You are on page 1of 6

Fisiologi Laktasi

Diposkan oleh Alfarisi from BLitar / 06.16 /

I. Pengertian 
Laktasi adalah Proses produksi, sekresi, dan pengeluaran ASI dinamakan laktasi.
Pengaruh Hormonal
Mulai dari bulan ketiga kehamilan, tubuh wanita memproduksi hormon yang menstimulasi munculnya ASI dalam
sistem payudara:
Progesteron: mempengaruhi pertumbuhan dan ukuran alveoli. Tingkat progesteron dan estrogen menurun sesaat
setelah melahirkan. Hal ini menstimulasi produksi secara besar-besaran[9]
Estrogen: menstimulasi sistem saluran ASI untuk membesar. Tingkat estrogen menurun saat melahirkan dan tetap
rendah untuk beberapa bulan selama tetap menyusui[9]. Karena itu, sebaiknya ibu menyusui menghindari KB
hormonal berbasis hormon estrogen, karena dapat mengurangi jumlah produksi ASI.
Follicle stimulating hormone (FSH)
Luteinizing hormone (LH)
Prolaktin: berperan dalam membesarnya alveoil dalam kehamilan.
Oksitosin: mengencangkan otot halus dalam rahim pada saat melahirkan dan setelahnya, seperti halnya juga dalam
orgasme. Setelah melahirkan, oksitosin juga mengencangkan otot halus di sekitar alveoli untuk memeras ASI
menuju saluran susu. Oksitosin berperan dalam proses turunnya susu let-down / milk ejection reflex.
Human placental lactogen (HPL): Sejak bulan kedua kehamilan, plasenta mengeluarkan banyak HPL, yang berperan
dalam pertumbuhan payudara, puting, dan areola sebelum melahirkan.
Pada bulan kelima dan keenam kehamilan, payudara siap memproduksi ASI. Namun, ASI bisa juga diproduksi tanpa
kehamilan (induced lactation).

Laktogenesis I
Pada fase terakhir kehamilan, payudara wanita memasuki fase Laktogenesis I. Saat itu payudara memproduksi
kolostrum, yaitu berupa cairan kental yang kekuningan. Pada saat itu, tingkat progesteron yang tinggi mencegah
produksi ASI sebenarnya. Tetapi bukan merupakan masalah medis apabila ibu hamil mengeluarkan (bocor)
kolostrum sebelum lahirnya bayi, dan hal ini juga bukan indikasi sedikit atau banyaknya produksi ASI sebenarnya
nanti.
Laktogenesis II
Saat melahirkan, keluarnya plasenta menyebabkan turunnya tingkat hormon progesteron, estrogen, dan HPL secara
tiba-tiba, namun hormon prolaktin tetap tinggi. Hal ini menyebabkan produksi ASI besar-besaran yang dikenal
dengan fase Laktogenesis II.
Apabila payudara dirangsang, level prolaktin dalam darah meningkat, memuncak dalam periode 45 menit, dan
kemudian kembali ke level sebelum rangsangan tiga jam kemudian. Keluarnya hormon prolaktin menstimulasi sel
di dalam alveoli untuk memproduksi ASI, dan hormon ini juga keluar dalam ASI itu sendiri. Penelitian
mengindikasikan bahwa level prolaktin dalam susu lebih tinggi apabila produksi ASI lebih banyak, yaitu sekitar
pukul 2 pagi hingga 6 pagi, namun level prolaktin rendah saat payudara terasa penuh.
Hormon lainnya, seperti insulin, tiroksin, dan kortisol, juga terdapat dalam proses ini, namun peran hormon
tersebut belum diketahui. Penanda biokimiawi mengindikasikan bahwa proses laktogenesis II dimulai sekitar 30-40
jam setelah melahirkan, tetapi biasanya para ibu baru merasakan payudara penuh sekitar 50-73 jam (2-3 hari)
setelah melahirkan. Artinya, memang produksi ASI sebenarnya tidak langsung setelah melahirkan.
