You are on page 1of 86

PENGARUH AKREDITASI SEKOLAH DAN PERSEPSI GURU

MENGENAI SUPERVISI KEPALA SEKOLAH TERHADAP


PRESTASI BELAJAR SISWA

SKRIPSI

Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Ekonomi Akuntansi


pada Universitas Negeri Semarang

Oleh
Slamet Umi Nur Barokah
3364000020

JURUSAN EKONOMI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
2005
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini telah disetujui oleh Pembimbing untuk diajukan ke Sidang Panitia

Ujian Skripsi pada :

Hari : Rabu

Tanggal : 28 Desember 2005

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. H. Achmad Slamet, M.Si M. Khafid, S.Pd, M.Si


NIP. 131570080 NIP. 132243641

Mengetahui
Ketua Jurusan Ekonomi

Drs. Kusmuriyanto, M.Si


NIP. 131404309

PENGESAHAN KELULUSAN
Skripsi ini telah dipertahankan didepan Sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan

Ekonomi Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang pada:

Hari : Rabu

Tanggal : 22 Februari 2006

Penguji Skripsi

Drs. Sugiharto, M.Si


NIP. 131286682

Anggota I Anggota II

Dr. H. Achmad Slamet, M.Si M. Khafid, S.Pd, M.Si


NIP. 131570080 NIP. 132243641

Mengatahui

Dekan Fakultas Ilmu Sosial UNNES

Drs. Sunardi, MM
NIP. 130367998

PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini benar-benar hasil

karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau

seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini

dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, 10 Oktober 2005

Slamet Umi Nur Barokah


NIM. 3364000020

MOTTO DAN PERSEMBAHAN


MOTTO

1. Jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu. Sesungguhnya


Allah SWT beserta orang-orang yang sabar (QS. Al Baqarah : 153)
2. Kemampuan menyikapi kesulitan dengan benar adalah awal untuk
mendapatkan kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada
kemudahan (QS. Al Insyroh : 6)

Karya ini kupersembahkan kepada


:
1. Ibu dan Bapak tercinta yang
senantiasa mendoakanku
2. Kakak dan Adekku tersayang
3. Aan Yoga yang selalu
menyayangi dan mendukungku.
4. Almamaterku, Universitas
Negeri Semarang

PRAKATA
Alhamdulillah, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas karunia

rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan

menyelesaikan skripsi berjudul “Pengaruh akreditasi sekolah dan persepsi guru

mengenai supervisi kepala sekolah terhadap prestasi belajar mata pelajaran

ekonomi (studi kasus di SMA se-Kabupaten Banjarnegara)”.

Skripsi ini dapat terselesaikan berkat bimbingan dan bantuan serta

dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dengan kerendahan hati penulis

menyampaikan terima kasih kepada :

1. Dr. H. A.T. Soegito, SH. MM Rektor Universitas Negeri Semarang

2. Drs.Sunardi, MM selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial

3. Drs. Kusmuryanto, M.Si selaku Ketua Jurusan Ekonomi

4. Dr. H. Achmad Slamet, M.Si. Selaku pembimbing I yang dengan penuh

kesabaran memberikan bimbingan, bantuan, dan dorongan dalam penulisan

skripsi ini

5. M. Khafid, S.Pd, M.Si. Selaku pembimbing II yang dengan penuh kesabaran

memberikan bimbingan, bantuan, dan dorongan dalam penulisan skripsi ini

6. Drs. Subur dan seluruh staf Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten

Banjarnegara yang telah memberikan bantuan baik waktu, tenaga dan

informasi demi terselesaikannya skripsi ini.

7. Bapak/Ibu guru mata pelajaran ekonomi di SMA se-Kabupaten Banjarnegara

yang bersedia mengisi angket mengenai kegiatan supervisi kepala sekolah.


8. Ibu dan Bapak, kakak dan adik-adikku tersayang, Aan Yoga W, dan semua

keluarga besar ibu dan bapak yang telah memberi motivasi sehingga

terselesaikanya skripsi ini.

9. Sahabat-sahabatku Arti, Rina, Kamti, Yani, Mona, Fatur, dan teman-teman

kost “laras” atas bantuan dan supportnya.

10. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis tidak akan melupakan jasa baik dan semoga Allah SWT

membalas amal dan budi baiknya dengan balasan yang setimpal. Mudah-mudahan

apa yang penulis tuangkan dalam skripsi ini dapat menambah informasi dan dapat

bermanfaat bagi semua pihak.

Semarang, 10 Oktober 2005

Penilis
SARI

Slamet Umi Nur Barokah. 2005. Pengaruh Akreditasi Sekolah dan Persepsi
Guru mengenai Supervisi Kepala Sekolah Terhadap Prestasi Belajar Siswa.
Jurusan Pendidikan Ekonomi Akuntansi. Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri
Semarang. Dr. H. Achmad Slamet, M.Si, M. Khafid, S.Pd, M.Si.

Kata Kunci : Akreditasi Sekolah, Supervisi Kepala Sekolah, Prestasi Belajar.


Prestasi belajar mata pelajaran ekonomi dipengaruhi oleh beberapa faktor,
salah satunya adalah akreditasi sekolah dan persepsi guru mengenai supervisi
kepala sekolah. Dengan peringkat akreditasi yang baik dan supervisi kepala
sekolah yang baik diharapkan prestasi belajar mata pelajaran ekonomi akan
semakin baik.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendiskripsikan dan menganalisis
mengenai tingkat pengaruh akreditasi sekolah dan persepsi guru mengenai
supervisi kepala sekolah terhadap prestasi belajar mata pelajaran ekonomi baik
secara parsial maupun simultan.
Populasi dalam penelitian ini adalah SMA se-Kabupaten Banjarnegara
yang sudah diakreditasi dengan ukuran populasi sebesar 7 sekolah. Variabel yang
dikaji dalam penelitian ini adalah akreditasi sekolah(X1), persepsi guru mengenai
supervisi kepala sekolah (X2) dan prestasi belajar mata pelajaran ekonomi (Y).
Metode pengumpulan data dengan menggunakan angket dan dokumentasi,
Metode analisis data yang digunakan dengan analisis deskripstif, analisis regresi
sederhana, dan analisis regresi ganda.
Berdasarkan hasil penelitian, besarnya pengaruh akreditasi sekolah
terhadap prestasi belajar mata pelajaran ekonomi sebesar 94% dengan koefisien
korelasi sebesar 0,968, besarnya pengaruh persepsi guru mengenai supervisi
kepala sekolah terhadap prestasi belajar mata pelajaran ekonomi sebesar 47%
dengan koefisien korelasi sebesar 0,467, selanjutnya besarnya pengaruh akreditasi
sekolah dan persepsi guru mengenai supervisi kepala sekolah terhadap prestasi
belajar mata pelajaran ekonomi sebesar 95%.
Hasil penelitian menunjukan adanya pengaruh yang signifikan antara
akreditasi sekolah dan supervisi kepala sekolah terhadap prestasi belajar mata
pelajaran ekonomi baik secara parsial maupun simultan.
Disarankan agar sekolah yang memperoleh peringkat akreditasi B
berusaha untuk memperoleh peringkat akreditasi A, dan kepala sekolah
diharapkan selalu meningkatkan kegiatan supervisinya dengan melaksanakan
kegiatan supervisi sesuai dengan jadwal yang sudah tersusun, merumuskan tujuan
supervisi dengan jelas, menyusun format observasi, berunding dan bekerjasama
dengan guru, mengamati guru mengajar dan menyimpulkan hasil supervisi
kunjungan kelas secara musyawarah.
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... ....i

PERSETUJUAN PEMBIMBING.................................................................... ....ii

PENGESAHAN KELULUSAN. ..................................................................... ....iii

PERNYATAAN .............................................................................................. ....iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN .................................................................. ....v

PRAKATA..... ................................................................................................. ....vi

SARI .............. ................................................................................................. ....viii

DAFTAR ISI . ................................................................................................. ....ix

DAFTAR TABEL ........................................................................................... ....xii

DAFTAR GAMBAR. ...................................................................................... ....xiv

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... ....xv

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang . ....................................................................... ....1

1.2 Perumusan Masalah . ............................................................... .... 4

1.3 Tujuan Penelitian . ................................................................... ....5

1.4 Kegunaan Penelitian . .............................................................. ....5

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Prestasi Belajar Mata Pelajaran Ekonomi. ............................... ....6

2.2 Akreditasi Sekolah. .................................................................. ....6

2.2.1. Konsep Dasar Akreditasi Sekolah................................ ....6


2.2.2. Tujuan dan Manfaat Akreditasi sekolah ...................... ....11

2.2.3. Prinsip-prinsip Dasar Akreditasi sekolah .................... ....15

2.3 Persepsi Guru mengenai Supervisi Kepala Sekolah ............... ....17

2.3.1. Persepsi. ....................................................................... ....17

2.3.2. Hakikat Supervisi. ........................................................ ....21

2.3.3. Fungsi dan Tujuan supervisi ........................................ ....24

2.3.4. Proses dan Teknik supervisi......................................... ....27

2.3.5. Tipe-tipe Supervisi ....................................................... ....30

2.3.6. Supervisi Kunjungan Kelas.......................................... ....33

2.4 Kerangka Berfikir ................................................................... ....39

2.5 Hipotesis .................................................................................. ....42

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Populasi ................................................................................... ....43

3.2 Operasional Variabel Penelitian .............................................. ....43

3.3 Metode Pengumpulan Data ..................................................... ....46

3.4 Validitas dan reliabilitas .......................................................... ....46

3.5 Metode Analisis Data .............................................................. ....48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengaruh akreditasi Sekolah terhadap Prestasi Belajar Mata

Pelajaran Ekonomi ................................................................. ....55

4.2 Pengaruh Persepsi Guru mengenai Supervisi Kepala Sekolah

terhadap Prestasi Belajar Mata Pelajaran Ekonomi................... ...58


4.3 Pengaruh akreditasi Sekolah dan Persepsi Guru mengenai

Supervisi Kepala Sekolah terhadap Prestasi Belajar Mata Pelajaran

Ekonomi.........................................................................................66

BAB V PENUTUP

5.1 Simpulan ................................................................................ ....69

5.2 Saran ...................................................................................... ....70

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... ....71

LAMPIRAN ..................................................................................................
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Nilai rata-rata ujian nasional mata pelajaran ekonomi....................... .....2

Tabel 2. Variabel penelitian ............................................................................. .... 45

Tabel 3. Hasil analisis data regresi mengenai pengaruh akreditasi sekolah

terhadap prestasi belajar mata pelajaran ekonomi ........................... ....55

Tabel 4. Peringkat akreditasi sekolah ............................................................. ....57

Tabel 5. Hasil analisis data regresi mengenai pengaruh supervisi kepala sekolah

terhadap prestasi belajar ekonomi ................................................... ....58

Tabel 6. Persepsi mengenai supervisi kepala sekolah dalam merencanakan

supervisi ............................................................................................ .... 60

Tabel 7. Persepsi mengenai supervisi kepala sekolah dalam merumuskan tujuan

supervisi ............................................................................................ ... 61

Tabel 8. Persepsi mengenai supervisi kepala sekolah dalam merumuskan

prosedur supervisi ............................................................................ .... 61

Tabel 9. Persepsi mengenai supervisi kepala sekolah dalam menyusun format

observasi ........................................................................................... .... 62

Tabel 10.Persepsi mengenai supervisi kepala sekolah dalam berunding dan

bekerjasama dengan guru.................................................................. ....62

Tabel l1.Persepsi mengenai supervisi kepala sekolah dalam mengamati

guru mengajar. 63

Tabel 12. Persepsi mengenai supervisi kepala sekolah dalam menyimpulkan

hasil supervisi .................................................................................. ....64


Tabel 13. Persepsi mengenai supervisi kepala sekolah dalam mengkonfirmasi

hasil supervisi untuk keperluan pengambilan langkah tindak lanjut ...65

Tabel 14. Hasil analisis data mengenai pengaruh akreditasi sekolah dan

supervisi kepala sekolah terhadap prestasi belajar mata pelajaran

ekonomi............................................................................................. ...66
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Paradigma Penelitian............................................................................41


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Data peringkat akreditasi sekolah dan prestasi belajar siswa di

SMA se-Kabupaten Banjarnegara

Lampiran 2 Data angket persepsi guru mengenai supervisi kepala sekolah di

SMA se-Kabupaten Banjarnegara

Lampiran 3 Analisis validitas dan reliabilitas tingkat kepentingan

Lampiran 4 Analisis validitas dan reliabilitas tingkat kinerja

Lampiran 5 Hasil Uji wilcoxon sighned rank test

Lampiran 6 Analisis regresi antara X1 dengan Y

Lampiran 7 Analisis regresi antara X2 dengan Y

Lampiran 8 Analisis regresi antara X1 dan X2 terhadap Y

Lampiran 9 Kuesioner penelitian

Lampiran 10 Surat ijin penelitian


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Di era globalisasi sekarang ini, dibutuhkan adanya sumber daya manusia

yang berkualitas dan berdaya saing tinggi. Hal ini karena jumlah penduduk yang

semakin besar dan persaingan semakin ketat. Oleh karena itu dunia pendidikan

dituntut untuk dapat meningkatkan mutu pendidikan dan dapat menciptakan

sumber daya manusia yang berkualitas dan berprestasi tinggi.

Upaya peningkatan kualitas pendidikan secara nasional merupakan salah

satu agenda yang sedang dilaksanakan oleh pemerintah. Upaya ini diarahkan agar

setiap lembaga pendidikan selalu berupaya untuk memberikan jaminan kualitas

kepada pihak-pihak yang berkepentingan atau masyarakat yakni suatu jaminan

bahwa penyelenggaraan pendidikan di sekolah-sekolah sesuai dengan apa yang

seharusnya terjadi dan sesuai pula dengan harapan mereka. Apabila setiap

lembaga penyelenggara pendidikan selalu berupaya untuk memberikan jaminan

kualitas dan upaya ini dilakukan secara terus menerus, maka diharapkan mutu

pendidikan secara nasional akan terus meningkat. Peningkatan mutu pendidikan di

sekolah salah satunya ditunjukan dengan pencapaian prestasi belajar yang tinggi.

Salah satu fenomena yang terjadi di Kabupaten Banjarnegara, bahwa

pencapaian prestasi belajar siswa yang ditunjukan dalam perolehan Nilai Ujian

Nasional dalam 3 tahun terakhir mengalami penurunan, hal ini dapat dilihat

dalam tabel 1 di bawah ini.


Tabel 1
Nilai Rata-rata Ujian Nasional
Mata Pelajaran Ekonomi

Tahun Ajaran Nilai Rata-rata


2001/2002 5,56
2002/2003 5,13
2003/2004 4, 73
Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Banjarnegara

Dari tabel 1 di atas dapat digambarkan bahwa pencapaian prestasi belajar

siswa belum sesuai dengan harapan masyarakat dan hal ini perlu mendapatkan

perhatian khusus baik dari pihak sekolah maupun pemerintah.

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap mutu pendidikan menurut

Syafaruddin (2002:14) antara lain kurikulum, sumber daya ketenagaan, sarana dan

fasilitas, manajemen sekolah, pembiayaan pendidikan dan kepemimpinan

merupakan faktor yang perlu dicermati. Akreditasi sekolah termasuk dalam

manajemen sekolah.

Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah dalam rangka meningkatkan

mutu pendidikan, pemerintah mengeluarkan keputusan Menteri Pendidikan

Nasional Nomor 087/U/2002 tentang Akreditasi Sekolah. Dalam keputusan

tersebut dengan tegas menunjuk seluruh sekolah agar diakreditasi, baik sekolah

negeri maupun sekolah swasta. Sebelumnya Keputusan Dirjen Pendidikan Dasar

dan Menengah Nomor 020/Kep/1983, menyebutkan bahwa akreditasi hanya

untuk sekolah swasta. Akreditasi sekolah adalah suatu kegiatan penilaian

kelayakan dan kinerja suatu sekolah berdasarkan kriteria (standar) yang telah

ditetapkan dan dilakukan oleh badan akreditasi sekolah yang hasilnya

diwujudkan dalam bentuk pengakuan peringkat kelayakan. Adapun tujuan


akreditasi sekolah sesuai dengan keputusan Mendiknas Nomor 087/U/2002

adalah

1. Memperoleh gambaran kinerja sekolah yang dapat digunakan sebagai alat

pembinaan, pengembangan, dan peningkatan mutu pendidikan.

2. Menentukan tingkat kelayakan suatu sekolah dalam penyelenggaraan

pelayanan pendidikan.

Dengan adanya akreditasi sekolah diharapkan kualitas sekolah juga akan

semakin baik, dan sekolah yang berkualitas akan menghasilkan lulusan yang

baik dan memiliki prestasi belajar yang tinggi. Di Kabupaten Banjarnegara sudah

ada 7 Sekolah Menengah Atas yang diakreditasi, dan hasil yang diperoleh cukup

memuaskan dengan peringkat akreditasi A dan B.

Selain akreditasi sekolah, supervisi kepala sekolah juga berpengaruh

terhadap peningkatan prestasi belajar siswa. Kepala sekolah yang merencanakan

dan melaksanakan program supervisi secara rutin sudah tentu akan berdampak

positif bagi pengembangan kualitas pembelajaran yang dilakukan oleh guru.

Kepala sekolah sebagai supervisor dituntut untuk mampu bertindak sebagai

peneliti, dalam arti dapat mengumpulkan data yang akurat tentang proses belajar

mengajar, menganalisisnya dan selanjutnya menarik kesimpulan. Peranan

tersebut dapat dilakukan misalnya dengan kegiatan observasi kelas secara

terencana, menjadi pendengar yang baik mengenai berbagai masalah yang

disampaikan oleh guru kepadanya, dan berusaha untuk mengikuti perkembangan

isu dalam bidang pendidikan dan pengajaran khususnya mengenai proses


belajar mengajar. Jadi secara teori akreditasi sekolah dan supervisi kepala sekolah

berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa.

Berdasarkan konteks di atas dapat dikemukakan bahwa dengan

pencapaian peringkat akreditasi yang baik ternyata prestasi belajar yang diperolah

siswa dalam ujian nasional belum tentu baik. Hal tersebut memotivasi peneliti

untuk mengadakan penelitian mengenai pengaruh akreditasi sekolah dan persepsi

guru mengenai supervisi kepala sekolah terhadap prestasi belajar mata pelajaran

ekonomi.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu konsep mengenai

faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaian prestasi belajar mata pelajaran

ekonomi, ke depan diharapkan siswa-siswa Sekolah Menengah Atas dapat

mencapai prestasi belajar yang semakin baik.

1.2. Rumusan Masalah


Bertitik tolak dari latar belakang tersebut diatas, maka permasalahan

yang dapat diangkat dalam penelitian ini adalah:

1. Sejauhmana pengaruh akreditasi sekolah terhadap prestasi belajar mata

pelajaran ekonomi?

2. Sejauhmana pengaruh persepsi guru mengenai supervisi kepala sekolah

terhadap prestasi belajar mata pelajaran ekonomi?

3. Sejauhmana pengaruh akreditasi sekolah dan persepsi guru mengenai

supervisi kepala sekolah terhadap prestasi belajar mata pelajaran ekonomi?


1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan dan kenyataan yang terjadi, penelitian ini

memiliki tujuan ingin mendiskripsikan dan manganalisis mengenai tingkat

pengaruh:

1. Akreditasi sekolah terhadap prestasi belajar mata pelajaran ekonomi.

2. Persepsi guru mengenai supervisi kepala sekolah terhadap prestasi belajar

mata pelajaran ekonomi.

3. Akreditasi sekolah dan persepsi guru mengenai supervisi kepala sekolah

terhadap prestasi belajar mata pelajaran ekonomi.

1.4. Kegunaan Penelitian


Kegunaan yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

1. Kegunaan Teoritis

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi

penelitian sejenis maupun sebagai salah satu bahan pustaka dalam rangka

mengembangkan ilmu pengetahuan, khususnya yang berkenaan dengan

akreditasi sekolah, persepsi guru mengenai supervisi kepala sekolah dan

prestasi belajar.

2. Kegunaan Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai alat evaluasi

bagi kepala sekolah dalam menjalankan tugasnya sebagai pemimpin dalam

meningkatkan prestasi belajar khususnya mata pelajaran ekonomi.


BAB II

LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

2.1. Prestasi Belajar Mata Pelajaran Ekonomi

Prestasi merupakan hasil yang dicapai seseorang ketika mengerjakan

tugas atau kegiatan tertentu. Prestasi akademik adalah hasil belajar yang

diperoleh dari kegiatan pemebelajaran di sekolah yang bersifat kognitif dan

biasanya ditentukan melalui pengukuran dan penilaian. Sementara prestasi belajar

adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh

mata pelajaran, lazimnya ditunjukan dengan nilai tes atau angka yang diberikan

oleh guru.

Prestasi belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah prestasi belajar

mata pelajaran ekonomi yang diperoleh siswa yang ditunjukan dalam Nilai Ujian

Nasional.

2.2. Akreditasi Sekolah

2.2.1. Konsep Dasar Akreditasi Sekolah

Akreditasi sekolah, baik terhadap hasil maupun upayanya, perlu

dilakukan sebagai bentuk akuntabilitas kepada publik. Akreditasi sekolah

dilakukan oleh pemerintah atau lembaga independen yang kompeten untuk

menentukan kelayakan suatu sekolah dalam rangka penjaminan mutu kepada

publik. Penentuan kelayakan suatu sekolah didasarkan atas hasil akreditasi

Badan Akreditasi Sekolah (BAS).


Akreditasi sekolah adalah suatu kegiatan penilaian kelayakan dan

kinerja suatu sekolah berdasarkan kriteria (standar) yang ditetapkan dan

dilakukan oleh Badan Akreditasi Sekolah yang hasilnya diwujudkan dalam

bentuk pengakuan peringkat kelayakan sebagaimana diatur dalam Keputusan

Menteri Pendidikan Nasional 087/U/2002.

Berdasarkan pengertian tersebut, akreditasi sekolah dapat ditafsirkan

sebagai tindakan menilai tingkat kelayakan setiap sekolah melalui tindakan

membandingkan keadaan sekolah menurut kenyataan dengan kriteria yang telah

ditetapkan. Jika keadaan sekolah kenyataan lebih besar atau sama dengan

standar, maka sekolah yang bersangkutan dinyatakan terakreditasi. Sebaliknya,

sebuah sekolah dinyatakan tidak terakreditasi jika keadaan sekolah menurut

kenyataan lebih kecil dari pada standar yang telah ditetapkan. Dengan demikian,

hasil akreditasi dinyatakan dalam bentuk pengakuan terakreditasi dan tidak

terakreditasi. Sekolah yang terakreditasi dapat diperingkat menjadi tiga

klasifikasi, yaitu amat baik, baik, dan cukup. Sementara sekolah yang nilainya

kurang dari cukup dikategorikan belum terakreditasi.

Mengacu pada pengertian akreditasi sekolah tersebut, maka perlu

dilakukan dua tindakan. Pertama, menetapkan standar akreditasi sekolah yang

digunakan sebagai tolak ukur/kriteria. Mengingat sekolah sebagai sistem terdiri

dari sejumlah komponen yang saling terkait, maka perlu ditetapkan terlebih

dahulu standar dari masing-masing komponen sekolah tersebut. Kedua, menilai

kinerja dan kelayakan sekolah melalui tindakan membandingan masing-masing


komponen sekolah menurut kenyataan dengan standar/kriteria yang telah

ditetapkan bagi masing-masing komponen sekolah.

Hasil perbandingan secara keseluruhan komponen-komponen sekolah

menurut kenyataan dengan standar akreditasi akan menentukan hasil akreditasi

yang klasifikasinya dapat digolongkan menjadi terakreditasi(amat baik, baik,

cukup) atau tidak terakreditasi, sebagai bentuk pertanggungjawaban sekolah

kepada publik/masyarakat.

Persyaratan sekolah yang diakreditasi, yakni: (1) memiliki surat

keputusan kelembagaan unit pelaksana teknis (UPT) sekolah, (2) memiliki siswa

pada semua tingkatan kelas, (3) memiliki sarana dan prasarana pendidikan, (4)

memiliki tenaga kependidikan, (5) melaksanakan kurikulum nasional, (6) telah

menamatkan peserta didik.

Akreditasi dilaksanakan oleh Badan Akreditasi Sekolah (BAS), yang

merupakan badan non struktural yang bersifat independen. BAS terdiri atas BAS

Nasional, BAS Provinsi, dan BAS Kabupaten/kota. Susunan organisasi BAS

terdiri atas: (1) ketua merangkap aggota, (2) sekretaris merangkap anggota, dan

(3) anggota. Anggota BAS sekurang-kurangnya 11 orang dan sebanyak-

banyaknya sesuai dengan keperluan serta berjumlah gasal. Ketua dan sekretaris

BAS dipilih oleh dan dari anggota.

BAS-Nasional mempunyai tugas merumuskan kebijakan dan

melaksanakan sosialisasi kebijakan tentang akreditasi sekolah. BAS-Nasional

mempunyai fungsi :

1. Perumusan kebijakan dan penetapan perangkat akreditasi sekolah


2. Pelaksanaan sosialisasi kebijakan dan perangkat akreditasi sekolah

3. Pemamtauan dan evaluasi pelaksanaan akreditasi sekolah

4. Pemberian rekomendasi tentang tindak lanjut hasil akreditasi

5. Pelaporan hasil akreditasi sekolah secara nasional

6. Pelaksanaan katatausahaan BAS-Nasional (Basnas 2003)

BAS-Provinsi mempunyai tugas melakukan sosialisasi dan koordinasi

pelaksanaan akreditasi SLB, SMU, dan SMK. BAS-Provinsi mempunyai fungsi:

1. Pelaksanaan sosialisasi kebijakan tentang akreditasi SLB, SMU, dan SMK.

2. Pelaksanaan akreditasi SLB,SMU, dan SMK

3. Penetapan peringkat akreditasi, penerbitan sertifikat dan publikasi hasil

akreditasi SLB, SMU, dan SMK

4. Pelaporan hasil akreditasi sekolah tingkat provinsi.

5. Pelaksanaan ketatausahaan BAS-Provinsi (Basnas 2003)

BAS-Kabupaten/kota mempunyai tugas melakukan sosialisasi dan

koordinasi pelaksanaan akreditasi TK,SD, dan SLTP. BAS-Kabupaten/kota

mempunyai fungsi:

1. Pelaksanaan sosialisasi kebijakan tentang akreditasi TK, SD, dan SLTP.

2. Pelaksanaan akreditasi TK, SD, dan SLTP

3. Penetapan peringkat akreditasi, penerbitan sertifikat dan publikasi hasil

akreditasi TK, SD, dan SLTP

4. Pelaporan hasil akreditasi sekolah tingkat Kabupaten/kota

5. Pelaksanaan ketatausahaan BAS-Kabupaten/kota (Basnas 2003)


Hasil akreditasi sekolah dinyatakan dalam peringkat akreditasi sekolah.

Peringkat akreditasi sekolah terdiri atas tiga klasifikasi sebagai berikut A (Amat

baik), B (Baik), dan C (Cukup). Bagi sekolah yang hasil akreditasinya kurang dari

C dinyatakan tidak terakreditasi.

Peringkat akreditasi sekolah berlaku selama 4 (empat) tahun terhitung

sejak ditetapkan peringkat akreditansinya. Sekolah diwajibkan mengajukan

permohonan akreditasi ulang, sebelum 6 (enam) bulan masa berlakunya

peringkat akreditasi berakhir. Sekolah yang menghendaki untuk diakreditasi

ulang dapat mengajukan permohonan sekurang-kurangnya setelah 1 (satu) tahun

terhitung sejak ditetapkanya peringkat akreditasi. Sekolah yang peringkat

akreditasinya berakhir masa berlakunya dan telah mengajukan akreditasi ulang

tetapi belum dilakukan akreditasi oleh BAS provinsi/kabupaten/kota sesuai

dengan kewenanganya maka sekolah yang bersangkutan masih tetap

menggunakan peringkat akreditasi terdahulu. Sekolah yang peringkat

akreditasinya telah berakhir masa berlakukanya dan menolak untuk diakreditasi

ulang oleh BAS provinsi/kabupaten/kota sesuai dengan kewenanganya, maka

peringkat akreditasi sekolah yang besangkutan dinyatakan tidak berlaku.

Sekolah yang diakreditasi meliputi taman kanak-kanak (TK), sekolah

dasar (SD), sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP), sekolah menengah umum

(SMU), sekolah luar biasa (SLB), dan sekolah menengah kejuruan (SMK).

Komponen sekolah yang dinilai dalam akreditasi (Basnas 2003) terdiri atas :
1. Kurikulum/proses belajar mengajar, meliputi pelaksanaan kurikulum dan

proses belajar mengajar (perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi

pembelajaran).

2. Administrasi manajemen sekolah, meliputi perencanaan sekolah,

implementasi manajemen sekolah, kepemimpinan sekolah, pengawasan dan

ketatalaksanaan sekolah.

3. Organisasi/kelembagaan sekolah, meliputi organisasi dan regulasi sekolah.

4. Sarana dan prasarana yang diperlukan dalam menyelenggarakan program

pendidikan.

5. Ketenagaan meliputi tenaga pendidik dan tenaga penunjang .

6. Pembiayaan/pendanaan yang cukup dan berkelanjutan untuk

menyelenggarakan pendidikan di sekolah.

7. Peserta didik/siswa meliputi penerimaan siswa baru, pembinaan siswa, dan

keluaran

8. Peranserta masyarakat meliputi partisipasi warga sekolah dan masyarakat

dalam penyelenggaraan pendidikan.

9. Lingkungan/kultur sekolah, meliputi konteks sekolah dan kultur sekolah

2.2.2. Tujuan dan Manfaat Akreditasi Sekolah

Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 087/U/2002

menyebutkan bahwa akreditasi sekolah bertujuan untuk (1) memperoleh

gambaran kinerja sekolah yang dapat digunakan sebagai alat pembinaan,


pengembangan, dan peningkatan mutu, (2) menentukan tingkat kelayakan dan

kinerja suatu sekolah dalam penyelenggaraan pelayanan pendidikan.

