You are on page 1of 7

Dalam konteks Indonesia

Tujuan buku ini adalah untuk menggambarkan biaya dan pembiayaan


pendidikan di Indonesia pertengahan 1990. Isi buku tak hanya menampilkan
minat pembaca khususnya masalah di Indonesia, tetapi juga untuk orang-orang
yang peduli terhadap metode dan analisis dalam suatu penelitian dan cocok untuk
studi pembanding dengan system pendidikan dengan Negara lain.
Sebagai Negara yang besar dan complex seperti Indonesia, dengan multi
geografi, demografi dan factor social yang mempengaruhi biaya dan pembiayaan
pendidikan di Indonesia.
Corak geografis yang signifikan.
Indonesia adalah Negara kepulauan. Terdiri dari 14.000 pulau-pulau kecil yang tak
terhitung mencapai 5.110 kilometer (3.194 mil) dari timur ke barat dan 1600
kilometer (1000. mil) utara ke selatan. Hampir 1000 pulau tak berpenghuni. Total
daerah teritori tersebar hamper 9.9 miliar persegi dengan kira-kira 19% di daratan
dan sisanya 81% lautan.
Kondisi ini menghasilkan 2 jenis masalah untuk biaya dan pembiayaan
pendidikan. Luasnya kondisi sekolah menyebabkan, a) efisiensi pengumpulan data
rendah sebagai dasar pengambilan keputusan pendidikan b) tingginya biaya
supervise, suplai buku-buku sekola, ketepatan pembayaran gaji guru. Pada
pengumpulan data, keadaan geografis kendala dalam memperoleh informasi yang
akurat dan tepat, pendaftaran, staff, bangunan dalam perencanaan biaya
pendidikan dan pembiayaannya. Saat ini teknologi perjalanan udara, fasilitas
radio dan jaringan computer telah membantu mengurangi masalah-masalah
tersebut.
Komposisi dan Populasi
Populasi Indonesia mencapai 200 juta, peringkat 4 populasi terbanyak di
dunia setelah Cina, India, dan USA. Pertumbuhan rata-rata per tahun 23% di
tahun 1970-1980, menurun 1.8% selama periode 1990-1995 dengan progam KB
dari pemerintah.
Secara tradisional, kota-kota Indonesia sangat berbeda. Selama beberapa
masa perubahan sosial terhalang, disebabkan oleh pemisahan masyrakat yang
dipecah oleh ratusan pulau-pulau pegunungan. Lebih dari 70 juta masyarakat
jawa menempati jawa tengah dan jawa timur, 40% masyarakat sunda tinggal di
jawa barat. Dan 3 juta masyarakat Bali di pulau Bali, sementara 2.5 juta orang
Irian dengan lusinan kelompok-kelompok etnis yang lebih dari beberapa ratus
anggota.
Sebuah proposal yang telah diajukan kepada kementerian Pendidikan dan
kebudayaan baru-baru ini untuk menaikkan porsi pendidikan hingga 20 % untuk
mengakomodasi bidang budaya dan sikap pada tradisi dan budaya local, seni,
sejarah, bahasa, dan literature. Kesempatan ini diserap oleh pengambil kebijakan,
dan dapat diharapkan dapat meningkatkan suatu hal dalam ekspansi guna
menerapkan rencana kurikulum daerah.
Berdasarkan laporan sensus, sekitar 80% penganut islam, maka Indonesia
adalah populasi muslim terbesar di dunia. Sisanya 9% pulau di isi oleh kristiani, 2%
masyarakat Bali adalah hindu dan sisanya Budha. System pendidikan islam di
seluruh level sebagai suatu hal yang signifikan di Indonesia.

Perencanaan Pendidikan
Sejak 1968, rencana pendidikan pemerintah Indonesia diformulasikan
dengan rencana pembangunan sosio-ekonomi dalam lima tahunan, rangkaian ini
dengan periode 25 tahun. Periode pertama diakhiri di thaun 1992. Periode ke dua
di tahun 1993, hingga ditutup pada 1993-2018.
Kesuksesan periode pertama masa 25 tahunan tercermin dari daftar
pemenuhan yang mengesankan, contoh usia anak-anak masuk sekolah 7-12 tahun
bertambah pada periode tahun 1967-1996, meningkat 12.5 juta hingga 29.3 juta
siswa. Di tahun 1967 sebelum rencana 5 tahunan diterapkan, 50 % anak-anak
primary school (SD) berada di sekolah. Hingga 1995 hampir seluruh anak hadir di
Sekolah Dasar.
