You are on page 1of 9

ARTIKEL KONSEPTUAL

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI


BELAJAR MEMBACA SISWA GUNA
MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR

Disusun Oleh:
Beta Urip Budi Kahono
821 445 695
Kedawung

UNIT BELAJAR JARAK JAUH (UBJJ)


UNIVERSITAS TERBUKA
2011
ABSTRAK
Peningkatan prestasi belajar dipengaruhi oleh minat baca dan motivasi belajar. Minat
baca adalah ketertarikan kepada kegiatan membaca. Sedangkan motivasi belajar merupakan
suatu dorongan untuk melakukan suatu kegiatan belajar. Salah satu faktor yang menentukan
kesuksesan akademik anak adalah kelancaran membaca. Membaca merupakan kegiatan yang
dalam pelaksanaannya tidak menguras banyak tenaga, namun sangat bermanfaat.
Ketidaklancaran dalam membaca baru dianggap masalah ketika anak duduk di kelas 3 atau 4.
Kemampuan membaca harus dimiliki oleh semua anak, agar mereka bisa belajar
berbagai bidang ilmu. Motivasi yang baik akan melahirkan proses dan hasil belajar yang baik.
Motivasi belajar pada anak memiliki fungsi: (1) mendorong manusia untuk berbuat, (2)
menentukan arah perbuatan, dan (3) menyeleksi perbuatan. Motivasi berprestasi seseorang
dibagi menjadi 2 tipe, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik
merupakan harapan dalam diri seseorang (internal) untuk berhasil sedangkan motivasi
ekstrinsik yang dipengaruhi oleh hukuman atau penghargaan dari luar (eksternal). Berbagai
upaya dilakukan untuk meningkatkan motivasi belajar membaca siswa. Seperti: (1)
membangun atau memperbaiki perpustakaan sekolah. (2) menggerakkan penulisan buku-buku
oleh penulis daerah sendiri. (3) memberikan penghargaan dan celaan. (4) memberi tugas. Dan
(5) membuat suasana hati anak senang dan nyaman menerima materi pelajaran.
Peserta didik sebagai bagian dari manusia pada umumnya harus memiliki motivasi
yang tinggi dalam belajar guna mencapai hasil belajar yang baik. Motivasi intrinsik yang
merupakan motivasi internal perlu dipupuk pada diri anak, sedangkan faktor eksternal
sebaiknya dikurangi.
Kata kunci: motivasi, belajar membaca, prestasi belajar
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas sumber daya
manusia. Untuk mencapai keberhasilan dalam dunia pendidikan, maka keterpaduan antara
kegiatan guru dengan siswa sangat diperlukan. Oleh karena itu guru diharapkan mampu
mengatur, mengarahkan, dan menciptakan suasana yang mampu mendorong motivasi siswa
untuk belajar. Tercapainya tujuan pendidikan yang dicita-citakan khususnya untuk
meningkatkan prestasi belajar siswa.
Peningkatan prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah
minat baca dan motivasi belajar. Minat baca adalah suatu rasa ketertarikan atau kesukaan
terhadap kegiatan membaca. Dengan memiliki minat baca dalam diri, maka siswa akan
bergerak hatinya untuk terus membaca. Sedangkan motivasi belajar merupakan suatu
dorongan untuk melakukan suatu kegiatan belajar. Dimana dengan keinginan untuk
