You are on page 1of 12

BAB : VI

Sistem Politik di Indonesia

A. Pengetian Sistem Politik di Indonesia


Sistem adalah suatu kebulatan atau keseluruhan yang kompleks dan terorganisir, suatu
himpunan atau perpaduan hak-hak atau bagian-bagian yang membentuk suatu kebulatan yang utuh.
Politik berasal dari bahasa Yunani polis yang berarti kegiatan dalam suatu system politik (Negara) yang
menyangkut proses penentuan tujuan-tujuan tersebut. Dapat di simpulkan bahwa system politik adalah
segala sesuatu yang membicarakan tenyang kehidupan politik yang berkembang dalam masyarakat
(social political life, infrastructure), kehidupan politik pemerintah (governmental political life,
suprastructure) sehingga membentuk suatu stuktur politik nasional.

B. Kehidupan Politik Bangsa Indonesia


1. Peranan Masyarakat Politik
Seorang filusuf Yunani ternama, Aristoteles (322-384 SM), menyatakan bahwa manusia adalah
“makhluk berpolitik” (zoon politicon) yang artinya adalah makhluk yang akan hidup bermasyarakat
atau bernegara karena manusia akan memiliki kebutuhan-kebutuhan yang terkait dengan manusia lain
termasuk kebutuhan politik seperti kebebasan berpendapat ,hidup merdeka, memiliki kekuassaan,
bahkan kebutuhan dapat memerintah orang lain. Kebutuhan politik ini akhirnya akan memunculkan
aktifitas politik atau perilaku politik dalam hubungannya dengan sesame warga Negara, aparatur
negara, bahkan dengan Negara itu sendiri yang menyangkut pelaksanaan hak-hak politiknya.
Menurut Alfred Stepan, masyarakat politik (polical society) adalah suatu linhkungan
masyarakat yang secara khusus mengatur dirinya terlibat dalam konstelasi politik agar memperoleh hak
kontrol atas kekuasaan pemerintah bahkan mampu mempengaruhi kehidupan politik masyarakat dan
Negara.
Terkait dengan hal ini maka partai politik, organisasi kemasyarakatan, tokoh-tokoh politik, masyarakat
dan golonngan penekan akan menjadi komposisi utama masyarakat dan interaksi politik yang hidup di
lapisan masyarakat inilah yang kemudian menjadi kekuatan infrapolitik.

2. Pengaruh Reformasi Politik Indonesia terhadap Perubahan Struktur Politik


Reformasi dalam bahasa Latin didefinisikan sebagai usaha membentuk ulang, namun dalam
perkembangan, istilah “reformasi” diarikan sebagai upaya membentuk ulang suatu strukturyang
dilakukan lewat serangkaian tindakan korektif. Oleh karena itu, reformasi berperan sebagai suatu usaha
melakukan perubahan-perubahan pokok dalam sitem birokrasi yang bertujuan mengubah struktur,
tingkah laku, dan kebiasaan yang lama. Adanya empat indeks demokrasi yang menjadi fokus reformasi
politik Indonesia ini memberikan gambaran bahwa reformasi tidak hanya sekedar menyentuh
perubahan system pemerintah otokratis menjadi demokrasi, melainkan juga adanya perubahan moral
politik pada unsure aparatur pemerintah maupun masyarakat.
Berbagai perubahan lain yang mendasar dalam kehidupan politik Negara dan masyarakat yang terjadi
setelah Indonesia mengalami reformasi politik pada tahun 1998 adalah sebagai berikut :
1. Hilangnya pimpinan “sentral” dan “monopolis” dalam kehidupan pemerintah karena sekarang
kepala pemerintahan dapat digugat bahkan diturunkan dari kekuasaannya
2. Munculnya kehidupan politik yang lebih liberal yang telah melahirkan proses politik yang
liberal juga
3. Terjadinya pencerahan politik masyarakat yang diawali semanngat keterbukaan yang kemudian
mendorong banyak partai politik lahir
4. Pada tatanan lembaga tinggi Negara muncul kesadaran untuk lebih memperkuat proses check
and balances antara lembaga Negara yang satu dengan lembaga Negara yang lain dalam
penyelenggaraan kekuasaan Negara
5. Timbulnya, keinginan elite dan public politik untuk secara sistematis dan damai melakukan
perubahan mendasar terhadap konstitusi Negara. Undang-undang Dasar 1945, terutama
merubah kekuasaan beberapa lembaga Negara sebagai kekuatan suprapolitik yang terlalu besar.
Pasca reformasi politik ini, akhirnya perubahan yang terjadi berdampak secara langsung terhadap
perubahan 2 (dua) struktur kehidupan politik yang menjadi inti system politik di Indonesia.
1. Governmental Political Sphere yang disebut juga Suprastruktur Politik, yaitu suasana kehidupan
politik pemerintahan yang berkaitan dengan kehidupan lembaga-lembaga Negara.
2. Socio Political Sphere yang disebut juga Infrastruktur Politi, yaitu suasana kehidupan politik
dalam masyarakat yang akan menjadi alat kontrol pada pelaksanaan tugas lembaga Negara.
3. Suprastruktur dan Infastruktur Politik di Indonesia