Kolostrum dikonsumsi bayi sebelum ASI sebenarnya. Kolostrum mengandung sel darah putih dan antibodi yang
tinggi daripada ASI sebenarnya, khususnya tinggi dalam level immunoglobulin A (IgA), yang membantu melapisi
usus bayi yang masih rentan dan mencegah kuman memasuki bayi. IgA ini juga mencegah alergi makanan . Dalam
dua minggu pertama setelah melahirkan, kolostrum pelan pelan hilang dan tergantikan oleh ASI sebenarnya.
Laktogeneses III
Sistem kontrol hormon endokrin mengatur produksi ASI selama kehamilan dan beberapa hari pertama setelah
melahirkan. Ketika produksi ASI mulai stabil, sistem kontrol autokrin dimulai. Fase ini dinamakan Laktogenesis III.
Pada tahap ini, apabila ASI banyak dikeluarkan, payudara akan memproduksi ASI dengan banyak pula. Penelitian
berkesimpulan bahwa apabila payudara dikosongkan secara menyeluruh juga akan meningkatkan taraf produksi
ASI. Dengan demikian, produksi ASI sangat dipengaruhi seberapa sering dan seberapa baik bayi menghisap, dan
juga seberapa sering payudara dikosongkan.
Produksi ASI yang rendah adalah akibat dari:
Kurang sering menyusui atau memerah payudara
Apabila bayi tidak bisa menghisap ASI secara efektif, antara lain akibat: 
Struktur mulut dan rahang yang kurang baik
Teknik perlekatan yang salah
Kelainan endokrin ibu (jarang terjadi)
Jaringan payudara hipoplastik
Kelainan metabolisme atau pencernaan bayi, sehingga tidak dapat mencerna ASI
Kurangnya gizi ibu
Menyusui setiap dua-tiga jam akan menjaga produksi ASI tetap tinggi. Untuk wanita pada umumnya, menyusui atau
memerah ASI delapan kali dalam 24 jam akan menjaga produksi ASI tetap tinggi pada masa-masa awal menyusui,
khususnya empat bulan pertama. Bukanlah hal yang aneh apabila bayi yang baru lahir menyusui lebih sering dari
itu, karena rata-ratanya adalah 10-12 kali menyusui tiap 24 jam, atau bahkan 18 kali. Menyusui on-demand adalah
menyusui kapanpun bayi meminta (artinya akan lebih banyak dari rata-rata) adalah cara terbaik untuk menjaga
produksi ASI tetap tinggi dan bayi tetap kenyang . Tetapi perlu diingat, bahwa sebaiknya menyusui dengan durasi
yang cukup lama setiap kalinya dan tidak terlalu sebentar, sehingga bayi menerima asupan foremilk dan hindmilk
secara seimbang .
Refleks turunnya susu
Keluarnya hormon oksitosin menstimulasi turunnya susu (milk ejection / let-down reflex). Oksitosin menstimulasi
otot di sekitar payudara untuk memeras ASI keluar. Para ibu mendeskripsikan sensasi turunnya susu dengan
berbeda-beda, beberapa merasakan geli di payudara dan ada juga yang merasakan sakit sedikit, tetapi ada juga
yang tidak merasakan apa-apa. Refleks turunnya susu tidak selalu konsisten khususnya pada masa-masa awal.
Tetapi refleks ini bisa juga distimulasi dengan hanya memikirkan tentang bayi, atau mendengar suara bayi,
sehingga terjadi kebocoran. Sering pula terjadi, payudara yang tidak menyusui bayi mengeluarkan ASI pada saat
bayi menghisap payudara yang satunya lagi. Lama kelamaan, biasanya setelah dua minggu, refleks turunnya susu
menjadi lebih stabil.
Refleks turunnya susu ini penting dalam menjaga kestabilan produksi ASI, tetapi dapat terhalangi apabila ibu
mengalami stres. Oleh karena itu sebaiknya ibu tidak mengalami stres.
Refleks turunnya susu yang kurang baik adalah akibat dari puting lecet, terpisah dari bayi, pembedahan payudara
sebelum melahirkan, atau kerusakan jaringan payudara. Apabila ibu mengalami kesulitan menyusui akibat
kurangnya refleks ini, dapat dibantu dengan pemijatan payudara, penghangatan payudara dengan mandi air
hangat, atau menyusui dalam situasi yang tenang.
