You are on page 1of 8

c 



Manusia merupakan makhluk Allah SWT yang sejak kehadirannya di muka bumi
telah diberikan potensi untuk dapat menghadapi kehidupan. Sebagaimana telah diketahui
bahwasannya Adam telah diberi pengetahuan tentang segala sesuatu dari ala mini, dimana
makhluk Allah SWT yang lain tidak mampu untuk menyebutkan apalagi sampai kepada yang
lebih tinggi dari itu ( menganalisis, sintesis, evaluasi dan kreasi) Hal ini terjadi karena Allah
SWT menjadikannya Khalifah dan melengkapinya dengan akal pikiran yang dinamis,
perangkat kehidupan yaitu pendengaran, pengelihatan dan hati1.
Manusia dengan potensi yang dimilikinya mampu mengembangkan pengetahuan
dalam rangka mengatasi kebutuhan hidup dan bahkan lebih dari itu manusia mampu
mengembangkan kebudayaan, memberi makna pada kehidupan dan dia memiliki tujuan
dalam kehidupan2.Perkembangan pengetahuan manusia dapat terjadi karena manusia
memiliki bahasa yang dapat mengkomunikasikan informasi dan jalan pikiran yang
melatarbelakangi informasi tersebut.Selain itu manusia memiliki kemampuan berpikir
menurut suatu alur kerangka berpikir tertentu yang disebut penalaran.3
Dalam makalah ini akan dibahas berkenaan dengan sumber pengetahuan manusia
yaitu rasio, pengalaman, intuisi, dan wahyu.

1
QS. 22: 46
2
Jujun. Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, (Jakarta : Pustaka Sinar Harapan,2009) cet. ke-
21, hlm.40
3
ibid
£ 
 

Sebagaimana telah disebutkan bahwa sumber pengetahuan manusia terdiri dari rasio,
pengalaman, intuisi, dan wahyu. Dengan keempat inilah manusia mencari apa yang disebut
dengan kebenaran.

1. Rasio
Rasio biasa kita mengenalnya sebagai akal pikiran.Kata akal berasal dari kata Arab,
yaitu al-µaql ( ) yang dalam bentuk kata benda tidak terdapat dalam Al-Qur¶an. Al-Qur¶an
hanya menyebutnya dalam bentuk kata kerja seperti µaqaluh, ta¶qilun, na¶qil, ya¶qiluha dan
ya¶qilun yang mengandung arti faham dan mengerti seperti terdapat pada ayat 46 surat al Hajj
yang artinya: Apakah mereka tidak melakukan perjalanan dipermukaan bumi dan mereka
mempunyai qalbu untuk memahami atau telinga untuk mendengar; sesungguhnya bukanlah
mata yang buta, tetapi qalbu didalam dadalah yang buta. (QS. 22:46)
Manusia yang menjadikan rasio atau akal sebagai sumber pengetahuan disebut dengan
kaum rasionalis yang mengembangkan paham rasionalisme, yaitu paham yang menyatakan
bahwa idea tentang kebenaran itu sudah ada dan pikiran manusia dapat mengetahui idea
tersebut namun tidak menciptakannya dan tidak juga mempelajarinya lewat pengalaman
(paham idealisme),. Dengan perkataan lain, idea tentang kebenaran, yang menjadi dasar
pengetahuan, diperoleh lewat berpikir rasional, terlepas dari pengalaman manusia. Sistem
pengetahuan dibangun secara koheren di atas landasan-landasan pernyataan yang sudah
pasti4.Mereka menggunakan metode deduktif dalam menyusun pengetahuannya.
Masalah utama yang timbul dari cara berpikir rasional adalah kriteria untuk
mengetahui akan kebenaran dari suatu ide dimana menurut seseorang adalah jelas dan dapat
dipercaya namun belum tentu bagi orang lain. Jadi masalah utama yang dihadapi kaum
rasionalis adalah evaluasi dari kebenaran premis-premis yang dipakainya dalam penalaran
deduktif, Karena premis-premisnya semuanya bersumber pada penalaran rasional yang
bersifat abstrak dan terbebas dari pengalaman maka evaluasi semacam ini tak dapat
dilakukan. Oleh sebab itu maka lewat penalaran rasional akan didapatkan bermacam-macam
pengetahuan mengenai satu obyek tertentu tanpa adanya suatu consensus yang dapat diterima