1. Suprastuktur Politik Indonesia


Suprastuktur politik sering juga disebut sebagai bangun atas politik suatu negara atau politik formal
karena lembaga-lembaga negara yang menjadi suprastuktur merupakan pembuat pputusan politik yang
sah atas nama Negara. Oleh karena itu di setiap warga termasuk Indonesia, keberadaan lembaga ini
diatur dalam konstitusi negara, dan ini artinya lembaga-lembaga negara suprastuktur menjalankan
kewenangannya berdasarkan perintah undang-undang dasar 1945 termasuk lembaga-lembaga Negara
apa yang harus ada diatur dalam konstitusi.
Adapun lembaga-lembaga Negara yang terdapat dalam UUD 19945 pasca perubahan adalah sebagai
berikut :
1. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)
2. Presiden
3. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
4. Dewan Perwakilan Daerah (DPD)
5. Mahkamah Agung (MA)
6. Mahkamah Konsttutusi (MK)
7. Komisi Yudisial (KY)
8. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)

3. Infastutruktur Polotik Indonesia


1.3 Fungsi dan Tujuan Negara
1.3.1 Fungsi Negara
Mengenai fungsi Negara ,John Locke mengajukan tiga fungsi Negara yaitu, fungsi legislative (pembuat undang-undang),
fungsi eksekutif (pelaksana peraturan atau undang-undang), dan fungsi federatif (urusan luar negeri, perang dan damai).
Dari sudut pandang lain, Godnow membagi fungsi Negara ke dalam dua bagian atau dikenal dengan teori Dwi Praja, yaitu :
a. Policy making atau pembuat kebijaksanaan adalah kebijaksanaan Negara pada wakttu tertentu untuk
seluruh masyarakat.
b. Policy executing atau pelaksana kebijaksanaan adalah kebijaksanaan yang harus dilaksanakan untuk
mencapai tujuan kebijaksanaan yang sudah dibuat (pada tahap policy making).
Kedua fungsi itu kemudian dilengkapi oleh Montesquieu dengan fungsi legislatif, fungsi eksekutif, dan fungsi yudikatif
yang disebut dengan Trias Politika.
a. Fungsi legislatif adalah fungsi pembuat undang-undang
b. Fungsi eksekutif adalah fungsi untuk melaksanakan undang-undang
c. Fungsi yudikatif adalah fungsi untuk mengawasi agar semua peraturan (undang-undang) ditaati.
Fungsi Negara secara khusus terdiri dari atas hal-hal sebagai berikut :
a. Negara berfungsi menjaga ketertiban untuk mencapai tujuan bersama dan mencegah berbagai bentrokan dan
perselisihan dalam masyarakat atau dalam hal ini, Negara bertindak sebagai stabilisator.
b. Negara berfungsi mengusahakan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat. Pada masa sekarang, fungsi ini sangat
penting bagi Negara-negara baru atau sedang berkembang.
c. Negara berfungsi mengusahakan pertahanan untuk menangkal kemungkinan serangan dari luar.
d. Negara berfungsi menegakan keadilan yang dilaksanakan melalui badan-badan peradilan.

1.3.2 Tujuan negara


Beberapa tujuan negara menurut para ahli adalah sebagai berikut :
a. Roger H Soltou mengatakan bahwa tujuan negara adalah memungkinkan rakyatnya berkembang serta
menyelenggarakan daya ciptanya sebebas mungkin.
b. Harold J Laski mengemukakan bahwa tujuan negara adalah menciptakan keadaan dimana rakyatnya dapat
mencapai keinginan-keinginannya secara maksimal.
c. John Locke menganggap bahwa tujuan negara adalah kebaikan umat manusia.
d. Nicolla Machiavelli mengungapkan bahwa tujuan negara adalah untuk menghimpun dan memperbesar kekuasaan
negara agar tercipta kemakmura, kebesaran, kehormatan, dan kesejahteraan rakyat.
Setiap negara memiliki tujuan akhir yang hampir sama, yaitu untuk menciptakan kebahagiaan rakyatnya. NKRI dalam
pembukaan Undang-undang Dasar 1945 memiliki tujuan :
a. melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia
b. memajukan kesejahteraan umum
c. mencerdaskan kehidupan bangsa
d. ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

