You are on page 1of 12

DINAMIKA POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA

SEBAGAI METODAUNTUK MENCAPAI


KEPENTINGAN NASIONAL

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah


Politik Luar Negeri Republik Indonesia

Dosen Pengampu:Jeanie Annissa, S.IP, M.Si

Oleh: Kelompok I

Abdullah Firman L. H. 1042500783 Aldi Awaludin 1042500171


Anto Prabowo 1042500924 Dewi Febriani 1042500858
Eliza Humaira 1042500981 Gama 1042500387
Nency Cintia Dewi 1042500841

JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS BUDI LUHUR
2011
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perjalananpolitik luar negeri Indonesia pasca kemedekaan hingga kini telah


mengalami fluktuasi peran terhadap warga negara Indonesia. Interdependensi dalam
hubungan internasional disadari oleh para Founding Fathers sebagai kesempatan dan
juga tantangan untuk masa depan NKRI. Dalam menyikapi dua hal tersebut, Indonesia
berusaha menjelaskan kepentingannya dengan mengedepankan pendekatan diplomasi
maupun militer di berbagai lini, sebagai refleksi dari peran dan posisi politik luar negeri
Indonesia yang berlandaskan UUD 1945.

Pengambilan keputusan dalam politik luar negeri Indonesia tidak dapat


dipisahkan dari letak dan potensi geografis Indonesia. Potensi sumber daya alam di
Indonesia memicu ketertarikan dunia internasional untuk berinvestasi dan menjalin
hubungan baik dengan Indonesia. Dunia internasional sadar bahwa pentingnya membina
hubungan baik dengan Indonesia karena merupakan tempat transit dari kegiatan ekspor
Australia menuju Eropa, Inggris dan Amerika Serikat. Hal tersebut disebabkan letak
indonesia yang diapit oleh dua benua dan dua samudera. Fakta ini membuat Indonesia
sendiri memerlukan adanya hubungan bilateral terutama negara-negara ASEAN sebagai
negara tetangga yang memiliki banyak persamaan nasib. Kemudian juga bagi Indonesia,
perlu adanya hubungan dengan Australia karena pasca kemerdekaan tahun 1945
Founding Fathers menganggap Australia adalah negara yang dapat menjembatani
hubugan luar negeri Indonesia terhadap negara-negara Barat.

Pelaksanaan hubungan dan politik luar negeri Indonesia berorientasi kepada


kepentingan nasional yang dibangun sebagai bagian dari upaya pemerintah untuk
memobilisasi pembangunan. Oleh karena itu, perwujudan kebijakan luar negeri menjadi
bagian penting dari pembangunan kembali ekonomi yang sedang dibangun Indonesia
dalam mengimplementasikan pertumbuhan ekonomi yang mampu memberikan
kemakmuran dan kesejahteran pada masyarakat Indonesia. Meskipun demikian,
Indonesia masih memiliki beberapa kesulitan dalam pengembangan hubungan dan kerja

1
sama bilateral di bidang ekonomi, perdagangan, investasi, dan pariwisata. Misalnya,
Indonesia belum masuk secara maksimal dalam prioritas hubungan kerja sama dengan
negara-negara Eropa karena produk perdagangan Indonesia dinilai masih belum
memenuhi standar yang ditetapkan.Demikian jugapengaruh dari travel and security
warning dan yang yang mengakibatkan rendahnya arus masuk jumlah wisatawan
mancanegara ke Indonesia.

Berdasarkan sejarah pembentukan politik luar negeri Indonesia, ada dua faktor
dominan yang membuat Founding Fathers menekankan pentingya politik luar negeri
Indonesia yaitu adanya clash dari dua Blok raksasa yaitu Blok Barat dan Blok Timur
dan juga agresi militer Belanda untuk merebut kembali Indonesia. Oleh karena itu,
Founding Fathers membuat politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif.Bebas berarti
tidak memihak blok manapun, yaitu blok barat maupun blok timur. Aktif
berarti ikut menjaga atau memelihara perdamaian dunia. Sehingga terciptanya
pencerminan dari landasan konstitusionil politik luar negeri Indonesia yaitu Pancasila
sebagai identitas bangsa, UUD 1945 terutama pasal 11 dan 13, dan Ketetapan MPR No.
IV/MPR/1973 tentang GBHN.

