Professional Documents
Culture Documents
Oleh Kelompok 6
Penghasilan merupakan setiap tambahan kemampuan ekonomis yang
diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia
maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk
menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan
dalam bentuk apapun ( Pasal 4 ayat 1 UU PPh 2008).
Pembayaran pajak dalam tahun berjalan dapat dilakukan dengan cara
pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga dan dengan membayar
sendiri angsurannya setiap bulan oleh Wajib Pajak. Pajak Penghasilan yang
dilakukan dengan pemungutan atau pemotongan pihak ketiga adalah PPh
Pasal 21, 22, 23, dan 24, sedangkan Pajak Penghasilan yang Wajib Pajak
berkewajiban untuk membayar sendiri adalah PPh Pasal 25.
Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat 2 adalah Pajak Penghasilan yang bersifat
Final. Pasal 4 ayat 2 UU Pajak Penghasilan menyebutkan, bahwa : ”atas
penghasilan berupa uang deposito, dan tabungan-tabungan lainnya,
penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya di bursa efek,
penghasilan dari pengalihan harta berupa tanah dan atau bangunan serta
penghasilan tertentu lainnya, pengenaan pajaknya diatur dengan peraturan
pemerintah.”
Pendahuluan
Pengertian PPh Pasal 25.
Pajak Penghasilan Pasal 25 adalah angsuran
Pajak Penghasilan dalam tahun pajak berjalan
yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak
untuk setiap bulan.
Atau angsuran tiap bulan yang harus dibayar
oleh wajib pajak pada tahun berjalan.
Pembahasan
PPh pasal 25
Menghitung Angsuran PPh Pasal 25.
Besarnya angsuran pajak dalam tahun pajak berjalan adalah penhasilan yang terutang
menurut SPT Pajak Penghasilan tahun pajak yang lalu dikurangi dengan :
• PPh yang dipotong sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 dan 23, serta PPh yang
dipungut sebagaimana dimaksud dalam dalam Pasal 22.
• PPh yang dibayar atau terutang diluar negeri yang boleh dikreditkan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 24 dibagi 12 atau banyaknya bulan dalam bagian tahun pajak.
Dengan kata lain, besarnya angsuran Pajak Penghasilan (PPh Pasal 25 ) dihitung
dengan rumus berikut :
(PPh terutang menurut SPT tahun lalu-PPh Pasal 21, 22, 23, 24 tahun lalu) : 12
Penghitungan PPh pasal 25 dapat dibedakan menjadi Wajib Pajak Orang Pribadi dan
Wajib Pajak Badan.
Contoh :
Tuan Heru menyampaikan SPT Tahunan PPh tahun 2008 pada bulan April
dengan adanya 2009 dengan adanya lebih bayar Rp. 5.000.000,-. Angsuran
PPh Pasal 25 pada bulan Desember 2008 adalah Rp. 3.000.000,- maka sebelum
adanya keputusan dari Ditjen Pajak , besarnya angsuran PPh Pasal 25 sebesar
angsuran PPh Pasal 25 bulan terakhir tahun lalu, yaitu Rp. 5.000.000,-. Jika
kemudian pada bulan Juli 2009 Ditjen Pajak menetapkan Surat Ketetapan
Pajak Nihil (SKPN) maka mulai bulan Juli 2009, angsuran PPh Pasal 25 Tuan
Heru adalah nihil.
Kesimpulan
Happy Birthday
To mner Aprili