You are on page 1of 7

Naskah Publikasi, November 2009 Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia

Perbedaan Tingkat Kepuasan Pasien Peserta Jamkesmas dan Pasien Umum


di Instalasi Rawat Jalan RSUD Cilegon-Banten

Eva Zulfa; Sunarto; Titik Kuntari

Abstrak Pendahuluan
Latar Belakang: Salah satu indikator kualitas mutu Perkembangan jumlah rumah sakit setiap tahun semakin
pelayanan rumahsakit adalah kepuasan pasien. Namun, meningkat yang diiringi dengan perkembangan aneka
tidak semua rumah sakit dapat memenuhinya. Fakta ragam penyakit. Perkembangan teknologi kedokteran
mengenai buruknya pelayanan di rumahsakit masih ada. dan kesehatan, serta perkembangan harapan pasien
Terlebih lagi sikap dari pihak rumah sakit yang terkesan terhadap kualitas pelayanan, menyebabkan pasien
membeda-bedakan pelayanan yang diberikan. Untuk itu menjadi semakin kritis. Pasien menjadi lebih memilih
harus dibuktikan ada atau tidaknya perbedaan tingkat tempat dimana ia akan diberikan pengobatan dan
kepuasan antara pasien Jamkesmas dengan pasien umum perawatan. Oleh karena itu, rumah sakit diharapkan
dalam mendapatkan pelayanan kesehatan berorientasi pada kepuasan pasien agar dapat bersaing
Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk dengan rumah sakit lain1.
mengetahui perbedaan tingkat kepuasan antara pasien Pelayanan yang cepat dan tepat, biaya pengobatan yang
peserta Jamkesmas dengan pasien umum di Instalasi murah, serta sikap tenaga medis yang ramah dan
rawat jalan RSUD Cilegon-Banten berdasarkan dimensi komunikatif adalah sebagian dari tuntutan pasien
kualitas mutu Tangibel, Reliability, Responsiveness, Assurance, terhadap pelayanan rumah sakit. Namun, hanya sebagian
Empathy dan Accesibility. rumah sakit dapat memenuhi tuntutan tersebut. Cerita
Metode Penelitian: Jenis penelitian ini adalah analitik mengenai buruknya pelayanan di rumah sakit masih
dengan rancangan cross sectional. Jumlah sampel sering terdengar. Kondisi tersebut menyebabkan
penelitian 364 responden (182 responden pasien sebagian masyarakat lebih selektif dalam memilih rumah
Jamkesmas dan 182 responden pasien umum). Teknik sakit untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang
pengambilan sampel secara nonprobability sampling jenis terbaik. Terlebih lagi sikap dari pihak rumah sakit yang
consecutive sampling. Alat penelitian berbentuk kuesioner. terkesan membeda-bedakan pelayanan yang diberikan
Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan terhadap pasien pengguna Jamkesmas dengan pasien
metode independen t-test dua sampel. yang menggunakan biaya sendiri untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan.
Hasil Penelitian: Nilai rata-rata kepuasan pasien umum
lebih tinggi daripada pasien Jamkesmas terhadap dimensi Rumah sakit telah mengalami transformasi secara faktual
kualitas mutu Reliability (9,71 berbanding 8,91, nilai menjadi suatu industri yang berbasis pada prinsip-prinsip
p=0,003), Responsiveness (22,90 berbanding 20,46, nilai ekonomi dan manjemen. Transformasi ini berakibat
p=0,000), Assurance (22,84 berbanding 21,22, nilai buruk pada kebijakan Jamkesmas di lapangan. Misalnya
p=0,000), Empathy (7,73 berbanding 7,00, nilai p=0,000) di Surabaya, pasien pengguna Jamkesmas mendapat
dan Accesibility (14.12 berbanding 13.20, nilai p=0,002) pelayanan kesehatan yang buruk bila dibandingkan
sedangkan untuk dimensi kualitas mutu tangible antara dengan pasien yang menggunakan biaya sendiri (pasien
pasien umum dan pasien Jamkesmas memiliki nilai umum). Meskipun ada pelayanan gratis bagi masyarakat
mean/rata-rata yang hampir sama (26,69 berbanding miskin, namun bukan berarti persoalan kesehatan bagi
27,16, nilai p=0,433).. masyarakat miskin dapat teratasi. Masyarakat miskin
masih menghadapi berbagai macam persoalan tentang
Kesimpulan: Terdapat perbedaan tingkat kepuasan pada perlakuan dari petugas rumah sakit atau pelayanan yang
dimensi kualitas mutu Reliability, Responsiveness, Assurance, ala kadarnya dan tidak sesuai dengan apa yang
Empathy, dan Accesibility, dimana pasien umum memiliki diharapkan2.
tingkat kepuasan lebih baik daripada pasien Jamkesmas.