Bung Hatta menekankan bahwa politik luar negeri Indonesia bukan hanya
bersifat ideologis namun juga logis dengan melihat hubungan-hubungan antara entitas
luar dan internalisasi kebutuhan domestik yang berdampak pada pihak lain. 1 Dalam
pidato tersebut menggambarkan politik luar negeri Indonesia sangat vital sehingga perlu
adanya rasionalitas dengan melakukan perjuangan diplomasi sebagai alternatif dari
penggunaan militer sebagai media untuk mempertahankan kedaulatan nasional dan
mencapai kepentingan nasional.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana perkembangan dan dinamika politik luar negeri Republik Indonesia


sebagai metoda pemerintah dalam mencapai kepentingan nasional untuk mengatasi
masalah eksternal NKRI?

1
Pidato Mohammad Hatta, Mendayung di Antara Dua Karang, Yogyakarta, 1948.

2
C. Kerangka Konseptual/Teori
1. Teori Elemen Pembentuk Politik Luar Negeri

Crabb menjelaskan bahwa dilihat dari unsur-unsur fundamentalnya, politik


luarnegeri terdiri dari dua elemen yaitu: tujuan nasional yang akan dicapai dan alat-alat
untuk mencapainya.2 Politik luar negeri Indonesia bebas aktif dirancang oleh Bung
Hatta dengan tujuan sebagai penyelamat dan penuntun bangsa Indonesia dalam
mencapai kepentingan nasionalnya dengan menggunakan kebijakan-kebijakan yang
bersifat independen (berdasarkan its own national interest) dan melihat pada situasi juga
fakta yang ada.

2. Teori Variabel Nasional Pembentuk Politik Luar Negeri

Menurut Rosenau kebijakan luar negeri sebagai fenomena yg luas dan


kompleks, meliputi kehidupan internal dan kebutuhan eksternal termasuk aspirasi,
atribut nasional, kebudayaan, konflik, kapabilitas, institusi dan identitas sosial,
hukum ,dan geografi.3Komponen yang termasuk ke dalam variabel nasional yaitu
lingkungan, lokasi geografis, tipe daerah, dan sumber-sumber daya alam
negara.Kawasan merupakan bagian dari kedaulatan nasional, segala hal yang
mengancam border sebuah negara dari luar memerlukan tindakan yang nyata terhadap
ancaman tersebut seperti pada kasus Irian Barat antara Indonesia-Belanda.

3. Teori Pendekatan Politik Luar Negeri Reduksionis

Ali E. Hilla Dessouki dan Baghat Korany menyatakan bahwa ada tiga
pendekatan politik luar negeri di negara berkembang yaitu Pendekatan psikologis,
Pendekatan negara-negara besar yang dominan, pendekatan reduksionis.4 Politik luar
negeri negara berkembang dalam pendekatan Reduksionis ditentukan oleh proses yang
sama dan perhitungan keputusan yang membentuk politik luar negeri negara-negara
maju. Perbedaan dasarnya adalah kuantifikasinya. Dalam kuantifikasinya, negara
berkembang melaksanakan politik luar negeri dengan skala kecil karena keminiman
sumber dan keterbatasan akan kemampuan.