II. Pembahasan
Kelenjar susu sapi betina mulai berkembang pada waktu kehidupan fetal. Puting-puting susunya terlihat pada
waktu dilahirkan. Bila hewan betina tumbuh, susunya membesar sebanding dengan besarnya tubuh. Sebelum
hewan mencapai dewasa kelamin, maka hanya terjadi sedikit pertumbuhan jaringan kelenjar. Bila sapi betina
mencapai dewasa kelamin, maka estrogen (dihasilkan oleh folikel dalam ovarium) merangsang perkembangan
sistema duktus yang besar. Pada setiap siklus estrus yang berulang, jaringan kelenjar susu dirangsang untuk
berkembang lebih cepat. Setelah sapi dara mengalami beberapa kali siklus estrus, maka duktrusnya
memperlihatkan banyak cabang dalam susu. Penelitian terdahulu menganggap bahwa tidak ada pertumbuhan
sistema lobul-alveolar sebelum hewan bunting. Akan tetapi penelitian-penelitian terbaru mempelihatkan ada
perkembangan sistema lobul-alveolar pada hewan betina yang tidak bunting karena sapi dara dapat dirangsang
untuk menghasilkan susu dengan menggunakan estradiol benzoat (0,66 mg per 100 kg berat badan tiap hari selama
14 hari). Bila ovulasi terjadi, maka folikel berkembang menjadi korpus luteum dan memproduksi progesteron, yang
menyebabkan perkembangan sistema lobul-alveolar.
Kelenjar pituitaria mengeluarkan hormon gonadotropin yang bekerja terhadap ovarium untuk merangsang siklus
estrus. Pertama-tama follicel stimulating hormone (FSH) menyebabkan folikel ovarium berkembang. Pada saat
tersebut, estrogen dikeluarkan, hormon ini bekerja terhadap sistem duktus dari kelenjar susu. Sebagai tambahan,
telur atau ovum menjadi dewasa. Kemudian luteinizing hormone (LH) dikeluarkan dari pituitaria untuk
menimbulkan ovulasi (melepas ovum) dan pembentukan korpus luteum. Bila hewan bunting, maka hormon ketiga,
yang disebut luteotropic hormon dikeluarkan oleh pituitaria anterior yang memelihara aktivitas korpus luteum dan
sekresi progesteron selama pertengahan pertama kebuntingan. Progesteron mempersiapkan uterus untuk
menerima telur yang sudah dibuahi dan memelihara embrio dan fetus yang sedang tumbuh di dalam uterus. Pada
beberapa spesies, plasenta mengeluarkan luteotropin selama pertengahan kedua dari kebuntingan. Pada spesies
lainnya plasenta mengeluarkan estrogen dan progesteron, karenanya spesies tersebut tidak memerlukan hormon
luteotropik selama kebuntingan. Pada sapi yang bunting, hormon estrogen dan progesteron yang dikeluarkan
plasenta merangsang pertumbuhan sistem lobul-alveolar kelenjar susu.
Susu tanpa keibuan
Dengan menggunakan hormon estrogen dan progesteron, kelenjar susu hewan betina dara dapat ditumbuhkan dan
dikembangkan sedemikian rupa sehingga dapat dibuat berlaktasi. Oleh karena itu dimungkinkan secara buatan,
merangsang pertumbuhan kelenjar susu dan menyuruh kelenjar tersebut mengeluarkan susu. Dengan merangsang
laktasi pada sapi-sapi dara dan sapi-sapi betina yang mandul, para peternak dapat memperoleh produksi yang
tinggi dari hewan-hewan yang tadinya disediakan untuk dipotong.