1.4 Semangat kebangsaan, Nasionalisme dan Patriotisme


1.4.1 Semangat kebangsaan
Proklamasi dan revolusi kemerdekaan pada hakikatnya merupakan manifestasi dan kemampuan rakyat Indonesia.
Manifestasi dan kemampuan rakyat Indonesia telah membangkitkan kekuatan dan daya cipta yang mampu menempatkan
bangsa Indonesia sejajar dengan bangsa lain di dunia.
Bangsa Indonesia harus sadar betul ddengan ”kesetiaan” yang mengandung arti keteguhan hati, ketaatan, dan kepatuhan.
Keteguhan hati untuk dapat tetap mempertahankan kebersamaan dalam berbagai kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Seluruh rakyat Indonesia harus sadar akan tanggung jawabnya, sadar akan hak dan kewajibannya, sadar akan
peranannya sebagai partisipan yang turut secara aktif dan kreatif dalam pembangunan bangsanya. Setiap warga negara
berhak dan wajib turut serta dalam upaya pembelaan negara. Ini harus dilaksanakan dengan penuh kesadaran dan tanggung
jawabserta kerelaan berjuang berkorban bagi bangsa dan negara tanpa kenal menyerah.

1.4.2 Kebanggaan terhadap Bangsa dan Negara


Jiwa, semangat dan nilai-nilai kebangsaan dapat diuraikan dalam nilai-nilai dasar dan nilai-nilai operasional. Adapun nilai-
nilai operasional adalah nilai-nilai yang lahir dan berkembang dalam perjuangan bangsa Indonesia. Nilai-nilai operasonal
merupakan landasan yang kokoh dan daya dorong mental spiritual yang kuat dalam setiap tahap perjuangan bangsa. Nilai-
nilai operasional tersebut meliputi :
a. ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
b. semangat dan jiwa kebebasan merdeka
c. jiwa nasonalisme
d. rasa harga diri sebagai bangsa yang merdeka
e. pantang mundur dan tak kenal menyerah, dan lain sebagainya
Sebagai contoh nilai-nilai kebangsaan dan kebanggaan terhadap bangsa, kita bisa lihat dalam kehidupan sehari-hari seperti
berikut ini :
a. Di lingkungan keluarga
1. Memakai produksi dalam negeri
2. Menjaga nama baik keluarga
3. Menghindari gaya hidup mewah
4. Mempunyai sikap pantang menyerah
5. Menghormati orang tua
6. Menggembangkan potensi diri
7. Selalu bersilaturahmi antar keluarga secara harmonis
b. Di lingkungan sekolah
1. Bangga bersekolah di dalam negeri
2. Belajar dengan sungguh-sungguh
3. Selalu berusaha kreatif dan inovatif
4. berwawasan maju ke depan
5. Melaksanakan ketertiban sekolah

c. Di lingkungan masyarakat
1. Meningkatkan kualitas sumber daya masyarakat
2. Meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi
3. Meningkatkan industri dalam berbagai bidang
4. Membina dan melatih masyarakat agar memiliki suatu ketrampilan
d. Di lingkungan berbangsa dan bernegara
1. Mengutamakan kepentingan bangsa dan negara
2. Bergaul dengan berbagai suku secara baik-baik
3. Ikut berperan serta dalam pembangunan
4. Rela berkorban untuk bangsa dan negara
5. Mempertahankan kesatuan dan persatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia

1.4.3 Patriotisme
Patriotisme merupakan sikap rela berkorban segala-galanya untuk kejayaan tanah air, bangsa, dan negara, sedangkaan ciri-
cirinya adalah :
a. cinta tanah air
b. rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara
c. menempatkan persatuan, kesatuan, serta keselamatan bangsa dan negara diatas kepentingan pribadi dan golongan
d. berjiwa pembaharu, serta
e. tidak kenal menyerah
Kita kenal sifat jiwa dan semangat angkatan ’45 yang luar biasa, dapat membangkitkan semangat kebangsaan yang tinggi.
a. Sifat dan jiwa Angkatan ’45
1. mendahulukan kepentingan tanah air
2. jiwa solidaritas atau kesetiakawanan terhadap perjuangan kemerdekaan
3. jiwa toleransi dan tenggang rasa
4. jiwa tanpa pamrih dan bertanggung jawab
5. jiwa kesatria
6. kebesaran jiwa yang tidak mengandung balas dendam
b. Semangat Angkatan ’45
1. menentang kekuasaan asing dalam segala bentuknya
2. semangat pengerbanan
3. tahan derita dan tahan uji percaya pada diri sendiri
4. semangat persatuan dan kesatuan
5. Semangat kepahlawanan
Sifat, jira dan semangat ’45 diatas harus terus menerus diwariskan lepada generasi berikutnya, apalagi kita sebagai siswa
SMK yang harus Sian kerja dengan tantangan glabalisasi yang semakin ketat membutuhkan semangat tadi di dunia kerja
sehingga akan tercipta statu rantai semangat untuk kemajuan bangsa yaang tidak ada putusnya dan akan tetap lestari
sepanjang masa. Secara lebih konkrit perilaku yang sesuai dengan sikap dan semangat patriotismo dapat diterapkan dalam
empat lingkungan yaitu :
a. Dalam kehidupan keluarga
b. Dalam kehidupan sekolah
c. Dalam kehiddupan bermasyarakat
d. Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara

1.4.4 Nasionalisme
1.4.4.1 Peengertian Nasionalisme
Istilah nasionalisme yang telah terserap ke dalam bahasa Indonesia memiliki dua pengertian, yaitu paham (ajaran) untuk
mencintai bangsa dan negara sendiri dan kesadaran keanggotaan dalam statu bangsa secara potencial atau actual bersama-
samamencapai, mempertahankan, dan mengabadikan identitas, integritas, kemakmuran, dan kekuatan bangsa itu. Dengan
demikian, nasionalisme berarti menyatakan keunggulan statu aktivitas kelompok yang didasarkan atas kesamaan, bahasa,
budaya dan wilayah.

1.4.4.2 Nasionalisme Indonesia


Ada dua faktor penting yang mempersatukan kelompok-kelompok masyarakatIndonesia menjadi satu bangsa yaitu :
a. adanya kesamaan latar belakang sejarah sebagai bangsa yang terjajah (perasaan senasib dan sepenanggungan), dan
b. adanya keinginan untuk hidup bersamadalam mencapai masa depan yang lebih baik (masyarakat yang adil dan
makmur)

1.4.5 Penerapan Nasionalisme dalam kehidupan


1.4.5.1 Lingkungan Keluarga
a. menanamkan semangat masa perjuangan kemerdekaan melalui cerita
b. pengadaan buku-buku cerita para pahlawan untuk membakar semangat dan menghayati jiwa kepahlawanan dari isi
bacaan
c. menghayati arti bendera merah putih yang dipasang paada hari-hari nasional didepan rumah, dan
d. menghayati isi arti perjuangan dalam film-film perjuangan melalui jalur komunikasi (TV)
1.4.5.2 Lingkungan Sekolah
a. pelaksanaan upacara yang khidmat
b. penghayatan isi dan arti lagu nasional
c. penanaman jiwa, semangat perjuangan demi mempertahankan kemerdekaan melalui jalur mata pelajaran, dan
d. sikap keteladanan guru melaui sikap patrriotisme, nasionalisme, pantang menyerah dan tubuh sabar dalam
melaksanakan tugas meskipun dihdapkan dengan berbagai hammbatan dan tantangan,

1.4.5.3 Lingkungan Masyarakat


Dalam masyarakat banyak kegiatan yang erat kaitannya dengan pembelaan negara.

1.4.6 Sikap positif Pemerintah terhadap Patriotisme Indonesia


Dalam hal upaya bela negara, pemerintah memberikan sikap positif dengan menetapkan peraturan tentang ”Pendidikan
Pendahuluan Bela Negara (PPBN).
Tujuan dari PPBN adalah :
a. mewujudkan warga negara Indonesia yang memiliki sikap, tekad, dan tindakan teratur, menyeluruh, terpadu dan
berkelanjutan dan
b. mewujudkan sikap cinta tanah air, kesadaran berbangsa dan bernegara Indonesia
dari penjelasan di atas diharapkan terwujud warga negara yang mengerti, memahami, menghayati, serta meyakini untuk
menjalankan hak dan kewajibandalam upaya bela negara dengan memiliki ciri-ciri yaitu :
a. cinta tanah air
b. sadar kan kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia
c. rela berkorban untuk bangsa dan negara, dan
d. memiliki kemampuan awal bela negara.

