You are on page 1of 9

BAB II

Angin adalah salah satu bentuk energi yang tersedia di alam, Pembangkit Listrik Tenaga

Angin mengkonversikan energi angin menjadi energi listrik dengan menggunakan turbin angin

atau kincir angin. Cara kerjanya cukup sederhana, energi angin yang memutar turbin angin,

diteruskan untuk memutar rotor pada generator dibagian belakang turbin angin, sehingga akan

menghasilkan energi listrik. Energi Listrik ini biasanya akan disimpan kedalam baterai sebelum

dapat dimanfaatkan.

Indonesia, negara kepulauan yang 2/3 wilayahnya adalah lautan dan mempunyai garis

pantai terpanjang di dunia yaitu ± 80.791,42 Km merupakan wilayah potensial untuk

pengembangan pembanglit listrik tenaga angin. Bila kita menghitung secara kasat mata potensi

energi listrik yang bisa dihasilkan Indonesia dapat katakan terbesar se-Asia.Ini adalah

perhitungan "eye estimate" dengan jumlah pulah sekian puluh ribu dan sekian ratus ribu kilo

meter garis pantai itulah ladang energi angin yang dijamin tak kan bayar dan tak ada habisnya.Di

tengah potensi angin melimpah di kawasan pesisir Indonesia, total kapasitas terpasang dalam

sistem konversi energi angin saat ini kurang dari 800 kilowatt. Di seluruh Indonesia, lima unit

kincir angin pembangkit berkapasitas masing-masing 80 kilowatt (kW) sudah dibangun. Tahun

2007, tujuh unit dengan kapasitas sama menyusul dibangun di empat lokasi, masing-masing di

Pulau Selayar tiga unit, Sulawesi Utara dua unit, dan Nusa Penida, Bali, serta Bangka Belitung,

masing-masing satu unit. Mengacu pada kebijakan energi nasional, maka pembangkit listrik

tenaga bayu (PLTB) ditargetkan mencapai 250 megawatt (MW) pada tahun 2025.
Di berbagai Negara selain Indonesia, pemanfaatan energi angin sebagai sumber energi

alternatif nonkonvensional sudah semakin mendapatkan perhatian. Hal ini tentu saja didorong

oleh kesadaran terhadap timbulnya krisis energi dengan kenyataan bahwa kebutuhan energi

terus meningkat sedemikian besarnya. Di samping itu, angin merupakan sumber energi yang tak

ada habisnya sehingga pemanfaatan sistem konversi energi angin akan berdampak positif

terhadap lingkungan.Semua energi yang dapat diperbaharui dan bahkan energi pada bahan

bakar fosil-kecuali energi pasang surut dan panas bumi-berasal dari Matahari. Matahari

meradiasi 1,74 x 1.014 kilowatt jam energi ke Bumi setiap jam. Dengan kata lain, Bumi

menerima 1,74 x 1.017 watt daya.

Sekitar 1-2 persen dari energi tersebut diubah menjadi energi angin. Jadi, energi angin

berjumlah 50-100 kali lebih banyak daripada energi yang diubah menjadi biomassa oleh seluruh

tumbuhan yang ada di muka Bumi.Sebagaimana diketahui, pada dasarnya angin terjadi karena

ada perbedaan temperatur antara udara panas dan udara dingin. Daerah sekitar khatulistiwa,

yaitu pada busur 0°, adalah daerah yang mengalami pemanasan lebih banyak dari Matahari

dibanding daerah lainnya di Bumi.

DAYA ENERGI ANGIN

Energi yang dimiliki oleh angin dapat didapat dari

persamaan :

1
w= ρ A v
2

Dimana :W = Energi angin (Watt)

ρ = Kerapatan udara (Kg/m3)

A = Area penangkapan angin (m2) v= Kecepatan angin (m/s)


A.Hal–Hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Membangun Sebuah Pembangkit Tenaga

Angin.

1. Tempat.

Tempat ditentukan sesuai kebutuhan, kemudian potensi energi angin dikaji dari data yang

didapat. Cara ini mempertimbangkan: aksesibilitas baik untuk pekerjaan konstruksi maupun

perawatan,dan kondisi sosial budaya setempat.Antara lain :

1. Celah di antara gunung. Tempat ini dapat berfungsi sebagainozzle, yang mempercepat
aliran angin.

2. Dataran terbuka. Karena tidak ada penghalang yang dapat memperlambat angin,
dataran terbuka yang sangat luas memiliki potensi energi angin yang besar.

3. Pesisir pantai. Perbedaan suhu udara di laut dan di daratan menyebabkan angin bertiup
secara terus menerus.

Pilih potensi

Pilih Potensi. Pemilihan tempat berdasarkan besarnya potensi energi angin yang tersedia.

Semakin besar kecepatan angin rata-rata di suatu tempat akan semakin baik. Semakin tinggi

potensi energi yang tersedia akan memberikan keuntungan berupa ukuran sistem konversi energi

angin yang semakin kecil dan tidak perlu terlalu efisien sehingga pembuatannya akan lebih

mudah dan murah.