Tujuan akreditasi tersebut mamiliki makna hasil akreditasi (1)

memberikan gambaran tentang tingkat kinerja sekolah yang dapat digunakan

untuk kepentingan pembinaan, pengembangan dan peningkatan kinerja sekolah,

baik kualitas, produktivitas, efektivitas, efisien, dan inovasinya, (2) memberikan

jaminan kepada publik bahwa sekolah tertentu yang telah dinyatakan terakreditasi

menyediakan layanan pendidikan yang memenuhi standar kualitas nasional, dan

(3) memberikan jaminan kepada publik bahwa siswa dilayani oleh sekolah yang

benar-benar memenuhi persyaratan standar kualitas nasional.

Hasil akreditasi sekolah memiliki manfaat (Basnas 2003:3) sebagai

berikut :

1. Memberikan umpan balik bagi sekolah yang bersangkutan sehingga dapat

dilakukan upaya-upaya perbaikan, pengembangan dan peningkatan kinerja

sekolah.

2. Membantu masyarakat dalam menentukan pilihan sekolah melalui informasi

tentang peringkat akreditasi sekolah

3. Membantu pemetaan kelayakan dan kinerja sekolah secara mikro dan makro.

4. Membantu pengembangan sekolah melalui pemberian informasi tentang

posisi sekolah tertentu terhadap sekolah lainya, posisi dinas pendidikan

tertentu terhadap dinas pendidikan lainya, dan sebagai informasi secara

nasional tentang tingkat kinerja pendidikan di Indonesia yang dapat


digunakan untuk pembinaan, pengembangan dan peningkatan kinerja

pendidikan secara mikro dan makro.

Secara lebih spesifik hasil akreditasi bermanfaat bagi kelompok-

kelompok kepentingan sebagai berikut :

1. Sekolah, bagi sekolah hasil akreditasi memiliki makna yang penting, karena ia

dapat digunakan sebagai:

a. Acuan dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan dan rencana

pengembangan sekolah.

b. Bahan masukan/umpan balik untuk usaha pemberdayaan dan

pengembangan kinerja warga sekolah dalam rangka menerapkan visi,

misi, tujuan, sasaran, strategi dan meningkatkan status jenjang akreditasi

sekolah.

c. Pendorong motivasi untuk terus meningkatkan kualitas sekolah secara

gradual di tingkat kabupaten/kota, provinsi, nasional bahkan ditingkat

regional dan internasional.

Selain pengakuan sebagai sekolah yang berkualitas, hasil akreditasi

juga memberikan manfaat bagi sekolah sebagai masyarakat belajar untuk

meningkatkan dukungan dari pemerintah, masyarakat maupun sektor swasta

dalam hal profesionalisme, moral, tenaga, dana dan sebagainya.

2. Kepala Sekolah. Hasil akreditasi diharapkan dapat menjadi bahan informasi

untuk pemetaan indikator keberhasilan kinerja warga sekolah, termasuk

kinerja kepala sekolah selama periode kepemimpinanya (satu periode adalah 4

tahun). Disamping itu, hasil akreditasi juga diperlukan bagi Kepala Sekolah
sebagai bahan masukan untuk penyusunan anggaran pendapatan dan belanja

sekolah (misalnya Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja

Sekolah/RAPBS).

3. Guru. Hasil akreditasi merupakan dorongan bagi guru untuk selalu

meningkatkan diri dan bekerja keras untuk memberikan layanan yang terbaik

bagi siswanya. Secara moral, guru senang bekerja di sekolah yang diakui

sebagai sekolah baik, maka guru selalu berusaha untuk meningkatkan diri

(profesionalismenya) dan bekerja keras untuk memperoleh, mempertahankan,

dan meningkatkan hasil akreditasi.

4. Masyarakat(orang tua siswa). Hasil akreditasi diharapkan menjadi informasi

yang akurat untuk menyatakan kualitas pendidikan yang ditawarkan oleh

setiap sekolah, sehingga secara sadar dan bertanggungjawab orang tua dapat

membuat keputusan dan pilihan yang tepat kaitanya dengan pendidikan bagi

anak didik sesuai dengan kebutuhan dan kemampuanya masing-masing.

5. Dinas Pendidikan. Hasil akreditasi diharapkan dapat menjadi acuan dalam

rangka pembinaan dan pengembangan/peningkatan kualitas pendidikan di

daerah masing-masing. Di samping itu, hasil akreditasi bagi Dinas Pendidikan

juga dapat menjadi bahan informasi penting untuk penyusunan anggaran

pendidikan secara umum, dan khususnya anggaran pendidikan yang terkait

dengan rencana biaya operasional Badan Akreditasi Sekolah di tingkat dinas.

6. Pemerintah. Bagi pemerintah hasil akreditasi juga sangat bermanfaat, karena ia

diharapkan menjadi :
a. Bahan masukan untuk pengembangan sistem akreditasi sekolah di masa

mendatang dan alat pengendalian kualitas pelayanan pendidikan bagi

masyarakat.

b. Sumber informasi tentang tingkat kualitas layanan pendidikan yang dapat

dipergunakan sebagai acuan untuk pembinaan, pengembangan, dan

peningkatan kinerja pendidikan secara makro.

c. Bahan informasi penting untuk penyusunan anggaran pendidikan secara

umum di tingkat nasional, dan khususnya anggaran pendidikan yang

terkait dengan rencana biaya operasional Badan Akreditas Sekolah di

tingkat Nasional.

2.2.3. Prinsip-prinsip Dasar Akreditasi Sekolah

Prinsip-prinsip dasar yang dijadikan pijakan dalam melaksanakan

akreditasi sekolah adalah objektif, efektif, komperhensif, memandirikan, dan

keharusan yang didalamnya mengandung penerapan prinsip keadilan (Basnas

2003:5)

Akreditasi sekolah pada hakikatnya merupakan kegiatan penilaian

tentang kinerja dan kelayakan penyelenggaraan pendidikan yang ditunjukan oleh

suatu sekolah. Dalam pelaksanaan penilaian ini berbagai aspek yang terkait

dengan kinerja dan kelayakan itu diperiksa untuk memperoleh informasi tentang

keberadaanya. Agar hasil penilaian itu dapat menggambarkan kondisi yang

sebenarnya untuk dibandingkan dengan kondisi yang diharapkan, maka dalam

prosesnya digunakan indikator-indikator yang dikaitkan dengan kriteria-kriteria

yang diinginkan sebagai dasar dalam melakukan penilaian itu.


Dalam pelaksanaan akreditasi sekolah, hasil yang diperoleh harus

mampu memberikan informasi yang dapat digunakan sebagai dasar dalam

pengambilan keputusan yang tepat oleh pihak-pihak yang terkait, seperti Kepala

Sekolah dalam rangka melakukan perencanaan atau peningkatan kualitas, dan

pihak pemerintah maupun masyarakat dalam rangka melakukan campur tangan

dalam upaya peningkatan kinerja dan kelayakan sekolah itu.

Dalam pelaksanaan akreditasi sekolah fokus penilaian hendaknya tidak

terbatas pada komponen-komponen tertentu, tetapi meliputi keseluruhan

komponen sekolah. Hasil yang diperoleh dapat menggambarkan secara utuh

kondisi kinerja dan kelayakan sekolah tersebut. Kelayakan dan kinerja ini

terutama ditinjau dari misi utamanya yaitu memberikan layanan pendidikan

dalam rangka membangun generasi yang memiliki pengetahuan, kemampuan,

atau kompetensi, mampu menjadi dirinya sendiri, dan bisa menjalani hidup

bersama dengan orang lain.

Kewenangan melakukan akreditasi sekolah haruslah berada pada

lembaga eksternal sekolah yang bersifat independen. Prosesnya meliputi evaluasi

sekolah yang bersangkutan dengan penggunaan instrumen yang disediakan oleh

lembaga eksternal yang independen itu. Adapun hasilnya dapat digunakan untuk

keberadaan kelayakan sekolah dibandingkan dengan standar nasional pendidikan

yang dijadikan pagu. Dengan mengetahui keberadaan kelayakan sekolah

berdasarkan hasil akreditasi selanjutnya kepada sekolah yang belum layak

dilakukan pembinaan secara terus-menerus agar mencapai standar yang telah

ditetapkan. Proses akreditasi akan berdampak positif terhadap sekolah yang


bersangkutan. Sekolah dapat mengetahui kekuatan dan kelemahanya, dapat

melakukan fungsi akuntabilitas, serta dapat berupaya memperbaiki dan

meningkatkan kelayakan.

Akreditasi sekolah harus dilaksanakan pada setiap sekolah, baik sekolah

negeri maupun sekolah swasta. Sekolah yang akan diakreditasi dapat mengajukan

permohonan terlebih dahulu kepada BAS yang berkewenangan, yakni kepada

BAS provinsi untuk sekolah menengah dan SLB, atau BAS Kabupaten/kota untuk

TK,SD, dan SLTP. Meskipun pada akhirnya setiap sekolah akan diakreditasi ,

namun sebelum dilakukan akreditasi tersebut sekolah melakukan persiapan,

kemudian mengajukan permohonan kepada BAS untuk dilakukan akreditasi.

Berdasarkan konsep diatas maka akreditasi sekolah dalam penelitian ini

diartikan tindakan menilai tingkat kelayakan setiap sekolah melalui tindakan

membandingkan keadaan sekolah menurut kenyataan dengan kriteria (standar)

yang telah ditetapkan. Akreditasi sekolah dapat diketahui dari tingkat perolehan

akreditasi yang sudah diperoleh sekolah setelah diakreditasi dengan klasifikasi : A

(amat baik), B (baik), C (cukup), dan tidak terakreditasi.

2.3. Persepsi Guru Mengenai Supervisi Kepala Sekolah

2.3.1. Persepsi

Persepsi adalah suatu proses yang ditempuh oleh individu untuk

mengorganisasikan dan menafsirkan kesan-kesan indera mereka agar memberikan

makna bagi lingkungan mereka (Robbins,1998:88)


Berdasarkan pengertian tersebut diatas, persepsi dapat didefinisikan

sebagai suatu proses dimana individu-individu mengorganisasikan dan

menafsirkan kesan indera agar memberikan makna kepada lingkungan mereka.

Bagaimanapun seperti telah kita catat, apa yang dipersepsikan seseorang dapat

berbeda-beda dari kesempatan yang obyektif.

Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi menurut robbins (1998:89),

yaitu :

1. Pelaku persepsi : bila seorang individu memandang pada suatu obyek dan

mencoba menafsirkan apa yang dilihatnya, penafsiran itu sangat dipengaruhi

oleh karakteristik pribadi dari perilaku persepsi itu. Diantara karakteristik

pribadi yang lebih relevan mempengaruhi persepsi adalah sikap, motif,

kepentingan atau minat, pengalaman masa lalu, dan pengharapan (ekspektasi)

2. Target/Obyek : karakteristik-karakteristik dari target yang akan diamati dapat

mempengaruhi apa yang dipersepsikan, seperti orang yang keras suaranya

akan lebih mungkin untuk lebih diperhatikan dari suatu kelompok mereka

yang pendiam. Hubungan suatu target dengan latar belakangnya

mempengaruhi persepsi, seperti kecenderungan kita untuk mengelompokan

benda-benda yang mirip.

3. Situasi : unsur–unsur lingkungan sekitar kita mempengaruhi persepsi kita ,

seperti waktu, keadaan, tempat kerja, dan keadaan sosial.

Persepsi kita terhadap orang berbeda dari persepsi kita terhadap obyek

mati seperti meja, mesin, atau gedung karena kita menarik kesimpulan mengenai

tindakan orang tersebut yang tidak kita lakukan terhadap obyek yang mati. Obyek
yang mati dikenai hukum alam tetapi obyek mati tidak mempunyai keyakinan,

motif, atau maksud sedangkan manusia punya.

Pada dasarnya bila kita mengamati perilaku seorang individu, kita

berusaha menentukan apakah perilaku itu karena penyebab internal ataukah

eksternal. Perilaku yang disebabkan faktor internal adalah perilaku yang diyakini

berada dibawah kendali pribadi dari individu itu, sedangkan yang disebabkan

faktor eksternal dilihat sebagai hasil dari sebab-sebab luar yaitu orang itu dilihat

sebagai terpaksa berperilaku demikian oleh situasi. Tetapi penentuan tersebut

sebagian besar bergantung pada tiga faktor, yaitu

1. Kekhususan (ketersediaan) : merujuk kepada apakah seseorang individu

memperlihatkan perilaku-perilaku yang berlainan dalam situasi yang

berlainan, seperti dari salah satu karyawan kita terlambat masuk kerja,

mungkin kita menghubungakan keterlambatan itu merupakan suatu perilaku

yang luar biasa atau tidak. Jika luar biasa, berarti kita akan mamberikan

atribusi (penghubungan) eksternal kepada perilaku itu. Jika tindakan itu tidak

luar biasa, berat kita akan menilai perilaku itu bersifat internal.

2. Konsensus : jika kita menghadapi situasi yang sama serupa bereaksi dengan

cara yang sama seperti perilaku karyawan tersebut akan memenuhi kriteria ini

jika semua karyawan yang mengambil rute yang sama ke tempat kerja juga

terlambat. Dari suatu perspektif atribusi, jika konsensus itu tinggi, kita

harapkan untuk memberikan suatu atribusi eksternal terhadap keterlambatan

karyawan itu, sedangkan jika karyawan-karyawan yang lain yang mengambil


rute yang sama berhasil sampai pada waktunya, kesimpulan kita sebagai

sebab akan berupa sebab internal.

3. Konsistensi : konsistensi (ketaat-asaan) dalam tindakan seseorang seperti

keterlambatan karyawan itu pula, datang terlambat sepuluh menit di tempat

kerja tidak dipersepsikan dengan cara yang sama bagi karyawan yang

baginya katerlambatan itu merupakan kasus yang luar biasa (ia tidak terlambat

selama beberapa bulan ini) seperti untuk karyawan yang baginya

keterlambatan itu merupakan bagian dari pola yang rutin (secara teratur ia

terlambat dua atau tiga kali dalam seminggu). Makin konsisten perilaku itu,

tentu kita condong untuk menghubungkan hal itu dengan sebab-sebab internal.

Kita sering menggunakan sejumlah jalan pintas bila menilai orang

lain. Mempersepsikan dan menafsirkan apa yang dilakukan orang lain

merupakan beban. Akibatnya, individu–individu mengembangkan teknik-

teknik untuk membuat tugas itu lebih mudah dikelola. Teknik-teknik ini

seringkali berharga, teknik ini memungkinkan kita untuk membuat persepsi

yang lebih tepat (akurat) dengan cepat dan memberikan data yang valid untuk

membuat ramalan. Bagaimanapun teknik-teknik ini tidaklah “footproof”

(orang tololpun dapat dan memang menceburkan kita dalam kesulitan), suatu

pemahaman akan jalan pintas ini dapat membantu mewaspadai bila teknik-

teknik ini menghasilkan distorsi yang benar.

Dalam penelitin ini persepsi yang dimaksud adalah persepsi semua guru

mata pelajaran ekonomi di SMA Se-Kabupatan Banjarnegara yang sudah

diakreditasi.
2.3.2. Hakikat Supervisi

Supervisi menurut Suhertian (2000:19) adalah usaha memberikan

layanan dan bantuan kepada guru-guru baik secara individual maupun secara

kelompok dalam usaha memperbaiki pengajaran. Kata kunci dari pelaksanaan

supervisi adalah “memberi layanan dan bantuan”. Pendapat senada dikemukakan

Soewadji (1987:33) bahwa supervisi merupakan rangsangan, bimbingan atau

bantuan yang diberikan kepada guru-guru agar kemampuan profesional makin

berkembang, sehingga situasi belajar semakin efektif dan efisien.

Pendapat lain dikemukakan oleh Purwanto (1998:76), supervisi adalah

suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan

pegawai sekolah lainya dalam melakukan pekerjaan secara efektif. Soewono

(1991:14) mengatakan bahwa supervisi merupakan salah satu bagian dari

manajemen personal pendidikan. Supervisi di sekolah sering disebut juga dengan

pembinaan guru.

Kegiatan supervisi pada prinsipnya merupakan kegiatan membantu dan

melayani guru agar menjadi lebih bermutu yang selanjutnya diharapkan dapat

membentuk situasi proses belajar mengajar yang lebih baik dalam rangka

mencapai tujuan pendidikan (Willes 1983:107).

Supervisi menurut Gaffar (1987:158-159) merupakan suatu keharusan

untuk mengatasi permasalahan tugas lapangan. Supervisi menekankan kepada

pertumbuhan profesional dengan inti keahlian teknis serta perlu ditunjang oleh

kepribadian dan sikap profesional.


Menurut Surahman (1983:179) dimensi dalam pendidikan meliputi ilmu

pengetahuan, keterampilan, kepribadian, kesejahteraan guru, pelayanan

kepegawaian dan jenjang karir. Nergery (1981:11) juga menyatakan bahwa

supervisi meliputi pembinaan kinerja, kepribadian, lingkungan kerja, serta rasa

tanggung jawab. Dengan kata lain, supervisi mencakup aspek kepribadian dan

profesional, sehingga membawa guru kepada sikap terbuka, terampil, dan

jiwanya menyatu dengan tugas sebagai pendidik.

Berkenaan dengan materi pembinaan tersebut, Oliva (1987:18)

menegaskan bahwa fondasi supervisi pendidikan meliputi teknologi

pembelajaran, teori kurikulum, interaksi kelompok, konseling,sosiologi, disiplin

ilmu, evaluasi, manajemen, teori belajar, sejarah pendidikan, teori komunikasi,

teori kepribadian, dan filsafat pendidikan.

Disamping itu, supervisi seharusnya merupakan program yang didesain

oleh sekolah maupun organisasi pembantu penyelenggaraan pendidikan serta

didukung oleh kegiatan yang diadakan oleh pihak guru. Menurut Orlosky

(1984:53) supervisi merupakan proses yang didesain oleh sekolah untuk

memajukan kualitas serta kuantitas anggota staf yang diperlukan untuk

memecahkan masalah, demi tercapainya tujuan sekolah. Supervisi hendaknya

dilaksanakan melalui beberapa langkah, terus menerus, berkesinambungan, dan

pihak pembina harus tidak mengenal bosan.

Supervisi menurut Pidarta (1999:76) meliputi kegiatan mengidentifikasi

masalah yang dihadapi guru dalam menentukan tujuan, mengidentifikasi sumber

daya pendukung, penerapan program dan evaluasi.


Di tingkat sekolah, kepala sekolah mempunyai tugas pembinaan dengan

membantu guru mengembangkan kemampuan mereka demi meningkatkan mutu

pengajaranya. Pengawasan sekolah sebagai pembinaan guru dapat dilaksanakan

kepala sekolah mulai dari tingkat lokal sampai tingkat individual guru (Bondi

1986:214).

Tugas kepala sekolah baik sebagai pemimpin maupun sebagai supervisor

adalah membantu para guru di sekolah untuk mengembangkan profesinya

(Pidarta 1999:15). Untuk memenuhi tugas tersebut, kepala sekolah tidak

dibenarkan bekerja hanya untuk kejayaan sekolah pada masa kini saja, atau lebih

ekstrim pada waktu ia memimpin sekolah itu. Kepala sekolah tidak boleh bekerja

hanya untuk membuat nama dirinya baik, dengan cara membina guru-guru agar

rajin dan tepat waktu, agar roda perjalanan organisasi sekolah berjalan dengan

lancar tanpa memikirkan masa depan guru.

Purwanto (1998:28) menyatakan bahwa sebagai aktivitas yang

direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah lainya, kegiatan

atau usaha-usaha yang dapat dilakukan dalam rangka pelaksanaan supervisi

adalah sebagai berikut:

a. Membangkitkan dan merangsang semangat guru-guru dan pegawai sekolah

lainya dalam menjalankan tugasnya masing-masing dengan sebaik-baiknya.

b. Berusaha mengadakan dan melengkapi alat-alat perlengkapan termasuk

macam-macam media instruksional yang diperlukan bagi kelancaran jalanya

proses belajar mengajar yang baik.


c. Bersama guru-guru, berusaha mengembangkan, mencari dan menggunakan

metode-metode baru dalam proses belajar mengajar yang lebih baik.

d. Membina kerja sama yang baik dan harmonis antara guru, murid dan

pegawai sekolah lainya.

e. Berusaha mempertinggi mutu dan pengetahuan guru-guru dan pegawai

sekolah, antara lain dengan mengadakan workshop, seminar, inservice

training atau upgraiding.

Berbagai pandangan dari para pakar diatas mengkristalisasikan

substansi dari supervisi, yaitu upaya membantu dan melayani guru, melalui

penciptaan lingkungan yang kondusif bagi peningkatan kualitas pengetahuan,

keterampilan, sikap, kedisiplinan, serta pemenuhan kebutuhan dan berusaha

untuk selalu meningkatkan diri dalam rangka meningkatkan kualitas proses

belajar mengajar sehingga mencapai keberhasilan pendidikan.

2.3.3. Fungsi dan Tujuan Supervisi

Fungsi dan tujuan supervisi menurut Lucio dan Neil (1979:240) adalah

sebagai kepemimpinan dan sumber pelayanan dalam organisasi dan manajemen

personel, termasuk sistem evaluasi. Kepemimpinan dalam supervisi dapat

dilakukan oleh pihak pembina dengan memanfaatkan pengaruhnya agar guru

termotivasi terus belajar dan meningkatkan diri dalam rangka menunaikan tugas

mengajar sebaik-baiknya. Bantuan dan pelayanan yang diberikan oleh pihak

pembina kepada guru sesuai dengan kebutuhan dan masalah yang dihadapi

masing-masing guru, terlebih dahulu diketahui melalui kegiatan penelitian dan


inspeksi. Supervisi melalui hubungan pembinaan manusia, selain berperan

meningkatkan kualitas individual guru juga melalui proses kelompok bertujuan

menumbuhkan kekompakan seluruh guru, personel sekolah yang ada demi

tercapainya tujuan pendidikan. Disamping itu, kepala sekolah dalam

melaksanakan tugas supervisinya diharapkan pula membina sistem administrasi

personel yang dilakukan oleh sekolah binaanya, termasuk sistem evaluasi

terhadap program supervisi. Dengan kata lain, tujuan program supervisi adalah

agar guru sadar dan mengetahui keadaan dan kebutuhan dirinya, tugas, hak, dan

kewajibanya, serta mampu membina dan memimpin dirinya sendiri agar lebih

mampu memberikan pelayanan dan pengalaman belajar kepada siswa dengan

kualitas yang lebih baik.

Di samping mempunyai tugas untuk membantu dan mengembangkan

profesi guru, kepala sekolah perlu mengupayakan agar guru-guru memiliki

disiplin diri sendiri. Menurut Waysan sebagaimana dikutip Pidarta (1999:28),

disiplin itu dapat dipelajari karenanya guru-guru perlu dibina dalam

mewujudkanya. Selanjutnya dikatakan bahwa cara untuk membina disiplin

adalah dengan pendekatan psikologis dan metodis, antara lain dengan

menghargai pendapat , inisiatif, dan keberhasilan guru-guru dalam berbagai

kegiatan berarti menghargai kemampuan meraka. Mereka perlu dipandang dan

diperlakukan sebagai teman, bukan sebagai bawahan.

Berkaitan dengan tugas kepala sekolah tersebut diatas, Suhertian

(1982:24) mengemukakan beberapa tujuan kongkrit dari supervisi pendidikan

yaitu sebagai berikut:


a. Membantu guru-guru melihat dengan jelas tujuan-tujuan pendidikan.

b. Membantu guru-guru membimbing pengalaman belajar murid-murid.

c. Membantu guru-guru menggunakan sumber–sumber pengalaman belajar.

d. Membantu guru-guru dalam menggunakan metode-metode dan alat-alat

pelajaran modern.

e. Membantu guru-guru dalam memenuhi kebutuhan belajar murid-murid.

f. Membantu guru-guru dalam hal manilai kemajuan murid-murid dan hasil

pekerjaan guru itu sendiri.

g. Membantu guru-guru dalam membina reaksi mental atau moral kerja guru-

guru dalam rangka pertumbuhan pribadi dan jabatan mereka.

h. Membuat guru-guru di sekolah sehingga mereka merasa gembira dengan

tugas yang diperolehnya.

i. Membantu guru-guru agar lebih mudah mengadakan penyesuaian terhadap

masyarakat dan cara-cara menggunakan sumber-sumber masyarakat dan

seterusnya.

j. Membantu guru agar waktu dan tenaga guru tercurahkan sepenuhnya

dalam pembinaan sekolah.

Supervisi bertujuan agar hasil pelaksanaan pekerjaan diperoleh secara

berdayaguna (efisien) dan berhasilguna (efektif) sesuai dengan rencana tertentu

yang ditentukan sebelumnya (Atmodiwiro, 1991:41). Selanjutnya dikatakan

bahwa untuk mencapai tujuan tertentu maka fungsi seorang supervisor adalah

sebagai berikut :
a. Mempertebal rasa tanggung jawab terhadap pejabat yang diserahi tugas dan

wewenang dalam melaksanakan pekerjaan.

b. Mendidik para pejabat agar mereka melaksanakan pekerjaan sesuai dengan

prosedur yang telah ditentukan.

c. Mencegah terjadinya penyimpangan, kelalaian dan kelemahan agar tidak

terjadi kerugian yang tidak diinginkan.

d. Memperbaiki kesalahan dan penyelewengan agar pelaksanaan pekerjaan

tidak mengalami hambatan dan pemborosan-pemborosan.

2.3.4. Proses dan Teknik Supervisi

Supervisi merupakan kegiatan yang harus dilaksanakan secara terus

menerus dan berkesinambungan. Kegiatan supervisi, sesuai dengan fungsi dan

peranya, bertanggung jawab terhadap enam tugas yaitu menyangkut perencanaan,

manajemen, pelaksanaan supervisi itu sendiri, pengembangan kurikulum,

demonstrasi pengajaran dan penelitian.(Lucio dan Neil 1979:24)

Siklus supervisi menurut Lipham (1985:193) dimulai dari kegiatan

perencanan, penetapan tujuan, observasi awal, mengadakan diskusi, observasi

kelas, dan evaluasi. Dalam kaitan ini Sutrisna (1983:292) mengingatkan bahwa

sebagai sistem sosial, sekolah terdiri dari dimensi lembaga yang keduanya

dipengaruhi nilai-nilai, tradisi dan kultur yang dianut oleh individu-individu dan

yang berlaku didalam lembaga tersebut. Sebagai pemimpin di sekolah, kepala

sekolah mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk selalu mensinkronkan

semua aspek pendidikan, baik dari dimensi lembaga maupun dimensi individu
agar perilaku seluruh warga sesuai dengan yang diharapkan demi tercapainya

tujuan supervisi.

Nawawi (1997:23) mengemukakan bahwa kepala sekolah bertindak

sebagai pengubah nilai-nilai dalam bekerja dengan staf dan masyarakat luas.

Dalam pelaksanaanya, supervisi dapat menerapkan teknik perorangan atau

secara individual, seperti pertemuan pribadi atau kunjungan kelas. Media

pembinaan lainya adalah wadah MGMP dan KKKS maupun forum atau

kesempatan yang ada seperti penataran-penataran, seminar-seminar dapat juga

dimanfaatkan oleh pembinaan sebagai wahana atau media upaya peningkatan

kualitas guru.

Supervisi dimulai dengan mengadakan evaluasi terhadap pelaksanaan

proses belajar mengajar, menemukan kelemahan atau masalah-masalah yang

dihadapi guru, mendiskusikan potensi dan kelemahan yang ada serta cara

pemecahanya, mengembangkan program kegiatan untuk memperbaiki dan

meningkatkan kegiatan belajar mengajar. Program yang telah disepakati,

kemudian dilaksanakan oleh guru disertai bantuan, bimbingan dan pelayanan

pihak pembina. Evaluasi efektifitas pelaksanaan program juga dilakukan.

Dengan demikian, demi terbentuknya guru yang lebih berkualitas dan proses

belajar mengajar yang lebih baik, pihak pembina dalam hal ini kepala sekolah

dan pengawas sekolah lain memberi bantuan dan pelayanan, juga selalu

mendorong guru. Guru yang baik, mempunyai pengetahuan dan kemampuan

tentang beberapa hal berkaitan dengan tugasnya. Pengetahuan guru tersebut

(Sanusi 1991 :36-37) tercemin dalam unjuk kerja yang mencakup penguasaan
konsep dasar keilmuan dan materi serta bahan yang harus diajarkan, penguasaan

dan penghayatan terhadap landasan pendidikan, wawasan kependidikan dan

keguruan, penguasaan proses-proses kependidikan dan pembelajaran siswa,

kemampuan menyesuaikan diri kepada tuntutan kerja dan lingkungan sebagai

guru, serta memilih sikap penampilan yang positif terhadap tugas sebagai guru

dan seluruh situasi pendidikan serta mampu menjadi panutan dan teladan bagi

siswa.

Purwanto (1998:75) juga berpendapat bahwa beberapa hal yang harus

dicapai oleh guru melalui kegiatan pembinaan yaitu:

a. Guru memahami tujuan pendidikan dan hubungan antara aktifitas pengajaran

dengan tujuan pendidikan tersebut.

b. Guru memahami persoalan dan kebutuhan murid dan usaha-usaha yang

perlu ditempuh.

c. Guru memahami masalah-masalah dan kesukaran-kesukaran belajar murid

dan usaha-usaha yang perlu ditempuh.

d. Guru mendapat kecakapan mengajar yang lebih baik, dengan berbagai metode

mengajar dan membuat alat-alat bantu pengajaran sesuai dengan kurikulum.

e. Guru mendapatkan tugas sesuai dengan kemampuan, minat dan bakatnya.

f. Guru mengenal dan memahami sumber-sumber pengalaman belajar murid di

lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat yang sesuai dan pendukung

proses belajar mengajar di sekolah.

g. Guru dapat melaksanakan evaluasi kegiatan sekolah dan hasil belajar untuk

mengatahui kemajuan sekolah dan perkembangan murid.


h. Guru terpupuk sikap kebersamaan, kekompakan dan moral kerja yang tinggi,

baik diantara sesama guru, dengan personal sekolah lainya, dengan orang tua

serta masyarakat.

2.3.5. Tipe-Tipe Supervisi

Walaupun sudah banyak diketahui bahwa fungsi supervisi adalah

menolong atau membantu guru-guru agar dapat berkembang secara mandiri,

namun pada prakteknya banyak kegiatan supervisi terutama yang dilakukan oleh

penilik atau pengawas lebih bersifat inspektif. Banyak kegiatan supervisi lebih

ditekankan untuk menemukan kesalahan-kesalahan yang mungkin akan dibuat

oleh guru-guru.

Briggs mengemukakan 4 tipe supervisi dilihat dari pelaksanaanya yaitu

“supervisi yang bersiafat korektif (corrective supervision), supervisi yang bersifat

preventif (preventive supervision), supervisi yang bersifat kreatif (creative

supervision), dan supervisi yang bersifat konstruktif (constructive supervision).

a. Supervisi yang bersifat korektif

Kegiatan supervisi yang bersifat korektif ini lebih menekankan usaha

untuk mencari-cari kesalahan dari pihak yang disupervisi (guru-guru).

Memang mencari kesalahan atau segi negatif seseorang lebih mudah daripada

mencari kebaikan-kebaikan atau segi positifnya. Perlu disadari bahwa

mencari dan menemukan kesalahan yang disupervisi tidak menolong orang

tersebut dari masalahnya. Supervisi yang menekankan pada usaha untuk

mencari kesalahan bukanlah alat yang efektif untuk memperbaiki proses

belajar mengajar.
Guru-guru yang selalu ditunjukan kesalahanya selain tidak menjadi

baik bahkan dapat menjadi frustasi dan bersikap negatif terhadap program-

program supervisi. Kesalahan adalah bukan suatu cela. Setiap orang, termasuk

guru-guru, tidak pernah luput dari berbuat salah sehingga harus dapat

diketemukan usaha-usaha perbaikan dari kesalahan-kesalahan tersebut. Tugas

seorang supervisor atau kepala sekolah ialah berusaha untuk mencari hal-hal

yang positif dari pekerjaaan guru. Dari hal-hal yang positif ini kepala sekolah

dapat membangkitkan motivasi guru untuk berkembang.

b. Supervisi yang bersifat preventif

Supervisi ini sangat menekankan pada usaha untuk melindungi guru-

guru dari berbuat salah. Guru-guru selalu diingatkan untuk tidak berbuat

kesalahan dengan memberikan kepada mereka batasan-batasan, larangan-

larangan atau sejumlah pedoman bertindak. Akibatnya guru-guru tidak berani

membuat hal-hal lain kecuali yang telah ditatapkan. Mereka tidak berani

mencoba hal-hal yang baru karena takut salah. Apabila hal ini berlangsung

terus-menerus maka guru tidak memiliki lagi kepercayaan pada diri sendiri.

Mencegah agar guru-guru tidak membuat kesalahan-kesalahan tidaklah salah,

tetapi lebih penting ialah bagaimana menyiapkan mereka agar mampu

menghadapi kesulitan-kesulitan yang mungkin akan terjadi. Pokok

permasalahanya ialah bagaimana mempersiapkan guru-guru agar terlatih

menghadapi persoalan.
Dalam hal ini peranan sekolah ialah menolong guru-guru menyusun

perencanaan kerja yang terperinci sehingga kemungkinan terjadinya kesalahan

dapat dilihat sebelumnya.

c. Supervisi yang konstruktif

Supervisi yang bersifat konstruktif ialah supervisi yang berorientasi

kemasa depan. Supervisi yang demikian ini didasari pada kenyataan dan

keyakinan melihat kesalahan yang lampau serta menjaga agar guru tidak

membuat kesalahan. Hal ini tidak banyak menolong guru-guru untuk

berkembang dalam profesi maupun kepribadianya.

Hakikat pendidikan ialah membangun agar menjadi lebih baik.

Peranan supervisi adalah membina dan membangun. Kesalahan-kesalahan

masa lampau dapat digunakan sebagai pengalaman dan penemuan untuk

masa depan. Jadi tugas supervisi adalah menolong guru-guru untuk selalu

melihat kedepan, melihat hal-hal yang baru dan secara antusias mengusahakan

perkembangan.

d. Supervisi yang bersifat kreatif

Apabila didalam supervisi yang konstruktif peranan supervisi atau

kepala sekolah masih lebih besar, maka pada supervisi tipe ini guru lebih

besar perananya dalam mengusahakan perbaikan proses belajar mengajar.

Peranan supervisor hanyalah mendorong dan membimbing. Sedangkan usaha-

usaha untuk menemukan perbaikan diserahkan kepada guru-guru. Dengan

kata lain peranan kepala sekolah adalah menciptakan situasi yang dapat

menyuburkan timbulnya kreatifitas pada guru-guru.


Hal-hal yang baru hanya mungkin terjadi berkat adanya kreativitas

yang tinggi. Daya kreativitas hanya muncul dalam situasi dimana orang

merasa aman untuk mencoba hal-hal yang baru, dengan resiko akan membuat

kesalahan-kesalahan.

2.3.6. Supervisi Kunjungan Kelas

Teknik supervisi menurut Soewadji (1987:42) ada beberapa macam,

yaitu (1) observasi kelas (2) percakapan individu/kelompok, (3) saling

berkunjung, (4) diskusi, (5) rapat guru, (6) kunjungan studi. Suhertian (2000:53)

membedakan teknik supervisi menjadi dua yaitu teknik supervisi yang bersifat

individual dan kelompok. Teknik supervisi yang bersifat individual ada tiga jenis

yaitu: (1) kunjungan kelas, (2) Observasi, (3) percakapan pribadi. Teknik yang

bersifat kelompok antara lain: rapat guru, diskusi kelompok, lokakarya, seminar,

simposium, dan sebagainya.

Supervisi kunjungan kelas menurut Nawawi (1997:108) adalah bagian

dari kegiatan kunjungan sekolah, karena dalam pengertianya sama dengan

supervisi kunjungan kelas. Rohmadi (1990:81) mengatakan bahwa supervisi yang

ditujukan langsung kepada guru untuk perbaikan cara-cara mengajar,

menggunakan alat peraga, kerjasama murid dalam kelas dan lain-lain.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas disimpulkan bahwa supervisi

kunjungan kelas adalah salah satu teknik supervisi yang bersifat individual dengan

cara supervisor (kepala sekolah) datang ke kelas melihat dan mengamati cara guru

mengajar.
Suhertian (1982:45) menegaskan bahwa tujuan supervisi kunjungan

kelas adalah menolong guru-guru dalam hal memecahkan kesulitan-kesulitan

yang mereka hadapi. Dalam kunjungan kelas yang diutamakan adalah

mempelajari sifat dan kualitas cara belajar anak dan bagaimana guru membimbing

murid-muridnya.

Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa supervisi

kunjungan kelas pada hakikatnya adalah observasi di kelas dengan tujuan untuk

menemukan kelemahan dan kelebihan guru mengajar sehingga dapat diketemukan

permasalahan-permasalahan yang dijumpai guru untuk selanjutnya dibantu

pemecahanya oleh supervisor secara demokratis.

Mengenai fungsi supervisi kunjungan kelas Suhertian (1982:45)

menegaskan bahwa supervisi kunjungan kelas berfungsi sebagai alat untuk

memajukan cara mengajar dan cara belajar yang baru. Supervisi kunjungan kelas

juga berfungsi untuk membantu pertumbuhan profesional baik bagi guru maupun

supervisor karena memberi kesempatan untuk meneliti prinsip-prinsip dan hal

belajar mengajar itu sendiri.

Dapat disimpulkan bahwa fungsi supervisi kunjungan kelas adalah

sebagai alat untuk mendorong guru agar meningkatkan cara mengajar dan cara

belajar siswa. Supervisi kunjungan kelas dapat memberikan kesempatan guru

untuk mengemukakan pengalamanya sekaligus sebagai usaha untuk memberikan

rasa mampu pada guru-guru, karena dapat belajar dan memperoleh pengertian

secara moral bagi pertumbuhan karier.


Jenis supervisi kunjungan kelas menurut Suhertian (1982:46) dapat

dibedakan menjadi tiga yaitu :

a. Kunjungan dengan tanpa memberitahu

Supervisor tiba-tiba datang ke kelas tempat guru mengajar tanpa

memberitahu terlebih dahulu. Jenis supervisi ini ada segi positifnya dan ada

segi negatifnya. Segi positifnya yaitu supervisor dapat mengetahui keadaan

yang sesungguhnya, sehingga ia dapat menentukan sumbangan apakah yang

diperlukan oleh guru tersebut. Suasana yang wajar ini juga akan berpengaruh

terhadap suasana belajar anak secara wajar pula. Kemudian supervisor juga

dapat melihat yang sebenarnya, tanpa dibuat-buat. Hal seperti ini dapat

membiasakan guru agar selalu mempersiapkan diri sebaik-baiknya.

Kelemahanya adalah guru menjadi gugup, karena tiba-tiba didatangi,

tentu timbul prasangka bahwa ia dinilai dan pasti hasilnya tidak memuaskan.

Ada sebagian guru yang tidak senang, bila tiba-tiba dikunjungi tanpa

pemberitahuan terlebih dahulu. Ini berarti supervisi hanya mencari kesalahan

guru.

b. Kunjungan dengan cara memberitahu terlebih dahulu

Supervisor terlebih dahulu memberikan jadwal kunjungan yang telah

direncanakan dan diberikan kepada guru tiap kelas yang akan dikunjungi,

sehingga guru tahu pada hari apa dan jam berapa yang akan dikunjungi. Jenis

superrvisi kunjungan kelas dengan diberitahukan terlebih dahulu ini juga ada

segi positif dan negatifnya.


Segi positifnya adalah ada pembagian waktu yang merata bagi

pelaksanan supervisi terhadap semua guru yang memerlukanya. Dengan

demikian akan tercapai efisiensi kerja dan meningkatkan proses belajar

mengajar. Segi negatifnya adalah ada kemungkinan pengurangan kesempatan

bagi guru-guru yang lebih banyak membutuhkan supervisi. Keterbatasan

waktu yang ditentukan itu menekan guru yang bersangkutan karena harus

menunggu giliran berikutnya. Bagi supervisor kunjungan yang direncanakan

ini sangat tepat dan ia punya konsep pengembangan yang kontinu dan

terencana. Para guru dapat mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya karena

ia sadar bahwa kunjungan itu akan membantu apa yang diharapkan guru.

Kelemahanya adalah guru dengan sengaja mempersiapkan diri,

sehingga ada kemungkinan timbul hal-hal yang dibuat-buat dan kemungkinan

berlebihan, sehingga gambaran yang diperoleh supervisor bukan merupakan

hasil yang murni.

c. Kunjungan atas undangan guru

Pada jenis supervisi ini guru dengan sengaja mengundang kepala

sekolah untuk mengunjungi kelasnya. Jarang sekali terjadi ada seorang guru

yang menginginkan kepala sekolahnya melihat/memperhatikan suasana pada

waktu guru tersebut mengajar. Karena itu, jenis supervisi ini lebih baik,

karena guru secara sadar berupaya dan termotivasi untuk mempersipkan diri

dan membuka diri untuk memperoleh balikan dan pengalaman baru dalam hal

perjumpaanya dengan kepala sekolah. Dengan demikian ada sifat keterbukaan

dari guru dan guru merasa memiliki otonomi dalam jabatanya, aktualisasi
kemampuanya terwujud sehingga guru selalu belajar untuk mengembangkan

dirinya. Sikap dan dorongan untuk mengembangkan diri ini merupakan alat

untuk mencapai proporsional, karena sudah dipersiapkan jauh sebelumnya.

Kelebihan dari jenis supervisi ini adalah lebih pengalaman dan

berdialog dengan guru, sedangkan guru akan lebih mudah untuk memperbaiki

dan meningkatkan kemampuanya, karena motivasi untuk belajar dari

pengalaman dan bimbingan dari supervisor sudah begitu tinggi, maka

supervisi dirasakan sebagai kebutuhan mutlak dari seorang guru yang

profesional. Kelemahan supervisi atas undangan guru adalah ada

kemungkinan timbul sikap manipulasi, yaitu dengan dibuat-buat untuk

menonjolkan diri.

Dari uraian tentang pengertian, tujuan, fungsi dan jenis-jenis supervisi

kunjungan kelas yang masing-masing mempunyai kelebihan dan kelemahan,

maka supervisi kunjungan kelas sangat diperlukan. Supervisi kunjungan kelas

baik dengan pemeberitahuan lebih dahulu maupun secara tiba-tiba/ mendadak

tanpa memberitahu akan berjalan baik apabila sebelumnya dipersiapkan

(direncanakan) terlebih dahulu dan dilaksanakan secara situasional.

Tujuan supervisi kunjungan kelas terlebih dahulu harus dirumuskan secara

jelas. Rancangan yang berkaitan dengan kegiatan supervisi kunjungan kelas harus

sudah disusun lebih dahulu oleh kepala sekolah baik yang menyangkut situasi

belajar mengajar. Primadona kegiatan guru adalah guru mengajar dikelas

(dihadapan peserta didik), karena pada saat kegiatan proses belajar mengajar

terjadi kegiatan interaksi aktif antara guru dan murid dan sebaliknya antara murid
dengan murid. Guru dituntut tidak hanya pandai (menguasai materi saja akan

tetapi dituntut pula pandai mengajar sebagai ciri khas keprofesionalannya. Akan

lebih baik bila kepala sekolah (supervisor) malakukan supervisi kunjungan kelas

yang sebelumnya telah diprogramkan secara baik, yaitu minimal tiga kali setahun

dari berbagai jenis supervisi kunjungan kelas. Disamping itu guru sudah tahu

akan ada supervisi kunjungan kelas, lewat pemberitahuan secara tertulis (surat

resmi maupun lewat lisan (rapat guru) dari kepala sekolah, sehingga guru sadar

bahwa pelaksanaan supervisi kunjungan kelas oleh kepala sekolah bertujuan

tidak mencari kesalahan guru agar proses belajar mengajar berjalan baik.

Dari semua konsep/pendapat tentang supervisi kepala sekolah diatas

peneliti mengambil pengertian supervisi kepala sekolah adalah kegiatan kepala

sekolah dalam membantu dan melayani guru, melalui penciptaan lingkungan

yang kondusif bagi peningkatan kualitas pengetahuan, keterampilan, sikap,

disiplin, serta pemenuhan kebutuhan dan berusaha untuk selalu meningkatkan diri

dalam rangka meningkatkan kualitas proses belajar mengajar.

Supervisi kepala sekolah dapat dilihat dari kegiatan kepala sekolah dalam

hal merencanakan supervisi, merumuskan tujuan supervisi, merumuskan prosedur

supervisi, menyusun format observasi, berunding dan bekerjasama dengan guru,

mengamati guru mengajar, menyimpulkan hasil supervisi, dan

mengkonfirmasikan supervisi untuk keperluan mengambil langkah tindak lanjut.


2.2. Kerangka Berfikir

Sekolah yang berkualitas dapat diketahui dari beberapa hal diantaranya

pemberian layanan implementasi kurikulum/proses belajar mengajar, penciptaan

lingkungan/kultur sekolah yang kondusif, peran serta masyarakat,

penyelenggaraan pembinaan organisasi/kelembagaan sekolah yang baik,

dukungan pembiayaan yang memadai, tenaga yang sesuai dengan kebutuhan

baik segi kualitas maupun kuantitas, dan dukungan sarana dan prasarana yang

memadai. Oleh karena itu sekolah yang berkualitas selalu menyediakan

pemenuhan kebutuhan pendidik bagi peserta didik dan harapan masyarakat.

Pencapaian prestai belajar yang tinggi merupakan salah satu hal yang diharapkan

oleh masyarakat

Banyak faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa di sekolah,

diantaranya akreditasi sekolah dan supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah.

Pelaksanaan akreditasi sekolah akan memberi warna tersendiri bagi suatu

sekolah. Sekolah yang terakreditasi amat baik sudah barang tentu lebih

menghasilkan lulusan yang memiliki prestasi tinggi jika dibandingkan dengan

sekolah yang terakreditasi cukup.

Pencapaian prestasi belajar yang tinggi, berkaitan dengan pencapaian

prestasi pada satu atau sekelompok mata pelajaran salah satunya adalah

pencapaian prestasi belajar mata pelajaran ekonomi sangat penting. Dengan

adanya peringkat akreditasi yang baik diharapkan prestasi belajar mata pelajaran

ekonomi juga baik, yaitu dengan pencapaian prestasi belajar yang ditunjukan
pada Nilai Ujian Nasional. Untuk memperoleh akreditasi yang amat baik maka

perlu adanya pembinaan yang intensif oleh kepala sekolah.

Pelaksanaan supervisi kepala sekolah akan berdampak positif bagi

peningkatan kualitas sekolah dalam hal ini kaitanya dengan peningkatan prestasi

belajar mata pelajaran ekonomi. Kepala sekolah yang rajin melaksanakan

supervisi sesuai dengan ketentuan maka kepala sekolah yang bersangkutan akan

lebih berkualitas. Hal tersebut dikarenakan dalam proses supervisi, kepala

sekolah akan memberikan pengarahan dan pembinaan guna meningkatkan

prestasi belajar siswa.

Dalam konteks pembinaan, kepala sekolah dapat melakukan peranya

sebagai manajer dan supervisor. Sebagai manajer, kepala sekolah harus memiliki

strategi yang tepat untuk untuk memberdayakan tenaga kependidikan melalui

kerjasama, memberi kesempatan kepada para tenaga kependidikan untuk

meningkatkan profesinya, dan mendorong keterlibatan seluruh tenaga

kependidikan dalam berbagai kegiatan yang menunjang program sekolah.

Peran kepala sekolah sebagai supervisor harus diwujudkan dalam

kemampuan menyusun dan melaksanakan program supervisi pendidikan serta

memanfaatkan hasilnya. Kemampuan menyusun program supervisi pendidikan

harus diwujudkan dalam penyusunan program supervisi kunjungan kelas,

pengembangan program supervisi perpustakaan, laboratorium, dan ujian.

Kemampuan melaksanakan program supervisi pendidikan harus diwujudkan

dalam pelaksanaan program supervisi klinis, supervisi nonklinis, dan program

supervisi kegiatan ekstra kurukuler. Sedangkan kemampuan memanfaatkan hasil


supervisi pendidikan harus diwujudkan dalam pemanfaatan hasil supervisi

untuk meningkatkan kinerja tenaga kependidikan dan pengembangan sekolah.

Pelaksanaan supervisi yang dilakukan kepala sekolah secara terprogram dan

sistematis dimungkinkan akan berdampak pada peningkatan prestasi belajar

siswa, dalam hal ini prestasi belajar mata pelajaran ekonomi.

Berdasarkan uraian diatas dapat diasumsikan ada pengaruh, baik secara

sendiri maupun secara bersama–sama antara akreditasi sekolah dan supervisi

yang dilakukan kepala sekolah dengan prestasi belajar mata pelajaran ekonomi.

Keterkaitan antara variabel penelitian tersebut dapat dijelaskan dalam gambar

paradigma penelitian sebagai berikut:

Akreditasi Sekolah

Klasifikasi A
Klasifikasi B
Klasifikasi C Prestasi Belajar Mata
Tidak Terakreditasi Pelajaran Ekonomi

Nilai Ujian Nasional


Mata Pelajaran
Supervisi Ekonomi
Kepala Sekolah

1. Perencanaan
2. Tujuan
3. Prosedur
4. Format observasi
5. Kerjasama
6. Observasi
7. Simpulan
8. Tindak lanjut

Gambar 1 Paradigma Penelitian


2.3. Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut diatas, peneliti mengajukan

beberapa hipotesis yaitu :

2.3.1. Terdapat pengaruh yang signifikan antara akreditasi sekolah terhadap

prestasi belajar mata pelajaran ekonomi .

2.3.2. Terdapat pengaruh yang signifikan antara persepsi guru mengenai

supervisi kepala sekolah terhadap prestasi belajar mata pelajaran

ekonomi.

2.3.3. Terdapat pengaruh yang signifikan antara akreditasi sekolah dan persepsi

guru mengenai supervisi kepala sekolah terhadap prestasi belajar mata

pelajaran ekonomi.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Suharsimi Arikunto,

2002:108). Populasi dalam penelitian ini adalah semua SMA Se-Kabupaten

Banjarnegara yang sudah diakreditasi yang jumlahnya 7 sekolah, yaitu sebagai

berikut:

a. SMA N 1 Banjarnegara.

b. SMA N 1 Klampok

c. SMA N 1 Wanadadi

d. SMA N 1 Bawang

e. SMA Muhamadiyah Banjarnegara

f. SMA Cokroaminoto

g. SMA Muhamadiyah Kalibening

Dengan demikian ukuran populasi dari penelitian ini adalah sebesar 7

sekolah. Adapun jenis penelitian ini menggunakan teknik survei.

3.2. Operasionalisasi variabel penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah

3.2.1. Akreditasi Sekolah (X1)

Akreditasi sekolah adalah tindakan menilai tingkat kelayakan setiap

sekolah melalui tindakan membandingkan keadaan sekolah menurut kenyataan

dengan kriteria (standar) yang telah ditetapkan. Indikator akreditasi sekolah


didasarkan pada tingkat perolehan akreditasi yang sudah diperoleh sekolah

setelah diakreditasi dengan klasifikasi: A (amat baik) diberi skor 4, B (baik) diberi

skor 3, C (cukup) diberi skor 2, dan tidak terakreditasi diberi skor 1. Indikator-

indikator tersebut diukur berdasarkan studi dokumentasi yang diperolah dari

Dinas Pendidikan Kabupaten Banjarnegara. Pengukuran variabel ini

menggunakan alat ukur dengan skala ordinal.

3.2.2. Persepsi guru mengenai supervisi kepala sekolah (X2)

Persepsi guru mengenai supervisi kepala sekolah adalah Persepsi guru

mengenai kegiatan kepala sekolah membantu dan melayani guru, melalui

penciptaan linkungan yang kondusif bagi peningkatan kualitas pengetahuan,

keterampilan, sikap, kedisiplinan, serta pemenuhan kebutuhan dan berusaha untuk

selalu meningkatkan diri dalam rangka meningkatkan kualitas proses belajar

mengajar. Indikator supervisi kepala sekolah meliputi (1) merencanakan supervisi,

(2) merumuskan tujuan supervisi, (3) merumuskan prosedur supervisi, (4)

menyusun format observasi, (5) berunding dan bekerjasama dengan guru, (6)

mengamati guru mengajar, (7) menyimpulkan hasil supervisi, (8)

mengkonfirmasikan supervisi untuk keperluan mengambil langkah tindak lanjut.

Indikator tersebut berdasarkan persepsi guru mata pelajaran ekonomi dan akan

diungkap dengan teknik angket. Pengukuran variabel ini menggunakan alat ukur

dengan skala ordinal.

3.2.3. Prestasi Belajar Mata Pelajaran Ekonomi (Y)

Indikatornya diperoleh dari rata-rata Nilai Ujian Nasional mata pelajaran

ekonomi pada tahun ajaran 2004/2005. Indikator tersebut diukur berdasarkan studi
dokumentasi yang diperoleh dari Dinas Pendidikan Kabupaten Banjarnegara.

Pengukuran variabel ini menggunakan alat ukur dengan skala rasio.

Tabel 2
Variabel Penelitian
No Variabel Indikator Data
1 Akreditasi Sekolah Peringkat Akreditasi Sekolah dengan Ordinal

klasifikasi :

A (Amat Baik)

B (Baik)

C (Cukup)

2. Persepsi Guru 1. Merencanakan supervisi Ordinal

mengenai 2. Merumuskan tujuan supervisi Ordinal

Supervisi Kepala 3. Merumuskan prosedur supervisi Ordinal

Sekolah 4. Menyusun format observasi Ordinal

5. Berunding dan bekerjasama dengan guru Ordinal

6. Mengamati guru mengajar

7. Menyimpulkan hasil supervisi Ordinal

8. Mengkonfirmasikan supervisi untuk Ordinal

keperluan pengambilan langkah tindak Ordinal

lanjut

3. Prestasi Belajar Nilai Rata-rata Ujian Nasional Mata Rasio

Mata Pelajaran Pelajaran Ekonomi

Ekonomi
3.3. Metode pegumpulan data

3.3.1. Metode angket / kuesioner

Metode angket atau kuesioner digunakan untuk memperoleh informasi

tentang persepsi guru mengenai supervisi kepala sekolah.

3.3.2. Metode Dokumentasi

Melalui metode dokumentasi diperoleh peringkat akreditasi sekolah dan

Nilai Ujian Nasional.

3.4. Validitas dan Reliabilitas

3.4.1. Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat kevalidan

dan kesahihan suatu instrumen, dengan menggunakan rumus product moment

(Suharsimi Arikunto,1996:160) sebagai berikut :

rxy =
NXY − (∑ X )(∑ Y )
( NX 2 ) − (∑ X )( NY − (∑ Y
2 2 2
))

Keterangan :

N = Jumlah Sampel

rxy = Koefisien korelasi

ΣX = Jumlah skor butir soal

Σ XY = Jumlah perkalian skor butir soal

Σ X2 = Jumlah kuadrat skor butir soal

ΣY2 = Jumlah kuadrat total

ΣY = Jumlah skor total


Berdasarkan hasil uji coba angket pada 15 responden, untuk angket persepsi guru

mengenai supervisi kepala sekolah berdasarkan tingkat kepentingan dan tingkat

kinerja dengan taraf kesalahan 5% diperoleh nilai r xy >r tabel = 0,514. Dengan

demikian semua butir soal valid.

3.4.2. Reliabilitas

Reliabilitas instrument menunjukan suatu penelitian bahwa sebuah

instrument cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai pengumpulan data

karena instrument itu sudah baik, sehingga mampu dan dapat mengungkapkan

data yang dipercaya.

Rumus alpha yang digunakan untuk mencari reliabilitas instrument yang

skornya bukan 1 dan 0 misalnya angket atau soal bentuk uraian (Suharsimi

Arikunto,1996:191)


⎡ k ⎤⎡ σ b ⎤
2

r 11 = ⎢ ⎥⎢ ⎥
⎣ (k − 1) ⎦ ⎢⎣ σ t ⎥⎦
2

Keterangan :

r 11 = Reliabilitas instrumen

k = Banyaknya butir soal pertanyaan atau banyak soal

Σσ2 = Jumlah varians butir

σt = Varians total

Berdasarkan hasil uji reliabilitas menggunakan rumus alpha diperolah koefisien

reliabilitas untuk angket persepsi guru mengenai supervisi kepala sekolah

berdasarkan tingkat kepentingan sebesar 0,9517 dan berdasarkan tingkat kinerja


sebesar 0,9480. Pada taraf kesalahan 5% dengan n = 15 diperolah harga rtabel =

0,514. Karena koefisien reliabilitas dari kedua angket tersebut lebih besar dari

nilai rtabel, dapat dinyatakan bahwa kedua angket tersebut reliabel dan dapat

digunakan untuk pengambilan data penelitian.

3.5. Metode Analisis Data

3.5.1. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan variabel yang ada

dalam penelitian yaitu Akreditasi Sekolah (X1), Persepsi Guru mengenai Supervisi

Kepala Sekolah (X2) dan Prestasi Belajar Mata Pelajaran Ekonomi (Y). Untuk

mendeskripsikan variabel persepsi digunakan analisis persepsi dengan matrix

performance and important yaitu membandingkan antara tingkat kepentingan dan

tingkat kinerja dari kepala sekolah.

Dalam penelitian ini guru memiliki peran ganda dalam menilai kepala
sekolah yaitu penilaian yang berdasarkan pada tingkat kepentingan dan
kinerjanya. Oleh karena itu digunakan uji jenjang–bertanda wilcoxon (wilcoxon’s
signed rank test). Adapun rumus perhitungan sebagai berikut (Ghozali &
Castellan,2002:70)

T + − μT +
Z=
σT +

Untuk nilai T dapat diketahui sebagai berikut :

n(n + 1)
μT =
+
4

n(n + 1) + (2n + 1)
σT =
+
24
Keterangan :

Z = Z score hasil perhitungan Wilcoxon Signed Rank Test

µT+ = mean

σT+ = varians

Kemudian untuk selanjutnya memakai alat Bantu dengan program SPSS.

Setelah diperoleh nilai Z score, untuk selanjutnya akan dapat diambil

kesimpulan seperti berikut :

a. Jika tingkat kinerja lebih besar dari tingkat kepentingan (Z score based on

positive ranks) dan pada taraf kepercayaan 5% diperoleh harga yang

signifikan maka kesimpulan akhirnya adalah “Sangat Baik”

b. Jika tingkat kinerja lebih besar dari tingkat kepentingan (Z score based on

positive ranks) dan pada taraf kepercayaan 5% diperoleh harga yang tidak

signifikan maka kesimpulan akhirnya adalah “Kurang Baik”

c. Jika tingkat kinerja sama dengan tingkat kepentingan (Z score equal positive

ranks and negative ranks) pada tarf kepercayaan 5% diperoleh harga yang

signifikan atau tidak signifikan maka kesimpulan akhirnya adalah “Baik”

d. Jika tingkat kenerja lebih kecil dari tingkat kepentingan (Z score based on

negative ranks) pada taraf kepercayaan 5% diperoleh harga yang signifikan

maka kesimpulan adalah “Kurang Baik”

e. Jika tingkat kinerja lebih kecil dari tingkat kepentingan (Z score based on

negative ranks) pada taraf kepercayaan 5% diperolah harga yang tidak

signifikan maka kesimpulan akhirnya adalah “Sangat Baik”

3.5.2. Uji Hipotesis


Hipotesis I dan II dianalisis dengan menggunakan regresi sederhana,

dengan rumus:

Y = a + bX1

Uji kerberartian koefisien regresi digunakan uji t. Apabila diperoleh probabilitas

kurang dari 5%, maka dapat disimpulkan hipotesis diterima.

Adapun hipotesis III dianalisis dengan menggunakan analisis regresi

ganda dengan rumus sebagai berikut (Algifari 2000:65):

Y = a + b1X1 + b2X2

Keterangan :

Y = Kualitas Mata Pelajaran Eonomi

a = Konstanta

b1 = Koefisien regresi akreditasi sekolah

b2 = Koefisien regresi persepsi guru mengenai supervisi kepala

sekolah

X1 = Akreditasi Sekolah

X2 = Persepsi guru mengenai supervisi kepala sekolah

Analisis regresi bertujuan untuk mengetahui apakah suatu persamaan

regresi yang dapat dihasilkan adalah baik untuk mengestimasi nilai variabel

dependen. Oleh karena itu diperlukan uji F.

a. Menguji koefisien regresi secara simultan (Uji F)


Yaitu untu mengetahui sejauhmana variabel-variabel bebas secara simultan

mampu menjelaskan variabel terikat.

Kriteria untuk menguji hipotesis adalah :

Jika F hitung > F tabel, maka Ho ditolak


Ha = b1, b2 = 0, artinya tidak ada pengaruh signifikan antara variabel bebas

dan variabel terikat.

Jika Fhitung < Ftabel, maka Ho diterima

Ho = b1, b2 ≠ 0, artinya terdapat pengaruh signifikan antara veriabel bebas

dan variabel teriket.

b. Menentukan koefisien determinasi

Koefisien determinasi digunakan untuk sejauhmana kemampuan model

dalam menerangkan variasi variabel terikat. Nilai R2 berada antara nol sampai

dengan satu. Semakin mendekati 1 maka variabel bebas hampir memberikan

semua informasi untuk memprediksi variabel terikat atau merupakan

indikator yang menunjukan semakin kuatnya kemampuan menjelaskan

perubahan variabel bebas terhadap variansi variabel terikat.

Untuk menemukan sebarapa besar sumbangan efektif dari masing-masing

prediktor (r2) terhadap prediksi yang ditunjukan dengan hasil nilai atau output

dari R square. Sumbangan efektif dicari jika prediktornya lebih dari satu.

Dalam penelitian prediktor ada dua yaitu akreditasi sekolah (X1) dan persepsi

guru mengenai supervisi kepala sekolah (X2)

c. Pengujian asumsi klasik

Uji asumsi klasik menurut Sugianto (1995:78-87) bertujuan untuk

mengetahui apakah penaksir dalam regulasi merupakan penaksir kolinier tak

bias terbalik. Untuk membuktikanya dilakukan uji terhadap multikolinieritas,

heterokedastisitas, dan normalitas


1. Multikolinieritas

Multikolinieritas menunjukan adanya hubungan yang sempurna antar

variabel bebas yang terdapat dalam regresi. Untuk mengetahui ada atau

tidaknya gejala multikolinieritas dengan melihat harga VIF (Variance

Inflation Faktor ).

Berdasarkan hasil uji multikolinieritas dengan menggunakan program

komputasi SPSS for windows diperoleh nilai VIF untuk variabel akreditasi

sekolah sebesar 1,525 dan variabel persepsi guru mengenai supervisi

kepala sekolah sebesar 1,525. Nilai VIF kedua variabel tersebut kurang

dari 5 dan berada disekitar 1, sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam

model regresi tidak terdapat multikolinieritas.

2. Heterokedastisitas

Agar di dalam model regresi didapat penaksir yang efisien baik

dalam sampel besar maupun kecil maka dilakukan uji hererokedastisitas.

Melalui SPSS dapat dilihat pola yang dihasilkan secara scater plot.

Apabila scater plot menunjukan pola tertentu maka model regresi

dinyatakan memiliki gejala heterokedastisitas. Dengan menggunakan

program komputasi SPSS dapat dilihat grafik scatter plot berikut:


Scatterplot
Dependent Variable: Y
2.0
Regression Studentized Residual

1.5

1.0

.5

0.0

-.5

-1.0

-1.5
-1.5 -1.0 -.5 0.0 .5 1.0 1.5

Regression Standardized Predicted Value

Berdasarkan grafik scatterplot terlihat bahwa titik-titik menyebar

secara acak dan tidak membentuk pola tertentu. Hal ini dapat disimpulkan

bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi.

3. Normalitas

Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui normalitas dari variabel

pangganggu. Uji normalitas merupakan justifikasi uji F dan Uji t, apabila

asumsi normalitas tidak dapat memenuhi maka inferensi dengan uji F dan

uji t dapat dilakukan. Hasil Uji Normalitas dapat dilihat pada grafik P-P

plot sebagai berikut:


Normal P-P Plot of Regression Standardized Resid
Dependent Variable: Y
1.00

.75

Expected Cum Prob


.50

.25

0.00
0.00 .25 .50 .75 1.00

Observed Cum Prob

Berdasarkan pada grafik P-P Plot terlihat bahwa nilai sebaran data

terletak di sekitar garis lurus (tidak terpencar jauh dari garis lurus). Hal ini

dapat disimpulkan bahwa persyaratan uji normalitas bisa dipenuhi.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1.Pengaruh Akreditasi Sekolah terhadap Prestasi Belajar Mata Pelajaran

Ekonomi

Sebagaimana disebutkan pada hipotesis I yang berbunyi terdapat

pengaruh yang signifikan antara akreditasi sekolah terhadap prestasi belajar

mata pelajaran ekonomi, maka dianalisis dengan menggunakan regresi

sederhana. Adapun hasil analisis regresi sederhana dengan menggunakan

program komputasi SPSS for windows release 10 dapat dilihat dalam tabel 3

berikut :

Tabel 3
Hasil Analisis Data Regresi mengenai Pengaruh Akreditasi Sekolah
terhadap Prestasi Belajar Mata Pelajaran Ekonomi

Sumber Variasi Nilai


Konstanta 0,609
B 1,668
ß 0,968
R 0,938
r2 0,937
t hitung 19,404
Signifikansi 0,000
Keputusan Signifikan

Berdasarkan tabel tersebut, diperolah model persamaan regresi

sederhana

Y = 0,609 + 1,668 X1

Dari hasil uji t diperoleh t hitung sebesar 19,404 dengan probabilitas 0,00

yang berarti hipotesis yang menyatakan ada pengaruh yang signifikan antara
akreditasi sekolah terhadap prestasi belajar mata pelajaran ekonomi diterima.

Dari hasil analisis diperoleh pula koefisien korelasi sebesar 0,968 dan

koefisien determinasi sebasar 0,938 dengan demikian besarnya kontribusi

akreditasi sekolah terhadap prestasi belajar mata pelajaran ekonomi 94%.

Adanya pengaruh yang signifikan antara akreditasi sekolah terhadap

prestasi belajar mata pelajaran ekonomi di SMA se-Kabupaten Banjarnegara

manunjukan bahwa jika sekolah memiliki akreditasi yang baik maka prestasi

belajar siswa juga akan semakin baik pula.

Hasil penelitian ini mendukung hipotesis yang dikemukakan pada Bab

II bahwa terdapat pengaruh antara akreditasi sekolah terhadap prestasi belajar

mata pelajaran ekonomi. Hasil tersebut sangat logis karena tujuan

penyelenggaraan akreditasi sekolah adalah; (1) memberikan gambaran tentang

tingkat kinerja sekolah yang dapat digunakan untuk kepentingan

pembinaan,pengembangan, dan peningkatan kinerja sekolah, baik kualitas,

produktivitas, evektivitas, evisien dan inovasinya, (2) memberikan jaminan

kepada publik bahwa sekolah tertentu yang telah dinyatakan terakreditasi

menyediakan layanan pendidikan yang memenuhi standar kualitas nasional,

dan (3) memberikan jaminan kepada publik bahwa siswa dilayani oleh sekolah

yang benar-benar memenuhi persyaratan standar kualitas nasional.

Di Kabupaten Banjarnegara terdapat 7 Sekolah Menengah Atas yang

sudah di akreditasi, selengkapnya dapat dilihat dalam tabel 4 di bawah ini:


Tabel 4
Peringkat Akreditasi Sekolah

Peringkat Nilai Rata-Rata


Nama Sekolah
akreditasi Ujian Nasional
A SMA N I Banjarnegara 7,25
SMA N I Bawang
SMA Muhamadiyah Banjarnegara
B SMA N Purwareja Klampok 5,61
SMA N I Wanadadi
SMA Cokroaminoto I
SMA Muhamadiyah Kalibening

Berdasarkan tabel di atas, terdapat 3 Sekolah Menengah Atas yang

mendapat peringkat akreditasi A dengan nilai rata-rata ujian nasional mata

pelajaran ekonomi sebesar 7,25 dan 4 Sekolah Menengah Atas yang

memperolah peringkat akreditasi B dengan nilai rata-rata ujian nasional 5,61.

Terkait dengan hal tersebut maka sekolah perlu berupaya meningkatkan

diri agar komponen-komponen yang termasuk dalam penilaian akreditasi

dapat dioptimalkan. Badan Akreditasi Nasional (2003) menguraikan sembilan

bidang yang termasuk dalam penilaian akreditasi yakni; (1) Kurikulum/proses

belajar mengajar, meliputi pelaksanaan kurikulum dan proses belajar mengajar

(perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran), (2) Administrasi/

manajemen sekolah, meliputi perencanaan sekolah, implementasi manajemen

sekolah, kepemimpinen kepala sekolah, pengawasan dan ketatalaksanaan

sekolah, (3) Organisasi/kelembagaan sekolah meliputi organisasi dan regulasi

sekolah, (4) Sarana dan prasarana yang diperlukan dalam penyelenggaraan

program pendidikan, (5) Ketenagaan meliputi tenaga pendidik dan tenaga

penunjang, (6) Pembiayaan/pendanaan yang cukup dan berkelanjutan untuk

menyelenggarakan pendidikan di sekolah, (7) Peserta didik/siswa meliputi


penerimaan siswa baru, pembinaan siswa, dan keluaran, (8) Peranserta

masyarakat meliputi partisipasi warga sekolah dan masyarakat dalam

penyelenggaraan pendidikan, dan (9) Lingkungan kultur sekolah, meliputi

konteks sekolah dan kultur sekolah.

4.2. Pengaruh Persepsi Guru mengenai Supervisi Kepala Sekolah terhadap

Prestasi Belajar Mata Pelajaran Ekonomi

Sebagaimana disebutkan pada hipotesis II yang berbunyi terdapat

pengaruh yang signifikan antara persepsi guru mengenai supervisi kepala

sekolah terhadap prestasi belajar meta pelajaran ekonomi, maka dianalisis

dengan menggunkan regresi sederhana. Adapun hasil analisis data dapat

dilihat dalam tabel 5 berikut:

Tabel 5
Hasil Analisis Data mengenai Pengaruh Supervisi Kepala Sekolah terhadap
Prestasi Belajar Mata Pelajaran Ekonomi

Sumber Variasi Nilai


Konstanta 3,273
B 0.001
ß 0,684
R 0,468
r2 0,467
t hitung 4,693
Signifikansi 0,000
Keputusan Signifikan

Berdasarkan tabel tersebut, diperoleh model persamaan regresi

sederhana

Y =3,273 + 0,001 X2
Dari hasil uji t diperoleh t hitung sebesar 4,693 dengan probabilitas 0,00

yang berarti hipotesis yang menyatakan ada pengaruh yang signifikan antara

persepsi guru mengenai supervisi kepala sekolah terhadap prestasi belajar

mata pelajaran ekonomi diterima. Dari hasil analisis diperoleh pula koefisien

korelasi sebesar 0,467 dan koefisien determinasi sebesar 0,468 dengan

demikian besarnya kontribusi persepsi guru mengenai supervisi kepala

sekolah terhadap prestasi belajar mata pelajaran ekonomi sebesar 46,8%

bermakna.

Adanya pengaruh yang signifikan antara persepsi guru mengenai

supervisi kepala sekolah terhadap prestasi belajar mata pelajaran ekonomi

menunjukan jika supervisi kepala sekolah ditingkatkan pelaksanaanya, maka

akan semakin meningkat pula prestasi belajar siswa yang bersangkutan. Hasil

penelitian ini mendukung hipotesis yang dikemukakan pada bab II bahwa

terdapat pengaruh yang positif antara akreditasi sekolah terhadap prestasi

belajar mata pelajaran ekonomi.

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka pelaksanaan supervisi kepala

sekolah perlu ditingkatkan agar memberikan kontribusi yang lebih besar

terhadap kinerja guru. Hal tersebut selaras dengan pendapat Suhertian (1982)

bahwa supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah berfungsi sebagai alat

untuk memajukan cara mengajar dan cara belajar yang baru. Supervisi

kunjungan kelas juga berfungsi untuk membantu pertumbuhan profesional

baik bagi guru maupun supervisor karena memberi kesempatan untuk meneliti

prinsip dan hal belajar mengajar itu sendiri. Dengan profesional guru yang
semakin baik maka secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap

pencapaian prestasi belajar siswa yang semakin baik pula.

Berdasarkan hasil penelitian ini lebih lanjut dapat dideskripsikan

mengenai persepsi guru mengenai supervisi kepala sekolah dengan

membandingkan antara tingkat kepentingan dan tingkat kinerja pada tiap

indikator supervisi kepala sekolah. Berdasarkan Hasil Uji Wilcoxon Signed

Rank Test diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 6.
Persepsi Guru mengenai Supervisi Kepala Sekolah dalam Merencanakan
Supervisi

Asymp.
No Sub Indikator Z Kesimpulan
Sig.(2-tailed)
a
1 Kepala sekolah menyusun -3.579 .000 Sangat baik
rencana kegiatan supervisi
bulanan secara rutin dalam
program kegiatan semester.
2. Kepala sekolah menyusun -2.676a .007 Sangat baik
jadwal supervisi kunjungan
kelas yang dikomunikasikan
dengan guru.
3. Kepala sekolah melaksanakan -1.320a .187 Kurang baik
supervisi sesuai dengan
rencana dan jadwal yang
sudah tersusun.

Berdasarkan tabel 6 di atas, menurut persepsi guru ekonomi di Sekolah

Menengah Atas se-Kabupaten Banjarnegara yang sudah diakreditasi, kegiatan

kepala sekolah dalam menyusun rencana kegiatan supervisi bulanan secara

rutin dalam program kegiatan semester dan dalam menyusun jadwal supervisi

kunjungan kelas yang dikomunikasikan dengan guru hasilnya sudah sangat

baik, tetapi kepala sekolah dalam melaksanakan supervisi sesuai dengan

rencana dan jadwal yang sudah tersusun hasilnya kurang baik.


Tabel 7
Persepsi Guru mengenai Supervisi Kepala Sekolah dalam Merumuskan
Tujuan Supervisi

Asymp.
NO SUB INDIKATOR Z Sig.(2- Kesimpulan
tailed)
1 Kepala sekolah merumuskan -1.321a .186 Kurang baik
tujuan supervisi.
2 Kepala sekolah -2.524a .012 Sangat baik
melaksanakan supervisi
dengan tujuan yang jelas.

Berdasarkan tabel 7 di atas, kegiatan kepala sekolah di Sekolah

Menengah Atas di Kabupaten Banjarnegara yang sudah diakreditasi dalam

merumuskan tujuan supervisi hasilnya kurang baik, kemudian kepala sekolah

dalam melaksanakan supervisi dengan tujuan yang jelas hasilnya sangat baik.

Tabel 8
Persepsi Guru mengenai Supervisi Kepala Sekolah dalam Merumuskan
Prosedur Supervisi

Asymp.
NO SUB INDIKATOR Z Sig.(2- Kesimpulan
tailed)
1 Kepala sekolah merumuskan -827a .408 Kurang baik
langkah-langkah supervisi
secara runtut.
2 Kepala sekolah menentukan -2.181a .029 Sangat baik
urutan kunjungan supervisi
sesuai dengan keinginanya.