RANGKUMAN
SISTEM HUKUM DAN PERADILAN NASIONAL

1. Definisi tentang hukum sangat sulit untuk ditentukan karena tidak mungkin untuk mengadakannya sesuai dengan
kenyataan untuk menjadikan hukum sebagai pegangan yang mutlak
2. Hukum digolongkan berdasarkan lima elemen, yaitu bentuk, tempat berlaku, sifat fungsi dan isi.
3. Menurut bentuknya hukum dibedakan menjadi hukum tertulis dan tidak tertulis
4. Berdasarkan tempat berlaku, hukum dibedakan menjadi hukum nasional dan internasional
5. menurut sifatnya, hukum dibedakan menjadi hukum yang memaksadan hukum yang mengatur
6. Menurut fungsinya, hukum dibedakan menjadi hukum material dan hukum formal
7. Menurut isi masalah yang dianutnya, hukum dibagi menjadi hukum privat atau hukum perdata dan hukum publik
8. Hukum privat adalah hukum yang mengatur hubungan hukum antar orang yang satu dengan yang lain dengan
mmenitik beratkan kepada suatu individu, dan hukum ini terbagi kedalam hukum perorangann, hukum keluarga,
dan hukum kekayaan.
9. Hukum publik adalah hukum yang mengatur hubungan antara negara dengan alat kelengkapannya atau hubungan
negara dengan warga negara dengan menitikberatkan kepada kepentingan umum. Hukum publik terbagi menjadi
hukum tatanegara, hukum administrassi negara,hukum pidana dan hukum acara.

RANGKUMAN
UPAYA PEMAJUAN, PENGHORMATAN DAN PERLINDUNGAN HAM

1. Hak Asasi manusia adalah hak-hak yang diberikan langsung oleh Tuhan Yang Maha Pencipta sebagai hak yang
kodrati.
2. Sejarah perkembangan hak asasi manusia adalah sebagai berikut :
a. Tahun 2500 SM-1000 SM, perjuangan Nabi Ibrahim melawan kezaliman Raja Namruds
b. Tahun 600 SM di Athena (Yunani) Solon yang dianggap sebagai Bapak Pengajar Demokrasi menyusun undang-
undang yang menjamin keadilann-keadilan bagi setiap warganya.
c. Tahun 527 SM-322 SM; Kaisar Romawi, Flavius Anacius Justinius, menciptakan peraturan hukum modern yang
terkondisikan
d. Tahun 30 SM-632m; Kitab suci Al-Qur’an yang diturunkan Nabi Muhammad saw. Mengajarkan toleransi, berbuat
adil, bijaksana , sera kasih sayang.
e. Tahun 1215; gerakan rasionalisme dan humanisme di Eropa bergolak secara revolusioner di bidang hukum dan hak
asasi
f. Magna Charta (Tahun 1512) piagam yang membatasi kekuasaan raja John yang absolut
g. Bil of Righs (Tahun 1689) inti Piagam ini menyatakan bahwa ”manusia sama di muka hukum”
h. Declaration of Indepedence (Tahun 1976) deklarasi ini menekankan pentingnya kemerdekaan, persamaan dan
persaudaraan
i. Declaration des Droits de I’homnme et du Citoyen; piagam ini menekankan pentingnya asas praduga ttak bersalah
kebebasan berekspresi, kebebasan beragam, serta adanya perlindungan terhadap hak milik.
j. Rights of Self Determination (Januari 1941); naskah yang diusulkan oleh Theodore Woodrow Wilson (Amerika
Serikat), yang memuat 14 pasal dasar-dasar untuk mencapai perdamaian.
k. The Four Freedoms’ Franklin D. Roosevelt, mengemukakan 4 kebebasan , yaitu freedom of religion (kebebasan
beragama), freedom from fear (kebebasan dari rasa takut), fredoom of speech (kebebasan berbicara dan
mengemukakan pendapat), dan fredoom from want (kebebasan dari kemelaratan atau kemiskinan).
l. The Universal Declaration of Human Rights; piagam ini dihasilkan oleh Komisi Hak Asasi Manusia PBB pada
sidangnya tanggal 10 Desember 1948.
3. Jenis-jenis Hak Asasi Manusia meliputi hakk asasi pribadi, hak asasi ekonomi, hak asasi dalam kesamaan hukum,
hak asasi politik, hak asasi dalam perlindungan hukum, dan hak asasi sosial dan kebudayaan.
4. Instrumen Hak Asasi Manusia di Indonesia meliputi UUD 1945, Tap MPR Nomor XVII/MPR/1998, Piagam Ham
Indonesia Tahun 1998, dan UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.
5. Lembaga-lembaga perlindungan HAM yang ada di Indonesia KOMNAS HAM (Komisi Nasional Hak Asasi
Manusia), LBH (Lembaga Bantuan Hukum), dan Biro Konsultasi dan Bantuan Hukum di Perguruan Tinggi.
6. Upaya penegakan Hak Asasi Manusia melalui ratifikasi dan peradilan.
7. Bentuk-bentuk kejahatanan internasional adalah kejahatan terhadap kemanusiaan, kejahatan genosida, kejahatan
humaniter dan kejahatan agresi
8. Instrumen Hukum HAM Internasional adalah Ratifikasi Instrumen Hukum HAM Internasional pada Era Presiden
Soekarno, Ratifikasi Instrumen Hukum HAM Internasional pada Era Presiden Soeharto, Ratifikasi Instrumen
Hukum HAM Internasional pada Era Presiden Habibie, dan Ratifikasi Instrumen HAM Internasional pada Era
Presiden Abdurahman Wahid
9. Mahkamah Internasional bersifat permanen guna mengadili pelaku kejahatan kemanusiaan, kejahatan agresi,
kejatan perang, dan kejahatan genosida. Mahkamah Internasional merupakan pelengkap bagi yuridis pidana
nasional. Karena itu Mahkamah mendahulukan sistem peradilan nasional suatu negara. Apabial sistem peradilan
nasional tidak mampu atau tidak bersedia melakukan proses hukum terhadap kejahatan yang terjadi., barulah
berlaku yuridis Mahkamah Internasional.
STANDAR KOMPETENSI : ANALISIS HUBUNGAN DASAR NEGARA DENGAN
KONSTITUSI
KOMPETENSI DASAR : HUBUNGAN DASAR NEGARA DENGAN
KONSTITUSI
TUJUAN PEMBELAJARAN : Siswa dapat mendeskripsikan hubungan dasar
negara dengan
konstitusi
URAIAN MATERI
A. Pengertian Dasar Negara
Istilah dasar negara memiliki padanan kata ”philosophische grondslag” (bahasa
belanda) berarti norma (lag) yang bersifat filsafati (philosophische). Sedangkan
istilah weltanschauung berarti pandangan mendasar tentang dunia.
Jadi, kedua istilah itu mempunyai kesamaan makna, yaitu ajaran atau teori yang
merupakan hasil pemikiran mendalam (pemikiran filsafati) mengenai dunia dan
kehidupan di dunia, termasuk kehidupan bernegara di dalamnya yang dijadikan
pedoman dasar dalam mengatur dan memelihara kehidupan bersama dalam
suatu negara.
Ajaran semacam itu dalam bahasa Inggris disebut ideology yang kita terjemahkan
dalam bahasa Indonesia menjadi ”ideologi”.