Sedangkan pada dimensi kualitas mutu Tangibel tidak RSUD Cilegon-Banten mempunyai kontribusi pada
terdapat perbedaan tingkat kepuasan yang bermakna peningkatan kesehatan melalui penyediaan pelayanan
antara pasien Jamkesmas dan pasien umum. medis baik untuk pengguna Jamkesmas maupun pasien
umum. Rumah sakit ini mulai beroperasi setelah
Kata Kunci: Tingkat kepuasan, Pasien Jamkesmas, diresmikan pada tanggal 27 April 2001. Meskipun rumah
Pasien umum. sakit ini masih tergolong baru namun jumlah kunjungan
pasien baik pasien rawat jalan maupun pasien rawat inap
1
terus meningkat. Akan tetapi, peningkatan jumlah Hasil Penelitian
kunjungan pasien ini tidak diikuti oleh pengingkatan
kualitas pelayanan dari pihak rumah sakit, sehingga Karakteristik Responden
banyak sekali pasien yang mengeluh tentang buruknya Karakteristik responden berdasarkan umur menunjukkan
kualitas pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit bahwa responden dengan umur >25-65 tahun paling
tersebut. Terutama adanya perbedaan pelayanan mendominasi (70,6 %), sedangkan berdasarkan jenis
kesehatan yang diberikan oleh pihak rumah sakit kelamin lebih didominasi oleh responden perempuan
terhadap pasien Jamkesmas dan pasien umum. (56,0 %). Pada karakteristik jarak RS dengan rumah,
Berdasarkan permasalahan di atas, maka dapat responden terbanyak adalah responden dengan jarak >10
dirumuskan masalah sebagai berikut: Apakah terdapat km (46,2 %). Responden sebagian besar berstatus
perbedaan tingkat kepuasan antara pasien peserta menikah (70,6 %). Berdasarkan tingkat pendidikan,
Jamkesmas dan pasien di Instalasi rawat jalan RSUD responden Jamkesmas kebanyakan adalah lulusan SMP
Cilegon-Banten terhadap dimensi kualitas mutu Tangibel, (46,2 %), sedangkan responden umum adalah lulusan
Reliability, Responsiveness, Assurance, Empathy, dan SMU (53,3 %). Karakteristik pekerjaan terbanyak untuk
Accesibility. responden Jamkesmas adalah petani/buruh/pekerja
rumah tangga (61,5 %) dengan penghasilan Rp. 400.000,-
Metode s/d Rp. 600.000,- (33,5 %), sedangkan responden umum
kelompok terbesar adalah responden dengan pekerjaan
Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional wiraswasta (39,6 %) dengan penghasilan Rp. 800.000,-
dengan pendekatan analitik menggunakan rancangan s/d Rp. 1.000.000.- (23,1 %).
penelitian cross-sectional. Subyek penelitian berjumlah 364
yang terdiri dari 182 pasien Jamkesmas dan 182 pasien Besar Kepuasan Responden
umum yang menggunakan jasa pelayanan rawat jalan dan
Besar tingkat kepuasan pasien Jamkesmas dan pasien
memenuhi kriteria inklusi.
umum terhadap pelayanan yang telah diterima di RSUD
Variabel penelitian ini terdiri dari variabel dependen yaitu Cilegon-Banten di ukur dengan membandingkan harapan
tingkat kepuasan pasien terhadap dimensi kualitas mutu pasien dengan apa yang dirasakan. Berdasarkan analisis
Kehandalan (Reliability), Kondisi Fisik (Tangibel), didapatkan bahwa pada responden Jamkesmas, 78,6 %
Ketanggapan (Responsiveness), Jaminan (Assurance), Empati menyatakan tidak puas terhadap pelayanan yang
(Empathy), Keterjangkauan (Accesibility) dan variabel diberikan oleh rumah sakit, sedangkan sisanya (21,4 %)
independen yaitu jenis kepesertaan pasien yang terdiri menyatakan puas dengan pelayanan yang telah diberikan.
dari pasien Jamkesmas dan pasien umum, serta variabel Berbeda dengan apa yang didapatkan pada responden
confounding yaitu karakteristik responden yang terdiri dari umum yaitu sebanyak 53,3 % responden menyatakan
umur, jenis kelamin, jarak RS dengan rumah, status puas dengan pelayanan yang diberikan oleh pihak rumah
perkawinan, pendidikan, pekerjaan dan penghasilan. sakit, dan yang menyatakan tidak puas yaitu sebesar 46,7
%. Hal ini mungkin dipengaruhi oleh beberapa aspek
Metode pengumpulan data yaitu menggunakan kuesioner
dalam pelayanan yang diberikan oleh pihak rumah sakit
dengan skala likert menggunakan graduasi penilaian
yang membeda-bedakan cara perlakuan terhadap pasien
kepentingan (Sangat Penting, Penting, Rata-rata, Tidak
Jamkesmas, sehingga pasien Jamkesmas merasa lebih
Penting, Sangat Tidak Penting) dibanding dengan
tidak puas bila dibandingkan dengan pasien umum.
