berikut ini akan disajikan gambaran mengenai indikator-indikator status gizi
masyarakat antara lain bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR),
status gizi balita, ASI Ekslusif, serta Kecamatan Bebas Rawan Gizi
sebagaimana diuraikan berikut ini:
A. Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
Berat Badan Lahir Rendah (kurang dari 2.500 gram) merupakan salah
satu faktor utama yang berpengaruh terhadap kematian perinatal dan
neonatal. BBLR dibedakan dalam 2 kategori yaitu BBLR karena
prematur (usia kandungan kurang dari 37 minggu) atau BBLR karena
Intra Uterine Growth Retardation (IUGR), yaitu bayi yang lahir cukup
bulan tetapi berat badannya kurang. Di negara berkembang, banyak
BBLR dengan IUGR karena ibu berstatus gizi buruk, anemia, malaria
dan menderita penyakit menular seksual (PMS) sebelum konsepsi atau
pada saat hamil.
Di Kabupaten Bone Bolango tahun 2009, tercatat bahwa jumlah bayi
yang lahir dengan berat badan lahir rendah sebanyak 25 orang, dan
100% ditangani oleh tenaga kesehatan . Bayi yang lahir dengan BBLR
sangat beresiko, hal ini dapat dilihat pada hasil evaluasi PWS KIA
tahun 2009, dimana penyebab terbanyak kematian neonatal adalah
BBLR dengan jumlah kasus 12 kematian. Untuk itu tindakan preventif
harus tetap dilakukan oleh tenaga kesehatan yang didukung oleh
peran serta aktif dari masyarakat itu sendiri.
B. Status Gizi Balita
Status gizi balita merupakan salah satu indikator yang
menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat. Salah satu cara
penilaian status gizi pada Balita adalah dengan anthropometri yang
diukur melalui indeks Berat Badan menurut umur (BB/U) atau berat
badan terhadap tinggi badan (BB/TB).
Di Kabupaten Bone Bolango, untuk menanggulangi masalah gizi atau
untuk memperoleh gambaran perubahan tingkat konsumsi gizi di
tingkat rumah tangga dan status gizi masyarakat dilaksanakan
beberapa kegiatan seperti Pemantauan Status Gizi (PSG) di seluruh
kecamatan.
Hasil laporan Sie. Gizi pada tahun 2009 dari 8.890 anak yang
ditimbang didapatkan 84,83 % anak yang BB naik, 4,61 % anak BGM
dan 1,09 % anak Gizi Buruk.
Sumber : Laporan SIK Puskesmas dan Data Sie. Gizi Dinkes Bone Bolango
Dari grafik di atas terlihat bahwa perkembangan status gizi balita dari
tahun 2007 sampai dengan tahun 2009 mengalami penurunan, hal ini
terlihat dari jumlah balita yang bawah garis merah dan jumlah balita
gizi buruk mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya. Tren ini
harus lebih mendapat perhatian agar status gizi di Kabupaten Bone
Bolango dapat lebih ditingkatkan secara konsisten.
Apabila dilihat dari data SIK, persentasi gizi buruk paling tinggi berada
di puskesmas Bulawa yakni sebesar 7,42% sedangkan yang paling
rendah berada di puskesmas Kabila Bone dan Puskesmas Tombulilato
yang hanya 0,28% seperti terlihat dalam grafik berikut ini
Dari Data SIK yang terkumpul masyarakat miskin yang paling banyak
dicakup oleh ASKESKIN adalah Kecamatan Suwawa Tengah yakni
sebesar 85,75% dan yang paling sedikit adalah Kecamatan Bulango yang
hanya sebesar 38,05%. Sedangkan untuk masyarakat miskin yang
mendapat YANKES paling banyak berada di wilayah puskesmas Toto
Utara yakni sebesar 77,84% dan yang paling sedikit berada di
Kecamatan Kabila Bone yang hanya sebesar 9,84%.
4.4.3 Posyandu
Pada hakekatnya posyandu merupakan kegiatan yang tumbuh dari, oleh
dan untuk masyarakat, sehingga pemenuhan kebutuhan sarana dan
prasarana posyandu menjadi tanggung jawab kita bersama terutama
masyarakat disekitarnya.