4
JuJun S. Suriasumantri, Ilmu Dalam Perspektif sebuah kumpulan karangan tentang hakekat ilmu ( Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia, 1997) cet.ke-13 hlm. 10
oleh semua pihak. Dalam hal ini maka pemikiran rasional cenderung untuk bersifat solipsistic
dan subyektif.5
Para tokoh rasionalisme diantaranya adalah Plato dan Rene Descartes.Plato
menyatakan bahwa manusia tidak mempelajari apapun; dia hanya ³teringat apa yang telah dia
ketahui´.Semua prinsip-prinsip dasar dan bersifat umum telah ada dalam pikiran
manusia.Pengalaman indera paling banyak hanya dapat merangsang ingatan dan membawa
kesadaran terhadap pengetahuan yang selama itu sudah berada dalam pikiran.

2. Pengalaman / empiris
Kebalikan dari kaum rasionalis, maka kaum empiris berpendapat bahwa pengetahuan
manusia bersumber pada pengalaman yang kongkret.Gejala-gejala alamiah merupakan
sesuatu yang bersifat kongkret dan dapat dinyatakan lewat tangkapan pancaindera
manusia.Melalui gejala-gejala atau kejadian-kejadian yang berulang-ulang dan menunjukkan
pola yang teratur, memungkinkan manusia untuk melakukan generalisasi.Dengan
mempergunakan metode induktif maka dapat disusun pengetahuan yang berlaku secara
umum lewat pengamatan terhadap gejala-gejala fisik yang bersifat individual.
Kaum empiris menganggap bahwa dunia fisik adalah nyata karena merupakan gejala
yang dapat tertangkap oleh pancaindera, sedangka panca indera manusia sangat terbatas
kemampuannya dan terlebih penting lagi bahwa pancaindera manusia bias melakukan
kesalahan. Misalnya bagaimana mata kita melihat sebatang pensil yang dimasukkan ke dalam
gelas bagian yang terendam air terlihat bengkok. 6

3. Intuisi
Intuisi merupakan pengetahuan yang didapatkan tanpa melalui proses penalaran
tertentu. Seseorang yang sedang terpusat pikirannya pada sesuatu masalah tiba-tiba saja
menemukan jawaban atas permasalahan tersebut. Tanpa melalui proses berpikir yang berliku-
liku tiba-tiba saja dia sudah sampai situ. Jawaban permasalahan yang sedang dipikirkannya
muncul dibenaknya bagaikan kebenaran yang membukakan pintu.7
Bagimana hal tersebut dapat terjadi pada diri manusia? Para filosof muslim mencoba
menjawab pertanyaan tersebut diantaranya Al Kindi (796-873 M), Ibnu miskawaih (941-1030
M), dan Ibnu Sina (980-1037 M)

5
Jujun S. Suriasumantri, op.cit hlm.51
6
Ibid hlm 53
7
Ibid.
Menurut Ibnu Sina, dalam kehidupan ini terdapat tiga jiwa, yaitu jiwa tumbuh-
tumbuhan, jiwa binatang, dan jiwa manusia. Masing-masing jiwa tersebut memiliki daya-
daya.Jiwa tumbuhan memiliki tiga daya, yaitu daya makan, daya tumbuh, dan daya
membiak.Sedangkan jiwa binatang memiliki daya penggerak dan daya pencerap.Jiwa
manusia hanya memiliki satu daya yaitu akal.
Akal manusia ini terbagi menjadi dua, yaitu
1. Akal Praktis yang menerima arti-arti yang berasal dari materi melalui indera
pengingat yang ada pada jiwa binatang.
2. Akal Teoritis yang menangkap arti-arti murni, arti-arti yang tidak ada pada materi
seperti Tuhan, roh, dan malaikat.

