You are on page 1of 64

Berikut ini adalah versi HTML dari berkas http://dinkesbonebolango.

org/Profil
%20Kesehatan%20Tahun%202009/PROFIL%20Kes%20Bonbol
%202009%20terbaru.doc.
G o o g l e membuat versi HTML dari dokumen tersebut secara otomatis pada saat
menelusuri web.

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BONE BOLANGO


2009
BAB I
PENDAHULUAN
 
1.1   LATAR BELAKANG             

Pembangunan kesehatan merupakan upaya yang dilaksanakan oleh semua


komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesedaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya. Derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari
berbagai indikator, yang meliputi indikator angka harapa hidup, angka kematian,
angka kesakitan, dan status gizi.

Untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, Dinas kesehatan Kabupaten


Bone Bolango memprioritaskan pelayanan kesehatan ibu dan anak, pelayanan
kesehatan masyarakat miskin, pendayagunaan tenaga kesehatan, penanggulangan
penyakit menular, penanggulangan gizi buruk serta ketersediaan sarana dan
prasarana yang memudahkan jangkauan pelayanan kesehatan bagi masyarakat
terutama daerah terpencil.

Penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango tahun 2009 berupaya untuk
menggambarkan secara umum tentang kondisi derajat kesehatan, upaya kesehatan,
sumber daya kesehatan dan faktor-faktor terkait lainnya. Adapun data-data tersebut
dianalisis dengan analisis sederhana dan ditampilkan dalam bentuk tabel dan grafik.

Dengan demikian jelas bahwa tujuan diterbitkannya Profil Kesehatan Kabupaten


Bone Bolango Tahun 2009 ini adalah dalam rangka menyediakan sarana untuk
perencanaan, pemantauan dan mengevaluasi pencapaian pembangunan kesehatan
di Kabupaten Bone Bolango tahun 2009 yang mengacu kepada Visi Kabupaten
Bone Bolango Sehat 2010 serta pembinaan dan pengawasan terhadap Puskesmas
– Puskesmas binaan dalam pencapaian Visi Kabupaten Bone Bolango Sehat.
1.2    SISTEMATIKA PENYAJIAN 
Sistematika penyajian Profil Kesehatan sebagai berikut : 
Bab-I : Pendahuluan
Bab ini berisi penjelasan tentang maksud dan tujuan Profil Kesehatan dan
sistematika dari penyajiannya.
Bab-II : Gambaran Umum
Bab ini menyajikan tentang gambaran umum Kabupaten Bone Bolango. Selain
uraian tentang letak geografis, administratif dan informasi umum lainnya, bab ini juga
mengulas faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan dan faktor-faktor
lainnya misal kependudukan, ekonomi, pendidikan, sosial budaya dan lingkungan.
Bab-III : Situasi Derajat Kesehatan
Bab ini berisi uraian tentang indikator mengenai angka kematian, angka kesakitan,
dan angka status gizi masyarakat.
Bab-IV : Situasi Upaya Kesehatan
Bab ini menguraikan tentang pelayanan kesehatan dasar, pelayanan kesehatan
rujukan dan penunjang, pemberantasan penyakit menular, pembinaan kesehatan
lingkungan dan sanitasi dasar, perbaikan gizi masyarakat, pelayanan kefarmasian
dan alat kesehatan, pelayanan kesehatan dalam situasi bencana. Upaya pelayanan
kesehatan yang diuraikan dalam bab ini juga mengakomodir indikator kinerja
Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan serta upaya pelayanan
kesehatan lainnya yang diselenggarakan oleh Kabupaten Bone Bolango.
Bab-V : Situasi Sumber Daya Kesehatan
Bab ini menguraikan tentang sarana kesehatan, tenaga kesehatan, pembiayaan
kesehatan dan sumber daya kesehatan lainnya.
Bab-VI : Kesimpulan
Bab ini diisi dengan sajian tentang hal-hal penting yang perlu disimak dan ditelaah
lebih lanjut dari Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango di tahun 2009. Selain
keberhasilan-keberhasilan yang perlu dicatat, bab ini juga mengemukakan hal-hal
yang dianggap masih kurang dalam rangka penyelenggaraan pembangunan
kesehatan.
Lampiran
Pada lampiran ini berisi resume/angka pencapaian Kabupaten Bone Bolango dan
63 tabel data yang merupakan gabungan Tabel Indikator Kabupaten sehat dan
Indikator pencapaian kinerja Standar Pelayanan Minimal bidang Kesehatan.
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
BAB II
GAMBARAN UMUM
 

2.1. KEADAAN GEOGRAFI


Letak Kabupaten Bone Bolango secara geografis berbatasan langsung dengan
Kabupaten Bolaang Mongondow (Sulawesi Utara) dan Kecamatan Atinggola di
sebelah utara. Sementara di sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Bolaang
Mongondow, di sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Telaga dan
Kabupaten Gorontalo.

Buku Bone Bolango Dalam Angka 2009 menunjukan bahwa Kabupaten Bone
Bolango memiliki luas wilayah sebesar 1.984,58 km2 atau 16,24% dari total luas
Provinsi Gorontalo. Adanya pemekaran wilayah yang dilakukan, sekarang ini
Kabupaten Bone Bolango telah memiliki 18 Kecamatan dan 163 desa/kelurahan
yang sudah definitive.

Berdasarkan ketinggiannya dari permukaan laut Kabupaten Bone Bolango sebagian


besar daerahnya berada di ketinggian 100 – 500 meter dari permukaan laut yakni
sebesar 48,65% dan 9,09% berada di atas ketinggian 1000 meter dari permukaan
laut seperti yang ditunjukan pada tabel berikut.

Sumber  : BPS Kab. Bone Bolango (Bone Bolango dalam Angka 2009)
 
 
2.2. KEADAAN PENDUDUK 
2.2.1.  Kepadatan Penduduk 
Tabel 1.
Kepadatan Penduduk Kabupaten Bone Bolango
Menurut Kecamatan Tahun 2009
Kepa
Juml datan
N Keca ah Pend
Luas/Area (km2)
o. matan Pend uduk
uduk (org/k
m2)
1 2 3 4 5
1 Tapa 6.900 64,41 107
2 Bulan 6.263 176,09 36
3 go 8.631 9,87 874
4 Utara 5.366 10,82 496
5 Bulan 2.955 78,41 38
6 go 18.31 193,45 95
7 Selata 8 47,11 114
8 n 5.389 79,74 185
9 Bulan 14.72 33,51 298
1 go 6 184,09 24
0 Timur 9.999 489,20                                                                              11
1 Bulan 4.466                                                                    77
1 go Ulu 5.582 64,70 55
1 Kabila 4.999 161,82 66
2 Botupi 8.888 143,51 74
1 ngge 9.400 64,12 114
3 Tilong 4.767 72,71 46
1 kabila 8.306 111,01
4 Suwa 5.069
1 wa
5 Suwa
1 wa
6 Selata
1 n
7 Suwa
wa
Timur
Suwa
wa
Tenga
h
Bonep
antai
Kabila
Bone
Bone
Raya
Bone
Bulaw
a
Jumlah 130.0
1.984,58 66
Total 25
Sumber  : BPS (Bone Bolango dalam Angka 2009)

Penduduk Kabupaten berdasarkan Bone Bolango dalam angka 2009 memiliki


jumlah penduduk sebesar 130.025 jiwa yang tersebar di 17 kecamatan dengan luas
wilayah 1.984,58 km2 dan kepadatan penduduk sebesar 66 orang per km2. Dari
tabel di atas nampak bahwa Kecamatan Kabila menempati urutan pertama dalam
jumlah penduduk terbesar namun berada di posisi kedua untuk luas wilayah,
sedangkan Suwawa Timur menempati urutan pertama yang memiliki luas wilayah
terbesar namun berada di urutan ke sepuluh untuk jumlah penduduk terbesar.
Kecamatan yang memiliki kepadatan penduduk yang paling besar berdasarkan
Bone Bolango dalam angka 2009 adalah Kecamatan Bulango Selatan yakni
sebesar 874 orang per km2 sedangkan yang paling rendah berada di Kecamatan
Suwawa Timur yang hanya sebesar 11 orang per km2.

2.2.2. Sex Ratio Penduduk dan Struktur Penduduk Menurut Golongan Umur
Tabel 2.
Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur
Di Kabupaten Bone Bolango
Tahun 2009
Kelp Jlh Penduduk Jlh Penduduk Total Jumlah Sex
Umur Laki-laki Perempuan Penduduk Ratio
1 2 3 4 5
0-4 7871 6666 14537 1,18
5-9 6695 6858 13553 0,98
1,11
10-14 6843 6145 12988 1,03
15-19 5428 5277 10705 0,92
0,92
20-24 5186 5610 10796
1,04
25-29 5649 6137 11786 0,93
30-34 5662 5465 11127 0,84
1,23
35-39 4997 5363 10360
1,03
40-44 4147 4931 9078 0,90
45-49 3681 2999 6680
50-54 2923 2850 5773
0,97
55-59 2167 2416 4583
60+ 3958 4101 8059
Total 65207 64818 130025 1,01
Sumber  :  BPS (Bone Bolango dalam Angka 2009)
 
Perkembangan penduduk menurut jenis kelamin dapat dilihat dari perkembangan
ratio jenis kelamin, yaitu perbandingan penduduk laki-laki dengan penduduk
perempuan. Berdasarkan data Kabupaten Bone Bolango  dalam Angka Tahun 2009
yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik Kabupaten Bone Bolango, rasio jenis
kelamin penduduk Kabupaten Bone Bolango tahun 2009 sebesar 1,01. Terlihat
bahwa jumlah penduduk laki-laki lebih besar dibandingkan jumlah penduduk
perempuan namun jumlah antara penduduk laki-laki dan perempuan hampir
seimbang di tiap kecamatan.
 
Struktur penduduk Kabupaten Bone Bolango menurut jenis kelamin dan golongan
umur dapat dilihat pada piramida berikut :

Sumber  :  Bone Bolango Dalam Angka 2009


Dari piramida di atas terlihat bahwa ciri penduduk kabupaten Bone Bolango bersifat
ekspansive karena sebagian besar penduduk berada dalam kelompok umur muda.
Jumlah penduduk laki-laki dan perempuan di tiap golongan umur hampir sama.
Penduduk laki-laki Kabupaten Bone Bolango paling banyak berada di kelompok
umur 0-4 tahun sedangkan perempuan paling banyak berada pada  golongan umur
5-9 tahun sedangkan jumlah penduduk paling sedikit berada pada golongan umur
60-64 tahun baik penduduk laki-laki maupun perempuan.
 
2.3. KEADAAN SOSIAL EKONOMI 
2.3.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)             
Salah satu tolok ukur keberhasilan pembangunan di bidang ekonomi yang
diperlukan untuk evaluasi dan perencanaan ekonomi makro, biasanya dilihat dari
pertumbuhan angka Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) baik atas dasar harga
berlaku maupun berdasarkan atas dasar harga konstan. Pada tahun 2007 nilai
PDRB Kabupaten Bone Bolango mengalami kenaikan yang cukup signifikan, yakni
Rp. 106.118.000.000,- dari Rp. 611.269.000.000,- menjadi Rp. 717.387.000.000,-
pada tahun 2008 (sumber BPS / Kab. Bone Bolango Dalam Angka 2009).
Berdasarkan distribusi persentase PDRB, maka sektor pertanian, peternakan,
kehutanan dan perikanan yang memiliki nilai kontribusi terbesar yakni 40,56%

Selama tahun 2008 pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bone Bolango atas dasar
harga konstan tercatat sebesar 6,34% lebih besar dari tahun sebelumnya yang
hanya 5,88%.  

2.3.2. Angka Beban Tanggungan 


Rasio ketergantungan (dependency ratio) dapat digunakan sebagai indikator yang
secara kasar dapat menunjukkan keadaan ekonomi suatu daerah apakah tergolong
daerah maju atau negara yang sedang berkembang. Dependency ratio merupakan
salah satu indikator demografi yang penting. Semakin tingginya persentase
dependency ratio menunjukkan semakin tingginya beban yang harus ditanggung
penduduk yang produktif untuk membiayai hidup penduduk yang belum produktif
dan tidak produktif lagi. Sedangkan persentase dependency ratio yang semakin
rendah menunjukkan semakin rendahnya beban yang ditanggung penduduk yang
produktif untuk membiayai penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi.
Rasio Ketergantungan didapat dengan membagi total dari jumlah penduduk usia
belum produktif (0-14 tahun) dan jumlah penduduk usia tidak produktif (60 tahun
keatas) dengan  jumlah penduduk usia produktif (15-60 tahun).

Untuk Kabupaten Bone Bolango Tahun 2009,  jumlah penduduk usia belum produktif
dan tidak lagi produktif  sebanyak 49.137 jiwa, sedangkan jumlah penduduk usia
produktif sebanyak 80.888 jiwa. Sehingga dependency ratio sebesar 60,75%.
Artinya setiap 100 orang yang berusia kerja (dianggap produktif) mempunyai
tanggungan sebanyak 60-61 orang yang belum produktif dan dianggap tidak
produktif lagi.

2.4.      TINGKAT PENDIDIKAN

Tabel 4. Tingkat Pendidikan Penduduk


Kabupaten Bone Bolango
Tahun 2009
Tingkat
N
Pendidikan Jumlah
o
 

1 2 3

1 SD Sederajat 17.913
2 SLTP 4.742
3 SLTA 3.602
26.257
Total

        Sumber : BPS (Bone Bolango dalam Angka 2009)

Berdasarkan tabel di atas terlihat  bahwa penduduk Kabupaten Bone Bolango pada
tahun 2009  paling banyak hanya berpendidikan SD sederajat yakni sebanyak
17.913 orang, hal ini membuktikan bahwa kesadaran bersekolah masyarakat Bone
Bolango sudah mengalami peningkatan walaupun data yang diperoleh hanya
sampai tingkat pendidikan SLTP dan SLTA yang dijadikan sebagai data
pembanding.

