Professional Documents
Culture Documents
DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS BANJARANGKAN II
1. TUJUAN :
Sebagai Pedoman kerja Petugas Loket di Loket pendaftaran dalam pelayanan KTPK dan
Kartu Rawat Jalan bagi pasien Umum / Askes / Masyarakat Miskin.
2. SASARAN :
Petugas Loket dalam mencatat pasien Umum, Askes dan Masyarakat Miskin, membuat
KTPK dan Kartu Rawat Jalan bagi Keluarga baru serta mencarikan Kartu Rawat Jalan yang
tersimpan dalam Famili Folder bagi Keluarga dengan kunjungan ulang.
3. URAIAN UMUM :
- Pencatatan Register No. Index :
Untuk pasien yang belum / tidak membawa KTPK dicatat nomor index ( dalam
wilayah kerja : 00.--- dan diluar wilayah kerja : 90.--- ), Nama KK, Umur & Alamat
KK ) pada Register nomor index.
- Pembuatan KTPK :
Mencatat Identitas ( Nama, umur, jenis kelamin, pasien umum / Askes, alamat &
nomor index sesuai dengan register nomor index ).
- Pencatatan pasien :
Pasien dicatat pada register rawat jalan.
4. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN :
a. Pasien datang mendaftarkan diri di loket pendaftaran.
b. Petugas mendaftarkan pasien :
Pasien baru :
- Untuk pasien yang belum punya / tidak membawa KTPK dicatat nomor index
( dalam wilayah kerja : 00.--- dan luar wilayah kerja 90.--- ), nama KK, nama
pasien, alamat pada register nomor index.
- Petugas membuatkan KTPK.
- Petugas membuatkan Kartu Rawat Jalan.
c. Petugas menarik retribusi dari pasien umum sesuai dengan Perda yang berlaku, dan
menyerahkan Kartu rawat jalan kepada pasien untuk dibawa ke tempat tujuan
pelayanan yang diinginkan.
d. Pasien membawa Kartu rawan jalan ke tempat tujuan pelayanan yang diinginkan dan
petugas di ruang pelayanan yang dituju menerima pasien dan melaksanakan pelayanan
sesuai dengan protap / standar pelayanan yang berlaku.
e. Petugas Loket mengambil Kartu rawat jalan ke ruang periksa / pelayanan masing-
masing setelah selesai pelayanan dan administrasi di ruang periksa / pelayanan
bersangkutan.
f. Petugas Loket menyimpan kembali Kartu Rawat Jalan ke Rak Arsip sesuai dengan
nomor index.
PASIEN DATANG
LOKET PENDAFTARAN
REGISTER NOMOR
INDEX MENUNJUKKAN
KTPK
Tanggal, No. Index, Nama
KK, Umur, Jenis Kelamin,
Alamat
BUATKAN
KTPK
KARTU RAWAT
DIBUATKAN KARTU JALAN DI CARI
RAWAT JALAN. SESUAI NO.INDEX
RUANG PELAYANAN
DICATAT KE :
KARTU RAWAT
» REGISTER RAWAT
JALAN KARTU RAWAT JALAN JALAN.
DIMASUKKAN KE » SENSUS HARIAN
FAMILY FOLDER DIKEMBALIKAN KE PENYAKIT
DALAM RAK ARSIP LOKET
1. TUJUAN :
Sebagai Pedoman kerja bagi petugas dalam memberikan pelayanan Gizi di Puskesmas Banjarangkan II.
2. SASARAN :
Petugas Gizi dalam memberikan pelayanan Gizi. Kepada Bayi, Anak Balita, Bumil, Bufas, WUS dan
Kelurga rumah tangga.
3. URAIAN UMUM :
a. Penerimaan Kunjungan Pasien / sasaran yang datang ke Puskesmas dari loket pendaftaran / Ruang
Pengobatan.
b. Pemantauan lapangan terhadap sasaran Program Gizi.
c. Wawancara terhadap pasien / sasaran ( Identitas pribadi dan anggota keluarga, masalah gizi yang
sedang dihadapi / yang mau dikonsulkan, riwayat penyakit yang sering diderita, keadaan pola
konsumsi makanan termasuk pemberian ASI kepada bayi ).
d. Konseling / penyuluhan.
e. Pencatatan dan pelaporan.
4. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN :
1) Petugas menerima pasien / sasaran yang berkunjung dari loket pendaftaran / Ruang
Pengobatan.
2) Petugas melakukan wawncara terhadap passien / sasaran meliputi :
» Identitas sasaran dan anggota keluarga.
» Masalah yang sedang dihadapi / yang mau dikonsulkan.
» Riwayat penyakit yang sering diderita.
» Keadaan pola konsumsi makanan termasuk keadaan pemberian ASI bagi bayi / balita.
3) Petugas melakukan penimbangan berat badan pasien / sasaran ( Bayi, Anak Balita )
dan pengukuran lingkaran lengan ( Bumil, Bufas dan WUS ).
4) Petugas melakukan penilaian dan analisa hasil penimbangan berat badan ( Bayi, Anak
Balita ) dan hasil pengukuran lingkaran lengan ( Bumil, Bufas, WUS ) berdasarkan
pedoman / standar yang berlaku.
5) Petugas melakukan konseling dan penyuluhan terhadap sasaran / keluarga sasaran
sesuai masalah yang sedang dihadapi.
6) Petugas merencanakan dan mengusulkan kegiatan serta melakukan intervensi sesuai
kebutuhan dan masalah yang dihadapi.
7) Petugas melaksanakan pencatatan hasil kegiatan yang telah dilaksanakan.
8) Petugas membuat laporan hasil kegiatan sesuai kebutuhan.
RUANG
PENGOBATAN
PENGUKURAN BB
PENGUKURAN LILA
PASIEN/UMUM KONSELING,
PULANG PENYULUHAN,
PENENTUAN MASALAH
DAN PRIORITAS
MASALAH
ALTERNATIF
PEMECAHAN MASALAH
PETUGAS MEMBUAT
RUK DAN RPK
PENCATANAN DAN
PELAPORAN SESUAI KEGIATAN LAPANGAN
KEBUTUHAN
5. TUJUAN :
Sebagai Pedoman kerja bagi petugas dalam memberikan pelayanan Klinik Sanitasi di Puskesmas
Banjarangkan II.
6. SASARAN :
Petugas Klinik Sanitasi dalam memberikan pelayanan Klinik Sanitasi.
7. URAIAN UMUM :
a. Penerimaan Pasien dari loket pendaftaran / Ruang Pengobatan.
b. Wawancara terhadap pasien ( Identitas pribadi dan anggota keluarga, masalah yang sedang dihadapi
/ yang mau dikonsulkan, keadaan lingkungan dan rumah tempat tinggal ).
c. Konseling / penyuluhan.
d. Pencatatan dan pelaporan.
8. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN :
a. Petugas menerima pasien dari loket pendaftaran / Ruang Pengobatan.
PASIEN / WAWANCARA
UMUM » Identitas pasien/keluarga
» Lingkungan sekitar
tempat tinggal.
» Keadaan rumah,
» Jumlah anggt.keluarga.
» Masalah yang dihadapi..
LOKET KLINIK
PENDAFTARAN SANITASI
RUANG
PENGOBATAN
PENGISIAN FORMULIR
ANALISA MASALAH,
KONSELING,
PENYULUHAN,
ALTERNATIF
PEMECAHAN MASALAH
PILIH ALTERNATIF
OLEH PASIEN SENDIRI
PETUGAS BERSEDIA
PENCATATAN HASIL KUNJUNGAN RUMAH
PELAYANAN BILA DIPERLUKAN
9. TUJUAN :
Sebagai Pedoman kerja bagi petugas dalam memberikan pelayanan KB. Suntik di Klinik KB
Puskesmas Banjarangkan II.
