You are on page 1of 6

BAB II.

PENJELASAN

A. PENGERTIAN HUKUM PERDATA

Hukum perdata adalah segala hukum pokok yang mengatur kepentingan kepentingan
Perorangan dan hubungan antara subyek hukum. Hukum perdata disebut pula hukum privat atau
hukum sipil sebagai lawan dari hukum publik. Jika hukum publik mengatur hal-hal yang
berkaitan dengan negara serta kepentingan umum (misalnya politik dan pemilu (hukum tata
negara), kegiatan pemerintahan sehari-hari (hukum administrasi atau tata usaha negara),
kejahatan (hukum pidana), maka hukum perdata mengatur hubungan antara penduduk atau
warga negara sehari-hari, seperti misalnya kedewasaan seseorang, perkawinan, perceraian,
kematian, pewarisan, harta benda, kegiatan usaha dan tindakan-tindakan yang bersifat perdata
lainnya. Ada beberapa sistem hukum yang berlaku di dunia dan perbedaan sistem hukum
tersebut juga mempengaruhi bidang hukum perdata, antara lain sistem hukum Anglo-Saxon
(yaitu sistem hukum yang berlaku di Kerajaan Inggris Raya dan negara-negara persemakmuran
atau negara-negara yang terpengaruh oleh Inggris, misalnya Amerika Serikat), sistem hukum
Eropa kontinental, sistem hukum komunis, sistem hukum Islam dan sistem-sistem hukum
lainnya. Hukum perdata di Indonesia didasarkan pada hukum perdata di Belanda, khususnya
hukum perdata Belanda pada masa penjajahan. Bahkan Kitab Undang-undang Hukum Perdata
(dikenal KUHPer.) yang berlaku di Indonesia tidak lain adalah terjemahan yang kurang tepat dari
Burgerlijk Wetboek (atau dikenal dengan BW)yang berlaku di kerajaan Belanda dan
diberlakukan di Indonesia (dan wilayah jajahan Belanda) berdasarkan azas konkordansi. Untuk
Indonesia yang saat itu masih bernama Hindia Belanda, BW diberlakukan mulai 1859. Hukum
perdata Belanda sendiri disadur dari hukum perdata yang berlaku di Perancis dengan beberapa
penyesuaian. Kitab undang-undang hukum perdata (disingkat KUHPer) terdiri dari empat
bagian, yaitu:

 Buku I tentang Orang; mengatur tentang hukum perseorangan dan hukum keluarga, yaitu
hukum yang mengatur status serta hak dan kewajiban yang dimiliki oleh subyek hukum.
Antara lain ketentuan mengenai timbulnya hak keperdataan seseorang, kelahiran,
kedewasaan, perkawinan, keluarga, perceraian dan hilangnya hak keperdataan. Khusus
untuk bagian perkawinan, sebagian ketentuan-ketentuannya telah dinyatakan tidak
berlaku dengan di undangkannya UU nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan.
 Buku II tentang Kebendaan; mengatur tentang hukum benda, yaitu hukum yang
mengatur hak dan kewajiban yang dimiliki subyek hukum yang berkaitan dengan benda,
antara lain hak-hak kebendaan, waris dan penjaminan. Yang dimaksud dengan benda
meliputi
(i) benda berwujud yang tidak bergerak (misalnya tanah, bangunan dan kapal dengan
berat tertentu);
(ii) benda berwujud yang bergerak, yaitu benda berwujud lainnya selain yang dianggap
sebagai benda berwujud tidak bergerak; dan
(iii) benda tidak berwujud (misalnya hak tagih atau piutang). Khusus untuk bagian tanah,
sebagian ketentuan-ketentuannya telah dinyatakan tidak berlaku dengan di
undangkannya UU nomor 5 tahun 1960 tentang agraria. Begitu pula bagian mengenai
penjaminan dengan hipotik, telah dinyatakan tidak berlaku dengan di undangkannya
UU tentang hak tanggungan.
 Buku III tentang Perikatan; mengatur tentang hukum perikatan (atau kadang disebut juga
perjanjian (walaupun istilah ini sesunguhnya mempunyai makna yang berbeda)), yaitu
hukum yang mengatur tentang hak dan kewajiban antara subyek hukum di bidang
perikatan, antara lain tentang jenis-jenis perikatan (yang terdiri dari perikatan yang timbul
dari (ditetapkan) undang-undang dan perikatan yang timbul dari adanya perjanjian),
syarat-syarat dan tata cara pembuatan suatu perjanjian. Khusus untuk bidang
perdagangan, Kitab undang-undang hukum dagang (KUHD) juga dipakai sebagai acuan.
Isi KUHD berkaitan erat dengan KUHPer, khususnya Buku III. Bisa dikatakan KUHD
adalah bagian khusus dari KUHPer.
 Buku IV tentang Daluarsa dan Pembuktian; mengatur hak dan kewajiban subyek hukum
(khususnya batas atau tenggat waktu) dalam mempergunakan hak-haknya dalam hukum
perdata dan hal-hal yang berkaitan dengan pembuktian. Sistematika yang ada pada
KUHP tetap dipakai sebagai acuan oleh para ahli hukum dan masih diajarkan pada
fakultas-fakultas hukum di Indonesia.
Hukum perdata di Indonesia diberlakukan bagi :

