Professional Documents
Culture Documents
BAB II
HAMA TANAMAN
Untuk mengenal berbagai jenis binatang yang dapat berperan sebagai hama , maka
sebagai langkah awal dalam kuliah dasar-dasar Perlintan akan dipelajari bentuk atau
morfologi, khususnya morfologi luar (external morphology) binatang penyebab hama .
Namun demikian, tidak semua sifat morfologi tersebut akan dipelajari dan yang dipelajari
hanya terbatas pada morfologi “penciri” dari masing-masing golongan. Hal ini bertujuan
untuk mempermudah dalam melakukan identifikasi atau mengenali jenis-jenis hama yang
dijumpai di lapangan.
Dunia binatang ( Animal Kingdom ) terbagi menjadi beberapa golongan besar yang
masing-masing disebut Filum. Dari masing-masing filum tersebut dapat dibedakan lagi
menjadi golongan-golongan yang lebih kecil yang disebut Klas. Dari Klas ini kemudian
digolongkan lagi menjadi Ordo (Bangsa) kemudian Famili (suku), Genus (Marga) dan
Spesies (jenis).
Beberapa filum yang anggotanya diketahui berpotensi sebagai hama tanaman adalah
Aschelminthes (nematoda), Mollusca (siput), Chordata (binatang bertulang belakang),
dan Arthropoda (serangga, tunggau, dan lain-lain). Dalam uraian berikut akan
dibicarakan secara singkat tentang sifat-sifat morfologi luar anggota filum tersebut.
FILUM ASCHELMINTHES
Anggota filum Aschelminthes yang banyak dikenal berperan sebagai hama tanaman
(bersifat parasit) adalah anggota klas Nematoda. Namun, tidak semua anggota klas
Nematoda bertindak sebagai hama , sebab ada di antaranya yang berperan sebagai
nematoda saprofag serta sebagai nematoda predator (pemangsa), yang disebut terakhir ini
tidak akan dibicarakan dalam uraian-uraian selanjutnya.
Secara umum ciri-ciri anggota klas Nematoda tersebut antara lain adalah :
Tubuh tidak bersegmen (tidak beruas)
Bilateral simetris (setungkup) dan tidak memiliki alat gerak
Tubuh terbungkus oleh kutikula dan bersifat transparan.
Ditinjau dari susunannya, maka bentuk stylet dapat dibedakan menjadi dua tipe, yaitu tipe
stomatostylet dan odonostylet . Tipe stomatostylet tersusun atas bagian-bagian conus
(ujung), silindris (bagian tengah) dan knop stylet (bagian pangkal). Tipe stylet ini
dijumpai pada nematoda parasit dari ordo Tylenchida.
Tipe odonostylet dijumpai pada nematoda parasit dari ordo Dorylaimida, yang
styletnya tersusun atas conus dan silindris saja. Beberapa contoh dari nematoda
parasit ini antara lain adalah :
Meloidogyne sp. yang juga dikenal sebagai nematoda “puru akar” pada tanaman
tomat, lombok, tembakau dan lain-lain.
Hirrschmanieella oryzae (vBrdH) pada akar tanaman padi sawah.
Pratylenchus coffae (Zimm) pada akar tanaman kopi.
FILUM MOLLUSCA
Dari filum Mollusca ini yang anggotanya berperan sebagai hama adalah dari klas
Gastropoda yang salah satu jenisnya adalah Achatina fulica Bowd atau bekicot,
Pomacea ensularis canaliculata (keong emas). Binatang tersebut memiliki tubuh
yang lunak dan dilindungi oleh cangkok (shell) yang keras. Pada bagian anterior
dijumpai dua pasang antene yang masing-masing ujungnya terdapat mata. Pada
ujung anterior sebelah bawah terdapat alat mulut yang dilengkapi dengan gigi
parut (radula). Lubang genetalia terdapat pada bagian samping sebelah kanan,
sedang anus dan lubang pernafasan terdapat di bagian tepi mantel tubuh dekat
dengan cangkok/shell.
