You are on page 1of 9

WALIMAH

Makalah
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Tafsir Ahkam
Dosen pengampu: embuh

Disusun oleh:

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI


(STAIN) KEDIRI
2011
1
Bab I
A. Pendahuluan
Resepsi pernikahan atau walimah merupakan tradisi yang telah diajarkan Rasulullah
SAW kepada umatnya. Di era sekarang ini, resepsi pernikahan diselenggarakan umat
Muslim dengan beragam cara. Ada yang menggelar walimah secara sederhana di rumah
dan ada pula yang melakukan walimah di gedung bahkan hingga di hotel berbitang lima
yang menghabiskan dana sampai puluhan miliar rupiah. Agar sebuah walimah atau
resepsi pernikahan tak terjerembab ke dalam perkara yang dilarang, ajaran Islam telah
menetapkan adab dalam menyelenggarakan walimah.

B. Rumusan Masalah
1. bagaimanakah walimah seharusnya?

2
BAB II
Pembahasan
A. Walimah
1. Definisi Walimah
Walimah bersala dari kata “al walamu” yang berarti berkumpul. Hal ini dikarenakan
walimah adalah saat dimana suami dan istri dapat berkumpul. Walimatul urus adalah
sebuah acara yang disusun sedemikian rupa untuk memperingati bertemunya suami istri.
2. Tata Cara Mengadakan Walimah
Setiap masyarakat mempunyai tata cara tersendiri dalam mengdakan walimah.
Masing masing anggota kelompok mempunyai karakteristik tersendiri tentang resepsi
pernikahan yang mereka adakan. Ketetuan acara walimah yang sesuai dengan agam islam
adalah:
a). Niat Yang Benar
Hal pertama yang harus kita luruskan adalah niat. Karena sesuatu yang diniatkan
dengan baik akan menjadi amal saleh. Sehingga, harta yang dibelanjakan dan waktu
yang diluangkan akan diganti dengan pahala.
b). Membuat dan menyediakan hidangan sesuai kebutuhan.
ْ ‫ن ِمم‬
‫ن‬ ِ ‫سمماِئِه ِبُممّدْي‬
َ ‫ض ِن‬
ِ ‫عَلممى َبْعم‬
َ ‫ي صلى ال عليه وسلم‬
ّ ‫ ) َأْوَلَم َالّنِب‬: ‫ت‬
ْ ‫شْيَبَة َقاَل‬
َ ‫ت‬
ِ ‫صِفّيَة ِبْن‬
َ ‫ن‬
ْ َ‫َوع‬
‫شِعيٍر‬
َ “Shafiyyah Binti Syaibah Radliyallaahu 'anhu berkata: Nabi Shallallaahu
'alaihi wa Sallam mengadakan walimah terhadap sebagian istrinya dengan dua
mud sya'ir1”
Seorang tuan rumah tak perlu memberatkan diri di luar batas kemampuannya
untuk menyediakan hidangan bagi para undangan. Nabi sendiri pun mencontohkan
pengadaan walimah yang sederhana. Hal ini berguna untuk menjauhkan kaum
muslimin dari jeratan utang demi mengadakan walimah yang diluar batas
kemampuanya. Beberapa hadist menyebutkan bahwa walimah boleh diadakan dengan
makanan apa saja sesuai kemampuan. Pembedaan pembedaan contoh hidangan dalam
acara walimah yang diadakan nabi bukan bertujuan untuk melebihkan antara satu