graduasi tingkat penilaian yang dirasakan (Sangat Puas,
Padahal seharusnya pasien umum cenderung tidak puas
Puas, Rata-rata, Tidak Puas, Sangat Tidak Puas) dengan
bila dibandingkan dengan pasien Jamkesmas. Karena
jumlah pertanyaan masing-masing graduasi sebanyak 29
faktanya pasien umum memiliki tingkat pendidikan dan
pertanyaan. Instrumen tersebut di adopsi dari instrument
pengetahuan yang lebih tinggi daripada pasien
penelitian Wijayanti Puji Lestari (2008) yang berjudul
Jamkesmas, serta pasien umum juga menggunakan biaya
”Analisa Faktor Penentu Tingkat Kepuasan Pasien di
sendiri “out of pocket” untuk mendapatkan pelayanan
Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul”, Suryawati,
sehingga membuat mereka lebih kritis dalam menerima
dkk (2006) yang berjudul ”Penyusunan Indikator
pelayanan yang menurutnya tidak sesuai. Namun hal
Kepuasan Pasien Rawat Inap Rumah Sakit di Provinsi
tersebut sangat berbeda dari apa yang didapatkan dalam
Jawa Tengah”, serta Simon (1997) yang berjudul
penelitian ini. Karena disini, pasien Jamkesmas lebih
”SERVQUAL: A Tool For Measuring Patient’s Opinion
tidak puas bila dibandingkan dengan pasien umum. Oleh
of Hospital Quality in Hongkong”3 yang telah peneliti uji
karena itu, hendaknya pihak rumah sakit sebagai provider
dan instrument ini dinyatakan valid. Pengolahan data
kesehatan harus senantiasa meningkatkan kualitas
dilakukan dengan analisis statistik deskriptif untuk
pelayanannya secara kontinyu tanpa membedakan asal
karakteristik responden, uji independen t-test dua sampel
pasien dan seharusnya selalu memperhatikan kebutuhan
untuk mengetahui perbedaan tingkat kepuasan antara
pasien.
pasien Jamkesmas dan pasien umum terhadap dimensi
kualitas mutu, kemudian dilakukan pula uji chi square
untuk mengetahui hubungan karakteristik reponden
dengan kepuasan.

2
Hubungan Karakteristik Responden dengan medis merupakan aspek yang dianggap penting, dengan
Kepuasan Responden kepuasan yang dirasakan dianggap sudah memuaskan
atau hampir mendekati harapan pasien sehingga
Berdasarkan uji chi square didapatkan bahwa hanya dianggap bagus, kecuali untuk aspek suasana sekitar
karakteristik status perkawinan (p=0,001), tingkat rumah sakit ini tenang/tidak ribut dan kelengkapan
pendidikan (p=0,005) dan penghasilan (p=0,000) yang perawatan medis yang ternyata belum memuaskan atau
berhubungan dengan kepuasan, dengan nilai Odds Ratio mendekati harapan pasien. Disini memang diperlukan
didapatkan bahwa responden yang berstatus belum peningkatan mutu agar dapat mendekati harapan
menikah 2,4 kali lebih puas bila dibandingkan dengan responden terlebih aspek ini dianggap penting oleh
responden yang berstatus menikah, responden dengan pasien. Sedangkan responden umum menganggap
tingkat pendidikan <SMU 0,5 kali lebih puas bila penampilan dokter dan perawat, penerangan lampu pada
dibandingkan dengan responden dengan tingkat ruangan dokter/ pemeriksaan, posisi ruangan di
pendidikan >SMU, responden dengan penghasilan pelayanan kesehatan dan kelengkapan perawatan medis
<Rp799.999 0,3 kali lebih puas bila dibandingkan dengan merupakan aspek yang dianggap penting dengan
responden yang berpenghasilan >Rp.799.999. kepuasan yang dirasakan sudah cukup memuaskan
Kemungkinan terjadinya peningkatan ketidakpuasan kecuali pada aspek kelengkapan perawatan medis yang
pasien terhadap layanan dokter atau rumah sakit atau belum memuaskan atau mendekati harapan pasien. Oleh
tenaga kesehatan lainnya dapat terjadi sebagai akibat dari karena itu perlu dilakukan peningkatan mutu layanan
(a) semakin tinggi pendidikan rata-rata masyarakat
sehingga membuat mereka lebih tahu tentang haknya Reliability. Responden Jamkesmas menganggap waktu
dan lebih asertif, (b) semakin tingginya harapan pelayanan sesuai dengan jadwal yang di informasikan
masyarakat kepada layanan kedokteran sebagai hasil dari serta waktu tunggu untuk memperoleh pelayanan rumah
luasnya arus informasi, (c) komersialisasi dan tingginya sakit merupakan aspek yang penting dengan kepuasan