berprestasi mendorong siswa untuk berusaha agar tercapai hasil belajar yang optimal.
Belajar merupakan komponen ilmu pendidikan yang berkenaan dengan tujuan dan
bahan interaksi, baik yang bersifat eksplisit maupun implisit (tersembunyi). Belajar menurut
pandangan B. F. Skiner (1958) adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku
yang berlangsung secara progresif.
Membaca adalah salah satu kegiatan yang dalam pelaksanaannya tidak menguras
banyak tenaga, namun sangat bermanfaat. Dengan membaca kita dapat mengetahui segala
yang selama ini belum kita ketahui. Membaca sebagai keterampilan yang harus diajarkan
sejak anak masuk sekolah dasar (SD) dan kesulitan membaca harus secepatnya diatasi, karena
membaca merupakan usaha untuk belajar (Abdurahman,1999: 200). Kebiasaan membaca,
terutama pada jenjang pendidikan rendah masih memprihatinkan. Hal itu tampak pada survei
tradisi membaca siswa SD di dunia Indonesia menempati peringkat 30 dan negara Firlandia
rangking teratas (Kurniawan,2000: 237).
Keterampilan membaca sebagai dasar untuk menguasai berbagai bidang ilmu. Jika
anak pada massa usia sekolah permulaan tidak segera memiliki keterampilan membaca maka
ia akan mengalami banyak kesulitan dalam mempelajari berbagai bidang ilmu pada kelas-
kelas berikutnya. Oleh karena itu anak harus belajar membaca agar ia dapat membaca untuk
belajar (Lerner, 1988, dalam Abdurahman, 1999: 2000).
Kelancaran membaca menjadi dasar kesuksesan akademik anak. Anak-anak yang
terampil membaca sejak usia dini dan selalu dipaparkan dengan bahan cetakan akan memiliki
rasa ingin lebih besar, dan selalu ingin memperluas pengetahuannya. Sebaliknya anak-anak
yang lambat dalam penguasaan keterampilan membaca, lebih jarang mendapat latihan
membaca dibandingkan teman sebaya sehingga akan kehilangan kesempatan untuk
mengembangkan kemampuan membaca dengan lancar (Prof. Dr. Amitya Kumara, M.S.)
Prof. Dr. Amitya Kumara, M.S. mengamati bahwa ketidaklancaran membaca yang
muncul di tahun pertama dan kelas 2 sering tidak terdeteksi oleh guru. Dan guru menganggap
hal tersebut sebagai hal yang wajar. Sementara dalam pandangannya justru di sinilah
sesungguhnya titik awal kekompleksan masalah.
“Kebanyakan ketidaklancaran membaca baru dianggap masalah ketika anak sudah
duduk di kelas 3 atau 4 SD ketika mereka dituntut untuk mempelajari dan menguasai materi
pelajaran.”ujarnya.
Kesulitan belajar membaca pada anak sering membuat guru khawatir, terlebih jika
anak sudah memasuki kelas 3 atau kelas 4 SD. Salah satu faktor yang menyebabkan anak
kesulitan belajar membaca adalah kurangnya minat atau motivasi anak untuk belajar
membaca. Faktor yang menyebabkan kurangnya motivasi anak dalam belajar membaca antara
lain: kurangnya ketersediaan buku-buku bacaan umum dan pelajaran yang menarik untuk
dibaca, kurang menariknya pembelajaran membaca di kelas rendah khususnya kelas 1.
DISKUSI