1
Kitab bulughul marom hadist no 1074

3
dengan yang lainya. Melainkan semata mata disesuaikan dengan keadaan ketika sulit
dan lapang.
c). Hendaknya Mengundang Karib Kerabat, Tetangga dan Rekan-Rekan
“Anas berkata: Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pernah berdiam
selama tiga malam di daerah antara Khaibar dan Madinah untuk bermalam
bersama Shafiyyah (istri baru). Lalu aku mengundang kaum muslimin
menghadiri walimahnya. Dalam walimah itu tak ada roti dan daging. Yang ada
ialah beliau menyuruh membentangkan tikar kulit. Lalu ia dibentangkan dan di
atasnya diletakkan buah kurma, susu kering, dan samin2”
Mengundang karib kerabat dalam acara walimah akan mempererat tali silaturahim.
Sedangkan, mengundang tetangga dapat mendatangkan kebaikan. Selain itu,
mengundang rekan rekan akan melanggengkan kasih sayang dan menambah rasa
cinta.
d). Hindari Perkara Perkara Mungkar
Sebuah perkara sunnah, walimah, akan dapat menjadi perkara haram jika
didalamnya disertakan perkara mungkar. Tidak dapat kita pungkiri bahwa perayaan
walimah pada masyarakat kerap diiringi musik dangdut yang super lebay, nyanyian
gadis gadis dengan vocal gado gado serta MC yang terlalu pede. Keluar dari tradisi
dan adat yang menyelubungi setiap resepsi di masyarakat, kita mempunyai hak untuk
memilih mendatangi resepsi tersebut selain kewajiban untuk menjauhi hal hal
mungkar. Monggo..
3. Waktu Walimah
Ketentuan waktu mengadakan walimah:
,‫ل‬
ٍ ‫ث َلَيا‬
َ ‫ل‬
َ ‫خْيَبَر َواْلَمِديَنِة َث‬
َ ‫ن‬
َ ‫ي صلى ال عليه وسلم َبْي‬
ّ ‫ ) َأَقاَم َالّنِب‬: ‫ل‬
َ ‫س َقا‬
ٍ ‫ن َأَن‬
ْ َ‫َوع‬
َ ‫ َوَما َكا‬, ‫حٍم‬
‫ن‬ ْ ‫ل َل‬
َ ‫خْبٍز َو‬
ُ ‫ن‬
ْ ‫ن ِفيَها ِم‬
َ ‫ َفَما َكا‬, ‫ن ِإَلى َوِليَمِتِه‬
َ ‫سِلِمي‬
ْ ‫ت َاْلُم‬
ُ ‫عْو‬
َ ‫ َفَد‬, ‫صِفّيَة‬
َ ‫عَلْيِه ِب‬
َ ‫ُيْبَنى‬
‫سْمن‬
ّ ‫ َوال‬, ‫ط‬
ُ ‫لِق‬
َْ ‫ َوا‬, ‫عَلْيَها َالّتْمُر‬
َ ‫ي‬
َ ‫ َفُأْلِق‬, ‫ت‬
ْ ‫ط‬
َ‫س‬
ِ ‫ َفُب‬, ‫ع‬
ِ ‫طا‬
َ ‫لْن‬
َْ ‫ن َأَمَر ِبا‬
ْ ‫ل َأ‬
ّ ‫ُ) ِفيَها ِإ‬.
“Dari Ibnu Mas'ud Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu
'alaihi wa Sallam bersabda: "Makanan walimah pada hari pertama adalah layak,
pada hari kedua adalah sunat, dan pada hari ketiga adalah sum'ah (ingin
mendapat pujian dan nama baik). Barangsiapa ingin mencari pujian dan nama
2
Ibid, hadist no 1075

4
baik, Allah akan menjelekkan namanya." Hadits gharib riwayat Tirmidzi. Para
perawinya adalah perawi-perawi kitab shahih Bukhari.” 3
Pada dasarnya waktu mengadakan walimah adalah sewaktu waktu. Karena tidak ada
waktu terlarang untuk menikah. Sehingga, kalau mau mengadakan acara walimah pada
jam 12.00 malam jumat kliwon, terserah saja.
Memang, waktu pernikahan masih menjadi masalah karena pada satu sisi hokum
berdasar pada agama sedangkan pada sisi lainya menganut system adat sebagai
landasanya. Menurut hokum adat, waktu pernikahan tidak boleh dilakukan pada bulan
rajab, sya’ban, dan bulan nuharrom. Kita pun harus mempunyai hitungan sistematis
(pon, wage, kliwon, dkk) untuk menentukan hari H diadakanya pernikahan. Dan sama
sekali tidak ada alasan untuk individu individu yang mengingkarinya kecuali mitos mitos
seram yang melingkupi hari selain hari yang ditentukan tersebut.
Pada hokum agama, waktu mengadakan pernikahan lebih fleksibel. namun dari
terjemahan hadist diatas, dapat kita ketahui bahwa waktu terbaik mengadakan walimah
adalah pada hari pertama setelah akad nikah.

