You are on page 1of 17

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hipertensi merupakan penyebab kematian nomor satu di dunia.
Hipertensi menyerang lebih dari 700 juta penduduk dunia dengan angka
mortalitas 7 juta jiwa dan morbiditas 64 juta jiwa pertahun. Menurut
Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1995, prevalensi hipertensi di
Indonesia adalah 8.3%. Survei faktor risiko penyakit kardiovaskular oleh
WHO di Jakarta, menunjukkan angka prevalensi hipertensi dengan
tekanan darah 160/90 masing-masing pada pria 12,1% (2000). Pada
wanita, angka prevalensi mencapai 12,2% (2000).
Hipertensi dapat menyebabkan komplikasi yang berbahaya jika tidak
ditangani dengan baik. Komplikasi hipertensi diantaranya: penyakit
jantung koroner (PJK), infark miokard, stroke, dan gagal ginjal, aneurisma
dan retinopati hipertensi. Hipertensi juga merupakan resiko utama
terjadinya perdarahan otak, yang merupakan salah satu penyebab
kematian utama di seluruh dunia (Underwood, 1999).
Pengobatan hipertensi secara farmakoterapi dapat dilakukan dengan
pemberian diuretika, penyekat reseptor beta adrenergic, penyekat
saluran kalsium, inhibitor Angiotensin-Converting Enzyme (ACE) atau
penyekat reseptor alfa adrenergic. Pengobatan tersebut bergantung pada
pertimbangan klien termasuk mengenai biaya, karakteristik demografik,
penyakit penyerta, dan kualitas hidup. Pengobatan hipertensi saat ini
belum efektif karena hanya menurunkan prevalensi sebesar 8%,
harganya mahal, sering terjadi kekambuhan dan menimbulkan efek
samping yang lebih berbahaya (Price dan Wilson, 2005).
Tren pengobatan hipertensi saat ini yaitu dengan menggunakan
terapi alternatif dan komplementer, salah satunya yaitu terapi bekam
atau hijamah yang sudah digunakan semenjak zaman Nabi Muhammad
SAW (VITAHEALTH, 2006). Terbukti dengan adanya hadis Nabi
Muhammad SAW yang berbunyi “Kesembuhan itu terdapat pada tiga hal,
yaitu minuman madu, sayatan alat bekam dan kay (pembakaran)
dengaan api, dan sesungguhnya aku melarang umatku dari kay.” Sabda
yang lain “Sungguh, pengobatan paling utama yang kalian gunakan
adalah bekam,” (Hadits Shohih). "Apabila ada atau ada kebaikan pada
sesuatu dari obatmu, maka ia ada pada hijamah atau meminum madu
(herba)" (H.R. Bukhori dalam Yasin, 2005).
Manfaat terapi bekam belum banyak diteliti di Indonesia. Namun
berdasarkan pengalaman praktisi bekam, sudah banyak penyakit bisa
disembuhkan, salah satu diantaranya adalah penyakit hipertensi (Yasin,
2005). Berdasarkan penjelasan di atas penulis bermaksud melakukan
penelitian tentang pengaruh terapi bekam dalam menurunkan tekanan
darah pada pasien hipertensi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka masalah yang akan
ditelaah dan dikaji adalah pengaruh terapi bekam terahadap penurunan
tekanan darah pada pasien hipertensi. Oleh karena itu, agar penelitian ini
lebih terarah dalam mengkaji masalah tersebut maka peneliti merumuskan
pertanyaan sebagai berikut : Apakah Ada Pengaruh Terapi Bekam
Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Paien Hiperstensi?.
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Tujuan umum
 Pengaruh terapi bekam terahadap penurunan
tekanan darah pada pasien hipertensi.
a. Tujuan Khusus
 Mengidentifikasi penurunan tekanan darah pada
pasien hipertensi setelah diberikan terapi bekam.
 Mengananlisa pengaruh terapi bekam terhadap
penurunan tekanan darah pada paien hiperstensi.