Membaca merupakan salah satu komponen dari sistem komunikasi, yaitu interaksi
secara tertulis antara pembaca dengan penulis. Kemampuan itu harus dimiliki oleh semua
anak, agar anak dapat belajar berbagai bidang ilmu. Oleh karena itu, berbagai upaya dilakukan
untuk meningkatkan motivasi belajar membaca pada siswa sekolah dasar.
Motivasi belajar yang dimiliki oleh peserta didik memiliki tiga fungsi, yaitu: (1)
mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak yang melepaskan energi, (2)
menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai, dan (3) menyeleksi
perbuatan yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan dengan serasi
guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan
tersebut (1990:84). Motivasi belajar yang baik akan melahirkan proses dan hasil belajar yang
baik.
Motivasi berprestasi seseorang apakah di sekolah, tempat kerja atau di tempat mana
pun dapat dibagi menjadi dua tipe, yaitu motivasi intrinsik yang merupakan harapan dalam diri
(internal) untuk berhasil dan melakukan sesuatu untuk diri sendiri. Dan motivasi ekstrinsik
yang dipengaruhi oleh penghargaan atau hukuman dari luar diri (eksternal). Contoh dari kedua
motivasi ini, misalnya seorang mahasiswa bekerja keras karena keberhasilan dalam
pendidikan itu penting maka yang berperan pada dirinya adalah motivasi intrinsik. Tetapi
kalau ia bekerja keras karena kelak supaya mendapatkan gaji yang tinggi begitu selesai kuliah
maka yang berperan adalah motivasi ekstrinsik.
Sebenarnya, apabila guru dan siswa mau membiasakan diri untuk membaca, maka
lamban laun akan tertanam dalam diri mereka suatu keadaan dan perasaan ingin tahu yang
dapat menumbuhkan minat untuk selalu membaca. Mereka akan dapat merasakan kenikmatan
membaca, sehingga pada akhirnya kecanduan. Berbagai upaya lain dapat dilakukan oleh
pihak-pihak yang berkepentingan seperti orang tua, sekolah, dinas pendidikan atau pihak-
pihak lain yang peduli dengan peningkatan motivasi membaca di sekolah. Pertama, untuk
menumbuhkan minat baca pada anak seharusnya dimulai sejak masa usia prasekolah, dan
berlanjut di taman kanak-kanak dan sekolah dasar. Dengan mengenalkan buku sejak dini,
siswa telah dilatih untuk mengenal dan akhirnya dapat mencintai buku. Kedua, menyadarkan
siswa dengan kampanye yang menarik bahwa bahan bacaan merupakan sumber pengetahuan,
informasi dan hiburan yang mempunyai karakter unik dan dapat dinikmati dengan cara yang
berbeda dengan tontonan televise. Ketiga, menyediakan suasana yang mendorong
terbentuknya budaya membaca di sekolah. Hal ini misalnya dilakukan dengan membangun
atau memperbaiki perpustakaan-perpustakaan sekolah yang telah ada. Perpustakaan-
perpustakaan sekolah kita saat ini pada umumnya mirip gudang yang berisi lemari-lemari atau
rak-rak buku yang dipenuhi dengan buku-buku berdebu. Tanpa pustakawan profesional yang
memahami seluk-beluk perbukuan dan tata pengaturan perpustakaan yang baik.
Keempat, menggerakkan penulisan buku-buku oleh penulis daerah sendiri. Penulisan
buku-buku dari daerah sendiri di sini maksudnya adalah sekolah, dinas pendidikan,
pemerintah daerah mapun sponsor yang peduli dan dapat memfasilitasi atau bahkan
mengakomodasi penulisan dan penerbitan buku yang ditulis oleh siswa atau guru yang
memiliki interest dan kemampuan dalam bidang tulis-menulis. Sudah menjadi rahasia umum,
budaya menulis berhubungan erat dengan budaya membaca. Kita dapat pula berlogika, bila di
perpustakaan sekolah terpajang buku karya orang-orang yang dikenal baik seperti guru
mereka, kakak kelas, atau bahkan adik kelas mereka pasti siswa akan tergerak hati
membacanya. Bahkan, bukan tidak mungkin mereka akan melangkah ke budaya menulis yang
merupakan budaya tingkat lanjut setelah terbentuk budaya membaca.
Semua itu tidak dapat dibangun hanya dengan himbauan lewat kata-kata. Budaya
membaca menjadi budaya guru dan siswa kita mungkin saja. Tapi kuncinya tetap yaitu
melakukannya dengan perbuatan.
Dalam bukunya “How to Teach Your Baby to Read”, Glen Doman mengatakan bahwa,