Tabel 5. Jumlah Anak Usia Sekolah (7 – 12 Thn) Menurut Statusnya


Di Kabupaten Bone Bolango
Tahun 2009
 
Tingkat Pendidikan
N
Anak Usia Sekolah (7-12 Jumlah
o
Th)

1 2 3

1 Belum pernah sekolah 6819


2 Masih sekolah 15566
3 Putus sekolah 123
22508
Total

        Sumber : BPS (Bone Bolango dalam Angka 2009)

Berdasarkan tabel di atas terlihat  bahwa jumlah anak usia sekolah (7 – 12 tahun)
penduduk Kabupaten Bone Bolango yang masih sekolah sebanyak 22.508. Untuk
anak usia sekolah yang belum pernah sekolah tahun ini sebesar 6819 orang, jumlah
ini mengalami peningkatan yang sangat pesat bila dibandingkan tahun sebelumnya
yang hanya sebesar 1829 orang. Hal ini disebabkan walau pertumbuhan ekonomi
Kabupaten Bone Bolango  meningkat namun masih ada penduduk yang berada di
bawah garis kemiskinan serta masih adanya masyarakat yang kurang memahami
arti pentingnya bersekolah.

 
 
 
 
 
 
 
 
BAB  III
SITUASI DERAJAT KESEHATAN
 
 

Gambaran masyarakat Kabupaten Bone Bolango masa depan yang ingin dicapai
oleh segenap komponen masyarakat melalui pembangunan kesehatan Kabupaten
Bone Bolango adalah : Menjadi Pelayan Setia dan Mitra Unggul Menuju Bone
Bolango Sehat 2010. Terdapat beberapa keterkaitan dari beberapa aspek yang
dapat mendukung meningkatnya kinerja yang dihubungkan dengan pencapaian
pembangunan kesehatan, diantaranya adalah: (1) Indikator derajat kesehatan
sebagai hasil akhir, yang terdiri atas indikator-indikator untuk mortalitas, morbiditas,
dan status gizi. (2) Indikator hasil antara, yang terdiri atas indikator-indikator untuk
keadaan lingkungan, perilaku hidup masyarakat, akses dan mutu pelayanan
kesehatan, serta (3) Indikator proses dan masukan, yang terdiri atas indikator-
indikator untuk pelayanan kesehatan, sumber daya kesehatan, manajemen
kesehatan, dan kontribusi sektor terkait.  

3.1. Derajat Kesehatan

Pengertian tentang keadaan sehat dan sakit sangat penting mengingat kita harus
dapat menentukan ada/tidaknya permasalahan/penyakit diantara masyarakat dan
seberapa banyaknya. Secara sederhana keadaan sakit itu dinyatakan sebagai :

                  Penyimpangan dari keadaan normal, baik struktur maupun fungsinya atau

                  Keadaan dimana tubuh atau organisme atau bagian dari organisme/populasi
yang diteliti tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya dilihat dari keadaan
patologisnya.

Menurut UU RI No. 23 tahun 1992, yang dimaksud dengan keadaan sehat adalah
keadaan meliputi kesehatan badan, rohani ( mental ) dan social dan bukan hanya
keadaan yang bebas penyakit, cacat, dan kelemahan sehingga dapat hidup produktif
secara sosial ekonomi. Beberapa aspek yang dapat dihubungkan dengan derajat
kesehatan adalah : lingkungan, pelayanan kesehatan dan perilaku.  
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan,
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang
optimal. Derajat kesehatan yang merupakan pencerminan kesehatan perorangan,
kelompok maupun masyarakat  digambarkan dengan umur harapan hidup,
mortalitas, morbiditas dan status gizi masyarakat. Sehat dalam pengertian secara
luas, yakni bukan saja bebas dari penyakit dan kecacatan tetapi juga tercapainya
keadaan kesejahteraan baik fisik, sosial dan mental.
 
Gambaran tentang derajat kesehatan meliputi indikator mortalitas, morbiditas, dan
status gizi. Mortalitas dilihat dari indikator Angka Kematian Bayi (AKB) per 1.000
Kelahiran Hidup, Angka Kematian Balita (AKABA) per 1.000 Kelahiran Hidup,
Angka Kematian Ibu (AKI) per 100.000 Kelahiran Hidup, dan Umur Harapan Hidup
(UHH).
 
Morbiditas dilihat dari indikator-indikator Angka Kesakitan Malaria per 1.000
Penduduk, Angka Kesembuhan TB Paru BTA+, Prevalensi HIV (Persentase Kasus
Terhadap Penduduk Berisiko), Angka Acute Flacid Paralysis (AFP) pada anak usia
< 15 Tahun per 100.000 anak, dan Angka Kesakitan Demam Berdarah Dengue
(DBD) per 100.000 Penduduk. Sedangkan status gizi dilihat dari indikator
Persentase Balita dengan Status Gizi di Bawah Garis Merah pada KMS dan
Persentase Kecamatan Bebas Rawan Gizi.

Adapun indikator hasil antara, yang terdiri atas indikator-indikator untuk keadaan
lingkungan, perilaku hidup masyarakat, akses dan mutu pelayanan kesehatan, serta
Indikator proses dan masukan, yang terdiri atas indikator-indikator untuk pelayanan
kesehatan, sumber daya kesehatan, manajemen kesehatan, dan kontribusi sektor
terkait.
 
3.2.  Indikator Derajat Kesehatan
Beberapa indikator penting untuk mengukur derajat kesehatan masyarakat pada
suatu daerah adalah Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB),
Umur Harapan Hidup (UHH) dan Status Gizi. Indikator tersebut ditentukan dengan 4
faktor utama yaitu Perilaku Masyarakat, Lingkungan, Pelayanan Kesehatan dan
Faktor Genetika.
Keempat faktor utama ini diintervensi melalui beberapa kegiatan pokok yang
mempunyai dampak ungkit besar terhadap upaya-upaya percepatan penurunan AKI,
AKB, AKABA dan Peningkatan Status Gizi Masyarakat serta status  Angka
Kesakitan dan Kondisi Penyakit Menular.

Keberhasilan upaya-upaya kesehatan yang dilakukan dapat dinilai sebagai indikator


output yang cukup signifikan mempengaruhi indikator outcome sebagaimana yang
dijelaskan berikut ini. 
 
3.2.1.                     Umur Harapan Hidup ( UHH )
Untuk perkembangan Umur Harapan Hidup di Kabupaten Bone Bolango dari tahun
ketahun masih mempedomani Umur Harapan Hidup Nasional, dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 6
Estimasi Angka Harapan Hidup
Di provinsi Gorontalo
Periode

Propinsi 2000-2005 2005-


2010-20152015-2020 2020-2025
2010
(2002) (2012) (2017) (2022)
(2007)
Gorontalo 66.3 68.7 70.7 72.0 72.8

  Sumber : www.datastatistik-indonesia.com\

Dalam RPJM 2006-2012, upaya untuk meningkatkan UHH menjadi 70 tahun


merupakan hal penting yang perlu dicermati melalui upaya-upaya
peningkatan kegiatan program yang berdampak pada tingkat kesejahteraan
masyarakat seperti penurunan resiko kesakitan, pada keluarga rentan, trend
penyakit degeneratif dan tidak menular, serta peningkatan kesehatan par
usila yang dapat hidup produktif dan mandiri.

Umur Harapan Hidup ( UHH ) dipengaruhi oleh masih tingginya Angka


Kematian Ibu ( AKI ) serta Angka Kematian Bayi ( AKB ). Semakin tinggi
jumlah kematian bayi maka makin rendah Umur Harapan Hidup. Untuk
Kabupaten Bone Bolango dikarenakan data real belum ada maka digunakan
Data Estimasi Umur Harapan Hidup (UHH) provinsi Gorontalo seperti yang
nampak pada tabel di atas yakni 68,7 tahun.
 
3.2.2.                     Angka Kematian ( Mortalitas )

Kejadian kematian dalam masyarakat dari waktu ke waktu dapat memberi


gambaran perkembangan derajat kesehatan masyarakat atau dapat
digunakan sebagai indikator dalam penilaian keberhasilan pelayanan
kesehatan dan program pembangunan kesehatan lainnya. Tingkat kematian
secara umum berhubungan erat dengan tingkat kesakitan, karena biasanya
merupakan akumulasi akhir dari berbagai penyebab terjadinya kematian baik
langsung maupun tidak langsung.

Salah satu alat untuk menilai keberhasilan program pembangunan kesehatan


di Kabupaten Bone Bolango yang telah dilaksanakan selama ini adalah
dengan melihat perkembangan angka kematian dari tahun ke tahun.
Besarnya tingkat kematian dan penyakit penyebab utama kematian yang
terjadi pada periode tahun 2009 dapat dilihat dari berbagai uraian berikut ini.

a.         Angka Kematian Bayi ( AKB )


Angka Kematian Bayi merupakan salah satu indikator yang paling
sensitif untuk menentukan derajat kesehatan suatu daerah. Berdasarkan
hasil Riset Kesehatan Dasar Depkes 2007, kematian bayi baru lahir
(neonatus) merupakan penyumbang kematian terbesar pada tingginya
angka kematian balita (AKB). Setiap tahun sekitar 20 bayi per 1.000
kelahiran hidup terenggut nyawanya dalam rentang waktu 0-12 hari
pasca kelahirannya. Dalam rentang 2002-2007 (data terakhir), angka
neonatus tidak pernah mengalami penurunan. Penyebab kematian
terbanyak pada periode ini, menurut Depkes, disebabkan oleh sepsis
(infeksi sistemik), kelainan bawaan, dan infeksi saluran pernapasan atas.

Pada tahun 2009 Kabupaten Bone Bolango berdasarkan laporan dari


KIA memiliki Angka Kematian Bayi sebesar 18,8 per 1.000 KLH atau 51
orang per 2.716 KLH. Jika dibandingkan dengan AKB pada tahun 2008,
15,26 per 1000 KLH atau 42 kematian dari 2.753 KLH, angka ini
mengalami peningkatan yang cukup drastis.
Sumber  : 2007 dan 2009 Laporan SIK Puskesmas dan Laporan Data KIA Dinkes
Bone Bolango

Jumlah kematian bayi terbanyak yakni di wilayah Puskesmas Bone dan


Puskesmas Tapa, dimana masing-masing sebanyak 4 kasus. Adapun
penyebab masalah ini antara lain Puskesmas PONED yang belum
berjalan maksimal, selain keterbatasan dokter ahli, alat kesehatan yang
masih perlu dilengkapi, kemudian jumlah tenaga (bidan) yang terbatas,
dimana banyak bidan yang tugas rangkap, P4K yang belum berjalan
maksimal, faktor pemekaran daerah yang begitu cepat dan tidak
diseimbangi dengan penambahan jumlah bidan desa.

b.         Angka Kematian Balita ( AKABA )


Angka Kematian Balita merupakan salah satu indikator kesehatan yang
ikut mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. AKABA di Kabupaten
Bone Bolango tahun 2009 sebesar 4,4 per 1000 KLH, atau sebanyak 12
kasus kematian, angka ini mengalami peningkatan,walaupun tidak
terlalu besar, dimana pada tahun 2008 sebesar 4,36 per 1000 KLH.

 
Sumber  : 2007 dan 2009 Laporan SIK Puskesmas dan Laporan Data KIA Dinkes
Bone Bolango
 
Angka tersebut lebih baik bila dibandingkan dengan angka kematian
balita yang ditargetkan oleh Departemen Kesehatan RI pada Tahun
2010 dimana angka kematian anak balita ditargetkan sebesar 58 per
1.000 kelahiran hidup.
Kematian balita di Kabupaten Bone Bolango terdapat di tujuh
Puskesmas yaitu Puskesmas Bone Raya, Bulango Utara, Kabila,
Botupingge, Kabila Bone, Toto Utara dan Bone.
 
c.          Angka Kematian Ibu ( AKI )
Angka Kematian Ibu atau AKI mencerminkan resiko yang dihadapi ibu-
ibu selama kehamilan dan melahirkan yang dipengaruhi oleh keadaan,
sosial ekonomi, keadaan kesehatan kurang baik menjelang kehamilan.
Kejadian berbagai komplikasi pada kehamilan dan kelahiran. Serta
tersedianya dan penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan yang
memadai.

Angka Kematian Ibu (AKI) berguna untuk menggambarkan tingkat


kesadaran perilaku hidup sehat, status gizi dan kesehatan ibu, kondisi
kesehatan lingkungan, tingkat pelayanan kesehatan terutama untuk ibu
hamil, pelayanan kesehatan waktu ibu melahirkan dan masa nifas.

Untuk mengetahui besaran masalah kesehatan ibu, indikator yang


digunakan adalah Angka Kematian Ibu (AKI). Perhitungan AKI disetiap
Puskesmas sulit dilakukan karena jumlah kelahiran hidup tidak
mencapai 100.000 kelahiran hidup.

Untuk mengurangi bias perhitungan AKI yang direkomendasikan oleh


WHO dalam 100.000 kelahiran hidup maka digunakan Ratio Kematian
Ibu. Untuk menghitung rasio kematian ibu di Kabupaten Bone Bolango
tidak dapat dilakukan karena angka kelahiran di Kabupaten Bone
Bolango kurang dari 100.000 kelahiran hidup, namun demikian bila
diasumsikan maka angka AKI Kabupaten Bone Bolango tahun 2009
adalah 326,3 per 100.000 KLH, atau 9 kematian dari 2.758 KLH. Angka
ini mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yakni 435,9 per
100.000 kelahiran hidup atau 12 kasus kematian dari 2.753 KLH.
Namun angka ini masih sangat tinggi apabila dibandingkan dengan AKI
yang ditargetkan untuk 2010 yaitu 150 per 100.000 KLH. Kematian ibu
terjadi pada masa bersalin dan nifas. Kasus terdapat di 9 wilayah kerja
Puskesmas yakni Puskesmas Bone, Bonepantai, Kabila Bone, Bulango,
Bulango Selatan, Suwawa Tengah, Tilongkabila, Tapa dan Kabila
masing-masing satu kasus.

Sumber  : 2007 dan 2009 Laporan Data SIK Puskesmas serta Laporan KIA Dinkes
Bone Bolango

Tingginya Jumlah kasus kematian ibu di Kabupaten Bone Bolango


antara lain disebabkan oleh HPP, infeksi, DCC/asma, IMA, help
syndrome, hipoklemia dan eklamsi. Hal ini dipengaruhi    oleh   masih  
kurangnya kuantitas maupun kualitas tenaga bidan terutama di wilayah
terpencil serta kelengkapan sarana dan prasarana dalam pelayanan
Obstetrik dan Neonatal baik itu di Pondok Bersalin Desa (POLINDES)
maupun di Puskesmas, P4K yang belum berjalan maksimal, kondisi
sosial ekonomi masih rendah yang juga mempengaruhi tingkat
pendidikan masyarakat sehingga menyebabkan pertolongan persalinan
oleh dukun masih tinggi, kunjungan rumah ( sweeping ) post persalinan 
belum optimal, serta letak geografis  yang masih sulit dijangkau.
 