Pengaturan hormon laktasi
Fisiologi kelenjar susu erat hubungannya dengan mekanisme hormonal dan neuro hormonal. Kelenjar susu
merupakan sifat kelamin sekunder perkembangannya, permulaannya, dan pemeliharaannya, aktivitasnya, dan
akhirnya involusinya, tergantung daripada keseimbangan hormonal. Sejumlah hormon mempengaruhi intensitas
laktasi. Hormon merupakan perangsang laktasi satu-satunya. Laju sekresi hormon yang mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan kelenjar susu dan laktasi adalah lebih tinggi sapi perah daripada sapi daging.
Mekanisme fisiologi yang mengawasi berbagai kelenjar tersebut belum diketahui secara lengkap, akan tetapi telah
diakui bahwa aktivitas ovarium, uterus dan kelenjar sususatu dengan yang lainnya ada hubungannya. Telah diakui
bahwa rangsangan esensial bagi pertumbuhan dan berfungsinya kelenjar susu adalah hormonal dan bukan oleh
kelenjar urat syaraf dan bukti menunjukkan bahwa sekurang-kurangnya ada tiga hormon yang terlibat di dalamnya.
Setiap hormon mempunyai fungsi yang esensial dan ketiga-tiganya bekerja dalam urutan tertentu. Estradiol, suatu
hormon dari folikel Graff, mula-mula menyebabkan perkembangan duktus. Kemudian progesteron dari korpus
luteum bertanggung jawab atas pertumbuhan alveoli. Akhirnya laktogen (prolaktin) dari kelenjar pituitaria
menimbulkan aktivitas sekresi.
Prolaktin
Prolaktin adalah proteohormon yang dihasilkan oleh kelenjar pituitaria anterior. Kelenjar tersebut merangsang
permulaan laktasi (laktogenesis) pada kelenjar susu dan proliferasi epitelium yang melapisi kelenjar tembolok pada
burung merpati betina dan jantan. Hormon tersebut mempertinggi produksi zat yang menyerupai keju; terdiri dari
sel-sel epitel yang telah hancur. Zat tersebut dikenal dengan nama susu tembolok; digunakan untuk menyusui
anak-anak merpati. Prolaktin disebut juga laktogen, luteotrpin, galaktin, dan mammotropin. Hormon tersebut
menimbulkan sifat mengeram pada induk ayam, merangsang naluri induk pada tikus dara dan esensial dalam
pemeliharaan laktasi (galactopoiesis). Di dalam sel-sel epitel terdapat enzim-enzim yang esensial yang menggertak
sel-sel dalam mengubah susunan darah menjadi susu. Fungsi prolaktin ialah merangsang aktivitas enzim dan enzim
tersebut selanjutnya menggertak sekresi susu. Sel kelenjar susu tidak berdaya menghasilkan susu bila tidak ada
prolaktin. Pada masa kebuntingan yang lanjut terjadi kenaikan bertahap dalam sekresi prolaktin yang dirangsang
oleh estrogen. Pelepasan eksitosin pada tiap-tiap pemerahan susu diduga merangsang sekresi prolaktin. Prolaktin
secepatnya dilepaskan ke dalam darah mengikuti rangsangan pemerahan. Hormon tersebut masuk lewat darah ke
dalam kelenjar susu, merangsang sel-sel epitel untuk mengeluarkan susu di antara waktu pemerahan. Lebih banyak
prolaktin akan dikeluarkan dan berkumpul dalam pituitaria anterior di antara waktu pemerahan, akan tetapi
hormon tersebut tidak akan dilepaskan ke dalam peredaran darah sampai waktu pemerahan berikutnya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi laktasi
Berbagai faktor yang mempengaruhi intensitas laktasi. Beberapa di antaranya :
1. Kebakaan
Kesanggupan untuk menghasilkan susu tergantung dari kondisi genetik hewan.
2. Jaringan sekresi
Faktor dasar yang membatasi laktasi adalah jumlah jaringan kelenjar. Kelenjar susu yang kecil tidak
menguntungkan dalam laktasi, karena ketidaksanggupannya untuk menghasilkan cukup banyak susu dan maupun
menyimpannya.
3. Keadaan dan Persistensi laktasi
Beberapa sapi sangat persisten dan laju penurunan sekresi susunya lambat ( 2 sampai 4 persen dari produksi
bulanan sebelumnya). Produksi sapi lain turun cepat sekali (6 sampai 8 persen dari produksi bulanan sebelumnya).