FILUM CHORDATA
Anggota Filum Chordata yang umum dijumpai sebagai hama tanaman adalah dari
klas Mammalia (Binatang menyusui). Namun, tidak semua binatang anggota klas
Mammalia bertindak sebagai hama melainkan hanya beberapa jenis (spesies) saja
yang benar-benar merupakan hama tanaman. Jenis-jenis tersebut antara lain
bangsa kera (Primates), babi (Ungulata), beruang (Carnivora), musang (Carnivora)
serta bangsa binatang pengerat (ordo rodentina). Anggota ordo Rodentina ini
memiliki peranan penting sebagai perusak tanaman, sehingga secara khusus perlu
dibicarakan tersendiri, yang meliputi keluarga bajing dan tikus.
FILUM ARTHOPODA
Merupakan filum terbesar di antara filum-filum yang lain karena lebih dari 75 %
dari binatang-binatanag yang telah dikenal merupakan anggota dari filum ini.
Karena itu, sebagian besar dari jenis-jenis hama tanaman juga termasuk dalam
filum Arthropoda. Anggota dari filum Arthropoda yang mempunyai peranan
penting sebagai hama tanaman adalah klas Arachnida (tunggau) dan klas Insecta
atau Hexapoda (serangga).
Klas Arachnida
Tanda-tanda morfologi yang khas dari anggota klas Arachnida ini adalah :
Tubuh terbagi atas dua daerah (region), yaitu cephalothorax (gabungan caput dan
thorax) dan abdomen.
Tidak memiliki antene dan mata facet.
Kaki empat pasang dan beruas-ruas.
Dalam klas Arachnida ini, yang anggotanya banyak berperan sebagai hama adalah
dari ordo Acarina atau juga sering disebut mites (tunggau). Morfologi dari mites ini
antara lain, segmentasi tubuh tidak jelas dan dilengkapi dengan bulu-bulu (rambut)
yang kaku dan cephhalothorax dijumpai adanya empat pasang kaki. Alat mulut
tipe penusuk dan pengisap yang memiliki bagian-bagian satu pasang chelicerae
(masing-masing terdidi dari tiga segmen) dan satu pasang pedipaalpus . Chelicerae
tersebut membentuk alat seperti jarum sebagai penusuk. Beberapa jenis hama dari
ordo Acarina antara lain adalah :
Tetranychus cinnabarinus Doisd. atau hama tunggau merah/jingga pada daun
ketela pohon.
Brevipalpus obovatus Donn. (tunggau daun teh).
Tenuipalpus orchidarum Parf. (tunggau merah pada anggrek).
Klas Insekta (Hexapoda/serangga)
Anggota beberapa ordo dari klas Insekta dikenal sebagai penyebab hama tanaman,
namun ada beberapa yang bertindak sebagai musuh alami hama (parasitoid dan
predator) serta sebagai serangga penyerbuk. Secara umum morfologi anggota klas
Insekta ini adalah :
Tubuh terdiri atas ruas-ruas (segmen) dan terbagi dalam tiga daerah, yaitu caput,
thorax dan abdomen.
Kaki tiga pasang, pada thorax.
Antene satu pasang.
Biasanya bersayap dua pasang, namun ada yang hanya sepasang atau bahkan
tidak bersayap sama sekali.
Tipe larva
Polipoda , tipe larva ini memiliki ciri antara lain tubuh berbentuk silindris, kepala
berkembang baik serta dilengkapi dengan kaki abdominal dan kaki thorakal. Tipe
larva ini dijumpai pada larva ngengat/kupu (Lepidoptera)
Oligopoda , tipe larva ini dapat dikelompokkan menjadi : Campodeiform dan
Scarabaeiform,
Apodus (Apodous) , tipe larva ini memiliki badan yang memanjang dan tidak
memiliki kaki. Kepala ada yang berkembang baik ada yang tidak. Tipe larva ini
dijumpai pada anggota ordo Diptera dan familia Curculionidae (Coleoptera).
