You are on page 1of 14

SUSUNAN NEGARA

Kita melihat bahwa suatu konstitusi disamping mengatur pembagian


kekuasaan negara secara horizontal yaitu menurut fungsinya sehingga kita kenal
fungsi legislatif, eksekutif dan yudikatif. Konstitusi tersebut juga mengatur
pembagian negara secara vertical (menurut tingkat) atau mengatur susunan negara
itu sehingga kita mengenal:

1. Konstitusi yang unitaristis bangunan negaranya disebut negara unitaristis


atau Negara Kesatuan.
2. Konstitusi yang federalis, bangunan negara - negaranya disebut Negara
Serikat.
3. Konstitusi yang konfederalistis, bangunan negaranya disebut Negara
Konfederasi atau serikat negara - negara.

1. Negara Kesatuan

Negara Kesatuan, dapat pula disebut Negara Untaristis. Negara ini ditinjau
dari segi susunannya, memanglah susunannya bersifat tunggal, maksudnya Negara
Kesatuan itu adalah negara yang tidak tersusun dari beberapa negara, melainkan
hanya terdiri atas satu negara, sehingga tidak ada negara di dalam negara. Dengan
demikian, dalam Negara Kesatuan hanya ada satu pemerintah, yaitu pemerintah
pusat yang mempunyai kekuasaan serta wewenang tertinggi dalam bidang
pemerintahan negara, menetapkan kebijaksanaan pemerintahan dan melaksanakan
pemerintahan negara baik di pusat, maupun di daerah - daerah. Kekuasaan
pemerintah pusat merupakan kekuasaan yang menonjol dalam negara dan tidak ada
saingan dari badan legislatif pusat dalam membentuk Undang - Undang.

Kekuasaan pemerintah yang di daerah bersifat derivative (tidak langsung)


dan sering dalam bentuk otonom yang luas. Dengan demikian, dalam Negara
Kesatuan tidak dikenal adanya badan legislatif pusat dan daerah yang sederajat,

1 RESUME ILMU NEGARA: “SUSUNAN NEGARA”


melainkan sebaliknya. Menurut C. F. Strong, ciri dari Negara Kesatuan adalah
bahwa “kedaulatan tidak terbagi atau dengan perkataan lain kekuasaan pemerintah
pusat tidak terbatasi, karena konstitusi Negara Kesatuan tidak mengakui adanya
badan legislatif lain, selain dari badan legislatif pusat.” Ia menyebutkan kemudian
bahwa ada dua ciri yang mutlak melekat pada suatu Negara Kesatuan yaitu:

1. Desentralisasi, yaitu ciri yang menghendaki bahwa segala kekuasaan serta


urusan pemerintahan itu milik pemerintah pusat.
2. Dekonsentrasi, yaitu ciri yang menghendaki bahwa segala kekuasaan serta
urusan pemerintahan itu dilaksanakan sendiri oleh pemerintah pusat, baik
yang ada di pusat pemerintahan maupun yang ada di daerah - daerah.

Negara - negara di dunia ini mengalami perkembangan yang sedemikian


pesat, wilayah negara menjadi semakin luas, urusan pemerintahannya menjadi
semakin kompleks serta warga negaranya menjadi semakin banyak dan heterogen.
Maka, di beberapa negara telah dilaksanakan asas dekonsentrasi dalam rangka
penyelenggaraan pemerintahan di daerah, yaitu pelimpahan wewenag dari
pemerintah pusat kepada pejabat - pejabatnya di daerah untuk melaksanakan
urusan - urusan pemerintahan pemerintah pusat yang ada di daerah - daerah.

Dalam perkembangannya sampai dewasa ini pelaksanaan asas


dekonsentrasi tersebut melahirkan pembagian wilayah negara dalam wilayah -
wilayah administratif beserta pemerintahan wilayahnya.