10.SASARAN :
Petugas klinik KB dalam memberikan pelayanan KB. Suntik.
11.URAIAN UMUM :
a. Penerimaan Pasien dari loket pendaftaran.
b. Pengkajian data pasien dan pengisian Kartu KB.
c. Pemeriksaan fisik akseptor KB. Suntik.
d. Konseling / penyuluhan kepada akseptor tentang efek samping dan jadwal kunjungan
kembali.
e. Persiapan alat dan pelaksanaan penyuntikan.
f. Pencatatan dan pelaporan.
12.LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN :
a. Petugas menerima akseptor dari loket pendaftaran.
e. Petugas melakukan konseling / penyuluhan tentang efek samping dan jadwal kunjungan
kembali.
f. Petugas menyiapkan alat dan Obat suntik KB.
g. Petugas melakukan aspirasi obat suntik KB ke dalam spuit disposible yang sesuai.
h. Petugas melakukan anti septik dengan kapas alkohol pada lokasi yang akan disuntik.
AKSEPTOR
PEMERIKSAAN
» Berat Badan.
» Tekanan darah
» Pemeriksaan khusus :
LABORATORIUM
- Mata.
( Urine – PP.Test )
- Payudara.
- Perut.
- Ekstremitas.
KONSELING/PENYULUHAN
RUANG
PENGOBATAN PENYAKIT BERESIKO PELAYANAN KB :
IUD
SUNTIK
PIL
APOTIK :
KONDOM
OBAT EFEK
SAMPING.
PIL / KONDOM.
PASIEN
RUJUK PULANG
RSU
14.SASARAN :
Petugas klinik KB dalam memberikan pelayanan pemasangan IUD.
15.URAIAN UMUM :
a. Penerimaan Pasien dari loket pendaftaran.
b. Pengkajian data pasien dan pengisian Kartu KB.
c. Pemeriksaan fisik akseptor IUD.
d. Konseling / penyuluhan kepada akseptor tentang efek samping dan jadwal kunjungan
kembali.
e. Persiapan alat dan pelaksanaan pemasangan IUD.
f. Pencatatan dan pelaporan.
16.LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN :
a. Petugas menerima akseptor dari loket pendaftaran.
e. Petugas melakukan konseling / penyuluhan tentang efek samping dan jadwal kunjungan
kembali.
f. Petugas menyiapkan alat dan IUD yang steril.
Pelayanan : Laboratorium.
Prosedur : Pemeriksaan Spesimen.
1. TUJUAN :
Sebagai Pedoman kerja bagi Analis / petugas laboratorium dalam pelayanan pemeriksaan
Laboratorium.
2. SASARAN :
Analis / petugas laboratorium terlatih dalam mencatat data penderita, melakukan persiapan
penderita, serta peralatan dan reagensia, melakukan tindakan, melaksanakan prosedur
pemeriksaan, membuat pencatatan dan pelaporan.
3. URAIAN UMUM :
Persiapan penderita : Penjelasan tentang apa yang akan dilakukan oleh petugas
laboratorium kepada penderita.
Persiapan alat dan reagen : Menggunakan peralatan dan reagensia yang sudah
dikalibrasi.
4. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN :
a. Petugas menerima formulir permohonan pemeriksaan
laboratorium yang dibawa pasien dari Ruang Pengobatan/Dokter, Ruang KIA/KB,
Bidan Praktek Swasta.
b. Petugas mencatat identitas pasien ( nama, umur, alamat,
tanggal pemeriksaan, jenis pemeriksaan ).
c. Petugas melaksanakan pengambilan specimen yang belum
tersedia :
- Spesimen Urine : Petugas memberikan pot / wadah untuk menampung urine
sewaktu dan menjelaskan kepada pasien tentang cara
pengumpulan spesimen yang benar.
- Spesimen darah : Petugas melakukan pengambilan darah dengan cara anti
septik pada lokasi pengambilan darah vena, tusukkan
jarum spuit steril ( disposible ) yang sesuai masuk ke
dalam pembuluh darah vena, aspirasi hingga darah masuk
ke dalam spuit sejumlah kebutuhan, jarum spuit dicabut
dan luka bekas tusukan jarum dianti septik dengan kapas
alkohol.
d. Petugas menerima spesimen yang sudah tersedia / dibawa
oleh pasien atau yang diantar oleh petugas ( spesimen tinja, sputum, slide darah
malaria ).
e. Petugas memberi nomor urut / kode pada specimen sesuai
buku bantu /register laboratorium.
f. Petugas menerangkan kepada pasien mengenai kapan hasil
pemeriksaan akan selesai dan bisa diambil.
g. Petugas melakukan pemeriksaan specimen sesuai dengan
pedoman pemeriksaan yang berlaku untuk setiap jenis specimen.
h. Petugas melakukan rujukan ke sarana laboratorium yang lebih
mampu terhadap specimen yang tidak mampu dikerjakan di tempat.
i. Petugas mencatat hasil pemeriksaan pada buku register
laboratorium dan formulir hasil pemeriksaan.
j. Formulir hasil pemeriksaan yang telah diisi dimasukkan ke
dalam amplop tertutup dan menyerahkannya kepada pasien untuk diteruskan kepada
pengirim.
k. Pasien menyelesaikan biaya pemeriksaan dan administrasi,
lanjut kembali ke unit pengirim.
b. Persiapan Petugas :
- Perlindungan diri.
c. Pemeriksaan Pasien :
- Anamnesa.
- Pemeriksaan Gigi ( oral ).
- Pemeriksaan ekstra oral.
d. Persiapan Tindakan :
- Catat rencana tindakan.
- Konseling.
- Sterilisasi instrumen.
e. Melakukan Tindakan :
- Konservatif.
- Pencabutan.
4. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN :
a. Petugas menyiapkan Ruangan dan Alat, membersihkan meja, kursi dan dental unit,
menyiapkan alat-alat gigi, bahan-bahan / obat-obatan untuk gigi, menghidupkan
kompresor, memeriksa apakah bor dapat berfungsi dengan baik.
b. Petugas memakai alat perlindungan diri seperlunya.misalnya : Lab Jas, masker dan sarung
tangan.
c. Petugas melakukan pemeriksaan pasien, meliputi :
- Anamnesa tentang keluhan utama, keluhan tambahan, berapa lama, lokasinya
dimana, apakah mengganggu tidur, tanyakan juga riwayat penyakit yang lain
( Jantung, Kencing manis, Tekanan darah tinggi, kehamilan pada wanita, alergi,
asthma, tbc ).
- Pemeriksaan Gigi ( oral ) :
» Gigi ( karies, warna, posisi, bentuk ).
» Lidah ( warna, kelainan yang ada, bentuk, ukuran ).
» Mukosa pipi ( ulkus, lesi, radang ).
» Langit-langit keras ( apakah ada kista, tumor, celah langit-langit ).
» Dasar mulut ( apakah bengkak, kista, penyumbatan kelenjar ludah ).
- Pemeriksaan ekstra oral ( pipi, bibir, kelenjar limfe ).
d. Petugas menentukan Diagnosa dan melakukan persipan tindakan ( buat rencana tindakan,
konseling kepada pasien tentang rencana tindakan dan hal-hal yang penting diketahui oleh
pasien ) serta melaksanakan sterilisasi instrumen.
e. Petugas melakukan Tindakan sesuai dengan diagnosa dan jenis tindakan yang diperlukan
:
1) Konservatif :
a) Penambalan Tetap :
» Iritasi pulpa dan karies media :
- Pembuangan jaringan karies.
- Preparasi cavitas.