Tipe pupa
Perbedaan bentuk pupa didasarkan pada kedudukan alat tambahan ( appendages ),
seperti calon sayap, calon kaki, antene dan lainnya. Tipe pupa dikelompokkan
menjadi tiga tipe :
Tipe obtecta , yakni pupa yang memiliki alat tambahan (calon) melekat pada tubuh
pupa. Kadang-kadang pupa terbungkus cocon yang dibentuk dari liur dan bulu
dari larva.
Tipe eksarat , yakni pupa yang memiliki alat tambahan bebas (tidak melekat pada
tubuh pupa ) dan tidak terbungkus oleh cocon.
Tipe coartacta , yakni pupa yang mirip dengan tipe eksarat, tetapi eksuviar tidak
mengelupas (membungkus tubuh pupa). Eksuviae mengeras dan membentuk
rongga untuk membungkus tubuh pupa dan disebut puparium .
Tipe pupa obtecta dijumpai pada anggota ordo Lepidoptera, pupa eksarat pada
ordo Hymenoptera dan Coleoptera, sedang pupa coartacta pada ordo Diptera.
BAB III
PENYAKIT TANAMAN II.1 DEFINISI ATAU ISTILAH
Tanaman yang merupakan tumbuhan yang diusahakan dan diambil manfaatnya, dapat
ditinjau dari dua sudut (pandangan) :
1. Sudut BIOLOGI yang berarti organisme yang melakukan kegiatan fisiologis seperti
tumbuh, berpihak dan lain-lain.
2. Sudut EKONOMI yang berarti penghasil bahan yang berguna bagi manusia seperti
buah, biji, bunga, daun, batang dan lain-lain.
Sedang penyakit sendiri sebenarnya berarti proses di mana bagian-bagian tertentu dari
tanaman tidak dapat menjalankan fungsinya dengan sebaik-baiknya. Patogen atau
penyebab penyakit dapat berupa organisme, yang tergolong dalam dunia tumbuhan, dan
bukan organisme yang biasa disebut fisiophat. Sedangkan organisme dapat dibedakan
menjadi : parasit dan saprofit.
Sumber inokulum atau sumber penular adalah tempat dari mana inokulum atau penular
itu berasal dan sesuai dengan urutan penularannya dibedakan menjadi sumber penular
primer, sumber penular sekunder, sumber penular tertier dan seterusnya. Selama
perkembangan penyakit dapat kita kenal beberapa peristiwa yaitu :
1. Inokulasi adalah jatuhnya inokulum pada tanaman inangnya.
2. Penetrasi dalah masuknya patogen ke dalam jaringan tanaman inangnya.
3. Infeksi adalah interaksi antara patogen dengan tanaman inangnya.
4. Invasi adalah perkembangan patogen di dalam jaringan tanaman inang.
Akibatnya adanya infeksi dan invasi akan timbul gejala, yang kadang-kadang
merupakan rangkaian yang disebut syndrom . Pada gejala itu sering kita jumpai
adanya tanda, misalnya tubuh buah atau konidi. Sehubungan dengan peristiwa-
peristiwa di atas terjadilah :
Periode (masa) inkubasi yaitu waktu antara permulaan infeksi dengan timbulnya
gejala yang pertama. Namun demikian di dalam praktek sering dihitung mulai dari
inokulasi sampai terbentuknya sporulasi pada gejala pertama tersebut hingga
waktunya menjadi jauh lebih panjang.
Periode (masa) infeksi adalah waktu antara permulaan infeksi sampai reaksi
tanaman yang terakhir, untuk inipun biasanya dihitung mulai saat inokulasi.
Siklus atau daur penyakit adalah rangkaian kejadian selama perkembangan
penyakit. Di samping itu ada yang disebut siklus hidup patogen yaitu
perkembangan patogen dari suatu stadium kembali ke stadium yang sama. Siklus
ini biasanya dapat dibedakan menjadi :
1. Stadium Patogenesis adalah stadium patogen di mana berhubungan dengan
jaringan hidup tanaman inangnya.