Dalam perkembangannya lebih lanjut, di beberapa negara di samping telah


dilaksanakan asas dekonsentrasi, juga telah dilaksanakan asas desentralisasi, yaitu
penyerahan urusan pemerintahan dari pemrintah pusat atau daerah otonom tingkat
atasnya kepada daerah otonom menjadi urusan rumah tangganya.

Pelaksanaan asas desentralisasi inilah ang melahirkan atau dibentuknya


derah – daerah otonom, yaitu suatu kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai
batas wilayah tertentu yang berhak, berwenang dan berkewajiban mengatur dan
mengurus rumah tangganya sendiri. Dengan demikian, daerah otonom itu memiliki
otonomi daerah, yaitu hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk

2 RESUME ILMU NEGARA: “SUSUNAN NEGARA”


mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri, sesuai dengan peraturan
perundang – undangan yang berlaku.

Ciri pokok daerah otonom ialah dibentuknya Badan Perwakilan Rakyat yang
representatif yang dapat pula disebut Parlemen atau Dewan Perwakilan Daerah atau
Bundesrat.

Dalam pelaksanaannya, dapat pula dibuat kombinasi:

1. Konsentrasi dan desentralisasi.


2. Dekonsentrasi dan sentralisasi.
3. Dekonsentrasi dan desentralisasi; bahkan kombinasi ini masih dapat
ditambah dengan asas tugas bantuan, sehingga kombinasinya menjadi:
4. Dekonsentrasi, desentralisasi dan tugas pembantuan.

Tugas pembantuan adalah tugas untuk turut serta dalam melaksanakan


urusan pemerintahan yang ditugaskan kepada pemerintah daerah otonom oleh
pemerintah pusat atau daerah otonom tingkat atasnya dengan kewajiban
mempertanggungjawabkan kepada yang menugaskannya.

Penyelenggaraan sendi dekonsentrasi menghasilkan wilayah - wilayah


administratif, yang di Indonesia dikenal sebagai propinsi, kabupaten, kotamadya dan
kecamatan. Penyelenggaraan desentralisasi menghasilkan daerah otonom tingkat I
yang wilayahnya sama dengan propinsi atau daerah tingkat II, yang wilayahnya
sama dengan kabupaten atau kotamadya.

Disebutkan demikian, karena UU No. 5 Tahun 1974 tentang pemerintahan di


daerah, desentralisasi dilaksanakan bersamaan dengan dekonsentrasi. Moh. Yamin,
dalam rapat Badan Usaha Penyelidik Kemerdekaan Indonesia pernah menyebutkan
bahwa syarat – syarat dekonsentrasi dan desentralisasi dapat dijalankan dalam
Negara Kesatuan (Een Heids Staat). Contoh negara yang menganut unitarisme
adalah Indonesia, Selandia Baru, Perancis, Inggris dan Jepang.

2. Negara Federasi
3 RESUME ILMU NEGARA: “SUSUNAN NEGARA”
Negara Federasi adalah negara yang bersusunan jamak, maksudnya adalah
negara ini tersusun dari beberapa negara yang semula telah berdiri sendiri sebagai
negara yang merdeka dan berdaulat, mempunyai Undang – Undang Dasar sendiri
serta pemerintahan sendiri. Tetapi kemudian karena sesuatu kepentingan, entah
kepentingan politik, ekonomi atau kepentingan lainnya, negara – negara tersebut
saling menggabungkan diri untuk membentuk suatu ikatan kerja sama yang efektif.

Namun, di samping itu, negara - negara saling menggabungkan diri tersebut


yang kemudian disebut negara bagian, masih ingin mempunyai urusan – urusan
pemerintahan yang wenang dan dapat diatur dan diurus sendiri, di samping urusan –
urusan pemerintahan yang akan diatur dan diurus bersama – sama oleh ikatan kerja
samanya tersebut. Ikatan kerja sama negara - negara tersebut, yang kemudian
disebut Negara Federasi memiliki Undang - Undang Dasar dan pemerintah pusat
yang disebut pemerintah gabungan atau pemerintah federasi.

