You are on page 1of 6

Anggi Kusumawardani

Geografi Transportasi

Transportasi Perkotaan

Transportasi
Transportasi adalah suatu kegiatan pemindahan penumpang
dan barang dari satu tempat ke tempat lain1. Transportasi berkaitan
erat dengan geografi karena merupakan bagian geografi ekonomi.
Dalam perspektif geografi, Taaffe dan Gauthier memandang
organisasi spasial sebagai sudut pandang yang dilihat dari
perspektif geografi dalam melihat fenomena transportasi2. Terdapat
tiga elemen penting yang berhubungan dengan geografi
transportasi yaitu linkages, nodal, dan sistem lainnya yang
berhubungan dengan jaringan transportasi (seperti hinterlands)3.

Perkotaan dan Transportasi Perkotaan


Dalam interaksi antara kota dan desa sering disebut istilah
urbanisasi. Urbanisasi yaitu suatu proses perubahan dari pedesaan
ke masyarakat yang lebih kekotaan4. Perubahan keadaan ini tidak
hanya tercermin dari penggunaan tanah yang menjadi wilayah
terbangun (kegiatan ekonomi dan permukiman yang semakin
meluas) tetapi juga perubahan gaya hidup (life styles) yang semakin
terlihat di wilayah perkotaan. Fakta yang saat ini terjadi adalah,
wilayah perkotaan di dunia mengalami peningkatan. Wilayah
perkotaan ini padat akan penduduk karena banyak penduduk yang
tinggal. Sejak 1950 jumlah penduduk perkotaan di dunia mengalami

1
Ahmad Munawar, Dasar-dasar Teknik Transportasi, (Beta Offset, 2005), hal 1.
2
Taaffe, J.E dan H.L. Gauthier, Geography of Transportation, (Prentice-Hall, 1973),
hal 1.
3
Taaffe, J.E dan H.L. Gauthier. Op Cit.
4
UNFPA, 2007 dalam Rodrigue, J-P et al. The Geography of Transport Systems,
Hofstra University, (Department of Global Studies & Geography, 2009),
http://people.hofstra.edu/geotrans.

1
peningkatan hingga dua kali lipatnya pada 2005. Jika diproporsikan
mencapai 48.75% dari populasi penduduk keseluruhan5.
Keberadaan transportasi di perkotaan memiliki berbagai
macam dampak yang ditimbulkan. Dampak-dampak yang timbul
seperti kemacetan di jalan raya, polusi udara akibat moda
transportasi, polusi suara yang timbul dari kendaraan, kepadatan
penumpang di angkutan masal pada jam-jam puncak (sepert KRL),
pelanggaran regulasi lalu-lintas, dan permasalahan lainnya yang
akan timbul akibat adanya transportasi. Padahal, wilayah perkotaan
(dari sisi fungsionalnya) luasnya tidak seberapa (jika dibandingkan
dengan administrasi kabupaten) namun kegiatan yang dilakukan
penduduk di wilayah perkotaan amat tinggi. Hal ini menimbulkan
mobilitas yang tinggi terjadi di wilayah perkotaan. Mobilitas ini
dipengaruhi oleh ketersediaan moda yang ada sehingga friksi jarak
dapat diperkecil dengan tersedianya moda transportasi di wilayah
perkotaan.
Adanya transportasi dan perubahan dari jaringan transportasi
juga akan membawa pengaruh terhadap keadaan penggunaan
tanahnya6. Hal ini karena masing-masing wilayah perkotaan
memiliki spesialisasi masing-masing (kegiatan ekonomi utamanya).
Lebih spesifiknya, jaringan jalan yang ada akan memengaruhi pola
penggunaan tanah yang ada di suatu wilayah perkotaan karena
dengan adanya jaringan jalan, ketersediaan akses menuju ke
tempat-tempat tertentu semakin terbuka.
Yang menjadi ciri khas pembeda antara transportasi
perkotaan dengan transportasi pada umumnya adalah adanya
efisiensi. Efisiensi dalam hal ini mencakup berbagai macam aspek
yang ada dalam transportasi perkotaan. Diantaranya yaitu efisiensi
kapasitas dalam pengangkutan penumpang di perkotaan yang
menggunakan moda transportasi jarak menegah dan menggunakan
KRL. Dengan adanya KRL ini jumlah penumpang yang diangkut akan
5
Rodrigue, J-P et al. The Geography of Transport Systems, Hofstra University,
(Department of Global Studies & Geography, 2009),
http://people.hofstra.edu/geotrans.
6
Taaffe, J.E dan H.L. Gauthier. Op Cit. hal 34.

2
lebih banyak dalam satu waktu. Efisiensi dalam hal pemanfaatan
ruang juga ditemukan dalam perkotaan. Hal ini terkait dengan
tersedianya akses transportasi yang mengakibatkan tingginya
aktivitas di suatu tempat. Biasanya pemanfaatan ruang yang
tadinya mendatar (landed) menjadi mengarah menjadi pemanfaatan
ruang yang vertical.
Itulah mengapa kajian transportasi perkotaan harus
dibedakan dengan kajian transportasi pada umumnya. Hal ini terkait
dengan adanya efisiensi dalam transportasi perkotaan.