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah :
a. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah khusunya Dinas
Kesehatan dalam rangka meningkatkan kesehatan masyarakat.
b. Sebagai bahan masukan bagi para petugas medis/kesehatan.
c. Sebagai bahan informasi untuk penelitian-penelitian selanjutnya
yang relevan dengan penelitian ini.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Terapi Bekam
Berbekam atau Hijamah menurut bahasa adalah ungkapan tentang
menghisap darah dan mengeluarkannya dari permukaan kulit, yang
kemudian ditampung di dalam gelas bekam, yang menyebabkan
pemusatan dan penarikan darah di sana. Lalu dilakukan penyayatan
permukaan kulit dengan pisau bedah, untuk mengeluarkan darah (Yasin,
2007).
Kata "Hijamah" berasal dari bahasa Arab, dari kata Al Hijmu yang
berarti pekerjaan membekam. Al Hajjam berarti ahli bekam. Nama lain
bekam adalah canduk, canthuk, kop, mambakan, di Eropa dikenal dengan
istilah "Cuping Therapeutic Method". Bekam dalam bahasa Mandarin
disebut Pa Hou Kuan. (Subiyanto dan Leli, 2006).
Pengobatan dengan bekam sudah digunakan semenjak zaman Nabi.
Terbukti dengan adanya hadis Nabi Muhammad SAW yang berbunyi
“Kesembuhan itu terdapat pada tiga hal, yaitu minuman madu, sayatan
alat bekam dan kay (pembakaran) dengan api, dan sesungguhnya aku
melarang umatku dari kay.” Sabda yang lain “Sungguh, pengobatan
paling utama yang kalian gunakan adalah bekam ”(Hadits Shohih)
(Anonim, 2006).
Terapi bekam berasal dari timur tengah namun telah menyebar ke
daratan Eropa dan Asia seperti Cina dan Indonesia. Di Indonesia terapi
bekam memang belum banyak diteliti kebenaran manfaatnya. Namun
berdasarkan pengalaman praktek Abu Fabby, sudah banyak pasien bisa
disembuhkan. seperti sakit kepala, pusing-pusing, sakit pinggang, sakit
punggung dan sakit berat lainnya. Menurut Abu, pasien bisa sembuh
karena dilakukan bekam pada titik-titik saraf terkait dengan penyakit yang
dikeluhkan pasien (Anonim, 2006).
B. Jenis dan Teknik Bekam
Ullah (2007) mengatakan bahwa bekam dapat dilakukan dengan dua
cara, yakni bekam kering atau bekam angin (Hijamah Jaaffah atau Dry
Cupping) dan bekam basah (Hijamah Rothbah atau Wet Cupping). Bekam
kering menurut Nashr (2005) merupakan upaya menghisap permukaan
kulit dan memijat tempat sekitarnya tanpa mengeluarkan darah kotor
dengan tujuan pemindahan zat dalam tubuh dari satu tempat ke tempat
lain. Pada teknik bekam ini darah akan keluar melalui urat-urat kecil yang
menimbulkan bekas seperti memar sementara. Fatahillah (2006)
mengatakan bahwa bekam kering dapat dilakukan dengan tekhnik
meluncur dan tekhnik tarik. Penggunaan tekhnik meluncur merupakan
pengganti kerokan. Tindakan ini dilakukan untuk membuang angin pada
tubuh, melemaskan otot-otot dan melancarkan peredaran darah.
Sedangkan tekhnik tarik biasa digunakan untuk menghilangkan nyeri atau
penat di bagian dahi, kening dan bagian yang terasa pegal. Adapun
bekam basah merupakan bekam kering yang mendapatkan tambahan
perlakuan, yaitu darah dikeluarkan dengan cara disayat pada daerah yang
dibekam (Ullah, 2007).
Terapi Bekam harus diberikan sesuai dengan kondisi klien, sehingga
tidak semua klien dapat diberikan terapi bekam yang sama. Oleh karena
itu, sebelum diberikan terapi, klien terlebih dahulu dipastikan kondisi
fisiknya dengan diagnosa yang jelas sebelum diberikan terapi basah atau
kering. Beberapa manfaat dari pemberian terapi bekam basah (Fatahillah,
2006), diantaranya :
1. Membersihkan darah dari racun-racun sisa makanan dan dapat
meningkatkan aktifitas saraf vertebrae.