Dari dua grafik di atas nampak bahwa jumlah Desa Siaga, poskesdes,
Polindes dan Posyandu tiga tahun terakhir ini mengalami peningkatan. Hal
ini dikarenakan adanya program pemekaran daerah oleh Bupati Bone
Bolango dan juga untuk lebih meningkatkan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat.
BAB IV
SITUASI UPAYA KESEHATAN
4.1 Pemanfaatan Sarana Pelayanan Kesehatan Dasar
Jumlah Puskesmas di Kabupaten Bone Bolango tahun 2009 yaitu Puskesmas
sebanyak 18 buah dan 2 diantaranya merupakan Puskesmas Rawat Inap yakni
Puskesmas Suwawa dan Puskesmas Bonepantai, 3 unit puskesmas mampu
PONED, yakni Puskesmas Suwawa, Puskesmas Bonepantai dan Puskesmas
Dumbayabulan, Pustu 36 buah, Pusling 18 buah, Poskesdes 94 buah, Polindes
50 buah dan Posyandu 204 buah. Sarana Pelayanan Kesehatan Dasar yang ada
di desa yaitu Polindes sebanyak 48 buah (sumber data Yankesmas Dinkes
Bonbol). Untuk tahun 2010, telah dibangun Panti Pemulihan Gizi (Feeding
Centre) bagi balita gizi buruk, yang merupakan pengembangan dari Puskesmas
Tilongkabila.
Pelayanan yang diberikan oleh petugas kesehatan pada ibu hamil yang
berkunjungan ke tempat pelayanan kesehatan atau antenatal care (ANC)
adalah sebagai berikut Penimbangan Berat Badan, Pemeriksaan
kehamilannya, Pemberian Tablet Besi, Pemberian Imunisasi TT, pemeriksaan
tensi dan Konsultasi.
Cakupan pelayanan kunjungan baru ibu hamil ( K1 ) di Kabupaten Bone
Bolango berdasarkan rekapan PWS-KIA Dinas Kesehatan Bone Bolango
sebesar 79,3 %. Jika kita melihat pada grafik di bawah ini, maka dapat
dikatakan cakupan K1 mengalami penurunan dari tahun tahun sebelumnya.
Untuk meningkatkan cakupan K1, perlu adanya sosialisasi terutama bagi ibu
hamil untuk memeriksakan diri ke Puskesmas.
Dalam pelayanan ibu hamil (antenatal) baik pada K1 maupun K4 ibu hamil
akan dibekali dengan Tablet Besi (Fe), hal ini merupakan upaya
penanggulangan anemia pada ibu hamil. Pemberian Tablet Besi pada ibu
hamil di Kabupaten Bone Bolango pada tahun 2009 sebesar 77,96 % untuk
Fe1 dan 62,29 % untuk Fe3. Bila membandingkan antara cakupan Fe3
dengan K4 terdapat selisih sebesar 0,49 %. Walaupun selisih antara kedua
cakupan tersebut tidak terlalu besar, namun perlu diteliti sebab-sebab yang
mungkin terjadi, misalnya kelalaian petugas kesehatan, kesalahan pelaporan
atau masalah teknis lainnya.
Sumber : Laporan Sie. KIA-KB dan Sie Gizi Dinkes Bonbol
Dalam pelayanan ANC ibu hamil akan diberikan imunisasi TT sebagai upaya
perlindungan ibu dan bayinya dari kemungkinan terjadinya Tetanus pada
waktu persalinan. Oleh karena itu pemberian imunisasi TT merupakan suatu
keharusan pada setiap ibu hamil.
Sumber : Laporan SIK PKM (2007) serta Data Sie. KIA KB Dinkes Bone Bolango dari
Badan Pemberdayaan Perempuan (2008 dan 2009)
3 APBN :
- Lain-lain (sebutkan)
BAB VI
PENUTUP
6.1 KESIMPULAN
Secara umum dapat disimpulkan bahwa hingga tahun ini berbagai peningkatan
derajat kesehatan masyarakat telah dicapai sebagai hasil dari pembangunan
kesehatan, sejalan dengan perbaikan kondisi umum, perbaikan keadaan sosial
dan ekonomi masyarakat Bone Bolango. Gambaran yang demikian merupakan
fakta yang harus dikomunikasikan baik kepada para pimpinan dan penglola
program kesehatan maupun kepada lintas sektor dan masyarakat di daerah
yang didiskripsikan melalui data dan informasi.
