You are on page 1of 7

CIRI-CIRI KALIMAT BAKU (STANDAR)

BAHASA INDONESIA

I. Sesuai dengan tata bahasa (Gramatikal)

Ini berarti bahwa:

(a). Fungsi-fungsi suku kalimat yang meliputi subjek, predikat, objek,


dan keterangan terlihat dengan jelas. Ketidakjelasan fungsi-fungsi
tsb. meragukan kebakuannya.

Misalnya : Untuk mengetahui tinggi rendahnya pendidikan


seseorang dapat dinilai dari cara dia berbicara.
Yang baku: Tinggi rendah pendidikan seseorang dapat dinilai
dari cara berbicaranya.

(b). Kalimat itu paling sedikit terdiri atas subjek dan predikat, kecuali
kalimat perintah atau jawaban pertanyaan. Kalimat yang
bersubjek saja atau berpredikat saja bukan kalimat yang baku.

Misalnya : Demikian untuk dimaklumi.


(Demikian harap maklum)
Yang baku: Demikian, Bapak/Ibu/Sdr. maklum hendaknya.

(c). Kalimat itu dapat kita tata kembali (kita permutasikan) atas
dasar frasa-frasanya. Kalimat yang tidak dapat kita
permutasikan bukan kalimat yang baku.

Misalnya : Soal itu saya kurang jelas.


Yang baku: Soal itu bagi saya kurang jelas.
(Bagi saya, soal itu kurang jelas)
(d). Suku kalimat tidak dapat berdiri sendiri sebagai kalimat.

Misalnya : Peristiwa itu perlu mendapat perhatian kita.


Sehingga kita tidak menghadapi kesulitan pada
masa yang akan datang.

Yang baku: Peristiwa itu perlu mendapat perhatian, sehingga


kita tidak menghadapi kesulitan pada masa yang
akan datang.

(e). Suku-suku kalimat yang terdiri atas kelompok-kelompok


kata, tersusun menurut kaidah yang berlaku.

Misalnya : Yang membatasinya hanyalah badan sensor,


film-film yang boleh ditonton untuk segala umur.
Yang baku: Yang membatasi film-film yang boleh ditonton
untuk segala umur hanyalah badan sensor.

(f). Penggandaan subjek yang tidak berfungsi bukan kalimat


yang baku.

Misalnya : Penyusunan laporan ini kami mendapat bimbingan


bapak dosen.
Yang baku: Dalam menyusun laporan ini, kami mendapat
bimbingan bapak dosen.

(g). Kalimat baku tidak mencampuradukkan dua pola struktur


yang berbeda.

Misalnya : Harga minyak dibekukan ataukah kenaikan


secara luwes?
Yang baku: Harga minyak dibekukan ataukah dinaikkan
secara luwes?

(h). Kontaminasi (perancuan) struktural merupakan kalimat


yang tidak baku.

Misalnya : Dalam rapat itu membicarakan SPP.


Yang baku: Rapat itu membicarakan SPP.
(i). Subjek tidak diawali: bagi, untuk, dengan, sebagai, pada,
kepada, dalam, di dalam, di, ke, dan dari.

Misalnya : Bagi yang belum mengerti boleh bertanya.


Di tempat itu kekurangan beras.
Dengan naiknya gaji menyebabkan kenaikan harga.
Kepada para pemenang diberi hadiah.

Yang baku: : Yang belum mengerti boleh bertanya.


Tempat itu kekurangan beras.
Naiknya gaji menyebabkan kenaikan harga
Para pemenang diberi hadiah.

(j). Unsur-unsur gramatikal yang berasal dari dialek setempat


dan bahasa daerah terhindari pemakaiannya.

Misalnya : Duduklah yang baik!


Yang baku: Duduklah baik-baik!

(k). Pola frasa verbal “aspek + agens + verbal” terpakai secara tertib.
Misalnya : Surat itu saya sudah baca.
Yang baku: Surat itu sudah saya baca.

(l). Hubungan antara kata kerja transitif dengan objek penderita tidak
disisipi oleh kata depan (preposisi).

Misalnya : Dengan ini, saya mengharapkan atas kehadiran


Bapak/Ibu.
Yang baku: Dengan ini, saya mengharapkan kehadiran
Bapak/Ibu.
(m). Kata-kata Tanya: apa, apakah, di mana, siapa, yang mana, mana,
yang berfungsi predikatif dalam kalimat tanya terpakai secara
tepat.