2. Mengatasi gangguan tekanan darah yang tidak normal dan
arteriosclerosis.
3. Menghilangkan rasa pusing, memar di bagian kepala, wajah, migrain
dan sakit gigi.
4. Menghilangkan kejang-kejang dan keram otot.
5. Memperbaiki permeabilitas pembuluh darah.
6. Menyembuhkan reumatik.
7. Mengatasi kemalasan, lesu dan banyak tidur.
8. Mengatasi radang selaput jantung dan ginjal.
9. Mengatasi gangguan kulit, alergi, jerawat dan gatal-gatal.
Adapun pemberian terapi bekam kering dilakukan untuk mengatasi
berbagai penyakit ringan seperti mengatasi masuk angin, menghilangkan
rasa sakit pada paru-paru kronis, menahan derasnya haid dan mimisan,
meringankan rasa sakit dan penumpukan darah, melenturkan otot-otot
yang tegang, radang urat saraf dan radang sumsum tulang belakang,
pembengkakan liver, radang ginjal dan wasir (Fatahillah, 2006).

C. Larangan Berbekam
Terapi bekam ini dilarang digunakan pada penderita tekanan darah
sangat rendah, penderita sakit kudis, penderita diabetes mellius, wanita
hamil, wanita yang sedang haid. Orang yang sedang minum obat
pengencer darah, penderita leukemia, thrombosit, alergi kulit serius,
orang yang sangat letih, kelaparan, kenyang, kehausan dan orang yang
sedang gugup. Adapun anggota bagian tubuh yang tidak boleh di-bekam
yaitu mata, telinga, hidung, mulut, puting susu, alat kelamin, dubur. Area
tubuh yang banyak simpul limpa. Area tubuh yang dekat pembuluh besar.
Bagian tubuh yang ada varises, tumor, retak tulang, jaringan luka .
Menurut Imam asy-Syuyuthi berbekam dalam keadaan perut kosong itu
adalah paling baik karena dalam hal itu terdapat kesembuhan. Dan
dianjurkan untuk tidak makan selama 2- 3 jam sebelumnya (Aiman, 2004).
D. Waktu Bekam
Sebaiknya berbekam dilakukan pada pertengahan bulan, karena darah
kotor berhimpun dan lebih terangsang (darah sedang pada puncak
gejolak). Pemilihan waktu bekam adalah sebagai tindakan preventif untuk
menjaga kesehatan dan penjagaan diri terhadap penyakit. Adapun untuk
pengobatan penyakit, maka harus dilakukan kapan pun pada saat
dibutuhkan. Dalam hal ini Imam Ahmad melakukan bekam pada hari apa
saja ketika diperlukan. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah SAW : "Jangan
sampai mengalami ketidakstabilan darah, karena itu bisa mematikan."
(Fatahilllah, 2006).
Menurut Ibnul Qayyim perintah penggunaan bekam bukan pada awal
bulan (Qamariyah), karena cairan-cairan dalam tubuh kurang aktif
bergerak dan tidak normal. Bukan pula akhir bulan, karena cairan-cairan
itu berkurang. Yang baik ialah pada pertengahan bulan, ketika cairan-
cairan di dalam tubuh bergolak dan mencapai puncak penambahannya,
karena bertambahnya cahaya dari rembulan.
E. Teknik Bekam
Terapi bekam dilakukan dengan cara mengoleskan alkohol pada titik
yang akan dibekam agar steril, proses berikutnya dibekam hingga kulit
terlihat tertarik dan berwarna kemerahan. Selanjutnya permukaan kulit
(epidermis) disayat dengan pisau bedah atau silet steril sehingga akan
keluar darah kotor. Sayatan ini tidak berbahaya karena yang tersayat
hanya lapisan kulit luar, tidak sampai ke dalam lapisan daging. Setelah
darah keluar disedot lagi dengan bekam hingga keluar getah bening.