Untuk mengantisipasi masalah ini maka diperlukan terobosan-terobosan
dengan mengurangi peran dukun dan meningkatkan peran Bidan.
Perlunya pembenahan Puskesmas PONED, penambahan tenaga bidan,
pelatihan dan fasilitasi P4K, adanya kerjasama lintas program dan lintas
sektor. Sehingga harapan kita agar Bidan di Desa benar-benar sebagai
ujung tombak dalam upaya penurunan AKB (IMR) dan AKI (MMR) dapat
terwujud. Selain itu melalui pengembangan Desa Siaga dengan
pembangunan POSKESDES yang merupakan salah satu bentuk
partisipasi masyarakat dalam menurunkan AKI.
 
3.2.3 Angka Kesakitan ( Morbiditas )
Angka kesakitan penduduk diperoleh dari data yang berasal dari masyarakat
(community based data) yang diperoleh melalui studi morbiditas, dan hasil
pengumpulan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bone Bolango serta dari
sarana pelayanan kesehatan (facility based data) yang diperoleh melalui
sistem pencatatan dan pelaporan.
 
A.              Penyakit Bersumber Binatang
a.   Pemberantasan Penyakit Malaria ( P2 Malaria )

Penyakit Malaria menyebar cukup merata di seluruh kawasan


Indonesia, namun paling banyak dijumpai di luar wilayah Jawa-Bali,
bahkan di beberapa tempat dapat dikatakan sebagai daerah
endemis malaria. Menurut hasil pemantauan program diperkirakan
sebesar 35% penduduk Indonesia tinggal di daerah endemis
Malaria.

Jumlah penderita klinis malaria di Kabupaten Bone Bolango tahun


2009 tercatat sebesar 357 penderita klinis atau angka kesakitan
sebesar 2,75 per 1.000 penduduk. Dimana angka ini mengalami
penurunan dari tahun 2008 sebesar 4,94 per 1000 penduduk
seperti terlihat dalam grafik berikut ini

Sumber  : Laporan Data SIK Puskesmas dan Sie P2 Dinkes Bone Bolango
 

Penderita klinis malaria paling banyak ditemukan di wilayah kerja


Puskesmas Bone yakni sebesar 162 penderita dan yang paling
sedikit di Kecamatan Suwawa Tengah yang hanya 1 penderita
sedangkan untuk wilayah Tilongkabila, Bonepantai, Tapa, Suwawa
Timur, serta Bulango Ulu tidak ditemukan penderita Malaria.
Seluruh penderita klinis yang ditemukan 100% memperoleh
pengobatan dari pihak medis di Puskesmas.

Meskipun terjadi penurunan angka kesakitan, namun berdasarkan


analisa masalah, cakupan penemuan penderita klinis malaria masih
dapat dikatakan rendah. Hal ini disebabkan karena keterbatasan
tenaga kesehatan yang ada serta tidak tersedianya reagen untuk
pewarnaan.
 
b.   Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue (P2 DBD)
Tingginya mobilitas penduduk, kurang efektifnya Fogging Fokus
dengan Fogging sebelum penularan, belum memasyarakatnya
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) serta masih rendahnya
angka bebas jentik (ABJ) merupakan kondisi yang menyebabkan
DBD masih merupakan masalah di Kabupaten Bone Bolango.

Sumber  : Laporan Data SIK Puskesmas dan Sie Monev dan Survailans Dinkes
Bone Bolango

Dari Grafik terlihat bahwa setelah mengalami peningkatan drastis


Angka kesakitan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) pada
tahun 2008 yakni sebesar 13,95 per 100.000 penduduk dari 3 per
100.000 penduduk pada tahun 2007, maka di tahun 2009 angka
ini kembali mengalami penurunan. Dimana angka kesakitan tahun
2009 yakni 11,54 per 100.000 penduduk. Adapun wilayah kerja
puskesmas Bonepantai yang paling banyak terjadi kasus DBD
yakni 6 kasus

Sumber  : Laporan Sie Monev dan Survailans Dinkes Bone Bolango

Grafik diatas menggambarkan perbandingan Attack Rate dan Case


Fatality Rate tahun 2008 dan tahun 2009, dimana untuk attack rate
mengalami penurunan ditahun 2009, seiring dengan menurunnya
angka kesakitan, sedangkan untuk case fatality rate mengalami
peningkatan yang cukup drastis. Hal ini dikarenakan jumlah
penderita tahun 2009 yang menjadi angka penyebut pada
perhitungan CFR mengalami penurunan dibanding pada tahun
2008.

B.              Penyakit Menular Langsung


a.   Pemberantasan Penyakit Tuberkulosis Paru (P2 TB Paru)
Di Kabupaten Bone Bolango pada tahun 2009, menurut laporan
Puskesmas, jumlah penderita klinis sebanyak 3203 orang. Menurut
laporan tersebut penderita yang dinyatakan positif menderita TB
Paru tercatat sebanyak 264 orang dan keseluruhan penderita
tersebut sudah diobati sebanyak 384 orang dan 298 orang
dinyatakan sembuh (77,6%). Wilayah kerja Puskesmas yang
terbanyak penderitanya adalah Puskesmas Kabila yakni sebanyak
440 penderita klinis dan 29 penderita yang sudah dinyatakan
positif.

Sumber  : Laporan Data SIK Puskesmas &  P2 Dinkes Bonbol

Berdasarkan hasil evaluasi program tahunan, masalah yang


dihadapi oleh program TB yakni adanya kekeliruan pada
pencatatan TB 06 dan TB 04, kemudian keterbatasan tenaga baik
ditinjau dari segi kuantitas maupun kualitas. Ketersediaan sarana
dan prasarana laboratorium yang masih kurang.
Untuk itu, pihak Dinas Kesehatan khususnya Sie P2 perlu
melakukan On the Job Training (OJT) bagi petugas TB di
puskesmas, kemudian melatih petugas-petugas baru, serta
memanfaatkan ruangan yang ada di puskesmas untuk dijadikan
laboratorium sederhana.
 
b.   Pemberantasan Penyakit Kusta (P2 Kusta)
Tahun 2009, jumlah penderita kusta sebanyak 36 orang,
persentase RFT PB sebesar 100 % dan RFT MB sebesar 24,14 %.
Jika dibandingkan dengan tahun 2008, RFT PB sebesar 100 % dan
RFT MB sebesar 47,37 %.

Sumber    : Data Sie P2 Dinkes Bone Bolango


Adapun masalah yang dihadapi, antara lain proporsi cacat tingkat 2
yang masih tinggi, kemudian jangka waktu pengobatan dengan
munculnya gejala cukup lama. Sehingga perlu dilakukan penemuan
penderita baru melalui kegiatan aktif (RVS dan kontak) serta
melakukan penyuluhan secara aktif.
 
c.    Pemberantasan Penyakit Diare (P2 Diare)
Adapun trend angka kesakitan dari kasus Diare di kabupaten Bone
Bolango mengalami peningkatan dari tahun 2007 s.d. tahun 2009
seperti terlihat dalam grafik di bawah ini

Sumber  :  Laporan SIK Puskesmas dan Laporan Sie P2

Dari Grafik tersebut terlihat trend angka kesakitan dari kasus Diare
di Kabupaten Bone Bolango mengalami peningkatan dari tahun
2007 s.d. tahun 2009. Jika dilihat dari data SIK yang dilampirkan,
Jumlah kasus diare yang paling banyak berada di kecamatan
Kabila yakni sebesar 781 kasus dan yang paling sedikit berada di
Kecamatan Bulango Ulu yakni sebesar 77 kasus sedangkan untuk
Kecamatan Suwawa Timur dan Kecamatan Bone tidak ada data.

Tingginya angka kesakitan Diare di Kabupaten Bone Bolango


mungkin disebabkan karena pendataan terhadap penderita Diare
di wilayah kerja puskesmas yang belum lengkap.

Demikan pula pada trend Case Fatality Rate dan Attack Rate
selama 2 tahun terakhir yang cenderung mengalami peningkatan
seperti dalam grafik berikut ini

Sumber  :  Laporan SIK Puskesmas dan Laporan Sie Monev dan Survailans

Sehingga untuk mencegah meningkatnya angka kesakitan Diare


sangatlah perlu dilakukan pencegahan terjadinya kasus diare untuk
tahun 2010 nantinya. Salah satunya dengan meningkatkan sistem
survailans dimasyarakat.

C.              Kejadian Luar Biasa ( KLB )


Kejadian Luar Biasa (KLB) di Kabupaten Bone Bolango selama  tahun
2009 berdasarkan laporan dari sie. Survailance Dinas Kesehatan Bone
Bolango tercatat capaian Desa/Kel. Terkena KLB ditangani < 24 jam
yakni 35 desa dari 70 desa yang terkena KLB atau sebesar 50 %.
Dibawah ini adalah grafik yang menggambarkan jumlah desa yang
terkena KLB serta jumlah yang tertangani <24 jam dari tahun 2007
sampai 2009.
Sumber  :  Laporan SIK Puskesmas dan Laporan Sie Monev dan Survailans

Dari grafik di atas terlihat bahwa untuk tiga tahun terakhir ini di
Kabupaten Bone Bolango mengalami peningkatan jumlah desa yang
terkena KLB sedangkan jika dilihat dari persentasi desa terkena KLB
yang ditangani mengalami fluktuasi dari tahun 2007 sebesar 0,1%
ditahun 2008 menjadi 0,85% kemudian turun lagi menjadi 0,5 di tahun
2009. Hal ini perlu mendapat perhatian khusus dari sector-sektor yang
terkait khususnya peningkatan dalam system survailans di Kabupaten
Bone Bolango.

D.             Penyakit Menular yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I)


Difteri, Pertusis, Tetanus, campak, polio dan hepatitis B merupakan
penyakit menular yang dapat dicegah dengan Imunisasi (PD3I).
Penyakit-panyakit ini timbul karena kurangnya pengetahuan
masyarakat tentang pentingnya imunisasi. Di kabupaten Bone Bolango
pada tahun 2008 data yang diterima dari laporan SIK puskesmas
tentang penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I)
hanya data penyakit campak yang rata-rata terisi, hal ini dimungkinkan
karena kurangnya tenaga yang bisa turun lapangan melakukan
pendataan.
Campak merupakan penyakit menular yang sering menyebabkan
kejadian luar biasa (KLB). Selama tahun 2009, jumlah kasus campak
di Bone Bolango sebanyak 61 kasus. Jika dibandingkan dengan kasus
di tahun 2008 maka jumlah ini lebih rendah.

Sumber  :  Laporan SIK Puskesmas dan Laporan Sie P2 serta Sie Monev dan
Survailans
Dari grafik di atas terlihat bahwa trend kasus campak berbanding lurus
dengan trend cakupan imunisasi campak. Masih tingginya penderita
campak di Bone Bolango karena walaupun terimunisasi campak
kemungkinan untuk menderita campak masih ada namun tidak
menimbulkan komplikasi, selain itu adanya cakupan efikasi vaksin
dimana 15 % dari cakupan imunisasi yang kebal hanya 65% yang bisa
terlindungi sehingga perlu perhatian serius dari para petugas imunisasi
dan survailens.
 
3.2.4.   Status Gizi
Status gizi seseorang sangat erat kaitannya dengan permasalahan kesehatan
secara umum, karena disamping merupakan faktor predisposisi yang dapat
memperparah penyakit infeksi secara langsung juga dapat menyebabkan
terjadinya gangguan kesehatan individual. Bahkan status gizi janin yang
masih berada dalam kandungan dan bayi yang sedang menyusui sangat
dipengaruhi oleh status gizi ibu hamil atau ibu menyusui.
Berikut ini akan disajikan gambaran mengenai indikator-indikator status gizi
masyarakat antara lain bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR),
status gizi balita, ASI Ekslusif, serta Kecamatan Bebas Rawan Gizi
sebagaimana diuraikan berikut ini:
A.        Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
Berat Badan Lahir Rendah (kurang dari 2.500 gram) merupakan salah
satu faktor utama yang berpengaruh terhadap kematian perinatal dan
neonatal. BBLR dibedakan dalam 2 kategori yaitu BBLR karena
prematur (usia kandungan kurang dari 37 minggu) atau BBLR karena
Intra Uterine Growth Retardation (IUGR), yaitu bayi yang lahir cukup
bulan tetapi berat badannya kurang. Di negara berkembang, banyak
BBLR dengan IUGR karena ibu berstatus gizi buruk, anemia, malaria
dan menderita penyakit menular seksual (PMS) sebelum konsepsi atau
pada saat hamil.
 
Di Kabupaten Bone Bolango tahun 2009, tercatat bahwa jumlah bayi
yang lahir dengan berat badan lahir rendah sebanyak 25 orang, dan
100% ditangani oleh tenaga kesehatan . Bayi yang lahir dengan BBLR
sangat beresiko, hal ini dapat dilihat pada hasil evaluasi PWS KIA
tahun 2009, dimana penyebab terbanyak kematian neonatal adalah
BBLR dengan jumlah kasus 12 kematian. Untuk itu tindakan preventif
harus tetap dilakukan oleh tenaga kesehatan yang didukung oleh
peran serta aktif dari masyarakat itu sendiri.

 
B.        Status Gizi Balita
Status gizi balita merupakan salah satu indikator yang
menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat. Salah satu cara
penilaian status gizi pada Balita adalah dengan anthropometri yang
diukur melalui indeks Berat Badan menurut umur (BB/U) atau berat
badan terhadap tinggi badan (BB/TB).
 
Di Kabupaten Bone Bolango, untuk menanggulangi masalah gizi atau
untuk memperoleh gambaran perubahan tingkat konsumsi gizi di
tingkat rumah tangga dan status gizi masyarakat dilaksanakan
beberapa kegiatan seperti Pemantauan Status Gizi (PSG) di seluruh
kecamatan.
 
Hasil laporan Sie. Gizi pada tahun 2009 dari 8.890 anak yang
ditimbang didapatkan  84,83 % anak yang BB naik, 4,61 % anak BGM
dan 1,09 % anak  Gizi Buruk.