Akal praktis memusatkan pada alam materi, sedangkan akal teoritis mencurahkan
perhatiannya pada dunia immateri dan bersifat metafisis. Akal toeritis ini pun terbagi lagi
menjadi empat, yaitu
1. Akal materil
2. Akal bakat
3. Akal aktuil
4. Akal perolehan / akal mustafad
Akal dalam derajat yang terakhir inilah yang merupakan akal tertinggi dan terkuat
dayanya yang dimiliki para filosof atau orang-orang tertentu.Akal ini mampu terhubung dan
dapat menangkap cahaya yang dipancarkan Tuhan ke alam materi melalui Akal yang sepuluh
seperti tersebut dalam falsafat emanasi Al Farabi.8
Demikianlalah menurut pendapat para filosof tentang akal mustafad / akal perolehan.
Kaum sufi mengenalnya dengan istilah qalb, dzauq. Bergson menyebutnya intuisi dan Kant
menyebutnya dengan moral atau akal praktis. Pengetahuan yang demikian menurut Ahmad
Tafsir disebut sebagai pengetahuan mistik ( mystical knowledge ) dengan paradigma mistik (
mystical paradigm),yang didapat melalui metode latihan (riyadhah).dan metode yakin (
percaya )9
Keingintahuan manusia tentang sesuatu yang berada dibalik materi, tentang siapakah
yang berada dibalik keteraturan materi, yang menciptakan hukum-hukumnya bukanlah objek
empiris dan bukan pula dapat dijangkau akal rasional dan objek ini dikenal dengan objek

8
Harun Nasution, op.cit hlm 11
9
Ahmad Tafsir,Filsafat Ilmu mengurai ontology, Epistemologi dan aksiologi pengetahuan (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2010) cet. ke-15, hlm10
abstrak-supra-rasional atau meta²rasional yang dapat dikenali melalui rasa, bukan
pancaindera dan atau akal rasional.[10]10

4. Wahyu
Wahyu berasal dari kata Arab al-wahy ( ) dan al-wahy adalah kata asli Arab dan
bukan kata pinjaman dari bahasa asing. Kata itu berarti suara, api dan kecepatan. Disamping
itu ia juga mengandung arti bisikan, isyarat, tulisan dan kitab. Al-Wahy selanjutnya
mengandung pengertian pemberitahuan secara tersembunyi dan dengan cepat.
Yang dimaksud dengan wahyu sebagai sumber pengetahuan adalah wahyu yang
diturunkan kepada orang pilihan-Nya agar diteruskan kepada umat manusia agar dijadikan
pegangan hidup berisi ajaran, petunjuk dan pedoman yang diperlukan bagi umat manusia di
dunia dan akhirat.Dalam Islam wahyu yang disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW
terkumpul dalam Al-Qur¶an.11
Seperti tergambar dalam konsep wahyu tersebut di atas, pewahyuan mengandung
pengertian adanya komunikasi antara Tuhan yang bersifat immateri dengan manusia yang
bersifat materi.Menurut Ibnu Sina manusia yang telah memiliki akal musstafad dapat
melakukan hubungan dengan Akal Kesepuluh yang dijelaskannya sebagai Jibril.Filosof
memiliki akal perolehan yang lebih rendah dari para nabi sehingga filosof tidak bisa menjadi
nabi. Menurut kaum sufi, komunikasi dengan Tuhan dapat dilakukan melalui daya rasa
manusia yang berpusat dihati sanubari. Kalau filosof mendapatkan akal perolehan dengan
mempertajam daya pikir atau akalnya, sedangkan kaum sufi dengan memusatkan perhatian
pada hal-hal yang bersifat murni abstrak, mereka mempertajam daya rasa atau kalbunya
dengan menjauhi hidup kematerian dan memusatkan perhatian pada usaha pensucian jiwa.12
Dimanakah letak perbedaan antara penerimaan wahyu oleh Nabi Muhammad SAW
dengan penerimaan ilham oleh sufi dan filosof. Pada sufi dan filosof terdapat terlebih dahulu
dalam diri mereka ide dan barulah kemudian ide itu diungkapkandalam kata-kata. Sebaliknya
pada Nabi tidak ada ide sebelumnya.Nabi mendengar suara yang jelas tanpa ad aide yang
mendahului ataupun bersamaan datangnya dengan kata yang diucapkan.Kita ketahui
bahwasannya Nabi Muhammad SAW sendiri terperanjat pada awalnya ketika menerima atau
menangkap kata-kata yang didengarnya dan beliau merasa dirinya dipaksa untuk
mengucapkan kata-kata yang diwahyukan itu.