B. Bagian-Bagian Kincir Angin

Untuk mendesain sebuah kincir angin, ada banyak hal yang harus diperhatikan. Hal pertama

yang harus dipertimbangkan yaitu berapa besar daya yang kita butuhkan, kemudian kecepatan
angin, setelah itu yang tidak kalah penting yaitu berapa jumlah blade yang harus digunakan, dan

masih banyak hal teknis lainnya.

Turbin angin mengubah energi kinetik angin menjadi energi mekanik

Anemometer: Mengukur kecepatan angin dan mengirimkan data kecepatan angin ke pengontrol.

Blades: Kebanyakan turbin baik dua atau tiga pisau. Angin bertiup di atas menyebabkan pisau

pisau untuk 'mengangkat' dan berputar.

Brake: Sebuah cakram rem, yang dapat diterapkan dalam mekanik, listrik, hidrolik atau untuk

menghentikan rotor dalam keadaan darurat.

Controller: pengontrol mesin mulai dengan kecepatan angin sekitar 8-16 mil per jam (mph) dan

menutup mesin turbin sekitar 55 mph. tidak beroperasi pada kecepatan angin sekitar 55 mph di

atas, karena dapat rusak karena angin yang kencang.

Gear box: Gears menghubungkan poros kecepatan tinggi di poros kecepatan rendah dan

meningkatkan kecepatan sekitar 30-60 rotasi per menit (rpm), sekitar 1000-1800 rpm, kecepatan
rotasi yang diperlukan oleh sebagian besar generator untuk menghasilkan listrik. gearbox adalah

bagian mahal (dan berat) dari turbin angin dan insinyur generator mengeksplorasi 'direct-drive'

yang beroperasi pada kecepatan rotasi yang lebih rendah dan tidak perlu kotak gigi.

Generator: Biasanya standar induksi generator yang menghasilkan listrik dari 60 siklus listrik AC.

High-speed shaft: drive generator

Low-speed shaft: Mengubah poros rotor kecepatan rendah sekitar 30-60 rotasi per menit.

Nacelle: nacelle berada di atas menara dan berisi gear box, poros kecepatan rendah dan tinggi,

generator, kontrol, dan rem.

Pitch: Blades yang berbalik, atau nada, dari angin untuk mengontrol kecepatan rotor dan menjaga

rotor berputar dalam angin yang terlalu tinggi atau terlalu rendah untuk menghasilkan listrik.

Rotor: pisau dan terhubung bersama-sama disebut rotor

Tower: Menara yang terbuat dari baja tabung (yang ditampilkan di sini), beton atau kisi baja.

Karena kecepatan angin meningkat dengan tinggi, menara tinggi memungkinkan turbin untuk

menangkap lebih banyak energi dan menghasilkan listrik lebih banyak.

Wind direction:Ini adalah turbin 'pertama',yang disebut karena beroperasi melawan angin. turbin

lainnya dirancang untuk menjalankan 'melawan arah angin,' menghadap jauh dari angin.

Wind vane:Tindakan arah angin dan berkomunikasi dengan yaw drive untuk menggerakkan turbin

dengan koneksi yang benar dengan angin.

Yaw drive:yaw drive yang digunakan untuk menjaga rotor menghadap ke arah angin sebagai

perubahan arah angin.

C.Jenis-jenis Turbin Angin

Dalam perkembangannya, turbin angin dibagi menjadi jenis turbin angin propeler dan turbin

angin Darrieus. Kedua jenis turbin inilah yang kini memperoleh perhatian besar untuk

dikembangkan.
Turbin angin propeler adalah jenis turbin angin dengan poros horizontal seperti baling-

baling pesawat terbang pada umumnya. Turbin angin ini harus diarahkan sesuai dengan arah

angin yang paling tinggi kecepatannya.

Kecepatan angin diukur dengan alat yang disebut anemometer. Anemometer jenis mangkok

adalah yang paling banyak digunakan. Anemometer mangkok mempunyai sumbu vertikal dan

tiga buah mangkok yang berfungsi menangkap angin.

Jumlah putaran per menit dari poros anemometer dihitung secara elektronik. Biasanya,

anemometer dilengkapi dengan sudut angin untuk mendeteksi arah angin.

Jenis anemometer lain adalah anemometer ultrasonik atau jenis laser yang mendeteksi

perbedaan fase dari suara atau cahaya koheren yang dipantulkan dari molekul-molekul udara.

Turbin angin mengambil energi angin dengan menurunkan kecepatannya. Untuk bisa

mencapai 100% efisien, maka sebuah turbin angin harus menahan 100% kecepatan angin yang

ada, dan rotor harus terbuat dari piringan solid dan tidak berputar sama sekali, yang artinya

tidak ada energi kinetik yang akan dikonversi.

