Professional Documents
Culture Documents
PENGERTIAN
Ulserasi pada jaringan mukosa, sub mukosa dan lapisan otot saluran pencernaan
bagian atas yang dapat terjadi di esophagus . gaster, duodenum dan jejenum.
Ulkus duodenum lebih sering terjadi dari pada ulkus gaster, dan banyak dialami
oleh pria berusia 25 – 50 tahun. Sedangkan ulkus gaster terjadi pada usia diatas 50
tahun. Ulkus peptikum ini bisa merupakan komplikasi dari gastritis.
ETIOLOGI
Penyebab yang pasti belum diketahui namun beberapa kasus berhubungan dengan
peningkatan sekresi asam lambung dan lemahnya barier mukosa lambung.
PATOFISIOLOGI
Terjadinya ulserasi pada duodenum dan pada gaster mempunyai mekanismeyang
berbeda. Normalnya asam bebas yang telah disekresikan ke dalam lambung
didifusi kembali secara perlahan-lahan di dalam jaringan
Difusi yang cepat menyebabkan reaksi peradangan di dalam jaringan sehingga
menimbulkan kerusakan dan perdarahan. Difusi yang cepat ini disebabkan oleh
lemahnya barier mukosa lambung. Melemahnya baier mukosa lambung dapat
sebabkan oleh:
1. Alkhohol
2. Obat-obatan seperti asam salisilat
3. Asam empedu (aliran balik cairan empedu ke duodenum akibat rokok)
Terjadinya ulserasi duodenal disebabkan oleh peningkatan sekresi asam lambung.
Asam lambung yang berlebihan menyebabkan asam lambung turun ke duodenum
dan menyebabkan ulserasi. Ulserasi gaster disebabkan oleh difusi asam lambung
yang secapat sementera sekresinya normal.
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Data subjektif berfokus pada keluhan yang dirasakan pasien seperti:
1. Nyeri epigastrium
2. Perasaan pnum
3. Mual dab muntah
4. Anoreksia
5. hematemesis dan melena
6. Pola makan dan diet
7. Kebiasaan mengkonsumsi kopi dan alkhohol
8. Penggunaan obat-obatan
9. Sterssor individu dan keluarga
10. Pekerjaan dan gaya hidup
11. Pola koping yang biasa dan pmecahan masalah
hilang dengan makan atau pemberian antiasida setelah minum cairan hangat
Tidur Sering terbangun dari tidur Sepanjang hari
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang mungkin dijumpai pada pasien dengan ulkus
peptikum antara lain:
1. Nyeri berhubungan dengan ulserasi mukosa gaster dan duodenum
2. Resiko terjadinya gangguan perfusi jaaringan (gastrointestinal) berhubungan
dengan perdarahan, perporasi dan obstruksi.
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia, nausea dan
pembatasan diet.
4. Gangguan pola tidur dan istirahat berhubungan dengan nyeri
5. Koping individu yang tidak efektif berhubungan dengan kurang pengetahuan
pasien tentang penyakitnya.
6. Resiko kekambuhan berhubungan dengan kurang pengetahuan pasien tentang ;
diet, obat-obatan, tanda dan gejala yang diwaspadai.
PERENCANAAN KPERAWATAN
Diagnosa keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan ulserasi mukosa gaster dan duodenum
Intervensi Keperawatan :
a. Observasi tanda-tanda nyeri, seperti : tingkat nyeri, dorasi, frekuensi,
penyebaran nyeri.
b. Berikan diet cair atau lunak tanpa serat bila tidak ada kontra indikasi seperti
perdarahan dan perforasi. Minum susu diajurkan dalam porsi kecil
c. Kolaborasi pemberian obat-obatan sesuai program pengobatan.
d. Hindarkan makanan yang mengandung coklat, cafeien dan jenis-jenis lain yang
dapat merangsang sekresi Hcl
Diagnosa keperawatan
2. Resiko terjadinya gangguan perfusi jaaringan (gastrointestinal) berhubungan
dengan perdarahan, perporasi dan obstruksi.
Intervensi Keperawatan :
a. Monitor dan kenali lebih dini tanda-tanda komplikasi seperti distensi abdomen,
hematesesis dan melena, penuruna kesadaran, hipotensi, nadi cepat, suhu tinggi,
perasaan penuh. Kolborasi dengan tim medis bila dijumpai tanda-tanda tersebut.
b. Pertahankan bed res total di tempat tidur
c. Lakukan penanganan terhadap kompilkasi bila ada :
Perdarahan:
• Puasakan pasien
• Pemasangan NGT, observasi jumlah perdarahan
• Lavage lambung dengan NaCl dingin
• Kaji tanda-tanda vital seperti TD, Nadi, suhu, serta tanda-tanda shock seperti
diaphoresis dan tachikardi, hipotensi, penurunan kesadaran
d. Monitoring Hb, Ht dan serum electrolit
e. Pertahankan pemberian cairan perparentral
f. Kolaborasi untuk pemberian vasopresin sesuai program , dan kaji efek samping
pemberian vasopresin, seperti: nyeri daerah injeksi, nyeri dada, nausea muntah,
kram abdomen, intoksikasi air.
g. Kolborasi tindakan endoskopi elektrocoagulation, untuk menghentikan
perdarahn
h. Pemberian obat-obata untuk menghentikan peningkatkan pH asam lambung,
seperti : antacid, zantac, tagamet
Diagnosa keperawatan
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia, nausea dan
pembatasan diet.