Oleh karena data dan informasi merupakan sumber daya yang strategis bagi
pimpinan dan organisasi dalam pelaksanaan manajemen, maka penyediaan
data/informasi yang berkualitas sangat diperlukan sebagai masukan dalam
proses pengambilan keputusan. Di bidang kesehatan, data dan informasi ini
diperoleh melalui penyelenggaraan Sistem Informasi Kesehatan. Salah satu
luaran utama dari penyelenggaraan sistem informasi kesehatan adalah Profil
Kesehatan. Dalam perkembangannya, profil kesehatan ini menjadi paket sajian
data dan informasi yang sangat penting, karena sangat dibutuhkan baik oleh
jajaran kesehatan, lintas sektor maupun masyarakat.
Namun disadari, sistem informasi kesehatan yang ada saat ini masih belum
dapat memenuhi kebutuhan data dan informasi kesehatan secara optimal,
apalagi dalam era desentralisasi, pengumpulan data dan informasi dari
Puskesmas menjadi relatif lebih sulit. Hal ini berimplikasi pada kualitas data
dan informasi yang disajikan di dalam Profil Kesehatan Kabupaten Bone
Bolango yang terbit saat ini belum sesuai dengan harapan.
Walaupun demikian, diharapkan Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango ini
tetap dapat memberikan gambaran secara garis besar dan menyeluruh tentang
seberapa jauh perubahan dan perbaikan keadaan kesehatan masyarakat yang
telah dicapai.
Betapapun, Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango ini belum mendapat
apresiasi yang memadai karena belum dapat menyajikan data dan informasi
yang sesuai dengan harapan, namun paket sajian ini merupakan satu-satunya
publikasi data dan informasi di jajaran kesehatan yang relatif paling lengkap
sehingga kehadirannya selalu ditunggu.
Oleh karena itu, dalam rangka meningkatkan kualitas Profil Kabupaten Bone
Bolango, Dinas Kesehatan Kabupaten Bone Bolango senantiasa mencari
terobosan-terobosan dalam hal mekanisme pengumpulan data dan informasi
secara cepat untuk mengisi ketidaktersediaan data dan informasi khususnya
yang bersumber dari puskesmas.
6.2 SARAN
1. Dari hasil-hasil tersebut di atas, dapat dilihat bahwa masih ada
pelaksanaan program yang belum mencapai hasil yang optimal. Hal
tersebut menunjukkan masih perlunya perhatian dan penanganan yang
lebih serius karena pembangunan kesehatan tetap merupakan kebutuhan
masyarakat yang perlu ditingkatkan secara terus menerus sesuai dengan
perkembangan pembangunan nasional.
6 . Perlu dibuat suatu software data base untuk keperluan
penyusunan profil kesehatan.
Semoga Buku Profil Kesehatan Tahun 2009 ini dapat bermanfaat. Kritik dan
saran sangat kami harapkan demi perbaikan Buku Profil Kesehatan pada
tahun-tahun mendatang.
SEKIAN
UMAT, 09 APRIL 2010
Anak memiliki suatu ciri yang khas yaitu selalu tumbuh dan berkembang sejak konsepsi
sampai berakhirnya masa remaja. Hal ini yang membedakan anak dengan dewasa. Anak
bukan dewasa kecil. Anak menunjukkan ciri-ciri pertumbuhan dan perkembangan yang
sesuai dengan usianya.
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan interselular, berarti
bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh sebagian atau keseluruhan, sehingga dapat
diukur dengan satuan panjang dan berat.
Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam
kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian.
Proses tumbuh kembang anak mempunyai beberapa ciri-ciri yang saling berkaitan. Ciri-ciri
tersebut adalah sebagai berikut:
2). Pertumbuhan dan perkembangan pada tahap awal menentukan perkembangan selanjutnya.