- Sterilisasi cavitas.
- Zinc phosphat cement.
- Tambalan tetap ( amalgam, art, luxilut, silikat, fuji, dll ).
- Instruksi.
» Hiperaemi pulpa :
- Pembuangan jaringan karies.
- Preparasi cavitas.
- Sterilisasi cavitas.
- Eugenol kapas.
- Fletcer.
Pasien diintruksikan kembali 1 ( satu ) minggu lagi. Sesudah pasien
kembali tambalan sementara dibongkar diganti dengan :
- Zinc phosphat cement.
- Tambalan tetap.
- Instruksi.
» Hp. Profunda :
- Pembuangan jaringan karies.
- Preparasi cavitas.
- Sterilisasi cavitas.
- Perlindungan pulpa dengan Dycal atau calxyl.
- Zinc phosphat cement.
Pasien diinstruksikan untuk kembali 3 – 7 hari lagi. Sesudah pasien
kembali tambalan sementara dibongkar diganti dengan :
- Zinc phosphat cement.
- Tambalan tetap.
- Instruksi.
b) Penambalan Sementara :
» Pulpitis :
- Pembuangan jaringan karies.
- Sterilisasi cavitas.
- Pemberian obat gigi untuk menghilangkan rasa sakit dan obat untuk
mematikan saraf gigi ( devitalisasi pulpa ).
- Tambalan sementara dengan Fletcer atau cavit.
- Pemberian analgetik peroral.
- Pasien disuruh kembali 3 ( tiga ) hari lagi. Setelah pasien kembali
dilakukan :
- Bongkar tambalan sementara.
- Pembukaan atap pulpa.
- Sterilisasi cavitas.
- Pemberian obat untuk sterisasi pulpa ( salah satu, TKF, CHKM,
chresophene atau rockle, ditaruh di kapas dan diletakkan di ruang
pulpa ).
- Fletcer atau cavit.
Pasien disuruh kembali antara 4 – 7 hari lagi. Ketika pasien kembali
obatnya diganti. Penggantian obat dilakukan minimal 2 kali. Kalau
gigi masih sakit bila diperkusi penggantian obat dilakukan lagi
berulang-ulang sampai pasien tidak merasa sakit lagi ketika gigi
diperkusi maka gigi dianggap sudah steril. Selanjut di lakukan :
- Bongkar tambalan sementara.
- Sterilisasi cavitas.
- Pemberian obat mumifikasi ( putrex atau iodoform pasta ).
- Zinc phosphat cement.
- Pasien diinstruksikan kembali 1 minggu lagi. Sesudah pasien kembali
dilakukan :
- Pembuangan sebagian sebagian dari Zinc phosphat cement.
- Preparasi cavitas.
- Tambalan tetap ( amalgam atau silikat ) tergantung keperluan, fungís
dan estetik.
- Instruksi.
» Gangren pulpa :
- Pembuangan jaringan karies.
- Pembukaan atap pulpa.
- Sterilisasi cavitas.
- Pemberian obat untuk jaringan pulpa ( TKF, CHKM, chresophene
atau rockle ).
- Fletcer atau cavit.
- Pasien disuruh kembali antara 4 – 7 hari lagi.
Prosedur ini dilakukan minimal 2 kali sehari dengan mengganti obat
dalam pulpa. Kalau masih ada bau ganggren atau rasa sakit kalau gigi
diperkusi, penggantian obat dilakukan lagi berulang-ulang sampai
tidak ada rasa sakit lagi ketika gigi diperkusi. Sesudah pulpa steril
proses selanjutnya sama dengan perawatan pulpitis di atas.
» GP dengan PD ( Gangren pulpa dengan Periodontitis ) :
- Pembuangan jaringan karies.
- Pembukaan atap pulpa.
- Sterilisasi cavitas.
- Tutupdengan kapas (longgar).
- Pemberian antibiotik dan analgesik per oral
- Intruksikan pasien kembali 3 hari lagi.
Sesudah pasien kembali dan gigi tidak sakit ketika diperkusi,
perawatan selanjutnya sama dengan perawatan gangren pulpa.
Catatan : Prosedur ini dilaksanakan kalau gigi masih memungkinkan
untuk dilakukan penambalan tetap.
2) Pencabutan :
a) Pencabutan gigi tetap :
» Oleskan betadin pada gigi yang akan dicabut.
» Penyuntikan dengan obat anestesi ( lidocain atau pehacain ).
» Setelah terasa parasthesi lakukan pemisahan gigi dari gusi dengan bein.
» Pencabutan gigi.
» Pemberian tampon.
» Pemberian antibiotik, analgetik, anti imflamasi ( kalau perlu ) per oral.
b) Pencabutan gigi susu :
» Topikal anestesi.
» Pencabutan.
» Pemberian tampon.
» Instruksi.
c) Abses :
» Abses pada akar gigi ( lokal ) :
-Bersihkan daerah sekitar gigi.
-Oleskan betadin.
-Berikan antibiotik, analgetik dan anti imflamasi per oral.
-Instruksikan kepada pasien agar kembali setelah obat habis. Kalau
pasien sudah sembuh lakukan pencabutan gigi.
» Abses sub mukosa ( dengan gigi gangren ) :
- Buka atap pulpa.
- Bersihkan cavitas.
- Tutup dengan kapas ( longgar ).
- Berikan antibiotik, analgetik dan anti imflamasi per oral.
- Instruksikan pasien kembali setelah obat habis, kalau masih bengkak
tambah obat lagi untuk dilanjutkan, kalau sudah sembuh dapat
dilakukan pencabutan gigi.
» Abses sub cutan ( dengan gigi gangren ) :
-Oleskan betadin.
- Pemberian topikal anestesi.
- Insisi abses.
- Drainage.
- Bersihkan.
- Kalau ekstra oral dan tersedia rubberdam, beri rubberdam untuk
drainage.
- Berikan antibiotik, analgetik dan anti imflamasi per oral.
Bila gigi dengan pulpa tertutup lakukan pembukaan atap pulpa bila
memungkinkan.
R.UANG
PENGOBATAN
ANAMNESA
PEMERIKSAAN
DIAGNOSA
RUANG KIA
RUJUK THERAPI /
RSU TINDAKAN
PASIEN
KARTU RAWAT JALAN DIKEMBALIKAN KE LOKET PULANG
5. TUJUAN :
Sebagai Pedoman kerja bagi petugas dalam melaksanakan pelayanan pemeriksaan dan
perawatan kesehatan Gigi dan Mulut di Puskesmas.
6. SASARAN :
Petugas ( Dokter Gigi / Perawat Gigi ) dalam melaksanakan pemeriksaan dan perawatan
kesehatan Gigi dan Mulut penderita.
7. URAIAN UMUM :
a. Persiapan Ruangan dan Alat :
- Meja, kursi dan dental unit.
- Alat-alat Gigi.
- Bahan-bahan / obat-obatan untuk gigi
- Kompresor.
- Bor gigi.
b. Persiapan Petugas :
- Perlindungan diri.
c. Pemeriksaan Pasien :
- Anamnesa.
- Pemeriksaan Gigi ( oral ).
- Pemeriksaan ekstra oral.
d. Persiapan Tindakan :
- Catat rencana tindakan.
- Konseling.
- Sterilisasi instrumen.
e. Melakukan Tindakan :
- Konservatif.
- Pencabutan.
8. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN :
a. Petugas menyiapkan Ruangan dan Alat, membersihkan meja, kursi dan dental unit,
menyiapkan alat-alat gigi, bahan-bahan / obat-obatan untuk gigi, menghidupkan
kompresor, memeriksa apakah bor dapat berfungsi dengan baik.
b. Petugas memakai alat perlindungan diri seperlunya.misalnya : Lab Jas, masker dan sarung
tangan.
c. Petugas melakukan pemeriksaan pasien, meliputi :
- Anamnesa tentang keluhan utama, keluhan tambahan, berapa lama, lokasinya
dimana, apakah mengganggu tidur, tanyakan juga riwayat penyakit yang lain
( Jantung, Kencing manis, Tekanan darah tinggi, kehamilan pada wanita, alergi,
asthma, tbc ).
- Pemeriksaan Gigi ( oral ) :
» Gigi ( karies, warna, posisi, bentuk ).
» Lidah ( warna, kelainan yang ada, bentuk, ukuran ).
» Mukosa pipi ( ulkus, lesi, radang ).
» Langit-langit keras ( apakah ada kista, tumor, celah langit-langit ).
» Dasar mulut ( apakah bengkak, kista, penyumbatan kelenjar ludah ).
- Pemeriksaan ekstra oral ( pipi, bibir, kelenjar limfe ).
d. Petugas menentukan Diagnosa dan melakukan persipan tindakan ( buat rencana tindakan,
konseling kepada pasien tentang rencana tindakan dan hal-hal yang penting diketahui oleh
pasien ) serta melaksanakan sterilisasi instrumen.
e. Petugas melakukan Tindakan sesuai dengan diagnosa dan jenis tindakan yang diperlukan
:
1) Konservatif :
a) Penambalan Tetap :
» Iritasi pulpa dan karies media :
- Pembuangan jaringan karies.
- Preparasi cavitas.
- Sterilisasi cavitas.
- Zinc phosphat cement.
- Tambalan tetap ( amalgam, art, luxilut, silikat, fuji, dll ).
- Instruksi.
» Hiperaemi pulpa :
- Pembuangan jaringan karies.
- Preparasi cavitas.
- Sterilisasi cavitas.
- Eugenol kapas.
- Fletcer.
Pasien diintruksikan kembali 1 ( satu ) minggu lagi. Sesudah pasien
kembali tambalan sementara dibongkar diganti dengan :
- Zinc phosphat cement.
- Tambalan tetap.
- Instruksi.
» Hp. Profunda :
- Pembuangan jaringan karies.
- Preparasi cavitas.
- Sterilisasi cavitas.
- Perlindungan pulpa dengan Dycal atau calxyl.
- Zinc phosphat cement.
Pasien diinstruksikan untuk kembali 3 – 7 hari lagi. Sesudah pasien
kembali tambalan sementara dibongkar diganti dengan :
- Zinc phosphat cement.
- Tambalan tetap.
- Instruksi.
b) Penambalan Sementara :
» Pulpitis :
- Pembuangan jaringan karies.
- Sterilisasi cavitas.
- Pemberian obat gigi untuk menghilangkan rasa sakit dan obat untuk
mematikan saraf gigi ( devitalisasi pulpa ).
- Tambalan sementara dengan Fletcer atau cavit.
- Pemberian analgetik peroral.
- Pasien disuruh kembali 3 ( tiga ) hari lagi. Setelah pasien kembali
dilakukan :
- Bongkar tambalan sementara.
- Pembukaan atap pulpa.
- Sterilisasi cavitas.
- Pemberian obat untuk sterisasi pulpa ( salah satu, TKF, CHKM,
chresophene atau rockle, ditaruh di kapas dan diletakkan di ruang
pulpa ).
- Fletcer atau cavit.
Pasien disuruh kembali antara 4 – 7 hari lagi. Ketika pasien kembali
obatnya diganti. Penggantian obat dilakukan minimal 2 kali. Kalau
gigi masih sakit bila diperkusi penggantian obat dilakukan lagi
berulang-ulang sampai pasien tidak merasa sakit lagi ketika gigi
diperkusi maka gigi dianggap sudah steril. Selanjut di lakukan :
- Bongkar tambalan sementara.
- Sterilisasi cavitas.
- Pemberian obat mumifikasi ( putrex atau iodoform pasta ).
- Zinc phosphat cement.
- Pasien diinstruksikan kembali 1 minggu lagi. Sesudah pasien kembali
dilakukan :
- Pembuangan sebagian sebagian dari Zinc phosphat cement.
- Preparasi cavitas.
- Tambalan tetap ( amalgam atau silikat ) tergantung keperluan, fungís
dan estetik.
- Instruksi.
» Gangren pulpa :
- Pembuangan jaringan karies.
- Pembukaan atap pulpa.
- Sterilisasi cavitas.
- Pemberian obat untuk jaringan pulpa ( TKF, CHKM, chresophene
atau rockle ).
- Fletcer atau cavit.
- Pasien disuruh kembali antara 4 – 7 hari lagi.
Prosedur ini dilakukan minimal 2 kali sehari dengan mengganti obat
dalam pulpa. Kalau masih ada bau ganggren atau rasa sakit kalau gigi
diperkusi, penggantian obat dilakukan lagi berulang-ulang sampai
tidak ada rasa sakit lagi ketika gigi diperkusi. Sesudah pulpa steril
proses selanjutnya sama dengan perawatan pulpitis di atas.
» GP dengan PD ( Gangren pulpa dengan Periodontitis ) :
- Pembuangan jaringan karies.
- Pembukaan atap pulpa.
- Sterilisasi cavitas.
- Tutupdengan kapas (longgar).
- Pemberian antibiotik dan analgesik per oral
- Intruksikan pasien kembali 3 hari lagi.
Sesudah pasien kembali dan gigi tidak sakit ketika diperkusi,
perawatan selanjutnya sama dengan perawatan gangren pulpa.
Catatan : Prosedur ini dilaksanakan kalau gigi masih memungkinkan
untuk dilakukan penambalan tetap.
4) Pencabutan :
a) Pencabutan gigi tetap :
» Oleskan betadin pada gigi yang akan dicabut.
» Penyuntikan dengan obat anestesi ( lidocain atau pehacain ).
» Setelah terasa parasthesi lakukan pemisahan gigi dari gusi dengan bein.
» Pencabutan gigi.
» Pemberian tampon.
» Pemberian antibiotik, analgetik, anti imflamasi ( kalau perlu ) per oral.
b) Pencabutan gigi susu :
» Topikal anestesi.
» Pencabutan.
» Pemberian tampon.
» Instruksi.
c) Abses :
» Abses pada akar gigi ( lokal ) :
-Bersihkan daerah sekitar gigi.
-Oleskan betadin.
-Berikan antibiotik, analgetik dan anti imflamasi per oral.
-Instruksikan kepada pasien agar kembali setelah obat habis. Kalau
pasien sudah sembuh lakukan pencabutan gigi.
» Abses sub mukosa ( dengan gigi gangren ) :
- Buka atap pulpa.
- Bersihkan cavitas.
- Tutup dengan kapas ( longgar ).
- Berikan antibiotik, analgetik dan anti imflamasi per oral.
- Instruksikan pasien kembali setelah obat habis, kalau masih bengkak
tambah obat lagi untuk dilanjutkan, kalau sudah sembuh dapat
dilakukan pencabutan gigi.
» Abses sub cutan ( dengan gigi gangren ) :
-Oleskan betadin.
- Pemberian topikal anestesi.
- Insisi abses.
- Drainage.
- Bersihkan.
- Kalau ekstra oral dan tersedia rubberdam, beri rubberdam untuk
drainage.
- Berikan antibiotik, analgetik dan anti imflamasi per oral.
Bila gigi dengan pulpa tertutup lakukan pembukaan atap pulpa bila
memungkinkan.