biaya layanan kedokteran dan kesehatan sehingga yang dirasakan belum memuaskan atau belum mendekati
masyarakat semakin tidak toleran terhadap layanan yang harapan responden, sehingga perlu dilakukan
tidak sempurna, dan (d) provokasi oleh ahli hukum dan peningkatan kualitas mutu agar dapat memenuhi harapan
oleh tenaga kesehatan sendiri3. pasien.. Sedangkan responden umum menganggap
semua kegiatan pelayanan yang dilakukan dengan cepat
Sedangkan pada karakteristik umur (p=0,72), jenis merupakan aspek yang penting dengan kepuasan yang
kelamin (p=0,865) dan jarak RS dengan rumah dirasakan sudah cukup tinggi atau sudah mendekati
(p=0,190) tidak terdapat hubungan yang bermakna harapan dari pasien, sehingga sudah dianggap bagus,
dengan kepuasan responden, dengan nilai Odds Ratio tetapi tetap diperlukan peningkatan mutu agar lebih
didapatkan bahwa responden umur 16-25 tahun mendekati harapan pasien
cenderung 1,5 kali lebih puas daripada responden umur
>25 tahun, responden laki-laki 0,9 kali lebih puas bila Responsiveness. Responden Jamkesmas menganggap
dibandingkan dengan perempuan, dan responden dengan dokter bersikap sopan dan ramah, perawat senantiasa
jarak <5 km 0,6 kali lebih puas bila dibandingkan dengan membantu dan memperlakukan pasien dengan
pasien dengan jarak >10 km. Hal ini sesuai dengan hasil ramah/murah senyum dan ketika pasien masuk petugas
penelitian Elvy dalam Wijayanti (2008) bahwa tidak penerima ramah merupakan aspek yang penting dengan
terdapat hubungan yang bermakna antara umur, jenis kepuasan yang dirasakan sudah cukup memuaskan atau
kelamin, pekerjaan dan jarak dengan kepuasan mendekati harapan responden hanya pada aspek dokter
responden4. bersikap sopan dan ramah, sedangkan aspek yang
dianggap penting lainnya belum memuaskan sehingga
Perbandingan Harapan dengan Kepuasan yang di pihak rumah sakit perlu meningkatkan kualitas mutu
rasakan Responden pelayanannya. Responden umum menganggap bahwa
pasien dilayani sesuai dengan keluhan/kebutuhan yang
Dari hasil analisis didapatkan bahwa semua penilaian dialami, dokter selalu mendengarkan keluhan pasien dan
baik pasien Jamkesmas maupun pasien umum di Instalasi memberikan solusi, dokter bersikap sopan dan ramah
rawat jalan RSUD Cilegon-Banten mempunyai harapan serta perawat senantiasa membantu dan memperlakukan
yang lebih tinggi daripada yang dirasakan terhadap pasien dengan ramah/murah senyum merupakan aspek
seluruh aspek pada dimensi kualitas mutu. Artinya, apa yang penting dengan kepuasan yang dirasakan sudah
yang sudah diterima atau dirasakan oleh kedua kelompok cukup memuaskan hanya pada aspek dokter selalu
responden belum memenuhi harapan. Dari hasil rata-rata mendengarkan keluhan pasien dan memberikan solusi
pada tiap dimensi kualitas mutu antara harapan dan dan dokter bersikap sopan dan ramah, sedangkan aspek
kepuasan yang dirasakan didapatkan bahwa: penting lainnya dianggap belum memuaskan dan belum
Tangible. Responden Jamkesmas menganggap memenuhi harapan responden. Sehingga perlu dilakukan
penampilan dokter dan perawat, penerangan lampu pada peningkatan kualitas mutu agar pelayanan yang diberikan
ruangan dokter/pemeriksaan, suasana sekitar rumah dapat memuaskan pasien, terutama pada aspek-aspek
sakit yang tenang/ tidak ribut, ruangan yang dianggap penting.
dokter/pemeriksaan bebas dari serangga, posisi ruangan
di pelayanan kesehatan dan kelengkapan perawatan
3
Assurance. Responden Jamkesmas menganggap bahwa memperoleh pelayanan rumahsakit tidak mahal dan biaya
dokter memberikan informasi/penjelasan tentang obat terjangkau, sedangkan pada aspek yang dianggap
penyakit yang diderita, dokter menjelaskan pengobatan penting lainnya sudah cukup memuaskan. Dalam hal ini
yang akan dilakukan, dokter selalu menjelaskan segala sangat diperlukan sekali peningkatan kualitas mutu untuk
resiko setiap tindakan/pengobatan yang dilakukan serta memenuhi harapan pasien terutama pada sistem
berkurangnya rasa sakit dan sembuh setelah pembiayaan serta ketersediaan obat.