B. Hokum Seputar Walimah


1. Hokum Mengadakan Walimah
Dasar:
ٍ ‫عْو‬
‫ف‬ َ ‫ن‬
ِ ‫ن ْب‬
ِ ‫حَم‬
ْ ‫عْبِد َالّر‬
َ ‫عَلى‬
َ ‫ي صلى ال عليه وسلم َرَأى‬
ّ ‫ن َالّنِب‬
ّ ‫ك رضي ال عنه ) َأ‬
ٍ ‫ن َماِل‬
ِ ‫س ْب‬
ِ ‫ن َأَن‬
ْ‫ع‬
َ
:‫ل‬
َ ‫ َفَقا‬.‫ب‬
ٍ ‫ن َذَه‬
ْ ‫ن َنَواٍة ِم‬
ِ ‫عَلى َوْز‬
َ ‫ت ِاْمَرَأًة‬
ُ ‫ج‬
ْ ‫ل ! ِإّني َتَزّو‬
ِّ ‫ل َا‬
َ ‫سو‬
ُ ‫ َيا َر‬: ‫ل‬
َ ‫ َقا‬, ? ‫ َما َهَذا‬: ‫ل‬
َ ‫ َقا‬, ‫صْفَرٍة‬
ُ ‫َأَثَر‬
‫شاٍة‬
َ ‫ َأْوِلْم َوَلْو ِب‬, ‫ك‬
َ ‫ل َل‬
ُّ ‫ك َا‬
َ ‫َفَباَر‬
“Dari Anas Ibnu Malik Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu
'alaihi wa Sallam pernah melihat bekas kekuningan pada Abdurrahman Ibnu Auf.
Lalu beliau bersabda: "Apa ini?". Ia berkata: Wahai Rasulullah, sesungguhnya
aku telah menikahi seorang perempuan dengan maskawin senilai satu biji emas.
Beliau bersabda: "Semoga Allah memberkahimu, selenggarakanlah walimah
walaupun hanya dengan seekor kambing." Muttafaq Alaihi dan lafadznya
menurut Muslim4”

3
Ibid, hadist no 1072
4
Ibid, hadist no 1067

5
Dalam kalimat “Selenggarakanlah acara pernikahan meskipun hanya dengan seekor
kambing”, dapat kita ketahui bahwa hokum mengadakan walimah adalah wajib.
Beberapa ulama berpendapat bahwa hokum mengadakan walimah adalah sunnah.
Hadist diatas memang benar adanya. Namun kita tidak bisa lepas dari sisi geografis
sosiologis sebuah hokum diturunkan. Abdurrohman bin auf termasuk dari golongan
sahabat sahabat berduit yang baginya seekor kambing bukanlah beban dan kita tidak bisa
lepas dari inti sebuah walimah itu sendri, yaitu pengumuman atas
sebuah pernikahan yang berikutnya adalah doa yang dipanjatkan
kepada pasangan yang berbahagia.
2. Hukum Memenuhi Undangan Walimah
Pendapat terbesar dalam menghadiri walimah
a). Sunnah
Pendapat ini muncul berdasar esensi walimah yang disamakan dengan penerimaan
harta. Dapat kita bayangkan bahwa walimah tak ubahnya seperti bagi bagi rejeki. Bila
kita menghadiri, konsekuesinya pahala. Sedangkan bagi yang menolak, maka
konsekuesinya adalah nothing, kita tidak mendapat apapun.
b). Wajib Kifayah
Pendapat ini muncul dengan mengambil esensi bahwa walimah mengandung dua
tujuan. yaitu:
- mengumumkan pernikahan
- membedakanya dari zina
Dapat kita ketahui bahwa akad pernikahan tidak disaksikan oleh semua orang
melainkan hanya mereka yang berkeperluan dengan akad nikah tersebut. Guna
pernikahan adalah mengumumkan sebuah hubungan baru yang nantinya mecegah
presepsi masyarakat tentang adanya zina dalam hubungan baru tersebut. Ulama yang
berpendapat bahwa menghadiri undangan adalah fardhu kifayah berpendapat bahwa bila
sebagian individu telah menghadiri undangan tersebut, maka gugurlah kewajiban tamu
undangan lainya.
c). Wajib
Dasar:

6
‫صاِئًما‬
َ ‫ن‬
َ ‫ن َكا‬
ْ ‫ب ; َفِإ‬
ْ ‫ج‬
ِ ‫حُدُكْم َفْلُي‬
َ ‫ي َأ‬
َ‫ع‬
ِ ‫ ِإَذا ُد‬: ‫ل صلى ال عليه وسلم‬
ِّ ‫ل َا‬
ُ ‫سو‬
ُ ‫ل َر‬
َ ‫ َقا‬: ‫ل‬
َ ‫عْنُه َقا‬
َ ‫َو‬
‫طَعْم‬
ْ ‫طًرا َفْلُي‬
ِ ‫ن ُمْف‬
َ ‫ن َكا‬
ْ ‫ َوِإ‬, ‫ل‬
ّ‫ص‬َ ‫َفْلُي‬
“Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi
wa Sallam bersabda: "Apabila seorang di antara kamu diundang hendaknya ia
memenuhi undangan tersebut, jika ia sedang puasa hendaknya ia mendoakan,
dan jika ia tidak puasa hendaknya ia makan."5
Dari keterangan hadist diatas, dapat kita ketahui bahwa hukum mengadakan walimah
adalah wajib. Mutlak, dan bersifat individualis.
Secara rinci, undangan walimah itu wajib dihadiri, apabila memenuhi syarat sebagai
berikut6:
- pengundangnya mukalaf, berakal sehat, dan merdeka
- undanganya tidak dikhususkan kepada orang yg kaya saja.
- Undanganya tidak dikhususukan kepada orang orang yg disenangi dan dihormati
- Belum didahulu oleh undangan lain. Bila didahului oleh undangan lain, maka
yang pertama harus didahulukan. Hal ini sesuai hadist yang berbunyi
‫ب َأْقَرَبُهَما‬
ْ ‫ج‬
ِ ‫ َفَأ‬, ‫ن‬
ِ ‫عَيا‬
ِ ‫جَتَمَع َدا‬
ْ ‫ ) ِإَذا ِا‬: ‫ل‬
َ ‫ي صلى ال عليه وسلم َقا‬
ّ ‫ب َالّنِب‬
ِ ‫حا‬
َ‫ص‬ْ ‫ن َأ‬
ْ ‫ل ِم‬
ٍ‫ج‬ُ ‫ن َر‬
ْ‫ع‬
َ ‫َو‬
ٌ ‫ضِعي‬
‫ف‬ َ ‫سَنُدُه‬
َ ‫ َو‬, ‫ق ( َرَواُه َأُبو َداُوَد‬
َ ‫سَب‬
َ ‫ب َاّلِذي‬
ِ ‫ج‬
ِ ‫حُدُهَما َفَأ‬
َ ‫ق َأ‬
َ ‫سَب‬
َ ‫ن‬
ْ ‫ َفِإ‬, ‫َباًبا‬
“Salah seorang sahabat Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam berkata: Apabila
dua orang mengundang secara bersamaan, maka penuhilah orang yang paling
dekat pintu (rumah)nya. Jika salah seorang di antara mereka mengundang
terlebih dahulu, maka penuhilah undangan yang lebih dahulu”7
- Yang diundang tidak ada uzur syar’i.
Memperhatikan syarat syarat diatas, dapat kita ketahui bahwa apabila walimah dalam
pesta perkawinan berhukum makruh bila hanya mengundang orang orang kaya saja. Hal
ini sesuai dengan hadist:
‫شّر َالطَّعاِم طََعاُم‬
َ ) ‫ل صلى ال عليه وسلم‬
ِّ ‫ل َا‬
ُ ‫سو‬
ُ ‫ل َر‬
َ ‫ َقا‬: ‫ل‬
َ ‫ن َأِبي ُهَرْيَرَة رضي ال عنه َقا‬
ْ‫ع‬
َ ‫َو‬
( ‫سوَلُه‬
ُ ‫ل َوَر‬
َّ ‫صى َا‬
َ ‫ع‬
َ ‫عَوَة َفَقْد‬
ْ ‫جبِ َالّد‬
ِ ‫ن َلْم ُي‬
ْ ‫ َوَم‬, ‫ن َيْأَباَها‬
ْ ‫عى ِإَلْيَها َم‬
َ ‫ َوُيْد‬, ‫ن َيْأِتيَها‬
ْ ‫ ُيْمَنُعَها َم‬:‫َاْلوَِليَمِة‬
‫سِلٌم‬
ْ ‫جُه ُم‬
َ ‫خَر‬
ْ ‫َأ‬
5
Ibid, hadist no 1070
6
Slamet abidin dkk, Fiqih munakahat 1 Hal 154
7
Kitab bulughul marom hadist no 1076

