You are on page 1of 20

ASKEP ULKUS PEPTIKUM

TIK : Setelah membaca tulisan inii , perawat diharapkan mampu :


1. Menjelaskan tentang penyebab Ulkus Peptikum
2. Menjelaskan proses patofisiologi terjadinya Ulkus Peptikum
3. Menjelaskan tentang klasifikasi Ulkus Peptikum
4. Menjelaskan tentang pengkajian yang harus dilakukan/ditanyakan pada pasien
dan keluarga yang menderita Ulkus Peptikum
5. Membuat analisa data dan menegakkan diagnosa keperawatan pada pasien yang
mengalami Ulkus Peptikum
6. Merumuskan rencana keperawatan pada pasien yang mengalami Ulkus
Peptikum

PENGERTIAN
Ulserasi pada jaringan mukosa, sub mukosa dan lapisan otot saluran pencernaan
bagian atas yang dapat terjadi di esophagus . gaster, duodenum dan jejenum.
Ulkus duodenum lebih sering terjadi dari pada ulkus gaster, dan banyak dialami
oleh pria berusia 25 – 50 tahun. Sedangkan ulkus gaster terjadi pada usia diatas 50
tahun. Ulkus peptikum ini bisa merupakan komplikasi dari gastritis.

ETIOLOGI
Penyebab yang pasti belum diketahui namun beberapa kasus berhubungan dengan
peningkatan sekresi asam lambung dan lemahnya barier mukosa lambung.
PATOFISIOLOGI
Terjadinya ulserasi pada duodenum dan pada gaster mempunyai mekanismeyang
berbeda. Normalnya asam bebas yang telah disekresikan ke dalam lambung
didifusi kembali secara perlahan-lahan di dalam jaringan
Difusi yang cepat menyebabkan reaksi peradangan di dalam jaringan sehingga
menimbulkan kerusakan dan perdarahan. Difusi yang cepat ini disebabkan oleh
lemahnya barier mukosa lambung. Melemahnya baier mukosa lambung dapat
sebabkan oleh:
1. Alkhohol
2. Obat-obatan seperti asam salisilat
3. Asam empedu (aliran balik cairan empedu ke duodenum akibat rokok)
Terjadinya ulserasi duodenal disebabkan oleh peningkatan sekresi asam lambung.
Asam lambung yang berlebihan menyebabkan asam lambung turun ke duodenum
dan menyebabkan ulserasi. Ulserasi gaster disebabkan oleh difusi asam lambung
yang secapat sementera sekresinya normal.

FAKTOR PREDEPOSISI ULKUS PEPTIKUM


Beberapa faktor-faktor diidentifikasi sebagai kondisi yang memudahkan
terjadinya ulkus peptikum yaitu:
1. Kebiasaan merokok
2. Penggunaan obat-obatan seperti obat golongan salisilat
3. Stres psikologik
4. Pola makan yang tidak teratur
5. Kebiasaan minum alkhohol
6. Radiasi.

PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Data subjektif berfokus pada keluhan yang dirasakan pasien seperti:
1. Nyeri epigastrium
2. Perasaan pnum
3. Mual dab muntah
4. Anoreksia
5. hematemesis dan melena
6. Pola makan dan diet
7. Kebiasaan mengkonsumsi kopi dan alkhohol
8. Penggunaan obat-obatan
9. Sterssor individu dan keluarga
10. Pekerjaan dan gaya hidup
11. Pola koping yang biasa dan pmecahan masalah

Karakteristik nyeri pada ulkus gaster dan duodenal


Aktifitas D u o d e n a l G a s t e r
Lokasi Sebelah kanan epigastrium Diatas epgastrium
Makan Nyeri akan berkurang atauN Nyeri bertambah dengan makanan khususnya

hilang dengan makan atau pemberian antiasida setelah minum cairan hangat
Tidur Sering terbangun dari tidur Sepanjang hari

Data Objektif diperoleh dengan mengobservasi banyak hal yang berhubungan


dengan adanya ulserasi dan dampak yang ditimbulkan seperti :
1. Ekspresi wajah meringis menahan nyeri
2. Distensi abdomen
3. Nyeri tekan pada epigastrium
4. Warna konjungtiva dan kulit yang mengindikasikan anemia
5. Urin out-put : warna dan jumlah
6. Warna faecesdan frekuensi defekasi
7. Peristaltik usus
8. Bentuk abdomen : cekung atau cembung
9. Tanda-tanda vital seperti : suhu, nadi, pernafasan dan tekanan darah.
10. Analisis terhadap pemeriksaan diagnostik seperti : Esophago
gastroduodenoscopi, pemeriksaan BNO, pemeriksaan darah dalam faeces, darah
lengkap.