mendapatkan terapi dari dokter merupakan aspek yang
Perbedaan Tingkat Kepuasan Pasien Jamkesmas
penting, dengan kepuasan dengan kepuasan yang
dirasakan sudah cukup tinggi atau sudah mendekati dan Pasien Umum
harapan pasien. Hal ini sudah dianggap bagus, kecuali Hasil analisis menggunakan uji independent sample t-test
untuk aspek berkurangnya rasa sakit dan sembuh setelah didapatkan hasil seperti terlihat pada tabel berikut:
mendapatkan terapi dari dokter, yang dianggap belum
memuaskan atau mndekati harapan pasien, sehingga Tabel 1. Perbedaan Tingkat Kepuasan Pasien
perlu dilakukan peningkatan kualitas mutu agar bisa Rata-rata
memenuhi harapan pasien. Sedangkan responden umum Tingkat
Pasien Pasien p
menganggap bahwa kesungguhan dokter dalam Kepuasan
Jamkesmas Umum
menangani penyakit pasien, dokter memberikan Tangibel 27.16 26.69 0,433
informasi/penjelasan tentang penyakit yang diderita serta Reliability 8.91 9.71 0,003
dokter selalu menjelaskan segala resiko setiap Responsiveness 20.46 22.90 0,000
tindakan/pengobatan yang dilakukan merupakan aspek Assurance 21.22 22.84 0,000
yang penting dengan kepuasan yang sudah memuaskan Empathy 7.00 7.73 0,000
Accesibility 13.20 14.12 0,002
atau mendekati harapan pasien, kecuali untuk aspek
dokter selalu menjelaskan segala resiko setiap Sumber: Analisis data primer
tindakan/pengobatan yang dilakukan, dianggap belum
Tabel tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
memuaskan atau belum mendekati harapan pasien,
sehingga sangat diperlukan peningkatan kualitas mutu, yang bermakna antara pasien Jamkesmas dan pasien
agar apa yang diharapkan pasien dapat terpenuhi. umum terhadap dimensi kualitas mutu Reliability
(Keandalan), Responsiveness (Ketanggapan), Assurance
Empathy. Responden Jamkesmas dan responden umum (Jaminan), Empathy (Empati), dan Accesibility
menganggap bahwa kesediaan dokter dan perawat untuk (Keterjangkauan), dimana pasien umum memiliki
menolong kebutuhan pasien merupakan aspek yang penilaian tingkat kepuasan yang lebih baik dibandingkan
penting dengan kepuasan yang dirasakan yang cukup dengan pasien Jamkesmas. Sedangkan pada dimensi
atau sudah mendekati harapan pasien terutama untuk kualitas mutu Tangibel (kondisi fisik) tidak terdapat
responden Jamkesmas, sedangkan responden umum perbedaan tingkat kepuasan antara pasien Jamkesmas
menganggap bahwa aspek ini belum memuaskan atau dan pasien umum.
mendekati harapan responden. perlu dilakukan
Sehubungan dengan jawaban dari pernyataan yang ada
peningkatan kualitas mutu agar dapat memenuhi harapan
pada kuesioner, maka kontribusi masing-masing aspek
responden.
terhadap kepuasan pasien Jamkesmas dan pasien umum
Accessibility. Responden Jamkesmas menganggap adalah sebagai berikut:
bahwa informasi yang jelas sehingga pasien tidak merasa
bingung ketika berkunjung ke rumahsakit, obat selalu Tangibel. Berdasarkan hasil penelitian, kepuasan pasien
dikategorikan menjadi puas dan tidak puas, dimana
tersedia di rumahsakit tanpa harus mencari ke luar
kategori puas didapatkan dari jawaban “Sangat Puas dan
rumahsakit, biaya obat diluar obat yang di tanggung oleh
Jamkesmas terjangkau serta proses pendaftaran sampai Puas” sedangkan kategori tidak puas didapat dari
mendapat pelayanan mudah/tidak rumit merupakan jawaban “Rata-rata, Tidak Puas dan Sangat Tidak Puas”.
Pada dimensi kualitas mutu tangibel ini meskipun dengan
aspek yang penting dengan kepuasan yang dirasakan
rendah atau belum mendekati harapan pasien terutama uji independent sample t-test tidak terbukti adanya
pada aspek obat selalu tersedia di rumahsakit tanpa harus perbedaan, namun setelah dilakukan uji chi square dua
mencari ke luar rumahsakit dan biaya obat diluar obat sampel, didapatkan bahwa aspek yang membedakan
yang di tanggung oleh Jamkesmas terjangkau. Sedangkan tingkat kepuasan antara pasien Jamkesmas dan pasien
umum adalah tersedianya tempat parkir yang cukup
untuk aspek yang lain yang dianggap penting sudah
memuaskan. Sama halnya dengan responden umum (p=0,012), dimana pasien Jamkesmas lebih puas
yang menganggap bahwa informasi yang jelas sehingga terhadap ketersediaan tempat bila dibandingkan dengan
pasien tidak merasa bingung ketika berkunjung ke pasien umum. Hal ini terjadi dikarenakan pasien umum
rumahsakit, biaya untuk memperoleh pelayanan lebih banyak menggunakan kendaraan pribadi seperti
motor dan mobil, sedangkan sebagian besar pasien
rumahsakit tidak mahal, biaya obat terjangkau serta
proses pendaftaran sampai mendapat pelayanan Jamkesmas masih menggunakan alat transportasi umum
sehingga pasien Jamkesmas cenderung tidak
mudah/tidak rumit merupakan aspek yang penting
mempersoalkan masalah tempat parkir. Aspek yang
dengan kepuasan yang dirasakan belum memuaskan atau
belum mendekati harapan pasien pada aspek biaya untuk membedakan selanjutnya yaitu suasana sekitar
4
rumahsakit yang tenang/ tidak ribut (p=0,019), dimana perawat senantiasa membantu dan memperlakukan
pasien umum lebih tidak puas bila dibandingkan dengan pasien dengan ramah/murah senyum (0,000) serta
pasien Jamkesmas. Hal ini dikarenakan jumlah pasien petugas penerima ramah ketika pasien masuk (p=0,000).