10
ibid
11
Harun Nasution
12
Harun Nasution ibid hlm 18
Wahyu yang datang dari Tuhan, Yang Maha Kuasa dan Maha Mengetahui kepada
para utusan / nabi, memiliki nilai kebenaran yang absolut.Semua ayat yang terdapat dalam Al
Qur¶an memang absolut benar dating dari Allah SWT.Yang diistilahkan dengan qath¶i al
wurud.Namun demikian tidak semua ayat mengandung arti yang jelas (qath¶i al dalalah) dan
banyak diantaranya mengandung arti tidak jelas (zanniy al dalalah).yang menimbulkan
interpretasi berbeda dikalangan umat.
Wahyu dalam hal ini adalah Al Qur¶an merupakan sumber pengetahuan bagi manusia,
yang memberikan petunjuk tentang sesuatu yang berguna bagi kehidupan manusia.


























´   
 

Dari pembahasan mengenai sumber pengetahuan manusia, dapat disimpulkan hal-hal


sebagai berikut:
1. Manusia dalam memperoleh pengetahuan dalam perkembangannya melalui sumber-
sumber pengetahuan, yaitu rasio, pengalaman, intuisi, dan wahyu.
2. Terdapat paham-paham yang berkaitan dengan bagaimana manusia memperoleh
pengetahuan atau kebenaran, seperti Rasionalisme, Empirisme dua paham yang saling
bertentangan / bertolak belakang. Rasionalisme mengandalkan rasio dalam
memperoleh pengetahuan yang benar, sedangkan empirisme menggunakan
pengalaman.
3. Dalam perkembangan selanjutnya muncul paham positivisme, yaitu paham yang
mengajarkan bahwa kebenaran adalah yang logis, ada bukti empirisnya dan yang
terukur. Secara lebih operasional ajaran positivisme tentang yang terukur oleh metode
ilmiah dengan langkah logico-hypothetico-verificatif.
4. Intuisi bersifat personal dan tidak bisa diramalkan yang karenanya tidak bisa
diandalkan guna dijadikan dasar bagi penyusunan pengetahuan yang teratur.
Pengetahuan intuitif dapat dipergunakan sebagai hipotesis bagi analisis selanjutnya
dalam menentukan benar tidaknya pernyataan yang dikemukakannya.
5. Wahyu sebagai sumber pengetahuan datang dari Allah SWT. melalui Jibril kepada
para utusan / nabi. Kandungan pengetahuan yang terdapat didalamnya bersifat
absolute. Wahyu sebagai pengetahuan yang datang bukan saja mengenai hal yang
terjangkau pengalaman, namun juga mencakup masalah yang bersifat transcendental.
6. Filosof muslim menjelaskan tentang pewahyuan tersebut dapat terjadi pada diri
manusia, seperti yang dijelaskan oleh Ibnu Sina.
7. Islam sebagai agama yang bersumberkan wahyu Allah SWT. yang terangkum dalam
Kitab Suci Al-Qur¶an memberikan pandangan pentingnya menuntut ilmu yang benar
dan memberikan petunjuk dan dorongan untuk memperolehnya dengan
mempergunakan potensi dirinya.
ïccc c

1. Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, Semarang: Toha Putra 1989

2. Ahmad Tafsir, Filsafat Ilmu mengurai Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi

Pengetahuan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010\

3. Harun Nasution, Akal Dan Wahyu Dalam Islam, Jakarta: UI Press 1986

4. Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Jakarta: Pustaka

Sinar Harapan, 2009

5. Jujun S. Suriasumantri, Ilmu Dalam Persfektif, Sebuah Kumpulan Karangan

You might also like