Professional Documents
Culture Documents
Oleh: Kelompok I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
sama bilateral di bidang ekonomi, perdagangan, investasi, dan pariwisata. Misalnya,
Indonesia belum masuk secara maksimal dalam prioritas hubungan kerja sama dengan
negara-negara Eropa karena produk perdagangan Indonesia dinilai masih belum
memenuhi standar yang ditetapkan.Demikian jugapengaruh dari travel and security
warning dan yang yang mengakibatkan rendahnya arus masuk jumlah wisatawan
mancanegara ke Indonesia.
Berdasarkan sejarah pembentukan politik luar negeri Indonesia, ada dua faktor
dominan yang membuat Founding Fathers menekankan pentingya politik luar negeri
Indonesia yaitu adanya clash dari dua Blok raksasa yaitu Blok Barat dan Blok Timur
dan juga agresi militer Belanda untuk merebut kembali Indonesia. Oleh karena itu,
Founding Fathers membuat politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif.Bebas berarti
tidak memihak blok manapun, yaitu blok barat maupun blok timur. Aktif
berarti ikut menjaga atau memelihara perdamaian dunia. Sehingga terciptanya
pencerminan dari landasan konstitusionil politik luar negeri Indonesia yaitu Pancasila
sebagai identitas bangsa, UUD 1945 terutama pasal 11 dan 13, dan Ketetapan MPR No.
IV/MPR/1973 tentang GBHN.
Bung Hatta menekankan bahwa politik luar negeri Indonesia bukan hanya
bersifat ideologis namun juga logis dengan melihat hubungan-hubungan antara entitas
luar dan internalisasi kebutuhan domestik yang berdampak pada pihak lain. 1 Dalam
pidato tersebut menggambarkan politik luar negeri Indonesia sangat vital sehingga perlu
adanya rasionalitas dengan melakukan perjuangan diplomasi sebagai alternatif dari
penggunaan militer sebagai media untuk mempertahankan kedaulatan nasional dan
mencapai kepentingan nasional.
B. Rumusan Masalah
1
Pidato Mohammad Hatta, Mendayung di Antara Dua Karang, Yogyakarta, 1948.
2
C. Kerangka Konseptual/Teori
1. Teori Elemen Pembentuk Politik Luar Negeri
Ali E. Hilla Dessouki dan Baghat Korany menyatakan bahwa ada tiga
pendekatan politik luar negeri di negara berkembang yaitu Pendekatan psikologis,
Pendekatan negara-negara besar yang dominan, pendekatan reduksionis.4 Politik luar
negeri negara berkembang dalam pendekatan Reduksionis ditentukan oleh proses yang
sama dan perhitungan keputusan yang membentuk politik luar negeri negara-negara
maju. Perbedaan dasarnya adalah kuantifikasinya. Dalam kuantifikasinya, negara
berkembang melaksanakan politik luar negeri dengan skala kecil karena keminiman
sumber dan keterbatasan akan kemampuan.
2
Cecil V. Crabb, Jr., American Foreign Policy in the Nuclear Age, Edisi ketiga, New York, 1792, hlm. 1
3
James N. Rosenau, Scientific Study of Foreign Policy, edisi terjemahan, 1973, halaman 95-150
4
Ali E Hilla Dessouki and Baghat Korany, A Literature Survey and a Framework for Analysis dalam The
Foreign Policies of Arab States, Bouleder, Westview Press, 1991, hal. 8.
3
BAB II
PEMBAHASAN
Indonesia harus menyesuaikan diri pada konstelasi global yang telah berubah
dan yang sedang terus berubah. Pasca kemerdekaan tahun 1945 Indonesia tidak luput
dari masalah domestik dan masalah eksternal misalnya dengan Belanda. Ekonomi
negara belum mencukupi untuk melakukan perlawanan militer secara terbuka dan terus-
menerus melawan Belanda.
Bung Hatta sebagai salah satu Founding Fathers menanggapi hal tersebut dalam
pidatonya di hadapan Badan Pekerja Komite Nasional Pusat di Yogyakarta pada 1948.
Beliau berpendapat bahwa tidak hanya harus dilawan dengan metode peperangan yang
memakai media fisik tetapi perlu adanya perjuangan diplomasi. 5 Hal tersebut ternyata
secara riil memberikan dampak positif dimana usaha-usaha Pemerintah Belanda untuk
mengambil kendali kolonialisasi di Indonesia tahun 1945 dan 1949 mendapatkan
halangan oleh Serikat Buruh dan oleh Pemerintah Australia yang waktu itu dikuasai
Partai Buruh. Kapal-kapal Belanda tidak diberi bahan bakar, dan para pekerja pelabuhan
tidak mau menaikkan muatan bahan persediaan ke atas kapal Belanda.