Misalnya : Apa Anda sudah mengerti?


Kota itu dilanda banjir di mana saya pernah tinggal.
Yang baku: Sudah mengertikah Anda?
Saya pernah bertempat tinggal di kota yang dilanda
banjir itu.

(n). Unsur-unsur seperti yang, bahwa, tetapi, maka, terpakai secara


tepat.

Misalnya : Siapa menyanyikan lagu itu?


Meskipun keadaannya terlalu parah, tetapi mereka
masih dapat tersenyum.
Karena gangguan alam, maka harga barang-barang
naik.
Yang baku : Siapakah yang menyanyikan lagu itu?
Meskipun keadaannya terlalu parah, mereka
masih dapat tersenyum.
Karena gangguan alam, harga barang-barang naik.

(o). Awalan, akhiran, dan gabungan awalan dengan akhiran, terpakai


secara tepat.

Misalnya : Atas perhatiannya diucapkan terima kasih.


Di Surabaya, Menteri Sosial memberi bantuan 5 juta
rupiah.
Yang baku: Atas perhatian Saudara, saya (kami) ucapkan terima
kasih.
Di Surabaya, Menteri Sosial memberikan bantuan
5 juta rupiah.
(p). Kata benda yang sudah dijamakkan dengan kata-kata yang
menyatakan banyak tidak memerlukan perulangan lagi.

Misalnya : Desember yang akan datang, para ibu-ibu akan


merayakan Hari Ibu di Istana Negara.
Yang baku: Desember yang akan datang, para ibu (ibu-ibu) akan
merayakan Hari Ibu di Istana Negara.

II. Cermat

Pengertian cermat meliputi:

(a). Tepat dalam pemilihan kata-kata.

Misalnya : Bibit padi itu diangkut dengan pesawat terbang


ke NTT.
Yang baku: Benih padi itu diangkut dengan pesawat terbang
ke NTT.

(b). Tidak menimbulkan tafsiran ganda.


Misalnya : Istri karyawan yang rajin itu mendapat
penghargaan.
Yang baku: Istri - karyawan yang rajin itu mendapat
penghargaan.

(c). Tidak boros


Misalnya : Dokter menasihati pasien agar supaya makan
bubur halus.
Yang baku: Doklter menasihati pasien agar makan bubur
halus.

(d). Tidak berlebihan.


Misalnya : Saya mengucapkan beribu-ribu terima kasih.
Yang baku: Saya mengucapkan (banyak) terima kasih
(banyak).
III. Masuk akal (logis).

Karena berbahasa itu mengemukakan logika, kalimat-kalimat yang


mendukungnya haruslah dapat diterima akal.

Misalnya : Sekarang acara sambutan Ketua Panitia. Waktu


dipersilahkan.
Yang baku: Sekarang acara sambutan Ketua Panitia. Waktu kami
berikan (sediakan).
(Ketua Panitia, kami silakan.)

IV. Tidak bertele-tele.


Kalimat yang bertele-tele mencerminkan cara berpikir yang tidak
sistematis dan jalan pikiran yang berbelit-belit.

Misalnya : Menurut keterangan polisi Surabaya aksi protes


tersebut ditujukan kepada seorang dosen dengan di
bawah pimpinan seorang mahasiswa yang mempunyai
maksud tidak setuju dengan tindakan tersebut yang
dalam pengantar perkuliahannya bertindak tidak wajar
terhadap mahasiswa-mahasiswanya dengan cara
memukul dan melempar anak kunci dan memprotes
metode yang dilakukan dalam laboratorium bahasa.

Yang baku: Polisi Surabaya menerangkan bahwa protes yang


ditujukan kepada seorang dosen itu bermaksud tidak
menyetujui sikapnya yang tidak wajar terhadap
mahasiswa dalam perkuliahannya. Ketidakwajaran
tampak pada saat memukul dan melempar mahasiswa
dengan anak kunci. Selain itu, aksi juga bermaksud
memprotes metode yang diterapkan dalam
Laboratorium Bahasa.

V. Sesuai dengan ejaan yang berlaku.


Kalimat yang baku tertulis secara konsekuen dengan ejaan yang
berlaku.
VI. Sesuai dengan lafal Indonesia.
Lafal Indonesia ialah lafal yang sudah disepakati kebenarannya oleh
mayoritas penutur BI.

Misalnya : memberiken Yang baku: memberikan


proqram program
yunit unit
semangkin semakin
temen teman

You might also like