You are on page 1of 43

PEMERINTAH KABUPATEN KLUNGKUNG

DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS BANJARANGKAN II

PROTAP PELAYANAN DI LOKET PENDAFTARAN


PUSKESMAS BANJARANGKAN II

Pelayanan : Pendaftaran Pasien di Loket Pendaftaran.

Prosedur : Pelayanan KTPK dan Kartu Rawat Jalan.

1. TUJUAN :
Sebagai Pedoman kerja Petugas Loket di Loket pendaftaran dalam pelayanan KTPK dan
Kartu Rawat Jalan bagi pasien Umum / Askes / Masyarakat Miskin.

2. SASARAN :
Petugas Loket dalam mencatat pasien Umum, Askes dan Masyarakat Miskin, membuat
KTPK dan Kartu Rawat Jalan bagi Keluarga baru serta mencarikan Kartu Rawat Jalan yang
tersimpan dalam Famili Folder bagi Keluarga dengan kunjungan ulang.

3. URAIAN UMUM :
- Pencatatan Register No. Index :
Untuk pasien yang belum / tidak membawa KTPK dicatat nomor index ( dalam
wilayah kerja : 00.--- dan diluar wilayah kerja : 90.--- ), Nama KK, Umur & Alamat
KK ) pada Register nomor index.

- Pembuatan KTPK :
Mencatat Identitas ( Nama, umur, jenis kelamin, pasien umum / Askes, alamat &
nomor index sesuai dengan register nomor index ).

- Pembuatan Kartu Rawat Jalan :


Mencatat nomor index, identitas pasien ( nama pasien, nama KK, pekerjaan, umur,
alamat, jenis kelamin, hubungan dengan KK, agama ) dan tanggal kunjungan pertama.

- Pencatatan pasien :
Pasien dicatat pada register rawat jalan.

- Mencari Kartu Rawat Jalan :


Mencari Kartu Rawat Jalan di Rak Arsip sesuai dengan nomor index register yang
tertera pada KTPK untuk pasien kunjungan ulang.

4. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN :
a. Pasien datang mendaftarkan diri di loket pendaftaran.
b. Petugas mendaftarkan pasien :
 Pasien baru :
- Untuk pasien yang belum punya / tidak membawa KTPK dicatat nomor index
( dalam wilayah kerja : 00.--- dan luar wilayah kerja 90.--- ), nama KK, nama
pasien, alamat pada register nomor index.
- Petugas membuatkan KTPK.
- Petugas membuatkan Kartu Rawat Jalan.

 Pasien yang sudah memiliki KTPK :


- Petugas mencarikan Kartu Rawat Jalan sesuai nomor index KTPK untuk
pasien yang sudah pernah berobat / berkunjung.
- Petugas membuatkan Kartu Rawat Jalan sesuai dengan identitas pasien untuk
pasien yang belum pernah berobat / berkunjung.

 Pasien Askes / Masyarakat Miskin :


- Petugas meminta pasien menunjukkan Kartu Askes / Askes-MM.
- Petugas mencatat nomor Kartu Askes / Askes-MM.
- Petugas meminta tanda tangan peserta Askes / Askes-MM yang dilayani.

c. Petugas menarik retribusi dari pasien umum sesuai dengan Perda yang berlaku, dan
menyerahkan Kartu rawat jalan kepada pasien untuk dibawa ke tempat tujuan
pelayanan yang diinginkan.

d. Pasien membawa Kartu rawan jalan ke tempat tujuan pelayanan yang diinginkan dan
petugas di ruang pelayanan yang dituju menerima pasien dan melaksanakan pelayanan
sesuai dengan protap / standar pelayanan yang berlaku.

e. Petugas Loket mengambil Kartu rawat jalan ke ruang periksa / pelayanan masing-
masing setelah selesai pelayanan dan administrasi di ruang periksa / pelayanan
bersangkutan.

f. Petugas Loket menyimpan kembali Kartu Rawat Jalan ke Rak Arsip sesuai dengan
nomor index.

Mengetahui : Takmung, 1 Nopember 2005.


Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kepala Puskesmas Banjarangkan II,
Klungkung,

Dr. I Gst. Bagus Darnawa. Dr. I Nyoman Adiputra.


NIP. 140121918. NIP. 140216569.
ALUR PENDAFTARAN PASIEN

PASIEN DATANG

LOKET PENDAFTARAN

TIDAK BAWA KTPK MEMBAWA KTPK

REGISTER NOMOR
INDEX MENUNJUKKAN
KTPK
Tanggal, No. Index, Nama
KK, Umur, Jenis Kelamin,
Alamat

BUATKAN
KTPK
KARTU RAWAT
DIBUATKAN KARTU JALAN DI CARI
RAWAT JALAN. SESUAI NO.INDEX

» BAYAR RETRIBUSI SESUAI PERDA.


» TANDA TANGAN PESERTA ASKES / ASKES-MM.

RUANG PELAYANAN

PASIEN KELUAR RUANG TUNGGU KARTU RAWAT JALAN

DICATAT KE :
KARTU RAWAT
» REGISTER RAWAT
JALAN KARTU RAWAT JALAN JALAN.
DIMASUKKAN KE » SENSUS HARIAN
FAMILY FOLDER DIKEMBALIKAN KE PENYAKIT
DALAM RAK ARSIP LOKET

Kepala Puskesmas Banjarangkan II,

Dr. I Nyoman Adiputra.


NIP. 140216569.
PEMERINTAH KABUPATEN KLUNGKUNG
DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS BANJARANGKAN II

PROTAP PELAYANAN PENINGKATAN GIZI


DI PUSKESMAS BANJARANGKAN II

Pelayanan : Program Gizi..


Prosedur : Pelayanan Peningkatan Gizi.

1. TUJUAN :
Sebagai Pedoman kerja bagi petugas dalam memberikan pelayanan Gizi di Puskesmas Banjarangkan II.

2. SASARAN :
Petugas Gizi dalam memberikan pelayanan Gizi. Kepada Bayi, Anak Balita, Bumil, Bufas, WUS dan
Kelurga rumah tangga.

3. URAIAN UMUM :
a. Penerimaan Kunjungan Pasien / sasaran yang datang ke Puskesmas dari loket pendaftaran / Ruang
Pengobatan.
b. Pemantauan lapangan terhadap sasaran Program Gizi.
c. Wawancara terhadap pasien / sasaran ( Identitas pribadi dan anggota keluarga, masalah gizi yang
sedang dihadapi / yang mau dikonsulkan, riwayat penyakit yang sering diderita, keadaan pola
konsumsi makanan termasuk pemberian ASI kepada bayi ).
d. Konseling / penyuluhan.
e. Pencatatan dan pelaporan.

4. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN :

A. Terhadap sasaran yang berkunjung ke Puskesmas.

1) Petugas menerima pasien / sasaran yang berkunjung dari loket pendaftaran / Ruang
Pengobatan.
2) Petugas melakukan wawncara terhadap passien / sasaran meliputi :
» Identitas sasaran dan anggota keluarga.
» Masalah yang sedang dihadapi / yang mau dikonsulkan.
» Riwayat penyakit yang sering diderita.
» Keadaan pola konsumsi makanan termasuk keadaan pemberian ASI bagi bayi / balita.
3) Petugas melakukan penimbangan berat badan pasien / sasaran ( Bayi, Anak Balita )
dan pengukuran lingkaran lengan ( Bumil, Bufas dan WUS ).
4) Petugas melakukan penilaian dan analisa hasil penimbangan berat badan ( Bayi, Anak
Balita ) dan hasil pengukuran lingkaran lengan ( Bumil, Bufas, WUS ) berdasarkan
pedoman / standar yang berlaku.
5) Petugas melakukan konseling dan penyuluhan terhadap sasaran / keluarga sasaran
sesuai masalah yang sedang dihadapi.
6) Petugas merencanakan dan mengusulkan kegiatan serta melakukan intervensi sesuai
kebutuhan dan masalah yang dihadapi.
7) Petugas melaksanakan pencatatan hasil kegiatan yang telah dilaksanakan.
8) Petugas membuat laporan hasil kegiatan sesuai kebutuhan.