Asal mula terbentuknya negara serikat (federasi), yaitu:

1. Suatu negara yang merdeka dan berdaulat serta berdiri sendiri,


2. Negara - negara tersebut menggabungkan diri dengan sebuah perjanjian
dalam suatu negara serikat,
3. Maka negara - negara yang tadi akhirnya menjadi negara bagian,
4. Negara bagian melepaskan sebagian kekuasaannya kepada negara serikat
kepada demi sebuah limitatif.

Disebut Negara Federasi karena kekuasaanya itu dibagi antara pusat dan
daerah / bagian dalam negara itu sedemikian rupa sehingga masing - masing
daerah / bagian dalam negara itu bebas dari campur tangan satu sama lain dan
hubungannya sendiri - sendiri terhadap pusat. Dengan demikian, dalam Negara
Federasi ini ada:

a. 2 (dua) macam negara, yaitu Negara Federasi atau Negara Gabungan dan
Negara – Negara Bagian.
b. 2 (dua) macam Pemerintah, yaitu pemerintah Negara Federasi dan
pemerintah Negara - Negara Bagian.

4 RESUME ILMU NEGARA: “SUSUNAN NEGARA”


c. 2 (dua) macam Undang - Undang Dasar, yaitu Undang - Undang Dasar
Negara Federasi dan Undang - Undang Dasar masing - masing negara
bagian.
d. Negara di dalam negara, yaitu bahwa Negara - Negara Bagian itu beradanya
di dalam Negara Federasi.
e. 2 (dua) macam urusan pemerintahan, yaitu urusan pemerintahan yang pokok
- pokok dan yang berkaitan dengan kepentingan bersama negara - negara
bagian.

Ada dua syarat terwujudnya negara federasi,yaitu:

a. Harus ada semacam perasaan nasional,


b. Harus ada keinginan dari anggota - anggota kesatuan itu akan persatuan
(union) bukan kesatuan (unity).

Yang diatur dan diurus bersama oleh pemerintah Federasi itu pada prinsipnya
adalah urusan - urusan pokok yang menentukan hidup dan matinya Negara
Federasi tersebut. Diatur dan diurus oleh pemerintah oleh pemerintah Federasi
dengan maksud agar ada kesatuan, baik dalam hal pengaturannya maupun dalam
hal pelaksanaannya serta penyelenggaraannya.

Sedangkan urusan - urusan selebihnya, maksudnya yang tidak diatur dan


diurus secara bersama - sama, masih tetap menjadi wewenang pemerintah negara -
negara bagian untuk mengatur dan mengurusnya.

Sama halnya dengan negara - negara Kesatuan yang wewenang daerahnya


jarang ada yang sama, pada negara - negara federal pun jarang ada yang sama
pembagian kekuasaannya antara pemerintah Federal dengan pemerintah Daerah /
Bagiannya. Hal tersebut menurut C. F. Strong karena:

1. Perbedaan membagi kekuasaan antara pemerintah Federal dengan


pemerintah negara - negara bagian.
2. Lembaga mana yang berwenang menyelesaikan perselisihan yang timbul
antara pemerintah federal dengan pemerintah negara - negara bagian.

5 RESUME ILMU NEGARA: “SUSUNAN NEGARA”


Tentang masalah butir 1 (satu) adalah dua cara membagi kekuasaan antara
pemerintah Federal dengan pemerintah negara - negara bagian.

- Yang pertama: Negara tersebut menyebutkan cara terperinci satu demi satu
kekuasaan pemerintah federal sedang sisanya adalah kekuasaan pemerintah
negara - negara bagian. Pembagian seperti ini member kekuasaan yang lebih
besar kepada negara - negara bagian karena dia memegang “wewenang
sisa” (residence powers). Wewenang sisa ini bisa dikembangkan terus atau
meluas sesuai dengan perkembangan zaman. Contoh dari negara - negara
federal semacam ini adalah: Amerika Serikat dan Australia.
- Yang kedua: Negara tersebut memperinci satu demi satu pemerintah negara
bagian, “wewenang sisa” ada pada pemerintah federal. Pembagian semacam
ini memberi kekuasaan yang besar dan luas kepada pemerintah federal.
Contoh negara - negara federal seperti ini adalah: Kanada dan India.