2
Cecil V. Crabb, Jr., American Foreign Policy in the Nuclear Age, Edisi ketiga, New York, 1792, hlm. 1
3
James N. Rosenau, Scientific Study of Foreign Policy, edisi terjemahan, 1973, halaman 95-150
4
Ali E Hilla Dessouki and Baghat Korany, A Literature Survey and a Framework for Analysis dalam The
Foreign Policies of Arab States, Bouleder, Westview Press, 1991, hal. 8.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Pembentukan Politik luar Negeri Indonesia

Indonesia harus menyesuaikan diri pada konstelasi global yang telah berubah
dan yang sedang terus berubah. Pasca kemerdekaan tahun 1945 Indonesia tidak luput
dari masalah domestik dan masalah eksternal misalnya dengan Belanda. Ekonomi
negara belum mencukupi untuk melakukan perlawanan militer secara terbuka dan terus-
menerus melawan Belanda.

Bung Hatta sebagai salah satu Founding Fathers menanggapi hal tersebut dalam
pidatonya di hadapan Badan Pekerja Komite Nasional Pusat di Yogyakarta pada 1948.
Beliau berpendapat bahwa tidak hanya harus dilawan dengan metode peperangan yang
memakai media fisik tetapi perlu adanya perjuangan diplomasi. 5 Hal tersebut ternyata
secara riil memberikan dampak positif dimana usaha-usaha Pemerintah Belanda untuk
mengambil kendali kolonialisasi di Indonesia tahun 1945 dan 1949 mendapatkan
halangan oleh Serikat Buruh dan oleh Pemerintah Australia yang waktu itu dikuasai
Partai Buruh. Kapal-kapal Belanda tidak diberi bahan bakar, dan para pekerja pelabuhan
tidak mau menaikkan muatan bahan persediaan ke atas kapal Belanda.

Secara diplomatis, tercatat bahwa Australia yang ketika itu menjabat sebagai
Dewan Keamanan PBB mengecam aksi militer Belanda pada 20 Juli 1947. 6 Instrumen
dalam hubungan internasional berupa diplomasi yang diusung Bung Hatta nampaknya
banyak memberi keuntungan bagi Indonesia pada saat itu.

Kendala eksternal yang dialami Indonesia tidak hanya berasal dari Belanda.
Kekacauan akibat pertikaian dua Blok yaitu Barat dan Timur membuat Indonesia perlu
mengambil tindakan. Demi mencapai tujuan bangsa indonesia yang berdasarkan
landasan konstitusionalnya yaitu Pancasila dan UUD 1945, Indonesia perlu
melaksanakan ketertiban dunia dengan mengedepankan perdamaian. Jika melihat

5
Pidato Mohammad Hatta, Mendayung di Antara Dua Karang, Yogyakarta, 1948.
6
Zulkifli Hamid, Sistem Politik Australia (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 1999), hlm. 420

4
fondasi tersebut maka The Initiative Fivepada saat itu membentuk Gerakan Non Blok
dimana Bung Karno merepresentasikan Indonesia akan ikut menyukseskan gerakan
tersebut. Inilah awal terbentuknya politik luar negeri Indonesia bebas aktif sebagai alat
untuk mencapai tujuan nasional republik Indonesia. Bebas berarti tidak memihak
sedangkan Aktif berarti ikut melaksanakan perdamaian dunia.

B. Bentuk Politik Luar Negeri Indonesia

Secara garis besar, ada dua bentuk dominan politik luar negeri Indonesia yaitu :
kooperatif (diplomasi) dan Militer sebagai pertahanan diri. Bentuk dari politik luar
negeri Indonesia tersebut dapat dijelaskan dalam kasus Irian Barat antara Indonesia
melawan Belanda yang dibantu Australia.Australia menginginkan Belanda mengambil
kembali kedaulatannya atas daerah tersebut dan menawarkan bantuan ekonomi,
administrasi, dan pertahanan sehingga Belanda tidak menyerah pada tuntutan
Indonesia.7