B. Terhadap sasaran yang ada di lapangan.

1) Petugas melakukan pemantauan pertumbuhan Balita / PSG, dilaksanakan setiap bulan


melalui penimbangan di Posyandu bersama kader, petugas melakukan penilaian K/S,
D/S, N/S, dan penemuan dini terhadap kemungkinan adanya Balita bermasalah ( Gizi
buruk ) untuk kemudian merencanakan intervensi yang diperlukan.
2) Petugas melakukan pemantauan kasus Gizi buruk ( KEP berat ) yang ditemukan
langsung atau yang dirujuk oleh kader Posyandu, petugas melakukan seleksi dengan
penimbangan ulang serta melakukan penilaian BB/U median WHO-NCHS, petugas
melakukan konsultasi dokter terhadap kasus yang ditemukan, petugas / dokter
merujuk kasus Gizi buruk dengan komplikasi ke RSU, terhadap kasus Gizi buruk
tanpa komplikasi dilakukan penyuluhan, konseling diet KEP berat, pemeriksaan fisik
dan pengobatan yang diperlukan serta intervensi gizi sesuai kebutuhan dan
kemampuan ( merencanakan, melaporkan / mengusulkan intervensi ke kabupaten ).
Petugas melakukan pemantauan mingguan, mencatat dan melaporkan perkembangan
berat badan dan kemajuan asupan makanan.
3) Petugas melakukan pemantauan perubahan pola konsumsi setiap bulan per desa
dengan mengambil sampel sebanyak 20 KK, meliputi : frekwensi makan keluarga,
jenis makanan pokok dan jumlah makanan yang dimasak.
4) Petugas melaksanakan pendistribusian kapsul vitamin A yang diorder / diterima dari
Gudang Obat setiap 6 bulan sekali ( bulan Pebruari dan Agustus ) terhadap bayi ( 6 –
12 bulan ), anak balita ( 13 – 60 bulan ), bufas, balita penderita diare, campak,
pneumonia, dan gizi buruk.
5) Petugas melaksanakan pemantauan Garam beryodium dan kadarzi, yang kegiatannya
dipadukan dengan kegiatan survei PHBS tatanan rumah tangga.
6) Petugas melakukan upaya peningkatan penggunaan ASI Eksklusif dengan
mengadakan pendataan bayi umur 0 – 6 bulan per desa, memberikan penyuluhan
kepada ibu bayi agar memberikan hanya ASI saja kepada bayinya dari baru lahir
sampai umur 6 bulan.
7) Petugas mencatat hasil kegiatan yang telah dilaksanakan.
8) Petugas melakukan analisa / pengkajian terhadap hasil kegiatan program yang
diperoleh dalam rangka perumusan masalah, penentuan prioritas masalah dan upaya
pemecahan masalah yang dapat dilakukan.
9) Petugas merencanakan dan mengusulkan kegiatan serta melakukan intervensi sesuai
kebutuhan dan masalah yang dihadapi ( RUK dan RPK ).
10) Petugas membuat laporan hasil kegiatan yang telah dilaksanakan.

Mengetahui : Takmung, 01 Nopember 2005.


Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Klungkung Kepala Puskesmas Banjarangkan II,

Dr. I Gst. Bagus Darnawa. Dr. I Nyoman Adiputra


NIP.140121918. NIP. 140216569.

ALUR PELAYANAN PENINGKATAN GIZI


DI PUSKESMAS BANJARANGKAN II
PASIEN /
UMUM
WAWANCARA
» Identitas pasien/keluarga
LOKET RUANG » Masalah gizi yang
PENDAFTARAN GIZI dihadapi.
» Riwayat penyakit.
» Pola konsumsi..
» Pemberian ASI kpd bayi

RUANG
PENGOBATAN

PENGUKURAN BB
PENGUKURAN LILA

PASIEN/UMUM KONSELING,
PULANG PENYULUHAN,

PENENTUAN MASALAH
DAN PRIORITAS
MASALAH

ALTERNATIF
PEMECAHAN MASALAH

PETUGAS MEMBUAT
RUK DAN RPK

PENCATANAN DAN
PELAPORAN SESUAI KEGIATAN LAPANGAN
KEBUTUHAN

Kepala Puskesmas Banjarangkan II,

Dr. I Nyoman Adiputra.


NIP.140216569.
PEMERINTAH KABUPATEN KLUNGKUNG
DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS BANJARANGKAN II
PROTAP PELAYANAN KLINIK SANITASI
DI PUSKESMAS BANJARANGKAN II

Pelayanan : Kesehatan Lingkungan.


Prosedur : Pelayanan Klinik Sanitasi.

5. TUJUAN :
Sebagai Pedoman kerja bagi petugas dalam memberikan pelayanan Klinik Sanitasi di Puskesmas
Banjarangkan II.

6. SASARAN :
Petugas Klinik Sanitasi dalam memberikan pelayanan Klinik Sanitasi.

7. URAIAN UMUM :
a. Penerimaan Pasien dari loket pendaftaran / Ruang Pengobatan.
b. Wawancara terhadap pasien ( Identitas pribadi dan anggota keluarga, masalah yang sedang dihadapi
/ yang mau dikonsulkan, keadaan lingkungan dan rumah tempat tinggal ).
c. Konseling / penyuluhan.
d. Pencatatan dan pelaporan.

8. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN :
a. Petugas menerima pasien dari loket pendaftaran / Ruang Pengobatan.

b. Petugas melakukan wawncara terhadap passien meliputi :


» Identitas pribadi dan anggota keluarga.
» Masalah yang sedang dihadapi / yang mau dikonsulkan.
» Keadaan lingkungan tempat tinggal ( Sarana Air Bersih, Jamban Keluarga, Tempat
pembuangan / pengelolaan sampah, TTU, TPM, dll ).
» Keadaan rumah tempat tinggal ( lantai, dinding, atap, luas ruangan, pencahayaan, ventilasi
)

c. Petugas bersama pasien melakukan analisa masalah yang dihadapi pasien.


d. Petugas melakukan konseling dan penyuluhan atas masalah yang dihadapi pasien.
e. Petugas memberikan alternatif pemecahan masalah dan mendiskusikannya dengan pasien
alternatif mana yang bisa dikerjakan pasien yang diputuskan sendiri oleh pasien.
f. Petugas bersedia melakukan kunjungan rumah bila diperlukan pasien / masyarakat.
g. Petugas melakukan pencatatan hasil pelayanan klinik sanitasi yang telah dilakukannya.
h. Petugas membuat laporan kegiatan sesuai dengan kebutuhan.

Mengetahui : Takmung, 01 Nopember 2005.


Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Klungkung Kepala Puskesmas Banjarangkan II,

Dr. I Gst. Bagus Darnawa. Dr. I Nyoman Adiputra


NIP.140121918. NIP. 140216569.
ALUR PELAYANAN KLINIK SANITASI
DI PUSKESMAS BANJARANGKAN II

PASIEN / WAWANCARA
UMUM » Identitas pasien/keluarga
» Lingkungan sekitar
tempat tinggal.
» Keadaan rumah,
» Jumlah anggt.keluarga.
» Masalah yang dihadapi..
LOKET KLINIK
PENDAFTARAN SANITASI

RUANG
PENGOBATAN

PENGISIAN FORMULIR

ANALISA MASALAH,
KONSELING,
PENYULUHAN,

ALTERNATIF
PEMECAHAN MASALAH

PILIH ALTERNATIF
OLEH PASIEN SENDIRI

PETUGAS BERSEDIA
PENCATATAN HASIL KUNJUNGAN RUMAH
PELAYANAN BILA DIPERLUKAN

PELAPORAN SESUAI PASIEN/UMUM


KEBUTUHAN PULANG

Kepala Puskesmas Banjarangkan II,

Dr. I Nyoman Adiputra.


NIP.140216569.
PEMERINTAH KABUPATEN KLUNGKUNG
DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS BANJARANGKAN II

PROTAP PELAYANAN KB SUNTIK


DI KLINIK KB PUSKESMAS BANJARANGKAN II
Pelayanan : Keluarga Berencana ( KB ).
Prosedur : Pelayanan KB. Suntik.

9. TUJUAN :
Sebagai Pedoman kerja bagi petugas dalam memberikan pelayanan KB. Suntik di Klinik KB
Puskesmas Banjarangkan II.

10.SASARAN :
Petugas klinik KB dalam memberikan pelayanan KB. Suntik.

11.URAIAN UMUM :
a. Penerimaan Pasien dari loket pendaftaran.
b. Pengkajian data pasien dan pengisian Kartu KB.
c. Pemeriksaan fisik akseptor KB. Suntik.
d. Konseling / penyuluhan kepada akseptor tentang efek samping dan jadwal kunjungan
kembali.
e. Persiapan alat dan pelaksanaan penyuntikan.
f. Pencatatan dan pelaporan.

12.LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN :
a. Petugas menerima akseptor dari loket pendaftaran.

b. Petugas melakukan anmnesa kepada akseptor tentang :


» Identitas akseptor.
» Jumlah anak.
» Menstruasi terakhir.
» Riwayat penyakit ( tumor, jantung, DM, dll ).

c. Petugas melakukan pengisian status sesuai dengan hasil anmnesa.

d. Petugas melakukan pemeriksaan :


» Mengukur Berat Badan.
» Mengukur Tekanan darah.
» Melakukan pemeriksaan khusus :
- Mata : warna sklera ?
- Payudara : ada benjolan ?
- Leher : kelainan tyroid ?
- Perut : pembesaran uterus / benjolan ?
- Ekstremitas : varices ?

e. Petugas melakukan konseling / penyuluhan tentang efek samping dan jadwal kunjungan
kembali.
f. Petugas menyiapkan alat dan Obat suntik KB.

g. Petugas melakukan aspirasi obat suntik KB ke dalam spuit disposible yang sesuai.

h. Petugas melakukan anti septik dengan kapas alkohol pada lokasi yang akan disuntik.

i. Petugas melakukan penyuntikan secara intra muskuler, kemudian aspirasi untuk


memastikan ujung jarum spuit tidak masuk ke pempuluh darah, lanjut menyemprotkan obat
suntik KB sesuai dosis dan mencabut jarum spuit dari tempat suntikan.
j. Petugas melakukan anti septik kembali pada luka bekas suntikan.
k. Petugas membuang spuit bekas ke tempat sampah medis yang tersedia.

l. Petugas menyerahkan Kartu KB yang telah diisi kepada akseptor.

m. Petugas melakukan pencatatan hasil pelayanan di K-1 dan Register KB.

Mengetahui : Takmung, 01 Nopember 2005.


Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Klungkung Kepala Puskesmas Banjarangkan II,

Dr. I Gst. Bagus Darnawa. Dr. I Nyoman Adiputra


NIP.140121918. NIP. 140216569.

ALUR PELAYANAN KELUARGA BERENCANA ( KB )


DI KLINIK KB PUSKESMAS BANJARANGKAN II

AKSEPTOR

LOKET RUANG/KLINIK ANAMNESA


PENDAFTARAN KB » Identitas akseptor.
» Jumlah anak.
» Menstruasi terakhir.
» Riwayat penyakit.
PENGISIAN STATUS

PEMERIKSAAN
» Berat Badan.
» Tekanan darah
» Pemeriksaan khusus :
LABORATORIUM
- Mata.
( Urine – PP.Test )
- Payudara.
- Perut.
- Ekstremitas.

KONSELING/PENYULUHAN

RUANG
PENGOBATAN PENYAKIT BERESIKO PELAYANAN KB :
 IUD
 SUNTIK
 PIL
APOTIK :
 KONDOM
 OBAT EFEK
SAMPING.
 PIL / KONDOM.

PASIEN
RUJUK PULANG
RSU

Kepala Puskesmas Banjarangkan II,

Dr. I Nyoman Adiputra.


PEMERINTAH KABUPATEN KLUNGKUNG
NIP.140216569.
DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS BANJARANGKAN II

PROTAP PELAYANAN PEMASANGAN IUD DI KLINIK KB


PUSKESMAS BANJARANGKAN II

Pelayanan : Keluarga Berencana ( KB ).


Prosedur : Pemasangan IUD.
13.TUJUAN :
Sebagai Pedoman kerja bagi petugas dalam memberikan pelayanan pemasangan IUD di Klinik
KB Puskesmas Banjarangkan II.

14.SASARAN :
Petugas klinik KB dalam memberikan pelayanan pemasangan IUD.

15.URAIAN UMUM :
a. Penerimaan Pasien dari loket pendaftaran.
b. Pengkajian data pasien dan pengisian Kartu KB.
c. Pemeriksaan fisik akseptor IUD.
d. Konseling / penyuluhan kepada akseptor tentang efek samping dan jadwal kunjungan
kembali.
e. Persiapan alat dan pelaksanaan pemasangan IUD.
f. Pencatatan dan pelaporan.

16.LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN :
a. Petugas menerima akseptor dari loket pendaftaran.

b. Petugas melakukan anmnesa kepada akseptor tentang :


» Identitas akseptor.
» Jumlah anak.
» Menstruasi terakhir.
» Riwayat penyakit ( tumor, jantung, DM, dll ).

c. Petugas melakukan pengisian status sesuai dengan hasil anmnesa.

d. Petugas melakukan pemeriksaan :


» Mengukur Berat Badan.
» Mengukur Tekanan darah.
» Melakukan pemeriksaan khusus :
- Mata : warna sklera ?
- Payudara : ada benjolan ?
- Leher : kelainan tyroid ?
- Perut : pembesaran uterus / benjolan ?
- Ekstremitas : varices ?

e. Petugas melakukan konseling / penyuluhan tentang efek samping dan jadwal kunjungan
kembali.
f. Petugas menyiapkan alat dan IUD yang steril.

g. Petugas memakai hand scoen dan melaksanakan pembersihan vulva.

h. Petugas melakukan pemeriksaan dalam ( Porsio, uterus, terhadap kemungkinan adanya


massa ).
i. Petugas melakukan pemasangan spekulum dan menentukan bentuk uterus ( antefleksi /
retrifleksi, panjang uterus.
j. Petugas memasukkan IUD ke dalam tabung insersi, selanjutnya melakukan insersi dan
memotong tali IUD.
k. Petugas membersihkan alat-alat yang telah dipakai.

l. Petugas menyerahkan Kartu KB yang telah diisi kepada akseptor.

m. Petugas melakukan pencatatan hasil pelayanan di K-1 dan Register KB.