R.UANG
PENGOBATAN
ANAMNESA
PEMERIKSAAN
DIAGNOSA
RUANG KIA
RUJUK THERAPI /
RSU TINDAKAN
PEMELIHARAAN RUANGAN DAN ALAT APOTIK
PASIEN
KARTU RAWAT JALAN DIKEMBALIKAN KE LOKET PULANG
1. TUJUAN :
Sebagai Pedoman kerja bagi petugas medis / paramedis dalam melakukan pelayanan
tindakan Injeksi di ruang Pelayanan.
2. SASARAN :
Tenaga Medis / Paramedis dalam melakukan pelayanan / tindakan Injeksi ( SC, IM, IV. )
dan Penatalaksanaan Syok Anafilaktik di Ruang Pelayanan.
.
3. URAIAN UMUM :
» Injeksi SC :
- Tindakan penyuntikan dimana ujung jarum suntik ditusukkan hanya sampai
menembus di bawah kulit ( subcutan ) tanpa menembus jaringan otot di bawahnya..
» Injeksi IM :
- Tindakan penyuntikan dimana ujung jarum suntik disuntikkan sampai menembus
dalam jaringan otot ( intramuskuler ).
» Injeksi IV :
- Tindakan penyuntikan dimana ujung jarum suntik ditusukkan ke dalam pembuluh
darah vena ( intravena ).
4. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN :
a. Petugas membaca resep obat suntik / injeksi yang dintruksikan dokter.
b. Petugas menyiapkan alat dan obat suntik sesuai dengan resep.
c. Petugas melakukan aspirasi obat suntik ke dalam spuit injeksi sesuai dosis dalam resep.
d. Sebelum penyuntikan obat petugas melakukan skin test untuk obat suntik tertentu untuk
memastikan obat tersebut tdak akan menimbulkan reaksi alergi setelah obat disuntikkan.
e. Petugas melakukan aseptik / antiseptik pada lokasi penyuntikan.
f. Petugas menusukkan jarum suntik dari spuit yang telah diisi obat sebelumnya pada
lokasi yang telah diaseptik ( SC / IM / IV sesuai petunjuk ).
g. Petugas melakukan aspirasi dengan ketentuan ::
- Injeksi SC / IM tidak boleh ada darah masuk ke dalam spuit, bila ada darah maka
suntikan agar diperdalam / dipindahkan sampai tidak ada darah masuk setelah
diaspirasi kembali.
- Injeksi IV harus ada darah masuk ke dalam spuit untuk memastikan bahwa jarum
suntik sudah masuk ke dalam pembuluh darah vena, bila tidak ada darah masuk ke
dalam spuit maka ujung jarum diupaya agar menembus pembuluh darah vena atau
lokasi penyuntikan dipindahkan sampai dapat menembus ke dalam pembuluh darah
vena.
PASIEN DENGAN
INDIKASI INJEKSI
PENUSUKAN JARUM
ASEPTIK LOKASI INJEKSI
ASPIRASI
PENYUNTIKAN
PENYEMPROTAN OBAT
PASIEN MENUJU
SERAHKAN RESEP KPD PASIEN APOTIK
PASIEN
BUANG ALAT SUNTIK BEKAS KE PULANG
TEMPAT KHUSUS SAMPAH MEDIS
Pelayanan : Pengobatan.
Prosedur : Tindakan Hecting ( Jahit Luka )
5. TUJUAN :
Sebagai Pedoman kerja bagi petugas medis / paramedis dalam melakukan pelayanan
tindakan Hecting ( Jahit luka ) di ruang Pengobatan.
6. SASARAN :
Tenaga Medis / Paramedis dalam melakukan pelayanan tindakan Hecting ( Jahit luka ) di
ruang Pengobatan.
.
7. URAIAN UMUM :
» Sterilisasi alat :
- Tindakan mensterilisasi alat-alat hecting dengan alat sterilisator.
» Perawatan Luka :
- Menutup luka dengan kasa steril dan menganjurkan untuk kontrol kembali 2 hari
lagi.
- Pemberian Antibiotika dan Analgetik.
» Pemberian ATS :
- Penyuntikan. ATS disesuaikan dengan :
» Sifat luka
» Kondisi luka
» Status Imunisasi.
8. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN :
a. Pasien luka dibawa ke Ruang Tindakan ( R. Pengobatan ).
b. Petugas menyiapkan anestesi lokal dan alat hecting steril.
c. Petugas mencuci tangan dan menggunakan sarung tangan steril.
d. Petugas melakukan antiseptis pada daerah luka dan menutupnya dengan kain steril.
. Petugas melakukan anestesi dengan lidocain pada sekitar tepi luka.
e. Petugas membersihkan luka dengan betadin pada luka yang bersih dan dengan H2O2,
cairan steril serta betadin pada luka yang kotor..
g. Petugas menjahit luka dengan alat hecting yang telah disterilkan.
h. Petugas merapikan jahitan dengan pinset cirurgis.
i. Petugas membersihkan jahitan dengan betatin.
j. Petugas menutup luka dengan kasa steril dan drekatkan dengan plester.
k. Petugas memberikan ATS bila diperlukan tergantung dari sifat luka, kondisi luka dan
status imunisasi sebelumnya.
l. Petugas menganjurkan kepada pasien agar kontrol kembali setelah 2 hari lagi.
m. Petugas memberikan resep antibiotika dan analgetik untuk diambil di apotik
Puskesmas.
PASIEN LUKA
BERSIHKAN LUKA
HECTING LUKA
BETADIN
Pelayanan : Pengobatan.
Prosedur : Pemeriksaan Pasien.
9. TUJUAN :
Sebagai Pedoman kerja bagi petugas medis / paramedis dalam melakukan pemeriksaan di
ruang Pengobatan.
10. SASARAN :
Tenaga Medis / Paramedis dalam melakukan pemeriksaan pasien di ruang Pengobatan.
» Pemeriksaan Fisik :
- Inspeksi : Keadaan umum pasien.
- Palpasi : Perabaan kemungkinan adanya benjolan, konsistensi
hepar / lien.
- Perkusi : Untuk menentukan batas jantung, keadaan paru, hepar,
kemungkinan adanya ascites.
- Auskultasi : Untuk mengetahui keadaan jantung, paru dan peristaltik
usus.
» Pelayanan Rujukan :
Untuk pasien yang tidak mampu ditangani di Puskasmas diberikan surat rujukan ke
RSU dengan menggunakan blangko surat rujukan yang tersedia sesuai jenis pasien
( pasien umum, ASKES, JPK-MM ).
n. Petugas / dokter melakukan rujukan pasien dengan menggunakan blangko rujukan yang
tersedian sesuai jenis pasien ( Umum, ASKES, JPK-MM ).
o. Petugas / dokter mencatat hasil pemeriksaan pada kartu rawat jalan.
p. Petugas / dokter melakukan penegakan diagonosa, menentukan tindakan therapi sesuai
Buku Pedoman Pengobatan Dasar Puskesmas dan Buku Pedoman Nasional
Penanggulangan Tuberkulosis yang berlaku.
Berikut Pedoman Diagnosa dan Therapi Dasar 10 ( sepuluh ) Besar Penyakit di
Puskesmas Banjarangkan II :
1) ISPA.
Untuk ISPA dan PNEUMONI pada bayi dan balita penatalaksanaannya harus
sesuai dengan protap MTBS. Pada penderita dewasa kasus ISPA yang kami
cantumkan adalah faringitis akut dan rhinitis.
a) FARINGITIS AKUT
Faringitis akut biasanya merupakan bagian dari infeksi akut orofaring yaitu
tonsilofaringitis akut, atau bagian dari influenza (rinofaringitis). Penyebabnya
biasanya virus yang menyerang jaringan limfoid faring. Iritasi makanan yang
merangsang sering merupakan factor pencetus atau yang memperberat. Infeksi
sekunder dapat terjadi oleh sebagian kuman seperti golongan streptokokus,
haemophilus influenza, dan kuman anaerob.