Cara pembagian kekuasaan seperti ini oleh Wolhoff disebut bersifat


enumeratif, sedang mengenai masalah lembaga yang berwenang menyelesaikan
konflik yang terjadi antara pemerintah federal dengan pemerintah negara bagian
biasanya diserahkan kepada Mahkamah Agung Federal atau DPR Federal.

Dapat disebutkan bahwa apabila penyelesaian konflik diserahkan kepada


Mahkamah Agung Federal, maka sifat federal dari negara tersebut lebih negara
tersebut lebih sempurna karena Mahkamah Agung adalah lembaga yang netral dan
bersifat objektif, sedang apabila diserahkan kepada DPRnya, maka sifat federalnya
kurang sempurna karena DPR tersebut selalu memutuskan berdasarkan faktor
politis dan subjektif. contoh Negara Federal yang pertama adalah Amerika Serikat
dan yang kedua adalah Swiss.

Dari uraian di atas kita dapat menerima tiga ciri dari Negara Federal menurut
C. F. Strong, yaitu:

1. Adanya supremasi daripada konstitusi dimana federal itu terwujud.


2. Adanya pembagian kekuasaan antara negara - negara federal dengan negara
- negara bagian.

6 RESUME ILMU NEGARA: “SUSUNAN NEGARA”


3. Adanya satu lembaga yang diberi wewenang untuk menyelesaikan suatu
perselisihan antara pemerintah federal dengan pemerintah negara - negara
bagian.

Nampaknya perbedaan antara kedua konstitusi di atas masih bersifat yuridis


formil, artinya masih tetap pada peraturan - peraturan konstitusi itu sendiri dan
belum menggambarkan bagaimana kenyataan yang hidup dalam masyarakat
negara itu sendiri. Titik tolak konstitusi yang kedua ialah bahwa ada kebebasan yang
sama tinggi dan sama rendah antara pemerintah negara bagian dengan pemerintah
federal.

Sebenarnya hal itu tidak seluruhnya benar. Kita lihat contoh Amerika Serikat,
yang terkenal dengan pembagian kekuasaan antara legislatif, eksekutif dan
yudikatif, tetapi seringkali kita melihat bahwa kekuasaan eksekutif bisa mempunyai
hak veto untuk menunda atau menolak Undang - Undang yang dibuat oleh negara
bagian.

Malah sudah menjadi kelaziman antara pemerintah pusat dan pemerintah


negara bagian di Amerika Serikat hubungannya bukan seperti kordinasi tetapi
seperti sub ordinasi.

3. Persamaan dan Perbedaan Negara Serikat (Federal) dengan Negara


Kesatuan (Unity State)

- Persamaan antara Negara Federasi dengan Negara Kesatuan:

1. Ada 2 (dua) macam pembagian daerah atau wilayah.


2. Ada 2 (dua) macam pemerintahan.

- Perbedaan antara Negara Federasi dengan Negara Kesatuan oleh


Kranenburg disebutkan sebagai berikut:

1. Dalam Negara Serikat (Federasi), bagian - bagian mempunyai sendiri


kekuasaan membuat konstitusi (power constituant), mereka dapat mengatur

7 RESUME ILMU NEGARA: “SUSUNAN NEGARA”


sendiri bentuk organisasi mereka dalam batas - batas konstitusi nasional,
sedangkan dalam Negara Kesatuan, bagian ditetapkan sedikitnya secara
garis besar oleh pembuat Undang - Undang pusat.
2. Dalam Negara Serikat, kekuasaan pembuat Undang - Undang pusat untuk
memberikan peraturan mengenai berbagai perkara telah disebut satu persatu,
sedangkan dalam Negara Kesatuan, kekuasaan pembuat Undang - Undang
pusat telah diberikan dalam rumus yang sangat umum dan kekuasaan
legislatif badan - badan yang lebih rendah tergantung pada pembuat Undang
- Undang pusat dalam menggunakan kekuasaan itu. Dan dalam praktik batas
- batas rumah tangga bagian / daerah ditentukan oleh pembuat Undang -
Undang pusat. Hal yang belum diurus oleh pembuat Undang - Undang pusat
boleh diatur oleh bagian / daerah.