PENGOBATAN PADA ULKUS PEPTIKUM


Tujuan pemberian obat-obatan pada ulkus peptikum adalah mengistirahatkan
lambung. Berbagai obat yang diberikan mempunyai mekanisme yang berbeda
seperti:
a. Antagonis HP2 reseptor
b. Antikolinergik
c. Anti sekreteari
d. Obat untuk menetralkan asam lambung
e. Obat untuk melindungi barier mukosa lambung

a. Antagonis HP2 reseptor


Obat ini menghambat pengeluaran histamin yang dapat merangsang sekresi Hcl.
Contoh adalah ranitidine (zantac) dan cetidine(tagamet). Diberikan sebagai dosis
tunggal menjelang tidur malam hari atau pada malam hari.
b. Antikolinergik
Obat ini menurunkan stimulasi vaga dengan menghambat astil kolin. Motilitas
lambung akan menurun dan sekresi gaster dihambat. Contoh dicyclomine (bentyl)
dan propantheline (propanthel). Dapat diberikan bersama-sama dengan obat lain.
Sangat efektif untuk mengurangi sekresi lambung. Efek samping: pandanga
kabur, konstipasi, retensi urine dan takhikardi.
c. Anti sekretori
Obat ini menekan sis enzym ATP ase dalam memproduksi asam lambung. Contoh
obatnya adalah ameprazole (prilosec, losec) Diberikan dosis tunggal menjelang
tidur.
d. Obat untuk menetralkan asam lambung (antasida)
Obat ini menurunkan keasaman asam lambung. Digunakan secara teratur sehabis
makan. Antasida efektif antara ½ - 3 jam. Untuk ulser yang aktif antasida dapat
diberikan setiap 3 jam dan menjelang tidur. Contoh obatnya adalah Mylanta,
gelusil pemberiannya di kombinasikan.
Jins antasida tidak boleh diberikan bersama-sama dengan jenis Antagonis H2
reseptor seperti tagamat. Jarak penggunaanya ½ - 1 jam. Tagamet diberikan1/2
jam sebelum makan.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang mungkin dijumpai pada pasien dengan ulkus
peptikum antara lain:
1. Nyeri berhubungan dengan ulserasi mukosa gaster dan duodenum
2. Resiko terjadinya gangguan perfusi jaaringan (gastrointestinal) berhubungan
dengan perdarahan, perporasi dan obstruksi.
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia, nausea dan
pembatasan diet.
4. Gangguan pola tidur dan istirahat berhubungan dengan nyeri
5. Koping individu yang tidak efektif berhubungan dengan kurang pengetahuan
pasien tentang penyakitnya.
6. Resiko kekambuhan berhubungan dengan kurang pengetahuan pasien tentang ;
diet, obat-obatan, tanda dan gejala yang diwaspadai.
PERENCANAAN KPERAWATAN
Diagnosa keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan ulserasi mukosa gaster dan duodenum
Intervensi Keperawatan :
a. Observasi tanda-tanda nyeri, seperti : tingkat nyeri, dorasi, frekuensi,
penyebaran nyeri.
b. Berikan diet cair atau lunak tanpa serat bila tidak ada kontra indikasi seperti
perdarahan dan perforasi. Minum susu diajurkan dalam porsi kecil
c. Kolaborasi pemberian obat-obatan sesuai program pengobatan.
d. Hindarkan makanan yang mengandung coklat, cafeien dan jenis-jenis lain yang
dapat merangsang sekresi Hcl
Diagnosa keperawatan
2. Resiko terjadinya gangguan perfusi jaaringan (gastrointestinal) berhubungan
dengan perdarahan, perporasi dan obstruksi.
Intervensi Keperawatan :
a. Monitor dan kenali lebih dini tanda-tanda komplikasi seperti distensi abdomen,
hematesesis dan melena, penuruna kesadaran, hipotensi, nadi cepat, suhu tinggi,
perasaan penuh. Kolborasi dengan tim medis bila dijumpai tanda-tanda tersebut.
b. Pertahankan bed res total di tempat tidur
c. Lakukan penanganan terhadap kompilkasi bila ada :
Perdarahan:
• Puasakan pasien
• Pemasangan NGT, observasi jumlah perdarahan
• Lavage lambung dengan NaCl dingin
• Kaji tanda-tanda vital seperti TD, Nadi, suhu, serta tanda-tanda shock seperti
diaphoresis dan tachikardi, hipotensi, penurunan kesadaran
d. Monitoring Hb, Ht dan serum electrolit
e. Pertahankan pemberian cairan perparentral
f. Kolaborasi untuk pemberian vasopresin sesuai program , dan kaji efek samping
pemberian vasopresin, seperti: nyeri daerah injeksi, nyeri dada, nausea muntah,
kram abdomen, intoksikasi air.
g. Kolborasi tindakan endoskopi elektrocoagulation, untuk menghentikan
perdarahn
h. Pemberian obat-obata untuk menghentikan peningkatkan pH asam lambung,
seperti : antacid, zantac, tagamet

Diagnosa keperawatan
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia, nausea dan
pembatasan diet.
Intervensi Keperawatan :
a. Bila pasien puasa kolaborasi pemberian nutrisi perparentral (TPN)
b. Bila pasien tidak puasa, beri makanan dengan porsi kecil tetapi sering serta
bervariasi
c. Timbang berat badan 2 hari sekali
d. Cek Hb pasien seminggu sekali
e. Kolborasi untuk pemberian nutrisi tambahan