Sumber  : Laporan SIK Puskesmas dan Data Sie. Gizi Dinkes Bone Bolango

Dari grafik di atas terlihat bahwa perkembangan status gizi balita dari
tahun 2007 sampai dengan tahun 2009 mengalami penurunan, hal ini
terlihat dari jumlah balita yang bawah garis merah dan jumlah balita
gizi buruk mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya. Tren ini
harus lebih mendapat perhatian agar status gizi di Kabupaten Bone
Bolango dapat lebih ditingkatkan secara konsisten.
Apabila dilihat dari data SIK, persentasi gizi buruk paling tinggi berada
di puskesmas Bulawa yakni sebesar 7,42% sedangkan yang paling
rendah berada di puskesmas Kabila Bone dan Puskesmas Tombulilato
yang hanya 0,28% seperti terlihat dalam grafik berikut ini

Untuk mengatasi masalah gizi buruk di Kabupaten Bone Bolango


maka pemberian makanan tambahan bagi balita masih sangat
dibutuhkan, terutama mereka yang berasal dari keluarga kurang
mampu. Diharapkan pada tahun 2010 dengan adanya Panti Pemulihan
Gizi (Therapheutic Feeding Centre) semua balita penderita gizi buruk
akan mendapatkan perawatan sesuai dengan standar, sehingga dapat
menurunkan prevalensi kasus gizi buruk di Kabupaten Bone Bolango.
 
C.        ASI Ekslusif
Capaian ASI Ekslusif di Kabupaten Bone Bolango pada Tahun 2009
berdasarkan laporan dari Sie Bina Gizi Masyarakat Dinkes Bone
Bolango adalah 6,54%, dapat dilihat  dalam grafik berikut ini

Sumber  : Laporan Sie. Gizi Dinkes Bone Bolango 2009

Grafik di atas terlihat bahwa cakupan ASI ekslusif di Bone Bolango


masih rendah yaitu hanya sebesar 180 bayi yang diberikan ASI
Ekslusif dari 2754 jumlah bayi yang terdata, hal ini disebabkan karena
bayi usia 0 sampai dengan 6 bulan rata-rata sudah diberikan makanan
pendamping ASI sehingga tidak bisa dikategorikan ASI ekslusif
sehingga perlu strategi khusus dari petugas kesehatan untuk
meningkatkan cakupan pemberian ASI ekslusif ini.
 
D.        Kecamatan Bebas Rawan Gizi
Kabupaten Bone Bolango berdasarkan laporan Sie. Gizi untuk tahun
2009 sebesar 88,2% atau 15 kecamatan sudah termasuk kecamatan
bebas rawan gizi dari 17 kecamatan yang ada.  Sedangkan yang
belum termasuk bebas rawan gizi yakni Kecamatan Suwawa Tengah
dan Bulawa. Dimana kecamatan ini persentase jumlah gizi kurang dan
gizi buruk >15 %, yakni Suwawa Tengah 19,99% dan Bulawa 23,88%.
 

3.2.5.  Keadaan Lingkungan


Upaya penyehatan lingkungan dilaksanakan dengan lebih diarahkan pada
peningkatan kualitas lingkungan, yaitu melalui kegiatan yang bersifat promotif,
preventif dan protektif. Adapun pelaksanaannya bersama – sama dengan
masyarakat, diharapkan secara epidemiologi akan mampu memberikan
kontribusi yang bermakna terhadap kesehatan masyarakat.
Namun demikian pada umumnya yang menjadikan permasalahan utama
adalah masih   rendahnya   jangkauan   program. Hal ini lebih   banyak  
diakibatkan   oleh berbagai faktor antara lain dana dan adanya otonomi, dan
lain-lain. Sedangkan permasalahan utama yang dihadapi masyarakat adalah
akses terhadap kualitas lingkungan yang masih sangat rendah. Lingkungan
sehat merupakan salah satu pilar utama dalam pencapaian Indonesia Sehat
2010.

Beberapa indikator penting kesehatan lingkungan dapat dikemukakan, sebagai


berikut:
a.  Rumah / Bangunan
Rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang berfungsi
sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga.
Rumah haruslah sehat dan nyaman agar penghuninya dapat berkarya untuk
meningkatkan produktivitas. Kondisi rumah dan lingkungan yang tidak
memenuhi syarat kesehatan merupakan faktor risiko sumber penularan
berbagai jenis penyakit khususnya penyakit yang berbasis lingkungan.
 
Tahun 2009, jumlah yang memenuhi syarat kesehatan di Kabupaten Bone
Bolango yakni 8.361 rumah (55,53%), dari 15.058 rumah yang diperiksa.
Persentasi ini menurun bila dibandingkan dengan 2 tahun sebelumnya
seperti terlihat dalam grafik berikut ini.
 

Sumber  :  Laporan SIK Puskesmas dan Data Sie PL Dinkes Bonbol


 
Dari hasil evaluasi program penyehatan lingkungan, penyebab masalah
antara lain kondisi rumah masyarakat yang masih darurat, dimana secara
tidak langsung hal ini dipengaruhi oleh faktor ekonomi masyarakat itu
sendiri, kemudian belum optimalnya pembinaan petugas dalam memberikan
penyuluhan tentang pentingnya rumah sehat.
Secara umum rumah dikatakan sehat apabila memenuhi beberapa kriteria,
diantaranya adalah bebas jentik nyamuk. Bebas jentik nyamuk disini
terutama bebas jentik nyamuk Aedes aegypti yang merupakan vektor
penyakit demam berdarah dengue.

Sumber  :  Laporan SIK Puskesmas dan Data Sie PL Dinkes Bonbol


 
Melihat grafik diatas, trend persentase rumah bebas jentik mengalami
penururunan, dimana dari 15.058 rumah hanya 61,92% yang bebas jentik.
Keberadaan nyamuk penular ini sangat erat hubungannya dengan
pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat. Guna membina peran serta
masyarakat secara efektif. Oleh karenanya peran tenaga kesehatan untuk
memberikan penyuluhan secara efektif kepada masyarakat perlu
ditingkatkan lagi. Serta dukungan dari lintas sektor seperti PU Kimpraswil
yang menangani sistem drainase lingkungan ataw SDA (Sumber Daya Air).
 
b.    Sarana Kesehatan Lingkungan ( persediaan air bersih, jamban, tempat
sampah, pengelolaan air limbah ).
Pembuangan kotoran baik sampah, air limbah dan tinja yang tidak memenuhi
syarat kesehatan dapat menyebabkan rendahnya kualitas air, serta dapat
menimbulkan penyakit menular di masyarakat. Jamban, tempat sampah,
pengelolaan limbah dan persediaan air bersih merupakan sarana lingkungan
pemukiman (PLP). Kondisi sarana penyehatan lingkungan pemukiman di
Kabupaten Bone Bolango Tahun 2009 dari 11.979 KK yang diperiksa,
sebagai berikut :
                                         Persentasi KK yang telah memiliki sarana air bersih dari yang
diperiksa : 70,4 %
                                         Persentasi KK yang telah memiliki jamban dan memenuhi
syarat kesehatan untuk tempat Buang Air Besar (BAB) dari yang
diperiksa : 9,9 %

                                         Persentasi KK yang telah memiliki tempat sampah dari yang


diperiksa : 85,3 %

                                         Persentasi KK yang telah memiliki pengolahan air limbah dari


yang diperiksa : 59,4 %. 
Sanitasi merupakan faktor penting dalam menciptakan lingkungan yang
sehat. Banyaknya penyakit ditularkan karena tidak dilakukan cara-cara
penanganan sanitasi yang benar. Upaya peningkatan kualitas air bersih akan
berdampak positif apabila diikuti upaya perbaikan sanitasi. Upaya sanitasi
meliputi pembangunan, perbaikan dan penggunaan sarana sanitasi, yaitu :
pembuangan kotoran manusia (jamban), pembuangan air limbah (SPAL) dan
pembuangan sampah di lingkungan rumah kita.

Sejalan dengan perkembangan jumlah penduduk di wilayah Bone Bolango


maka kebutuhan air bersih semakin bertambah. Pembangunan air bersih di
masing-masing wilayah kerja Puskesmas meliputi daerah Pemukiman. Peran
lintas sektor pun menjadi salah satu faktor yang akan mempengaruhi, antara
lain peran dari pihak PU Kimpraswil. Adapun sumber air di Kabupaten Bone
Bolango pada umumnya berasal dari mata air, sumur dalam, sumur gali dan
air permukaan. Sistem yang digunakan untuk mensuplai air bersih melalui
perpipaan dan non perpipaan. Untuk pengelolaannya pada daerah
pemukiman di perkotaan pada umumnya dikelola PDAM (Perusahaan
Daerah Air Minum) Kabupaten.

4.4.   PERILAKU MASYARAKAT

4.4.1 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat ( PHBS )

Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi derajat kesehatan


masyarakat, menurut HL Blum adalah faktor perilaku. Dengan
mewujudkan perilaku yang sehat, diharapkan dapat menurunkan angka
kesakitan suatu penyakit dan angka kematian ibu dan anak akibat
terlambat /kurangnya kesadaran dalam mengunjungi sarana pelayanan
kesehatan.

Dalam kegiatan PHBS terdapat beberapa tatanan, tiga tatanan yang


menjadi utama sasaran PHBS adalah tatanan rumah tangga, tatanan
institusi dan tatanan TTU (Tempat-tempat Umum). Untuk data profil ini,
ditampilkan hanya PHBS tatanan rumah tangga karena mempunyai daya
ungkit yang paling besar terhadap perubahan perilaku masyarakat secara
umum.

Sumber           :     Laporan Sie. Promkes Dinkes Bone Bolango

Grafik diatas menunjukkan adanya peningkatan cakupan rumah tangga


yang berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Peningkatan cakupan
ini antara lain karena meningkatnya frekuensi penyuluhan PHBS yang
dilakukan oleh petugas promkes di tiap puskesmas. Namun kerjasama
dari lintas program maupun lintas sektor masih perlu ditingkatkan.

4.4.2 Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat ( JPKM )


JPKM merupakan suatu upaya pemeliharaan kesehatan secara
paripurna, terstruktur yang dijamin kesinambungan dan mutunya, dimana
pembiayaannya dilaksanakan secara Pra – upaya.

Berdasarkan laporan Sie Promkes Dinas Kesehatan Kabupaten Bone


Bolango, jumlah penduduk yang tercover oleh berbagai JPK Pra Bayar
sebesar  115.658 Jiwa atau 75,85 % dari total jumlah penduduk, dengan
perincian sebagai dalam grafik berikut :

Sumber  :  Laporan Sie. Promkes Dinkes Bonbol

Terlihat bahwa prosentase terbesar merupakan kontribusi dari kartu


miskin (95,1 %), dimana pembiayaan kesehatan keluarga  miskin
ditanggung oleh pemerintah dan sisanya merupakan peserta non Gakin
yang pembiayaan kesehatannya ditanggung secara mandiri oleh peserta
sendiri.

Pencapaian tersebut jika dibandingkan dengan target SPM Cakupan


penduduk yang menjadi peserta JPK Pra- bayar, dimana pada tahun
2010 minimal 80 % penduduk tercover oleh berbagai JPK, maka
pencapaian pada tahun 2009 ini  belum mencapai target.

Untuk jaminan kesehatan masyarakat miskin, di Kabupaten Bone


Bolango terdapat dua sumber yakni Jamkesmas dan Jamkesda. Dimana
dari total penduduk yang telah dijamin oleh Jamkesmas sebanyak 67.490
jiwa (44,26%), dan untuk Jamkesda sebanyak (27,87%).

Dari Data SIK yang terkumpul masyarakat miskin yang paling banyak
dicakup oleh ASKESKIN adalah Kecamatan Suwawa Tengah yakni
sebesar 85,75% dan yang paling sedikit adalah Kecamatan Bulango yang
hanya sebesar 38,05%. Sedangkan untuk masyarakat miskin yang
mendapat YANKES paling banyak berada di wilayah puskesmas Toto
Utara yakni sebesar  77,84% dan yang paling sedikit berada di
Kecamatan Kabila Bone yang hanya sebesar 9,84%.

4.4.3 Posyandu
Pada hakekatnya posyandu merupakan kegiatan yang tumbuh dari, oleh
dan untuk masyarakat, sehingga pemenuhan kebutuhan sarana dan
prasarana posyandu menjadi tanggung jawab kita bersama terutama
masyarakat disekitarnya.

Untuk mengetahui kualitas suatu posyandu dapat menggunakan telah


kemandirian posyandu yaitu suatu cara pengelompokan posyandu
menjadi 4 tingkat perkembangan (Stratifikasi posyandu). Persentase
Posyandu yang ada di Kabupaten Bone Bolango tahun 2009 berdasarkan
keempat strata tersebut dapat dilihat pada grafik di bawah ini:

Sumber  :  Laporan Sie. Promkes Dinkes Bonbol

Pencapaian Posyandu Purnama jika dibandingkan dengan target cakupan


SPM tahun 2009 sebesar 33,82 % , angka capaian ini masih belum
mencapai target. Hal ini disebabkan karena kurangnya pemanfaatan
Posyandu, masih kurangnya kader di Posyandu, belum adanya kegiatan
atau program tambahan seperti program Usila dan pemberian PMT-ASI
Dengan melihat permasalahan tersebut, salah satu upaya pemecahan
masalah yang dilakukan antara lain mengajak masyarakat untuk lebih
meningkatkan pemanfaatan Posyandu serta meningkatkan kerjasama
lintas sektor.
Sumber  :  Laporan Sie. Promkes Dinkes Bonbol
Sumber  :  Laporan Sie. Promkes Dinkes Bonbol

 
Dari dua grafik di atas nampak bahwa jumlah Desa Siaga, poskesdes,
Polindes dan Posyandu tiga tahun terakhir ini mengalami peningkatan. Hal
ini dikarenakan adanya program pemekaran daerah oleh Bupati Bone
Bolango dan juga untuk lebih meningkatkan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat.
 
 
 
 
 
BAB IV
SITUASI UPAYA KESEHATAN
 
4.1         Pemanfaatan Sarana Pelayanan Kesehatan Dasar
Jumlah Puskesmas di Kabupaten Bone Bolango tahun 2009 yaitu Puskesmas
sebanyak 18 buah dan 2 diantaranya merupakan Puskesmas Rawat Inap yakni
Puskesmas Suwawa dan Puskesmas Bonepantai, 3 unit puskesmas mampu
PONED, yakni Puskesmas Suwawa, Puskesmas Bonepantai dan Puskesmas
Dumbayabulan, Pustu 36 buah, Pusling 18 buah, Poskesdes 94 buah, Polindes
50 buah dan Posyandu 204 buah. Sarana Pelayanan Kesehatan Dasar yang ada
di desa yaitu Polindes sebanyak 48 buah (sumber data Yankesmas Dinkes
Bonbol).  Untuk tahun 2010, telah dibangun Panti Pemulihan Gizi (Feeding
Centre) bagi balita gizi buruk, yang merupakan pengembangan dari Puskesmas
Tilongkabila.