Getah bening ini yang berfungsi menutup lapisan yang tersayat. Luka
Sayatan tersebut dapat sembuh dalam waktu tiga hari (Sutomo,2008).
Bekam harus dilakukan dengan serba steril yaitu steril hatinya
dalam arti ikhlas dalam melakukanya, jika memungkinkan sebaiknya
dilakukan sambil berpuasa baik pasien maupun yang mengobati, meminta
kesembuhan dari-Nya. Alat yang digunakan juga harus steril, seperti gelas
bekam, penyedot udara, pisau/silet dan kantung tangan. Alat seperti silet
dan kantung tangan harus sekali pakai langsung dibuang. Walaupun tidak
berbahaya, bekam tidak dianjurkan untuk penderita diabetes, pasien yang
fisiknya lemah, penderita infeksi kulit merata, kanker darah, sedang hamil
dan rentan keguguran kandungan, hepatitis A dan B, penderita anemia
serta pasien yang sedang menjalani cuci darah. Jika dilakukan bekam
pada golongan ini, dimungkinkan akan terjadi efek samping yang tidak
diinginkan.
F. Prinsip Kerja dan Manfaat Bekam
Sudah banyak penelitian di luar negeri tentang cara kerja dan manfaat
dari terapi bekam, seperti yang dilakukan oleh Amir Muhammad Sholih.
Pengobatan bekam terbukti bermanfaat karena orang yang melakukan
pengobatan dengan bekam dirangsang pada titik saraf tubuh seperti
halnya pengobatan akupuntur. Tetapi dalam akupuntur yang dihasilkan
hanya perangsangan, sedangkan bekam selain dirangsang juga terjadi
pergerakan aliran darah.
Kerja terapi bekam berkaitan dengan unsur besi yang terdapat dalam
darah manusia yaitu berupa unsur panas yang dapat menyebabkan
terhambatnya aktifitas sel-sel sehingga mengurangi imunitas terhadap
virus. Karenanya pasien yang dalam darah kandungan besinya tinggi,
reaksi pengobatan lebih lambat dibandingkan pasien kandungan besinya
rendah dalam darah. Selain itu, pembuangan sebagian darah dalam terapi
bekam terbukti mampu memulihkan reaksi pengobatan menjadi lebih
cepat sehingga bekam bisa diterapkan sebagai terapi pendamping
pengobatan medis (Sutomo, 2008).
Hasil percobaan yang pernah dilakukan Amir pada pasien terinfeksi
virus hepatitis C dan memiliki kadar besi cukup tinggi dalam darahnya.
Setelah pasien diterapi bekam dan diberi obat Interferon dan Riboviron
memiliki reaksi positif dan kekebalan meningkat. Padahal sebelum
dibekam reaksi terhadap obat tersebut hampir tidak bereaksi.
Menurut Amani (2004) mekanisme kerja terapi bekam terjadi di bawah
kulit dan otot yang terdapat banyak titik saraf. Titik-titik ini saling
berhubungan antara organ tubuh satu dengan lainnya sehigga bekam
dilakukan tidak selalu pada bagian tubuh yang sakit namun pada titik
simpul saraf terkait. Pembekaman biasanya dilakukan pada permukaan
kulit (kutis), jaringan bawah kulit (sub kutis) jaringan ini akan “rusak”.
Kerusakan disertai keluarnya darah akibat bekam akan ikut serta keluar
beberapa zat berbahaya seperti serotonin, bistamin, bradiknin dan zat-zat
berbahaya lainnya. Bekam juga menjadikan mikrosirkulasi pembuluh
darah sehingga timbul efek relaksasi pada otot sehingga dapat
menurunkan tekanan darah (Sutomo, 2008).