2. Stadium Saprogenesis adalah stadium patogen di mana tidak berhubungan
dengan jaringan hidup tanaman inangnya.
Berdasarkan kondisi sel yang dipakai sebagai sumber makanannya maka parasit
atau patogen dapat dibedakan menjadi :
1. Patofit apabila parasit itu mengisap makanan dari sel inang yang masih hidup.
2. Pertofit apabila parasit itu mengisap makanan dari sel inang yang dibunuhnya
lebih dahulu.
Faktor yang mempengaruhi dapat tidaknya tanaman diserang oleh patogen, dapat
dibedakan menjadi dua macam yaitu :
1. Predisposisi apabila faktor yang menyebabkan kenaikan kerentanan atau
penurunan ketahanan itu berupa faktor luar seperti suhu, kelembaban dan lain-
lain.
2. Disposisi apabila faktor yang menyebabkan kenaikkan kerentanan itu berasal
dari dalam artinya bersifat genetis atau bawaan.
Tanggapan tanaman inang terhadap patogen dapat merupakan sifat dari tanaman
inang tersebut dan dapat dibedakan menjadi :
1. Tahan apabila dalam keadaan biasa tanaman tersebut tidak dapat diserang oleh
patogen.
2. Rentan apabila dalam keadaan biasa tanaman tersebut dapat diserang oleh
patogen, jadi merupakan lawan dari tahan.
3. Toleran apabila dalam keadaan biasa dapat menyesuaikan diri dengan patogen
yang berada dalam jaringan tubuhnya sehingga tidak mempengaruhi kemampuan
produksinya.
Bentuk yang ekstrem dari ketahanan tersebut disebut Kekebalan sedang bentuk
ekstrem dari toleran disebut Inapparency , artinya dalam keadaan yang
bagaimanapun juga tetap memiliki sifat tersebut.
II.2
Pada tahun seribuan di Eropa timbul penyakit pada manusia yang banyak menyebabkan
kematian. Penyakit itu disebut Ergotisme. Penyakit ini ternyata disebabkan karena
penderita memakan roti yang terbuat dari tepung rogge atau rye ( Secale coreale ), yang
terserang oleh jamur Clavicopes purpurea . Jamur ini menghasilkan racun pada tepung
yang tidak rusak meskipun sudah dimasak menjadi roti, hingga masih tetap menyebabkan
kematian bagi manusia yang memakannya.
Pada tahun 1845 timbul penyakit pada kentang yang disebut bercak daun (late blight)
yang disebabkan oleh jamur Phytophtora infestans di Eropa dan Amerika. Penyakit ini di
Irlandia selama tahun 1845-1860 menyebabkan bahaya kelaparan dan kematian sebanyak
satu juta penduduk yang meliputi 1/8 dari seluruh jumlah penduduk negara tersebut
sedang yang 1,5 juta terpaksa mengadakan emigrasi ke negara lain.
Pada tahun 1880 timbul penyakit pada kopi yang disebut penyakit karat daun disebabkan
oleh jamur Homileia vastatrix . Jamur ini memusnahkan kopi jenis Arabica yang juga
dikenal sebagai kopi Jawa. Untuk mengatasi penyakit ini perkebunan kopi di Philipina
diganti menjadi kebun kelapa sedang di Srilangka diganti menjadi perkebunan teh. Di
Indonesia perkebunan kopi tetap dipertahankan, sebagai ganti jenis Arabica mula-mula
ditanam kopi Liberica, tetapi jenis ini hancur juga lalu diganti dengan jenis Robusta.