a. Untuk golongan bangsa Indonesia asli berlaku hukum adat yaitu hukum yang
sejak dulu tetap berlku dikalangan rakyat yang sebagian besar masih belum
tertulis tetapi hidup dalam tindakan-tindakan rakyat, mengenai seala soal dalam
kehidupan masyarakat.
b. Untuk golongan warga negara bukan asli yang berasal dari tionghoa dan eropa
berlaku KUHPer dan KUHD.

Tetapi pada akhirnya untuk golongan warga negara bukan asli yang bukan berasal dari
tionghoa dan eropa juga berlaku sebagian dari burgerlijk wetboek yaitu pada pokoknya hanya
bagian yang mengenai hukum kekayaan harta benda.
Untuk mengerti keadaan hukum perdata diIndonesia perlulah kita mengetahui terlebih
dahulu tentang riwayat politik pemerintah Hindia-Belanda. Pedoman politik bagi pemerintah
Hindia Belanda terhadap hukum di Indonesia ditulskan dalam pasal 131"Indische
Staatsregeling" yang dalam pokoknya sebagai berikut:
 Hukum perdata dan dagang harus dikodifikasi.
 Untuk golongan bangsa eropa dianut perundangan-perundangan yang berlaku di
Belanda.
 Untuk golongan bangsa Indonesia asli dan timur asing jika dikehendaki maka
dapatlah digunakan peraturan bangsa eropa.
 orang Indonesia asli dan golongan timur asing sepanjang mereka belum
ditundukkan dibawah suatu peraturan bersama dengan bangsa eropa.
 Sebelum hukum untuk bangsa Indonesia ditulis maka hukum yang berlaku bagi
mereka adalah hukum adapt. Perihal kemungkinan adanya penundukan diri pada
hukum eropa telah diatur lebih lanjut pada staatsblad 1917 no. 12. peraturan ini
mengenal empat macam penundukan yaitu:

a. Penunduan pada seluruh hukum eropa.


b. Penundukan pada sebagian hukum eropa
c. Penundukan mengenai suatu perbuatan hukum tertentu
d. Penundukan secara diam-diam.
Hukum perdata menurut ilmu hukum sekarang ini lazim terbagi dalam empat bagian
yaitu:
 Hukum tentang seseorang
 Hukum tentang kekeluargaan
 Hukum kekayaan
 Hukum warisan

Hukum perorangan memuat tentang peraturan-peraturan tentang diri manusia sebagi


subyek dalam hukum, peraturan perihal kecakapan untuk memiliki hak-hak dan kecakaan untuk
bertindak sendiri melaksanakan haknya itu srta halhal yang mempengaruhi kecakapan-
kecakapan itu.

Hukum keluarga mengatur hal-hal tentang hubungan-hubungan hukum yang timbul dari
hubungan kekeluargaan yaitu perkawinan beserta hubungan dalam lapangan hukum kekayaan
antara suami istri, hubungan antara orang tua dan anak, perwalian dan curetele.