Perjalanan penyakit tergantung pada adanya infeksi sekunder dan virulensi
kumannya serta daya tahan tubuh penderita, tetapi biasanya faringitis sembuh
sendiri dalam 3-5 hari.
Gambaran Klinis
Keluhan yang menonjol adalah nyeri tenggorokan dan sakit menelan yang
mungkin didahului oleh pilek atau gejala influenza lainnya. Nyeri ini kadang
sampai ke telinga (otalgia) karena adanya nyeri alih (referred pain) oleh N
IX.
Heperemia pada jaringan limfoid didingding belakang faring yang kadang
disertai folikel bereksudat menandakan adanya infeksi sekunder . pada
permukaannya mungkin terlihat alur-alur secret mukopurulen.
Penatalaksanaan
Perawatan dan pengobatan tidak berbeda dengan influenza.
Untuk anak tidak ada anjuran obat khusus.
Penggunaan antiseptic local dan antibiotic isap tidak dianjurkan, sedangkan
dekongestan dan antihistamin belum terbukti khasiatnya.
Infeksi sekunder jarang sekali terjadi, tetapi bila ada, diberikan antibiotik,
dan yang terpilih adalah eriromisin 4x250 mg, amoksisillin 3x500mg atau
penicillin V 3x500 mg
b) RINITIS
Rinitis tergolong infeksi saluran napas yang dapat muncul akut atau kronik.
Rinitis akut biasanya disebabkan oleh virus yaitu pada selesma atau menyertai
campak, tetapi dapat juga menyertai infeksi bakteri seperti pertusi. Rinitis
disebut kronik bila radang berlangsung lebih dari 1 bulan. Rinitis alergi, rhinitis
vasomotor, dan rhinitis medikamentosa digolongkan dalam rhinitis kronik.
Rinitis kronik dapat berlanjut menjadi sinusitis. Salah satu bentuk rhinitis kronis
adalah rhinitis atropi yang diduga disebabkan oleh kuman. Kliebsiella ozaena
atau akibat sinusits kronis, difisiensi vitamin A.
Gambaran Klinis
Ingus kental umumnya nenunjukkan telah ada infeksi sekunder oleh bakteri.
Rinitis alergi maupun rhinitis vasomotor mudah dibedakan dari rhinitis
infeksi karena ingus yang putih dan encer yang hanya keluar saat serangan
saja.
Pada rhinitis atropi ingus kental diserta krusta berwarna hijau. Pada
pemeriksaan hidung tampak rongga hidung yang lapang karena konka
mengalami atropi.
Penatalaksanaan
Rinitis akut yang menyertai influenza dapat diobati dengan dekongestan
sistemik seperti influenza
Kebiasan menggunakan kongestan tetes hidung pada rhinitis kronis sering
menyebabkan terjadinya rhinitis medikamentosa yang secara klinis
menyerupai rhinitis vasomotor.
Pada rhinitis atropi hidung dicuci dengan air garam. Dekongestan akan
memperburuk keadaan.
Pengobatan rhinitis alergi atau rhinitis vasomotor dapat ditambah dengan
CTM 1-2mg/kali
2) PENYAKIT KULIT ALERGI (URTIKARIA)
Penyebab
a. Obat-obatan (Penissilin)
b. Makanan(telur,ikan , kacang)
c. Gigitan serangga
d. Fotosensitizer(Fenothiasin)
e. Zat terisap (debu ,polutan)
f. Zat pajan(cat rambut)
g. Trauma fisik
h. Infeksi (gigitan)
i. Investasi parasit (cacing)
j. Factor psikis
k. Factor genetic
l. Penyakit sistemik (kolagen, keganasan)
Gambaran Klinis
Kelainan kulit berupa udema yang gatal(urtika), panas sampai nyeri. Udemmya
beragam dari yang kecil (bentuk milier sampai yang luas berbentuk plakat.
Udem disaluran napas menyebabkan sumbatan jalan napas
Penatalaksanaan
Faktor penyebab harus dihilangkan
Bentuk yang akut dengan sumbatan jalan napas memerlukan injeksi adrenalin
o,3 ml disusul dengan kortikosteroid : deksametason iv. 5 mg yang dapat diulang
sesuai dengan kebutuhan. Sementara itu usahakan untuk membebaskan jalan
napas, kemudian cepat rujuk penderita kerumah sakit.
Antipruritus topical misalnya bedan mengandung mentol atau kamfor hanya
bersipat simtomatik, tetapi dapt memperberat keadaan.
3) REMATIK/ARTRITIS
Artritis dapat berupa osteoatritis (OA) atau arthritis rheumatoid (AR), tetapi yang
paling banyak , dijumpai adalah asteotritis. Pada AO factor penyebab utama adalah
trauma/ pengausan sendi sedangkan pada AR factor imunologi yang berperan.
Gejala arthritis bervariasi tergantung sendi mana yang terlibat. AO lebih sering
menyerang sendi penyokong berat badan. Oleh karena itu obesitas harus dihindari.
Sementara itu , AR mulanya lebih sering menyerang sendi-sendi kecil misalnya
sendi pergelangan tangan atau kaki, tetapi dalam tingkat lanjut dapat menyerang
juga sendi-sendi besar seperti sendi bahu dan pinggul.
Keluhan lain yang mirip dengan Artritis adalah rheumatism yang sebenarnya berasal
dari jaringan lunak diluar sendi. Yang dikenal awal sebagai encok sebagian besar
adalah rheumatism.
Gambaran Klinis
Sendi yang terserang biasanya bengkak, merah, dan nyeri
Serangan AR biasanya dimuali dengan gejala prodromal berupa badan lemah,
hilang napsu makan, nyeri dan kaku seluruh badan. Gejala pada sendi biasanya
timbul bertahap setelah beberapa minggu atau bulan.
Nyeri sendi pada AR bersipat hilang timbul, ada masa remisi, bersipat simetris
bilateral, dan berhubungan dengan udara dingin.
Serangan OA biasanya sesisi. Gejala utamanya adalah nyeri sendi yang
berhubungan dengan gerak. Penderita juga merasakan kaku pada sendi yang
terserang.
Pada pemeriksaan radiologi OA biasanya memperlihatkan pelebaran sendi
pada tahap awal, osteofit, sclerosis tulang, dan penyempitan rongga antar sendi
pada tahap lanjut.
Deformitas dapat terjadi pada OA maupun AR setelah terjadi destruksi sendi.
Penatalaksanaan
Keluhan pada sendi/jaringan lunak disekitarnya dapat diatasi dengan analgesik
biasa atau dengan anti inflamasi non steroid yang sebaiknya diberikan sesudah
makan
aspirin 3x1 gr/hari
indometasin 3x25mg/hari
fenilbutason 3x200 mg/ hari
ibuprofen 3x 400 mg/hari
Mengistirahatkan sendi diperlukan dalam keadaan akut.
Selanjutnya pada OA, mungkin penderita perlu diperbaiki sikap tubuh,
mengurangi berat badan, atau melakukan fisioterapi.
Gambaran Klinis
Penderita biasanya mengeluh perih dan tidak enak uluhati.
Gastritis erosive akibat obat sering disertai pendarahan.
Nyeri epigastrium, perut kembung, mual, muntah tidak selalu ada.
Penatalaksanaan
Penderita gastritis akut memerlukan tirah baring. Selanjutnya ia harus
membiasakan diri makan teratur dan menghindarkan makan yang merangsang.