Dalam prosesnya hubungan luar negeri Indonesia tidak selalu berjalan mulus.
Setelah pergantian kekuasaan di Australia ke tangan Menzies, kerjasama dengan
Australia mengalami kemunduran. Australia mengklaim Irian Barat sebagai bagian dari
Australia dengan asumsi kemiripan etnik dengan suku Aborigin. Teritori atau kawasan
sebagai variabel nasional merupakan bagian dari kedaulatan nasional. Jika mendapat
ancaman pada bagian tersebut maka setiap negara termasuk Indonesia tidak akan tinggal
diam. Indonesia-pun mengambil keputusan untuk politik luar negeri yang ofensif dalam
masalah Irian Barat, di mana kesatuan-kesatuan militer diturunkan untuk menguasai
Irian Barat. Namunsecara pintar perjuangan diplomasi juga dilakukan oleh Soekarno
untuk mendapatkan dukungan dari negara dunia ketiga.

Pemantauan internasional PBB merupakan cerminan perlunya sinergi semua


pihak dalam melakukan upaya-upaya serius di bidang HAM. Selain mengatasi kendala,
upaya Indonesia untuk memajukan dan melindungi HAM juga menarik apresiasi dari
masyarakat internasional. Indonesia banyak merekomendasikanpenegakkan HAM

7
Richard Chauvel et.al., Indonesia-Australia: Tantangan dan Kesempatan dalam Hubungan Politik
Bilateral, (Jakarta: Granit, 2005) hlm. 62

5
dalam mekanisme pemantauan HAM PBB. Jika dilihat dari perkembangan yang telah
terjadi akibat trauma imperialisme, maka pemajuan HAM dan demokratisasi di
Indonesia bukanlah hal yang mudah. Penerapan tersebut memerlukan waktu, proses,
persiapan, dan implementasi yang panjang, dan harus dilakukan secara berkelanjutan
dan komprehensif oleh semua pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, organisasi
sosial dan politik, LSM, berbagai elemen masyarakat madani dan publik secara umum.

C. Perkembangan Politik Luar Negeri Indonesia

Perkembangan hubungan luar negeri Indonesia dari tahun 1945-sekarang banyak


mengalami pasang-surut keharmonisan. Hal ini dikarenakan kebutuhan nasional yang
terus berubah seiring globalisasi. Oleh karena itu diperlukan kebijakan yang fleksibel
dalam pelaksanaan politik luar negeri indonesia. Berikut adalah data rangkuman sejarah
aktivitas politik luar negeri Indonesia yang diambil dari beberapa sumber literatur,
antara lain:

Orde Lama.
 Politik luar negeri Indonesia saat itu Bebas-Aktif yang dicetuskan oleh
Bung Hatta karena Indonesia tidak memihak kepada blok barat maupun
blok timur. Indonesia berhak mencapai kepentingan sendiri yang
independen.
 Politik Soekarno, Mercusuar (indonesia menjalin hubungan Jakarta-
phnompehn-peking-pyongyang). Dalam pelaksanaannya, Soekarno lebih
condong ke timur karena mengikitu gerakan-gerakan pemberontak.
Sikap Soekarno saat itu Nasionalis dan revolusioner dilihat atas
tindakannya dalam konfrontasi terhadap Malaysia.
 Landasan politik luar negeri Soekarno yaitu menolak neoimperialisme
dan neokolonialisme.
 Tujuan polugri Soekarno-Hatta adalah demi kesejahteraan rakyat
Indonesia.

6
 Sikap pemerintah terhadap polugri bebas aktif : Indonesia harus menjadi
subjek dalam menentukan sikap sendiri serta berhak memperjuangkan
tujuan yang sebenarnya.
 Soekarno mencetuskan “Go to hell with your aid” untuk menolak
bantuan dari blok Barat yang meminta ikatan politik tertentu.8

Orde Baru.