Setiap anak tidak akan bisa melewati satu tahap perkembangan sebelum ia melewati tahapan
sebelumnya. Sebagai contoh, seorang anak tidak akan bisa berjalan sebelum ia bisa berdiri.
Seorang anak tidak akan bisa berdiri jika pertumbuhan kaki dan bagian tubuh lain yang
terkait dengan fungsi berdiri anak terhambat. Karena itu perkembangan awal ini merupakan
masa kritis karena akan menentukan perkembangan selanjutnya.
a. Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah kepala, kemudian menuju ke arah kaudal/anggota
tubuh (pola sefalokaudal).
b. Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah proksimal (gerak kasar) lalu berkembang ke bagian
distal seperti jari-jari yang mempunyai kemampuan gerak halus (pola proksimodistal).
Pada umumnya anak memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan normal yang merupakan
hasil interaksi banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak.
Adapun faktor-faktor tersebut antara lain:
1). Gerak kasar atau motorik kasar adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak
melakukan pergerakan dan sikap tubuh yang melibatkan otot-otot besar seperti duduk,
berdiri, dan sebagainya.
2). Gerak halus atau motorik halus adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak
melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan oleh otot-
otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat seperti mengamati sesuatu, menjimpit,
menulis, dan sebagainya.
3). Kemampuan bicara dan bahasa adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan
untuk memberikan respons terhadap suara, berbicara, berkomunikasi, mengikuti perintah dan
sebagainya.
4). Sosialisasi dan kemandirian adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri
anak (makan sendiri, membereskan mainan selesai bermain), berpisah dengan ibu/pengasuh
anak, bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya, dan sebagainya.
1. Masa prenatal atau masa intra uterin (masa janin dalam kandungan).
Masa ini dibagi menjadi 3 periode, yaitu :
o Masa zigot/mudigah, sejak saat konsepsi sampai umur kehamilan 2 minggu.
o Masa embrio, sejak umur kehamilan 2 minggu sampai 8/12 minggu.
Ovum yang telah dibuahi dengan cepat akan menjadi suatu organisme, terjadi diferensiasi
yang berlangsung dengan cepat, terbentuk sistem organ dalam tubuh.
o Masa janin/fetus, sejak umur kehamilan 9/12 minggu sampai akhir kehamilan.
Masa ini terdiri dari 2 periode yaitu:
• Masa fetus dini yaitu sejak umur kehamilan 9 minggu sampai trimester ke-2 kehidupan
intra uterin. Pada masa ini terjadi percepatan pertumbuhan, pembentukan jasad manusia
sempurna. Alat tubuh telah terbentuk serta mulai berfungsi.
• Masa fetus lanjut yaitu trimester akhir kehamilan. Pada masa ini pertumbuhan
berlangsung pesat disertai perkembangan fungsi-fungsi. Terjadi transfer Imunoglobin G (Ig
G) dari darah ibu melalui plasenta. Akumulasi aasam lemak esensial seri Omega 3 (Docosa
Hexanic Acid) dan Omega 6 (Arachidonic Acid) pada otak dan retina.
Periode yang paling penting dalam masa prenatal adalah trimester pertama kehamilan. Pada
periode ini pertumbuhan otak janin sangat peka terhadap pengaruh lingkungan janin. Gizi
kurang pada ibu hamil, infeksi, merokok dan asap rokok, minuman beralkohol, obat-obat,
bahan-bahan toksik, pola asuh, depresi berat, faktor psikologis seperti kekerasan terhadap
ibu hamil, dapat menimbulkan pengaruh buruk bagi pertumbuhan janin dan kehamilan.
Pada setiap ibu hamil, dianjurkan untuk selalu memperhatikan gerakan janin setelah
kehamilan 5 bulan.
Agar janin dalam kandungan tumbuh dan berkembang menjadi anak sehat, maka selama
masa intra uterin, seorang ibu diharapkan:
o Menjaga kesehatannya dengan baik.
o Selalu berada dalam lingkungan yang menyenangkan.
o Mendapat nutrisi yang sehat untuk janin yang dikandungnya.
o Memeriksa kesehatannya secara teratur ke sarana kesehatan.
o Memberi stimulasi dini terhadap janin.
o Tidak mengalami kekurangan kasih sayang dari suami dan keluarganya.
o Menghindari stres baik fisik maupun psikis.
o Tidak bekerja berat yang dapat membahayakan kondisi kehamilannya.