Mengetahui : Takmung, 01 Nopember 2005.


Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Klungkung Kepala Puskesmas Banjarangkan II,

Dr. I Gst. Bagus Darnawa. Dr. I Nyoman Adiputra


NIP.140121918. NIP. 140216569.
PROTAP PEMERIKSAAN LABORATORIUM
DI PUSKESMAS BANJANGKAN II

Pelayanan : Laboratorium.
Prosedur : Pemeriksaan Spesimen.

1. TUJUAN :
Sebagai Pedoman kerja bagi Analis / petugas laboratorium dalam pelayanan pemeriksaan
Laboratorium.
2. SASARAN :
Analis / petugas laboratorium terlatih dalam mencatat data penderita, melakukan persiapan
penderita, serta peralatan dan reagensia, melakukan tindakan, melaksanakan prosedur
pemeriksaan, membuat pencatatan dan pelaporan.
3. URAIAN UMUM :

Registrasi : Pencatatan data penderita, pemberian nomor spesimen.

Persiapan penderita : Penjelasan tentang apa yang akan dilakukan oleh petugas
laboratorium kepada penderita.

Persiapan alat dan reagen : Menggunakan peralatan dan reagensia yang sudah
dikalibrasi.

Tindakan : Tindakan pengambilan spesimen sesuai dengan kebutuhan


pemeriksaan yang diminta.

Pemeriksaan : Pemeriksaan laboratorium sesuai dengan pedoman


pemeriksaan yang berlaku.

Pencatatan dan pelaporan : Pencatatan hasil pemeriksaan di buku register laboratorium,


pelaporan hasil pemeriksaan dengan menggunakan formulir
hasil pemeriksaan.

4. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN :
a. Petugas menerima formulir permohonan pemeriksaan
laboratorium yang dibawa pasien dari Ruang Pengobatan/Dokter, Ruang KIA/KB,
Bidan Praktek Swasta.
b. Petugas mencatat identitas pasien ( nama, umur, alamat,
tanggal pemeriksaan, jenis pemeriksaan ).
c. Petugas melaksanakan pengambilan specimen yang belum
tersedia :
- Spesimen Urine : Petugas memberikan pot / wadah untuk menampung urine
sewaktu dan menjelaskan kepada pasien tentang cara
pengumpulan spesimen yang benar.
- Spesimen darah : Petugas melakukan pengambilan darah dengan cara anti
septik pada lokasi pengambilan darah vena, tusukkan
jarum spuit steril ( disposible ) yang sesuai masuk ke
dalam pembuluh darah vena, aspirasi hingga darah masuk
ke dalam spuit sejumlah kebutuhan, jarum spuit dicabut
dan luka bekas tusukan jarum dianti septik dengan kapas
alkohol.
d. Petugas menerima spesimen yang sudah tersedia / dibawa
oleh pasien atau yang diantar oleh petugas ( spesimen tinja, sputum, slide darah
malaria ).
e. Petugas memberi nomor urut / kode pada specimen sesuai
buku bantu /register laboratorium.
f. Petugas menerangkan kepada pasien mengenai kapan hasil
pemeriksaan akan selesai dan bisa diambil.
g. Petugas melakukan pemeriksaan specimen sesuai dengan
pedoman pemeriksaan yang berlaku untuk setiap jenis specimen.
h. Petugas melakukan rujukan ke sarana laboratorium yang lebih
mampu terhadap specimen yang tidak mampu dikerjakan di tempat.
i. Petugas mencatat hasil pemeriksaan pada buku register
laboratorium dan formulir hasil pemeriksaan.
j. Formulir hasil pemeriksaan yang telah diisi dimasukkan ke
dalam amplop tertutup dan menyerahkannya kepada pasien untuk diteruskan kepada
pengirim.
k. Pasien menyelesaikan biaya pemeriksaan dan administrasi,
lanjut kembali ke unit pengirim.

Mengetahui : Takmung, 01 Nopember 2005


KepalaDinas Kesehatan Kabupaten Klungkung, Kepala Puskesmas Banjarangkan II,

Dr, I Gst. Bagus Darnawa. Dr. I Nyoman Adiputra.


NIP. 140121918. NIP. 140216569.
PEMERINTAH KABUPATEN KLUNGKUNG
DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS BANJARANGKAN II

PROTAP PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT


DI PUSKESMAS BANJARANGKAN II

Pelayanan : Kesehatan Gigi dan Mulut.


Prosedur : Pemeriksaan dan Perawatan Gigi dan Mulut.
1. TUJUAN :
Sebagai Pedoman kerja bagi petugas dalam melaksanakan pelayanan pemeriksaan dan
perawatan kesehatan Gigi dan Mulut di Puskesmas.
2. SASARAN :
Petugas ( Dokter Gigi / Perawat Gigi ) dalam melaksanakan pemeriksaan dan perawatan
kesehatan Gigi dan Mulut penderita.
3. URAIAN UMUM :
a. Persiapan Ruangan dan Alat :
- Meja, kursi dan dental unit.
- Alat-alat Gigi.
- Bahan-bahan / obat-obatan untuk gigi
- Kompresor.
- Bor gigi.

b. Persiapan Petugas :
- Perlindungan diri.

c. Pemeriksaan Pasien :
- Anamnesa.
- Pemeriksaan Gigi ( oral ).
- Pemeriksaan ekstra oral.

d. Persiapan Tindakan :
- Catat rencana tindakan.
- Konseling.
- Sterilisasi instrumen.

e. Melakukan Tindakan :
- Konservatif.
- Pencabutan.

f. Pemeliharaan Ruangan dan Alat.

g. Pencatatan dan pelaporan :


- Kartu rawat jalan.
- Register rawat jalan.
- Sensus harian penyakit.

4. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN :
a. Petugas menyiapkan Ruangan dan Alat, membersihkan meja, kursi dan dental unit,
menyiapkan alat-alat gigi, bahan-bahan / obat-obatan untuk gigi, menghidupkan
kompresor, memeriksa apakah bor dapat berfungsi dengan baik.
b. Petugas memakai alat perlindungan diri seperlunya.misalnya : Lab Jas, masker dan sarung
tangan.
c. Petugas melakukan pemeriksaan pasien, meliputi :
- Anamnesa tentang keluhan utama, keluhan tambahan, berapa lama, lokasinya
dimana, apakah mengganggu tidur, tanyakan juga riwayat penyakit yang lain
( Jantung, Kencing manis, Tekanan darah tinggi, kehamilan pada wanita, alergi,
asthma, tbc ).
- Pemeriksaan Gigi ( oral ) :
» Gigi ( karies, warna, posisi, bentuk ).
» Lidah ( warna, kelainan yang ada, bentuk, ukuran ).
» Mukosa pipi ( ulkus, lesi, radang ).
» Langit-langit keras ( apakah ada kista, tumor, celah langit-langit ).
» Dasar mulut ( apakah bengkak, kista, penyumbatan kelenjar ludah ).
- Pemeriksaan ekstra oral ( pipi, bibir, kelenjar limfe ).

d. Petugas menentukan Diagnosa dan melakukan persipan tindakan ( buat rencana tindakan,
konseling kepada pasien tentang rencana tindakan dan hal-hal yang penting diketahui oleh
pasien ) serta melaksanakan sterilisasi instrumen.
e. Petugas melakukan Tindakan sesuai dengan diagnosa dan jenis tindakan yang diperlukan
:

1) Konservatif :
a) Penambalan Tetap :
» Iritasi pulpa dan karies media :
- Pembuangan jaringan karies.
- Preparasi cavitas.
- Sterilisasi cavitas.
- Zinc phosphat cement.
- Tambalan tetap ( amalgam, art, luxilut, silikat, fuji, dll ).
- Instruksi.