pada dasarnya kemampuan anak belajar membaca khususnya balita sangat luar biasa. Bahkan,
kata Doman, otak anak yang separuhnya sudah dilakukan pembedahan Hemispherectomy
(membuang separuh fisik otaknya) bisa mempunyai kemampuan yang sama dengan anak yang
otaknya utuh dan normal.
Prayitno (1989:17) lebih lanjut mengemukakan bahwa ada beberapa cara yang dapat
dilakukan oleh guru dalam menimbulkan motivasi belajar ekstrinsik, yaitu memberikan
penghargaan dan celaan, persaingan atau kompetensi, memberikan hadiah dan hukuman, dan
pemberitahuan tentang kemajuan belajar peserta didik kepada peserta didik. Sedangkan
Sardiman (1990:91-94) mengemukakan bahwa ada beberapa bentuk dan cara untuk
menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah, yaitu: (1) memberikan angka
kepada peserta didik, (2) memberikan hadiah, (3) menciptakan situasi kompetisi di kelas, (4)
melihat ego peserta didik, (5) memberikan ulangan, (6) mengetahui hasil, (7) memberikan
pujian, (8) memberikan hukuman, (9) menumbuhkan hasrat untuk belajar kepada peserta
didik, (10) menumbuhkan minat, dan (11) merumuskan tujuan belajar yang diakui dan
diterima oleh anak.
Kita harus percaya bahwa anak-anak memiliki kemampuan belajar yang tidak
tertandingi. Karena banyak bukti sudah kita lihat dalam kehidupan sehari-hari, mereka bias
menghafal iklan atau acara televisi kesukaan mereka, nyeletuk ketika kita berbicara dengan
orang lain, dan menyerap kata-kata yang kita ucapkan. Menurut Doman, upaya untuk
memotivasi siswa belajar membaca adalah:
1. Jangan membuat anak menjadi bosan dengan maju terlalu cepat atau maju terlalu lambat,
serta terlalu sering memberi tes.
2. Jangan memaksa anak apapun bentuknya.
3. Jangan tegang, lebih baik menunda jika suasana tidak mendukung, baik pada Anda
maupun si anak.
4. Bergembiralah dan buat suasana hati anak menjadi senang dan nyaman menerima
pelajaran dari Anda.
5. Selalu ciptakan cara baru. Ingat, bagaimanapun cara Anda mengajar, hampir bisa
dipastikan bahwa ia akan belajar lebih banyak daripada tidak diajarkan sama sekali.
Berikut beberapa cara yang bisa diterapkan pada siswa agar senang dan mau belajar
membaca.
1. Membacakan cerita
Anak yang dibacakan cerita terbukti akan lebih menyukai buku. Siswa yang suka buku
cenderung tidak akan mengalami kesulitan belajar membaca. Karena bagi mereka
membaca adalah hiburan, bukan pelajaran.
2. Perlahan tapi pasti
Belajar membaca lebih baik dilakukan sedikit demi sedikit, tetapi rutin. Lebih baik
mereka belajar membaca sehari tiga kali dengan hanya 2 atau 3 kalimat, daripada
memaksakan siswa membaca 1 halaman setiap minggu.
3. Ciptakan suasana menyenangkan
Ciptakan suasana yang menyenangkan ketika mengajari siswa membaca.
4. Memberi tugas
Memberi tugas kepada siswa dan siswa mencari jawabannya di perpustakaan. Dengan
begitu siswa harus membuka buku dan membacanya untuk menemukan jawaban dari
tugas yang diberikan.
Ketika minat membaca sudah ada, mereka akan senang sekali untuk mulai belajar
membaca.
Motivasi intrinsik yang merupakan motivasi internal perlu dipupuk dalam diri anak,
sedangkan faktor eksternal sebaiknya dikurangi. Hal ini sesuai yang dikemukakan oleh
Pintrich dan Schunk (1996) bahwa motivasi intrinsik merupakan sumber yang kuat dan positif
dalam kehidupan manusia. Akhir-akhir ini di lingkungan sekolah banyak dijumpai anak didik
yang kurang memiliki motivasi intrinsik. Sebenarnya anak perlu belajar bahwa sebab-sebab
keberhasilan atau kegagalan sangat tergantung usaha yang dilakukannya. Motivasi intrinsik
lahir secara ilmiah pada diri individu tanpa dipengaruhi dari luar.
Faktor motivasi secara umum dan motivasi belajar secara khusus merupakan gejala
aktifitas jiwa manusia yang sangat diperlukan oleh manusia dan peserta didik khususnya
dalam mengarungi kehidupan yang sarat dengan persaingan. Peserta didik sebagai bagian dari
manusia pada umumnya harus memiliki motivasi yang tinggi dalam belajar guna mencapai
hasil belajar yang baik.
KESIMPULAN