Keluhan akan segera hilang dengan antasida (Al Hdroksida, Mg Hidroksida)
yang diberikan menjelang tidur, pagi hari, dan diantara waktu makan
Bila muntah sampai mengganggu dapat diberikan tablet Proklorperazin 3 mg,
satu jam sebelum makan (1-3 hari saja)
Penderita dengan tanda pendarahan seperti hematemesis atau melena perlu
segera dirujuk ke rumah sakit karena kemungkinan terjadi pendarahan pada
tukak lambung yang dapat melanjut menjadi perforasi.
Diare non spesifik adalah diarre yang bukan di sebabkan oleh kuman khusus
maupun parasit. Penyebabnya adalah Virus, makanan yang merangsang atau yang
tercemar toksin, gangguan pencernaan dsb.
WHO telah nenetapkan empat unsure utama dalam penanggulangan diarre akut
yaitu :
a. Pemberian cairan, berupa upaya rehidrasi oral ( URO ) untuk mencegah
maupun mengobati dehidrasi.
b. Melanjutkan Pemberian makanan seperti biasa, terutama Asi, selama diarre
dalam masa penyembuhan.
c. Tidak menggunakan anti diarre, sementara anti biotik maupun anti mikroba
hanya untuk tersangka kolera, disentri, atau terbukti giardiasis atau amubiasis.
d. Pemberian petunjuk yang efektive bagi ibu dan anak serta keluarga tentang
upaya rehidrasi oral di rumah, tanda-tanda untuk merujuk, dan cara mencegah
diarre di masa yang akan datang.
Gambaran klinis
Demam yang sering menyertai penyakit ini memperberat dehidrasi. Gejala
dehidrasi tidak akan terlihat sampai kehilangan cairan mencapai 4-5 % berat
badan.
Gejala dan tanda dehidrasi antara lain :
o Rasa haus
o Menurunnya turgor kulit
o Mata cekung
o Air mata tidak ada
o Ubun – ubun besar cekung pada bayi
o Oligouria,kemudian anuria
o Hypotensi
o Tachi kardi
o Menurunnya kesadaran
Bila kekurangan cairan mencapai 10 % atau lebih penderita jatuh ke dalam
dehidrasi berat dan bila berlanjut dapat terjadi syok dan kematian.
Penatalaksanaan
Dasar pengobatan Diarre akut adalah rehidrasi dan memperbaiki
keseimbangan cairan dan elektrolit. Oleh karena itu langkah pertama adalah
menentukan derajat dehidrasi.
Kemudian lakukan upaya rehidrasi seperti yang dilakukan terhadap dehidrasi
karena kolera.
6) HYPERTENSI
Tekanan darah yang di anggap Normal pada orang dewasa adalah Sistolik 140
mmHg dan diastolic 90 mmHg. Orang yang tekanan darah sistoliknya mencapai
160 mmHg atau tekanan darah diastolic 95 mmHg tergolong dalam Hipertensi
Borderline. Peningkatan tekanan sistolik erat hubungannya dengan berkurangnnya
elastisitas pembuluh darah. Sekitar 80 % penderita hipertensi tergolong Hipertensi
Essensial.
Gambaran Klinis
Umumnya hipertensi primer tidak memberikan keluhan dan tanda klinis
khusus tetapi mungkin terdapat pusing, sakit kepala, rasa lelah.
Epistaksis, gelisah, muka merah, dan sebagainya bukanlah gejala spesifik.
Komplikasi yang menimbulkan gejala antara lain insufisiensi sirkulasi otak
dan jantung, perdarahan pada retina, gagal jantung kiri.
Diagnosis Hipertensi di tegakkan apabila kenaikan tekanan darah ini bersifat
menetap pada pemeriksaan ulang dalam jarak waktu 1 – 2 minggu.
Penatalaksanaan
Pengobatan farmakologi langsung di mulai pada hipertensi sedang berat.
Hipertensi ringan sedang dicoba dulu diatasi dengan terapi non obat selama 2-
4 minggu.
Tujuan Pengobatan hipertensi adalah mengendalikan tekanan darah untuk
mencegah komplikasi ( kardiovaskular, pembuluh darah otak, dan ginjal).
Terapi nonfarmakologik meliputi pengendalian berat badan,diet rendah garam
(kecuali bila penderita mendapat HCT), mwngurangi makan lemak,
menghentikan kebiasaan merokok dan minum alcohol.
Terapi obat pada hipertensi ringan sedang dimulai dengan salah satu obat
berikut ini :
o Hidroklorotiazid (HCT) 12,5 - 25 mg / hari dosis tunggal pada pagi hari
o Reserpin 0,1 - 0,25 sehari sebagai dosis tunggal
o Propranolol 2 x 20 - 40 mg sehari
o Kaptopril 2 x 12,5 - 25 mg sehari
» Sebaiknya dosis dimulai dengan yang terndah dengan evaluasi berkala
dinaikkan sampai tercapai respons yang diinginkan. Lebih tua usia
penderita penggunaan obat harus lebih hati-hati
» Hipertensi sedang berat dapat diobati dengan kombinasi HCT +
propranolol, atau HCT + Kaptopril, bila obat tunggal tidak efektif.
» Pada hipertensi berat yang tidak sembuh dengan kombinasi diatas,
ditambahkan metildopa 2 x 125 - 250 mg atau reserpin 0,1 - 0,25 mg/
hari
» Penderita asma bronchial tidak boleh diberikan beta bloker.
Nyeri pinggang bawah atau Low Back Pain merupakan keluhan yang umum dan
hampir semua orang pernah mengalami namun jarang berakibat berat atau fatal.
Nyeri pinggang bawah adalah suatu gejala yang berupa rasa nyeri didaerah
lumbosakral dan sakroiliaka yang dapat ditimbulkan oleh berbagai sebab dan pernah
dialami oleh sebagian besar (±80 % ) penduduk pada suatu ketika dalam hidupnya,
atau paling sedikit satu kali dalam hidupnya.
Kadang disertai juga dengan penjalaran nyeri kearah tungkai dan kaki. Sering kali
diagnosis yang pasti tisak dapat dibuat dengan mudah karena kurangnya pendekatan
diagnostic dan penyebab nyeri pinggang bawah yang bermacam-macam serta
melibatkan banyak disiplin ilmu.
Nyeri pinggang bawah dapat berasal dari nyeri setempat, yaitu berasal dari fasia,
otot-otot paraspinal, korpus vertebra,ligamen, dan artikulasi ; nyeri radikuler, yaitu
neri karena iritasi radiks, baik yang bersipat penekanan, sentuhan, peregangan,
tarikan, atau jepitan; nyeri rujukan (referred pain) misalnya karena gangguan alat-
alat intraabdominal, retroperitoneal, ,atau alat-alat di pelvis; nyeri iskemik seperti
misalnya pada klaudikasio intermittens akibat penyumbatan pada percabangan aorta
atau pada arteri iliaka komunis; dan nyeri akibat spasmus otot-otot,misalnya akibat
sikap duduk, tidur berjalan atau berdiri yang salah atau karena kecemasan
kronik/depresi (nyeri psikogenik)
8) EPILEPSI
Gambaran Klinis
Serangan grand mall sering diawali dengan aura berupa rasa terbenam atau
melayang. Kemudian terjadi kejang tonik seluruh tubuh selama 20-30 detik
diikuti kejang klonik pada otot anggota, otot punggung, dan otot leher yang
berlangsung 2-3 menit. Kejang tampak bilateral, napas nmendengkur, mulut
berbusa, dan dapat terjadi inkontinensia. Setelah kejang hilang penderita
terbaring lemas atau tertidur 3-4 jam, kemudian kesadaran berangsur pulih.
Setelah seangan sering pasien berada dalam keadaan bingung.