» Hiperaemi pulpa :
- Pembuangan jaringan karies.
- Preparasi cavitas.
- Sterilisasi cavitas.
- Eugenol kapas.
- Fletcer.
Pasien diintruksikan kembali 1 ( satu ) minggu lagi. Sesudah pasien
kembali tambalan sementara dibongkar diganti dengan :
- Zinc phosphat cement.
- Tambalan tetap.
- Instruksi.

» Hp. Profunda :
- Pembuangan jaringan karies.
- Preparasi cavitas.
- Sterilisasi cavitas.
- Perlindungan pulpa dengan Dycal atau calxyl.
- Zinc phosphat cement.
Pasien diinstruksikan untuk kembali 3 – 7 hari lagi. Sesudah pasien
kembali tambalan sementara dibongkar diganti dengan :
- Zinc phosphat cement.
- Tambalan tetap.
- Instruksi.

b) Penambalan Sementara :
» Pulpitis :
- Pembuangan jaringan karies.
- Sterilisasi cavitas.
- Pemberian obat gigi untuk menghilangkan rasa sakit dan obat untuk
mematikan saraf gigi ( devitalisasi pulpa ).
- Tambalan sementara dengan Fletcer atau cavit.
- Pemberian analgetik peroral.
- Pasien disuruh kembali 3 ( tiga ) hari lagi. Setelah pasien kembali
dilakukan :
- Bongkar tambalan sementara.
- Pembukaan atap pulpa.
- Sterilisasi cavitas.
- Pemberian obat untuk sterisasi pulpa ( salah satu, TKF, CHKM,
chresophene atau rockle, ditaruh di kapas dan diletakkan di ruang
pulpa ).
- Fletcer atau cavit.
Pasien disuruh kembali antara 4 – 7 hari lagi. Ketika pasien kembali
obatnya diganti. Penggantian obat dilakukan minimal 2 kali. Kalau
gigi masih sakit bila diperkusi penggantian obat dilakukan lagi
berulang-ulang sampai pasien tidak merasa sakit lagi ketika gigi
diperkusi maka gigi dianggap sudah steril. Selanjut di lakukan :
- Bongkar tambalan sementara.
- Sterilisasi cavitas.
- Pemberian obat mumifikasi ( putrex atau iodoform pasta ).
- Zinc phosphat cement.
- Pasien diinstruksikan kembali 1 minggu lagi. Sesudah pasien kembali
dilakukan :
- Pembuangan sebagian sebagian dari Zinc phosphat cement.
- Preparasi cavitas.
- Tambalan tetap ( amalgam atau silikat ) tergantung keperluan, fungís
dan estetik.
- Instruksi.

» Gangren pulpa :
- Pembuangan jaringan karies.
- Pembukaan atap pulpa.
- Sterilisasi cavitas.
- Pemberian obat untuk jaringan pulpa ( TKF, CHKM, chresophene
atau rockle ).
- Fletcer atau cavit.
- Pasien disuruh kembali antara 4 – 7 hari lagi.
Prosedur ini dilakukan minimal 2 kali sehari dengan mengganti obat
dalam pulpa. Kalau masih ada bau ganggren atau rasa sakit kalau gigi
diperkusi, penggantian obat dilakukan lagi berulang-ulang sampai
tidak ada rasa sakit lagi ketika gigi diperkusi. Sesudah pulpa steril
proses selanjutnya sama dengan perawatan pulpitis di atas.
» GP dengan PD ( Gangren pulpa dengan Periodontitis ) :
- Pembuangan jaringan karies.
- Pembukaan atap pulpa.
- Sterilisasi cavitas.
- Tutupdengan kapas (longgar).
- Pemberian antibiotik dan analgesik per oral
- Intruksikan pasien kembali 3 hari lagi.
Sesudah pasien kembali dan gigi tidak sakit ketika diperkusi,
perawatan selanjutnya sama dengan perawatan gangren pulpa.
Catatan : Prosedur ini dilaksanakan kalau gigi masih memungkinkan
untuk dilakukan penambalan tetap.

2) Pencabutan :
a) Pencabutan gigi tetap :
» Oleskan betadin pada gigi yang akan dicabut.
» Penyuntikan dengan obat anestesi ( lidocain atau pehacain ).
» Setelah terasa parasthesi lakukan pemisahan gigi dari gusi dengan bein.
» Pencabutan gigi.
» Pemberian tampon.
» Pemberian antibiotik, analgetik, anti imflamasi ( kalau perlu ) per oral.
b) Pencabutan gigi susu :
» Topikal anestesi.
» Pencabutan.
» Pemberian tampon.
» Instruksi.
c) Abses :
» Abses pada akar gigi ( lokal ) :
-Bersihkan daerah sekitar gigi.
-Oleskan betadin.
-Berikan antibiotik, analgetik dan anti imflamasi per oral.
-Instruksikan kepada pasien agar kembali setelah obat habis. Kalau
pasien sudah sembuh lakukan pencabutan gigi.
» Abses sub mukosa ( dengan gigi gangren ) :
- Buka atap pulpa.
- Bersihkan cavitas.
- Tutup dengan kapas ( longgar ).
- Berikan antibiotik, analgetik dan anti imflamasi per oral.
- Instruksikan pasien kembali setelah obat habis, kalau masih bengkak
tambah obat lagi untuk dilanjutkan, kalau sudah sembuh dapat
dilakukan pencabutan gigi.
» Abses sub cutan ( dengan gigi gangren ) :
-Oleskan betadin.
- Pemberian topikal anestesi.
- Insisi abses.
- Drainage.
- Bersihkan.
- Kalau ekstra oral dan tersedia rubberdam, beri rubberdam untuk
drainage.
- Berikan antibiotik, analgetik dan anti imflamasi per oral.
Bila gigi dengan pulpa tertutup lakukan pembukaan atap pulpa bila
memungkinkan.

3) Perawatan Jaringan Periodontal :


a) Calculus :
» Kumur-kumur.
» Pengambilan karang gigi supra dan sub ginggival.
» Dibersihkan.
» Oleskan betadin.
» Instruksi.
b) Periodontitis :
» Oleskan betadin pada gusi.
» Lakukan Curetage.
» Bersihkan dengan menyemprotkan betadin.
» Kumur-kumur.

» Berikan antibiotik, analgetik dan anti imflamasi per oral.


» Instruksi.
f. Setelah selesai melakukan tindakan / penanganan pasien, petugas melaksanakan
kegiatan :
1. Membersihkan alat-alat bekas dipakai.
2. Membersihkan ruang pelayanan.
3. Perawatan contra angle dan scaler motorik dengan minyak.
4. Sterilisasi alat ( instrumen ).

g. Petugas melaksanakan pencatatan dan pelaporan :


- Mengisi Kartu rawat jalan.
- Mencatat dalam Register rawat jalan semua pasien yang dilayani.
- Membuat sensus harian penyakit.
- Membuat laporan sesuai dengan kebutuhan.

Mengetahui : Takmung, 01 Nopember 2005.


Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Klungkung, Kepala Puskesmas Banjarangkan II,

Dr. I Gst. Bagus Darnawa. Dr. I Nyoman Adiputra


NIP. 140121918. NIP. 140216569.

ALUR PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT


DI PUSKESMAS BANJARANGKAN II

PASIEN LOKET RUANG


GILUT PENDAFTARAN
PELAYANAN
KES.GILUT.