Jenis yang terakhir ini meskipun mutu bijinya lebih rendah tapi produksinya lebih tinggi
sehingga nilai ekonominya hampir sama saja. Sekarang ini jenis kopi Arabica hanya
terdapat di daerah yang tinggi saja seperti di Ijen dan Toraja. Sekarang dicoba menanam
hibrida antara kopi Arabica dengan Robusta untuk menaikkan mutu biji dan
mempertahankan produksi, yang disebut kopi jenis Arabusta. Tetapi usaha ini banyak
mengalami kesukaran.
Pada permulaan abad 19 timbul penyakit pada tebu yang disebut penyakit sereh oleh
virus Nanus sachori . Sebelum dapat diketahui dengan pasti patogen ini sempat menjadi
teka-teki antara penyakit fisiologis dan penyakit parasiter. Penyakit ini pertama-tama
diatasi dengan menanam bibit yang berasal dari pegunungan yang dikenal dengan tebu
import. Tetapi cara ini banyak mengalami kesukaran hingga perkebunan tebu hampir saja
gulung tikar. Untuk mengatasi bahaya yang gawat ini pemerintah mendirikan tiga kali
balai penelitian tebu, yang akhirnya balai penelitian yang ada di Pasuruan menemukan
jenis tanah yang terkenal dengan nama POJ (Proefstation Ost Java). POJ ini merupakan
hasil persilangan antara tebu ( Sacharum offisinarum ) dengan glagah ( Sacharum
spontaneum ). Hibrida inilah yang menyelamatkan perkebunan tebu itu.
Pada tahun 1850-an timbul penyakit pada padi yang disebut penyakit mentek yang
penyebabnya belum diketahui dengan pasti. Penyakit ini menyerang ribuan hektar sawah
dan menimbulkan kerugian ribuan ton, tetapi akhirnya ditemukan jenis yang tahan.
Penyakit tersebut sekarang diduga sama dengan penyakit tungro yang disebabkan oleh
virus.
Pada abad terakhir ini timbul penyakit CVPD (Citrus Vein Phloem Degeneration) yang
disebabkan oleh makhluk semacam bakteri. Penyakit ini sangat merugikan karena selain
memperkecil ukuran buah jeruk juga mengurangi jumlahnya, bahkan akhirnya dapat
mematikan tanaman jeruk. Penyakit ini belum dapat diatasi dengan cara apapun. Salah
satu usaha untuk memperpanjang umur ekonomi adalah dengan cara infus menggunakan
antibiotika Oxy tetracicline, sebab cara eradikasi tidak dapat dilaksanakan di Indonesia
ini.
Beberapa tahun terakhir ini timbul penyakit cacar daun cengkeh (CDC) yang disebabkan
oleh jamur Phylosticta sp. Di Lampung meskipun baru beberapa tahun boleh dikata
hampir memusnahkan perkebunan cengkeh di sana . Dalam tahun 1982/1983 saja di
propinsi tersebut menghabiskan biaya pengendalian sebesar 9 milyar rupiah. Penyakit ini
sudah terdapat di propinsi-propinsi yang lain seperti Jawa Barat, Jawa Tengah dan lain-
lain.
Gejala dapat setempat (lesional)atau meluas (habital, sistemik). Gejala dapat dibedakan
yaitu gejala primer dan sekunder. Gejala primer terjadi pada bagian yang terserang oleh
penyebab penyakit. Gejala sekunder adalah gejala yang terjadi di tempat lain dari
tanaman sebagai akibat dari kerusakan pada bagian yang menunjukkan gejala primer.
Berdasarkan perubahan-perubahan yang terjadi di dalam sel, gejala dapat dibagi menjadi
tiga tipe pokok yaitu :
a. Gejala-gejala Nekrotis : meliputi gejala-gejala yang terjadinya karena adanya
kerusakan pada sel atau matinya sel.
b. Gejala-gejala Hypoplastis : meliputi gejala-gejala yang terjadinya karena
terhambatnya atau terhentinya pertumbuhan sel (underdevelopment).
c. Gejala-gejala Hyperplastis : meliputi gejala-gejala yang terjadinya karena
pertumbuhan sel yang melebihi biasa (overdevelopment).