Di sebalik tanda kesuksesan, peneliti-peneliti terus mengidentifikasi
sejumlah masalah-maslah serius yakni kualitas, hak dan efektifitas pada setiap
tingkatan. Boediono dan Adam mencatat bahwa:
Dalam terminologi Kualitas, Pembanding tingkat prestasi pendidikan secara
internasional, menyatakan bahwa sekolah Indonesia dibandingkan dengan
sekolah di Negara-negara tetangga terutama dalam pendistribusian pendidikan
mempunyai kesempatan yang terbatas untuk pendidikan yang lebih tingggi bagi
perempuan. Sekolah pedesaan secara khusus alokasi guru, materi-materi sekolah,
tidak teraturnya kehadiran siswa dan murid. Sumber pembiayaan dan dukungan
emosional diberikan ke masyarakat sangat besar. Orang tua di pedesaan tidak
mempunyai kemampuan finasial untuk membeli layanan pendidikan sangat tidak
effektif. Kondisi yang fasif ini menciptakan kualitas yang rendah, gender, dan
ketidak adilan regional, dan ketidak efektifan secara internal dan eksternal belum
terpecahkan.
Tujuan utama siklus rencana 1993-2018 adalah membenahi kekurangan-
kekurangan tersebut. Sebagai contoh target-target siklus tersebut melibatkan:
Ketepatan buku-buku teks bebas untuk sekolah dasar dan menengah diakhiri
pada 1998
Petunjuk yang lebih baik dalam sain dan matematika bagi sekolah dasar ditahun
2003, dan sekolah menengah pertama tahun 2008, sekolah menengah atas di
tahun 2018
Persamaan prestasi pendidikan lintas regional melalui pelayanan sekolah di tahun
2013.
Stabilitas Politik dan Kemakmuran Masyarakat.
Di tahun 1968 jenderal Soeharto President terpilih di republic ini. Sejak saat
itu di setiap PEMILU, dia terus menang hingga maret 1998. Kemudian lebih dari
tiga decade partai-partai politik terus dikontrol dengan penekanan stabilitas
politik yang kokoh dengan pembangunan pendidikan. Pada masa Soeharto hanya
tiga partai yang boleh berpartisipasi dalam PEMILU, dan partai Presiden (GOLKAR)
selalu menang.
Dibulan Juli 1996 lapangan PDI diambii alih oleh tekananan pemerintah,
berpartisipasi dalam demonstrasi melawan kekuasaan pemerintah. Partai
presiden mendapat kecaman dari sejumlah partai islam di negeri ini. Alhasil dalam
beberapa tahun stabilitas yang berjalan lama di Negara ini bertahap berubah
mencekam.
Sejak saat itu Jenderal Soeharto mengundurkan diri dari tahun 1966 hingga
31 tahun kemudian, pertumbuhan ekonomi Indonesia rata-ratanya tak stabil.
Antara bulan Juli 1997 dan maret 1998 ekivalensi rupiah terhadap dollar jatuh
dari 2.400 – 12.000. pada tingkat tersebut banyak perusahaan dan Bank di
Indonesia bangkrut hingga sector swasta dan sektor asing. Untuk membantu
Indonesia dalam krisis ekonomi dan sejumlah program-program rekoveri, IMF
menawarkan paket financial 43 juta dollar.
Di tahun 1998, kondisi ekonomi bangsa yang mengerikan tidak diramal dengan
baik bagi pembiayaan pendidikan di masa yang akan datang. Dipertengahan 1950
dan 1967 ratio dollar/rupiah mengalami perubahan besar. Perubahan besar
terhadap rupiah dengan berbagai konsekwensi bagi pembiayaan pendidikan. Hal
tersebut adalah:
Pembayaran gaji bulanan pegawai administrasi dan guru lebih kurang untuk biaya
hidup 1 minggu. Kemudian banyak guru yang bekerja diluar sekolah, maka sering
terjadi ketidak hadiran guru disekolah, terlambat bekerja, dan tak dapat
memberikan perhatian penuh dalam mengajar.
Banyak guru melepaskan profesi mengajar dengan mencari pekerjaan yang
menguntungkan.
Pembayaran gaji biasanya terlambat atau tidak sama sekali.
Kurangnya buku-buku teks dan materi pelajaran dan pengajaran
Bangunan dan peralatan sekolah yang memburuk atau kurang baik.
Ketidaktersediaan dana bagi pembangunan gedung sekolah baru atau
mengembangkan sesuatu yang menarik untuk mengakomodasi penambahan
jumlah anak-anak usia sekolah per tahun.