Intervensi Keperawatan :
a. Bila pasien puasa kolaborasi pemberian nutrisi perparentral (TPN)
b. Bila pasien tidak puasa, beri makanan dengan porsi kecil tetapi sering serta
bervariasi
c. Timbang berat badan 2 hari sekali
d. Cek Hb pasien seminggu sekali
e. Kolborasi untuk pemberian nutrisi tambahan
Diagnosa keperawatan
4. Gangguan pola tidur dan istirahat berhubungan dengan nyeri
Intervensi Keperawatan :
a. Hindarkan makanan (berat maupun ringan) 1 jam sebelum tidur
b. Memberi obat-obatan sesuai program , misalnya: obat-obata yang dimakan
malam hari sebelum tidur.
c. Minum susu porsi kecil (150 cc) 1 jam sebelum tidur
b. Merokok
1. Berhenti merokok jika mungkin
2. Jika menghentikan merokok menyebabkan peningkatan rasa tidak nyaman dari
stress, anjurkan untuk mengurangi jumlah rokoknya
c. Makan
1. Makanlah 3 kali makanan seimbang dalam sehari
2. Makanlah snack diantara waktu makan jika ini membantu mengurangi rasa
nyeri
3. Hindarkan makanan yang meningkatkan rasa tidak nyaman/merangsang sekresi
asam
4. Jika minum alkhohol, minumlah dalam jumlah sedang dan tidak pada waktu
lambung kosong
5. hindarkan stress pada waktu makan dan istirahat untuk beberapa saat setelah
makan
6. Bila mungkin tidak emngkomsumsi alkhohol
1. 2. Epidemiologi/Insiden Kasus
Penyakit ini terjadi dengan frekuensi paling besar pada individu antara usia 40 dan
60 tahun. Tetapi, relatif jarang pada wanita menyusui, meskipun ini telah
diobservasi pada anak-anak dan bahkan pada bayi. Pria terkenal lebih sering
daripada wanita, tapi terdapat beberapa bukti bahwa insiden pada wanita hampir
sama dengan pria. Setelah menopause, insiden ulkus peptikum pada wanita
hampir sama dengan pria. Ulkus peptikum pada korpus lambung dapat terjadi
tanpa sekresi asam berlebihan.
1) Sefalik
Fase pertama ini dimulai dengan rangsangan seperti pandangan, bau atau rasa
makanan yang bekerja pada reseptor kortikal serebral yang pada gilirannya
merangsang saraf vagal. Intinya, makanan yang tidak menimbulkan nafsu makan
menimbulkan sedikit efek pada sekresi lambung. Inilah yang menyebabkan
makanan sering secara konvensional diberikan pada pasien dengan ulkus
peptikum. Saat ini banyak ahli gastroenterology menyetujui bahwa diet saring
mempunyai efek signifikan pada keasaman lambung atau penyembuhan ulkus.
Namun, aktivitas vagal berlebihan selama malam hari saat lambung kosong adalah
iritan yang signifikan.
2) Fase lambung
Pada fase ini asam lambung dilepaskan sebagai akibat dari rangsangan kimiawi
dan mekanis terhadap reseptor dibanding lambung. Refleks vagal menyebabkan
sekresi asam sebagai respon terhadap distensi lambung oleh makanan.
3) Fase usus
Apapun yang menurunkan yang mukosa lambung atau yang merusak mukosa
lambung adalah ulserogenik, salisilat dan obat antiinflamasi non steroid lain,
alcohol, dan obat antiinflamasi masuk dalam kategori ini.Sindrom Zollinger-
Ellison (gastrinoma) dicurigai bila pasien datang dengan ulkus peptikum berat
atau ulkus yang tidak sembuh dengan terapi medis standar. Sindrom ini
diidentifikasi melalui temuan berikut : hipersekresi getah lambung, ulkus
duodenal, dan gastrinoma(tumor sel istel) dalam pancreas. 90% tumor ditemukan
dalam gastric triangle yang mengenai kista dan duktus koledokus, bagian kedua
dan tiga dari duodenum, dan leher korpus pancreas. Kira-kira ⅓ dari gastrinoma
adalah ganas(maligna).
Diare dan stiatore(lemak yang tidak diserap dalam feces)dapat ditemui. Pasien ini
dapat mengalami adenoma paratiroid koeksisten atau hyperplasia, dan karenanya
dapat menunjukkan tanda hiperkalsemia. Keluhan pasien paling utama adalah
nyeri epigastrik. Ulkus stress adalah istilah yang diberikan pada ulserasi mukosa
akut dari duodenal atau area lambung yang terjadi setelah kejadian penuh stress
secara fisiologis. Kondisi stress seperti luka bakar, syok, sepsis berat, dan trauma
dengan organ multiple dapat menimbulkan ulkus stress. Endoskopi fiberoptik
dalam 24 jam setelah cedera menunjukkan erosi dangkal pada lambung, setelah 72
jam, erosi lambung multiple terlihat. Bila kondisi stress berlanjut ulkus meluas.