Serangan Petit mall disebut juga serangan lena diawali dengan hilangnya
kesadaran selama 10-30 detik. Selama fase lena (absence) kegiatan motorik
terhenti dan pasien dian tak beraksi. Kadang tampak seperti tak ada serangan
tetapi ada kalanya timbul gerakan klonik pada mulut atau kelopak mata.
Serangan mioklonik merupakan kontraksi singkat suatu otot atau kelompok
otot.
Serangan parsial sederhana motorik dapat bersipat kejang yang dimulai disalah
satu tangan dan menjalar sesisi sedangkan serangan parsial sensorik dapat
berupa serangan rasa baal atau kesemutan unilateral
Penatalaksanaan
1. Prinsip umum Terapi epilepsi idiopatik adalah mengurangi atau mencegah
serangan, sedangkan terapi epilepsy organic ditujukan terhadap penyebab.
2. Faktor pencetus serangan, misalnya kelelahan, emosi, atau putusnya makan obat
harus dihindarkan.
3. Bila terjadi serangan kejang, upayakan menghindarkan cedera akibat kejang,
misalnya tergigitnya lidah atau luka dan cedera lain
4. Prinsip pengobatan antikejang:
a. Sedapat mungkin gunakan obat tunggal, dan mulai dengan dosis rendah
b. Bila obat tunggal dosis maksimal tidak efektif gunakan dua jenis obat
dengan dosis terendah
c. Bila serangan tak teratasi pikirkan kemungkinan ketidakpatuhan penderita,
penyebab organik, pilihan dan dosis obat yang kurang tepat.
d. Bila selama 2-3 tahun tidak timbul lagi serangan, obat dapat dihentikan
bertahap
5. Pilihan antiepilepsi
a. Fokal/parsial Fenobarbital atau fenitoin
b. Umum Fenobarbital atau fenitoin
c. Tonik klonik Fenobarbital atau fenitoin
d. Mioklonik Klonazepam atau diazepam
Serangan lena Klonazepam atau diazepam
6. Dosis antiepilepsi untuk serangan kejang diberikan diazepam 0,05-0,15
mg/kgbb/hari i.v. dengan titrasi dosis sampai kejang hilang atau 0,4-0,6 mg/kgbb
/hari perrektal.
7. Untuk maintenance:
a. Fenobarbital 1-5 mg/kgbb/ hari 1x/hari
b. Fenitoin 4-20 mg/ kgbb/hari 2-3x/hari
c. Klonazepam 3-8mg/hari
d. Sodium valproat 600 mg/ hari
9) ASMA BRONKIALE
Serangan asma bronkiale sering dicetuskan oleh ISPA, tekanan emosi, kerja fisik
atau rangsang sesuatu yang bersipat allergen. Menjauhkan penderita dari sumber
rangsang sangat penting, misalnya dari asap rokok, insektisida, debu, dan hewan
piaraan.
Gambaran klinis
Sesak napas pada asma khas disertai suara mencici ( mengi) akibat kesulitan
ekspirasi.
Pada auskultasi terdengar wheezing dan ekspirasi memanjang.
Keadaan sesak berat yang ditandai dengan giatnya otot-otot Bantu pernapasan
dan sianosis dikenal sebagai status asmatikus yang dapat berakibat fatal.
Penatalaksanaan
Faktor pencetus serangan sedapat mungkin dihilangkan
Pada serangan ringan dapat diberikan suntikan adrenalin 1:1000 0,2-0,3 ml
subkutan yang dapat diulangi beberapa kali dengan interval 10-15 menit. Dosis
anak 0,01 mg/kgbb yang dapat diulang
Bronkodilator terpilih adalah teofillin 3x100-150 mg pada orang dewasa dan 10-
15 mg/kgbb/hari untuk anak
Pilihan lain : salbutamol 3x2-4 mg untuk dewasa
Efedrin 3x10-15 mg dapat dipakai untuk menambah khasiat teofillin.
Prednison hanya dibutuhkan bila obat-obat diatas tidak menolong dan diberikan
beberapa hari saja untuk mencegah status asmatikus. Namun pemberiannya tidak
boleh terlambat.
Penderita status asmatikus memerlukan oksigen, terapi parenteral dan perawatan
intensif sehingga harus dirujuk dengan tindakan awal sebagai berikut :
10) SKIZOFRENIA
Gambaran Klinis
Penderita psikosis akut mungkin dating dengan tingkah laku gaduh dan
mengacau atau mungkin didahului oleh gejala awal (prodromal) berupa
penarikan diri dari hubungan social, gangguan nyata dalam fungsi peran
misalnya sebagai pencari nafkah , bertingkah laku aneh gangguan nyata dalam
hygiene diri dan berpakaian, afek yang tumpul, mendatar atau tak serasi, bicara
ngelantur, menunjukkan ide (gagasan) yang aneh atau pikiran magis seperti
takhyu, gagasan mirip waham yang menyangkut diri sendiri, adanya ilusi dan
lain sebagainya.
Untuk menegagkkan diagnostic gangguan skizofrenia maka harus dipenuhi
kriretia diagnostic dibawah ini :
o Sedikitnya terdapat satu dari beberapa tanda ini selama suatu fase
penyakit : waham yang aneh , halusinasi, hilangnya asosiasi pikiran
(inkoherensi), tingkah laku kacau (Disorganized).
o Penurunan fungsi penyesuaian dalam bidang pekerjaan, hubungan social,
dan perawatan dirinya.
o Gejala berlangsung terus menerus selama paling sedikit 6 bulan yang
mencakup fase aktif dengan atau tanpa fase prodromal maupun fase
residual yaitu masa setelah fase aktif yang menunjukkan sedikitnya 2
gejala prodromal.
o Tidak ada kelainan organic.
Penatalaksanaan
Bila pasien sangat gaduh sehingga mengganggu lingkungan atau
membahayakan orang lain maupun dirinya sendiri maka penderita harus
dirawat.
Berikan klorpromazin 3x 100 mg yang dapat dinaikkan ( setelah 1 minggu)
menjadi 3x200 mg bila belum tampak perbaikan. Bila telah ada respon maka
dosis dipertahankan selama 4 minggu sampai pasien tenang dan kembali dapat
mengurus dirinya sendiri
Selanjutnya setiap minggu dosis diturunkan secara bertahap dan dosis rumat
( Biasanya 3x50-100 mg) dipertahankan selam 3 bulan
Obat pilihan lain adalah tioridazin 3x 100 mg, triffluoperazin 3x5mg,
haloperidol 3x1-5 mg
Untuk pasien yang sukar untuk ditemui, dianjurkan pemberian injeksi
flufenazin dekanoat sekali sebulan.
Gunakanlah dosis efektif terkecil untuk mengurangi efek samping
Penderita harus dijauhkan dari benda-benda yang dapat membahayakan
dirinya atau orang disekitarnya dan kebersihan diri serta kebutuhan hidupnya
sehari-hari harus tetap diperhatikan
q. Petugas / dokter memberikan resep obat kepada pasien untuk pengambilan obat di
apotik Puskesmas.
r. Petugas mengisi Register rawat jalan berdasarkan catatan pada kartu rawat jalan dan
membuat sensus harian penyakit.
KONFIRMASI ANAMNESA :
IDENTITAS » Keluhan Utama
» Keluhan tambahan
» Riwayat penyakit
terdahulu.
» Riwayat penyakit
PEMERIKSAAN keluarga
FISIK : » Lamanya sakit
» Inspeksi » Pengobatan yang
DIAGNOSA » Palpasi telah dilakukan
» Perkusi » Riwayat alergi obat.
» Auskultasi
K/P. RUJUK :
RUJUK » Lab.
KE RSU » Gilut
» KIA/KB