Jadi, secara garis besar, perbedaan antara sistem Negara Kesatuan dengan
Negara Federasi adalah:

1. Wewenang mengadakan atau membuat UUD,


2. Sistem pembagian kekuasaan di dalam UUD,
3. Tentang asal kekuasaan asli,
4. Tentang kedaulatan.

4. Negara Konfederasi

Negara konfederasi (Serikat Negara - negara) adalah bentuk serikat dari


negara - negara bersangkutan. Diragukan juga apakah konfederasi ini merupakan
suatu negara dan diragukan juga apakah Konfederasi ini mempunyai konstitusi. Ada
pendapat yang menyatakan bahwa Serikat negara - negara untuk
menyelenggarakan satu bidang atau lebih, jadi kerja sama tersebut kurang tepat
kalau diatur dalam satu konstitusi.

Menurut Jellinek, perbedaan Serikat Negara - negara dengan Negara Serikat


adalah dalam masalah “kedaulatan” (souverenitet). Sekarang persoalannya, di
dalam negara federal itu ada pada siapakah kedaulatan itu, ada pada negara

8 RESUME ILMU NEGARA: “SUSUNAN NEGARA”


federalnya, ataukah ada pada negara - negara bagian? Inilah kriteria Jellinek di
dalam membedakan antara negara serikat dengan perserikatan negara - negara
tersebut:

Apabila kedaulatan itu ada pada negara federal, jadi yang memegang
kedaulatan itu adalah pemerintah federal, atau pemerintah gabungannya, maka
negara federal itu disebut negara serikat.

Sedangkan kalau kedaulatan itu masih tetap ada negara - negara bagian,
maka negara federal yang demikian ini disebut perserikatan negara.

Perbedaan yang lain adalah, pada Serikat Negara - negara terletak pada
negara - negara yang berserikat sedang pada Negara Serikat, kedaulatan terletak
pada negara secara keseluruhan. Pendapat tersebut tidak disetujui oleh Kranenburg
karena menurutnya apabila kedaulatan dipandang dalam arti kata absolut yaitu
kekuasaan mutlak sebagai kelengkapan semua kekuasaan, maka dalam serikat
negara - negara kedaulatan pun tidak seluruhnya terletak dalam tangan negara -
negara yang berserikat dan selalu masih terlihat sedikit kekuasaan pada serikat
negara - negara (Negara Konfederasi) tersebut.

Karena itu ia menyebutkan perbedaan antara keduanya dapat dilihat dalam


ukuran terikat atau tidaknya kawula negara - negara yang berserikat secara
langsung dengan peraturan - peraturan dari negara konfederasi tersebut.

Dalam Negara Serikat (Federal) alat - alat pusat mempunyai kekuasaan dan
kewajiban langsung mengenai rakyat atau warga negaranya, sedangkan dalam
Serikat Negara alat - alat perlengkapannya mempunyai kekuasaan - kekuasaan dan
kewajiban - kewajiban terhadap negara - negara yang berserikat yang telah teratur
itu, tidak terhadap rakyatnya. Karena itu, sistem serikat negara - negara sendiri lebih
lemah daripada sistem serikat. Contoh: Negara - negara Afrika.

Menurut L. Oppenheim, konfederasi terdiri dari beberapa negara yang


berdaulat penuh yang untuk mempertahankan kemerdekaan ekstern dan intern,
bersatu atas dasar perjanjian internasional yang diakui dengan menyelenggarakan
beberapa alat perlengkapan tersendiri yang mempunyai kekuasaan tertentu

9 RESUME ILMU NEGARA: “SUSUNAN NEGARA”


terhadap negara anggota Konfederasi tetapi tidak terhadap warga negara dari
negara yang mengadakan Konfederasi tersebut.