Sehingga sapi-sapi tersebut memperlihatkan persistensi yang tidak baik. Penurunan persentase rata-rata produksi
susu setiap bulannya digunakan untuk menyatakan persistensa laktasi. Sapi dengan persistensi tinggi menghasilkan
lebih banyak susu daripada sapi yang persistensinya rendah, bila produksi maksimum susunya sama. Sapi-sapi yang
diperah cepat, biasanya lebih persisten
4. Penyakit
Merupakan salah satu dari berbagai macam penyakit dalam mengurangi jumlah susu yang diproduksi. Penyakit
dapat mempengaruhi denyut jantung dan dengan demikian mempengaruhi peredaran darah melalui kelenjar susu.
5. Makanan
Laju sintesis dan difusi berbagai komposisi susu tergantung pada konsentrasi precursor susu dalam darah.
Penyediaan zat makanan yang tidak cukup akan membatasi sekresi susu pada sapi perah.
6. Faktor-faktor lain
Seperti frekuensi memerah, kebuntingan, umur, besar tubuh, estrus, masa kering, kondisi tubuh pada waktu
hewan beranak, stess, dan suhu sekeliling, semuanya mempunyai pengaruh terhadap intensitas laktasi.

Komposisi kimiawi susu dari berbagai jenis spesies dipaparkan dalam tabel. Perlu kiranya ditekankan, bahwa
gambaran untuk hewan per individu dapat bervariasi secara luas dan nilai rata-rata tersebut. Hal tersebut dapat
dilihat pada sapi dari berbagai bangsa dan bagi individu di dalam bangsa itu sendiri. Susu babi dan susu domba
mengandung lebih banyak bahan kering dari pada susu spesies hewan ternak lainnya. Dan bahwa hal tersebut
terlihat dalam nilai energi dan kadar abu yang tinggi. Suatu hal yang menarik ialah bahwa perbedaan komposisi
untuk semua spesies terdapat pada kadar laktosanya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi komposisi susu
Variasi dalam komposisi susu dapat berasal dari berbagai sebab. Bangsa. Seperti terlihat dalam tabel, komposisi
susu bervariasi di antara bangsa hewan, variasi di dalam bangsa dalam komposisi susu sebanding dengan persen
komposisi susu tertentu dari suatu bangsa tertentu. Oleh karena itu, sapi Jersey, karena kadar lemaknya yang
tinggi, mempunyai variasi yang besar dalam persen lemak daripada sapi Holstein.
1. Faktor-faktor kebakaan
Susu dari beberapa famili sapi mengandung jumlah komposisi susu tertentu yang lebih besar daripada yang lainnya.
Karena komposisi protein, lemak, dan solid not fat (SNF) sangat mengikuti kebakaan (kurang dari 0,50), maka
diharapkan adanya kemajuan genetik yang cepat dalam perkawinan selektif untuk komposisi susu tersebut. Suatu
korelasi genetik negatif diberikan untuk pon protein, lemak, dan SNF yang berarti bahwa bila jumlah pon susu naik
per laktasi, maka persentasenya dalam susu turun, akan tetapi jumlah pon komponen susu tersebut naik. Korelasi
genetik yang tinggi biasanya terdapat antara jumlah produksi susu dan jumlah setiap komponen tertentu. Jadi
jelas bahwa komposisi susu dapat diubah dengan cara seleksi.
2. Keadaan laktasi
Susu kolostrum terutama tinggi SNFnya karena kadar proteinnya tinggi. Setelah produksi susu mencapai puncaknya,
maka kadar protein dan SNF-nya relatif tetap stabil. Pada laktasi yang lebih lanjut terjadilah kenaikan kadar SNF
dan protein. Hal ini ada hubungannya dengan kebuntingan karena sapi yang tidak bunting tidak memperlihatkan
komponen susu tersebut pada keadaan laktasi lanjut. Kebuntingan tidak mempunyai pengaruh yang jelas terhadap
lemak susu.