Sumber  :  Laporan Sie. Promkes Dinkes Bonbol

4.2         Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak


Dalam rangka pelayanan kesehatan ibu dan anak dilakukan (1) pelayanan
ANC/pemeriksaan ibu hamil, (2) imunisasi, (3) pertolongan persalinan, (4)
penanggulangan penyakit-penyakit penyebab kematian, (5) deteksi dini dan
stimulasi tumbuh kembang anak, dan (6) usaha kesehatan sekolah.
 
a). Pelayanan ANC / Pemeriksaan Ibu Hamil
Cakupan pelayanan Antenatal Care ( ANC ) dapat dipantau melalui
pelayanan kunjungan baru ibu hamil (K1) untuk melihat akses dan pelayanan
kesehatan ibu hamil sesuai standar paling sedikit empat kali (K4) dengan
distribusi sekali pada triwulan pertama, sekali pada triwulan dua, dan dua kali
pada triwulan ketiga.

Pelayanan yang diberikan oleh petugas kesehatan pada ibu hamil yang
berkunjungan ke tempat pelayanan kesehatan atau antenatal care (ANC)
adalah sebagai berikut Penimbangan Berat Badan, Pemeriksaan
kehamilannya, Pemberian Tablet Besi, Pemberian Imunisasi TT, pemeriksaan
tensi dan Konsultasi.
Cakupan pelayanan kunjungan baru ibu hamil ( K1 ) di Kabupaten Bone
Bolango berdasarkan rekapan PWS-KIA Dinas Kesehatan Bone Bolango
sebesar 79,3 %. Jika kita melihat pada grafik di bawah ini, maka dapat
dikatakan cakupan K1 mengalami penurunan dari tahun tahun sebelumnya.
Untuk meningkatkan cakupan K1, perlu adanya sosialisasi terutama bagi ibu
hamil untuk memeriksakan diri ke Puskesmas.

 Sumber  :  Laporan Sie. KIA-KB Dinkes Bonbol

Cakupan K4 berdasarkan rekapan PWS-KIA Dinas Kesehatan Kabupaten


Bone Bolango pada tahun 2009 adalah 66,8%, persentasi ini meningkat bila
dibandingkan dengan capain tahun kemarin yang hanya sebesar 61,66 %,
namun masih rendah bila dibandingkan dengan target SPM tahun 2008
cakupan K4 Kabupaten Bone Bolango sebesar 86,8 %. 

Permasalahan yang mengakibatkan tidak tercapainya K4 di beberapa


Puskesmas antara lain tidak tercapainya K1 murni maka mempengaruhi
kunjungan K4 dimana dikatakan kunjungan K4 bila ibu hamil telah
memeriksakan kehamilannya mulai dari Trimester I ( 1 kali ), Trimester II ( 1
kali ) dan Trimester III ( 2 kali ). Tidak berjalannya Sweeping Ibu Hamil,
kurangnya dana yang mendukung terlaksananya kunjungan ke rumah, serta
adanya bidan yang rangkap tugas juga merupakan faktor yang
mempengaruhi rendahnya cakupan K4. Perlunya mengefektifkan sweeping
ibu hamil merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan cakupan
kunjungan K4.

Dalam pelayanan ibu hamil (antenatal) baik pada K1 maupun K4 ibu hamil
akan dibekali dengan Tablet  Besi   (Fe), hal   ini   merupakan upaya
penanggulangan anemia pada ibu hamil. Pemberian Tablet Besi pada ibu
hamil di Kabupaten Bone Bolango pada tahun 2009 sebesar 77,96 % untuk
Fe1 dan 62,29 % untuk Fe3. Bila membandingkan antara cakupan Fe3
dengan K4 terdapat selisih sebesar 0,49 %. Walaupun selisih antara kedua
cakupan tersebut tidak terlalu besar, namun perlu diteliti sebab-sebab yang
mungkin terjadi, misalnya kelalaian petugas kesehatan, kesalahan pelaporan
atau masalah teknis lainnya. 
Sumber  :  Laporan Sie. KIA-KB dan Sie Gizi Dinkes Bonbol

Dalam pelayanan ANC ibu hamil akan diberikan imunisasi TT sebagai upaya
perlindungan ibu dan bayinya dari kemungkinan terjadinya Tetanus pada
waktu persalinan. Oleh karena itu pemberian imunisasi TT merupakan suatu
keharusan pada setiap ibu hamil.

Pemberian Imunisasi TT pada 31.237 wanita usia subur (WUS) Kabupaten


Bone Bolango pada tahun 2009 sebesar 2,24 % untuk TT1 dan 1,93 % untuk
TT2. Seharusnya cakupan TT1 sama dengan cakupan TT2, adanya selisih
antara kedua cakupan tersebut mungkin terjadi akibat kelalaian petugas
kesehatan, kesalahan pelaporan atau masalah teknis lainnya. Dari lima tahap
pemberian imunisasi TT, imunisasi TT4 paling rendah, hanya sebesar 0,65%
sebagaimana terlihat dalam grafik di bawah ini.

Sumber   :  Laporan Imunisasi P2MPL Dinkes Bone Bolango

b)  Pertolongan Persalinan


Tenaga yang dapat memberikan pertolongan persalinan dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu tenaga profesional (dokter spesialis kebidanan, dokter
umum, dan bidan) dan dukun bayi (dukun bayi terlatih dan tidak terlatih).

Cakupan Kunjungan Neonatal (KN2) Kabupaten Bone Bolango berdasarkan


data yang ada pada tahun 2009 adalah 71,22 %, cakupan ini mengalami
peningkatan dari capaian tahun kemarin walaupun tidak signifikan. Trend
cakupan KN2 dapat dilihat pada grafik di bawah ini.

. Sumber  :  Laporan Sie. KIA-KB Dinkes Bonbol

Sedangkan cakupan Kunjungan Bayi di Kabupaten Bone Bolango pada tahun


2009 adalah 73.98 %, cakupan ini lebih rendah bila dibandingkan dengan
tahun 2008 yang mencapai 83,62%,  Jika dibandingkan dengan target
Nasional 2010 sebesar 90%, angka ini masih rendah.

Sumber  :  Laporan Imunisasi Dinkes Bonbol


Dari data SIK yang terkumpul persentasi kunjungan bayi tertinggi berada di
kecamatan Bone Raya sebesar 53,16 % dan yang terendah berada di
Kecamatan Bulango Timur yang hanya sebesar 21,15% sedangkan dari
kecamatan Bonepantai tidak ada data.

c)  Program Imunisasi


Untuk menurunkan angka kesakitan, kematian dan kecacatan bayi serta
anak balita perlu dilaksanakan program imunisasi untuk penyakit-penyakit
yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) seperti penyakit TBC, Difteri,
Pertusis, Tetanus, Hepatitis B, Polio dan campak. Idealnya bayi harus
mendapat imunisasi dasar lengkap yang terdiri dari BCG 1 kali, DPT 3 kali,
Polio 4 kali, HB 3 kali dan campak 1 kali. Untuk menilai kelengkapan
imunisasi dasar bagi bayi, biasanya dilihat dari cakupan imunisasi campak,
karena imunisasi campak merupakan imunisasi terakhir yang diberikan pada
bayi. Sedangkan untuk menilai angka drop out cakupan imunisasi dasar
dilihat dari selisih cakupan imunisasi DPT1 dikurangi cakupan imunisasi
campak.

Cakupan imunisasi lengkap untuk tahun 2009 berdasarkan laporan dari


petugas imunisasi dinas kesehatan di Kabupaten Bone Bolango sebesar  
80,7 %, angka ini mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yakni
83,62%.

Sumber     :  Laporan Program Imunisasi Dinkes Bone Bolango

Bila ditinjau dari pencapaian UCI menurut laporan pengelola program


imunisasi Dinas Kesehatan Kabupaten Bone Bolango tahun 2009 yakni dari
163 desa, hanya 39 desa yang merupakan desa UCI (23,93%), jika
dibandingkan dengan pencapaian tahun 2008 (40%), maka terjadi penurunan
angka cakupan desa UCI. Salah satunya penyebab rendahnya cakupan ini
yaitu adanya pemekaran wilayah/desa, serta keterbatasan petugas imunisasi
dilapangan.
 
Sumber  :  Laporan Imunisasi Dinkes Bonbol
d).  Program Keluarga Berencana
1.                                           Jumlah Pasangan Usia Subur ( PUS )
Pada Tahun 2009, jumlah PUS yang terdata sebanyak 25.659 dimana
jumlah peserta KB Aktif sebanyak 17.624 (68,69%) sedangkan jumlah
peserta KB Baru sebanyak 4.401 (17,15 %). Seperti pada grafik dibawah
ini, dapat dilihat adanya peningkatan jumlah PUS dari tahun 2008, namun
terjadi penurunan jumlah peserta KB Aktif maupun KB Baru.

Sumber  :  Laporan SIK PKM (2007) serta Data Sie. KIA KB Dinkes Bone Bolango dari
Badan Pemberdayaan Perempuan (2008 dan 2009)

2.                                           Peserta KB Baru ( PB )


Dari sejumlah 4.355 peserta KB baru secara rinci per mix kontrasepsi
yang digunakan dapat dilihat pada grafik dibawah ini :

Sumber  :  Bone Bolango Dalam Angka 2009


Dari keseluruhan peserta KB baru selama tahun 2009, penggunaan
kontrasepsi yang tertinggi adalah suntik. Kontrasepsi ini memang cukup
menjadi primadona masyarakat karena selain praktis juga cepat dalam
mendapatkan pelayanan. Sedangkan kontrasepsi untuk pria yaitu MOP
dan Kondom adalah kontrasepsi yang paling sedikit digunakan. Hal ini
disebabkan kebanyakan pria (bapak) masih beranggapan bahwa urusan
KB adalah urusan ibu-ibu. Untuk jenis kontrasepsi obat vaginal
pencapaiannya memang tidak signifikan, karena kontrasepsi ini tidak
masuk dalam kontrasepsi program Keluarga Berencana.
 
3.                                           Peserta KB Aktif ( PA )
Untuk peserta KB Aktif selama Tahun 2009 sebesar 17.395 peserta,
persentase penggunaan alat kontrasepsi rata-rata >25%, terutama untuk
alkon suntik, pil dan IUD, seperti yang ditampilkan pada grafik dibawah ini
Sumber  :  Bone Bolango Dalam Angka 2009
 
4.3         Upaya Kesehatan Rujukan dan Kesehatan Khusus
a.                                                                                             Penyuluhan Masyarakat
Pada tahun 2009 jumlah seluruh penyuluhan masyarakat berdasarkan
laporan Sie. Promkes yang direkap dari 18 Puskesmas yakni sebanyak 572
kali. Dari   penyuluhan yang dilaksanakan di Kabupaten Bone Bolango 433
penyuluhan diantaranya adalah penyuluhan kelompok dan 139 penyuluhan
massa.
b.   Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Puskesmas
Pelayanan kesehatan gigi di puskesmas Kabupaten Bone Bolango
berdasarkan laporan Yankes tahun 2009 meliputi tumpatan gigi tetap
sebanyak 13 dan pencabutan gigi tetap sebanyak 256, dengan rasio tambal
cabut 0,05.

4.4         Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan


Upaya pelayanan kefarmasian dan alat kesehatan merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari upaya pelayanan kesehatan secara paripurna. Upaya tersebut
dimaksudkan untuk (1) menjamin ketersediaan, keterjangkauan, pemerataan
obat generik dan obat esensial yang bermutu bagi masyarakat, (2)
mempromosikan penggunaan obat yang rasional dan obat yang generik, (3)
meningkatkan kualitas pelayanan kefarmasian difarmasi komunitas dan farmasi
klinik serta pelayanan kesehatan dasar, serta (4) melindungi masyarakat dari
penggunaan alat kesehatan yang tidak memenuhi persyaratan, mutu dan
keamanan.
a.   Ketersediaan Jenis Obat Untuk Pelayanan Kesehatan Dasar
Salah satu jenis pelayanan kefarmasian di Puskesmas yaitu penyediaan obat
untuk pelayanan kesehatan dasar. Hal ini bisa dilihat dari jumlah ketersediaan
jenis obat sesuai dengan kebutuhan di Puskesmas tahun 2009 yakni
sebanyak 50 jenis dengan persentase 100 %.
b.   Penerapan Penggunaan Obat
Adanya penerapan dalam penggunaan obat dimaksudkan agar terjaminnya
ketersediaan, keterjangkauan, dan pemerataan obat dalam pelayanan
kesehatan, yang pelaksanaannya mencakup pengadaan buffer stock obat,
revitalisasi pemasyarakatan konsepsi obat esensial dan penerapan
penggunaan obat esensial generik pada fasilitas pelayanan pemerintah
maupun swasta. Pada tahun 2009 ketersediaan obat di Kabupaten Bone
Bolango telah mencapai 100% atau sesuai dengan kebutuhan yaitu rata-rata
per puskesmas 50 jenis obat, angka ini dapat dikatakan mencapai target
SPM nasional 90%.
BAB V

SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN


 
5.1.  Sarana Kesehatan
a.                   Puskesmas
Di Kabupaten Bone Bolango distribusi Puskesmas dan Puskesmas
Pembantu sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan dasar telah lebih
merata. Pada tahun 2009 setelah dilakukan pemekaran jumlah puskesmas
yang ada sampai akhir tahun sebanyak 18 unit. Serta Puskesmas Persiapan
Pinogu dengan kategori wilayah puskesmas sangat terpencil. Dengan
demikian rata-rata rasio puskesmas terhadap 100.000 penduduk adalah
13,8.

Dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan Puskesmas, ada beberapa


Puskesmas telah ditingkatkan fungsinya menjadi puskesmas dengan tempat
perawatan. Puskesmas perawatan ini terutama yang berlokasi jauh dari
rumah sakit, di jalur-jalur jalan raya yang rawan kecelakaan, serta diwilayah 
terpencil. Hingga tahun 2009 jumlah puskesmas perawatan di Kabupaten
Bone Bolango sebanyak 2 buah yaitu Puskesmas Suwawa dan Puskesmas
Bonepantai. Sehubungan dengan penurunan Angka Kematian Ibu (AKI)
dan Angka Kematian Balita (AKB), ada 3 Puskesmas yang dijadikan
Puskesmas mampu PONED yaitu Puskesmas Suwawa, Puskesmas
Bonepantai dan Puskesmas Dumbayabulan.

b.                   Puskesmas Pembantu


Puskesmas Pembantu di Kabupaten Bone Bolango pada tahun 2009
berdasarkan laporan Sie. Promkes berjumlah 36 buah. Ratio desa per
puskesmas pembantu 2, dengan demikian setiap puskesmas pembantu
rata-rata melayani 2 desa.
 
c.                     Rumah Sakit
Fasilitas lain yang memberikan layanan rujukan dan rawat inap di sebuah
daerah yakni Rumah Sakit. Adapun jumlah rumah sakit di Kabupaten Bone
Bolango pada tahun 2009 sebanyak dua buah yaitu 2 buah yakni RSU Toto
dan RSU Tombulilato.
d.                   Fasilitas Kesehatan di Puskesmas
Pada tahun 2009 jumlah mobil Puskesmas Keliling sebanyak 18 buah,
jumlah sepeda motor seluruhnya 119 buah, jumlah rumah dinas dokter dan
paramedis di Kabupaten Bone Bolango  sebanyak 34 buah. Dengan
adanya penambahan beberapa fasilitas seperti ini diharapkan  mutu dan
jangkauan pelayanan kesehatan dapat meningkat, demikian juga dengan
kinerja tenaga kesehatan yang diberikan fasilitas kenderaan dinas.
e.                   Polindes
Jumlah Polindes di Kabupaten Bone Bolango tahun 2009 sebanyak 50
buah. Cakupan polindes aktif rata-rata kabupaten 100 % sedangkan ratio
Polindes per Puskesmas adalah 2,7 berarti rata-rata tiap puskesmas
membawahi 2 - 3 polindes.
f.                                      Poskesdes
Jumlah Poskesdes di Kabupaten Bone Bolango tahun 2009 sebanyak 94
buah. Ratio Poskesdes per Puskesmas adalah 5,2 berarti rata-rata tiap
puskesmas membawahi 5  poskesdes.
g.                   Posyandu
Jumlah Posyandu di Kabupaten Bone Bolango tahun 2009 sebanyak 204
buah. Ratio Posyandu per Puskesmas adalah 11,3 berarti rata-rata tiap
wilayah puskesmas mempunyai 11 posyandu.
h.                   Desa Siaga
Desa siaga merupakan program pemerintah yang digalakan pada tahun
2009, meskipun terbilang baru namun Kabupaten Bone Bolango
berdasarkan laporan Sie. Promkes Dinas Kesehatan sudah mempunyai 94
Desa Siaga. Ratio Desa Siaga per Puskesmas adalah 5,2 berarti rata-rata
di tiap wilayah puskesmas terdapat 5 Desa Siaga.

5.2.  Tenaga Kesehatan


Dalam pembangunan kesehatan diperlukan sumber daya manusia dalam hal
ini tenaga kesehatan yang memiliki kemampuan melaksanakan upaya
kesehatan dengan paradigma sehat, yang mengutamakan upaya peningkatan,
pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit. Pengadaan tenaga
kesehatan dilaksanakan melalui pendidikan dan pengembangan tenaga
kesehatan melalui pelatihan tenaga oleh pemerintah maupun masyarakat.
a.                               Tenaga Medis
Tahun 2009 berdasarkan rekapan Subbag. Kepegawaian Dinas Kesehatan
Kabupaten Bone Bolango tercatat jumlah tenaga medis di Kabupaten Bone
Bolango sebanyak 12 orang dengan perincian 11 orang dokter umum serta
dokter gigi sejumlah 1 orang dengan rasio masing-masing per 100.000
penduduk yakni 8,46 untuk dokter umum dan 0,77 untuk dokter gigi.
Sedangkan untuk rasio dokter keluarga belum dapat disajikan karena belum
ada data yang masuk.
 
Bila dibandingkan dengan target pencapaian IS 2010, nampak bahwa rasio
untuk tenaga dokter umum dan dokter gigi belum mencapai target (dokter 
umum 40 per 100.000 penduduk, dokter gigi 11 per 100.000 penduduk).
 
Kurangnya tenaga medis di Kabupaten Bone Bolango maka kebutuhan
akan tenaga medis perlu diperhatikan. Adanya dokter PTT diharapkan
dapat membantu pemenuhan kebutuhan masyarakat akan tenaga medis.
Pada tahun 2009 jumlah dokter PTT sebanyak 19 orang, terdiri dari dokter
umum 13 orang dan dokter gigi sebanyak 6 orang.
b.                               Tenaga Kefarmasian dan Gizi
Untuk tenaga kefarmasian, saat ini telah berjumlah 6 orang dengan rincian:
apoteker 1 orang, S1 Farmasi 1 orang, D-III Farmasi 2 orang dan Asisten
Apoteker 2 orang. Sedangkan rasio tenaga kefarmasian per 100.000
penduduk masih jauh dari yang diharapkan karena hingga tahun 2009 rasio
tenaga kefarmasian baru mencapai 4,6 per 100.000 penduduk (Target IS
2010 adalah 100 per 100.000 penduduk).
 
Sementara itu, untuk tenaga gizi hingga tahun 2009 berjumlah 16 orang
dengan klasifikasi pendidikan D III Gizi 15 orang dan DIV Gizi 1 orang.
Adapun rasio tenaga gizi terhadap 100.000 penduduk  sebesar 12,3
sedangkan untuk target IS 2010 harus mencapai 40 per 100.000 penduduk.
c.                                Tenaga Keperawatan
Tenaga kesehatan tergolong ke dalam tenaga keperawatan adalah Perawat
dan Bidan. Rasio tenaga perawat di Kabupaten Bone Bolango tahun 2009
mencapai 43,07 per 100.000 penduduk, dan untuk tenaga bidan sebesar
39,22 per 100.000 penduduk. Bila dibandingkan dengan target pencapaian
IS 2010 untuk tenaga perawat sebesar 100 per 100.000 penduduk dan
untuk tenaga bidan untuk tenaga bidan adalah 117,5 per 100.000
penduduk. Dengan melihat angka ini maka rasio tenaga perawat dan bidan
di Kabupaten Bone Bolango belum mencapai target IS 2010.
Tenaga keperawatan ini dapat dirinci menurut jenisnya yaitu jumlah perawat
sebanyak 56 orang dengan jumlah lulusan terbanyak berasal dari SPK
sejumlah 31 orang, D III keperawatan sebanyak 28 orang dan Sarjana
Keperawatan sejumlah 1 orang.
 
Adapun jumlah tenaga bidan sebanyak 51 orang dengan klasifikasi
pendidikan D III Kebidanan 16 orang. Untuk memenuhi kekurangan tenaga
bidan maka direkrut bidan PTT, yang pada tahun 2009 berjumlah 11 orang.
d.                               Tenaga Kesehatan Masyarakat dan Sanitasi
Jumlah tenaga kesehatan masyarakat di Kabupaten Bone Bolango tahun
2009 mencapai 38 orang dengan rasio sebesar 29,23 per 100.000
penduduk. Sementara itu, pada tahun yang sama jumlah tenaga sanitasi
telah mencapai jumlah 19 orang dengan klasifikasi pendidikan D III
sebanyak 3 orang dan D I Sanitasi sebanyak 16 orang, dengan rasio
sebesar 2,31 per 100.000 penduduk. Bila dibandingkan dengan target
pencapaian IS 2010 maka kedua jenis tenaga tersebut masih sangat
dibutuhkan mengingat target yang diharapkan adalah masing-masing 40 per
100.000 penduduk.

5.3.  Pembiayaan Kesehatan


Alokasi anggaran pada Dinas Kesehatan Kabupaten Bone Bolango Tahun
Anggaran 2009 sebesar Rp. 19.503.018.719,- yang bersumber dari APBD II,
Jamkesda Rp. 42.500.000,-,  Askeskin Rp. 67.490.000,- serta Hibah Luar
Negeri Rp. 813.398.000,-. APBD Kesehatan terhadap APBD Kabupaten
sebesar 6,20 % sehingga anggaran kesehatan perkapita masyarakat Bone
Bolango sebesar Rp. 2.418 per orang.
 
 
 
 
 
  
Tabel
Anggaran Kesehatan Kabupaten Bone Bolango
Tahun 2009
 
ALOKASI ANGGARAN
 
NO SUMBER BIAYA KESEHATAN
Rupiah %
ANGGARAN KESEHATAN
     
BERSUMBER:
1 APBD KAB/KOTA       19.503.018.719 95,48
  Jamkesda              42.500.000  
2 APBD PROVINSI    

3 APBN :    

  - Dana Alokasi Khusus (DAK)    

  - ASKESKIN              67.490.000 0,33

  - Lain-lain (sebutkan)    

PINJAMAN/HIBAH LUAR NEGERI


4            813.398.000 3,98
(PHLN)

5 SUMBER PEMERINTAH LAIN    

TOTAL ANGGARAN KESEHATAN       20.426.406.719 100


TOTAL APBD KAB/KOTA    314.466.324.899  
                         
% APBD KESEHATAN THD APBD KAB/KOTA  
6,20
ANGGARAN KESEHATAN PERKAPITA                   2.418,51  

Sumber: Subbag Keuangan dan Asset Dikes Kab. Bone Bolango

 
BAB VI
PENUTUP
 
6.1      KESIMPULAN

Berbagai upaya telah dilaksanakan dalam pembangunan kesehatan, antara


lain upaya peningkatan dan perbaikkan terhadap derajat kesehatan
masyarakat, upaya pelayanan kesehatan, sarana kesehatan dan sumber daya
kesehatan. Hasil-hasil kegiatan pembangunan kesehatan yang menyeluruh di
Kabupaten Bone Bolango selama tahun 2009 tergambar dalam Profil
Kesehatan Kabupaten Bone Bolango Tahun 2009.

Secara umum dapat disimpulkan bahwa hingga tahun ini berbagai peningkatan
derajat kesehatan masyarakat telah dicapai sebagai hasil dari pembangunan
kesehatan, sejalan dengan perbaikan kondisi umum, perbaikan keadaan sosial
dan ekonomi masyarakat Bone Bolango. Gambaran yang demikian merupakan
fakta yang harus dikomunikasikan baik kepada para pimpinan dan penglola
program kesehatan maupun kepada lintas sektor dan masyarakat di daerah
yang didiskripsikan melalui data dan informasi.

Oleh karena data dan informasi merupakan sumber daya yang strategis bagi
pimpinan dan organisasi dalam pelaksanaan manajemen, maka penyediaan
data/informasi yang berkualitas sangat diperlukan sebagai masukan dalam
proses pengambilan keputusan. Di bidang kesehatan, data dan informasi ini
diperoleh melalui penyelenggaraan Sistem Informasi Kesehatan. Salah satu
luaran utama dari penyelenggaraan sistem informasi kesehatan adalah Profil
Kesehatan. Dalam perkembangannya, profil kesehatan ini menjadi paket sajian
data dan informasi yang sangat penting, karena sangat dibutuhkan baik oleh
jajaran kesehatan, lintas sektor maupun masyarakat.
Namun disadari, sistem informasi kesehatan yang ada saat ini masih belum
dapat memenuhi kebutuhan data dan informasi kesehatan secara optimal,
apalagi dalam era desentralisasi, pengumpulan data dan informasi dari
Puskesmas menjadi relatif lebih sulit. Hal ini berimplikasi pada  kualitas data 
dan informasi  yang disajikan di dalam Profil Kesehatan Kabupaten Bone
Bolango yang terbit saat ini belum sesuai dengan harapan.
 
Walaupun demikian, diharapkan Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango ini
tetap dapat memberikan gambaran secara garis besar dan menyeluruh tentang
seberapa jauh perubahan dan perbaikan keadaan kesehatan masyarakat yang
telah dicapai.
 
Betapapun, Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango ini belum mendapat
apresiasi yang memadai karena belum dapat menyajikan data dan informasi
yang sesuai dengan harapan, namun paket sajian ini merupakan satu-satunya
publikasi data dan informasi di jajaran kesehatan yang relatif paling lengkap
sehingga kehadirannya selalu ditunggu.

Oleh karena itu, dalam rangka meningkatkan kualitas Profil Kabupaten Bone
Bolango, Dinas Kesehatan Kabupaten Bone Bolango senantiasa mencari
terobosan-terobosan dalam hal mekanisme pengumpulan data dan informasi
secara cepat untuk mengisi ketidaktersediaan data dan informasi khususnya
yang bersumber dari puskesmas.

6.2    SARAN
1.                     Dari hasil-hasil tersebut di atas, dapat dilihat bahwa masih ada
pelaksanaan program yang belum mencapai hasil yang optimal. Hal
tersebut menunjukkan masih perlunya perhatian dan penanganan yang
lebih serius karena pembangunan kesehatan tetap merupakan kebutuhan
masyarakat yang perlu ditingkatkan secara terus menerus sesuai dengan
perkembangan pembangunan nasional.

2.                     Penyusunan buku Profil kesehatan Kabupaten Bone Bolango tahun


2009 telah diupayakan untuk lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya, baik
dari segi kualitas data maupum analisisnya. Namun disadari pula dalam
penyusunan buku Profil kesehatan ini masih ditemui banyak hambatan
terutama dikarenakan pada tahun 2009 Profil kesehatan disusun dengan
format yang baru, berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya sehingga
banyak tabel-tabel yang tidak dapat terisi. Oleh karena itu untuk
penyusunan Profil Kesehatan di tahun-tahun mendatang diharapkan format
tidak selalu berubah tetapi tetap mengakomodir kebutuhan data dan
informasi guna evaluasi dan perencanaan tahunan kegiatan pembangunan
kesehatan.

3.                     Ketidaklengkapan tabel-tabel dalam Profil Kesehatan tahun ini salah


satunya disebabkan karena ada beberapa item data yang tidak jelas definisi
operasionalnya. Oleh karena itu untuk tahu-tahun mendatang setiap data
yang dibutuhkan perlu disertai dengan definisi operasional yang jelas.

4.                     Perlu peningkatan kemampuan/ketrampilan pengelola data dan


pemegang program dalam mencermati data guna peningkatan validitas data
dan tidak selalu terulang adanya data-data yang tidak akurat .