5. Perserikatan Bangsa - Bangsa

Liga Bangsa - Bangsa dulu dan Perserikatan Bangsa - Bangsa sekarang pun
merupakan subjek hukum, seperti negara, daripada hukum antar bangsa - bangsa.
Perserikatan Bangsa - Bangsa yang ada di New York itu sesungguhnya bukanlah
suatu negara, bukan pula merupakan perserikatan negara, melainkan suatu
organisasi internasional, organisasi antar bangsa - bangsa dimana tergabung
negara - negara.

Masalah yang sering timbul adalah bagaimanakah sifat hukumya


Perserikatan Bangsa - Bangsa tersebut. Perserikatan, bukanlah merupakan suatu
negara, bukan pula merupakan negara besar. Pernyataan ini adalah betul, akan
tetapi hal ini hanya penghayalan biasa.

Jadi, Perserikatan Bangsa - Bangsa ini bisa disebut juga sebagai “a living
organism.” Perserikatan Bangsa - Bangsa ini lahir pada masa perang dunia kedua,
yaitu pada tanggal 26 Juni 1945 dalam suatu konferensi Internasional di San
Fransisco. Dan dalam piagam itu pulalah ditetapkan sebagai badan - badan utama
dari Perserikatan Bangsa - Bangsa ini, yaitu:

a. General Assembly (Majelis Umum). Ini terdiri dari wakil - wakil negara
anggota dan dalam majelis ini setiap negara anggota mempunyai satu
suara.
b. Security Council (Dewan Keamanan). Ini terdiri dari lima anggota tetap,
yang masing - masing myaitu Amerika Serikat, Inggris, Peracis, Uni Soviet
dan RRC.
c. Economics and Social Council (Dewan Ekonomi dan Sosial). Ini terdiri
dari 18 anggota yang dipilih oleh Majelis Umum untuk jangka waktu 3
tahun, adapun tugasnya adalah mengkordinasikan aktivitas - aktivitas
badan - badan khusus untuk memajukan pertumbuhan dan perkembangan

10 RESUME ILMU NEGARA: “SUSUNAN NEGARA”


ekonomi, social, kesejahteraan umum dan mengawasi pelaksanaan hak
asasi serta kebebasan fundamental manusia.
d. Trusteeship Council (Dewan Perwakilan). Ini anggotanya terdiri dari
negara - negara besar dan mengurus daerah - daerah perwakilan.
e. International Court of Justice (Mahkamah Internasional). Mahkamah
Internasional ini berkedudukan di Den Haag, Belanda yang anggota -
anggotanya dipilih oleh Majelis Umum dan Dewan Keamanan.
f. Secretariat (Sekretariat). Secretariat ini dikepalai oleh seorang
Sekretaris Jendral yang diangkat oleh Majelis Umum atas usul Dewan
Keamanan. Dalam menjalankan tugasnya, Sekretaris Jenderal dibantu
oleh suatu staf. Sekretariat ini berfungsi sebagai International Civil Service
(Pamong Praja Internasional).

Dalam pasal 1 dari piagam Perserikatan Bangsa - Bangsa disebutkan tentang


maksud dan tujuan daripada organisasi itu sendiri, yang mana hal itulah yang
sesungguhnya mendorong untuk berdirinya Perserikatan Bangsa - Bangsa. Tujuan
tersebut adalah:

1. Membebaskan manusia dari ancaman perang. Jadi, PBB memelihara


perdamaian dan keamanan internasional dan mengadakan hubungan
persahabatan antar bangsa - bangsa.
2. Memulihkan kepercayaan orang atas hak - hak asasi manusia, atas martabat
dan nilai diri manusia, atas hak - hak yang sama antara laki - laki dan
perempuan, serta antara bangsa - bangsa besar dan kecil.
3. Menetapkan syarat - syarat dengan mana dapat dipertahankan hak - hak
serta ditaatinya kewajiban - kewajiban yang timbul dari traktat - traktat serta
dari sumber - sumber lain dari hukum antar bangsa - bangsa.
4. Mendorong kemajuan - kemajuan sosial dan tingkat taraf hidup ke arah yang
lebih tinggi dalam alam kebebasan yang lebih besar.