Hukum kekayaan mengatur tentang perihal hubungan-hubungan hukum yang dapat


dinilai dengan uang. Jika kita mengatakan tentang kekayaan seseorang yang dimaksudkan ialah
jumlah segala hak dan kewajiban orang itu dinilai dengan uang.

Hukum waris mengatur tentang benda atau kekayaan seorang jikalau meninggal.
Adapun sistematika yang dipakai oleh Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yaitu
terbagi dalam empat macam bagian buku yaitu :
 Buku I Perihal orang
 Buku II Perihal Benda
 Buku III Perihal perikatan
 Buku IV Perihal Pembuktian dan daluwarsa.

Dalam hukum perkataan orang berarti pembawa hak atau subyek hukum didalam
hukum. Meskipun setiap orang memiliki hak untyuk melakukan hak sehingga boleh melakukan
bertindak sendiri dalam melakuikan hak-haknya, tetapi oleh Undang-Undang menyebutkan
tentang adanya orang yang dinyatakan tidak cakap hukum atau kurang cakap untuk melakukan
perbuatan hukum sendiri. Dan yang dimaksudkan kurang cakap disini adalah orang-orang yang
belum dewasa atau masih kurang umur dan orang-orang yang telah berada dibawah pengawasan
yang selalu harus diwakili oleh wali,orang tua atau kuratornya. Menurut BW orang dikatakan
maih dibawah umur apabila belum mencapai usia 21 tahun kecuali jika ia sudah kawin. Didalam
BW disamping manusia yang memiliki hak dan melakukan perbuatan hukum. Ada juga badan-
badan yang memiliki hak yang sama dengan manusia yaitu yang disebut dengan badan hukum
(recht persoon) artinya orang yang diciptakan oleh hukum. Badan hukum misalnya: suatu
perkumpulan dagang yang berbentuk perseroan terbatas. Tiap orang menurut hukum harus
mempunyai tempat tinggal atau yang disebut dengan domicili begitu pula dengan badan hukum
yang harus mempunyai tempat tertentu.

Perkawinan ialah pertalian yang sah antara seorang laki-laki dan seorang perempuan
untuk waktu yang lama.
Syarat-syarat sah perkawinan:
1. Kedua pihak harus mencapai umur yang ditetapkan dalam UU yaitu: 18 bagi laki- laki
dan 15 bagi perempuan.
2. harus ada persetujuan bebas antara kedua pihak
3. untuk permpuan yang sudah pernah kawin harus lewat 300 hari dahulu sesudah putusan
perkawinan pertama
4. tidak ada larangan dalam Undang-undang bagi kedua pihak
5. untuk pihak yang masih dibawah umur harus ada izin dari orang tua atau wali. Sebelum
perkawinan dilangsungkan harus dilakukan terlebih dahulu Pemberitahuan tentang
kehendak akan kawin kepada pegawai pencatatan sipil. Pengumuman oleh pegawai
tersebut kepada beberapa orang oleh Undang-undang diberikan hak untuk mencegah atau
menahan dilangsungkannya pernikahan yaitu:
- kepada suami istri serta anak-anak dari pihak yang akan kawin
- kepada orang tua kedua belah pihak
- kepada jaksa
Adapun surat yang harus diserahkan kepada pegawai pencatatan sipil agar ia dapat
melangsungkan pernikihan ialah Surat kelahiran masing-masing pihak, Surat pernyataan dari
pegawai pencatatan sipil tentang adanya izin orang tua, Proses verbal dari mana ternyata
perantaraan hakim dalam hal perantaraan ini dibutuhkan Surat kematian suami atau istri atau
putusan perceraian perkawinan lama, Surat keterangan dari pegawai pencatatan sipil yang
menyatakan telah dilansungkan pengumuman dengan tiada perlawanan dari suatu pihak,
Dispensasi dari presiden dalam hal ada suatu larangan untuk kawin.
Pada dasarnya suatu perkawinan harus dibuktikan dengan surat perkawinan. Perkawinan
hapus jika salah satu pihak meninggal selanjutnya ia hapus juga. Sehingga perkawinan dapat
dihapuskan dengan perceraian. Perceraian adalah: penghapusan perkawinan dengan putusan
hakim atau tuntutan salah satu pihak dalam perkawinan itu.

B. RUANNG LINGKUP HUKUM PERDATA

You might also like