Orangtua sulit menyediakan pakaian dan transportasi bagi anak-anak mereka.
Pelanggaran aturan-aturan pegawai pemerintah, sekolah mencari penyelamatan
dengan biaya-biaya khusus dan orangtua wajib membayarnya.
Awal Jaman Kuno –Pertengahan pra-sejarah 1800
Di zaman kuno, kepulauan Indonesia tidak mempunyai pendidikan formal.
Tugas-tugas pendidikan bagi kaum muda melalui pendidikan informal dalam
keluarga dan masyarakat. Anak-anak belajar bahasa, etika, perilaku dan moral,
sejarah, struktur sosial, sain, dan seni hanya diperoleh dari rekanan yang lebih tua
yang dilakukan dalam komunitas sehari-hari.
Pengaruh pertama diawali oleh agama Hindu dan Budha, dua kepercyaan
tersebut dibawa oleh misionaris dan pedagang dari India. Konsekwensinya ini
tertata pada tatanan kehidupan kerajaan Jawa di Indonesia dan di Sumatera.
Media pendidikan berkembang di dalam istana dan menyebar luas pada
populasi yang ada dengan media (wayang) cerita-cerita dari syair-syair
kepahlawanan Hindu, Mahabharata dan Rhamayana, juga melalui (wayang kulit)
dan (wayang golek). Dalam setiap perayaan semalam suntuk produser wayang
menyajikan perilaku moral aturan –aturan di masyarakat dari tingkatan
masyarakat yang berbeda dalam struktur sosialnya.
Tradisi keagamaan yang ke dua di setiap kepulauan di Indonesia adalah
tradisi islam. Pada abad ke 13 secara signfikan masuk dalam perpolitikan di
wilayah Sumatera. Di bawa ke Indonesia oleh pedagang-pedagang dari India dan
sebagai misionaris informal, dengan mengajarkan keyakinan mereka. Islam lebih
demokratis dalam hal budaya dengan persamaan pada seluruh lapisan
masyarakat.
Kemudian, dasar institusi pendidikan dalam masyarakat islam adalah Al-
quran. Seperti sekolah-sekolah yang didirikan oleh orang-perorangan dalam
doktrin islam. Kemudian tradisi sekolah swasta mulai berkembang di Indonesia
dengan pola independent boarding schools (pesantren). Ada dua cara dalam hal
pembiayaan pendidikan dalam belajar di pesantren.
Mereka bekerja di sawah atau di lading pada property yang dimiliki guru mereka.
Mereka membawa barang atau bahan makanan, pakaian,
Cara-cara pembiayaan ini masih terjadi hingga saat ini, dengan pola pembayaran
cash.
Dapat disimpulkan, dipertengahan abad 19, sekolah formal di Indonesia
terpusat pada islam atau doktrin Kristen, dengan sekolah islam yang didirikan
oleh individu-individu pribumi muslim (muslim pribumi atau muslim dari India dan
Arab). Sekolah-sekolah Kristen didirikan dibawah perintah kaum religious di
Eropa, dengan orang-orang Eropa langsung menginstruksi siswa dan
mengadakang supervise bagi guru pribumi untuk mencapai master dalam
menulis. Kurikulum dalam pesantren terpusat pada agama Islam dan bahasa Arab,
sementara kurikulum sekolah –sekolah Kristen campuran doktrin kristiani dan
sekuler (membaca, menulis, aritmatik, geografi, ilmu alam, sejarah).
Sebuah peristiwa pertama terjadi pada awal abad ke 19. Insiden ini adalah
sebuah artikel di surat kabar di tulis oleh Suwardi Surjaningrat, pemuda ningrat
asal Jawa dengan pendidikan Belanda. Dengan Tulisannya “If I were a
Netherlander” isinya adalah “jika saya seorang Belanda sangatlah malu jika
merayakan kemerdekaan negaranya sementara Belanda terus menahan dan
mencegah masyarakat Indonesia untuk menikmati kemerdekaannya sendiri. Kritik
kepada pemerintah colonial Belanda membanya ke penjara selama 5 tahun dari
1913-1918. Selama tahanan di Negara Belanda, Surjaningrat belajar childhood
education sebagai pengikut Friedrich Froebel, perintis sekolah Kindergarten dan
Maria Montessori. Setelah kembali ke Indonesia dia merubah nama ningratnya
dengan Ki Hajar Dewantoro untuk menandakan his dedikasinya sebagai awal
pendidikan Nasional. 1922 dia mendirikan Taman Siswa. Kurikulumnya diadopsi
dari pelajaran sekolah di Eropa (matematika, geografi, sejarah dan ilmu Alam)
dan budaya Indonesia (bahasa, sastra, sosial, seni). Taman Siswa berkembang
pesat disebabkan deiplomasi dan dedikasi Dewantoro, dan mendapatkan subsidi
financial dari pemerintah Belanda.