3. Makanan
Sampai saat ini belum ada makanan , pelengkap makanan, atau cara memberi makanan yang dapat mengubah
komposisi susu. Perubahan yang sering terdapat dalam komposisi susu tersebut yang berasal dari makanan bersifat
sementara dan terbatas sifatnya. Minyak nabati diketahui dapat menyebabkan kenaikan lemak susu secara
sementara. Sebaliknya minyak ikan akan menekan kadar lemak dari 0,5 menjadi 1,0 persen selama sapi-sapi
tersebut diberi makan. Pemberian makanan yang tidak cukup dan sedikit menurut kadar protein dan SNF, tetapi
terutama menurunkan produksi susu. Pemberian protein yang banyak dapat menaikkan kadar protein. Pemberian
butir-butiran yang tinggi bila dibarengi dengan pemberian hijauan kering dalam jumlah rendah, sering kali
menghasilkan susu yang berkurang kadar lemaknya pada sebagian besar sapi. Hal ini disebabkan karena ransum
tersebut menyebabkan produksi asetat dalam rumen sapi berkurang. Ransum yang berbentuk pellet atau hijauan
gilingan kering, akan mengurangi pula kadar lemak susu. SNF dan protein tidak dipengaruhi secara nyata.
Salah satu keistimewaan sapi adalah bahwa susunya hampir sama saja dari hari ke hari walaupun makanan yang
diterimanya baik atau buruk. Dalam hal ini yang berubah adalah kuantitas susunya, bukan kualitasnya.
4. Faktor lain
Faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi komposisi susu, di antaranya adalah umur sapi, penyakit,
kebuntingan, suhu sekeliling, dan obat-obatan
Kolostrum
Hasil permulaan dari kelenjar susu setelah hewan beranak adalah kolostrum. Kolostrum tersebut mempunyai kadar
protein, abu dan total solids yang lebih tinggi daripada susu dan mempunyai kadar laktosa yang lebih rendah. Per
unit total solids, kolostrum kurang lebih mempunyai protein dua kali lipat lebih banyak, jumlah lemak da abu yang
sama, tetapi hanya sepertiga dari jumlah laktosa. Protein yang merupakan lebih kurang 15 persen dari produksi
terdiri terutama dari globulin dan albimin. Pada susu normal kadar tersebut sangat rendah. Laktoglobulin tersebut
memberikan zat-zat kekebalan yang diperoleh dari darah yang kemudian ditelan oleh anak yang baru lahir. Jadi
zat tersebut memainkan peranan penting terhadap pertahanan terhadap penyakit bagi kehidupan si anak. Hal ini
terutama penting bagi hewan ruminansia karena hewan tersebut tidak terjadi perpindahan zat-zat anti secara
plasenta. Jalanya pemindahan zat-zat tersebut bervariasi di antara spesies.
Anak sapi atau anak domba yang baru lahir harus mendapat zat-zat anti lewat kolostrum untuk memperoleh
ketahanan terhadap penyakit. Bila si induk mati pada saat melahirkan maka anak sapi perlu mendapat kolostrum
yang telah dibekukan untuk keperluan tersebut. Karena anak sapi dapat menyerap zat-zat anti yang disediakan
oleh hewan lainnya, seperti domba dan kuda, maka kolostrum yang berasal dari sumber-sumber tersebut dapat
pula diberikan. Akan tetapi beberapa penyakit bersifat spesies specific, sehingga kolostrum dari spesies lainnya
kemungkinan tak dapat memberikan perlindungan yang diharapkan.
Hasil penelitian terakhir memungkinkan sapi untuk dapat disuntik secara intramuskular atau diinfus secara
intramamar dengan suatu antigen untuk memperoleh zat anti tertentu. Susu atau darah dari sapi tersebut dapat
diberikan pada hewan-hewan percobaan untuk memperoleh perlindungan terhadap penyakit yang zat antinya telah
disiapkan.
Kolostrum mempunyai nilai gizi yang sangat penting bagi anak yang baru dilahirkan karena kolostrum kaya akan
zat-zat vitamin dan zat besi dibandingkan susu biasa.