Pengaruh Transportasi Terhadap Pembentukan Ruang Kota


Perubahan suatu kota akan sejalan dengan pengaruh
transportasi yang semakin berkembang. Pengaruh transportasi
terhadap pembentukan ruang kota akan terlihat dari struktur ruang
kota yang ada.. Hal ini bisa dilihat pada gambar berikut7:

Pembentukan ruang kota dipengaruhi juga oleh keberadaan


transportasi yang elemen-elemennya seperti moda, infrastruktur
transportasi, dan pengguna membentuk bentuk perkotaan yang ada
(spatial imprintnya dalam urban form). Keberadaan dari jaringan
jalan yang meluas akan berpengaruh pula terhadap urban form
yang ada. Proses berkembangnya urban form juga dapat dilihat dari
kemunculan-kemunculan CBD yang timbul akibat dari

7
Rodrigue, J-P et al. Op Cit.

3
berkembangnya jaringan transportasi. Dengan kemunculan inti-inti
kegiatan yang baru akan memberi corak terhadap pembentukan
urban form yang berkembang.

Komponen Transportasi Perkotaan dan Kepentingannya


Komponen dalam transportasi perkotaan terbagi menjadi lima
bagian8. Kelima bagian tersebut yaitu:
 Area pedestrian : area ini biasanya digunakan sebagai area
pejalan kaki yang berada di sisi-sisi jalan raya. Untuk
pemanfaatan di jalan raya, biasanya pada bagian bawah dari
area pedestrian dimanfaatkan sebagai saluran air.
 Jalan dan area parkir : merupakan fungsi utama dari jalan
yang digunakan sebagai jalur jalan (ketika bergerak) dan area
parkirnya (ketika berhenti).
 Jalur sepeda : pada negara maju terdapat jalur-jalur sepeda
untuk kenyamanan pengguna sepeda. Namun, untuk di
Indonesia hal ini tidak ada. Biasanya jalan khusus untuk
kendaraan bermotor. Kalaupun ada, dalam lingkup yang
sangat kecil, seperti hanya di beberapa tempat tertentu saja.
 Sistem transit : sebagai ciri transportasi perkotaan yang
‘hemat’ ruang namun dengan aktivitas yang tinggi,
dibutuhkan efisiensi. Dalam hal ini pemanfaatan ruang untuk
efisiensi jalur transportasi. Di beberapa negara maju, jalanan
utama biasanya dibagi juga untuk jalur trem di tengahnya.
Jakarta pernah mengadopsi sistem ini, namun tidak
dilanjutkan. Sedangkan untuk jalur kereta memiliki koridor
jalur tersendiri, di Jakarta dapat dilihat dari jalur KRL
Jabodetabek.
 Terminal transport : untuk memudahkan arus pergerakan dan
pemindahan penumpang, barang, atau jasa diperlukan suatu
terminal untuk kemudahan perpindahan tersebut. Contohnya
seperti pelabuhan, bandara, terminal bus, stasiun, dan
8
Rodrigue, J-P et al. Op Cit.

4
lainnya. Dengan adanya terminal transport, arus sirkulasi
perpindahan penumpang, barang, atau jasa akan lebih efisien.

Tingkat Kepentingan Masing-masing Komponen


Dalam menentukan tingkat kepentingan dari masing-masing
komponen perkotaan, dapat diprioritaskan dari kepadatannya.
Kepadatan ini bisa dilihat dari seberapa banyak pengguna yang
memakai komponen trasnportasi tersebut. Misalnya, banyak
penumpang di suatu wilayah perkotaan yang memakai jasa KRL.
Dalam hal ini, dalam menentukan proporsi penempatan terminal
transport dalam bentuk stasiun harus dipertimbangkan dengan
matang oleh pengambil kebijakan.

Pembentukan Struktur Perkotaan


Keberadaan suatu perkotaan yang terus berjalan tentunya
memiliki mobilitas yang tinggi. Beragam aktivitas terjadi di
dalamnya. Sehingga, secara alami wilayah perkotaan akan meluas
dan tumbuh mengikuti jaringan transportasi yang ada. Kondisi ini
akan mengakibatkan berkembangnya perkotaan sehingga
menghasilkan struktur perkotaan yang baru (membentuk struktur
perkotaan). Struktur perkotaan yang terbentuk, amat dipengaruhi
oleh keberadaan jaringan jalan sebagai akses moda transportasi
untuk bergerak. Hal ini selanjutnya akan mengakibatkan perubahan
terhadap penggunaan tanahnya juga sehingga menghasilkan
struktur perkotaan yang baru.
Pada gambar berikut merupakan model dari empat macam
struktur perkotaan9. Dalam gambar tersebut merupakan model
yang diadopsi dari perkembangan struktur perkotaan di negara
maju, terutama di Amerika. Pada tipe pertama, merupakan
perkembangan struktur perkotaan tahap awalan yang dicirikan oleh
masih rendahnya intensitas penggunaan tanah dan pusat-pusat
kegiatan yang cenderung tersebar. Pada tipe kedua, pusat aktivitas

9
Rodrigue, J-P et al. Op Cit.

5
sudah mulai terlihat dibagian tengah namun masih banyak aktivitas
yang terdapat di sekelilingnya. Dicirikan oleh adanya ring road di
sekeliling tempat aktivitasnya. Pada tipe ke-3 sudah terlihat
kepadatan aktivitas di pusat kota. Hal ini ditandai oleh efisiensi dari
pengangkutan masal yang ada. Area parkir pada tipe ini sudah
berkurang, tidak seperti pada tipe pertama. Tipe 4, memeprlihatkan
kepadatan aktivitas dan penggunan tanah di bagian tengahnya.
Pada bagian tersebut moda transportasi didominasi oleh angkutan
penumpang yang mengutamakan efisiensi. Disini juga terdapat
pembatasan kendaraan untuk mengurangi masalah-masalah yang
mungkin timbul pada pusat kotanya.

You might also like