R.UANG
PENGOBATAN
 ANAMNESA
 PEMERIKSAAN
 DIAGNOSA

RUANG KIA
RUJUK THERAPI /
RSU TINDAKAN

PEMELIHARAAN RUANGAN DAN ALAT APOTIK

PENCATATAN DAN PELAPORAN


MENGISI KARTU RAWAT JALAN, REGISTER
RAWAT JALAN, SENSUS HARIAN PENYAKIT,
LAPORAN SESUAI DENGAN KEBUTUHAN

PASIEN
KARTU RAWAT JALAN DIKEMBALIKAN KE LOKET PULANG

Kepala Puskesmas Banjarangkan II,

Dr. I Nyoman Adiputra


NIP. 140216569.
PEMERINTAH KABUPATEN KLUNGKUNG
DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS BANJARANGKAN II

PROTAP PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT


DI PUSKESMAS BANJARANGKAN II

Pelayanan : Kesehatan Gigi dan Mulut.


Prosedur : Pemeriksaan dan Perawatan Gigi dan Mulut.

5. TUJUAN :
Sebagai Pedoman kerja bagi petugas dalam melaksanakan pelayanan pemeriksaan dan
perawatan kesehatan Gigi dan Mulut di Puskesmas.
6. SASARAN :
Petugas ( Dokter Gigi / Perawat Gigi ) dalam melaksanakan pemeriksaan dan perawatan
kesehatan Gigi dan Mulut penderita.
7. URAIAN UMUM :
a. Persiapan Ruangan dan Alat :
- Meja, kursi dan dental unit.
- Alat-alat Gigi.
- Bahan-bahan / obat-obatan untuk gigi
- Kompresor.
- Bor gigi.

b. Persiapan Petugas :
- Perlindungan diri.

c. Pemeriksaan Pasien :
- Anamnesa.
- Pemeriksaan Gigi ( oral ).
- Pemeriksaan ekstra oral.

d. Persiapan Tindakan :
- Catat rencana tindakan.
- Konseling.
- Sterilisasi instrumen.

e. Melakukan Tindakan :
- Konservatif.
- Pencabutan.

f. Pemeliharaan Ruangan dan Alat.

g. Pencatatan dan pelaporan :


- Kartu rawat jalan.
- Register rawat jalan.
- Sensus harian penyakit.

8. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN :
a. Petugas menyiapkan Ruangan dan Alat, membersihkan meja, kursi dan dental unit,
menyiapkan alat-alat gigi, bahan-bahan / obat-obatan untuk gigi, menghidupkan
kompresor, memeriksa apakah bor dapat berfungsi dengan baik.
b. Petugas memakai alat perlindungan diri seperlunya.misalnya : Lab Jas, masker dan sarung
tangan.
c. Petugas melakukan pemeriksaan pasien, meliputi :
- Anamnesa tentang keluhan utama, keluhan tambahan, berapa lama, lokasinya
dimana, apakah mengganggu tidur, tanyakan juga riwayat penyakit yang lain
( Jantung, Kencing manis, Tekanan darah tinggi, kehamilan pada wanita, alergi,
asthma, tbc ).
- Pemeriksaan Gigi ( oral ) :
» Gigi ( karies, warna, posisi, bentuk ).
» Lidah ( warna, kelainan yang ada, bentuk, ukuran ).
» Mukosa pipi ( ulkus, lesi, radang ).
» Langit-langit keras ( apakah ada kista, tumor, celah langit-langit ).
» Dasar mulut ( apakah bengkak, kista, penyumbatan kelenjar ludah ).
- Pemeriksaan ekstra oral ( pipi, bibir, kelenjar limfe ).

d. Petugas menentukan Diagnosa dan melakukan persipan tindakan ( buat rencana tindakan,
konseling kepada pasien tentang rencana tindakan dan hal-hal yang penting diketahui oleh
pasien ) serta melaksanakan sterilisasi instrumen.
e. Petugas melakukan Tindakan sesuai dengan diagnosa dan jenis tindakan yang diperlukan
:

1) Konservatif :
a) Penambalan Tetap :
» Iritasi pulpa dan karies media :
- Pembuangan jaringan karies.
- Preparasi cavitas.
- Sterilisasi cavitas.
- Zinc phosphat cement.
- Tambalan tetap ( amalgam, art, luxilut, silikat, fuji, dll ).
- Instruksi.

» Hiperaemi pulpa :
- Pembuangan jaringan karies.
- Preparasi cavitas.
- Sterilisasi cavitas.
- Eugenol kapas.
- Fletcer.
Pasien diintruksikan kembali 1 ( satu ) minggu lagi. Sesudah pasien
kembali tambalan sementara dibongkar diganti dengan :
- Zinc phosphat cement.
- Tambalan tetap.
- Instruksi.

» Hp. Profunda :
- Pembuangan jaringan karies.
- Preparasi cavitas.
- Sterilisasi cavitas.
- Perlindungan pulpa dengan Dycal atau calxyl.
- Zinc phosphat cement.
Pasien diinstruksikan untuk kembali 3 – 7 hari lagi. Sesudah pasien
kembali tambalan sementara dibongkar diganti dengan :
- Zinc phosphat cement.
- Tambalan tetap.
- Instruksi.

b) Penambalan Sementara :
» Pulpitis :
- Pembuangan jaringan karies.
- Sterilisasi cavitas.
- Pemberian obat gigi untuk menghilangkan rasa sakit dan obat untuk
mematikan saraf gigi ( devitalisasi pulpa ).
- Tambalan sementara dengan Fletcer atau cavit.
- Pemberian analgetik peroral.
- Pasien disuruh kembali 3 ( tiga ) hari lagi. Setelah pasien kembali
dilakukan :
- Bongkar tambalan sementara.
- Pembukaan atap pulpa.
- Sterilisasi cavitas.
- Pemberian obat untuk sterisasi pulpa ( salah satu, TKF, CHKM,
chresophene atau rockle, ditaruh di kapas dan diletakkan di ruang
pulpa ).
- Fletcer atau cavit.
Pasien disuruh kembali antara 4 – 7 hari lagi. Ketika pasien kembali
obatnya diganti. Penggantian obat dilakukan minimal 2 kali. Kalau
gigi masih sakit bila diperkusi penggantian obat dilakukan lagi
berulang-ulang sampai pasien tidak merasa sakit lagi ketika gigi
diperkusi maka gigi dianggap sudah steril. Selanjut di lakukan :
- Bongkar tambalan sementara.
- Sterilisasi cavitas.
- Pemberian obat mumifikasi ( putrex atau iodoform pasta ).
- Zinc phosphat cement.
- Pasien diinstruksikan kembali 1 minggu lagi. Sesudah pasien kembali
dilakukan :
- Pembuangan sebagian sebagian dari Zinc phosphat cement.
- Preparasi cavitas.
- Tambalan tetap ( amalgam atau silikat ) tergantung keperluan, fungís
dan estetik.
- Instruksi.