Bila pasien sembuh, lesi sebaliknya. Pola ini khas pada ulserasi stress.
Pendapat lain yang berbeda adalah penyebab lain dari ulserasi mukosa. Biasanya
ulserasi mukosa dengan syok ini menimbulkan penurunan aliran darah mukosa
lambung. Selain itu jumlah besar pepsin dilepaskan. Kombinasi iskemia, asam
dan pepsin menciptakan suasana ideal untuk menghasilkan ulserasi. Ulkus stress
harus dibedakan dari ulkus cushing dan ulkus curling, yaitu dua tipe lain dari
ulkus lambung. Ulkus cushing umum terjadi pada pasien dengan trauma otak.
Ulkus ini dapat terjadi pada esophagus, lambung, atau duodenum, dan biasanya
lebih dalam dan lebih penetrasi daripada ulkus stress. Ulkus curling sering terlihat
kira-kira 72 jam setelah luka bakar luas.
5. Klasifikasi
Ulkus duodenal
Insiden Ulkus Lambung Insiden
Nyeri terjadi 2-3 jam setelah makan; Nyeri terjadi ½ sampai 1 jam setelah
sering terbangun dari tidur antara jam 1 makan; jarang terbangun pada malam
dan 2 pagi. hari; dapat hilang dengan muntah.
Jarang Kadang-kadang
Faktor Risiko Faktor Risiko
Gejala-gejala ulkus dapat hilang selama beberapa hari, minggu, atau beberapa
bulan dan bahkan dapat hilang hanya sampai terlihat kembali, sering tanpa
penyebab yang dapat diidentifikasi. Banyak individu mengalami gejala ulkus, dan
20-30% mengalami perforasi atau hemoragi yang tanpa adanya manifestasi yang
mendahului.
1. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum :
GCS :
- Tanda vital : nadi, suhu tubuh, tekanan darah, dan pernafasan.
1. Head to toe :
- Kepala
- Wajah
Inspeksi : bentuk wajah, kulit wajah.
- Mata
Palpasi : nyeri tekan pada bola mata, warna mukosa konjungtiva, warna mukosa
sclera
- Hidung :
- Mulut :
- Leher
- Dada
Palpasi : pengembangan paru pada inspirasi dan ekspirasi, fokal fremitus, nyeri
tekan.
- Genitalia
- Integumen
- Ekstremitas
Atas :
Bawah :
1. Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang
1. Modifikasi diet
2. Penghentian merokok
3. Obat-obatan
4. Intervensi bedah
¶ Identitas
- Pasien
1. Nama pasien
2. Umur
3. Jenis kelamin
4. Pendidikan
5. Pekerjaan
6. Status perkawinan
7. Agama
8. Suku
9. Alamat
- Penanggung
1. Nama penanggung
2. Hubungan dengan pasien
3. Pekerjaan
4. Alamat
Ada atau tidak anggota keluarga pasien yang menderita penyakit seperti pasien.
Tanda-tanda vital
Keadaan fisik
o Kepala dan leher
o Dada
o Payudara dan ketiak
o Abdomen
o Genitalia
o Integument
o Ekstremitas
o Pemeriksaan neurologist
1. 3. Rencana Tindakan
1. Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan dan refleks spasme otot sekunder
terhadap gangguan visceral usus.
Kriteria hasil : TTV normal dan pasien tidak terlihat lemas lagi
Diagnosa Evaluasi
Nyeri berhubungan dengan traumaS asien mengatakan
jaringan dan refleks spasme ototbahwa nyerinya telah berkurang.
sekunder terhadap gangguan visceral
O : P:Trauma jaringan dan reflex spasme
usus.
otot
Q: Tumpul
S: 5
P : Pertahankan kondisi
Intoleransi aktivitas berhubunganS asien mengatakan bahwa dia sudah
dengan anemia ditandai dengandapat melakukan aktivitas sendiri
kelemahan otot
O : TTV normal, pasien terlihat tidak
lemas lagi
P ertahankan kondisi
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhanS: Pasien mengatakan dia sudah memiliki
tubuh berhubungan dengan anoreksia,tenaga
mual dan muntah
O: BB stabil
P: Pertahankan kondisi
Kurang pengetahuan mengenaiS: Pasien mengatakan sudah mengerti
pencegahan gejala dan penatalaksanaandengan penjelasan yang diberikan dan
kondisi berhubungan dengan informasitidak merasa cemas lagi.
yang tidak adekuat
O: Pasien tampak mengangguk saat diberi
penjelasan dan saat ditanya pasien bisa
menjawab
P : Pertahankan kondisi
DAFTAR PUSTAKA
1. Capenito, Lynda Jall. (1997). Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC