You are on page 1of 39

LAPORAN PENDAHULUAN

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kelembagaan (Organisasi) Pembudidaya Ikan


Kelembagaan merupakan sebagai suatu sistem norma yang
diperlukan untuk mencapai sejumlah tujuan yang dianggap penting oleh
masyarakat (Horton dan Hunt,1984. Sedangkan menurut Mubyarto
(1981) bahwa kelembagaan (institution) merupakan organisasi atau
kaidah-kaidah, baik formil maupun non formil, yang mengatur perilaku dan
tindakan anggota masyarakat tertentu baik dalam kegiatan-kegiatan rutin
sehari-hari maupun dalam usahanya untuk mencapai tujuan tertentu
Salah satu kelembagaan petani adalah tergabung dalam kelompok.
Menurut Sherif (1962:4) : kelompok adalah unit sosial yang terdiri atas
sejumlah individu yang mempunyai hubungan saling ketergantungan
sesuai dengan status dan perannya. Sedangkan menurut Bales (1950)
kelompok adalah sejumlah orang yang melakukan interaksi sehingga
saling menerima kesan atau persepsi walaupun kesan itu hanya berupa
ingatan. Selanjutnya Mc. Davis (1968) menyatakan bahwa kelompok
adalah suatu sistem yang terorganisasi terdiri atas dua orang atau lebih
yang saling berhubungan sehingga sistem tersebut melakukan fungsi.
Homans (1950) menyatakan bahwa kelompok merupakan sekumpulan
individu yang keberadaannya sebagai suatu kumpulan yang
menguntungkan individu-individu. Selanjutnya David Crech (1968)
menyatakan bahwa kelompok merupakan kumpulan orang-orang yang
melakukan interaksi kerjasama dalam rangka mencapai tujuan.
Lembaga yang bergerak dalam agribisnis perikanan salah satunya
adalah kelompok tani yang merupakan kumpulan petani yang terikat
secara informal atas dasar keserasian, kesamaan kondisi lingkungan,
keakraban., kepentingan bersama, saling percaya, dan mempunyai
pimpinan untuk mencapai tujuan bersama (Samsudin (1987:125). Menurut
David Crech, (1968) Ciri-Ciri Kelompok adalah :
Sustainable Aquaculture Development For Food Security and 10
Poverty Reduction (SAFVER )
LAPORAN PENDAHULUAN

1. adanya interaksi keanggotaan kelompok


2. adanya tujuan, perasaan dan sikap bersama
3. adanya norma atau aturan kelompok
4. adanya peran dan status
5. adanya rasa ketergantungan satu sama lain
6. adanya motivasi dan kebutuhan untuk mendapatkan kepuasan
Pada umumnya sesorang memasuki sebuah kelompok, karena
kepercayaan bahwa dengan bersama-sama dengan orang lain,
kebutuhannya akan bisa terpenuhi dibandingkan dengan kalau
diusahakan sendiri.
Kelompok tani merupakan kumpulan petani yang tumbuh
berdasarkan keakraban dan keserasian serta kesamaan kepentingan
dalam memanfaatkan sumberdaya pertanian untuk bekerjasama
meningkatkan produktivitas usahatani dan kesejahteraan anggotanya.
Fungsi kelompok Tani yaitu sebagai kelas belajar mengajar, sebagai
unit produksi, sebagai wadah kerjasama, dan sebagai kelompok
usaha. Beberapa alasan Petani untuk membentuk kelompok tani adalah :
1. Banyak masalah yang harus diatasi di dalam usahatani dan
masalah tersebut mudah di atasi oleh suatu lembaga seperti
menyangkut modal usaha, pengendalian hama penyakit, pengadaan
sarana produksi dan kredit, pemasaran dan komunikasi dengan
pemerintah.
2. Organisasi dapat memberikan kelanggengan usaha, karena
dengan adanya organisasi , anggota dapat bekerjasama dalam
pengembangan teknologi, dan kegiatan sosial ekonomi lainnya.
3. Agar mampu bersaing dengan dunia luar karena itu harus
terorganisir dengan baik, sehingga mempunyai kepekaan yang tinggi
setiap menghadapi derasnya perubahan yang terjadi setiap saat.
Oleh karena itu dalam pembentukan kelompok tani harus
berdasarkan kepada : Apakah ada kebutuhan nyata yang mampu

Sustainable Aquaculture Development For Food Security and 11


Poverty Reduction (SAFVER )
LAPORAN PENDAHULUAN

dipenuhi bersama, Apakah layak dari segi keuangan, Apakah dapat


memberikan hasil dalam waktu singkat, Apakah sesuai dengan tatanan
sosial setempat, Apakah lembaga tersebut mudah dijalankan dengan
sumberdaya manusaia yang tersedia.
Pendirian kelompok tani bertujuan untuk meningkatkan kekuatan
penawaran (bargainning position), peningkatan skala usaha bersama,
pengadaan pelayanan yang selama ini tidak ada serta pengembangan
kegiatan lanjutan (pengolahan, pemasaran). Selain itu karena adanya
peluang untuk mengembangkan potensi usaha tertentu, atau karena
memanfaatkan fasilitas yang disediakan pihak lain (pemerintah) yang
mensyaratkan kelembagaan kelompok tani/gapoktan.
Fungsi-fungsi Kelompok tani dalam pengembangan usaha anggota
sebagai berikut :
1) Perlindungan terhadap sangsi-sangsi yang dapat timbul dari pengaruh
lingkungan
2) Keuntungan dari kerjasama melalui usaha bersama ini terutama
berkaitan dengan realisasi “economic of large scale”
3) Perbaikan posisi pasar
4) Kemungkinan-kemungkinan yang lebih besar dalam berkomunikasi
5) Memperlancar jalinan informasi dan melaksanakan berbagai inovasi

2.2 Pemberdayaan Masyarakat


Pemberdayaan merupakan upaya mendorong dan memberikan
individu untuk mengambil tanggungjawab pribadi untuk meningkatkan
cara mereka melakukan pekerjaan dan kontribusinya guna mencapai
tujuan organisasi. (David Clutterbuck, 1995).
Pemberdayaan adalah upaya membebaskan seseorang dari
kendali yang kaku dan memberinya kebebasan untuk bertanggungjawab
terhadap ide-idenya, dan keputusan-keputusannya, dan tindakan-
tindakannya. (Jan Carlzon, dalam Sarah Cook & Steve Macaulay, 1996)
Sustainable Aquaculture Development For Food Security and 12
Poverty Reduction (SAFVER )
LAPORAN PENDAHULUAN

Pemberdayaan (empowerment) adalah konsep yang berhubungan


dengan kekuasaan (power). Robert Chambers, mengartikan kekuasaan
sebagai kontrol terhadap berbagai sumber kekuasaan, termasuk ilmu
pengetahuan dan informasi. Karena itu Chambers mengartikan
pemberdayaan masyarakat sebagai pengambilalihan penguasaan
terhadap pengetahuan dan informasi, sebagai salah satu sumber
kekuasaan yang penting.
Oleh karena itu pemberdayaan merupakan upaya power sharing
antara masyarakat yang selama ini memiliki akses dan kontrol terhadap
sumber-sumber kekuasaan (kaum elite/dominan) dengan kelompok yang
terpinggirkan. Kaum miskin dan perempuan dalam hal ini termasuk ke
dalam kelompok yang terpinggirkan, tidak pernah terlibat dalam sektor
publik dan menjadi penerima informasi kedua. Proses power sharing
dilakukan dengan cara memperbesar daya (empowerment) kepada pihak
yang tidak/kurang berdaya, dan mengurangi daya pihak yang terlalu
berkuasa (disempower).
Power sharing bukanlah hal yang mudah, seringkali ketika
sekelompok masyarakat berhasil diberdayakan, mereka memiliki akses
dan kontrol terhadap sumber kekuasaan, bila tidak hati-hati akan menjadi
kelompok elite baru. Sedangkan kelompok yang selama ini berkuasa
akan sangat sulit membagikan sumber kekuasaannya kepada pihak lain.
Pendekatan yang dilakukan dengan penyadaran kritis terhadap nilai-nilai
kemanusiaan sebagai kontrol sikap dan perilaku, menjadi satu alternatif
untuk mengatasi hal tersebut.
Untuk mewujudkan hal di atas, tentu saja partisipasi masyarakat
menjadi penting. Partisipasi dalam proses pembangunan memungkinkan
kelompok marginal termasuk kaum miskin dan perempuan mempunyai
kesempatan untuk mendapatkan informasi dan diperlakukan dengan adil
dan setara. Sedangkan bagi kelompok elite dengan berpartisipasi

Sustainable Aquaculture Development For Food Security and 13


Poverty Reduction (SAFVER )
LAPORAN PENDAHULUAN

merupakan salah satu upaya membagikan sumber kekuasaan


(pengetahuan, informasi, dll) kepada kelompok lainnya.
Sebagai salah satu prinsip demokrasi, partisipasi warga
merupakan keharusan untuk mengontrol penyalahgunaan kekuasaan
oleh para pemimpin, menyampaikan aspirasi dan memberikan masukkan
dalam pengambilan keputusan yang menyangkut kehidupan warga
(publik). Bentuk-bentuk partisipasi warga yaitu keterlibatan masyarakat
dalam organisasi sosial kemasyarakatan (organisasi sipil), kesediaan
masyarakat untuk memberikan opini yang menyangkut kepentingan
publik, dalam program pembangunan, dalam proses pengambilan
keputusan publik,dalam pemilihan kepemimpinan lokal,dsb.
Dalam kontek pemberdayaan mekankan pada membangkitkan
kesadayaan masyarakat . Keswadayaan bertalian dengan proses
menjadikan berdaya, “berdiri atas kaki sendiri”, “self-supporting” atau “self-
reliant”, dalam segala aspek kehidupan - ekonomi, sosial, budaya, politik –
yang mencakup individu maupun kelompok, dan diperluas kepada
masyarakat dan negara. Dengan mencakup konsep independen, maka
keswadayaan merupakan konsep sosial-politik, yang dengan sendirinya
mengandung makna kekuasaan atau hubungan kekuasaan. Dengan
menyoroti keswadayaan yang berkembang dan terwujud pada individu
dan/atau kelompok, seperti kelompok/organisasi akar rumput (community-
based organizations atau CBO), Lembaga Swadaya Masyarakat atau
LSM, serta kelompok/organisasi yang sekarang lebih dimasukkan dalam
kategori “civil society organizations” atau CSO. Kemudian pada tingkat
makro dengan melihat kepada lingkungan pemerintahan (eksekutif,
legislatif, yudikatif) dan “elit” politik (tingkat yang mempunyai kekuasaan
untuk mengambil keputusan) yang kondusif bagi terbentuknya
keswadayaan tersebut. Yang dimaksud disini adalah tingkat yang
biasanya disebut “enabling environment”.

Sustainable Aquaculture Development For Food Security and 14


Poverty Reduction (SAFVER )
LAPORAN PENDAHULUAN

Dalam pengembangan ekonomi masyarakat, pengetahuan tentang


pranata (institutions) dan kebudayaan suatu masyarakat dalam
perkembangan ekonominya sangat diperlukan. Dasar filsafat konsep
keswadayaan adalah ungkapan-ungkapan yang sudah umum diketahui,
seperti: “ Untuk membantu seseorang/sekelompok agar maju, janganlah
beri ikan, tapi berilah kail”. “Lebih baik menjadi ‘bos’ kecil, daripada
pegawai/kuli (dengan gaji) besar”. “Everything is in God’s hands, but God
helps those, who help themselves”.
Mulai dengan keswadayaan pada tingkat individu, kita melihat ada
hubungan erat dengan keadaan kwalitas manusia dalam suatu
masyarakat, yang biasanya diukur dengan “human development index”
(HDI) atau Indeks pengembangan manusia (IPM). Indonesia termasuk
negara dengan HDI rendah, yang bertalian dengan tingkat pendidikan,
kesehatan fisik dan keadaan ekonomi, yang semuanya termasuk rendah.
Pada hemat saya masih ada ciri-ciri lain yang menyulitkan
berkembangnya masyarakat Indonesia dengan lebih cepat, dan keluar
dari keterpurukan yang berkepanjangan ini. Ciri-ciri ini adalah keengganan
untuk “menangguhkan kenikmatan sekarang, agar dapat keuntungan di
hari kemudian”, kecenderungan memilih jalan pintas (Koentjaraningrat),
mudah tergoda untuk melakukan tindakan korupsi, serakah dan ingin
untung sendiri, egois, keuletan rendah, kecenderungan boros dan hidup
bergaya konsumtif.

2.3 Partisipasi Anggota Kelompok

Partisipasi anggota merupakan salah satu wujud peran serta


anggota dalam Kelompok. Partisipasi mengandung potensi untuk
membina kerja sebuah kelompok atau organisasi. Menurut Davis dan
John (1994 : 124), partisipasi merupakan keterlibatan mental dan
emosional orang-orang dalam situasi kelompok yang mendorong mereka

Sustainable Aquaculture Development For Food Security and 15


Poverty Reduction (SAFVER )
LAPORAN PENDAHULUAN

untuk memberikan kontribusi pada tujuan kelompok dan berbagai


tanggung jawab pencapaian tujuan.
Tipe partisipasi menurut Ropke (1995 : 82 –83) dapat dibagi menjadi
tiga tipe yaitu kontribusi sumber daya, pengambilan keputusan, dan
pembagian benefit, seperti dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Sumberdaya

Pembuat Keputusan
Partisipasi

Benefit

Gambar 2.1 Tipe partisipasi Anggota


Sumber : Ropke, 1995

Para anggota yang tidak terbagi dalam benefit tidak akan


menggiurkan sumberdaya, benefit tidak akan diproduksikan buat anggota,
jika mereka tidak bersedia untuk berpartisipasi dalam pembuatan
keputusan. Partisipasi anggota pada kelompok dapat dipertahankan dan
meningkat, jika ada kesesuaian pada ketiga jalur tersebut di atas yaitu :
1) Adanya kesesuaian antara anggota dengan program, yaitu antara
kebutuhan dan pelayanan dengan sumber daya yang tersedia sebagai
output program
2) Adanya kesesuaian antara program dengan manajemen yaitu program
yang ditugaskan oleh anggota dengan kemampuan manajemen.
3) Adanya kesesuaian antara anggota dengan pengurus yaitu pihak
pengurus dalam mengambil keputusan harus sesuai permintaan

Sustainable Aquaculture Development For Food Security and 16


Poverty Reduction (SAFVER )
LAPORAN PENDAHULUAN

anggota. Jika ketiga jalur tersebut terjadi kesesuaian maka akan


terjadi efektivitas partisipasi.
Pemaknaan konsep partisipasi dalam wacana pembangunan,
cenderung menjadi semakin teknis (instrumental) meskipun seringkali
dihubungkan dengan konsep pemberdayaan dan perubahan sosial.
Terjadi gradasi perbedaan pengertian terhadap peristilahan ini, tergantung
dari latar belakang orang yang memaknainya. Akhirnya bagaimana
aplikasi partisipasi akan berbeda, apabila pengertian tentang terminologi
tersebut berbeda.
Berdasarkan pengalaman di Indonesia, pengertian partisipasi yang
diartikan sebagai mobilisasi masih sering terjadi, dimana program
pembangunan dianggap berhasil mendorong partisipasi apabila bisa
mengerahkan keterlibatan masyarakat dalam jumlah besar (massal)
meskipun dengan cara-cara yang tidak partisipatif.
Dalam wacana pembangunan, mengapa terminologi partisipasi
sangat melekat dengan terminologi pemberdayaan? Apakah
pengembangan partisipasi berarti dengan sendirinya adalah proses
pemberdayaan? Ataukah pengembangan partisipasi harus disertai
dengan proses pemberdayaan? Dalam kenyataannya, pengembangan
partisipasi tidak selalu berarti demokratisasi, karena ada jenis-jenis
partisipasi yang bersifat teknis/instrumental. Karena itu, partisipasi teknis
tidak dapat dihubungkan dengan pemberdayaan karena proses
pemberdayaan jelas tidak akan terjadi tanpa adanya agenda
demokratisasi komunitas. Sebab pengembangan partisipasi, bisa saja
dilakukan tanpa pemberdayaan . partisipasi juga tidak selalu mendorong
proses pemberdayaan. Sama seperti konsep partisipasi, konsep
pemberdayaan dalam pembangunan seringkali disalahartikan (dikebiri
pemaknaannya) menjadi teknis. Pemberdayaan diartikan sebagai
peningkatan kemampuan (bahkan keterampilan masyarakat yang tidak
dalam konteks perubahan komunitas dan demokratisasi.

Sustainable Aquaculture Development For Food Security and 17


Poverty Reduction (SAFVER )
LAPORAN PENDAHULUAN

Pemberdayaan, adalah proses yang sangat politis, karena


berhubungan dengan upaya mengubah pola kekuasaan dan mereka
bekerja dengan kerangka pemberdayaan berarti menentang kelompok
pro-status quo yang pastinya tidak begitu saja bersedia melakukan
perubahan (dalam arti power sharing). Proses pemberdayaan selalu
memerlukan proses demokratisasi, atau sebaliknya proses demokratisasi
selalu memerlukan proses pemberdayaan. Pengembangan demokrasi
hanya akan berhasil jika masyarakat berhasil mengidentifikasi hal-hal
yang tidak demokratis dan secara bertahap melakukan perubahan
terhadapnya agar menjadi lebih demokratis. Hal ini membutuhkan
kesadaran masyarakat mengenai adanya aktor-aktor yang sangat
berkuasa (powerfull), di berbagai level yang berbeda, yang memiliki
kepentingan dan kemungkinan besar akan menolak usaha-usaha
perubahan tersebut.
Adanya sebagian orang yang memiliki akses dan kontrol besar
terhadap sumber-sumber kekuasaan, dibandingkan orang yang lain
merupakan struktur ketimpangan, sedangkan orang yang dirugikan
disebut sebagai kelompok terpinggirkan atau kelompok lemah.
Pemberdayaan adalah upaya yang ditujukan untuk orang atau
sekelompok orang yang mempunyai akses dan kontrol yang terbatas
terhadap berbagai sumber kekuasaan. Pemberdayaan adalah upaya yang
ditujukan untuk orang atau sekelompok orang yang terpinggirkan. Tujuan
pembedayaan adalah untuk mengembangkan struktur masyarakat yang
seimbang dan adil.
Di tingkat negara, agenda besar pemberdayaan berarti upaya untuk
mengembalikan pola hubungan kekuasaan antara rakyat dengan elite
politik ke dalam kerangka demokrasi. Masyarakat yang lemah, tidak
mampu melindungi kekuasaannya, bahkan tidak memiliki kesadaran kritis
terhadap hak-hak dan kedaulatannya, disebut masyarakat yang tidak
berdaya. Sedangkan negara, atau dalam hal ini elite politik yang memiliki

Sustainable Aquaculture Development For Food Security and 18


Poverty Reduction (SAFVER )
LAPORAN PENDAHULUAN

kekuasaan tanpa terbatas, disebut sebagai pihak yang sangat berkuasa.


Sementara, di tingkat komunitas, masyarakat miskin yang marjinal adalah
kelompok yang tidak berdaya, sedangkan kelompok elite yang dominan
adalah kelompok yang sangat berkuasa.
Menurut Chambers, pembangunan adalah upaya untuk
mengembangkan tatanan hidup yang lebih baik (komunitas,nasional,
maupun global), yang berarti adalah berbagi kekuasaan (power sharing)
untuk mengembangkan keseimbangan. Pemberdayaan adalah upaya
untuk mewujudkan power sharing, dengan cara memperbesar daya
(empowerment) kepada pihak yang tidak/kurang berdaya. Dan
mengurangi daya pihak yang terlalu berkuasa. Pengertian Pemberdayaan
di Tingkat Komunitas Lokal adalah :
 Proses pengembangan hubungan yang lebih setara, adil, dan
tanpa dominasi di suatu komunitas. Pemberdayaan memerlukan
proses penyadaran kritis masyarakat tentang hak-hak dan
kewajibannya. Pemberdayaan juga memerlukan proses
pengembangan kepemimpinan lokal yang egaliter dan memiliki
legitimasi pada rakyatnya.
 Proses untuk memberi daya/kekuasaan (power) kepada pihak yang
lemah, dan mengurangi kekuasaan (disempower) kepada pihak yang
terlalu berkuasa sehingga terjadi keseimbangan.
 Membutuhkan pembagian kekuasaan (power sharing) antara
kepemimpinan lokal dengan masyarakat secara adil. Pembagian
kekuasaan yang adil berarti adalah penyelenggaraan sistem
demokrasi di tataran komunitas (community democracy).
Dalam wacana pembangunan, mengapa terminologi partisipasi
sangat melekat dengan terminologi pemberdayaan? Apakah
pengembangan partisipasi berarti dengan sendirinya adalah proses
pemberdayaan? Ataukah pengembangan partisipasi harus disertai
dengan proses pemberdayaan? Dalam kenyataannya, pengembangan

Sustainable Aquaculture Development For Food Security and 19


Poverty Reduction (SAFVER )
LAPORAN PENDAHULUAN

partisipasi tidak selalu demokratisasi, karena ada jenis-jenis partisipasi


yang bersifat teknis/instrumental. Karena itu, partisipasi teknis tidak dapat
dihubungkan dengan pemberdayaan karena proses pemberdayaan jelas
tidak akan terjadi tanpa adanya agenda demokratisasi komunitas. Sebab,
pengembangan partisipasi bisa saja dijalankan tanpa pemberdayaan.
Partisipasi juga tidak selalu mendorong proses pemberdayaan. Sama
seperti konsep partisipasi, konsep pemberdayaan seringkali dikebiri
pemaknaannya menjadi teknis. Pembedayaan seringkali diartikan sebagai
peningkatan kemampuan (bahkan keterampilan) masyarakat yang tidak
dalam konteks perubahan komunitas dan demokratisasi.
Pemberdayaan adalah proses yang sangat politis, karena
berhubungan dengan upaya mengubah pola kekuasaan dan mereka yang
bekerja dengan kerangka pemberdayaan berarti menantang kelompok pro
status quo yang pastinya tidak begitu saja bersedia melakukan perubahan
(dalam arti power sharing). Proses pemberdayaan selalu memerlukan
proses demokratisasi, atau sebaliknya, proses demokratisasi selalu
memerlukan proses pemberdayaan. Pengembangan demokrasi hanya
akan berhasil jika masyarakat berhasil mengidentifikasi hal-hal yang tidak
bersifat demokratis dan secara bertahap melakukan perubahan
terhadapnya agar menjadi lebih demokratis. Hal ini membutuhkan
kesadaran masyarakat mengenai adanya aktor-aktor yang sangat
berkuasa, di berbagai level yang berbeda, yang memiliki kepentingan dan
kemungkinan besar akan menolak usaha-usaha perubahan tersebut.

2.4 Pelatihan
Yoder Mangkunegara, (2000) membedakan antara istilah pelatihan
(training) dan pengembangan (development), dimana pelatihan ditujukan
untuk pegawai pelaksana dan pengawas. Sedangkan pengembangan
ditujukan untuk pegawai tingkat manajemen. Sementara itu Umar (2000),
melihatnya dari segi waktu, dimana pelatihan (training) ditujukan pada

Sustainable Aquaculture Development For Food Security and 20


Poverty Reduction (SAFVER )
LAPORAN PENDAHULUAN

kebutuhan saat ini untuk dapat menguasasi berbagai keterampilan dan


teknik pelaksanaan kerja, sedangkan pengembangan bertujuan untuk
menyiapkan pegawainya agar siap memangku jabatan dimasa yang akan
datang.
Nadler sebagai orang yang pertama kali mencetuskan istilah
Human Resource Development (HRD) tahun 1969, membedakan antara
pengertian Training, Education, dan Development (dalam Atmosoeprapto,
2000) sebagai berikut :
 Training : learning to present job (belajar yang ada kaitannya
dengan pekerjaan yang ditangani saat ini).
 Education : learning to prepare the individual for a different but
identified job (belajar untuk persiapan melakukan pekerjaan yang
berbeda tetapi
 teridentifikasi).
 Development : learning for growth of the individual but not related
to a specific present or future job (belajar untuk perkembangan
individu, tetapi
 tidak berhubungan dengan pekerjaan tertentu saat ini atau yang
akan
 datang).
Selanjutnya Notoatmodjo (1998) membedakan pendidikan dengan
pelatihan seperti terlihat dalam tabel 2.1.
Tabel 3.1 Perbedaan antara Pendidikan dengan Pelatihan
Faktor pembeda Pendidikan Pelatihan
1. Pengembangan kemampuan Menyeluruh (overall) Khusus (specific)
2. Area kemampuan (penekanan) Kognitif,afektif,psikomotor Psikomotor
3. Jangka waktu pelaksanaan Panjang Pendek
4. Materi yang diberikan Lebih umum Lebih khusus
5. Metode belajar Konvensional Inkonvensional
6. Penghargaan akhir proses Gelar (degree) Sertifikat
Sumber : Notoatmodjo, 1998

Sustainable Aquaculture Development For Food Security and 21


Poverty Reduction (SAFVER )
LAPORAN PENDAHULUAN

Jadi pendidikan, pelatihan dan pengembangan merupakan istilah


yang berhubungan dengan usaha-usaha berencana yang
diselenggarakan untuk mencapai pemuasan skill, pengetahuan dan sikap-
sikap pegawai atau anggota organisasi.
Pendidikan dan latihan adalah suatu proses yang akan
menghasilkan suatu perubahan perilaku peserta yang berbentuk
peningkatan kemampuan kognitif, afektif ataupun psikomotor. Dampak
lain yang akan ditimbulkan adalah peningkatan produktivitas kerja baik
secara kualitas maupun kuantitas, meningkatnya semangat kerja (Asnawi,
1999).
Pelatihan akan bermanfaat bagi sebuah organisasi apabila
kebutuhan pelatihan itu dianalisis pada saat dan waktu yang tepat (Irianto,
2001). Karena pelatihan hanya bermanfaat dalam situasi pada saat para
pegawai kekurangan kecakapan dan pengetahuan (Gomes, 2000).
Sedangkan menurut Tovey, analisis kebutuhan pelatihan merupakan
upaya pemahaman analitis tentang situasi tempat kerja untuk secara
spesific menentukan kebutuhan pelatihan apa yang harus dipenuhi
sehingga dana, waktu dan segala usaha tidak terbuang percuma (dalam
Irianto, 2001). Berikut ini ada beberapa pendapat para ahli mengenai
pengertian pelatihan, antara lain sebagai berikut :
 Menurut Inpres Nomor 15 tahun 1974 tentang Pelaksanaan
Keppres Nomor 34 tahun 1972: Pelatihan adalah bagian dari
pendidikan yang menyangkut proses belajar untuk memperoleh dan
meningkatkan ketrampilan diluar sistem pendidikan yang berlaku,
dalam waktu yang relatif singkat dan metodenya mengutamakan
praktek daripada teori”.
 Berdasarkan Kep. Menkes RI Nomor 725 / Menkes / SK / V / 2003:
Pelatihan adalah proses pembelajaran dalam rangka meningkatkan
kinerja, profesionalisme dan atau menunjang pengembangan karier
tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya

Sustainable Aquaculture Development For Food Security and 22


Poverty Reduction (SAFVER )
LAPORAN PENDAHULUAN

 Menurut H. John Bernadin dan Joyce E.A. Russel, Mc. Grill Hills,
(1993): Pelatihan merupakan beberapa usaha untuk memperbaiki
performance pegawai di tempat kerjanya atau yang berhubungan
dengan hal tersebut. Agar efektif pelatihan harus melibatkan
pengalaman belajar, merupakan rencana organisasi dan dibentuk
untuk mengetahui kebutuhan-kebutuhan. Jadi pelatihan harus
dirancang untuk memenuhi tujuan organisasi yang dihubungkan
dengan tujuan pegawai”.
 Menurut Armstrong (1991) “ Training is A planned process to
modify attitude, knowledge or skill behavior through learning
experience to achieve effective peformance in an activity or of
activities’
 Menurut Bambang Wahyudi, (1994) : Pendidikan atau belajar
merupakan perubahan tingkah laku secara relatif permanen, sebagai
hasil dari pengalaman dan pelatihan yang dilakukannya”. Pemahaman
tentang teori belajar akan sangat berguna dalam menjamin
keberhasilan suatu program pelatihan.
 Menurut Nitisemito (1994) “ Pelatihan adalah suatu kegiatan dari
usaha yang bermaksud untuk dapat memperbaiki dan
mengembangkan sikap, tingkah laku, ketrampilan dan pengetahuan
dari para karyawan yang sesuai dengan keinginan usaha yang
bersangkutan.”
 Menurut Simamora (1997) “Pelatihan adalah proses sistematik
pengubahan perilaku para karyawan dalam suatu arah guna
meningkatkan tujuan-tujuan organisasional.”
 Menurut Bernardin & Russell (dalam Gomes, 2000) pelatihan
adalah setiap usaha untuk memperbaiki performan pekerja pada
pekerjaan tertentu yang sedang menjadi tanggung jawabnya, atau satu
pekerjaan yang ada kaitannya dengan pekerjaannya. Pelatihan lebih
berkaitan dengan peningkatan keterampilan karyawan yang sudah

Sustainable Aquaculture Development For Food Security and 23


Poverty Reduction (SAFVER )
LAPORAN PENDAHULUAN

menduduki suatu pekerjaan atau tugas tertentu sehingga lebih


menekankan pada keterampilan (skill). Pelatihan merupakan cara
terpadu yang diorientasikan pada tuntutan kerja aktual, dengan
penekanan pada pengembangan skill, knowledge dan ability.
Dari berbagai pendapat di atas maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa pelatihan bukanlah merupakan suatu tujuan, tetapi merupakan
suatu usaha untuk meningkatkan tanggung jawab mencapai tujuan usaha.
Pelatihan merupakan proses keterampilan kerja timbal balik yang bersifat
membantu, oleh karena itu dalam pelatihan seharusnya diciptakan suatu
lingkungan di mana para petani/kelompok tani dapat memperoleh atau
mempelajari sikap, kemampuan, keahlian, pengetahuan dan perilaku yang
spesifik yang berkaitan dengan pekerjaan, sehingga dapat mendorong
mereka untuk dapat bekerja lebih baik. Pelatihan adalah suatu proses
yang sistematis untuk mengembangkan pengetahuan, ketrampilan dari
sikap yang diperlukan dalam melaksanakan tugas seseorang serta
diharapkan akan dapat mempengaruhi penampilan kerja baik orang yang
bersangkutan maupun organisasi tempat bekerja.

2.5 Perubahan Paradigma dan Pendekatan Pembangunan


Perikanan
Pembangunan ekonomi sebelum ini dilaksanakan dengan
berorentasi pada pembangunan dan pemanfaatan sumber daya alam
(resource – based – development), terutama SDA dengan cara
pengolahan yang terpusat pada pemerintahan pusat. Dengan pendekatan
resource based development tersebut, system tata nilai norma dan hak-
hak adat masyarakat (entitlement) banyak terabaikan, sehingga hasil
pembangunan bukan saja tidak dapat dinikmati oleh masyarakat bahkan
masyarakat banyak menanggung beban masalah lingkungan akibat
pembangunan.

Sustainable Aquaculture Development For Food Security and 24


Poverty Reduction (SAFVER )
LAPORAN PENDAHULUAN

Dalam kaitan ini, masyarakat hanya sebagai obyek bukan sebagai


obyek atau pelaku pembangunan. Paradigma dengan pendekatan seperti
ini lebih dikenal dengan paradigma eksklusif sosial.
Kebalikan dari paradigma eksklusif sosial adalah paradigma inklusi
sosial (social Inclusion Paradigma) dengan orientasi pada sosial based
development, yang melibatkan masyarakat dalam semua proses
pembangunan, mulai dari perencanaan sampai dengan evaluasi main
stakeholders yang akan memperoleh manfaat sosial (social Benefit)
terbesar dalam pembangunan menjadi sangat penting. Di dalam
paradigma ini, kearifan lokal (Indigeneous Knowledge), seperti hak-hak
kepemulihan (property right), hak ulayat (territorial user right) dan hak-hak
perolehan rakyat (entitlement) serta kelembagaan lokal (local instution)
lainnya menjadi perhatian utama.

2.6 Model Kelembagaan Agribisnis Perikanan


Pengembangan agribisnis Perikanan secara utuh dan menyeluruh
dari mulai penyediaan sarana produksi, proses produksi, pengolahan dan
pemasaran akan memberikan beberapa keuntungan yaitu: pertama,
memberi nilai tambah bagi petani dalam melakukan usaha taninya; kedua,
mengoptimalkan pemanfaatan SDA; ketiga, mendorong dan memperkuat
kemampuan petani untuk meningkatkan kinerja; keempat, dapat
mendorong dalam mengembangkan dan memperkuat organisasi petani;
kelima, sejalan dengan kebijakan pemerintah dalam meningkatkan nilai
tambah hasil perikanan dan sekaligus dapat memenuhi kebutuhan bahan
baku industri
Untuk dapat berkembangnya system dan usaha agribisnis
Perikanan memerlukan penguatan kelembagaan baik kelembagaan
petani, maupun kelembagaan usaha dengan pemerintah yang berfungsi
sesuai dengan perannya masing-masing.
Model kelembagaan dalam pengembanagn agribisnis Perikanan
dibangun dengan mempertimbangkan tujuh prinsip dasar, sebagai berikut:
Sustainable Aquaculture Development For Food Security and 25
Poverty Reduction (SAFVER )
LAPORAN PENDAHULUAN

1) Prinsip kebutuhan. Kelembagaan yang dibangun dibutuhkan secara


fungsional. Keberadaannya tidak dipaksakan, jika fungsi-fungsi dalam
setiap subsistem agribisnis telah memenuhi kebutuhan,
2) Prinsip efektivitas. Kelembagaan hanyalah sebuah alat, bukan tujuan.
Sebagai alat maka elemen kelembagaan yang dikembangkan di setiap
subsistem agribisnis haruslah efektif untuk upaya pencapaian tujuan
yang diinginkan;
3) Prinsip efisiensi, Penumbuhan elemen kelembagaan harus dipilih
opsi yang paling efisien, yaitu yang relatif paling murah, mudah, dan
sederhana namun tetap mampu mendukung pencapaian tujuan.
4) Prinsip fleksibilitas. Kelembagaan yang dikembangkan disesuaikan
dengan sumberdaya yang tersedia dan budaya setempat. Soal nama
lembagapun tidak boleh dipaksakan jika sudah ada nama yang
melembaga di masyarakat;
5) Prinsip manfaat. Kelembagaan yang dikembangkan adalah yang
mampu memberikan manfaat paling besar bagi petani dan masyarakat
pedesaan;
6) Prinsip pemerataan. Kelembagaan yang dikembangkan memberikan
pembagian benefit (sharing system) secara proporsional kepada setiap
petani dan pelaku agribisnis lainnya di pedesaan;
7) Prinsip keberlanjutan. Kelembagaan agribisnis Perikanan yang
dikembangkan diharapkan akan terus berjalan meskipun keterlibatan
lembaga jasa penunjang (lembaga pemerintah daerah dan lembaga
keuangan) secara langsung telah berkurang.
Sedangkan Gapoktan merupakan wadah kerjasama antara
kelompok tani yaitu kumpulan dari beberapa kelompok tani yang
mempunyai kepentingan bersama dalam pengembangan komoditas
usaha untuk menggalang kepentingan bersama. Untuk meningkatkan
skala usaha dan peningkatan usaha kearah komersial kelompok tani
dapat dikembangkan melalui kelompok kerjasama dengan membentuk

Sustainable Aquaculture Development For Food Security and 26


Poverty Reduction (SAFVER )
LAPORAN PENDAHULUAN

Gapoktan. Gapoktan merupakan suatu proses lanjut dari lembaga petani


yang sudah berjalan baik. Tugas gapoktan adalah mengkoordinasi
lembaga-lembaga fungsional yang ada dibawahnya. Oleh karena itu
keberadaan Gapoktan dalam meningkatkan efiensni pemasaran dan
penilangkatkan nilai tambah Sangat menentukan.

2.7 Pengembangan Jaringan Usaha


Berbagai jenis jaringan usaha antara kelompok pembudiadaya
ikan atau Gapoktan dalam pengembangan usaha Perikanan dapat
berbentuk antara lain:
a. Jaringan produksi
* Kegiatan sebuah jaringan untuk mengkoordinasikan perencanaan
dan pengembangan produk, serta memperbaiki proses produksi.
* Menggabungkan keahlian khusus masing-masing usaha membentuk
produk baru, peralatan, sistem produksi dan lainnya, membuat
produk unggul yang memiliki daya saing.
b. Jaringan pemasaran
Bekerja sama untuk memperkuat posisi tawar-menawar dengan
pembeli dan memenangkan persaingan pemasaran.

c. Jaringan pelayanan
Kelompok perusahaan kecil bergabung dalam pembiayaan untuk jasa
tertentu: pelatihan, informasi, teknologi, manajemen konsultasi atau
jasa konsultasi ahli, misalnya : Pelatihan bersama dan lain-lain.
d. Jaringan Kerja Sama
Kerja sama pembelian, peningkatan tenaga kerja, pengembangan
produk dan kerja sama produk, kerja sama penjualan dan pemasaran
e. Memecahkan Tantangan kleompok atau Gapoktan dengan
Jaringan Usaha

Sustainable Aquaculture Development For Food Security and 27


Poverty Reduction (SAFVER )
LAPORAN PENDAHULUAN

Tantangan berupa terbatasnya akses terhadap jasa profesional :


Konsultasi Manajemen, Akuntansi, Penelitian Pasar dan konsultasi
lainnya.
Terbatasnya untuk memperoleh informasi pasar, akses untuk
memperoleh modal, terbatasnya memperoleh kontrak besar karena
kekurangan sumber daya handal dan terbatasnya kemampuan untuk
bersaing dengan perusahaan lain yang masuk ke pasar lokal.
f. Jaringan antar kelompok/Gapoktan, Swasta dan BUMN. Jaringan
kerja sama di bidang harga dan mutu pelayanan, sistem pembayaran,
cara pengepakan, cara pengiriman barang, cara pemasaran,
pembelian bersama, permodalan dan pengadaan barang dan bidang
lainnya.
Peran Pemerintah agar menciptakan iklim yang kondusif berupa
model kemitraan atau pola kemitraan, sarana prasarana berupa lembaga
konsultan dan advokasi, menyediakan lembaga pendidikan dan pelatihan
guna mempersiapkan Gapoktan hingga siap bermitra. Hal ini penting
agar supaya usaha besar tidak enggan atau harus bekerja keras membina
kelompok tani atau gapoktan hingga pantas menjadi mitranya.
Dalam rangka mengoptimlakan dan mengatasi masalah
kekurangan permodalan dan pengembangan usaha kelompok/Gapoktan,
maka pengembangan jaringan antara Gapoktan perlu di tingkatkan;
melalui :
1. Jaringan usaha yang akan menghubung-hubungkan sentra-sentra
usaha Gapoktan dan anggotanya ke dalam suatu jaringan yang
berbasis teknologi informasi untuk terbentuknya jaringan pasar
domestik dan antara sentra-sentra usaha Gapoktan.
2. Suatu jaringan yang diusahakan untuk siap bersaing dalam era
global dengan cara mengadopsi teknologi informasi dan sistem
manajemen yang relatif modern sebagaimana dimiliki perusahaan-
perusahaan swasta yang besar.

Sustainable Aquaculture Development For Food Security and 28


Poverty Reduction (SAFVER )
LAPORAN PENDAHULUAN

3. Jaringan usaha antara Gapoktan ini harus didukung oleh oleh


jaringan telekomunijkasi, jaringan pembiayaan, jaringan usaha dan
perdagangan, jaringan advokasi usaha, jaringan saling ajar serta
jaringan sumberdaya lainnya seperti jaringan hasil riset dan tenologi
berbagai inovasi baru, informasi pasar, kebijakan dan intelejen usaha
yang adil dan merata.
4. Jaringan usaha akan menghimpun para pelaku usaha anggota dan
usaha Gapoktan di dalam jaringan yang terhubung secara elektronik.
Jaringan telekomomunikasi terbukti berperan penting dalam
pengembangan ekonomi. Ada korelasi positif antara pengembangan
telekomunikasi dengan perkembangan ekonomi. Oleh sebab itu salah
sdatu upaya yang harus digalang oleh Gapoktan.
Dengan dukungan informasi yang cepat, tepat dan akurat, akan
sangat bermafaat dalam pengembangan usaha Gapoktan. Misalnya
kontrol kualitas dan koordinasi produksi perlu didukung sistem informasi.
Melihat potensi ekonomi Gapoktan dan anggotanya perlu didukung oleh
beberapa pembangunan infrastruktutt usaha yang memadai. Infratruktur
yang dimaksud adalah infrastruktu telekomunikasi, infrastruktur jaringan
pendukung usaha, infrastruktur jaringan pembiayaan yang pada gilirannya
aka mendorog pengembangan infrastruktur jaringan perdagangan dan
jasa.

2.8 Membangkitkan Partisipasi Anggota Dalam Kelompok


Pola pengembangan partisipasi Anggota, terutama pembudiaya
ikan, perlu dirancang dengan pendekatan "sistem"; Dengan pendekatan
ini, setidak-tidaknya melibatkan beberapa komponen terkait. Di antaranya
adalah petani (individu atau kelompok), sistem nilai dan norma,
kelembagaan sosial dan agen pembaharu dengan program
pembaharuannya. Tinggi rendahnya partisipasi merupakan hasil interaksi

Sustainable Aquaculture Development For Food Security and 29


Poverty Reduction (SAFVER )
LAPORAN PENDAHULUAN

antara komponen-komponen tersebut. Masing-masing komponen tersebut


mungkin bersifat menarik, mendorong, membatasi bahkan ada yang
bersifat menghambat. Pola pengembangan partisipasi yang
sesungguhnya adalah membina keharmonisan di antara komponen-
komponen tersebut sebagai suatu kesatuan fungsional. Untuk
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan, sesuai model
yang diajukan, dapat digunakan kerangka konsep berikut ini:
a. Partisipasi perlu dikembangkan dengan pola prosesional, yakni
komunitas atau kelompok sasaran diharapkan berperan serta aktif
pada berbagai tahap dalam proses aktivitas, mulai dari
perencanaan, sampai pada penilaian dan menikmati hasilnya.
b. Untuk itu upaya meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan petani atau dalam bidang yang diharapkan
partisipasinya adalah merupakan syarat keharusan. Hal ini
dimaksudkan bahwa motivasi berpartisipasi merupakan swakarsa
untuk menolong diri sendiri dalam mengatasi kesulitan ekonominya.
c. Program-program pembangunan sosial ekonomi, yang hendak
dikembangkan perlu memperhatikan:
 Kebutuhan petani dan masalah-masalah yang sedang
dihadapi, sehingga keikutsertaan mereka dalam merencanakan,
melaksanakan dan seterusnya, adalah merupakan ikhtiarnya
sendiri dalam memenuhi kebutuhannya.
 Aspek kelayakan program ditinjau dari kemampuan
individu/kelompok yang akan berpartisipasi dan daya dukung
potensi-potensi ekonomi yang dimilikinya.
 Aspek keterwakilan kelompok kepentingan dari pihak-pihak
yang
berpartisipasi, selain petani. Aspek kesesuaian normatif antara
nilai yang terkandung dalam program dengan norma-norma
pokok yang berlaku dalam masyarakat. Dalam hal ini diperlukan

Sustainable Aquaculture Development For Food Security and 30


Poverty Reduction (SAFVER )
LAPORAN PENDAHULUAN

program yang dapat membawa dampak perubahan sistem


norma sosial secara tidak langsung dan dapat membentuk sikap
dan perilaku yang lebih terbuka dalam menerima perubahan.
 Aspek stimulus yang secara langsung dapat dirasakan
manfaatnya oleh semua pihak dalam jangka pendek.
d. Keterlibatan agen pembaharu dari luar komunitas hanya sejauh
memberikan dorongan dan membantu kemudahan warga
komunitas, dan bukan berperan sebagai pelaku utama.
Pola pengembangan kelembagaan seperti telah dikemukakan itu
pada dasarnya dimaksudkan untuk menggerakkan pola partisipasi
prosesional bagi semua pihak yang diharapkan keikutsertaannya.
Terutama bagi kelompok sasaran (petani), perlu diberikan peran-peran
tenentu yang memungkinkan mereka belajar meningkatkan pengetahuan
dan keterampilannya dalam keikutsertaannya, sehingga kemandirian
kelompok sasaran secara efektif terbentuk melalui proses-proses
manajemen, di samping melalui upaya pendidikan dan latihan khusus
yang diselenggarakan oleh lembaga tersebut.
Partisipasi anggota dalam kelompok akan meningkatkan
kepercayaan diri, kebanggaan dan kepuasan atas hasil yang dicapai. Agar
dapat meningkatkan partisipasi maka perlu diperhatikan hal-hal sebagai
berikut :
1. Perlu di sadari bahwa partisipasi berjalan secara bertahap , karena
dipengarhui oleh budaya, keterampilan, kepercayaan diri, kejujuran
dan perhatian terhadap orang lain.
2. Keberhasilan usaha yang nyata merupakan unsur yang
menentukan tingkat partisipasi.
3. Harus ada usaha pembinaan agar anggota dapat berpartisipasi
yang membangun.
4. Menciptakan semangat karena semangat adalah pemacu untuk
untuk menggerakan kegiatan. Semangat dapat dimantapkan

Sustainable Aquaculture Development For Food Security and 31


Poverty Reduction (SAFVER )
LAPORAN PENDAHULUAN

dengan kebebasan menentukan tujuan, berdaya cipta, be;lajar dan


adanya pengakuan, Rasa terima kasih, dan umpan balik yang
positif.
5. Mulailah dengan program yang kecil-Kecilan, , dengan program
yang dimulai secara sederhana akan dapat hasil yang lebih baik
karena pengelolaan lebih mudah dan intennsif dalam
mengelolanya.
6. Berhati-hatilah dengan peran pihak luar, yang mungkin
mengganggu keharmonisan kelompok.
7. Ajarilah petani dengan dengan percobaan kecil-kecilan untuk
menyakini teknologi yang akan diterapkan.
8. Diupayakan membangun jenjang kepemimpinan yang
menggambakan banyaknya pengalaman dalam pelaksanaan
program
9. Jangan memamerkan kekayaan priogram, karena dengan bantuan
dana yang besar semangat kesukarelaan akan turun, dan akan
adanya kecenderungan untuk korupsi.

2.9 Strategi Pemantapan Dan Perkuatan Kelompok


Sumberdaya yang perlu dikelola oleh kelompok tani atau Gapoktan
adalah manusia, uang, bahan, metode, mesin dan pasar. Pelaksanaan
manajemen harus dibaregi keterbukaan. Ciri-ciri keterbukaan antara lain :
tidak ada bawahan, yang ada adalah mitra kerja, keputusan diambil
secara musyawarah dan mufakat, didorong dan dihargai kreatifitasnya,
pembagian wewenang dan tugas yang jelas, pengaturan keuangan yang
transparan, dan adanya sifat keteladanan dari pengurus. Di dalam

Sustainable Aquaculture Development For Food Security and 32


Poverty Reduction (SAFVER )
LAPORAN PENDAHULUAN

mengelola kelompok tani yang partisipasitif, pelaksanaan program


hendaknya mampu menumbuhkan kegairahan kerja, memacu tubuhnya
kreatifitas kerja dan produktivitas kerja. Strategi dalam pemantapan dan
perkuatan kelompok/Gapoktan adalah :
1. Kelembagaan merupakan sebuah opsi bukan keharusan.
Rumuskan dulu aktivitas kegiatannya, baru menetukan wadahnya.
2. Sediakan waktu yang cukup untuk mengembangkan kelembagaan.
3. Perlu di bangunan jaringan usaha dengan kelompok lain.
4. Gapoktan harus merancang diri sebagai sebuah kelembagaan
ekonomi dengan karakteristiknya yang mengutamakan keuntungan,
efisiensi, dan menciptakan relasi-relasi yang personal dengan mitra
usaha.
5. Pembentukan dan pemantapan Gapoktan harus berada dalam
kontek semangat ekonomi daerah, pemberdayaan masyarakat dan
penumbuhan kemandirian lokal.

2.9 Efisiensi Pemasaran Perikanan Melalui Kelompok/Gapoktan


Pemasaran merupakan seni sekaligus ilmu pengetahuan,
sebagai seni pemasaran mencakup kreativitas dan wawasan, sebagai
ilmu pengetahuan pemasaran mencakup perencanaan, analisis dan
disiplin. Seni dan Ilmu pengetahuan digabung untuk memaksimalkan
potensi dari perusahaan. Keunggulan bersaing yang dapat dimiliki
perusahaan yaitu biaya rendah dan differensiasi. Keunggulan biaya dan
differensiasi pada gilirannya berasal dari struktur organisasi
Rencana implementasi pemasaran yang baik memperlihatkan
aktivitas yang akan diimplementasikan, siapa yang bertanggung jawab
dalam mengimplementasikan, waktu dan lokasi implementasi dan
bagaimana cara mengimplementasikan. Kemampuan implementasi
pemasaran yang diinginkan meliputi :

Sustainable Aquaculture Development For Food Security and 33


Poverty Reduction (SAFVER )
LAPORAN PENDAHULUAN

1) Kemampuan memahami bagaimana orang lain dan kemampuan


tawar-menawar yang baik.
2) Kekuatan untuk teguh dan jujur dalam menempatkan orang dan
sumber daya lebih efektif.
3) Keefektifan memfokuskan diri dalam aspek kinerja terpenting untuk
mengelola aktivitas pemasaran.
Kelompok Tani/Gapoktan memiliki keunggulan komparatif dan
keunggulan kompetitif. Keunggulan komparatif dapat diperoleh jika
pengelola Gapoktan mampu melakukan efisiensi ekonomi khusunya
dalam pemasaran sehingga mampu menghasilkan keuntungan dan nilai
tambah yang optimal. Potensi peningkatan kinerja usaha diperoleh melalui
biaya transaksi, pasar yang telah tersedia (Captive market), mengurangi
ketidakpastian, modal perwalian, skala ekonomi, dan Inovasi.
Dalam persaingan di pasar, semakin efisien sebuah perusahaan
akan semakin tinggi kemampuannya dalam bersaing. Hal ini juga berlaku
bagi Gapoktan, semakin rendah biaya produksinya atau semakin efisien
usahanya semakin besar kemampuannya untuk bersaing di pasar. Harga
yang diputuskan mestinya memberikan dampak harga jual yang lebih
tinggi untuk input yang dijual oleh anggota atau harga yang lebih rendah
untuk barang/jasa yang dibeli oleh anggota kelompok.
Pemasaran Perikanan melalui Gapoktan dapat tercapai efisiensi
dengan memperpendek saluran pemasaran, melakukan integrasi vertikal
dan horizontal, Volume usaha yang layak, megurangi biaya transaksi, dan
biaya informasi. Dengan adanya efisiensi pemasaran dan adanya upaya
memperbaiki mutu Perikanan memalaui penanganan pasca panen yang di
koordinir oleh Gapoktan diharapkan nilai tambah dan pendapatan petani
meningkat. Dengan meningkatnya pendapatan, maka daya beli akan
meningkat, dengan meningkatnya daya beli maka akan membantu dalam
upaya mengentaskan kemiskinan.

Sustainable Aquaculture Development For Food Security and 34


Poverty Reduction (SAFVER )
LAPORAN PENDAHULUAN

2.10 Pemberdayaan Masyarakat dengan PRA


PRA merupakan singkatan dari Participatory Rural Appraisal,
secara harfiah diterjemahkan menjadi pengkajian desa secara
partisipatif. ,pada penerapannya merupakan sekumpulan pendekatan dan
metode yang mendorong masyarakat (pedesaan) untuk turut serta
meningkatkan dan menganalisis pengetahuan mereka mengenai hidup
dan kondisi mereka sendiri agar mereka dapat membuat rencana dan
tindakan”.
Pada awalnya PRA digunakan hanya untuk pengkajian, pada
perkembangan berikutnya PRA menjadi metodologi pendekatan program
yang lebih dari sekedar pengkajian untuk masyarakat, melainkan sebagai
sebuah kerangka kerja pengembangan program partisipatif.
PRA, merupakan metamorfosis dari RRA, pada awal
perkembangannya disebut sebagai RRA partisipatif. Kata-kata partisipatif
menunjuk kepada pelaku utama (aktor utama) di dalam proses
pembangunan. PRA, menekankan pada ‘orang dalam’ (baca: masyarakat)
sebagai aktor utama, orang luar hanya bertindak sebagai fasilitator. Oleh
karena itu tujuan utama dari PRA adalah pemberdayaan masyarakat.
Inovasi PRA, ditujukan pada perubahan sikap dan perilaku dari
para pelaku. Chambers lebih menekankan pada perubahan sikap dan
perilaku orang luar, perubahan sikap dan perilaku diharapkan terjadi pada
semua pihak (baik orang dalam maupun orang luar) yang terlibat dalam
proses kegiatan, dan seharusnya tejadi dalam konteks perubahan
(transformasi) sosial.
Perubahan sikap dan perilaku dimungkinkan dalam penerapan
prosesnya. Salah satu unsur PRA adalah “saling berbagi”, yaitu berbagi
pengetahuan, berbagi nilai-nilai, berbagi informasi, berbagi sumberdaya,
berbagi peluang, dan tentu saja berbagi ‘sumber kekuasaan’, sehingga
dapat terjadi ‘power sharing’. Kondisi ini dapat dimungkinkan kalau pada

Sustainable Aquaculture Development For Food Security and 35


Poverty Reduction (SAFVER )
LAPORAN PENDAHULUAN

proses penerapan PRA, mengacu pada prinsip-prinsipnya dan model-


model reversal, sehingga dominasi dari kelompok elite atau kelompok
tertentu dapat diminimalkan, di sinilah pola-pola hubungan masyarakat
yang setara dan sekat-sekat sosial diharapkan dapat terbongkar. PRA
bukanlah PRA kalau hanya sekedar ‘seremonial’ penggunaan alat dan
teknik tanpa didasari oleh prinsip-prinsipnya dan pembalikan (reversal).
PRA sebagai sebuah metodologi pendekatan, seharusnya menjadi
kerangka konseptual dalam keseluruhan daur program partisipatif, karena
berbicara PRA berbicara soal sikap dan perilaku, hal ini sejalan dengan
proses pembelajaran pembangunan sikap dan perilaku yang ..
PRA merupakan singkatan dari Participatory Rural Appraisal yang secara
harfiah artinya pengkajian ( keadaan ) desa (secara ) partisipatif. PRA
senantiasa berkembang, sehingga menurut Robert Chambers yang
mempromotori dan mengembangkannya, mungkin tidak perlu untuk
memberikan definisi final. Robert Chambers mendefinisikannya sebagai:
“Sekumpulan pendekatan dan metode yang mendorong masyarakat
(pedesaan) untuk turut serta meningkatkan dan menganalisis
pengetahuan mereka mengenai hidup dan kondisi mereka sendiri agar
mereka dapat membuat rencana dan tindakan”.
Pada awalnya PRA berkembang sebagai kumpulan metode atau
teknik-teknik ‘penelitian’ yang dilakukan oleh masyarakat oleh masyarakat
sendiri, seperti yang didefinisikan oleh Robert Chambers di atas. PRA
pada awalnya berkembang sebagai suatu alternative bagi penelitian sosial
yang dikritik sebagai tindakan tidak bermanfaat bagi masyrakat karena
hanya menggunaklan masyarakat sebagai obyek penelitian. Kalau pada
penelitian sosial, agenda penelitian adalah milik ‘orang luar’, informasi
yang hasil penelitian dibawa oleh ‘orang luar’ untuk kepentingannya
sendiri maupun kalangannya, maka pada PRA, agenda ‘penelitian’
dikembangkan oleh masyarakat dengan difasilitasi oleh orang luar,
sebagai proses refleksi kritis masyarakat tentang situasi dan persoalan

Sustainable Aquaculture Development For Food Security and 36


Poverty Reduction (SAFVER )
LAPORAN PENDAHULUAN

yang mereka hadapi. Informasi hasilnya, digunakan oleh masyarakat


untuk mengembangkan program aksi mereka. Karena proses
perkembangan PRA pada walanya seperti ini, banyak kalangan
menggunakan PRA hanya untuk proses pengkajian saja.
Pada perkembangan berikutnya PRA menjadi metodologi
pendekatan program yang lebih dari sekedar pengkajian untuk
masyarakat, melainkan sebagai sebuah kerangka kerja pengembangan
program partisipatif. Pada tahun 1990-an penggunaan PRA berkembang
pesat dalam upaya menemukan sebuah metodologi pendekatan yang bisa
mendukung proses perencanaan yang lebih terdesentralisasi dan
pengambilan keputusan secara lebih demokratis , yang memungkinkan
masyarakat untuk ‘belajar bersama’, menganalisis, dan meningkatkan
pengetahuannya, serta untuk merencanakan dan melaksanakan kegiatan
mereka sendiri.
Participatory Rural Appraisal (PRA) seringkali dilekatkan dengan
nama Robert Chambers, sehingga rasanya perlu dipahami peran Robert
Chambers dalam pengembangan PRA. Robert Chambers adalah seorang
akademisi yang gencar memperkenalkan konsep partisipasi dan PRA.
Pada bukunya yang pertama (Chambers, 1983), Chambers
menyampaikan kritik terhadap penelitian sosial, khususnya metode survai,
yang dianggapnya kurang atau bahkan tidak bermanfaat bagi masyarakat
yang dijadikan sasaran penelitian. Biasanya seringkali terlalu lama
diterbitkan sebagai laporan sehingga sudah ketinggalan, dan mahal. Pada
buku pertamanya itu, Chambers memperkenalkan metode Rapid Rural
Appraisal (RRA) sebagai alternative bagi para praktisi pembangunan yang
memerlukan sebuah metodologi ‘penelitian’ yang bisa membantu mereka
memahami masyarakat secara cepat, dengan informasi actual, dan biaya
murah, serta bisa mengajak masyarakat sebagai pelaku penelitian itu
sendiri.

Sustainable Aquaculture Development For Food Security and 37


Poverty Reduction (SAFVER )
LAPORAN PENDAHULUAN

Robert Chambers menyatakan bahwa Participatory Action


Research (PAR) atau sering disebut Kaji Tindak Partisipatif, merupakan
salah satu sumber PRA. Tetapi ada pihak lain yang menganggap bahwa
PRA adalah PAR yang berkembang di Negara-negara Selatan. Menurut
Daniel Selener, nampaknya PRA termasuk ke dalam kelompok PAR di
dalam pengembangan masyarakat.
Pada dasarnya ada 3 agenda utama PAR, yaitu: pengkajian,
pembelajaran dan aksi. Tujuan utamanya adalah memecahkan masalah
praktis yang dirumuskan, dianalisa, dan diselesaikan oleh masyarakat
sendiri. Tujuan strategis yang ingin dicapai adalah melakukan perubahan
(transformasi social). Sedangkan dalam PRA lebih ditekankan pada
perubahan perilaku individu-individu yang bekerja di dalam
pengembangan masyarakat, ketimbang pada perubahan sosial seperti
tujuan PAR.
Asumsi-asumsi penting yang mendasari PAR:
 Masyarakat dan perubahan sosial seharusnya dilihat dalam
perspektif struktural, baik mikro (komunitas,wilayah) maupun makro
(nasional,internasional).
 Tujuan riset aksi partisipatif adalah perubahan sosial secara radikal
yang dilakukan melalui mobilisasi masyarakat basis (akar rumput)
sebagai pelaku transformasi sosial itu sendiri.
 Perubahan sosial itu berarti perubahan atau pergeseran kekuasaan
yang ada di masyarakat, dimana pihak yang paling lemah dan
tertindas dikuatkan.
 Artinya, kerangka kerjanya adalah konfrontasi oleh kelompok
tertindas terhadap sistem dominasi, pendekatan ini cenderung
berorientasi pada konflik.
 Pengetahuan masyarakat (indegenous knowlede) adalah dasar
kerja yang paling penting untuk menggeser kekuasaan kelompok

Sustainable Aquaculture Development For Food Security and 38


Poverty Reduction (SAFVER )
LAPORAN PENDAHULUAN

elite/kuat yang mendominasi pengetahuan ilmiah, dan sekaligus


sebagai basis dasar terjadinya perubahan sosial yang menyeluruh.
Tiga pilar (unsur), utama PRA menurut Robert Chambers, yaitu:
 Sikap perilaku orang luar yang seharusnya berperan sebagai
fasilitator, bukan mendominasi (seperti instruktur, penyuluh);
 Metode-metode/teknik-teknik PRA, sebagai alat untuk mengubah
pendekatan searah (tertutup) menjadi pendekatan multi-arah (terbuka),
pendekatan individu menjadi pendekatan kelompok, teknik belajar
verbal (misalnya ceramah) menjadi visual, dan teknik analisa dengan
mengukur atau menghitung menjadi teknik membandingkan;
 Berbagi (sharing) pengetahuan, pengalaman, informasi, dan
sumberdaya lain, di antara orang luar dan masyarakat.

Tiga unsur PRA (menurut Robert


Chambers)
Mengalihkan pada masyarakat
Percaya bahwa masyarakat bisa Memfasilitasi
Mengembangkan proses dan improvisasi Tidak terburu–burru
Duduk bersama, mengembangkan, Gembira
belajar Santai dan informal

Sikap–Perilaku

Metode Saling
Metode Berbagi

Wawancara
Observasi Informasi
Pemetaan
Mendaftar Pengetahuan
Mengurut
Membandingkan Nilai – nilai
Menilai
Memperkirakan Sumberdaya
Membuat diagram
Menghitung Perkawanan
Presentasi
Pelaksanaan kegiatan

Proses pembelajaran sebenarnya terjadi dalam keseluruhan


proses-proses pengembangan masyarakat . PRA sebagai metodologi
pengembangan program partisipatif merupakan pendekatan pembelajaran

Sustainable Aquaculture Development For Food Security and 39


Poverty Reduction (SAFVER )
LAPORAN PENDAHULUAN

bersama masyarakat. Sebagai sebuah metodologi, terdapat prinsip-prinsip


yang perlu diperhatikan dalam memfasilitasi proses pembelajaran
masyarakat.
Beberapa prinsip PRA yang dikembangkan oleh Robert Chambers,
di Indonesia mengalami perkembangan disesuaikan dengan pengalaman
penerapan PRA di lapangan. Prinsip-prinsip tersebut adalah:
Prinsip mengutamakan yang terabaikan (keberpihakan). Bahwa
di masyarakat ada kelompok masyarakat-biasanya merupakan bagian
terbesar-yang terpinggirkan dan terabaikan oleh pembangunan. Kelompok
masyarakat yang terabaikan ini harus diutamakan sebagai pemanfaat dan
pemeran pembangunan. Keberpihakan ini ditujukan untuk membangun
keseimbangan pola hubungan antara kelompok dominan dengan
kelompok termarjinal dan miskin. Keberpihakan adalah kosa kata yang
sangat ideologis digunakan sebagai idiom gerakkan pembebasan kaum
tertindas dan perjuangan emansipasi manusia.
Prinsip pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan
(empowerment) adalah upaya memperkuat kemampuan kelompok
masyarakat yang lemah agar bisa mengontrol dan menentukan pilihan di
dalam kehidupannya ( otonomi ). Dengan demikian, pemberdayaan berarti
mengubah pola hubungan kekuasaan (power relationship) di antara
kelompok dominan/berkuasa (powerfull) dan kelompok lemah (powerless)
di masyarakat melalui peningkatan posisi kelompok masyarakat lemah.
Pembedayaan hanya bisa dikatakan terjadi apabila perubahan pola
hubungan kekuasaan itu terjadi.
Prinsip masyarakat sebagai pelaku, orang luar sebagai
fasilitator: ”orang luar” harus menyadari perannya sebagai Fasilitator dan
bukannya sebagai ”guru”, ”penyuluh”, ”instruktur” bahkan atasan atau
penguasa. Pernyataan ini bukanlah kata-kata biasa atau hanya sekedar
anjuran agar para agen pembangunan bersikap rendah hati dan mau
belajar dari pengetahuan lokal. Prinsip ini merupakan suatu sikap

Sustainable Aquaculture Development For Food Security and 40


Poverty Reduction (SAFVER )
LAPORAN PENDAHULUAN

ideologis anti dominasi: yaitu dominasi para agen pembangunan terhadap


masyarakat marjinal. Dominasi orang luar juga merupakan penindasan,
sengaja maupun tidak sengaja, karena dominasi akan melemahkan dan
meminggirkan masyarakat.
Prinsip santai dan informal. Agen pembangunan dan pihak-pihak
yang bekerja bersama masyarakat, sebaiknya mengembangkan suasana
yang bersifat luwes, terbuka, tidak memaksa, akrab, dan informal.
Barangkali bersikap santai dan informal ini seperti sekedar tips bagi para
agen pembangunan, tetapi hal ini sebenarnya prinsipil karena
menunjukkan sikap nilai orang luar: apakah datang ke masyarakat untuk
melebur , menjadi bagian dari masyarakat dan bersam-sama
memperjuangkan praktek-praktek yang mendominasi dan melemahkan
masyarakat. Atau justru menjadi bagian dari pelaku dominasi.
Prinsip-prinsip yang berkaitan dengan penghargaan dan
pengembangan ilmu pengetahuan lokal (kearfian lokal). Prinsip saling
belajar dan menghargai perbedaan: Prinsip ini muncul dari kritik terhadap
dominasi ilmu pengetahuan oleh kalangan akademisi atau agen
pembangunan. Orang luar (agen pembangunan, peneliti sosial)
seharusnya membantu masyarakat untuk menyusun pengalaman dan
pengetahuan lokal yang ada. Hal ini bukanlah berarti bahwa masayrakat
selamanya benar dan harus dibiarkan tidak berubah, atau anti pada
pengetahuan dan teknologi baru (dari luar). Pengalaman dan
pengetahuan masyarakat dan orang luar bisa saling melengkapi dan
sama bernilainya selama masyarakat yang menentukan pilihan. Intinya:
masyarakat didorong untuk mengenali lebih banyak pilihan, melakukan
dialog dengan berbagai sumber pengetahuan, agar bisa melakukan
analisa dan menentukan pilihan secara tepat.
Prinsip triangulasi. Belajar bukanlah hanya pertukaran informasi,
pengalaman, dan ilmu pengetahuan, melainkan juga upaya untuk
mendorong terbangunnya ilmu pengetahuan dan kearifan lokal. Tujuannya

Sustainable Aquaculture Development For Food Security and 41


Poverty Reduction (SAFVER )
LAPORAN PENDAHULUAN

adalah untuk melawan hegemoni ilmu pengetahuan ’luar’ yang dalam


jangka panjang bisa membunuh inovasi dan kearifan lokal, tetapi
menuduh masyarakat sebagai statis, kehilangan inovasi, dan anti
perubahan. Untuk membangun ilmu pengetahuan yang tepat guna kita
bisa menggunakan triangulasi yang merupakan bentuk ”pemerikasaan
dan pemerikasaan ulang” ( ”check and re-check). Triangulasi dilakukan
antara lain melalui penganekaragaman perspektif orang luar (keragaman
disiplin ilmu atau pengalaman), penganekaragaman perspektif orang
dalam (keragaman latar belakang, golongan masyarakat, keragaman
tempat, jenis kelamin), dan variasi metode/teknik pembelajaran yang
digunakan.
Prinsip mengoptimalkan hasil. Belajar bersama masyarakat,
bukanlah untuk belajar itu sendiri, melainkan untuk memperbaiki
kehidupannya yang baik bagi kepentingan generasi sekarang maupun
generasi selanjutnya. Penyusunan ilmu pengetahuan dan kearifan lokal
bukanlah didasarkan pada obyektivitas ilmiah, karena tidak dimaksudkan
untuk menyusun ilmu demi ilmu belaka.
Berikut ini adalah prinsip-prinsip dalam penyusunan ilmu pengetahuan
lokal:
 Lebih baik kita tidak tahu tentang apa yang tidak perlu kita ketahui;
ketahui secukupnya saja (optimal ignorance). Artinya: ilmu
pengetahuan disusun untuk kebutuhan dan kelangsungan hidup
komunitas yang bersangkutan.
 Lebih baik kita tidak tahu apakah informasi itu bisa disebutkan
benar seratus persen, tetapi diperkirakan bahwa informasi itu
cenderung mendekati kebenaran (appropriate imprecision). Artinya:
ilmu pengetahuan disusun secara subyektif berdasarkan atas
kesepakatan masayrakat yang berkepentingan.
Prinsip orientasi praktis. PRA seringkali diartikan hanya sekedar
kumpulan metode dan teknik untuk pengkajian (appraisal) atau penggalian

Sustainable Aquaculture Development For Food Security and 42


Poverty Reduction (SAFVER )
LAPORAN PENDAHULUAN

informasi. Kata partisipasi dalam PRA kemudian menjadi sempit ( abuse)


menjadi ’penggalian informasi dengan cara-cara partisipatif’. Prinsip
‘orientasi praktis’ adalah mengingatkan kembali bahwa PRA, bukan hanya
metode dan teknik pengumpulan informasi, melainkan terintegrasi pada
pengembangan kegiatan (aksi). Terdapat tiga (3) agenda utama dalam
PRA: pengkajian (yang tidak bersifat ekstraktif atau penggalian data)-
pembelajaran (yang menitikberatkan pada penyadaran kritis)-dan
pengembangan program aksi.
Prinsip keberlanjutan dan selang waktu. Kepentingan-
kepentingan dan masalah-masalah masyarakat tidaklah tetap, tetapi
berubah dan bergeser menurut waktu sesuai dengan perkembangan baru
dalam masyarakat itu sendiri. Belajar adalah proses yang berlanjut
seumur hidup, dari generasi ke generasi, dari jaman ke jaman. PRA
bukanlah sebuah ‘paket kegiatan PRA’ yang selesai setelah kegiatan
penggalian informasi dianggap cukup, dan orang luar yang memfasilitasi
kegiatan pergi dari wilayah sasaran. Agen pembangunan
mengembangkan proses pembelajaran agar masyarakat mampu bersikap
adaptif dan inovatif terhadap perubahan yang terjadi terus menerus.
Prinsip belajar dari kesalahan. Melakukan kesalahan adalah
sesuatu yang wajar. Yang penting bukanlah kesempurnaan dalam
penerapan, yang tentu sukar dicapai, tetapi penerapan sebaik-baiknya
sesuai dengan kemampuan yang ada dan kemudian belajar dari
kekurangan-kekurangan/kesalahan yang terjadi , agar pada kegiatan
berikutnya menjadi lebih baik. Satu hal yang paling penting diperhatikan
adalah bahwa belajar dari kesalahan bukanlah berarti “coba-coba”,
melainkan suatu proses pembelajaran bertahap.
Prinsip terbuka. Ilmu pengetahuan, teori, paradigma dan ideologi,
teknologi, metode dan teknik, bukanlah sesuatu yang status tetapi terus
berkembang. PRA juga bukan sebuah metodologi pendekatan yang telah
selesai , sempurna dan pasti benar. Pengayaan metode/teknik-tekniknya,

Sustainable Aquaculture Development For Food Security and 43


Poverty Reduction (SAFVER )
LAPORAN PENDAHULUAN

senantiasa bisa dikembangkan oleh para praktisinya, artinya PRA terbuka


terhadap adaptasi dan innováis baru sesuai dengan nilai-nilai yang
menjadi muatannya.

2.11 Pemberdayaan masyarakat melalui Pelatihan


Beberapa jenis kegiatan pelatihan yang akan dilaksanakan,
meliputi :
 Pelatihan Pengembangan Kewirausahaan;
 Success Story Usaha perikanan
 Pengelolaan usaha
 Pelatihan administrasi dan keuangan;
 Pelatihan perencanaan pembukaan pasar dan perluasan jaringan.
 Pelatihan tentang teknis Produksi Budidaya dan pengolahan ikan
Metode pembelajaran orang dewasa “andragogy” dengan prinsip-
prinsip “participatory”, yang didasari oleh pemikiran bahwa latar belakang
perserta pelatihan sangat beragam baik pengalaman, pengetahuan, umur,
maupun pendidikannya. Andragogy mempunyai azas seperti, antara lain
(tidak terbatas dengan ini).
1. Orang dewasa mempunyai konsep diri
2. Orang dewasa kaya pengalaman
3. Orang dewasa ingin segera menerapkan hasil belajarnya.
Selain beberapa azas tersebut di atas, juga ada beberapa prinsip
pembelajaran bagi orang dewasa yang perlu diperhatikan, meliputi.
 Berdasarkan pada kebutuhan dan pengalaman para peserta pelatihan.
 Mendorong partisipasi dan dinamika peserta pelatihan.
 Menggunkan pendekatan pemecahan masalah, dimana peserta dapat
mengemukakan masalah yang dihadapi dalam pekerjaannya dan
bersama sama peserta lainnya melakukan analisa pemecahan
masalah yang sesuai dan dapat diterapkan.
Sustainable Aquaculture Development For Food Security and 44
Poverty Reduction (SAFVER )
LAPORAN PENDAHULUAN

 Bersifat reaktif karena proses pembelajaran akan lebih bermanfaat


apabila peserta pelatihan dapat merefleksikan apa yang telah
dipelajari, membuat kesimpulan dan menarik prinsip-prinsip dari
pembelajaran tersebut untuk diterapkan.
 Menggunakan prinsip umpan balik, karena pembelajaran yang efektif
memerlukan umpan balik yang bersifat mengkoreksi dan mendukung.
 Menerapkan system saling menghormati antar dan antara peserta
dengan pelatih/nara sumber.
 Pemilihan lokasi dan situasi yang nyaman.
Pada pelaksanaannya ”andragogy” juga menuntut suasana proses
belajar-pelatihan yang perlu diterapkan, yaitu (i) bersifat non formal, (ii)
bervariasi kegiatan pembelajarannya, (iii) menghargai fikiran, perasaan
dan gagasan peserta pelatihan, (iv) menciptakan suasana saling belajar,
(v) kesalahan dalam proses belajar-mengajar adalah hal biasa, dan (vi)
membuat kesepakatan bersama atau kontrak-pelatihan dalam kelas.
Pemahaman akan azas, prinsip dan suasana proses belajar-
pelatihan tersebut di atas diperlukan agar para tenaga ahli/pelatih dan
nara sumber dalam menyampaikan materi pelatihan mempunyai
anggapan dan motto bahwa, peserta pelatihan bukanlah orang yang tidak
tahu dan pelatih bukanlah orang yang paling tahu. Tujuan pemahaman ini
adalah agar terjadi proses saling belajar antara pelatih dengan peserta
pelatihan tentang aspek-aspek yang terkait dengan proses pelaksanaan
pelatihan, serta diharapkan akan berlangsung penggalian dan perumusan
masalah bersama-sama pelatih-peserta pelatihan.

2.12 Pola Pengembangan Agribisnis Perikanan


Dalam upaya percepatan pembangunan agribisnis perlu dilihat dari
2 unsur yang saling terkait yaitu unsur pengusaha/petani sebagai pelaku
usaha Agribisnis dan unsur usaha atau komoditas perikanan yang

Sustainable Aquaculture Development For Food Security and 45


Poverty Reduction (SAFVER )
LAPORAN PENDAHULUAN

diusahakan. Unsur pengusaha/petani dilihat dari unsur komitmen dan


kompetensi. Unsur usaha ditinjau dari faktor daya tarik pasar dan sumber
daya. Untuk menentukan pola pembangunan agribisnis faktor-faktor yang
dianalisis sebagai berikut :
1. Unsur Pengusaha/Pembudidaya Ikan
a. Komitmen meliputi : Motivasi (Ekonomi, Sosial, dan Psikologis),
Learning (proses belajar), dan Eksperience (pengalaman)
b. Kompetensi meliputi : Human Skill (Trainning), Eksperience
(Pengembangan) dan Manajerial Skill (kemampuan mengelola)
2. Unsur Usaha (Komoditi perikanan)
a. Daya tarik Pasar meliputi : potensi konsumen, pedagang
perantara, pemasok, pesaing, perubahan, dan kebijakan.
b. Sumber daya meliputi : sumber
daya alam (pengolahan), sumber daya manusia (tenaga ahli),
modal, teknologi, dan kelembagaan (organisasi)
Secara umum pola percepatan pembangunan agribisnis dapat
dilakukan dalam dua cara yaitu :
1. Pengembangan secara vertikal yaitu pengembangan usaha
agribisnis yang berskala usaha kecil diarahkan untuk menjadi
usaha menengah dan besar dengan motif komersial.
2. Pengembangan secara Horizontal yaitu pengembangan agribisnis
dengan skala kecil tapi jumlahnya banyak.
Para pelaku Agribisnis perikanan pada umumnya tidak mempunyai
keinginan untuk menjadi besar karena kendala manajerial. Perusahaan
yang besar biasanya lemah dalam kewirausahaan tapi kuat dalam
manajerial, sebaliknya para agribisnis yang kecil kuat dalam
kewirausahaan tetapi lemah dalam manajerial.
Para pelaku agribisnis perikanan diharapkan memiliki kompetensi
dalam menjalankan usahanya yang meliputi pendidikan dan pengalaman
yang sesuai dengan bidang yang ditekuninya saat ini dan bidang usaha

Sustainable Aquaculture Development For Food Security and 46


Poverty Reduction (SAFVER )
LAPORAN PENDAHULUAN

lainnya serta kompetensi kewirausahaan (keahlian teknik, keahlian


konsep dan keahlian dalam mengelola sumber daya manusia).
Di samping kompetensi, pelaku agribisnis dituntut untuk memiliki
komitmen yang tinggi pada bidang usahanya yang meliputi ;
1. Hasrat berkontribusi secara efektif pada keseluruhan aktivitas
usaha agribisnis yang ditekuninya.
2. Hasrat untuk berusaha yang sedang ditekuni saat ini.
3. Keinginan untuk menyesuaikan dirinya pada perilaku dan sikap
guna menyesuaikan diri dengan tuntutan usahanya.
4. Kemauan untuk berkinerja di atas target yang telah ditentukan
sebelumnya.
5. Keinginan untuk mencurahkan segenap upaya dan bakat guna
mencapai dan mewujudkan tujuan-tujuan organisasi.
6. Kesediaan untuk mengambil risiko yang lebih besar, kepercayaan
dan dedikasi yang lebih tinggi dan lebih bersemangat dalam
menjalankan usahanya.
7. Pandangan yang positif dan keterkaitan psikologis pada usaha
yang sedang dikelolanya.
8. Keberpihakan pada usaha yang sedang dikelola dan kesediaan diri
untuk berkorban demi usaha yang dikelolanya saat ini.
Keseimbangan antara komitmen dan kompetensi ini akan
menumbuhkan jiwa kewirausahaan mereka dalam menjalankan usahanya
secara baik. Agribisnis diharapkan memiliki fleksibilitas dalam menghadapi
tuntutan lingkungan agar dapat memiliki keunggulan bersaing. Untuk
menciptakan keunggulan, maka para pelaku agribisnis dituntut untuk
mencapai keseimbangan antara sumber daya internal yang dimiliki
dengan gejolak perubahan lingkungan eksternal agribisnis, perlu
menguasai informasi tentang perkembangan faktor-faktor lingkungan
seperti ekonomi, teknologi, politik, sosial budaya, kebijakan pemerintah,
persaingan dan tuntutan konsumen.

Sustainable Aquaculture Development For Food Security and 47


Poverty Reduction (SAFVER )
LAPORAN PENDAHULUAN

Faktor-faktor tersebut pada saat tertentu biasa menjadi peluang,


tapi di lain saat akan menjadi ancaman bagi para pelaku agribisnis
perikanan. Dalam menghadapi kondisi tersebut perlu ditingkatkan
kemampuan sumber daya internal seperti SDM (manajemen dan
operasional) dan fasilitas (sarana dan prasarana penunjang).
Kesuksesan usaha agribisnis perikanan sangat ditentukan oleh
sejauh mana para pelaku agribisnis mampu menciptakan daya tarik pasar.
Penciptaan daya tarik pasar tidak terlepas dari kemampuan para pelaku
agribisnis menentukan posisi dalam persaingan pasar yang makin
kompetitif. Oleh karena para pelaku agribisnis perlu menetapkan strategi
persaingan.
Dalam menjalankan usahanya agar menjadi usaha yang unggul,
maka perlu memperhatikan potensi sumber daya yang akan menjadi
keunggulan bagi usaha agribisnis. Potensi sumber daya meliputi potensi
sumber daya alam, sumber daya manusia, permodalan, ketersediaan
teknologi dan kelembagaan (organisasi) usaha. Kesimbangan antara
daya tarik pasar dengan potensi sumber daya akan menumbuhkan usaha
yang unggul.

Sustainable Aquaculture Development For Food Security and 48


Poverty Reduction (SAFVER )

You might also like