B. Pengertian konstitusi
Istilah ”konstitusi” (dalam bahasa Inggris adalah constitution dan bahasa Belanda
adalah constitue) mempunyai tiga pengertian yaitu :
a. Dalam arti luas, konstitusi adalah hukum tatanegara, yaitu keseluruhan aturan
dan ketentuan
(hukum) yang menggambarkan sistem ketatanegaraan suatu negara.
b. Dalam arti menengah, konstitusi adalah hukum dasar, yaitu keseluruhan aturan
dasar, baik yang
tertulis maupun yang tidak tertulis, yang mengatur sebagaimana suatu
pemerintahan
diselenggarakan dalam suatu negara
c. Dalam arti sempit, konstitusi adalah Undang-undang Dasar, yaitu satu atau
beberapa dokumen
yang memuat aturan-aturan dan ketentuan-ketentuan yang bersifat pokok atau
dasar dari
ketatanegaraan suatu negara. Konstitusi berarti UUD.

C. Tujuan dan Nilai Konstitusi


1. Untuk memberikan pembatasan sekaligus pengawasan terhadap kekuasaan
politik
2. Untuk melepaskan kontrol kekuasaan dari penguasaan sendiri
3. Untuk memberikan batasan-batasan ketetapan bagi para penguasa dalam
menjalankan
kekuasaannya.
Menurut Struyken, UUD 1945 sebagai konstitusi tertulis merupakan dokumen
formal yang berisikan :
1. Hasil perjuangan politik bangsa di waktu yang lampau
2. Tingkat-tingkat tertinggi perkembangan ketatanegaraan bangsa.
3. Pandangan tokoh-tokoh bangsa yang hendak diwujudkan, baik untuk waktu
sekarang maupun yang
akan datang, dan
4. Suatu keinginan di masa perkemmbangan kehidupan ketatanegaraan bangsa
hendak dipimpin.