Berdasarkan tabel 8 di atas, menurut persepsi guru ekonomi di Sekolah

Menengah Atas di Kabupaten Banjarnegara yang sudah diakreditasi, kegiatan

kepala sekolah dalam merumuskan langkah-langkah supervisi secara runtut

hasilnya kurang baik, tetapi kegiatan kepala sekolah dalam menentukan urutan

kunjungan supervisi sesuai dengan keinginanya hasilnya sangat baik.


Tabel 9
Persepsi Guru mengenai Supervisi Kepala Sekolah dalam Menyusun
Format Observasi

Asymp.
NO SUB INDIKATOR Z Kesimpulan
Sig.(2-tailed)
1 Kepala sekolah menggunakan -546a .585 Kurang
instrumen untuk supervisi baik
kunjungan kelas.
2 Kepala sekolah menggunkan -1.291a .197 Kurang
teknik observasi dengan format baik
tertentu dalam rangka supervisi
kunjungan kelas.
3. Kepala sekolah melaksanakan -943a .346 Kurang
supervisi dengan menggunakan baik
format observasi.

Berdasarkan tabel 9 di atas, menurut persepsi guru ekonomi di Sekolah

Menengah Atas Kabupaten Banjarnegara yang sudah diakreditasi, kegiatan

kepala sekolah dalam supervisi kunjungan kelas menggunakan instrumen dan

menggunakan teknik observasi dengan format tertentu hasilnya kurang baik,

kemudian dalam melaksanakan supervisi dengan menggunakan format

observasi hasilnya juga kurang baik.

Tabel 10
Persepsi Guru mengenai Supervisi Kepala Sekolah dalam Berunding dan
Bekerjasama dengan Guru

Asymp.
NO SUB INDIKATOR Z Kesimpulan
Sig.(2-tailed)
1 Kepala sekolah berunding dan -222a .824 Kurang
bekerjasama dengan guru mengenai baik
hasil observasi yang dilakukan.
2 Kepala sekolah mengadakan diskusi -1.360b .174 Kurang
mengenai hasil observasi apabila baik
masalah yang ditemukan cukup
berat.
3 Kepala sekolah mengadakan -525a .599 Kurang
kerjasama dengan guru apabila baik
diperlukan saja
Berdasarkan tabel 10 di atas, kegiatan kepala sekolah yang

dipersepsikan oleh guru ekonomi di Sekolah Menengah Atas se-Kabupatan

Banjarnegara yang sudah diakreditasi, dalam berunding dan bekerjasama

dengan guru mengenai hasil observasi yang dilakukan, mengadakan diskusi

mengenai hasil observasi apabila masalah yang ditemukan cukup berat dan

kepala sekolah mengadakan kerjasama dengan guru apabila diperlukan saja

hasilnya kurang baik.

Tabel 11
Persepsi Guru mengenai Supervisi Kepala Sekolah dalam Mengamati
Guru Mengajar

Asymp.
NO SUB INDIKATOR Z Sig.(2- Kesimpulan
tailed)
1 Kepala sekolah mengadakan -1.250b .211 Kurang
proses pengamatan terhadap Baik
proses pembelajaran yang
dilakukan oleh guru.
2 Kepala sekolah mencatat setiap -1.127b .260 Kurang
permasalahan yang dihadapi Baik
guru saat mangamati proses
pembelajaran di kelas.
3 Kepala sekolah mengadakan -1.468a .142 Kurang
supervisi kunjungan kelas Baik
karena guru hendak
mengajukan penilaian untuk
kepentingan kenaikan pangkat

Berdasarkan tabel 11 di atas, menurut persepsi guru ekonomi Sekolah

Menengah Atas di Kabupaten Banjarnegara, kegiatan kepala sekolah

mengadakan pengamatan terhadap proses pembelajaran yang dilakukan oleh

guru, mencatat setiap permasalahan yang dihadapi guru dan kepala sekolah

mengadakan supervisi kunjungan kelas karena guru hendak mengajukan

penilaian untuk kepentingan kenaikan pangkat hasilnya kurang baik.


Tabel 12
Persepsi Guru mengenai Supervisi Kepala Sekolah dalam Menyimpulkan
Hasil Supervisi

Asymp.
NO SUB INDIKATOR Z Sig.(2- Kesimpulan
tailed)
1 Kepala sekolah menyimpulkan -258a .796 Kurang baik
hasil supervisi kunjungan kelas
secara musyawarah.
2 Kepala sekolah menyimpulkan -1822a .068 Sangat baik
hasil supervisi tanpa melibatkan
guru sehingga guru tidak tahu
kelemahanya dalam proses
pembelajaran.
3 Kepala sekolah menyimpulkan -2.066b .039 Sangat baik
hasil supervisi dengan
memberikan masukan agar guru
dapat meningkatkan
pembelajaran.

Berdasarkan tabel 12 di atas, menurut persepsi guru ekonomi di Sekolah

Menengah Atas se-Kabupatan Banjarnegara yang sudah diakreditasi kegiatan

kepala sekolah dalam menyimpulkan hasil supervisi kunjungan kelas secara

musyawarah hasilnya kurang baik, tetapi kegiatan kepala sekolah dalam

menyimpulkan hasil supervisi tanpa melibatkan guru sehingga guru tidak tahu

kelemahanya dalam proses pembelajaran hasilnya sangat baik, kemudian

kepala sekolah dalam menyimpulkan hasil supervisi dengan memberikan

masukan agar guru dapat meningkatkan pembelajaran hasilnya juga sangat

baik.
Tabel 13
Persepsi Guru mengenai Supervisi Kepala Sekolah dalam Mengkonfirmasikan
Hasil Supervisi untuk Keperluan Pengambilan Langkah Tindak Lanjut

Asymp.
No SUB INDIKATOR Z Kesimpulan
Sig.(2-tailed)
1 Kepala sekolah melaksanakan -2.121 .034 Sangat baik
supervisi demi demi
peningkatan profesional guru.
2 Kepala sekolah melaksanakan .000 1.000 Baik
supervisi dengan tindak lanjut
yang jelas.
3. Kepala sekolah melaksanakan -1.069 .285 Kurang baik
supervisi untuk memenuhi
salah satu peranya sebagai
supervisor.
4. Kepala sekolah melaksanakan -.504 .614 Kurang baik
supervisi demi peningkatan
proses pembelajaran guru.

Berdasarkan tabel 13 di atas, menurut persepsi guru ekonomi di Sekolah

Menengah Atas se-Kabupaten Banjarnegara yang sudah diakreditasi, kepala

sekolah dalam melaksanakan supervisi demi peningkatan profesional guru

hasilnya sangat baik, kegiatan kepala sekolah melaksanakan supervisi dengan

tindak lanjut yang jelas hasilnya baik, kemudian kepala sekolah melaksanakan

supervisi untuk memenuhi salah satu peranya sebagai supervisor dan

melaksanakan supervisi demi peningkatan proses pembelajaran guru hasilnya

kurang baik.
4.3. Pengaruh Akreditasi Sekolah dan Persepsi Guru mengenai Supervisi

Kepala Sekolah terhadap Prestasi Belajar Mata Pelajaran Ekonomi

Sebagaimana disebutkan pada Hipotesis III yang berbunyi terdapat

pengaruh yang signifikan antara akreditasi sekolah dan persepsi guru

mengenai supervisi kepala sekolah, maka dianalisis dengan menggunakan

regresi linear berganda. Adapun hasil perhitungan analisis regresi liniear

berganda dengan menggunakan program SPSS diperoleh hasil seperti

terangkum dalam tabel 14 berikut:

Tabel 14
Hasil Analisis Data mengenai Pengaruh Akreditasi Sekolah dan Supervisi
Kepala Sekolah terhadap Prestasi Belajar Mata Pelajaran Ekonomi

Sumber variasi X1 X2
Konstanta 0,419 0,419
B 1,489 0,00487
ß 0,864 0,177
R 0,958 0,958
r2 0,921 0,329
F hitung 275,6 275,6
t hitung 16,787 3,438
Signifikansi 0,000 0,002
Keputusan Signifikan Signifikan

Dari tabel tersebut diperoleh persamaan garis regresi linear berganda


sebagai berikut :
Y= 0,419 + 1,489X1 + 0,005X2
Berdasarkan persamaan regresi tersebut diketahui hasil a0, a1 dan a2

bertanda positif yang menunjukan adanya pengaruh positif antara nilai

akreditasi sekolah (X1) dan persepsi guru mengenai supervisi kepala sekolah

(X2) terhadap prestasi belajar mata pelajaran ekonomi (Y). Makna dari

persamaan tersebut adalah sebagi berikut:


a. Koefisien regresi X1 = 1,489 maknanya adalah jika nilai akreditasi sekolah

(X1) naik 1 poin sementara sementara persepsi guru mengenai supervisi

kepala sekolah (X2) diasumsikan tetap, maka prestasi belajar mata

pelajaran ekonomi (Y) akan naik sebesar 1,489 poin.

b. Koefisien regresi X2 = 0,005 maknanya adalah jika persepsi guru

mengenai supervisi kepala sekolah naik 1 poin, sementara akreditasi

sekolah tetap, maka prestasi belajar mata pelajaran ekonomi akan naik

sebesar 0,005 poin

4.3.1. Uji Keberartian Persamaam Garis Regresi (Uji F).

Untuk membuktikan kebenaran hipotesis digunakan uji F yaitu

untuk mengetahui sejauh mana variabel Akreditasi sekolah dan persepsi

guru mengenai supervisi kepala sekolah terhadap prestasi belajar mata

pelajaran ekonomi.. Berdasarkan hasil analisis data diketahui Fhitung

sebesar 275,610 dengan tingkat probabilitas sebesar 0,00. Dengan

demikian hipotesis yang mengatakan terdapat pengaruh antara akreditasi

sekolah dan persepsi guru mengenai supervisi kepala sekolah terhadap

prestasi belajar mata pelajaran ekonomi diterima.

4.3.2. Koefisien Determinasi (Ajusted R2 )

Harga Ajusted R2 atau koefisien determinasi dapat digunakan untuk

mengetahui besarnya sumbangan atau kontribusi yang diberikan oleh

variabel akreditasi sekolah dan persepsi guru mengenai supervisi kepala


sekolah terhadap prestasi belajar mata pelajaran ekonomi. Berdasarkan

hasil perhitungan diperoleh Ajusted R2 sebesar 0,958. Ini berarti persentase

pengaruh akreditasi sekolah dan persepsi guru mengenai supervisi kepala

sekolah terhadap prestasi belajar mata pelajaran ekonomi sebesar 95%,

sedangkan sisanya sebesar 5% dipengaruhi oleh variabel lain diluar model

penelitian ini.

Adanya pengaruh antara akreditasi sekolah dan supervisi kepala

sekolah terhadap prestasi belajar mata pelajaran ekonomi memberikan

pemahaman bahwa dengan adanya akreditasi sekolah dan supervisi kepala

sekolah yang baik telah meningkatkan prestasi belajar mata pelajaran

ekonomi.

Kepala sekolah sebagai supervisor harus diwujudkan dalam

kemampuan menyusun dan melaksanakan program supervisi pendidikan

serta memanfaatkan hasilnya. Kemampuan menyusun program supervisi

pendidikan harus diwujudkan dalam penyusunan program supervisi

kunjungan kelas, pengembangan program supervisi perpustakaan,

laboratorium dan ujian. Kemampuan melaksanakan program supervisi

pendidikan harus diwujudkan dalam pelaksanaan program supervisi klinis,

supervisi non klinis, dan program kegiatan supervisi ekstra kurikuler.

Sedangkan kemampuan memanfaatkan hasil supervisi pendidikan harus

diwujudkan dalam pemanfaatan hasil supervisi untuk meningkatkan

kinerja tenaga kependidikan yang akan berpengaruh positif terhadap

prestasi belajar siswa dan mengembangkan sekolah.


BAB V
PENUTUP
5.1. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diperoleh simpulan

sebagai berikut :

1. Adanya pengaruh yang signifikan antara akreditasi sekolah terhadap

prestasi belajar mata pelajaran ekonomi, mengindikasikan suatu

pemahaman bahwa semakin baik peringkat akreditasi sekolah akan

mengakibatkan semakin baik prestasi belajar mata pelajaran ekonomi,

begitu pula sebaliknya semakin rendah peringkat akreditasi sekolah akan

berakibat pada pencapaian prestasi belajar mata pelajaran ekonomi

semakin rendah. Hal ini terlihat dari temuan untuk perolehan peringkat

akreditasi A nilai rata-ratanya 7,25 dan untuk peringkat akreditasi B nilai

rata-ratanya 5,61.

2. Adanya pengaruh yang signifikan antara supervisi kepala sekolah terhadap

prestasi belajar mata pelajaran ekonomi, mengindikasikan suatu

pemahaman bahwa semakin baik supervisi kepala sekolah akan

mengakibatkan semakin baik prestasi belajar mata pelajaran ekonomi,

begitu pula sebaliknya semakin jelek supervisi kepala sekolah akan

berakibat pada pencapaian prestasi belajar mata pelajaran ekonomi

semakin rendah.

3. Adanya pengaruh yang signifikan antara akreditasi sekolah dan supervisi

kepala sekolah terhadap prestasi belajar mata pelajaran ekonomi,

mengindikasikan suatu pemahaman bahwa semakin baik akreditasi


sekolah dan supervisi kepala sekolah akan mengakibatkan semakin baik

prestasi belajar mata pelajaran ekonomi, begitu pula sebaliknya semakin

rendah akreditasi sekolah dan supervisi kepala sekolah akan berakibat

pada pencapaian prestasi belajar mata pelajaran ekonomi semakin rendah.

Tetapi dengan pencapaian akreditasi sekolah yang baik dan supervisi

kepala sekolah kurang baik dimungkinkan akan berakibat prestasi belajar

siswa kurang baik, begitu pula sebaliknya dengan pencapaian peringkat

akreditasi rendah dan supervisi kepala sekolah baik dimungkinkan akan

berakibat prestasi belajar siswa juga kurang baik.

5.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disarankan sebagai

berikut:

1. Adanya pengaruh yang signifikan antara akreditasi sekolah terhadap

prestasi belajar mata pelajaran ekonomi maka diharapkan untuk sekolah

yang memperoleh peringkat akreditasi B berusaha untuk memperoleh

peringkat akreditasi A.

2. Adanya pengaruh yang signifikan antara supervisi kepala sekolah terhadap

prestasi belajar mata pelajaran ekonomi, diharapkan kepala sekolah selalu

meningkatkan kegiatan supervisinya dengan melaksanakan kegiatan

supervisi sesuai dengan jadwal yang sudah tersusun, merumuskan tujuan

supervisi dengan jelas, menyusun format observasi, berunding dan

bekerjasama dengan guru, mengamati guru mengajar dan menyimpulkan

hasil supervisi kunjungan kelas secara musyawarah.


3. Adanya pengaruh yang signifikan antara akreditasi sekolah dan supervisi

kepala sekolah terhadap prestasi belajar mata pelajaran ekonomi,

diharapkan untuk sekolah yang memperoleh peringkat akreditasi rendah

dan supervisi kepala sekolah kurang baik agar lebih ditingkatkan lagi,

sehingga prestasi belajar siswa akan semakin baik.

You might also like