» Gangren pulpa :
- Pembuangan jaringan karies.
- Pembukaan atap pulpa.
- Sterilisasi cavitas.
- Pemberian obat untuk jaringan pulpa ( TKF, CHKM, chresophene
atau rockle ).
- Fletcer atau cavit.
- Pasien disuruh kembali antara 4 – 7 hari lagi.
Prosedur ini dilakukan minimal 2 kali sehari dengan mengganti obat
dalam pulpa. Kalau masih ada bau ganggren atau rasa sakit kalau gigi
diperkusi, penggantian obat dilakukan lagi berulang-ulang sampai
tidak ada rasa sakit lagi ketika gigi diperkusi. Sesudah pulpa steril
proses selanjutnya sama dengan perawatan pulpitis di atas.
» GP dengan PD ( Gangren pulpa dengan Periodontitis ) :
- Pembuangan jaringan karies.
- Pembukaan atap pulpa.
- Sterilisasi cavitas.
- Tutupdengan kapas (longgar).
- Pemberian antibiotik dan analgesik per oral
- Intruksikan pasien kembali 3 hari lagi.
Sesudah pasien kembali dan gigi tidak sakit ketika diperkusi,
perawatan selanjutnya sama dengan perawatan gangren pulpa.
Catatan : Prosedur ini dilaksanakan kalau gigi masih memungkinkan
untuk dilakukan penambalan tetap.

4) Pencabutan :
a) Pencabutan gigi tetap :
» Oleskan betadin pada gigi yang akan dicabut.
» Penyuntikan dengan obat anestesi ( lidocain atau pehacain ).
» Setelah terasa parasthesi lakukan pemisahan gigi dari gusi dengan bein.
» Pencabutan gigi.
» Pemberian tampon.
» Pemberian antibiotik, analgetik, anti imflamasi ( kalau perlu ) per oral.
b) Pencabutan gigi susu :
» Topikal anestesi.
» Pencabutan.
» Pemberian tampon.
» Instruksi.
c) Abses :
» Abses pada akar gigi ( lokal ) :
-Bersihkan daerah sekitar gigi.
-Oleskan betadin.
-Berikan antibiotik, analgetik dan anti imflamasi per oral.
-Instruksikan kepada pasien agar kembali setelah obat habis. Kalau
pasien sudah sembuh lakukan pencabutan gigi.
» Abses sub mukosa ( dengan gigi gangren ) :
- Buka atap pulpa.
- Bersihkan cavitas.
- Tutup dengan kapas ( longgar ).
- Berikan antibiotik, analgetik dan anti imflamasi per oral.
- Instruksikan pasien kembali setelah obat habis, kalau masih bengkak
tambah obat lagi untuk dilanjutkan, kalau sudah sembuh dapat
dilakukan pencabutan gigi.
» Abses sub cutan ( dengan gigi gangren ) :
-Oleskan betadin.
- Pemberian topikal anestesi.
- Insisi abses.
- Drainage.
- Bersihkan.
- Kalau ekstra oral dan tersedia rubberdam, beri rubberdam untuk
drainage.
- Berikan antibiotik, analgetik dan anti imflamasi per oral.
Bila gigi dengan pulpa tertutup lakukan pembukaan atap pulpa bila
memungkinkan.

5) Perawatan Jaringan Periodontal :


c) Calculus :
» Kumur-kumur.
» Pengambilan karang gigi supra dan sub ginggival.
» Dibersihkan.
» Oleskan betadin.
» Instruksi.
d) Periodontitis :
» Oleskan betadin pada gusi.
» Lakukan Curetage.
» Bersihkan dengan menyemprotkan betadin.
» Kumur-kumur.

» Berikan antibiotik, analgetik dan anti imflamasi per oral.


» Instruksi.

f. Setelah selesai melakukan tindakan / penanganan pasien, petugas melaksanakan


kegiatan :
5. Membersihkan alat-alat bekas dipakai.
6. Membersihkan ruang pelayanan.
7. Perawatan contra angle dan scaler motorik dengan minyak.
8. Sterilisasi alat ( instrumen ).

g. Petugas melaksanakan pencatatan dan pelaporan :


- Mengisi Kartu rawat jalan.
- Mencatat dalam Register rawat jalan semua pasien yang dilayani.
- Membuat sensus harian penyakit.
- Membuat laporan sesuai dengan kebutuhan.

Mengetahui : Takmung, 01 Nopember 2005.


Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Klungkung, Kepala Puskesmas Banjarangkan II,

Dr. I Gst. Bagus Darnawa. Dr. I Nyoman Adiputra


NIP. 140121918. NIP. 140216569.

ALUR PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT


DI PUSKESMAS BANJARANGKAN II

PASIEN LOKET RUANG


GILUT PENDAFTARAN
PELAYANAN
KES.GILUT.

R.UANG
PENGOBATAN
 ANAMNESA
 PEMERIKSAAN
 DIAGNOSA

RUANG KIA

RUJUK THERAPI /
RSU TINDAKAN
PEMELIHARAAN RUANGAN DAN ALAT APOTIK

PENCATATAN DAN PELAPORAN


MENGISI KARTU RAWAT JALAN, REGISTER
RAWAT JALAN, SENSUS HARIAN PENYAKIT,
LAPORAN SESUAI DENGAN KEBUTUHAN

PASIEN
KARTU RAWAT JALAN DIKEMBALIKAN KE LOKET PULANG

Kepala Puskesmas Banjarangkan II,

Dr. I Nyoman Adiputra


NIP. 140216569.
PROTAP PELAYANAN TINDAKAN INJEKSI ( PENYUNTIKAN )
DI RUANG PELAYANAN PUSKESMAS BANJARANGKAN II

Pelayanan : Pasien dengan indikasi injeksi di ruang pelayanan.


Prosedur : Tindakan Injeksi ( Penyuntikan ).

1. TUJUAN :
Sebagai Pedoman kerja bagi petugas medis / paramedis dalam melakukan pelayanan
tindakan Injeksi di ruang Pelayanan.

2. SASARAN :
Tenaga Medis / Paramedis dalam melakukan pelayanan / tindakan Injeksi ( SC, IM, IV. )
dan Penatalaksanaan Syok Anafilaktik di Ruang Pelayanan.
.

3. URAIAN UMUM :
» Injeksi SC :
- Tindakan penyuntikan dimana ujung jarum suntik ditusukkan hanya sampai
menembus di bawah kulit ( subcutan ) tanpa menembus jaringan otot di bawahnya..

» Injeksi IM :
- Tindakan penyuntikan dimana ujung jarum suntik disuntikkan sampai menembus
dalam jaringan otot ( intramuskuler ).
» Injeksi IV :
- Tindakan penyuntikan dimana ujung jarum suntik ditusukkan ke dalam pembuluh
darah vena ( intravena ).

» Penatalaksanaan Syok Anafilaktik :


- Penyuntikan. Adrenalin 0,3 cc SC / IM bila pasien mengalami syok setelah
penyuntikan ( dengan tanda-tanda : sesak, pingsan, kelainan kulit ).

4. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN :
a. Petugas membaca resep obat suntik / injeksi yang dintruksikan dokter.
b. Petugas menyiapkan alat dan obat suntik sesuai dengan resep.
c. Petugas melakukan aspirasi obat suntik ke dalam spuit injeksi sesuai dosis dalam resep.
d. Sebelum penyuntikan obat petugas melakukan skin test untuk obat suntik tertentu untuk
memastikan obat tersebut tdak akan menimbulkan reaksi alergi setelah obat disuntikkan.
e. Petugas melakukan aseptik / antiseptik pada lokasi penyuntikan.
f. Petugas menusukkan jarum suntik dari spuit yang telah diisi obat sebelumnya pada
lokasi yang telah diaseptik ( SC / IM / IV sesuai petunjuk ).
g. Petugas melakukan aspirasi dengan ketentuan ::
- Injeksi SC / IM tidak boleh ada darah masuk ke dalam spuit, bila ada darah maka
suntikan agar diperdalam / dipindahkan sampai tidak ada darah masuk setelah
diaspirasi kembali.
- Injeksi IV harus ada darah masuk ke dalam spuit untuk memastikan bahwa jarum
suntik sudah masuk ke dalam pembuluh darah vena, bila tidak ada darah masuk ke
dalam spuit maka ujung jarum diupaya agar menembus pembuluh darah vena atau
lokasi penyuntikan dipindahkan sampai dapat menembus ke dalam pembuluh darah
vena.

h. Petugas menyemprotkan obat suntik sesuai dosis yang ditentukan.


i. Petugas mencabut jarum suntik dari lokasi suntikan dan melakukan aseptik pada luka
bekas suntikan.
j. Petugas mengatasi bila terjadi syok anafilaktik dengan adrenalin 0,3 cc SC / IM sam bil
mengevaluasi vital sign ( Tensi, Nadi, Respirasi ) sampai syok teratasi.
k. Petugas menyerahkan resep obat minum kepada pasien untuk diambil di apotik
Puskesmas.
l. Petugas membersihkan dan membuang alat suntik bekas tadi ke dalam tempat khusus
sampah medis.