3. Masa anak dibawah lima tahun (anak balita, umur 12-59 bulan).
Pada masa ini, kecepatan pertumbuhan mulai menurun dan terdapat kemajuan dalam
perkembangan motorik (gerak kasar dan gerak halus) serta fungsi ekskresi.
Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah pada masa balita. Pertumbuhan dasar
yang berlangsung pada masa balita akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan
anak selanjutnya.
Setelah lahir terutama pada 3 tahun pertama kehidupan, pertumbuhan dan perkembangan
sel-sel otak masih berlangsung; dan terjadi pertumbuhan serabut serabut syaraf dan cabang-
cabangnya, sehingga terbentuk jaringan syaraf dan otak yang kompleks. Jumlah dan
pengaturan hubungan-hubungan antar sel syaraf ini akan sangat mempengaruhi segala
kinerja otak, mulai dari kemampuan belajar berjalan, mengenal huruf, hingga bersosialisasi.
Pada masa balita, perkembangan kemampuan bicara dan bahasa, kreativitas, kesadaran
sosial, emosional dan intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan landasan
perkembangan berikutnya.
Perkembangan moral serta dasar-dasar kepribadian anak juga dibentuk pada masa ini,
sehingga setiap kelainan/penyimpangan sekecil apapun apabila tidak dideteksi apalagi tidak
ditangani dengan baik, akan mengurangi kualitas sumber daya manusia dikemudian hari.
Pada masa ini, pertumbuhan berlangsung dengan stabil. Terjadi perkembangan dengan
aktivitas jasmani yang bertambah dan meningkatnya ketrampilan dan proses berfikir.
Memasuki masa prasekolah, anak mulai menunjukkan keinginannya, seiring dengan
pertumbuhan dan perkembangannya.
Pada masa ini, selain lingkungan di dalam rumah maka lingkungan di luar rumah mulai
diperkenalkan. Anak mulai senang bermain di luar rumah. Anak mulai berteman, bahkan
banyak keluarga yang menghabiskan sebagian besar waktu anak bermain di luar rumah
dengan cara membawa anak ke taman-taman bermain, taman-taman kota, atau ke tempat-
tempat yang menyediakan fasilitas permainan untuk anak.
Sepatutnya lingkungan-lingkungan tersebut menciptakan suasana bermain yang bersahabat
untuk anak (child friendly environment). Semakin banyak taman kota atau taman bermain
dibangun untuk anak, semakin baik untuk menunjang kebutuhan anak.
Pada masa ini anak dipersiapkan untuk sekolah, untuk itu panca indra dan sistim reseptor
penerima rangsangan serta proses memori harus sudah siap sehingga anak mampu belajar
dengan baik. Perlu diperhatikan bahwa proses belajar pada masa ini adalah dengan cara
bermain.
Orang tua dan keluarga diharapkan dapat memantau pertumbuhan dan perkembangan
anaknya, agar dapat dilakukan intervensi dini bila anak mengalami kelainan atau gangguan.
o Menggenggam pensil.
o Memungut 2 benda, masing-masing tangan pegang 1 benda pada saat yang bersamaan.
o Memungut benda sebesar kacang dengan cara meraup.
o Memanggil ayah dengan kata ”papa”, memanggil ibu dengan kata ”mama”.
o Menumpuk 2 kubus.
o Menunjuk apa yang diinginkan tanpa menangis/merengek, anak bisa mengeluarkan suara yang menyenangkan atau
o Melihat gambar dan dapat menyebut dengan benar nama 2 benda atau lebih.
o Membantu memungut mainannya sendiri atau membantu mengangkat piring jika diminta.
o Mendengarkan cerita.
o Mencuci dan mengeringkan tangan sendiri
o Melompat-lompat 1 kaki.
o Menari.
o Menggambar lingkaran.
o Berjalan lurus.
o Mengenal warna-warni
o Mengungkapkan simpati
0 komentar:
Poskan Komentar