yang berkunjung ke rumahsakit ini sangat banyak, Dari aspek yang membedakan tersebut didapatkan
sehingga menimbulkan ketidaknyamanan antar pasien, bahwa pasien Jamkesmas memiliki tingkat kepuasan yang
terlebih lagi semua poliklinik di instalasi rawat jalan ini lebih rendah bila dibandingkan dengan pasien umum,
bergabung dalam satu ruangan. terutama pada aspek sikap petugas kesehatan (perawat
dan petugas penerima pasien) yang dianggap oleh
Kenyamanan fasilitas fisik sangat berpengaruh pada
sebagian besar pasien Jamkesmas tidak memuaskan.
kepuasan pasien. Ruangan yang bersih, rapi, nyaman
harus terus dipelihara. Efek psikologis pada pasien Hal tersebut memang merupakan masalah yang sering
berupa kebosanan menunggu dapat terjadi dengan terjadi pada beberapa rumahsakit. Faktanya keluhan-
ruangan yang bersih, rapi dan nyaman. Ditambah lagi keluhan yang sering muncul setiap hari dalam pelayanan
dengan fasilitas ruang tunggu dan ruang pemeriksaan di suatu rumahsakit yaitu sikap dan perilaku karyawan
yang nyaman, hal ini tentu saja akan ikut mempengaruhi atau petugas rumahsakit serta dokter kurang informatif
pula tingkat kepuasan seseorang5. dan komunikatif kepada pasien, terutama pada pasien
miskin atau pasien Jamkesmas. Ketidakramahan petugas
Reliability. Pada dimensi kualitas mutu Reliability dengan
rumahsakit juga akan ikut mempengaruhi kepuasan dan
menggunakan uji chi square dua sampel, didapatkan
minat kembali pasien yang pada akhirnya juga ikut
bahwa aspek yang membedakan adalah semua kegiatan
mempengaruhi dari provitabilitas rumahsakit itu sendiri7.
pelayanan dilakukan dengan cepat (p=0,016) dimana
pasien umum lebih puas bila dibandingkan dengan Assurance. Pada dimensi kualitas mutu Assurance
pasien Jamkesmas, dan aspek yang membedakan lainnya dengan menggunakan uji chi square dua sampel,
yaitu waktu pelayanan sesuai dengan jadwal yang di didapatkan bahwa aspek yang membedakan adalah
informasikan (p=0,034) dimana pasien Jamkesmas lebih dokter memberikan informasi/ penjelasan tentang
tidak puas bila dibandingkan dengan pasien umum. penyakit yang diderita (p=0,001), pasien mendapatkan
Sedangkan pada aspek waktu tunggu untuk memperoleh penjelasan mengenai proses pemeriksaan sampai
pelayanan rumahsakit tidak lama, tidak terdapat mendapatkan hasil pemeriksaan (p=0,000) serta pasien
perbedaan yang bermakna antara pasien Jamkesmas dan merasa berkurangnya rasa sakit dan sembuh setelah
pasien umum (p=0,348), namun kedua kelompok mendapatkan terapi dari dokter (p=0,000) dimana pasien
responden menganggap bahwa aspek ini tidak Jamkesmas memiliki tingkat kepuasan yang lebih rendah
memuaskan. Hal ini wajar saja terjadi, karena jumlah bila dibandingkan dengan pasien umum, terutama pada
pasien yang datang begitu banyak sehingga aspek pasien mendapatkan penjelasan mengenai proses
mempengaruhi waktu tunggu untuk mendapatkan pemeriksaan sampai mendapatkan hasil pemeriksaan dan
pelayanan dimana pasien yang lebih awal mendaftar akan berkurangnya rasa sakit dan sembuh setelah
lebih dulu mendapatkan pelayanan, kemudian petugas mendapatkan terapi dari dokter.
pendaftaran sendiri kurang cekatan dalam menerima
Hal tersebut dipengaruhi pula oleh tingkat pendidikan
pasien, sehingga hal tersebut membuat pasien mengantri
pasien umum yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan
terlalu lama. Selain itu, menurut pengalaman pada saat
pasien Jamkesmas, sehingga pasien umum akan dengan
penelitian, dokter yang memberikan pelayanan juga
mudah memahami dan mengerti mengenai penjelasan
datang terlambat sehingga kebanyakan pasien
atau informasi yang disampaikan oleh dokter, disisi lain
mengeluhkan jadwal pelayanan yang tidak sesuai.
dokter juga cenderung merasa tidak bersemangat ketika
Menurut Miskan, lamanya waktu tunggu dipengaruhi berbicara dengan orang dengan pendidikan rendah,
oleh kinerja petugas pendaftaran yang lama dalam karena tentu saja akan lebih sulit bagi seorang dokter
menangani pendaftaran pasien dan petugas terkadang dalam menjelaskan mengenai penyakit dan hasil
salah meletakkan kartu rekam medis. Bukan hanya itu, pemeriksaan yang diperoleh. Seharusnya, sebagai seorang
berkas yang menumpuk di poliklinik umum juga menjadi dokter haruslah mampu menjalin komunikasi yang baik
penyebab antrian menjadi lama saat menunggu panggilan tanpa membeda-bedakan latar belakang pasien. Untuk
untuk diperiksa dokter. Kondisi ini juga diperburuk jenis obat yang diberikan kepada pasien, pasien
dengan fasilitas ruang pendaftaran yang menjadi satu Jamkesmas cenderung mendapatkan obat yang sudah
dengan rak rekam medis pasien serta tumpukan status ditetapkan dengan kualitas yang standar, sedangkan pada
pasien yang tidak mempunyai rak (tidak memenuhi syarat pasien umum relatif mendapat obat dengan kualitas yang
ruang rekam medis)6. lebih baik sesuai dengan kemampuan membayar obat
tersebut, semakin mahal harga obat tersebut maka akan
Responsiveness. Pada dimensi kualitas mutu
semakin baik pula kualitasnya. Sehingga hal ini pula yang
Responsiveness dengan menggunakan uji chi square dua
ikut mempengaruhi kesembuhan pasien.