A. Pengertian hipertensi
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana pada umumnya
mempunyai tekana darah sistolik lebih dari atau sama dengan 140 mmHg
dan tekanan darah lebih dari atau sama dengan 90 mmHg
Batas tekanan darah yang masih dianggap normal adalah 140/90
mmHg dan tekanan darah sam dengan atau diatas 160/95 mmHg
dinyatakan sebagai hipertensi (WHO)
Hipertensi adalah suatu peningkatan abnormal tekanan darah
dalam pembuluh darah arteri secara terus – menerus lebih dari satu
periode
Hipertensi adalah suatu penekanan darah sistolik dan diastolik yang
tidak normal, batas yang tepat dari kelainan ini tidak pasti. Nilai yang
dapat diterima berbeda sesuai dengan usia dan jenis kelamin namun
pada umumnya sistolik yang berkisar antara 140-190 mmHg dan diastolik
antara 90-95 mmHg dianggap merupakan garis batas hipertensi (sylvia A,
pierce. 533)
B. Klasifikasi
Berdasarkan penyebab hipertensi dibagi menjadi 2 golongan, yaitu :
a. Hipertensi esensial/primer : hipertensi yang
tidak diketahui penyebab atau idiopatik
b. Hipertensi sekunder/renal
Berbagai faktor dihubungkan dengan hipertensi esensial, akan
tetapi belum terdapat keterangan pasti yang dapat menjelaskan
penyebabnya.
C. Etiologi
1. Keluarga dengan riwayat hipertensi
2. Pemsukan sodium berlebih
3. Konsumsi kalori berlebih
4. Kurangnya aktifitas fisik
5. Pemsukan alkohol berlebih
6. Rendahnya pemasukan potasium
7. Lingkungan
8. Penggunaan estrogen
9. Penyakit ginjal
10.Hipertensi vaskuler renal
11.Hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan, dll.
D. Tanda dan Gejala
Kadang-kadang hipertensi esensial berjalan tanpa gejala, dan baru
timbul gejala setelah terjadi komplikasi pada organ target sepertu pada
ginjal, mata, otak dan jantung. Gejalanya adalah sakit kepala, epistaksis,
pusing atau migren, marah, telinga berdengung, mimisan, sukar tidur dan
sesak nafas, rasa berat dit tengkuk, mata berkunag-kunang.
Gangguan serebral akibat hipertensi dapat berupa kejang, atau
gejala- gejala akibat perdarahan pembuluh darah otak yang berupa
kelumpuhan, gangguan kesadaran bahkan sampai koma. Apabila gejala
tersebut timbul, merupakanpertanda tekanan darah perlu segera
diturunkan (Soeparman, 1999).
E. Patofisiologi
Tekanan darah dipengaruhi curah jantung dan tahanan perifer,
sehingga semua faktor yang mempengaruhi curah jantung dan tahanan
perifer akan mempengaruhi tekanan darah. Secara mudah tekanan darah
dapat dituliskan dengan formulasi sebagai berikut :
Tekanan darah = Curah jantung X Tahanan perifer
Selain curah jantung dan tahanan perifer, sebenarnya tekanan darah
dipengaruhi juga oleh tekanan atrium kanan, akan tetapi karena tekanan
atrium kanan mendekati nol, nilai tersebut tidak mempunyai pengaruh.
F. Faktor Resiko
Yang dapat mempengaruhi peningkatan tekanan darah :
a) Faktor genetik :adanya bukti bahwa kejadian hipertensi lebih
banyak dijumpai pada penderita kembar monozoit daripada
heterozigot
b) Umur dan jenis kelamin :wanita lebih banyak menderita
hipertensi dari pada pria
c) Peranan ginjal :penyebab hipertensi sekunder
d) Penumpukan garam
e) Ketidakseimbangan kimiawi : disebabkan oleh pembesaran dan
kegiatan yang berlebihan pada salah satu kelenjar adrenalin
f) Diet
g) Kegemukan/ obesitas
h) Sembelit terkait masalah diet
i) Rokok : non significant
j) Alkohol : meninggi bila minum lebih dari 3X per hari
k) Emosional
l) Obat-obatan yangmenyebabkan hipertensi :
m) Kapsul utuk menghilangkan gejala pilek
n) Pil kontrasepsi kombinasi
o) Hormon
G. Komplikasi
Umumnya mengenai organ-organ vital seperti :
a) Mata : spasme fokal, penyempitan arteriola, perdarahan,
eksudat dan papil bendung
b) otak : infark otak, pecahnya pembuluh darah otak, kematian
c) Jantung : gagal jantung
d) Ginjal : gagal ginjal
BAB III
METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan cara untuk memperoleh kebenaran ilmu


pengetahuan atau pemecahan suatu masalah (Notoatmodjo, 2005). Pada
bab ini akan di bahas Rancangan penelitian, Populasi, sampel dan sampling
penelitian, tehnik pengumpulan data.
A. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian sebagai petunjuk peneliti dalam
perencanaan dan pelaksanaan penelitian untuk mencapai tujuan. Dalam
penelitian ini, peneliti menggunakan desain case control adalah suatu
penelitian (survey) analitik yang menyangkut bagaimana faktor resiko
dipelajari dengan menggunakan retrospektif. (Notoatmodjo, 2005)
B. Populasi, Sampel dan Sampling
1. Populasi
Adalah sekelompok subyek data dengan karakteristik
tertentu (Santroasmoro & Ismael 1995). Populasi dalam penelitian
ini adalah pasien hipertensi yang ada di wilayah kerja Puskesmas
Janapria.
2. Sample
Sampel adalah himpunan bagian atau sebagian dari suatu
populasi (Zainudin: 2000). Pengambilan sampel harus dilakukan
sedemikian rupa sehingga di peroleh sampel yang benar-benar
dapat berfungsi sebagai contoh atau dapat menggambarkan
keadaan populasi yang sebenarnya, atau dengan kata lain sampel
harus representatif (Arikunto : 1998).
Sampel dalam penelitian ini adalah pasien hipertensi yang
ada di wilayah desa saba dan desa saba utara Kecamamtan
Janapria.
3. Sampling
Teknik pengambilan sampel (sampling) dalam penelitian
adalah dengan menggunakan porposive sampling yaitu
pengambilan sampel yang dilakukan sesuai dengan pertimbangan
tertentu yang di buat oleh peneliti, berdasarkan ciri atau sifat-sifat
populasi yang sudah diketahui sebelumnya.
N
n =
1 + d

n = ∑ sampel
N = ∑ populasi
d = tingkat kepercayaan/ketetapan yang diinginkan
(Notoatmodjo, 2005)
C. Identifikasi Variabel
Variabel adalah variabel yang digerakkan sebagai ciri, sifat atau
ukuran yang dimiliki oleh satuan peneliti tentang konsep pengertian
tertentu (Notoatmodjo, 2005).
1. Variable Independent
Merupakan variabel yang menjadi sebab timbulnya atau
berubahnya variabel dependent (mempengaruhi) (Sugiyono, 1999).
Yang menjadi variabel independent dalam penelitian ini adalah
terapi bekam.
2. Variabel Dependent
Sering disebut sebagai variabel respon atau variabel terikat,
merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat
karena adanya variabel bebas (Sugiyono : 1999) yang menjadi
variabel dependent dalam penelitian ini adalah penurunan tekanan
darah pada pasien hipertensi.
D. Tehnik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dapat diperoleh antara lain :
1. Data Primer yaitu data yang diperoleh secara logis langsung dari
para informan penelitian yang diberikan kepada informan melalui
tahap-tahap berikut:
 Kuisoner
Kuisioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan
untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti tentang
pribadinya atau hal-hal yang diketahuinya (Arikunto, 2005).
 Observasi
Observasi adalah suatu prosedur yang berencana yang antara
lain meliputi, melihat dan mencatat jumlah dan paraf aktifitas
tertentu yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti.
(Notoatmodjo, 2005)
2. Data Sekunder yaitu data yang diperoleh melalui penelurusan
sumber-sumber tertulis seperti buku-buku, literature, laporan-
laporan hasil penelitian yang relevan dengan judul penelitian yang
sedang diteliti.