II.4
PENYEBAB PENYAKIT
Penyebab penyakit (pathogen) tumbuhan dapat dibedakan menjadi dua kelompok besar,
yaitu kelompok biotik atau organis yang biasa disebut parasit dan kelompok abiotik atau
anorganik yang biasa disebut fisiopat. Parasit yang paling penting adalah tumbuhan
tingkat tinggi, jamur, virus dan nematoda, sedang fisiopat ada yang berasal dari dalam
tumbuhan sendiri dan ada yang datangnya dari luar tanaman.
Jamur
Jamur adalah jenis tumbuhan yang tumbuhnya berupa thallus (belum ada defferensiasi
menjadi akar, batang dan daun), tidak berklorofil dan mempunyai inti sejati. Kedua sifat
terakhir untuk membedakan dengan Gangang dan Bakteri. Bagian vegetatif jamur berupa
benang-benang halus tumbuh memanjang bercabang-cabang, bersekat atau tidak disebut
hifa (hyphae), kumpulan dari hifa-hifa ini disebut miselium (micelium). Berdasarkan ada
tidaknya sekat, hifa dibedakan menjadi coenocytis (yang tidak bersekat) dan celluler
(yang bersekat). Miselium dapat membentuk berkas memanjang dan mempunyai lapisan
luar yang liat dan keras. Berkas semacam ini disebut rhizomorf. Ada pula jamur yang
membentuk alat untuk beristirahat atau bertahan disebut sclerotium, yaitu suatu massa
hifa yang rapat/padat, sel-selnya memendek dan membesar serta berisi banyak cairan.
PERKEMBANGBIAKAN
Jamur dapat berkembang biak secara asexual maupun sexual. Pembiakan asexual : pada
Phycomycetes pembiakan asexual dengan pembentukan sporangiospora, yaitu spora yang
dibentuk di dalam kantong yang disebut sporangium. Sporangiospora yang dapat
bergerak disebut spora kembara (zoospora) sedang yang tidak dapat bergerak disebut
aplanospora. Pada golongan yang lebih tinggi dengan membentuk konidi yaitu spora
yang dibentuk dengan fragmentasi dari ujung hifa. Ujung hifa disebut conidiophor
(penduduk konidi). Conidiophor ini dapat tersebar, bebas satu sama lain, tetapi ada juga
yang terdapat di dalam tubuh buah tertentu. Bentuk tubuh buah ini bermacam-macam,
diantaranya :
Pycnidium : tubuh buah yang berbentuk bulat/botol, yang mempunyai lubang untuk
keluarnya konidi, yang disebut ostiole.
Acervulus : tubuh buah yang bentuknya seperti cawan.
Sporodochium : tubuh buah yang bentuknya seperti acervulus, tetapi stroma dasarnya
menonjol keluar.
Coremium : tubuh buah yang seperti sporodochium tetapi tangkai konidinya membentuk
suatu berkas yang panjang.
TAXONOMI
Jamur dibagi menjadi empat kelas yaitu :
Phycomycetes : jamur yang hifanya tidak bersekat, berbentuk tabung yang berisi plasma
dengan banyak inti.
Ascomycetes : jamur yang hifanya bersekat dan mengadakan pembiakan sexual dengan
membentuk ascus yang menghasilkan ascospora.
Basidiomycetes : jamur yang hifanya bersekat dan mengadakan pembiakan sexual
dengan membentuk basidium yang menghasilkan basidiospora.
Deuteromycetes (Fungsi Imperfecti) : jamur yang hifanya bersekat dan hanya
berkembang biak secara asexual saja.
Kelas Phycomycetes : dari kelas ini ada tiga ordo yang penting yaitu ordo Chytridiales,
ordo Peronosporales dan ordo Mucorales. Ordo Chytridiales adalah ordo yang hifanya
tidak berkembang sempurna. Salah satu anggotanya yang penting adalah Synchytrium
endobioticum, penyebab penyakit kutil (wart) pada kentang.