sampel, didapatkan bahwa aspek yang membedakan
adalah dokter selalu meminta izin sebelum melakukan
tindakan atau pemeriksaan (p=0,000), dokter selalu
mendengarkan keluhan pasien dan memberikan solusi
(p=0,000), dokter bersikap sopan dan ramah (0,000),
5
Empathy. Pada dimensi kualitas mutu Empathy dengan tidak banyak mengetahui tentang pelayanan kesehatan
menggunakan uji chi square dua sampel, didapatkan yang seharusnya8.
bahwa aspek yang membedakan adalah sikap perawat
Pelayanan kesehatan merupakan masalah yang sering
dan dokter terhadap pasien baik (p=0,000) serta
diperdebatkan oleh berbagai pihak. Namun hal itu hanya
kesediaan dokter dan perawat untuk menolong
mampu membawa sedikit perubahan. Misalnya,
kebutuhan pasien (p=0,005), dimana pasien umum
pengadaan pengobatan untuk masyarakat miskin secara
memiliki tingkat kepuasan yang lebih baik dibandingkan
gratis (Jamkesmas). Pada dasarnya pasien Jamkesmas
dengan pasien Jamkesmas.
juga mempunyai hak asasi manusia, mereka juga berhak
Ketidakpuasan pasien Jamkesmas dilatarbelakangi oleh mendapatkan pelayanan yang baik. Akan tetapi, hal ini
sikap perawat dan dokter yang terkesan membeda- belum sepenuhnya disadari oleh berbagai pihak, terutama
bedakan antara pasien Jamkesmas dengan pasien umum. bagi petugas kesehatan yang melayani pengguna
Pasien Jamkesmas yang memang mendapatkan askeskin/Jamkesmas selalu menganggap dirinya jauh
pelayanan gratis membuat para petugas baik dokter diatas pasien, sangat dibutuhkan pasien, serba tahu
maupun perawat enggan bersikap ramah kepada mereka. tentang cara penyembuhan pasien, sehingga
Hal tersebut nyata terlihat pada saat penelitian, yaitu memperlakukan pasien sebagaimana orang bodoh yang
ketika salah seorang pasien Jamkesmas menanyakan tidak mengerti apa-apa. Hal ini selain berdampak pada
sesuatu hal terhadap perawat, namun pertanyaan pasien psikologis pasien juga bisa diikuti efek lain yang tidak
tersebut dijawab dengan sangat tidak sopan. Hal ini diinginkan. Pasien Jamkesmas yang sembuh dari sakitnya
sangat bertolak belakang dengan apa yang dirasakan secara fisik, mungkin mengalami sakit batin, pengalaman
pasien umum. Sikap dokter serta perawat sangat ramah buruk, trauma terhadap petugas kesehatan sehingga pada
dan baik kepada pasien umum, bahkan mereka dengan masa mendatang enggan memeriksakan diri ke petugas
tangan terbuka bersedia membantu semua kebutuhan kesehatan. Hal ini seharusnya dapat ditangani oleh
pasien. pemerintah agar lebih memperhatikan kepentingan
pasien Jamkesmas untuk mendapatkan pelayanan
Accesibility. Pada dimensi kualitas mutu Accesibility
kesehatan yang sesuai dengan haknya9.
dengan menggunakan uji chi square dua sampel,
didapatkan bahwa aspek yang membedakan adalah Kesimpulan
pasien tidak merasa bingung ketika berkunjung ke
rumahsakit ini karena informasi jelas (p=0,002), dimana Terdapat hubungan yang bermakna antara karakteristik
pasien umum memiliki tingkat kepuasan yang lebih baik status perkawinan, tingkat pendidikan dan penghasilan
bila dibandingkan dengan pasien Jamkesmas. terhadap kepuasan responden. Tidak ada perbedaan
Meskipun pada aspek lain dalam dimensi kualitas tingkat kepuasan yang bermakna antara pasien
accessibility ini tidak didapatkan perbedaan bermakna, Jamkesmas dan pasien umum terhadap dimensi kualitas
pada aspek lainnya namun dapat dilihat bahwa pada mutu Tangibel. Terdapat perbedaan tingkat kepuasan yang
kedua kelompok responden baik pasien Jamkesmas dan bermakna antara pasien Jamkesmas dan pasien umum
pasien umum tidak puas terhadap aspek ketersediaaan terhadap dimensi kualitas mutu Reliability, Responsiveness,
obat tanpa harus mencari ke luar rumahsakit, biaya obat Assurance, Empathy, dan Accesibility, dimana pasien umum
terjangkau, serta proses pendaftaran sampai mendapat lebih puas daripada pasien Jamkesmas.