Diagnosa keperawatan
4. Gangguan pola tidur dan istirahat berhubungan dengan nyeri
Intervensi Keperawatan :
a. Hindarkan makanan (berat maupun ringan) 1 jam sebelum tidur
b. Memberi obat-obatan sesuai program , misalnya: obat-obata yang dimakan
malam hari sebelum tidur.
c. Minum susu porsi kecil (150 cc) 1 jam sebelum tidur

PENDIDIKAN KESEHATAN UNTUK PASIEN DENGAN ULKUS


PEPTIKUM
a. Pengobatan
1. Menjelaskan dosis, cara pemberian, cara kerja dan efek samping obat
2. Lanjutkan obat untuk waktu yang ditentukan, walaupun ketika gejala tidak ada
3. Usahakan agar setiap saat mudah mendapatkan antasida
4. Antisipasi peningkatan kebutuhan akan antasida selama periode-periode stress.
5. Hindarkan pengobatan sendiri dengan antasida sitemik (bicarbonat soda) yang
merubah keseimbangan asam basa
6. Hindarkan obat-obatan ulcerogenik : salisilat, ibuproten, kortikosteroid

b. Merokok
1. Berhenti merokok jika mungkin
2. Jika menghentikan merokok menyebabkan peningkatan rasa tidak nyaman dari
stress, anjurkan untuk mengurangi jumlah rokoknya
c. Makan
1. Makanlah 3 kali makanan seimbang dalam sehari
2. Makanlah snack diantara waktu makan jika ini membantu mengurangi rasa
nyeri
3. Hindarkan makanan yang meningkatkan rasa tidak nyaman/merangsang sekresi
asam
4. Jika minum alkhohol, minumlah dalam jumlah sedang dan tidak pada waktu
lambung kosong
5. hindarkan stress pada waktu makan dan istirahat untuk beberapa saat setelah
makan
6. Bila mungkin tidak emngkomsumsi alkhohol

d. Relaxasi dan reduksi stress


1. Berpasrtisipasilah dalam rekreasi dan hobi yang meningkatkan relaxasi
2. Tidur malam yang baik dengan waktu yang teratur
3. Gunakan teknik relaxasi untuk menurunkanstress
4. berpartisipasilah dalam program latihan yang baik untuk meningkatkan
kesehatan
5. Aturlah lingkungan rumah dan tempat kerja untuk menjaga agar stressor pada
tingkatan yang wajar
6. Hindarkan faktor-faktor yang diketahui dapat meningkatan gejala-gejala jika
mungkin
Diposkan oleh Fayldestu di 17:31
1. A. Konsep Dasar Penyakit
1. 1. Definisi/Pengertian

Ulkus peptikum adalah ekskavasasi (area berlubang) yang terbentuk dalam


dinding mukosal lambung, pilorus, duodenum atau esofagus. Ulkus peptikum
disbut juga sebagai ulkus lambung, duodenal atau esofageal, tergantung pada
lokasinya. (Bruner and Suddart, 2001).

Ulkus peptikum merupakan putusnya kontinuitas mukosa lambung yang meluas


sampai di bawah epitel. Kerusakan mukosa yang tidak meluas sampai ke bawah
epitel disebut sebagai erosi, walaupun sering dianggap sebagai ”ulkus” (misalnya
ulkus karena stres). Menurut definisi, ulkus peptikum dapat terletak pada setiap
bagian saluran cerna yang terkena getah asam lambung, yaitu esofagus, lambung,
duodenum, dan setelah gastroenterostomi, juga jejenum.(Sylvia A. Price, 2006).

1. 2. Epidemiologi/Insiden Kasus

Penyakit ini terjadi dengan frekuensi paling besar pada individu antara usia 40 dan
60 tahun. Tetapi, relatif jarang pada wanita menyusui, meskipun ini telah
diobservasi pada anak-anak dan bahkan pada bayi. Pria terkenal lebih sering
daripada wanita, tapi terdapat beberapa bukti bahwa insiden pada wanita hampir
sama dengan pria. Setelah menopause, insiden ulkus peptikum pada wanita
hampir sama dengan pria. Ulkus peptikum pada korpus lambung dapat terjadi
tanpa sekresi asam berlebihan.

1. 3. Penyebab dan Faktor Predisposisi

Penyebab ulkus peptikum kurang dipahami, meskipun bakteri gram negatif H.


Pylori telah sangat diyakini sebagai factor penyebab. Diketahui bahwa ulkus
peptik terjadi hanya pada area saluran GI yang terpajan pada asam hidrochlorida
dan pepsin. Faktor predisposisinya menurut beberapa pendapat mengatakan stress
atau marah yang tidak diekspresikan adalah factor predisposisi. Ulkus nampak
terjadi pada orang yang cenderung emosional, tetapi apakah ini factor pemberat
kondisi, masih tidak pasti. Kecenderungan keluarga yang juga tampak sebagai
factor predisposisi signifikan. Hubungan herediter selanjutnya ditemukan pada
individu dengan golongan darah lebih rentan daripada individu dengan golongan
darah A, B, atau AB. Factor predisposisi lain yang juga dihubungkan dengan
ulkus peptikum mencakup penggunaan kronis obat antiinflamasi non
steroid(NSAID). Minum alkohol dan merokok berlebihan. Penelitian terbaru
menunjukkan bahwa ulkus lambung dapat dihubungkan dengan infeksi bakteri
dengan agens seperti H. Pylori. Adanya bakteri ini meningkat sesuai dengan usia.
Ulkus karena jumlah hormon gastrin yang berlebihan, yang diproduksi oleh
tumor(gastrinomas-sindrom zolinger-ellison)jarang terjadi. Ulkus stress dapat
terjadi pada pasien yang terpajan kondisi penuh stress.

1. 4. Patofisiologi Terjadinya Penyakit


Ulkus peptikum terjadi pada mukosa gastroduodenal karena jaringan ini tidak
dapat menahan kerja asam lambung pencernaan (asam hidrochlorida dan pepsin).
Erosi yang terjadi berkaitan dengan peningkatan konsentrasi dan kerja asam
peptin, atau berkenaan dengan penurunan pertahanan normal dari mukosa.

1. Peningkatan Konsentrasi atau Sekresi Lambung dan Kerja Asam Peptin

Sekresi lambung terjadi pada 3 fase yang serupa :

1) Sefalik

Fase pertama ini dimulai dengan rangsangan seperti pandangan, bau atau rasa
makanan yang bekerja pada reseptor kortikal serebral yang pada gilirannya
merangsang saraf vagal. Intinya, makanan yang tidak menimbulkan nafsu makan
menimbulkan sedikit efek pada sekresi lambung. Inilah yang menyebabkan
makanan sering secara konvensional diberikan pada pasien dengan ulkus
peptikum. Saat ini banyak ahli gastroenterology menyetujui bahwa diet saring
mempunyai efek signifikan pada keasaman lambung atau penyembuhan ulkus.
Namun, aktivitas vagal berlebihan selama malam hari saat lambung kosong adalah
iritan yang signifikan.

2) Fase lambung

Pada fase ini asam lambung dilepaskan sebagai akibat dari rangsangan kimiawi
dan mekanis terhadap reseptor dibanding lambung. Refleks vagal menyebabkan
sekresi asam sebagai respon terhadap distensi lambung oleh makanan.

3) Fase usus

Makanan dalam usus halus menyebabkan pelepasan hormon (dianggap menjadi


gastrin) yang pada waktunya akan merangsang sekresi asam lambung. Pada
manusia, sekresi lambung adalah campuran mukokolisakarida dan mukoprotein
yang disekresikan secara kontinyu melalui kelenjar mukosa. Mucus ini
mengabsorpsi pepsin dan melindungi mukosa terhadap asam. Asam hidroklorida
disekresikan secara kontinyu, tetapi sekresi meningkat karena mekanisme
neurogenik dan hormonal yang dimulai dari rangsangan lambung dan usus. Bila
asam hidroklorida tidak dibuffer dan tidak dinetralisasi dan bila lapisan luar
mukosa tidak memberikan perlindungan asam hidroklorida bersama dengan
pepsin akan merusak lambung. Asam hidroklorida kontak hanya dengan sebagian
kecil permukaan lambung. Kemudian menyebar ke dalamnya dengan lambat.
Mukosa yang tidak dapat dimasuki disebut barier mukosa lambung. Barier ini
adalah pertahanan untama lambung terhadap pencernaan yang dilakukan oleh
sekresi lambung itu sendiri. Factor lain yang mempengaruhi pertahanan adalah
suplai darah, keseimbangan asam basa, integritas sel mukosa, dan regenerasi
epitel. Oleh karena itu, seseorang mungkin mengalami ulkus peptikum karena satu
dari dua factor ini : 1. hipersekresi asam pepsin
1. Kelemahan Barier Mukosa Lambung

Apapun yang menurunkan yang mukosa lambung atau yang merusak mukosa
lambung adalah ulserogenik, salisilat dan obat antiinflamasi non steroid lain,
alcohol, dan obat antiinflamasi masuk dalam kategori ini.Sindrom Zollinger-
Ellison (gastrinoma) dicurigai bila pasien datang dengan ulkus peptikum berat
atau ulkus yang tidak sembuh dengan terapi medis standar. Sindrom ini
diidentifikasi melalui temuan berikut : hipersekresi getah lambung, ulkus
duodenal, dan gastrinoma(tumor sel istel) dalam pancreas. 90% tumor ditemukan
dalam gastric triangle yang mengenai kista dan duktus koledokus, bagian kedua
dan tiga dari duodenum, dan leher korpus pancreas. Kira-kira ⅓ dari gastrinoma
adalah ganas(maligna).