Kelas Ascomycetes : dibagi menjadi dua kelas berdasarkan ada tidaknya ascoma, yaitu
sub kelas Protoascomycetes (Hemiascomycetidae) yang tidak mempunyai ascoma dan
Euascomycetes yang mempunyai ascoma.
Sub kelas Protoascomycetes tidak penting dari segi penyakit tumbuhan, tetapi salah satu
anggotanya yaitu Sacoharomycetes penting dalam industri pembuatan alkohol.
Sub kelas Euascomycetes dibagi menjadi tiga seri berdasarkan macam ascomanya yaitu
seri Plectomycetes yang ascomanya Cleistothecium, seri Pyrenomycetes yang ascomanya
Perithecium dan seri Discomycetes yang ascomanya Apothecium.
Seri Plectomycetes dibagi menjadi tiga ordo yaitu Erysiphales yang hifa dan konidinya
hialin, ordo Myriangiales yang hifa dan konidinya berwarna kelam dan ordo
Aspergillales yang hifa dan konidinya dapat berwarna kelam maupun hialin.
Anggota Erysiphales yang penting adalah Oidium, misalnya O. tabaci, O. heveae dan O.
citri . Anggota Myriangiales misalnya Parodiella spegasinli sedang anggota dari
Aspergillales adalah genus Aspergillus yang mempunyai columella dan genus
Penicillium yang tidak mempunyai columella (gelembung). Kedua genus ini sangat
penting untuk penyakit lepas panen dan beberapa di antaranya dapat mengeluarkan racun
(toxin) yang berbahaya bagi konsumen substratnya. Seri Pyrenomycetes mempunyai tiga
ordo yaitu Sphaeriales yang anggotanya banyak yang menjadi penyebab penyakit akar
misalnya Rosellinia arcuate, Rosellinia bunodes ; ordo Hypocreales yang sebagian besar
hifanya berubah menjadi klamidospora misalnya Ustilaginoidea virens ; ordo
Dothideales yang salah satu anggotanya menjadi penyebab penyakit pada karet yang
sangat membahayakan yaitu Dothidella ulei.
Kelas Basidiomycetes : dibagi menjadi dua sub kelas berdasarkan ada tidaknya sekat di
dalam basidia yaitu sub kelas Homobasidiomycetidae atau Holobasidiomycetidae yang
basidianya tidak bersekat dan sub kelas Heterobasidiomycetidae atau
Hemibasidiomycetidae yang basidianya bersekat.
Sub kelas Hemibasidomycetidae dibagi menjadi tiga ordo yaitu ordo Ustilaginales atau
jamur api karena menyebabkan penyakit yang gejalanya gosong dengan miselium di
dalam jaringan setelah tua akan berubah menjadi klamidospora; ordo Uredinales atau
jamur karat karena gejala penyakit yang ditimbulkannya berwarna seperti karat (merah
orange); ordo Auriculales yang mempunyai basidia dan sterigma yang panjang,
umumnya hidup secara saprofitis hingga kuran penting bagi segi penyakit tumbuhan.
Ordo Uridinales merupakan kelompok jamur yang penting karena banyak menjadi
penyebab penyakit terpenting pada bermacam-macam tanaman dengan ciri-ciri :
Miselliumnya mengandung tetes-tetes minyak yang berwarna kuning, dalam daur
hidupnya yang lengkap mempunyai lima macam spora, berupa parasit obligat yang
tumbuhnya intercelluler dan mengambil makanannya dengan haustoria, Teliospora bila
berkecambah membentuk promiselia. (baca lebih lengkap)
BAB IV
GULMA TANAMAN
Produksi tanaman pertanian, baik yang diusahakan dalam bentuk pertanian rakyat
ataupun perkebunan besar ditentukan oleh beberapa faktor antara lain hama, penyakit dan
gulma. Kerugian akibat gulma terhadap tanaman budidaya bervariasi, tergantung dari
jenis tanamannya, iklim, jenis gulmanya, dan tentu saja praktek pertanian di samping
faktor lain. Di Amerika Serikat besarnya kerugian tanaman budidaya yang disebabkan
oleh penyakit 35 %, hama 33 %, gulma 28 % dan nematoda 4 % dari kerugian total. Di
negara yang sedang berkembang, kerugian karena gulma tidak saja tinggi, tetapi juga
mempengaruhi persediaan pangan dunia.