pelayanan mudah/tidak rumit. Tidak tersedianya obat di
Saran
rumahsakit ini terjadi kemungkinan karena habisnya stok
obat terutama untuk pasien Jamkesmas, sehingga pasien Bagi pihak RSUD Cilegon-Banten diharapkan dapat
harus mencari obat diluar dari rumahsakit. Sedangkan lebih meningkatkan kualitas pelayanannya serta
rumitnya proses pendaftaran sampai mendapat pelayanan menindaklanjuti aspek-aspek yang dianggap belum
lebih dikarenakan letak tempat fokopi dengan loket memuaskan bagi pasien Jamkesmas dan pasien umum
pendaftaran cukup jauh, sehingga pasien harus keluar pada dimensi kualitas mutu Tangibel meliputi suasana
dari rumahsakit untuk mencari tempat fotokopi. sekitar rumahsakit yang ribut, kelengkapan perlengkapan
Hendaknya pihak rumahsakit menyediakan tempat medis serta ketersediaan ruang tunggu yang memadai.
fotokopi yang tidak jauh dengan loket pendaftaran, Pada dimensi kualitas mutu Reliability meliputi kegiatan
sehingga lebih memudahkan pasien dalam proses pelayanan yang dilakukan lambat, waktu pelayanan yang
pendaftaran. tidak sesuai dengan jadwal serta waktu tunggu yang lama.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa Pada dimensi kualitas mutu Responsiveness meliputi sikap
pasien umum memiliki tingkat kepuasan yang lebih baik perawat dan petugas penerima yang tidak ramah
bila dibandingkan dengan pasien umum. Hasil tersebut terutama pada pasien Jamkesmas. Pada dimensi kualitas
sangat berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya mutu Assurance meliputi terapi yang diberikan belum
yang menyebutkan bahwa pasien Askeskin/Jamkesmas memadai. Pada dimensi kualitas mutu Empathy meliputi
akan lebih puas bila dibandingkan dengan pasien non sikap perawat dan dokter terhadap pasien dan
Askeskin, yang turut dipengaruhi pula oleh faktor ketersediaan membantu kebutuhan pasien, terutama
pendidikan, dimana pada pasien Jamkesmas cenderung untuk pasien Jamkesmas dan terkahir pada dimensi
memiliki tingkat pendidikan yang lebih rendah, sehingga kualitas mutu Accesibility yang meliputi ketersediaan obat
6
di rumahsakit sehingga pasien tidak perlu mencari keluar
rumahsakit, biaya obat yang terjangkau serta proses
pendaftaran yang tidak terlalu rumit.

Daftar Pustaka
1. Soedjanadiwirdja, B. 2005. Analisa Dan Pengukuran
Tingkat Kepuasan Pasien Unit Instalasi Rawat Jalan
RS Hasan Sadikin Bandung. Diakses pada tanggal 28
Agustus 2008 dari: http://abstraksi-
ta.fti.itb.ac.id/?abstraksi=1&
details=1&id=579&tahun=2005
2. Budayanti, S. 2007. Mutu Pelayanan Bagi Pasien
Askeskin Berdasar Standar Pelayanan Publik Studi
Di RSUD Banyumas. Diakses pada tanggal 2
Desember 2008 dari: http://mm.unsoed.net/
content.php?cat=tesis&id=319aka
3. Sampurna, B. 2005. Etika Kedokteran Indonesia dan
Penanganan Etika di Indonesia. Diakses pada
tanggal 14 Februari 2009 dari:
http://www.freewebs.com/etikakedokteranindonesia/
4. Wijayanti. 2008. Analisa Faktor penentu Tingkat
Kepuasan Pasien Di RS PKU Muhammadiyah Bantul.
Skripsi FK UII.
5. Aga, N. 2005. Perbandingan Tingkat Kepuasan Peserta
Askes Wajib Dan Sukarela Terhadap Mutu Pelayanan
Kesehatan Tingkat I Di Kota Kendari. Tesis S2 IKM
UGM.
6. Miskan. 2008. Tim Mutu Berusaha Turunkan
Waktu Tunggu Pasien. Diakses pada tanggal 10
Februari 2008 dari: http://www.lpmak.org/
news.php?id=138
7. Jati. 2008. Beberapa Konsep Dasar Tentang
Manajemen Rumah Sakit. Diakses pada tanggal 2
Januari 2008 dari: http://www.scribd.com/doc/
10911297/Nambah-Ilmu-Tentang-ManajemenRumah
Sakit
8. Supiyadi. 2007. Kepuasan Pasien Terhadap Pelayanan
Rawat Jalan Di RSUD Wamena Kabupaten Jayawijaya.
Tesis S2 FK UGM
9. Dewi. 2008. Rumah Sakit: Mencapai Indonesia Sehat
2010 Dengan Pelayanan Kesehatan Yang Optimal
Bagi Keluarga MI. Diakses pada tanggal 20 Januari
2009 dari: http://www.dewi-pn.com/index.php?pilih=
news&mod=yes&aksi=lihat&id=24

You might also like