 Memperbaiki hubungan dengan negara blok Barat.9


 Mengoreksi bentuk-bentuk penyelewengan politik luar negeri Indonesia
pada masa Orde Lama. Indonesia harus kembali ke politik luar negeri
yang bebas dan aktif serta tidak memencilkan diri.
 Menghentikan politik konfrontasi dengan Malaysia setelah
ditandatanganinya persetujuan untuk menormalisasi hubungan bilateral
Indonesia-Malaysia pada tanggal 11 Agustus 1966. Selanjutnya sejak 31
Agustus 1967 kedua pemerintah telah membuka hubungan diplomatik
pada tingkat Kedutaan Besar.
 Indonesia kembali menjadi anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
pada tanggal 28 September 1966 setelah meniggalkan PBB sejak 1
Januari 1965. Sebab selama menjadi anggota badan dunia, yakni sejak
1950-1964, Indonesia telah menarik banyak manfaatnya.

Reformasi (1998-Sekarang)

 Menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila serta perinsip dasar politik luar


negeri bebas aktif.
 Tetap menerapkan politik luar negeri yang bebas dan aktif.
 Republik Indonesia juga dipercaya dunia untuk duduk sebagai anggota
Dewan Hak Asasi Manusia (HAM) PBB yang bermarkas di Jenewa

8
G. Wuryandari, Politik Luar Negeri Indonesia Di Tengah Pusaran Politik Domestik, Pustaka Pelajar dan
P2P-LIPI, Jakarta, 2008, hlm. 92-95
9
H. Soebadio, HUBUNGAN INDONESIA-AMERIKA: Dasawarsa II Tahun 1955-1965, Pramita Press,
Banten, 2005, hlm.. 146-148

7
 Indonesia berani mengambilsikap sebagai satu-satunya negara anggota
tidak tetap DK PBB yang bersikap abstain ketika semua negara lainnya
memberikan dukungan untuk memberi sanksi pada Iran.
 Banyaknya tindak korupsi, Kolusi dan nepotisme di dalam negeri
membuat Indonesia mengalami krisis sehingga terlilit hutang luar negeri.
 Indonesia bekerjasama dengan negera-negara di dunia terutama negara
Amerika Serikat dalam memerangi tindak terorisme
 Sidang Umum MPR 1999 kembali mempertegas politik luar negeri
Indonesia.Dalam Ketetapan MPR No. IV/MPR/1999 tentang GBHN,
Bab IV Arah Kebijakan, huruf C angka 2 tentang Hubungan Luar Negeri.
Perumusannya:

1) Menegaskan arah politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif dan
berorientasi pada kepentingan nasional, menitik beratkan pada solidaritas
antar negara berkembang, mendukung perjuangan kemerdekaan bangsa-
bangsa, menolak penjajahan dalam segala bentuk, serta meningkatkan
kemandirian bangsa dan kerjasama internasional bagi kesejahteraan rakyat.

2) Dalam melakukan perjanjian dan kerjasama internasional yang


menyangkut kepentingan dan hajat hidup rakyat banyak harus dengan
persetujuan lembaga perwakilan rakyat.

3) Meningkatkan kualitas dan kinerja aparatur luar negeri agar mampu


melakukan diplomasi pro-aktif dalam segala bidang untuk membangun citra
positif Indonesia di dunia internasional, memberikan perlindungan dan
pembelaan terhadap warga negara dan kepentingan Indonesia, serta
memanfaatkan setiap peluang positif bagi kepentingan nasional.

4) Meningkatkan kualitas diplomasi guna mempercepat pemulihan ekonomi


dan pembangunan nasional, melalui kerjasama ekonomi regional maupun
internasional dalam rangka stabilitas, kerjasama dan pembangunan kawasan.

5) Meningkatkan kesiapan Indonesia dalam segala bidang untuk


menghadapi perdagangan bebas, terutama dalam menyongsong
pemberlakuan AFTA, APEC dan WTO.

8
6) Memperluas perjanjian ekstradisi dengan negara-negara sahabat serta
memperlancar prosedur diplomatik dalam upaya melaksanakan ekstradisi
bagian penyelesaian perkara pidana.