Secara diplomatis, tercatat bahwa Australia yang ketika itu menjabat sebagai
Dewan Keamanan PBB mengecam aksi militer Belanda pada 20 Juli 1947. 6 Instrumen
dalam hubungan internasional berupa diplomasi yang diusung Bung Hatta nampaknya
banyak memberi keuntungan bagi Indonesia pada saat itu.
Kendala eksternal yang dialami Indonesia tidak hanya berasal dari Belanda.
Kekacauan akibat pertikaian dua Blok yaitu Barat dan Timur membuat Indonesia perlu
mengambil tindakan. Demi mencapai tujuan bangsa indonesia yang berdasarkan
landasan konstitusionalnya yaitu Pancasila dan UUD 1945, Indonesia perlu
melaksanakan ketertiban dunia dengan mengedepankan perdamaian. Jika melihat
5
Pidato Mohammad Hatta, Mendayung di Antara Dua Karang, Yogyakarta, 1948.
6
Zulkifli Hamid, Sistem Politik Australia (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 1999), hlm. 420
4
fondasi tersebut maka The Initiative Fivepada saat itu membentuk Gerakan Non Blok
dimana Bung Karno merepresentasikan Indonesia akan ikut menyukseskan gerakan
tersebut. Inilah awal terbentuknya politik luar negeri Indonesia bebas aktif sebagai alat
untuk mencapai tujuan nasional republik Indonesia. Bebas berarti tidak memihak
sedangkan Aktif berarti ikut melaksanakan perdamaian dunia.
Secara garis besar, ada dua bentuk dominan politik luar negeri Indonesia yaitu :
kooperatif (diplomasi) dan Militer sebagai pertahanan diri. Bentuk dari politik luar
negeri Indonesia tersebut dapat dijelaskan dalam kasus Irian Barat antara Indonesia
melawan Belanda yang dibantu Australia.Australia menginginkan Belanda mengambil
kembali kedaulatannya atas daerah tersebut dan menawarkan bantuan ekonomi,
administrasi, dan pertahanan sehingga Belanda tidak menyerah pada tuntutan
Indonesia.7
Dalam prosesnya hubungan luar negeri Indonesia tidak selalu berjalan mulus.
Setelah pergantian kekuasaan di Australia ke tangan Menzies, kerjasama dengan
Australia mengalami kemunduran. Australia mengklaim Irian Barat sebagai bagian dari
Australia dengan asumsi kemiripan etnik dengan suku Aborigin. Teritori atau kawasan
sebagai variabel nasional merupakan bagian dari kedaulatan nasional. Jika mendapat
ancaman pada bagian tersebut maka setiap negara termasuk Indonesia tidak akan tinggal
diam. Indonesia-pun mengambil keputusan untuk politik luar negeri yang ofensif dalam
masalah Irian Barat, di mana kesatuan-kesatuan militer diturunkan untuk menguasai
Irian Barat. Namunsecara pintar perjuangan diplomasi juga dilakukan oleh Soekarno
untuk mendapatkan dukungan dari negara dunia ketiga.
7
Richard Chauvel et.al., Indonesia-Australia: Tantangan dan Kesempatan dalam Hubungan Politik
Bilateral, (Jakarta: Granit, 2005) hlm. 62
5
dalam mekanisme pemantauan HAM PBB. Jika dilihat dari perkembangan yang telah
terjadi akibat trauma imperialisme, maka pemajuan HAM dan demokratisasi di
Indonesia bukanlah hal yang mudah. Penerapan tersebut memerlukan waktu, proses,
persiapan, dan implementasi yang panjang, dan harus dilakukan secara berkelanjutan
dan komprehensif oleh semua pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, organisasi
sosial dan politik, LSM, berbagai elemen masyarakat madani dan publik secara umum.
Orde Lama.
Politik luar negeri Indonesia saat itu Bebas-Aktif yang dicetuskan oleh
Bung Hatta karena Indonesia tidak memihak kepada blok barat maupun
blok timur. Indonesia berhak mencapai kepentingan sendiri yang
independen.
Politik Soekarno, Mercusuar (indonesia menjalin hubungan Jakarta-
phnompehn-peking-pyongyang). Dalam pelaksanaannya, Soekarno lebih
condong ke timur karena mengikitu gerakan-gerakan pemberontak.
Sikap Soekarno saat itu Nasionalis dan revolusioner dilihat atas
tindakannya dalam konfrontasi terhadap Malaysia.
Landasan politik luar negeri Soekarno yaitu menolak neoimperialisme
dan neokolonialisme.
Tujuan polugri Soekarno-Hatta adalah demi kesejahteraan rakyat
Indonesia.