Diare dan stiatore(lemak yang tidak diserap dalam feces)dapat ditemui. Pasien ini
dapat mengalami adenoma paratiroid koeksisten atau hyperplasia, dan karenanya
dapat menunjukkan tanda hiperkalsemia. Keluhan pasien paling utama adalah
nyeri epigastrik. Ulkus stress adalah istilah yang diberikan pada ulserasi mukosa
akut dari duodenal atau area lambung yang terjadi setelah kejadian penuh stress
secara fisiologis. Kondisi stress seperti luka bakar, syok, sepsis berat, dan trauma
dengan organ multiple dapat menimbulkan ulkus stress. Endoskopi fiberoptik
dalam 24 jam setelah cedera menunjukkan erosi dangkal pada lambung, setelah 72
jam, erosi lambung multiple terlihat. Bila kondisi stress berlanjut ulkus meluas.
Bila pasien sembuh, lesi sebaliknya. Pola ini khas pada ulserasi stress.

Pendapat lain yang berbeda adalah penyebab lain dari ulserasi mukosa. Biasanya
ulserasi mukosa dengan syok ini menimbulkan penurunan aliran darah mukosa
lambung. Selain itu jumlah besar pepsin dilepaskan. Kombinasi iskemia, asam
dan pepsin menciptakan suasana ideal untuk menghasilkan ulserasi. Ulkus stress
harus dibedakan dari ulkus cushing dan ulkus curling, yaitu dua tipe lain dari
ulkus lambung. Ulkus cushing umum terjadi pada pasien dengan trauma otak.
Ulkus ini dapat terjadi pada esophagus, lambung, atau duodenum, dan biasanya
lebih dalam dan lebih penetrasi daripada ulkus stress. Ulkus curling sering terlihat
kira-kira 72 jam setelah luka bakar luas.

Pathway Ulcus Pepticus

5. Klasifikasi

Klasifikasi ulkus berdasarkan lokasi:

Ulkus duodenal
Insiden Ulkus Lambung Insiden

Usia 30-60 tahun Biasanya 50 tahun lebih


Pria: wanita3:1 Pria:wanita 2:1

Terjadi lebih sering daripada ulkus


lambung
Tanda dan gejala Tanda dan gejala

Hipersekresi asam lambung Normal sampai hiposekresi asam


lambung
Dapat mengalami penambahan berat
badan Penurunan berat badan dapat terjadi

Nyeri terjadi 2-3 jam setelah makan; Nyeri terjadi ½ sampai 1 jam setelah
sering terbangun dari tidur antara jam 1 makan; jarang terbangun pada malam
dan 2 pagi. hari; dapat hilang dengan muntah.

Makan makanan menghilangkan nyeri Makan makanan tidak membantu dan


kadang meningkatkan nyeri.
Muntah tidak umum
Muntah umum terjadi
Hemoragi jarang terjadi dibandingkan
ulkus lambung tetapi bila ada milena Hemoragi lebih umum terjadi daripada
lebih umum daripada hematemesis. ulkus duodenal, hematemesis lebih
umum terjadi daripada melena.
Lebih mungkin terjadi perforasi daripada
ulkus lambung.
Kemungkinan Malignansi Kemungkinan malignansi

Jarang Kadang-kadang
Faktor Risiko Faktor Risiko

Golongan darah O, PPOM, gagal ginjal Gastritis, alkohol, merokok, NSAID,


kronis, alkohol, merokok, sirosis, stress. stres
1. Gejala Klinis

Gejala-gejala ulkus dapat hilang selama beberapa hari, minggu, atau beberapa
bulan dan bahkan dapat hilang hanya sampai terlihat kembali, sering tanpa
penyebab yang dapat diidentifikasi. Banyak individu mengalami gejala ulkus, dan
20-30% mengalami perforasi atau hemoragi yang tanpa adanya manifestasi yang
mendahului.

1. Nyeri : biasanya pasien dengan ulkus mengeluh nyeri tumpul, seperti


tertusuk atau sensasi terbakar di epigastrium tengah atau di punggung. Hal
ini diyakini bahwa nyeri terjadi bila kandungan asam lambung dan
duodenum meningkat menimbulkan erosi dan merangsang ujung saraf
yang terpajan. Teori lain menunjukkan bahwa kontak lesi dengan asam
merangsang mekanisme refleks local yang mamulai kontraksi otot halus
sekitarnya. Nyeri biasanya hilang dengan makan, karena makan
menetralisasi asam atau dengan menggunakan alkali, namun bila lambung
telah kosong atau alkali tidak digunakan nyeri kembali timbul. Nyeri tekan
lokal yang tajam dapat dihilangkan dengan memberikan tekanan lembut
pada epigastrium atau sedikit di sebelah kanan garis tengah. Beberapa
gejala menurun dengan memberikan tekanan local pada epigastrium.
2. Pirosis (nyeri uluhati) : beberapa pasien mengalami sensasi luka bakar
pada esophagus dan lambung, yang naik ke mulut, kadang-kadang disertai
eruktasi asam. Eruktasi atau sendawa umum terjadi bila lambung pasien
kosong.
3. Muntah : meskipun jarang pada ulkus duodenal tak terkomplikasi, muntah
dapat menjadi gejala ulkus peptikum. Hal ini dihubungkan dengan
pembentukan jaringan parut atau pembengkakan akut dari membran
mukosa yang mengalami inflamasi di sekitarnya pada ulkus akut. Muntah
dapat terjadi atau tanpa didahului oleh mual, biasanya setelah nyeri berat
yang dihilangkan dengan ejeksi kandungan asam lambung.
4. Konstipasi dan perdarahan : konstipasi dapat terjadi pada pasien ulkus,
kemungkinan sebagai akibat dari diet dan obat-obatan. Pasien dapat juga
datang dengan perdarahan gastrointestinal sebagian kecil pasien yang
mengalami akibat ulkus akut sebelumnya tidak mengalami keluhan, tetapi
mereka menunjukkan gejala setelahnya.

1. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan Umum :

GCS :

-          Ciri tubuh : kulit, rambut, postur tubuh.

-          Tanda vital : nadi, suhu tubuh, tekanan darah, dan pernafasan.

1. Head to toe :

-          Kepala

Inspeksi : bentuk kepala, distribusi, warna, kulit kepala.

Palpasi : nyeri tekan dikepala.

-          Wajah
Inspeksi : bentuk wajah, kulit wajah.

Palpasi : nyeri tekan di wajah.

-          Mata

Inspeksi : bentuk mata, sclera, konjungtiva, pupil,

Palpasi : nyeri tekan pada bola mata, warna mukosa konjungtiva, warna mukosa
sclera

-          Hidung :

Inspeksi : bentuk hidung, pernapasan cuping hidung, secret

Dipalpasi : nyeri tekan pada hidung

-          Mulut :

Inspeksi : bentuk mulut, bentuk mulut, bentuk gigi

Palpasi : nyeri tekan pada lidah, gusi, gigi

-          Leher

Inspksi : bentuk leher, warna kulit pada leher

Palpasi : nyeri tekan pada leher.

-          Dada

Inspeksi : bentuk dada, pengembangan dada, frekuensi pernapasan.

Palpasi : pengembangan paru pada inspirasi dan ekspirasi, fokal fremitus, nyeri
tekan.

Perkusi : batas jantung, batas paru, ada / tidak penumpukan secret.

Auskultasi : bunyi paru dan suara napas

-          Payudara dan ketiak

Inspeksi : bentuk, benjolan

Palpasi : ada/ tidak ada nyeri tekan , benjolan


-          Abdomen

Inspeksi : bentuk abdomen, warna kulit abdomen

Auskultasi : bising usus, bising vena, pergesekan hepar dan lien.

Perkusi : batas hepar,batas ginjal,batas lien,ada/tidaknya pnimbunan cairan diperut

-          Genitalia

Inspeksi : bentuk alat kelamin,distribusi rambut kelamin,warna rambut


kelamin,benjolan

Palpasi : nyeri tekan pada alat kelamin

-          Integumen

Inspeksi : warna kulit,benjolan

Palpasi : nyeri tekan pada kulit

-          Ekstremitas

Atas :

Inspeksi : warna kulit,bentuk tangan

Palpasi : nyeri tekan,kekuatan otot

Bawah :

Inspeksi : warna kuliy,bentuk kaki

Palpasi : nyeri tekan,kekuatan otot

1. Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang

1. Pemeriksaan fisik dapat menunjukkan adanya nyeri, nyeri tekan epigastrik


atau distensi abdominal.
2. Bising usus mungkin tidak ada.
3. Pemeriksaan dengan barium terhadap saluran GI atas dapat menunjukkan
adanya ulkus, namun endoskopi adalah prosedur diagnostic pilihan.
4. Endoskopi GI atas digunakan untuk mengidentifikasi perubahan inflamasi,
ulkus dan lesi. Melalui endoskopi mukosa dapat secara langsung dilihat
dan biopsy didapatkan. Endoskopi telah diketahui dapat mendeteksi
beberapa lesi yang tidak terlihat melalui pemeriksaan sinar X karena
ukuran atau lokasinya.
5. Feces dapat diambil setiap hari sampai laporan laboratorium adalah negatif
terhadap darah samar.
6. Pemeriksaan sekretori lambung merupakan nilai yang menentukan dalam
mendiagnosis aklorhidria(tidak terdapat asam hdroklorida dalam getah
lambung) dan sindrom zollinger-ellison. Nyeri yang hilang dengan
makanan atau antasida, dan tidak adanya nyeri yang timbul juga
mengidentifikasikan adanya ulkus.
7. Adanya H. Pylory dapat ditentukan dengan biopsy dan histology melalui
kultur, meskipun hal ini merupakan tes laboratorium khusus. serta tes
serologis terhadap antibody pada antigen H. Pylori.

1. Therapy atau Tindakan Penanganan

Beberapa metode dapat digunakan untuk mengontrol keasaman lambung termasuk


perubahan gaya hidup, obat-obatan, dan tindakan pembedahan. Penurunan stress
dan istirahat.