5                       . Perlu dilaksanakan kegiata rapid survey untuk mendukung validitas

serta keakuratan data Profil kesehatan.

6                       .              Perlu dibuat suatu software data base untuk keperluan
penyusunan profil kesehatan. 

Semoga Buku Profil Kesehatan Tahun 2009 ini dapat bermanfaat. Kritik dan
saran sangat kami harapkan demi perbaikan Buku Profil Kesehatan pada
tahun-tahun mendatang.

SEKIAN

 
  
UMAT, 09 APRIL 2010

Pertumbuhan dan Perkembangan Anak

1. Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan

Anak memiliki suatu ciri yang khas yaitu selalu tumbuh dan berkembang sejak konsepsi
sampai berakhirnya masa remaja. Hal ini yang membedakan anak dengan dewasa. Anak
bukan dewasa kecil. Anak menunjukkan ciri-ciri pertumbuhan dan perkembangan yang
sesuai dengan usianya.

Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan interselular, berarti
bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh sebagian atau keseluruhan, sehingga dapat
diukur dengan satuan panjang dan berat.

Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam
kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian.

Pertumbuhan terjadi secara simultan dengan perkembangan. Berbeda dengan pertumbuhan,


perkembangan merupakan hasil interaksi kematangan susunan saraf pusat dengan organ yang
dipengaruhinya, misalnya perkembangan sistem neuromuskuler, kemampuan bicara, emosi
dan sosialisasi. Kesemua fungsi tersebut berperan penting dalam kehidupan manusia yang
utuh.

2. Ciri-ciri dan Prinsip-prinsip Tumbuh Kembang Anak.

Proses tumbuh kembang anak mempunyai beberapa ciri-ciri yang saling berkaitan. Ciri-ciri
tersebut adalah sebagai berikut:

1). Perkembangan menimbulkan perubahan.


Perkembangan terjadi bersamaan dengan pertumbuhan. Setiap pertumbuhan disertai dengan
perubahan fungsi. Misalnya perkembangan intelegensia pada seorang anak akan menyertai
pertumbuhan otak dan serabut saraf.

2). Pertumbuhan dan perkembangan pada tahap awal menentukan perkembangan selanjutnya.

Setiap anak tidak akan bisa melewati satu tahap perkembangan sebelum ia melewati tahapan
sebelumnya. Sebagai contoh, seorang anak tidak akan bisa berjalan sebelum ia bisa berdiri.
Seorang anak tidak akan bisa berdiri jika pertumbuhan kaki dan bagian tubuh lain yang
terkait dengan fungsi berdiri anak terhambat. Karena itu perkembangan awal ini merupakan
masa kritis karena akan menentukan perkembangan selanjutnya.

3). Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda.


Sebagaimana pertumbuhan, perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda-beda, baik
dalam pertumbuhan fisik maupun perkembangan fungsi organ dan perkembangan pada
masing-masing anak.

4). Perkembangan berkorelasi dengan pertumbuhan.


Pada saat pertumbuhan berlangsung cepat, perkembangan pun demikian, terjadi peningkatan
mental, memori, daya nalar, asosiasi dan lain-lain. Anak sehat, bertambah umur, bertambah
berat dan tinggi badannya serta bertambah kepandaiannya.

5). Perkembangan mempunyai pola yang tetap.


Perkembangan fungsi organ tubuh terjadi menurut dua hukum yang tetap, yaitu:

a. Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah kepala, kemudian menuju ke arah kaudal/anggota
tubuh (pola sefalokaudal).

b. Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah proksimal (gerak kasar) lalu berkembang ke bagian
distal seperti jari-jari yang mempunyai kemampuan gerak halus (pola proksimodistal).

6). Perkembangan memiliki tahap yang berurutan.


Tahap perkembangan seorang anak mengikuti pola yang teratur dan berurutan. Tahap-tahap
tersebut tidak bisa terjadi terbalik, misalnya anak terlebih dahulu mampu membuat lingkaran
sebelum mampu membuat gambar kotak, anak mampu berdiri sebelum berjalan dan
sebagainya.
Proses tumbuh kembang anak juga mempunyai prinsip-prinsip yang saling berkaitan. Prinsip-
prinsip tersebut adalah sebagai berikut:

1. Perkembangan merupakan hasil proses kematangan dan belajar.


Kematangan merupakan proses intrinsik yang terjadi dengan sendirinya, sesuai dengan
potensi yang ada pada individu. Belajar merupakan perkembangan yang berasal dari latihan
dan usaha. Melalui belajar, anak memperoleh kemampuan menggunakan sumber yang
diwariskan dan potensi yang dimiliki anak.
2. Pola perkembangan dapat diramalkan.
Terdapat persamaan pola perkembangan bagi semua anak. Dengan demikian perkembangan
seorang anak dapat diramalkan. Perkembangan berlangsung dari tahapan umum ke tahapan
spesifik, dan terjadi berkesinambungan.

3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Tumbuh Kembang Anak.

Pada umumnya anak memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan normal yang merupakan
hasil interaksi banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak.
Adapun faktor-faktor tersebut antara lain:

1. Faktor dalam (internal) yang berpengaruh pada tumbuh kembang anak.


1. Ras/etnik atau bangsa.
Anak yang dilahirkan dari ras/bangsa Amerika, maka ia tidak memiliki faktor
herediter ras/bangsa Indonesia atau sebaliknya.
2. Keluarga.
Ada kecenderungan keluarga yang memiliki postur tubuh tinggi, pendek, gemuk atau
kurus.
3. Umur.
Kecepatan pertumbuhan yang pesat adalah pada masa prenatal, tahun pertama
kehidupan dan masa remaja.
4. Jenis kelamin.
Fungsi reproduksi pada anak perempuan berkembang lebih cepat daripada laki-laki.
Tetapi setelah melewati masa pubertas, pertumbuhan anak laki-laki akan lebih
cepat.
5. Genetik.
Genetik (heredokonstitusional) adalah bawaan anak yaitu potensi anak yang akan
menjadi ciri khasnya. Ada beberapa kelainan genetik yang berpengaruh pada
tumbuh kembang anak seperti kerdil.
6. Kelainan kromosom.
Kelainan kromosom umumnya disertai dengan kegagalan pertumbuhan seperti pada
sindroma Down’s dan sindroma Turner’s.
2. Faktor luar (eksternal).
1. Faktor Prenatal
1. a. Gizi
2. Nutrisi ibu hamil terutama dalam trimester akhir kehamilan akan mempengaruhi
pertumbuhan janin.
3. b. Mekanis
4. Posisi fetus yang abnormal bisa menyebabkan kelainan kongenital seperti club foot.
5. c. Toksin/zat kimia
6. Beberapa obat-obatan seperti Aminopterin, Thalidomid dapat menyebabkan
kelainan kongenital seperti palatoskisis.
7. d. Endokrin
8. Diabetes melitus dapat menyebabkan makrosomia, kardiomegali, hiperplasia
adrenal.
9. e. Radiasi
10. Paparan radium dan sinar Rontgen dapat mengakibatkan kelainan pada janin seperti
mikrosefali, spina bifida, retardasi mental dan deformitas anggota gerak, kelainan
kongential mata, kelainan jantung.
11. f. Infeksi
12. Infeksi pada trimester pertama dan kedua oleh TORCH (Toksoplasma, Rubella,
Sitomegalo virus, Herpes simpleks) dapat menyebabkan kelainan pada janin:
katarak, bisu tuli, mikrosefali, retardasi mental dan kelainan jantung kongenital.
13. g. Kelainan imunologi
14. Eritobaltosis fetalis timbul atas dasar perbedaan golongan darah antara janin dan
ibu sehingga ibu membentuk antibodi terhadap sel darah merah janin, kemudian
melalui plasenta masuk dalam peredaran darah janin dan akan menyebabkan
hemolisis yang selanjutnya mengakibatkan hiperbilirubinemia dan Kern icterus yang
akan menyebabkan kerusakan jaringan otak.
15. h. Anoksia embrio
16. Anoksia embrio yang disebabkan oleh gangguan fungsi plasenta menyebabkan
pertumbuhan terganggu.
17. i. Psikologi ibu
18. Kehamilan yang tidak diinginkan, perlakuan salah/kekerasan mental pada ibu hamil
dan lain-lain.
2. Faktor Persalinan
Komplikasi persalinan pada bayi seperti trauma kepala, asfiksia dapat menyebabkan
kerusakan jaringan otak.
3. Faktor Pascasalin
1. Gizi
Untuk tumbuh kembang bayi, diperlukan zat makanan yang adekuat.
2. Penyakit kronis/ kelainan kongenital
Tuberkulosis, anemia, kelainan jantung bawaan mengakibatkan retardasi
pertumbuhan jasmani.
3. Lingkungan fisis dan kimia.
Lingkungan sering disebut melieu adalah tempat anak tersebut hidup yang berfungsi
sebagai penyedia kebutuhan dasar anak (provider). Sanitasi lingkungan yang kurang
baik, kurangnya sinar matahari, paparan sinar radioaktif, zat kimia tertentu (Pb,
Mercuri, rokok, dll) mempunyai dampak yang negatif terhadap pertumbuhan anak.
4. Psikologis
Hubungan anak dengan orang sekitarnya. Seorang anak yang tidak dikehendaki oleh
orang tuanya atau anak yang selalu merasa tertekan, akan mengalami hambatan di
dalam pertumbuhan dan perkembangannya.
5. Endokrin
Gangguan hormon, misalnya pada penyakit hipotiroid akan menyebabkan anak
mengalami hambatan pertumbuhan.
6. Sosio-ekonomi
Kemiskinan selalu berkaitan dengan kekurangan makanan, kesehatan lingkungan
yang jelek dan ketidaktahuan, akan menghambat pertumbuhan anak.
7. Lingkungan pengasuhan
Pada lingkungan pengasuhan, interaksi ibu-anak sangat mempengaruhi tumbuh
kembang anak.
8. Stimulasi
Perkembangan memerlukan rangsangan/stimulasi khususnya dalam keluarga,
misalnya penyediaan alat mainan, sosialisasi anak, keterlibatan ibu dan anggota
keluarga lain terhadap kegiatan anak.
9. Obat-obatan
Pemakaian kortikosteroid jangka lama akan menghambat pertumbuhan, demikian
halnya dengan pemakaian obat perangsang terhadap susunan saraf yang
menyebabkan terhambatnya produksi hormon pertumbuhan.

4. Aspek-aspek Perkembangan yang Dipantau.

1). Gerak kasar atau motorik kasar adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak
melakukan pergerakan dan sikap tubuh yang melibatkan otot-otot besar seperti duduk,
berdiri, dan sebagainya.
2). Gerak halus atau motorik halus adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak
melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan oleh otot-
otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat seperti mengamati sesuatu, menjimpit,
menulis, dan sebagainya.
3). Kemampuan bicara dan bahasa adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan
untuk memberikan respons terhadap suara, berbicara, berkomunikasi, mengikuti perintah dan
sebagainya.
4). Sosialisasi dan kemandirian adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri
anak (makan sendiri, membereskan mainan selesai bermain), berpisah dengan ibu/pengasuh
anak, bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya, dan sebagainya.

5. Periode Tumbuh Kembang Anak.

Tumbuh-Kembang anak berlangsung secara teratur, saling berkaitan dan berkesinambungan


yang dimulai sejak konsepsi sampai dewasa.Tumbuh kembang anak terbagi dalam beberapa
periode. Berdasarkan beberapa kepustakaan, maka periode tumbuh kembang anak adalah
sebagai berikut:

1. Masa prenatal atau masa intra uterin (masa janin dalam kandungan).
Masa ini dibagi menjadi 3 periode, yaitu :
o Masa zigot/mudigah, sejak saat konsepsi sampai umur kehamilan 2 minggu.
o Masa embrio, sejak umur kehamilan 2 minggu sampai 8/12 minggu.
Ovum yang telah dibuahi dengan cepat akan menjadi suatu organisme, terjadi diferensiasi
yang berlangsung dengan cepat, terbentuk sistem organ dalam tubuh.
o Masa janin/fetus, sejak umur kehamilan 9/12 minggu sampai akhir kehamilan.
Masa ini terdiri dari 2 periode yaitu:
• Masa fetus dini yaitu sejak umur kehamilan 9 minggu sampai trimester ke-2 kehidupan
intra uterin. Pada masa ini terjadi percepatan pertumbuhan, pembentukan jasad manusia
sempurna. Alat tubuh telah terbentuk serta mulai berfungsi.
• Masa fetus lanjut yaitu trimester akhir kehamilan. Pada masa ini pertumbuhan
berlangsung pesat disertai perkembangan fungsi-fungsi. Terjadi transfer Imunoglobin G (Ig
G) dari darah ibu melalui plasenta. Akumulasi aasam lemak esensial seri Omega 3 (Docosa
Hexanic Acid) dan Omega 6 (Arachidonic Acid) pada otak dan retina.
Periode yang paling penting dalam masa prenatal adalah trimester pertama kehamilan. Pada
periode ini pertumbuhan otak janin sangat peka terhadap pengaruh lingkungan janin. Gizi
kurang pada ibu hamil, infeksi, merokok dan asap rokok, minuman beralkohol, obat-obat,
bahan-bahan toksik, pola asuh, depresi berat, faktor psikologis seperti kekerasan terhadap
ibu hamil, dapat menimbulkan pengaruh buruk bagi pertumbuhan janin dan kehamilan.
Pada setiap ibu hamil, dianjurkan untuk selalu memperhatikan gerakan janin setelah
kehamilan 5 bulan.
Agar janin dalam kandungan tumbuh dan berkembang menjadi anak sehat, maka selama
masa intra uterin, seorang ibu diharapkan:
o Menjaga kesehatannya dengan baik.
o Selalu berada dalam lingkungan yang menyenangkan.
o Mendapat nutrisi yang sehat untuk janin yang dikandungnya.
o Memeriksa kesehatannya secara teratur ke sarana kesehatan.
o Memberi stimulasi dini terhadap janin.
o Tidak mengalami kekurangan kasih sayang dari suami dan keluarganya.
o Menghindari stres baik fisik maupun psikis.
o Tidak bekerja berat yang dapat membahayakan kondisi kehamilannya.