Setelah sapi dikeringkan untuk persiapan kelahiran berikutnya maka kelenjar susunya tetap mengeluarkan cairan
yang sama seperti kolostrum dan terutama yang kaya akan globulin. Selama dua Minggu terakhir terdapat kenaikan
yang hebat dalam globulin-globulin tersebut. Secara imunologi globulin tersebut sama dengan globulin yang berasal
dari darah yang diduga bahwa zat tersebut berasal langsung dari darah daripada berasal darihasil sintesis kelenjar
susu.
Pigmen
Susu mengandung pigmen yang larut dalam lemak dan pigmen yang larut dalam air. Dari pigmen yang larut dalam
lemak, maka karotenlah merupakan pigmen utama dalam susu sapi. Sedangkan klorofil mengalami kehancuran
dalam tractus digestivus dan hal tersebut berlaku pula untuk xantofil sehingga hanya sedikit saja yang sampai
dalam susu. Terdapatnya karoten dalam susu terbatas terutama pada spesies sapi. Susu domba, kambing, babi dan
unta hanya sedikit sekali mengandung karoten atau sama sekali tidak ada, sedangkan susu manusia hampir tidak
berwarna. Penyebab perbedaan pada bangsa dan spesies tersebut tidaklah diketahui akan tetapi bila dalam plasma
darah tidak ada pigmen, maka susunya juga bebas pigmen. Pigmen utama yang larut dalam air adalah riboflavin.
Peranan zat-zat vitamin dalam laktasi
Zat-zat vitamin penting dalam laktasi. Zat-zat tersebut merupakan zat makanan esensial untuk proses-proses faali
dan merupakan komponen dari sekresi itu sendiri.
1. Nilai vitamin dari susu
Sapi memperoleh vitamin A dalam ransumnya dalam bentuk karoten. Sebagian dari karoten Yang ditelan
dikeluarkan dalam susu sebagai karoten dan sebagian lagi diubah menjadi vitamin A. Semakin kuning arna susu dan
mentega maka semakin tinggi jumlah karoten yang terdapat di dalamnya. Akan tetapi hal tersebut bukanlah
merupakan ukuran yang teat bagi nilai vitamin karena hal tersebut tidak memberikan keterangan mengenai jumlah
vitamin A yang terdapat di dalamnya. Susu sapi Jersey dan Guernsey lebih berwarna daripada susu sapi Holstein
karena sapi Jersey dan Guernsey mengubah sebagian kecil karoten yang dimakannya menjadi vitamin A. Perbedaan
dalam derajat konversi karoten terpantul pula dalam jumlah pigmen yang lebih besar dalam jaringan lemak dan
sekresi kulit. Luasnya konversi bervariasi di antara individu maupun di antara bangsa. Spesies yang menghasilkan
susu tidak berwarna melaksanakan konversi yang sempurna, jadi nilai vitamin dari lemaknya dapat sangat tinggi
meskipun tidak terdapat warna.
2. Kebutuhan Vitamin A
Hewan yang sedang menyusui anaknya perlu mendapat cukup vitamin A dalam ransumnya. Pada babi, yang ana-
anaknya membutuhkan susu induk dalam waktu yang lebih lama, maka pemberian ransum yang sempurna kepada
induk babi merupakan suatu hal yang penting.
Pada umumnya bila sapi dilepas pada padang rumput yang baik, susu memounyai nilai vitamin A yang maksimum.
Selama sapi ada di dalam kandang, nilai vitamin A susu berkurang, akan tetapi hal tersebut dapat dipertinggi bila
si sapi diberikan jerami dan rumput kering yang baik.
3. Vitamin D
Susu sapi yang diberi ransum sempurna mengandung cukup vitamin D. Kadar vitamin D dalam susu normal berkisar
antara 3 sampai 56 International units per liter. Susu skim dan hasil ikutan lainnya yang hanya sedikit mengandung
lemak dan mempunyai kadar vitamin D sedikit sekali.