1. Modifikasi diet
2. Penghentian merokok
3. Obat-obatan
4. Intervensi bedah

10. Komplikasi Potensial

1. Hemoragi-gastrointestinal atas, gastritis dan hemoragi akibat ulkus


peptikum adalah dua penyebab paling umum perdarahan saluran GI.
2. Perforasi, merupakan erosi ulkus melalui mukosa lambung yang
menembus ke dalam rongga peritoneal tanpa disertai tanda.
3. Penetrasi atau Obstruksi, penetrasi adalah erosi ulkus melalui serosa
lambung ke dalam struktur sekitarnya seperti pankreas, saluran bilieratau
omentum hepatik.
4. Obstruksi pilorik terjadi bila areal distal pada sfingter pilorik menjadi
jaringan parut dan mengeras karena spasme atau edema atau karena
jaringan parut yang terbentuk bila ulkus sembuh atau rusak.

1. B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. 1. Pengkajian

¶      Identitas

- Pasien

1. Nama pasien
2. Umur
3. Jenis kelamin
4. Pendidikan
5. Pekerjaan
6. Status perkawinan
7. Agama
8. Suku
9. Alamat

-          Penanggung

1. Nama penanggung
2. Hubungan dengan pasien
3. Pekerjaan
4. Alamat

¶                  Riwayat Kesehatan Keluarga

Ada atau tidak anggota keluarga pasien yang menderita penyakit seperti pasien.

¶                  Status kesehatan

- Status kesehatan saat ini

- Status kesehatan masa lalu

- Riwayat penyakit keluarga

- Diagnosa medis dan terapi

¶      Pola Fungsi kesehatan

 Pemeliharaan dan persepsi terhadap kesehatan


 Nutrisi/metabolic
 Pola eliminasi
 Pola aktivitas dan latihan
 Oksigenasi
 Pola tidur dan istirahat
 Pola kognitif-perseptual
 Pola persepsi diri/konsep diri
 Pola seksual dan reproduksi
 Pola peran-hubungan
 Pola manajememn koping stress
 Pola keyakinan

¶      Pemeriksaan fisik


 Keadaan umum

-                      Tingkat kesadaran CCS

 Tanda-tanda vital
 Keadaan fisik
o Kepala dan leher
o Dada
o Payudara dan ketiak
o Abdomen
o Genitalia
o Integument
o Ekstremitas
o Pemeriksaan neurologist

1. 2. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul

1. Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan dan refleks spasme otot


sekunder terhadap gangguan visceral usus.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan anemia ditandai dengan
kelemahan otot.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia, mual dan muntah.
4. Kurang pengetahuan mengenai pencegahan gejala dan penatalaksanaan
kondisi berhubungan dengan informasi yang tidak adekuat

1. 3. Rencana Tindakan

1. Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan dan refleks spasme otot sekunder
terhadap gangguan visceral usus.

Tujuan                 :  Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama … x 24 jam


diharapkan nyeri pada pasien dapat berkurang atau hilang

Kriteria hasil        : menggunakan obat-obatan sesuai resep,mengalami penurunan


nyer,menggantikan aspirirn dengan aetaminofen ( Tylenol),menghindari obat
yang dijual bebas yang mengandung asam asetilsalisilat,mentaati pembatasan
yang dianjurkan,mengidentifikasi makanandan minuman yang dihindari,mentati
jadual makan dan kudapan secara teratur,berhenti merokok dan berpartisispasi
dalam program penghentian merokok bila perlu.

Tindakan/ intervensi Rasional


1. Berikan terapi obat-obatan sesuai a.Ntagonis histamine  mempengaruhi
program:
sekresi asam lambung.
a.antagonis histamine b.Antibiotik diberikan bersamaan
dengan garam bismuth  mematikan
b.Garam antibiotic /bismuth H.Pylori.

c.Agen sitoprotektif c.Agen sitoprotektif melindungi mukosa


lambung.
d.Inhibitor pompa proton
d.Inhibitor pompa proton menurunkan
e.Antasida asam lambung.

f.Antikolinergik e.Antasida menetralisasi keasaman


sekresil lambung.
1. Anjurkan menghindari obat-
obatan yang dijual bebas f.Antikolinergik menghambat
2. Anjurkan pasien untuk bpelepasan asam lambung.
menghindari makanan/minuman
yang mengiritasi lapisan 2.Obat-obatan yang mengandung
lambung ,kafein dan alcohol. salisilat mengiritasi mukosa lambung.
3. Anjurkan pasien untuk
menggunakan makan dan 3.Makanan/minuman yang mengandung
kudapan pada interval yang kafein merangsang sekresi asam
teratur. hidroklorida.
4. Anjurkan pasien untuk berhenti
merokok 4.Jadwal makan yang teratur membantu
mempertahankan partikel makanan di
5. Farmakoterapi membantu dalam lambung ,yang membantu
menguranginya sebagai berikut: menetralisasi keasaman sekresi
lambung.