Kelancaran membaca menjadi dasar kesuksesan akademik anak. Ada berbagai cara
dalam meningkatkan motivasi belajar membaca siswa guna meningkatkan prestasi belajar.
Antara lain: (1) membangun atau memperbaiki perpustakaan sekolah, (2) tidak memaksa anak
apapun bentuknya, (3) selalu ciptakan cara baru, (4) menciptakan suasana menyenangkan, dan
(5) memberi hadiah atau pujian. Motivasi belajar yang baik akan melahirkan proses dan hasil
belajar yang baik. Motivasi dibagi menjadi 2, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.

SARAN
Motivasi intrinsik perlu dipupuk pada diri siswa, sedangkan faktor eksternal sebaiknya
dikurangi. Motivasi intrinsik merupakan sumber yang kuat dan positif dalam kehidupan
manusia.
DAFTAR PUSTAKA

Abdul, H. & Nurhayati, B. (2010). Psikologi dalam Pendidikan. Bandung: Alfabeta


Agus, T., Hera, L.M., Puji, L.P. (2010). Pendidikan Anak di SD. Jakarta: Universitas Terbuka
Anonim. (2011). Mengatasi Kesulitan Belajar Membaca pada Anak. Tersedia pada:
http://www.anneahira.com/kesulitan-belajar-membaca.htm. diunduh: 26 April 2011
Anonim. (2008) Dasar Pendidikan Dalam Konsep dan Makna Belajar. Tersedia pada:
http://mjieschool.multiply.com/journal/item/36. diunduh: 26 April 2011
Anonim. (2010). Cara Cepat Ajarkan Anak Membaca. Tersedia pada:
http://tipstrikbloggratis.blogspot.com/2010/01/cara-cepat-ajarkan-anak-membaca.html.
diunduh: 26 April 2011
Anonim. (2008). Tinjauan Pustaka. Tersedia pada:
http://moscom.blog.com/2008/04/25/makalah-pengaruh-membaca-terhadap/. diunduh:
27 April 2011
Sayyidah, D.F. (2008). Pengaruh minat baca dan lingkungan belajar terhadap prestasi
belajar ekonomi pada siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Kaliwiro. Tersedia pada:
http://etd.eprints.ums.ac.id/3822/1/A210050055.pdf. diunduh: 7 Mei 2011
Suhadinet. (2008). Kegiatan Membaca Menjadi Budaya Guru dan Siswa Kita. Tersedia pada:
http://suhadinet.wordpress.com/2008/11/16/kegiatan-membaca-menjadi-budaya-guru-
dan-siswa-kita-mungkinkah/. diunduh: 27 April 2011
Pamuji. (2011). Peningkatan keterampilan membaca dengan lembar kerja siswa untuk anak
tunanetra. Tersedia pada: http://www.jurnal-teknologi-
pendidikan.tp.ac.id/dikdas/Peningkatan+Ketrampilan+Membaca+dengan+Lembar+Ker
ja+Siswa+Untuk+Anak+Tunanetra+di+SLB+-+A+Surabaya.pdf. Diunduh: 27 April
2011
Wicahyani, V. (2010). Pengaruh minat baca dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar
siswa. Tersedia pada: http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/ekonomi-
pembangunan/article/view/5507. diunduh: 7 Mei 2011

You might also like