Energi angin bisa ditangkap dengan dua atau tiga buah bilah sudu yang didesain seperti sayap
pesawat terbang. Untuk mendapatkan kecepatan angin yang cukup tinggi, konstan, dan tidak

terlalu banyak turbulensi biasanya turbin angin dipasang di atas sebuah menara pada ketinggian

30 meter atau lebih.

Bilah sudu yang digunakan berfungsi seperti sayap pesawat udara. Ketika angin bertiup melalui

bilah tersebut, maka akan timbul udara bertekanan rendah di bagian bawah dari sudu, Tekanan

udara yang rendah akan menarik sudu bergerak ke area tersebut. Gaya yang ditimbulkan

dinamakan gaya angkat. Besarnya gaya angkat biasanya lebih kuat dari tekanan pada sisi depan

bilah, atau yang biasa disebut tarik. Kombinasi antara gaya angkat dan tarik menyebabkan rotor

berputar seperti propeler dan memutar generator. Turbin angin bisa digunakan secara stand-

alone, atau bisa dihubungkan ke jaringan transmisi atau bisa dikombinasikan dengan sistem

panel surya. Untuk perusahaan listrik, sejumlah besar turbin angin dibangun berdekatan untuk

membentuk pembangkit listrik tenaga angin. Secara teori, efisiensi maksimum yang bisa dicapai

setiap desain turbin angin adalah 59%, artinya energi angin yang bisa diserap hanyalah 59%.

Jika faktor-faktor seperti kekuatan dan durabilitas diperhitungkan, maka efisiensi sebenarnya

hanya 35 - 45%, bahkan untuk desain terbaik. Terlebih lagi jika ditambah inefisiensi sistem

wind turbin lengkap, termasuk generator, bearing, transmisi daya dan sebagainya, hanya 10-

30% energi angin yang bisa dikonversikan ke listrik.

VAWT (Vertical Axis Wind Turbine)

Sesuai namanya, Vertical Axis Wind Turbine (VAWT)

mempunyai sumbu vertikal dengan bilah-bilah sudu paralel

dengan sumbunya. Turbin angin sumbu vertikal memiliki


efisiensi yang lebih kecil dibandingkan dengan Horizontal Axis Wind Turbine (HAWT) atau

turbin angin sumbu horisontal.

Ada beberapa kelebihan yang dimiliki oleh turbin sumbu vertikal, antara lain : aman, mudah

membangunnya, bisa dipasang tidak jauh dari tanah, dan lebih baik dalam menangani turbulensi

angin. Generator dan gearbox bisa ditempatkan tidak jauh dari permukaan tanah. Hal ini

meringankan beban tower dan memudahkan perawatan. Turbin sumbu vertikal yang lazim

digunakan adalah Savonius dan Darrieus.

Savonius

Savonius merupakan jenis turbin angin yang paling sederhana dan versi besar dari anemometer.

Turbin Savonius dapat berputar karena adanya gaya tarik (drag). Efisiensi yang bisa dicapai

turbin angin jenis ini sekitar 30%.

Darrieus

Turbin angin Darrieus mempunyai bilah sudu yang disusun dalam posisi simetri dengan sudut

bilah diatur relatif terhadap poros. Pengaturan ini cukup efektif untuk menangkap berbagai arah

angin. Berbeda dengan Savonius, Darrieus memanfaatkan gaya angkat yang terjadi ketika angin

bertiup. Bilah sudu turbin Darrieus bergerak berputar mengelilingi sumbu. Turbin angin

Darrieus merupakan suatu sistem konversi energi angin yang digolongkan dalam jenis turbin

angin berporos tegak. Turbin angin ini pertama kali ditemukan oleh GJM Darrieus tahun 1920.

Keuntungan dari turbin angin jenis Darrieus adalah tidak memerlukan mekanisme orientasi pada

arah angin (tidak perlu mendeteksi arah angin yang paling tinggi kecepatannya) seperti pada

turbin angin propeler.

Horizontal Axis Wind Turbine


Turbin angin sumbu vertikal memiliki rotor shaft dan generator yang berada di puncak menara

dan harus searah dengan arah angin. Turbin angin yang berukuran lebih kecil diarahkan dengan

menggunakan sirip, sedangkan untuk turbin angin berkapasitas besar menggunakan sensor dan

motor servo untuk menggerakkan turbin agar menghadap dan searah dengan arah angin.

Energi angin yang ditangkap oleh bilah-bilah sudu menghasilkan putaran yang rendah pada hub-

nya. Oleh karenanya, sebagian besar turbin angin menggunakan gear box untuk mengubah

putaran rendah yang dihasilkan bilah sudu menjadi lebih cepat dan sesuai untuk memutar

generator. Bilah sudu yang digunakan biasanya terbuat dari bahan yang kuat untuk menghindari

bilah sudu tersebut terdorong dan mengenai menara ketika berputar pada saat angin kencang

bertiup. Biasanya, jarak antara bilah sudu dan menara pun diatur, bahkan kadang-kadang agak

sedikit dimiringkan ke atas, agar kemungkinan tersebut semakin kecil.

You might also like