6
Sikap pemerintah terhadap polugri bebas aktif : Indonesia harus menjadi
subjek dalam menentukan sikap sendiri serta berhak memperjuangkan
tujuan yang sebenarnya.
Soekarno mencetuskan “Go to hell with your aid” untuk menolak
bantuan dari blok Barat yang meminta ikatan politik tertentu.8
Orde Baru.
Reformasi (1998-Sekarang)
8
G. Wuryandari, Politik Luar Negeri Indonesia Di Tengah Pusaran Politik Domestik, Pustaka Pelajar dan
P2P-LIPI, Jakarta, 2008, hlm. 92-95
9
H. Soebadio, HUBUNGAN INDONESIA-AMERIKA: Dasawarsa II Tahun 1955-1965, Pramita Press,
Banten, 2005, hlm.. 146-148
7
Indonesia berani mengambilsikap sebagai satu-satunya negara anggota
tidak tetap DK PBB yang bersikap abstain ketika semua negara lainnya
memberikan dukungan untuk memberi sanksi pada Iran.
Banyaknya tindak korupsi, Kolusi dan nepotisme di dalam negeri
membuat Indonesia mengalami krisis sehingga terlilit hutang luar negeri.
Indonesia bekerjasama dengan negera-negara di dunia terutama negara
Amerika Serikat dalam memerangi tindak terorisme
Sidang Umum MPR 1999 kembali mempertegas politik luar negeri
Indonesia.Dalam Ketetapan MPR No. IV/MPR/1999 tentang GBHN,
Bab IV Arah Kebijakan, huruf C angka 2 tentang Hubungan Luar Negeri.
Perumusannya:
1) Menegaskan arah politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif dan
berorientasi pada kepentingan nasional, menitik beratkan pada solidaritas
antar negara berkembang, mendukung perjuangan kemerdekaan bangsa-
bangsa, menolak penjajahan dalam segala bentuk, serta meningkatkan
kemandirian bangsa dan kerjasama internasional bagi kesejahteraan rakyat.
8
6) Memperluas perjanjian ekstradisi dengan negara-negara sahabat serta
memperlancar prosedur diplomatik dalam upaya melaksanakan ekstradisi
bagian penyelesaian perkara pidana.
10
Ketetapan MPR No. IV/MPR/1999 tentang GBHN, Bab IV Arah Kebijakan, huruf C angka 2 tentang
Hubungan Luar Negeri.
9
BAB III
KESIMPULAN
Politik bebas aktif menjadikan bangsa Indonesia menjadi bangsa yang tegas dan
jelas dalam memaparkan apa yang menjadi kepentingan nasionalnya. Memang dari
perkembangannya politik luar mengalami pasang surut, hal tersebut merupakan bagian
dari dinamika politik luar negeri Indonesia. Faktor letak dan potensi geografi yang
dimiliki Indonesia menjadikan Indonesia mandiri dalam mempertahankan independensi
nasional dengan mendayaguna secara bijak,tepat guna sumber daya alam tersebut demi
pembangunan masyarakat dan menjadikan Indonesia mandiri. Dalam rangka
menjadikan Indonesia mandiri, tidak bergantung terhadap bantuan negara lain. Politik
luar negeri bebas aktif Indonesia menitik beratkan pada soladaritas, mendukung
terciptanya perdamaian, menolak penjajahan dalam bentuk apapun memperlihatkan
kemandirian bangsa dan terjalinnya kerjasama internasional bagi kesejahteraan rakyat.
Dalam pelaksanaan politik luar negeri diawali oleh penetapan kebijakan dan
keputusan denan pertimbangan yang menjurus terhadap kepentingan nasional karena
keputusan serta penetapan politik luar negeri akan membawa dampak terhadap
kelangsungan dari dinamika tata kehidupan indonesia. Politik bebas aktif yang
dirancang oleh bung hatta sebagai penyelamat dan penuntun bangsa Indonesia dalam
mencapai kepentingan nasionalnya. Kebutuhan nasional yang berubah-ubah seiring
dengan perkembangan yang menuntut adanya kemajuan maka diperlukan kebijakan
yang fleksibel dalam pelaksanaan politik luar negeri Indonesia.
10
Daftar Pustaka
Pustaka Literatur
Crabb Jr., Cecil V. American Foreign Policy in the Nuclear Age,Edisi ketiga. New
York. 1792.
Hilla, Ali E. Dessouki and Baghat Korany. A Literature Survey and a Framework for
Analysis dalam The Foreign Policies of Arab States. Bouleder. Westview Press. 1991.
Dokumen Negara
Ketetapan MPR No. IV/MPR/1999 tentang GBHN, Bab IV Arah Kebijakan, huruf C
angka 2 tentang Hubungan Luar Negeri.
Lain-lain
11