7) Meningkatkan kerjasama dalam segala bidang dengan negara tetangga


yang berbatasan langsung dan kerjasama kawasan ASEAN untuk
memelihara stabilitas, pembangunan dan kesejahteraan.10

10
Ketetapan MPR No. IV/MPR/1999 tentang GBHN, Bab IV Arah Kebijakan, huruf C angka 2 tentang
Hubungan Luar Negeri.

9
BAB III
KESIMPULAN

Perjalanan politik luar negeri Indonesia telah mengalami perkembangan sejak


pasca kemerdekaan hingga sekarang. Politik luar negeri yg dijalankan Indonesia adalah
politik bebas aktif. Dimana politik bebas aktif ini bukan sebuah retorika kosong
mengenai kemandirian dan kemerdekaan, akan tetapi dilandasi dari pemikiran rasional
dan bahkan kesadaran penuh akan prinsip-prinsip realisme dalam menghadapi dinamika
politik internasional.

Politik bebas aktif menjadikan bangsa Indonesia menjadi bangsa yang tegas dan
jelas dalam memaparkan apa yang menjadi kepentingan nasionalnya. Memang dari
perkembangannya politik luar mengalami pasang surut, hal tersebut merupakan bagian
dari dinamika politik luar negeri Indonesia. Faktor letak dan potensi geografi yang
dimiliki Indonesia menjadikan Indonesia mandiri dalam mempertahankan independensi
nasional dengan mendayaguna secara bijak,tepat guna sumber daya alam tersebut demi
pembangunan masyarakat dan menjadikan Indonesia mandiri. Dalam rangka
menjadikan Indonesia mandiri, tidak bergantung terhadap bantuan negara lain. Politik
luar negeri bebas aktif Indonesia menitik beratkan pada soladaritas, mendukung
terciptanya perdamaian, menolak penjajahan dalam bentuk apapun memperlihatkan
kemandirian bangsa dan terjalinnya kerjasama internasional bagi kesejahteraan rakyat.

Dalam pelaksanaan politik luar negeri diawali oleh penetapan kebijakan dan
keputusan denan pertimbangan yang menjurus terhadap kepentingan nasional karena
keputusan serta penetapan politik luar negeri akan membawa dampak terhadap
kelangsungan dari dinamika tata kehidupan indonesia. Politik bebas aktif yang
dirancang oleh bung hatta sebagai penyelamat dan penuntun bangsa Indonesia dalam
mencapai kepentingan nasionalnya. Kebutuhan nasional yang berubah-ubah seiring
dengan perkembangan yang menuntut adanya kemajuan maka diperlukan kebijakan
yang fleksibel dalam pelaksanaan politik luar negeri Indonesia.

10
Daftar Pustaka

Pustaka Literatur

Chauvel, Richard dkk. Indonesia-Australia: Tantangan dan kesempatan dalam


Hubungan Politik Bilateral. Jakarta: Granit. 2005.

Crabb Jr., Cecil V. American Foreign Policy in the Nuclear Age,Edisi ketiga. New
York. 1792.

Hamid, Zulkifli. Sistem Politik Australia. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. 1999.

Hilla, Ali E. Dessouki and Baghat Korany. A Literature Survey and a Framework for
Analysis dalam The Foreign Policies of Arab States. Bouleder. Westview Press. 1991.

Rosenau,James N. Scientific Study of Foreign Policy, edisi terjemahan. 1973.

Soebadio, Hadi. HUBUNGAN INDONESIA-AMERIKA: Dasawarsa II Tahun 1955-


1965, Pramita Press, Banten, 2005.

Wuryandari, Ganewati, Politik Luar Negeri Indonesia Di Tengah Pusaran Politik


Domestik, Pustaka Pelajar dan P2P-LIPI, Jakarta, 2008.

Dokumen Negara

Ketetapan MPR No. IV/MPR/1999 tentang GBHN, Bab IV Arah Kebijakan, huruf C
angka 2 tentang Hubungan Luar Negeri.

Lain-lain

Pidato Mohammad Hatta, Mendayung di Antara Dua Karang, Yogyakarta, 1948.

11

You might also like