7
“Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi
wa Sallam bersabda: "Sejahat-jahatnya makanan ialah makanan walimah, ia
ditolak orang yang datang kepadanya dan mengundang orang yang tidak
diundang. Maka barangsiapa tidak memenuhi undangan tersebut, ia telah
durhaka kepada Allah dan Rasul-Nya."8
Pembahasan selanjutnya adalah keadaan walimah yang sesuai tradisi, harus memberi
sejumlah hadiah ataupun sejumlah uang kepada tuan rumah yang bertujuan untuk
membantu meringankan acara walimah tersebut.
Dalam hukum islam, keluar dari tradisi super ribet dalam masyarakat, hukum
menghadiri walimah adalah wajib dan hukum memberi hadiah (amplop) adalah sunnah.
Sedangkan tidak ada hadist yang mengatakan bahwa wajib hukumnya memberi angpau
pada saat menghadiri undangan walimah. Dapat kita gambarkan bahwa memberi angpau
dan kewajiban menghadiri undangan adalah dua perbuatan yang berbeda dan berdiri
sendiri. Yaitu hukum asal memberi hadiah yang sunnah, dan hukum asal menghadiri
walimah yang wajib. Jika kita kembalikan pada hukum asalnya, maka dapat kita tarik
kesimpulan bahwa menghadiri walimah adalah wajib tetapi kita tidak mempunyai
kewajiban untuk memberi angpau.

C. Hikmah Walimah
Diadakanya walimah dalam pwsta perkawinan mempunyai beberapa hikmah. Antara
lain sebagai berikut:
1. Merupakan rasa syukur kepada Alloh SWT
2. Tanda penyerahan anak gadis kepada suami dari kedua orang tuanya
3. Sebagai tanda resmi adanya akad nikah
4. Sebagai tanda baru memulai hidup suami istri9

8
Ibid, hadist no 1069
9
Slamet abidin dkk, Fiqih munakahat 1 hal 156

8
Bab III
Kesimpulan
1. Hukum menghadiri walimah adalah wajib. Namun hukum memberi angpau pada
saat acara berlangsung berhukum sunnah
2. Kewajiban menghadiri menjadi hilang bila dalam walimah terdapat rangkaian
rangkaian acara mungkar.

You might also like