Negara - negara yang mengadakan perjanjian serta melahirkan piagam


tersebut disebut original members.

11 RESUME ILMU NEGARA: “SUSUNAN NEGARA”


Sidang umum harus diadakan sekurang - kurangnya satu kali setahun. Dan
yang dapat diselesaikannya adalah segala masalah yang termasuk bidang piagam.
Dan dapat pula menentukan pula usul. Tetapi sidang umum tidak dapat
membicarakan masalah - masalah yang secara esensial termasuk dalam yuridiksi
dalam negeri dari suatu negara anggota. Sidang umum terbagi atas enam komisi,
yaitu:

1. Komisi politik dan keamanan,


2. Komisi ekonomi dan keuangan,
3. Komisi sosial dan dan kulturil,
4. Komisi trustee,
5. Komisi administrasi dan anggaran,
6. Komisi masalah - masalah hukum.

Adapun azas yang dianut oleh Perserikatan Bangsa - Bangsa sebagaimana


tercantum dalam pasal 1 dari piagamnya ialah bahwa:

1. Perserikatan Bangsa - Bangsa didirikan atas dasar kedaulatan yang sederajat


dari semua anggota,
2. Semua anggota harus melaksanakan dengan etikad baik semua kewajiban -
kewajiban yang telah disetujui sesuai dengan ketentuan piagam,
3. Sengketa - sengketa internasional akan diselesaikan dengan cara - cara
damai sedemikian rupa sehingga perdamaian, keamanan dan keadilan
internasional tidak terganggu.
4. Segenap anggota tidak akan mengancam atau menggunakan kekerasan
terhadap keutuhan territorial atau kemerdekaan setiap negara atau dengan
cara lainnya yang tidak sesuai dengan piagam.
5. Segenap anggota harus membantu Perserikatan Bangsa - Bangsa dalam
tindakannya yang diambil berdasarkan ketentuan - ketentuan piagam. Dan
tidak akan membantu negara mana terhadap siapa dilakukan tindakan -
tindakan itu.
6. Perserikatan Bangsa - Bangsa harus menjamin agar negara - negara yang
bukan anggota Perserikatan Bangsa - Bangsa bertindak sesuai dengan azas
- azas yang ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa - Bangsa.

12 RESUME ILMU NEGARA: “SUSUNAN NEGARA”


7. Perserikatan Bangsa - Bangsa tidak akan mengadakan campur tangan dalam
masalah - masalah dalam negeri dari setiap negara atau mengharuskan
penyelesaian masalah itu menurut ketentuan - ketentuan piagam
Perserikatan Bangsa - Bangsa.

Dilihat dari sejarah serta aktivitasnya, Perserikatan Bangsa - Bangsa lebih


baik dan lebih maju daripada Liga Bangsa - Bangsa, terutama dalam menyelesaikan
masalah - masalah internasional. Semoga Perserikatan Bangsa - Bangsa lebih bisa
menghadapi keadaan internasional dewasa ini sehingga Perang Dunia Ketiga dapat
dielakkan. Mudah - mudahan.

13 RESUME ILMU NEGARA: “SUSUNAN NEGARA”


DAFTAR PUSTAKA

Kusnardi; Saragih, Bintan R. Ilmu Negara. Jakarta: Gaya Media Pratama, 2000.

Soehino. Ilmu Negara. Yogyakarta: Liberty, 2004.

14 RESUME ILMU NEGARA: “SUSUNAN NEGARA”

You might also like