DAFTAR PUSTAKA
A. Price, Silvya, 1995.. Patofisiologi. Jakarta : EGC.
Ahmadi, A., Farhadi, K., Schwebel, D., Saeb, M., Choubsaz, M., Mohammadi,
R. (2009). The effectiveness of wet-cupping for nonspecific low back
pain in Iran: A randomized Controlled Trial. Journal of
Complementary Therapies in Medicine, 17, 9-15
Ahmadi, A., Schwebel, D.,Rezai, M. (2008) The Efficacy of Wet-Cupping in the
treatment of tension and migraine headache. The American Journal
of Chinese Medicine, Vol 36, No. 1, page 37-44
Ahmed S.M., Madbouly N.H., Maklad S.S., dan Abu Shady E.A. (2005)
Immunomodulatory effects of blood letting cupping therapy in patients
with rheumatoid arthritis. Egypt J Immunol. 12 (2) : 39-51.
Al-Jauziyah, I.Q. (2004) Metode Pengobatan Nabi cetakan I, Abu Umar
Basyir Al Maidani (penerjemah). Jakarta : Griya Ilmu.
Anonim. (2006) Bekam, Sembuhkan Hipertensi, Migrain, Sakit Pinggang Dan
Kanker terdapat dalam
Astawan, Made. 2008. Cegah Hipertensi dengan Pola Makan. terdapat pada
www.depkesRI.com.
Dunsmuir, Ian. ( 2007). Acupuncture in the Treatment of Sports Injuries: A
Western Perspective Terdapat dalam www.heallingpoint.mht.
El Hennwy. (2007) Cupping therapy and Infertiliys, terdapat dalam
http://www.activephysiotherapy.com
Fatahillah, A. (2007) Keampuhan bekam, Cetakan ke-III, Jakarta: Qultum
Media.
Fatahillah. (2008). Rukyah dan Bekam.terdapat dalam
www.Fatahillah.co.id.
Mansjoer, Arief dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 1. Jakarta :
EGC.
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta:Media
Askupularis FKUI.
Soeparman, 1990. Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 2. Jakarta : Balai penerbit
FKUI.
Nashr, MM,(2005), Bekam, Cara Pengobatan Menurut Nabi, cetakan I,
Jakarta : Pustaka Imam As Syafi’i.
Price S.A., Lorraine M. W. (2000). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-
Proses Penyakit, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Song, S. J. 2007. Observation on therapeutic effect of ear point blood-letting
combined with cupping on Back-shu points for treatment of acne
vulgaris. Zhongguo Zhen Jiu; 27(8):626-8.
Setiawati, A., Bustami,ZS. Bustasmi. (2004) Anti hipertensi dalam
Farmakologi dan terapi. Edisi IV. Jakarta : FKUI
Song, SJ.(2007) Observation on therapeutic effect of ear point blood-letting
combined with cupping on Back-shu points for treatment of acne
vulgaris. Zhongguo Zhen Jiu 2007 Aug;27(8):626-8.
Subiyanto, I., Mulyati, L.(2008) Bekam(Cara Terapi Nabi) sebagai
Alternatif Pengobatan dan Intervensi Keperawatan. Terdapat
dalam ners.fk.unair.ac.id
Sutomo, B. (2008).Bekam Atasi Migrain dan Hipertensi terdapat dalam
www.pijatkeluarga.co.id (diakses tanggal 10 Juni 2008)
Ullah, K., Younis,A., Wali, M. (2007) An investigation into the effect of
Cupping Therapy as a treatment for Anterior Knee Pain and its
potential role in Health Promotion. The Internet Journal of
Alternative Medicine. 4(1):626-8
Underwood, J.C.E.1999. Patologi Umum dan Sistemik.editor edisi bahasa
Indonesia,Sarjadi/ed.2.vol 2. Jakarta:EGC.
Vitahelath (2004). Hipertensi. Jakarta : PT Gramedia.
Yasin,S.A. (2007), Bekam, Sunnah nabi dan mukjizat medis, Cetakan
VIII, Jakarta: al-Qowam

You might also like