Kadar vitamin D lemak mentega dalam susu dari berbagai bangsa sapi tidak banyak berbeda. Karena susu sapi
Guernsey dan Jersey kaya akan lemak maka susunya mempunyai kadar vitamin D sedikit lebih banyak dari pada
susu dengan kadar lemak rendah. Apabila sapi diberi ransum yang kadar vitamin D nya rendah dan sapi ersebut
tidak menda[at sinar matahari, maka susunya akan mengandung kadar vitamin D yang lebih rendah daripada
normal.
Cara mempertinggi kadar vitamin D dalam susu adalah dengan menambah konsentrat vitamin D. Cara lain ialah
dengan memberi sinar ultraviolet pada susu atau dengan memberikan ragi yang telah disinari pada sapinya.
Vitamin D susu dapat pula diperoleh dengan penambahan konsentrat minyak hati ikan, ergosterol yang dibuat aktif
atau 7-dehidrokolesterol dalam ransumnya.
4. Vitamin E
Susu sapi biasanya mengandung 20 sampai 35 mg vitamin E per gram lemak. Kadar tersebut dapat dipertinggi
dengan memberikan tokoferol ke dalam ransumnya.
Vitamin E tersebar luas dalam bahan pakan ternak. Banyak terdapat pada hijau-hijauan dan rumput kering yang
baik.
5. Vitamin B
Kadar vitamin B dalam susu sedikit dipengaruhi oleh makanan, akan tetapi sebagian tergantung pula pada bangsa,
keadaan laktasi dan musim.
Kadar vitamin B kompleks dalam susu hewan non ruminansia secara nyata dipengaruhi oleh jumlah vitamin
tersebut dalam ransumnya. Vitamin B kompleks disintesisi pada fermentasi bakteri dalam rumen hewan
ruminansia. Oleh karena itu hewan ruminansia tidak membutuhkan vitamin tersebut dalam ransumnya dan
kadarnya dalam susu terutama tidak tergantung pada jumlah vitamin dalam ransum
Hijau-hijauan merupakan sumber vitamin B kompleks yang baik, kecuali B12.
6. Asam askorbat
Pada hewan yang membutuhkan vitamin C di dalam ransum, maka kadar vitamin C dalam susunya tergantung pada
persediaan vitamin C yang terdapat di dalam ransumnya. Kadar vitamin C dalam susu sapi dipengaruhi oleh misim
dan bangsa sapi dan tidak dipengaruhi oleh ransum. Susu yang baru diperah mengandung 2,0 sampai 2,5 mg per
100 ml, sedangkan susu yang dipasarkan mengandung 0,58 mg per 100ml. Jadi lebih kurang tiga perempatnya
hilang dalam pasteurisasi dan proses-proses pemanasan lainnya. Asam askorbat dibandingkan dengan riboflavin
lebih mudah rusak oleh cahaya.
Kebutuhan zat-zat mineral
Zat-zat mineral, kecuali garam dapur, yang perlu mendapat perhatian dalam ransum 3. untuk mempertinggi
sekresi susu adalah kasium dan fosfor. Zat mineral lainnya yang terdapat dalam susu pada umumnya cukup tersedia
dalam bahan makanan.
III. Kesimpulan
1. Laktasi adalah Proses produksi, sekresi, dan pengeluaran ASI dinamakan laktasi.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi laktasi adalah :
a. Kebakaan 
b. Jaringan sekresi
c. Keadaan dan Persistensi laktasi
d. Penyakit 
e. Makanan
f. Faktor-faktor lain
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi komposisi susu
a. Faktor-faktor kebakaan
b. Makanan
c. Keadaan laktasi
d. Faktor-faktor lain

Daftar Pustaka
Anggorodi, Prof. Dr.R.1994. Ilmu Makanan Ternak Umum. Jakarta. PT Gramedia Pustaka Utama
http:\\id.wikipedia.org\wiki\menyusui.htm download16 Mei 2008 11.15
http:\\perempuan .com\asi-eksklusif-bgi-ibu-pekerja download 16 Mei 2008 11.10
http:\\www.idai.or.id download 16 Mei 2008 11.14

You might also like