2. Masa bayi (infancy) umur 0 sampai 11 bulan.


Masa ini dibagi menjadi 2 periode, yaitu :
o Masa neonatal, umur 0 sampai 28 hari.
Pada masa ini terjadi adaptasi terhadap lingkungan dan terjadi perubahan sirkulasi darah,
serta mulainya berfungsi organ-organ. Masa neonatal dibagi menjadi 2 periode:
• Masa neonatal dini, umur 0 - 7 hari.
• Masa neonatal lanjut, umur 8 - 28 hari.
Hal yang paling penting agar bayi lahir tumbuh dan berkembang menjadi anak sehat adalah:
• Bayi lahir ditolong oleh tenaga kesehatan yang terlatih, di sarana kesehatan yang
memadai.
• Untuk mengantisipasi risiko buruk pada bayi saat dilahirkan, jangan terlambat pergi ke
sarana kesehatan bila dirasakan sudah saatnya untuk melahirkan.
• Saat melahirkan sebaiknya didampingi oleh keluarga yang dapat menenangkan perasaan
ibu.
• Sambutlah kelahiran anak dengan perasaan penuh suka cita dan penuh rasa syukur.
Lingkungan yang seperti ini sangat membantu jiwa ibu dan bayi yang dilahirkannya.
• Berikan ASI sesegera mungkin. Perhatikan refleks menghisap diperhatikan oleh karena
berhubungan dengan masalah pemberian ASI.
o Masa post (pasca) neonatal, umur 29 hari sampai 11 bulan.
Pada masa ini terjadi pertumbuhan yang pesat dan proses pematangan berlangsung secara
terus menerus terutama meningkatnya fungsi sistem saraf.
Seorang bayi sangat bergantung pada orang tua dan keluarga sebagai unit pertama yang
dikenalnya. Beruntunglah bayi yang mempunyai orang tua yang hidup rukun, bahagia dan
memberikan yang terbaik untuk anak.
Pada masa ini, kebutuhan akan pemeliharaan kesehatan bayi, mendapat ASI eksklusif selama
6 bulan penuh, diperkenalkan kepada makanan pendamping ASI sesuai umurnya, diberikan
imunisasi sesuai jadwal, mendapat pola asuh yang sesuai.
Masa bayi adalah masa dimana kontak erat antara ibu dan anak terjalin, sehingga dalam
masa ini, pengaruh ibu dalam mendidik anak sangat besar.

3. Masa anak dibawah lima tahun (anak balita, umur 12-59 bulan).
Pada masa ini, kecepatan pertumbuhan mulai menurun dan terdapat kemajuan dalam
perkembangan motorik (gerak kasar dan gerak halus) serta fungsi ekskresi.
Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah pada masa balita. Pertumbuhan dasar
yang berlangsung pada masa balita akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan
anak selanjutnya.
Setelah lahir terutama pada 3 tahun pertama kehidupan, pertumbuhan dan perkembangan
sel-sel otak masih berlangsung; dan terjadi pertumbuhan serabut serabut syaraf dan cabang-
cabangnya, sehingga terbentuk jaringan syaraf dan otak yang kompleks. Jumlah dan
pengaturan hubungan-hubungan antar sel syaraf ini akan sangat mempengaruhi segala
kinerja otak, mulai dari kemampuan belajar berjalan, mengenal huruf, hingga bersosialisasi.
Pada masa balita, perkembangan kemampuan bicara dan bahasa, kreativitas, kesadaran
sosial, emosional dan intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan landasan
perkembangan berikutnya.
Perkembangan moral serta dasar-dasar kepribadian anak juga dibentuk pada masa ini,
sehingga setiap kelainan/penyimpangan sekecil apapun apabila tidak dideteksi apalagi tidak
ditangani dengan baik, akan mengurangi kualitas sumber daya manusia dikemudian hari.

4. Masa anak prasekolah (anak umur 60-72 bulan).

Pada masa ini, pertumbuhan berlangsung dengan stabil. Terjadi perkembangan dengan
aktivitas jasmani yang bertambah dan meningkatnya ketrampilan dan proses berfikir.
Memasuki masa prasekolah, anak mulai menunjukkan keinginannya, seiring dengan
pertumbuhan dan perkembangannya.

Pada masa ini, selain lingkungan di dalam rumah maka lingkungan di luar rumah mulai
diperkenalkan. Anak mulai senang bermain di luar rumah. Anak mulai berteman, bahkan
banyak keluarga yang menghabiskan sebagian besar waktu anak bermain di luar rumah
dengan cara membawa anak ke taman-taman bermain, taman-taman kota, atau ke tempat-
tempat yang menyediakan fasilitas permainan untuk anak.
Sepatutnya lingkungan-lingkungan tersebut menciptakan suasana bermain yang bersahabat
untuk anak (child friendly environment). Semakin banyak taman kota atau taman bermain
dibangun untuk anak, semakin baik untuk menunjang kebutuhan anak.

Pada masa ini anak dipersiapkan untuk sekolah, untuk itu panca indra dan sistim reseptor
penerima rangsangan serta proses memori harus sudah siap sehingga anak mampu belajar
dengan baik. Perlu diperhatikan bahwa proses belajar pada masa ini adalah dengan cara
bermain.
Orang tua dan keluarga diharapkan dapat memantau pertumbuhan dan perkembangan
anaknya, agar dapat dilakukan intervensi dini bila anak mengalami kelainan atau gangguan.

6. Tahapan Perkembangan Anak Menurut Umur

Umur 0-3 bulan

o Mengangkat kepala setinggi 45 0 .

o Menggerakkan kepala dari kiri/kanan ke tengah.

o Melihat dan menatap wajah anda.

o Mengoceh spontan atau bereaksi dengan mengoceh.

o Suka tertawa keras.

o Bereaksi terkejut terhadap suara keras.

o Membalas tersenyum ketika diajak bicara/tersenyum.

o Mengenal ibu dengan penglihatan, penciuman, pendengaran, kontak

Umur 3-6 bulan

o Berbalik dari telungkup ke telentang.

o Mengangkat kepala setinggi 90o.

o Mempertahankan posisi kepala tetap tegak dan stabil.

o Menggenggam pensil.

o Meraih benda yang ada dalam jangkauannya.

o Memegang tangannya sendiri.

o Berusaha memperluas pandangan.

o Mengarahkan matanya pada benda-benda kecil.

o Mengeluarkan suara gembira bernada tinggi atau memekik.

o Tersenyum ketika melihat mainan/gambar yang menarik saat bermain sendiri.

Umur 6-9 bulan

o Duduk (sikap tripoid – sendiri).

o Belajar berdiri, kedua kakinya menyangga sebagian berat badan.

o Merangkak meraih mainan atau mendekati seseorang.

o Memindahkan benda dari satu tangan ke tangan lainnya.

o Memungut 2 benda, masing-masing tangan pegang 1 benda pada saat yang bersamaan.
o Memungut benda sebesar kacang dengan cara meraup.

o Bersuara tanpa arti, mamama, bababa, dadada, tatatata.

o Mencari mainan/benda yang dijatuhkan.

o Bermain tepuk tangan/ciluk ba.

o Bergembira dengan melempar benda.

o Makan kue sendiri.

Umur 9-12 bulan

o Mengangkat badannya ke posisi berdiri.

o Belajar berdiri selama 30 detik atau berpegangan di kursi.

o Dapat berjalan dengan dituntun.

o Mengulurkan lengan/badan untuk meraih mainan yang diinginkan.

o Mengenggam erat pensil.

o Memasukkan benda ke mulut.

o Mengulang menirukan bunyi yang didengar.

o Menyebut 2-3 suku kata yang sama tanpa arti.

o Mengeksplorasi sekitar, ingin tahu, ingin menyentuh apa saja.

o Bereaksi terhadap suara yang perlahan atau bisikan.

o Senang diajak bermain ”CILUK BA”

o Mengenal anggota keluarga, takut pada orang yang belum dikenal.

Umur 12-18 bulan

o Berdiri sendiri tanpa berpegangan.

o Membungkuk memungut mainan kemudian berdiri kembali.

o Berjalan mundur 5 langkah.

o Memanggil ayah dengan kata ”papa”, memanggil ibu dengan kata ”mama”.

o Menumpuk 2 kubus.

o Memasukkan kubus di kotak.

o Menunjuk apa yang diinginkan tanpa menangis/merengek, anak bisa mengeluarkan suara yang menyenangkan atau

o Memperlihatkan rasa cemburu / bersaing.

Umur 18-24 bulan


o Berdiri sendiri tanpa berpegangan 30 detik.

o Berjalan tanpa terhuyung-huyung.

o Bertepuk tangan, melambai-lambai.

o Menumpuk 4 buah kubus.

o Memungut benda kecil dengan ibu jari dan jari telunjuk.

o Menggelindingkan bola kearah sasaran.

o Menyebut 3– 6 kata yang mempunyai arti.

o Membantu/menirukan pekerjaan rumah tangga.

o Memegang cangkir sendiri, belajar makan - minum sendiri.

Umur 24-36 bulan

o Jalan naik tangga sendiri.

o Dapat bermain dan menendang bola kecil.

o Mencoret-coret pensil pada kertas.

o Bicara dengan baik, menggunakan 2 kata.

o Dapat menunjuk 1 atau lebih bagian tubuhnya ketika diminta.

o Melihat gambar dan dapat menyebut dengan benar nama 2 benda atau lebih.

o Membantu memungut mainannya sendiri atau membantu mengangkat piring jika diminta.

o Makan nasi sendiri tanpa banyak tumpah.

o Melepas pakaiannya sendiri.

Umur 36-48 bulan

o Berdiri 1 kaki 2 detik

o Melompat kedua kaki diangkat

o Mengayuh sepeda roda tiga.

o Menggambar garis lurus

o Menumpuk 8 buah kubus.

o Mengenal 2-4 warna.

o Menyebut nama, umur, tempat.

o Mengerti arti kata di atas, di bawah, di depan.

o Mendengarkan cerita.
o Mencuci dan mengeringkan tangan sendiri

o Bermain bersama teman, mengikuti aturan permainan

o Mengenakan sepatu sendiri.

o Mengenakan celana panjang, kemeja, baju

Umur 48-60 bulan

o Berdiri 1 kaki 6 detik.

o Melompat-lompat 1 kaki.

o Menari.

o Menggambar tanda silang.

o Menggambar lingkaran.

o Menggambar orang dengan 3 bagian tubuh.

o Mengancing baju atau pakaian boneka.

o Menyebut nama lengkap tanpa dibantu

o Senang menyebut kata-kata baru.

o Senang bertanya tentang sesuatu

o Menjawab pertanyaan dengan kata-kata yang benar.

o Bicaranya mudah dimengerti

o Bisa membandingkan/membedakan sesuatu dari ukuran dan bentuknya

o Menyebut angka, menghitung jari

o Menyebut nama-nama hari

o Berpakaian sendiri tanpa dibantu.

o Menggosok gigi tanpa dibantu.

o Bereaksi tenang dan tidak rewel ketika ditinggal ibu.

Umur 60-72 bulan

o Berjalan lurus.

o Berdiri dengan 1 kaki selama 11 detik.

o Menggambar dengan 6 bagian, menggambar orang lengkap

o Menangkap bola kecil dengan kedua tangan

o Menggambar segi empat.


o Mengerti arti lawan kata

o Mengerti pembicaraan yang menggunakan 7 kata atau lebih

o Menjawab pertanyaan tentang benda terbuat dari apa dan kegunaannya.

o Mengenal angka, bisa menghitung angka 5 -10

o Mengenal warna-warni

o Mengungkapkan simpati

o Mengikuti aturan permainan

o Berpakaian sendiri tanpa dibantu

7. Beberapa Gangguan Tumbuh-Kembang Yang Sering Ditemukan.

1. Gangguan bicara dan bahasa.


Kemampuan berbahasa merupakan indikator seluruh perkembangan anak. Karena
kemampuan berbahasa sensitif terhadap keterlambatan atau kerusakan pada sistem
lainnya, sebab melibatkan kemampuan kognitif, motor, psikologis, emosi dan lingkungan
sekitar anak. Kurangnya stimulasi akan dapat menyebabkan gangguan bicara dan berbahasa
bahkan gangguan ini dapat menetap.
2. Cerebral palsy.
Merupakan suatu kelainan gerakan dan postur tubuh yang tidak progresif, yang disebabkan
oleh karena suatu kerusakan/gangguan pada sel-sel motorik pada susunan saraf pusat yang
sedang tumbuh/belum selesai pertumbuhannya.
3. Sindrom Down.
Anak dengan Sindrom Down adalah individu yang dapat dikenal dari fenotipnya dan
mempunyai kecerdasan yang terbatas, yang terjadi akibat adanya jumlah kromosom 21 yang
berlebih. Perkembangannya lebih lambat dari anak yang normal. Beberapa faktor seperti
kelainan jantung kongenital, hipotonia yang berat, masalah biologis atau lingkungan lainnya
dapat menyebabkan keterlambatan perkembangan motorik dan keterampilan untuk
menolong diri sendiri.
4. Perawakan Pendek.
Short stature atau Perawakan Pendek merupakan suatu terminologi mengenai tinggi badan
yang berada di bawah persentil 3 atau -2 SD pada kurva pertumbuhan yang berlaku pada
populasi tersebut. Penyebabnya dapat karena varisasi normal, gangguan gizi, kelainan
kromosom, penyakit sistemik atau karena kelainan endokrin.
5. Gangguan Autisme.
Merupakan gangguan perkembangan pervasif pada anak yang gejalanya muncul sebelum
anak berumur 3 tahun. Pervasif berarti meliputi seluruh aspek perkembangan sehingga
gangguan tersebut sangat luas dan berat, yang mempengaruhi anak secara mendalam.
Gangguan perkembangan yang ditemukan pada autisme mencakup bidang interaksi sosial,
komunikasi dan perilaku.
6. Retardasi Mental.
Merupakan suatu kondisi yang ditandai oleh intelegensia yang rendah (IQ <>
7. Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH)
Merupakan gangguan dimana anak mengalami kesulitan untuk memusatkan perhatian yang
seringkali disertai dengan hiperaktivitas.
Sumber:
dr Kusnandi Rusmil, SpA(K), MM
Bab 2 Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini
Tumbuh Kembang Anak Ditingkat Pelayanan Kesehatan Dasar
Departemen Kesehatan RI - Tahun 2006

Diposkan oleh panjisuroso di 08:55

0 komentar:

Poskan Komentar

Link ke posting ini

Buat sebuah Link

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

Langgan: Poskan Komentar (Atom)

You might also like