5.Merokok merangsang kemungkinan


kekambuhan ulkus

2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan anemia ditandai dengan kelemahan


otot

Tujuan                 : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama … x 24 jam


diharapkan pasien memiliki sedikit tenaga untuk beraktivitas

Kriteria hasil        : TTV normal dan pasien tidak terlihat lemas lagi

Tindakan/ intervensi Rasional


1.Anjurkan aktivitas ringan dan 1. dengan aktivitas yang ringan dan
istirahat yang cukup dapat
perbanyak istirahat
memulihkan kondisi pasien.
2. dapat mengatasi masalah keletihan
2.Kaji faktor yang menimbulkan
keletihan 3. Tingkatkan kemandirian dalam
aktivitas perawatan diri yang
3. Tingkatkan kemandirian dalam ditolerir, bantu jika keletihan
aktivitas perawatan diri yang ditolerir, terjadi
bantu jika keletihan terjadi

3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia,


mual dan muntah.

Tujuan                    : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama … x 24 jam


diharapkan pasien mendapatkan tingakt nutrisi optimal

Kriteria Hasil :           Menghindari makanan dan minuman pengiritasi,makan-


makanan dan kudapan pada interval yang dijadwalkan secara teratur,dan memilih
lingkungan rileks untuk makanan.

TINDAKAN / INTERVENSI RASIONAL


1. Anjurkan  makan-makanan dan
minuman yang tidak mengiritasi
2. Anjurkan makanan dimakanpada
jadual waktu teratur ,hindari kudapan
sebelum waktu tidur

1. Dorong makanan pada lingkungan


yang rileks
2. Makanan yang tidak mengiritasi
mengurangi nyeri epigastrik
3. Makan teartur membantu
menetralisasi sekresi lambung
,kudapan sebelum waktu tidur
meningkatkan sekresi asam lambung.

4. Lingkungan yang rileks kurang


menimbulkan ansietas.Menurunkan
ansietas membatu menurunkan
sekresi asam hidroklorida.

4. Kurang pengetahuan mengenai pencegahan gejala dan penatalaksanaan kondisi


berhubungan dengan informasi yang tidak adekuat

Tujuan        : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama … x … menit


diharapkan pasien dapat mendapatkan pengetahuan tentang pencegahan dan
penatalaksanaan
Kriteria Hasil          : mengekspresikan minat dalam belajar bagaimana mengatasi
penyakit,berpartisispasi dalam sesi penyuluhan,mengajukan pertanyaan, dan
menyatakan keinginan untuk bertanggungjawab terhadap perawatan diri.

TINDAKAN / INTERVENSI RASIONAL


1.Kaji tingkat pengetahuan dan kesiapan1.Keinginan untuk belajar tergantung pada
untuk belajar dari pasien. kondisi fisisk pasien,tingkat ansietas dan
kesiapan mental
2.Ajarkan informasi yang diperlukan:
2,Individualisasi rencana penyuluhan
a.Gunakan kata-kata sesuai tingkat
meningkatkan pembelajaran
pengetahuan pasien
3.Memberi keyakinan dapat memberikan
b.Pilih waktu kapan pasien paling nyaman
pengaruh positif pada perubahan prilaku.
berminat.

c.Batasi sesi penyuluhan sampai 30 menit


atau kurang

3.Yakinkan pasien bahwa penyakit dapat


diatasi
1. 1. Evaluasi

Diagnosa Evaluasi
Nyeri berhubungan dengan traumaS asien mengatakan
jaringan dan refleks spasme ototbahwa nyerinya telah berkurang.
sekunder terhadap gangguan visceral
O : P:Trauma jaringan  dan reflex spasme
usus.
otot

Q: Tumpul

R: Epigastrum dan punggung

S: 5

T :2-3 jam setelah makan

A : Tujuan tercapai,masalah teratasi

P : Pertahankan kondisi
Intoleransi aktivitas berhubunganS asien mengatakan bahwa dia sudah
dengan anemia ditandai dengandapat melakukan aktivitas sendiri
kelemahan otot
O : TTV normal, pasien terlihat tidak
lemas lagi

A :  tujuan tercapai,masalah teratasi

P ertahankan kondisi
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhanS: Pasien mengatakan dia sudah memiliki
tubuh berhubungan dengan anoreksia,tenaga
mual dan muntah
O: BB stabil

A: tujuan tercapai,masalah teratasi

P: Pertahankan kondisi
Kurang pengetahuan mengenaiS: Pasien mengatakan sudah mengerti
pencegahan gejala dan penatalaksanaandengan penjelasan yang diberikan dan
kondisi berhubungan dengan informasitidak merasa cemas lagi.
yang tidak adekuat
O: Pasien tampak mengangguk saat diberi
penjelasan dan saat ditanya pasien bisa
menjawab

A: Tujuan tercapai, masalah teratasi

P : Pertahankan kondisi

DAFTAR PUSTAKA
1. Capenito, Lynda Jall. (1997). Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC

2.      Doenges, Marilynn E. (1999) Rencana Asuhan Keperawatan :


Pedoman untuk Perencanaan dan pendokumentasian Perawatan
Pasien. Alih bahasa I Made Kariasa. Ed. 3. Jakarta : EGC

3.      Price, Sylvia A dan Lorraine M. Wilson. (1994). Patofisiologi,


Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: Penerbit EGC.

4.      Smeltzer Suzanne C. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah


Brunner & Suddarth. Alih bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor
Monica Ester, dkk. Ed. 8. Jakarta : EGC; 2001.

You might also like