Perjuangan untuk Kemerdekaan
Akhir perang dunia II di bulan Agustus 1945, pemerintah Belanda
mereklamasi sebagai koloni diwilayah Indonesia Timur. Setelah bulan pasca
perang, masyarakat Jepang menduduki pemerintahan telah mengijinkan kaum
Nasionalis di Indonesia merencanakan persiapan kemerdekaan Indonesia.
Kemudian di bulan Agustus cendikiawan pendidikan Belanda Soekarno dan Hatta
mendeklarasikan kelahiran Republik Indonesia, Soekarno sebagai President dan
Hatta sebagai wakil President. Deklarasi ini melahirkan konfrontasi militer antara
Belanda dan Republik baru hingga 4 tahun revolusi Indonesia. Konflik ini terus
terjadi hingga 1949.
Awal-awal kemerdekaan
Di tahun 1950 pemerintah menghembuskan Undang-Undang Pendidikan
Dasar untuk sekolah dasar :
Setiap anak yang telah mencapai usia 6 tahun diperbolehkan, dan yang
telah mencapai usia 8 tahun diwajibkan untuk sekolah pada sekolah dasar dengan
periode 6 tahun.
Di bawah pemerintahan Republik baru, tanggung jawab untuk melakukan
pendidikan dibagi ke dalm 3 kementerian yakni kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan, kementerian Agama, dan kementerian Dalam Negeri selanjutnya
berubah menjadi departemen tetapi fungsinya masih sebagai kementerian.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bertanggung jawab dalam, kurikulum
nasional, pendidikan guru dan gaji dan sekolah-sekolah swasta. Sementara
kementerian Agama supervise kurikulum dan mendanai sekolah-sekolah
pemerintah dan swasta yang diajarkan secara kombinasi sekuler dan religious
pada tipe sekolah madrasah. Kementerian Dalam Negeri mencurahkan pada
pembiayaan financial pendidikan dasar.
Studi Pembiayaan Pendidikan
Dari review sejarah lampau, kita masuk pada investigasi biaya dan pembiayaan
pendidikan. Pemerintah Indonesia tak hanya mengawasi pendidikan diseluruh
kepulauan tetapi juga sebagai sumber utama pendanaan pada seluruh tipe
sekolah. Pendidikan adalah kunci utama bagi perkembangan ekonomi dan hasil
terpenting dari proses pembangunan. Pada saat yang bersamaan kemungkinan
jalan yang paling efektif untuk membantu masyarakat membagi keuntungan dari
pembangunan dengan meyakinkan bahwa seluruh anak mempunyai ases
kependidikan yang berkualitas tinggi.
Data pembiayaan dipresentasikan menjadi 3 tingkatan:
Level 1: seluruh biaya pendidikan di Indoneisa terdiri dari kombinasi pada:
Dana pemerintah dari budget pemerintah pusat, yang sipatnya rutin dan
pembangunan fisik.
Membayar dan kontribusi, yakni siswa, keluarga dan lainnya membuat sekolah
sebagai biaya pengeluaran sekolah.
Sumber biaya lain, yakni yang tidak diperlukan untuk ke sekolah, seperti biaya
siswa untuk transportasi, seragam, buku-buku tambahan.
Level 2: system biaya pendidikan, yakni kombinasi biaya pemerintah ditambah
kontribusi biaya dari siswa dan sumber lainnya.
Level 3: Dana bagi proses mengajar, termasuk pengeluaran rutin sekolah seperti
gaji, alat, pelayanan pada pendidikan dasar, menengah dan atas.
Hasil ekspansi pendidikan di sekolah secara regular yang digunakan dalam laporan
ini bukan gambaran lengkap pada nilai ekonomis dari biaya pendidikan.
Khususnya, tidak ada pertimbangan bagi biaya yang sipatnya oportunis dan
hamper seluruhnya diperoleh dari siswa ketika masuk sekolah.
Hanya berfokus pada menyusun biaya pendidikan keseluruhan dan berapa
banyak biaya dihabiskan pada tiap tingkatan/level di sekolah.

You might also like