STANDAR KOMPETENSI : ANALISIS HUBUNGAN DASAR NEGARA DENGAN


KONSTITUSI
KOMPETENSI DASAR : Substansi Konstitusi Negara
Tujuan Pembelajaran : Siswa dapat menganalisis substansi konstitusi
negara
Uraian Materi
1. Unsur-unsur Konstitusi Negara
Secara garis besar, konstitusi-konstitusi yang ada di dunia pada umumnya
memuat 5 unsur SBB :
1. Pernyataan tentang gagasan-gagasan politik, moral, dan keagamaan
Adalah yang menjiwai konstitusi dan biasanya dimuat dalam bagian awal atau
pembukaan konstitusi. Pada umumnya pembukaan konstitusi akan memuat
pernyataan pengakuan terhadap Tuhan dan pernyataan bahwa keadilan,
kebebasan, persamaan dan kebahagiaan/kesejahteraan umum dan lain jenisnya
akan dijamin melalui konstitusi.
2. Ketentuan tentang struktur organisasi negara
Sesuai dengan fungsinya, sebagai pembatas kekuasaan penguasa, konstitusi
memuat ketentuan-ketentuan pembagiaan kekuasaan negara baik antara badan
legislatif, eksekutif, dan judikatif, maupun dengan badan-badan negara lainnya.
Dengan demikian dalam konstitusi akan tergambar struktur organisasi negara.
3. Ketentuan tentang perlindungan hak-hak asasi manusia
Konstitusi umumnya juga memuat ketentuan ketentuan yang menjamin dan
melindungi hak-hak asasi manusia warga negara yang bersangkutan. Adakalanya
ketentuan tentang jaminan dan perlindungan hak asasi itu dimuat dalam naskah
tersendiri di luar konstitusi.
4. Ketentuan tentang prosedur mengubah Undang-undang dasar
Di dalam konstitusi, lazimnya ditentukan pula syarat maupun prosedur mengubah
konstitusi yang bersangkutan. Ketentuan semacam ini penting untuk menjaga
agar konstitusi tetap dapat menyesuaikan perkembangan zaman.
5. Larangan mengubah sifat tertentu dari undang-undang dasar
Beberapa konstitusi juga memuat larangan mengubah bagian tertentu dari
konstitusi yang bersangkutan. Hal ini biasanya terjadi jika penyusun konstitusi
ingin menghindari terulangnya kembali hal-hal yang baru saja diatasi, seperti
misalnya munculnya seorang diktator atau kembalinya suatu monarki.

2. Klasifikasi Konstitusi di Indonesia


Konstitusi di Indonesia mencakup konstitusi sebagai keputusan politik tertinggi,
konstitusi sebagai hukum dasar, dan konstitusi sebagai lembaga kemasyarakatan.
Konstitusi sebagaii hukum dasar sendiri mencakup hukum dasar tertulis, yang
terdiri dari UUD, UU organik, dan peraturan perundang-undangan lainnya, serta
hukum dasar tak tertulis yang terdiri dari kebiasaan, kesepakatan, adat istiadat
dan konvensi. Konstitusi dapat dikaji pula dari segi ekonomi, etika, psikologi atau
sosial.

3. Implementasi Dasar Negara ke dalam Konstitusi atau UUD 1945


Berdasarkan sila-sila dari pancasila dan UUD 1945 yang terdiri atas pembukaan,
batang tubuh, dan penjelasan dapat dikatakan bahwa setiap negara mempunyai
falsafah yang berbeda. Demikian pula halnya dengan bangsa Indonesia yang
memilih dan menetapkan Pancasila sebagai dasar negara yang dipilih oleh wakil-
wakil rakyat dalam Sidang PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945.
Panitia ini menetapkan rumusan Pancasila yang terdapat dalam Pembukaan UUD
1945 sehingga yang dimaksud Pancasila adalah yang terdapat dalam
Pembukaaan UUD 1945. Sejak ditetapkan sebagai dasar negara pada tanggal 18
Agustus 1945, berarti penyelenggaraan sistem administrasi negara Indonesia
harus sesuai dengan pancasiladan UUD 1945. Pancasila merupakan pandangan
hidup bangsa Indonesia (way of life), artinya pancasila digunakan sebagai
penunjuk arah semua kegiatan atau aktivitas hidup dan kehidupan di segala
bidang.
Adapun UUD 1945 yang disahkan setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik
Indonesia tepatnya pada tanggal 18 Agustus 1945 merupakan bukti UUD 1945
tersebut diakui sebagai konstitusi Negara. UUD 1945 merupakan sumber motivasi
dan aspirasi perjuangan serta tekad bangsa Indonesia. UUD 1945 merupakan
sumber cita-cita hukum dan cita-cita moral yang ingin ditegakkan, baik
dilingkungan nasional maupun dalam hubungan pergaulan dengan bangsa-
bangsa lain di dunia.
Selain itu, batang tubuh UUD 1945 yang terdiri dari 16 bab, 37 pasal, 3 pasal
aturan peralihan, dan 2 aturan tambahan mengandung semangat dan merupakan
perwujudan pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam pembukaan UUD 1945.
Adapun penjelasan UUD 1945 menjelaskan tentang sistem pemerintahan negara
yang dianut oleh Indonesia.

KOMPETENSI DASAR : Pembukaan UUD 1945 Negara Kesatuan Republik


Indonesia
1. Pokok-pokok Pikiran Pembukaan UUD 1945
1. Persatuan
2. Keadilan Sosial
3. Kedaulatan Rakyat
4. Ketuhanan Yang Maha Esa dan kemanusiaan yang adil dan beradab
2. Kedudukan Pembukaan UUD 1945
Pembukaan UUD 1945 merupakan pokok kaidah negara yang bersifat
fundamental, mempunyai kedudukan yang tetap dan melekat bagi negara RI.
Oleh sebab itu, Pembukaan UUD 1945 tidak dapat di ubah oleh siapapun
termasuk DPR dan MPR sesuai dengan konstitusi pasal 3 dan pasal 37 UUD 1945.
Mengubah peembukaan UUD 1945 berarti meniadakan negara RI. Haal ini
disebabkan Pembukaan UUD 1945 merupakan
1. Sumber motivasi perjuangan dan tekad bangsa Indonesia
2. Sumber dan cita-cita hukum dan cita-cita nasional yang ingin
ditegakkan dalam lingkungan nasional dan internasional, dan
3. Mengandung nilai-nilai universal dan lestari
Universal artinya bahwa nilai-nilai tersebut dijunjung tinggi oleh bangsa-bangsa
yang beradab. Lestari artinya bahwa ia mampu menampung dinamika
masyarakat.

KOMPETENSI DASAR : 1. PERKEMBANGAN KONSTITUSI INDONESIA


2. PERILAKU POSITIF TERHADAP KONSTITUSI NEGARA
1. Perkembangan Konstitusi Indonesia
Periode berlakunya konstitusi di Indonesia secara garis besar tertuang sebagai
berikut :
1. 18 Agustus 1945 – 27 Agustus 1949 (UUD 1945)
2. 27 Desember 1945 – 17 Agustus 1950 (UUD Sementara 1950)
3. 17 Agustus 1950 – 5 Juli 1959 (UUDS 1950)
4. 5 Juli 1959 – 11 Maret 1966 (Kembali ke UUD 1945, Demokrasi 1950)
5. 11 Maret 1966 – 1998 (UUD 1945, Demokrasi Pancasila)
6. 1998 – Semarang (UUD 1945 yang diamandemen).
2. Perilaku Positif terhadap Konstitusi Negara
Sebagai warga negara, kita seluruh rakyat Indonesia bertanggungjawab untuk
membangun kesadaran hidup berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, dilakukan
melalui :
1. Memahami pancasila dan UUD 1945
2. Berperan secara aktif dalam menegakkan dasar negara dan konstitusi
3. Mengembangkan pola hidup taat pada aturan yang berlaku

STANDAR KOMPETENSI : PERSAMAAN KEDUDUKAN WARGA NEGARA


KOMPETENSI DASAR : 5.1 Kedudukan Warga Negara dan
Pewarganegaraan di Indonesia
5.2 Persamaan Kedudukan Warga Negara dalam
Kehidupan
Bermasyarakat, Berbangsa, dan Bernegara
5.2 Persamaan Kedudukan Warga Negara tanpa
Membedakan Ras,
Agama, Gender, Golongan, Budaya dan Suku
Tujuan Pembelajaran : Setelah menyelesaikan kegiatan pembelajaran
siswa diharapkan dapat
1. Mendekripsikan kedudukan warga negara dan pewarganegaraan di
Indonesia
2. Menganalisis persamaan kedudukan warga negara dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
3. Menghargai persamaan kedudukan warga negara tanpa membedakan ras,
agama, gender, golongan, budaza dan suku.

5.1 Kedudukan Warga Negara dan Pewarganegaraan di Indonesia


1. Hakikat Warga Negara
Ketika sebuah negara akan dibangun, adanya rakyat menjadi salah satu syarat
yang harus dipenuhi. Di Indonesia, rakyat diklasifikasikan menjadi penduduk dan
warga negara yang dalam ketentuan Undang-Undang Dasar 1945 pasal 26 jelas
dibedakan statusnya. Yang termasuk klasifikasi penduduk adalah seluruh rakyat
yang merupakan warga negara Indonesia maupun warga negara asing yang
bertempat tinggal di Indonesia, sedangkan warga negara Indonesia adalah orang-
orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan
undang-undang menjadi warga negara. Dengan demikian orang dari bangsa
manapun diberi kesempatan menjadi warga negara Indonesia setelah disahkan
dengan undang-undang yang berlaku.

You might also like