Tanaman perkebunan juga mudah terpengaruh oleh gulma, terutama sewaktu masih
muda. Apabila pengendalian gulma diabaikan sama sekali, maka kemungkinan besar
usaha tanaman perkebunan itu akan rugi total. Pengendalian gulma yang tidak cukup
pada awal pertumbuhan tanaman perkebunan akan memperlambat pertumbuhan dan
masa sebelum panen. Beberapa gulma lebih mampu berkompetisi daripada yang lain
(misalnya Imperata cyndrica ), yang dengan demikian menyebabkan kerugian yang lebih
besar.
Persaingan antara gulma dengan tanaman yang kita usahakan dalam mengambil unsur-
unsur hara dan air dari dalam tanah dan penerimaan cahaya matahari untuk proses
fotosintesis, menimbulkan kerugian-kerugian dalam produksi baik kualitas maupun
kuantitas. Cramer (1975) menyebutkan kerugian berupa penurunan produksi dari
beberapa tanaman dalah sebagai berikut : padi 10,8 %; sorgum 17,8 %; jagung 13 %;
tebu 15,7 %; coklat 11,9 %; kedelai 13,5 % dan kacang tanah 11,8 %. Menurut
percobaan-percobaan pemberantasan gulma pada padi terdapat penurunan oleh
persaingan gulma tersebut antara 25-50 %. Gulma mengkibatkan kerugian-kerugian yang
antara lain disebabkan oleh :
Persaingan antara tanaman utama sehingga mengurangi kemampuan berproduksi, terjadi
persaingan dalam pengambilan air, unsur-unsur hara dari tanah, cahaya dan ruang
lingkup.
Pengotoran kualitas produksi pertanian, misalnya pengotoran benih oleh biji-biji gulma.
Allelopathy yaitu pengeluaran senyawa kimiawi oleh gulma yang beracun bagi tanaman
yang lainnya, sehingga merusak pertumbuhannya.
Gangguan kelancaran pekerjaan para petani, misalnya adanya duri-duri Amaranthus
spinosus, Mimosa spinosa di antara tanaman yang diusahakan.
Perantara atau sumber penyakit atau hama pada tanaman, misalnya Lersia hexandra dan
Cynodon dactylon merupakan tumbuhan inang hama ganjur pada padi.
Gangguan kesehatan manusia, misalnya ada suatu gulma yang tepung sarinya
menyebabkan alergi.
Kenaikkan ongkos-ongkos usaha pertanian, misalnya menambah tenaga dan waktu
dalam pengerjaan tanah, penyiangan, perbaikan selokan dari gulma yang menyumbat air
irigasi.
Gulma air mengurangi efisiensi sistem irigasi, yang paling mengganggu dan tersebar luas
ialah eceng gondok ( Eichhornia crssipes ). Terjadi pemborosan air karena penguapan
dan juga mengurangi aliran air. Kehilangan air oleh penguapan itu 7,8 kali lebih banyak
dibandingkan dengan air terbuka. Di Rawa Pening gulma air dapat menimbulkan pulau
terapung yang mengganggu penetrasi sinar matahari ke permukaan air, mengurangi zat
oksigen dalam air dan menurunkan produktivitas air. Dalam kurun waktu yang panjang
kerugian akibat gulma dapat lebih besar daripada kerugian akibat hama atau penyakit. Di
negara-negara sedang berkembang (Indonesia, India, Filipina, Thailand) kerugian akibat
gulma sama besarnya dengan kerugian akibat hama. (baca lebih lengkap)