Mengetahui : Takmung, 01 Nopember 2005.


Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Klungkung, Kepala Puskesmas Banjarangkan II,

Dr. I Gst. Bagus Darnawa. Dr. I Nyoman Adiputra.


NIP. 140216569. NIP. 140216569.
ALUR PELAYANAN TINDAKAN INJEKSI ( PENYUNTIKAN )
DI RUANG PELAYANAN PUSKESMAS BANJARANGKAN II

PASIEN DENGAN
INDIKASI INJEKSI

RUANG INJEKSI OBAT DAN ALAT SUNTIK


SIAP

PETUGAS BACA RESEP

ASP[RASI OBAT SESUAI RESEP

SKIN TEST OBAT TERTENTU

PENUSUKAN JARUM
ASEPTIK LOKASI INJEKSI

ASPIRASI
PENYUNTIKAN
PENYEMPROTAN OBAT

ASEPTIK BEKAS SUNTIKAN


PENCABUTAN JARUM

ATASI BILA TERJADI


SYOK ANAFILAKTIK

PASIEN MENUJU
SERAHKAN RESEP KPD PASIEN APOTIK
PASIEN
BUANG ALAT SUNTIK BEKAS KE PULANG
TEMPAT KHUSUS SAMPAH MEDIS

PROTAP PELAYANAN TINDAKAN HECTING ( JAHIT LUKA )


DI RUANG PENGOBATAN PUSKESMAS BANJARANGKAN II

Pelayanan : Pengobatan.
Prosedur : Tindakan Hecting ( Jahit Luka )

5. TUJUAN :
Sebagai Pedoman kerja bagi petugas medis / paramedis dalam melakukan pelayanan
tindakan Hecting ( Jahit luka ) di ruang Pengobatan.

6. SASARAN :
Tenaga Medis / Paramedis dalam melakukan pelayanan tindakan Hecting ( Jahit luka ) di
ruang Pengobatan.
.

7. URAIAN UMUM :
» Sterilisasi alat :
- Tindakan mensterilisasi alat-alat hecting dengan alat sterilisator.

» Penjahitan luka ( hecting ) :


- Tindakan menjahit luka ( hecting ) dengan alat yang telah disterilkan dan
membersihkan luka sesuai dengan keadaan luka ( luka bersih dengan Betadin dan
luka kotor dengan H2O2, cairan steril serta Betadin ).

» Perawatan Luka :
- Menutup luka dengan kasa steril dan menganjurkan untuk kontrol kembali 2 hari
lagi.
- Pemberian Antibiotika dan Analgetik.

» Pemberian ATS :
- Penyuntikan. ATS disesuaikan dengan :
» Sifat luka
» Kondisi luka
» Status Imunisasi.

8. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN :
a. Pasien luka dibawa ke Ruang Tindakan ( R. Pengobatan ).
b. Petugas menyiapkan anestesi lokal dan alat hecting steril.
c. Petugas mencuci tangan dan menggunakan sarung tangan steril.
d. Petugas melakukan antiseptis pada daerah luka dan menutupnya dengan kain steril.
. Petugas melakukan anestesi dengan lidocain pada sekitar tepi luka.
e. Petugas membersihkan luka dengan betadin pada luka yang bersih dan dengan H2O2,
cairan steril serta betadin pada luka yang kotor..
g. Petugas menjahit luka dengan alat hecting yang telah disterilkan.
h. Petugas merapikan jahitan dengan pinset cirurgis.
i. Petugas membersihkan jahitan dengan betatin.
j. Petugas menutup luka dengan kasa steril dan drekatkan dengan plester.
k. Petugas memberikan ATS bila diperlukan tergantung dari sifat luka, kondisi luka dan
status imunisasi sebelumnya.
l. Petugas menganjurkan kepada pasien agar kontrol kembali setelah 2 hari lagi.
m. Petugas memberikan resep antibiotika dan analgetik untuk diambil di apotik
Puskesmas.

Mengetahui : Takmung, 01 Nopember 2005.


Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Klungkung, Kepala Puskesmas Banjarangkan II,

Dr. I Gst. Bagus Darnawa. Dr. I Nyoman Adiputra.


NIP. 140216569. NIP. 140216569.
ALUR PELAYANAN TINDAKAN HECTING ( JAHIT LUKA )
DI RUANG PENGOBATAN PUSKESMAS BANJARANGKAN II

PASIEN LUKA

ANESTESI DAN ALAT


RUANG TINDAKAN HECTING STERIL SIAP

PETUGAS CUCI TANGAN DAN


PAKAI SARUNG TANGAN STERIL BERSIH :
BETADIN

ANTISEPTIK DAERAH LUKA


KOTOR :
H2O2,CAIRAN STERIL,
ANESTESI LOKAL BETADIN

BERSIHKAN LUKA

HECTING LUKA

BETADIN

TUTUP DENGAN KASA


STERIL + PLESTER
PEMBERIAN ATS BILA PERLU

ADVIS KONTROL SETELAH 2


HARI

RESEP ANTIBIOTIKA + ANALGETIK PASIEN


UNTUK DIAMBIL DI APOTIK PUSKESMAS PULANG

Kepala Puskesmas Banjarangkan II,

Dr. I Nyoman Adiputra.


NIP. 140216569.

PROTAP PELAYANAN PEMERIKSAAN DAN PENGOBATAN PASIEN


DI RUANG PENGOBATAN PUSKESMAS BANJARANGKAN II

Pelayanan : Pengobatan.
Prosedur : Pemeriksaan Pasien.

9. TUJUAN :
Sebagai Pedoman kerja bagi petugas medis / paramedis dalam melakukan pemeriksaan di
ruang Pengobatan.

10. SASARAN :
Tenaga Medis / Paramedis dalam melakukan pemeriksaan pasien di ruang Pengobatan.

11. URAIAN UMUM :


» Anamnesa :
Wawancara terhadap pasien atau keluarganya mengenai :
- Keluhan Utama.
- Keluhan tambahan.
- Riwayat penyakit terdahulu.
- Riwayat penyakit keluarga.
- Lamanya sakit.
- Pengobatan yang sudah dilakukan.
- Riwayat alergi obat.

» Pemeriksaan Fisik :
- Inspeksi : Keadaan umum pasien.
- Palpasi : Perabaan kemungkinan adanya benjolan, konsistensi
hepar / lien.
- Perkusi : Untuk menentukan batas jantung, keadaan paru, hepar,
kemungkinan adanya ascites.
- Auskultasi : Untuk mengetahui keadaan jantung, paru dan peristaltik
usus.

» Pelayanan Rujukan :
Untuk pasien yang tidak mampu ditangani di Puskasmas diberikan surat rujukan ke
RSU dengan menggunakan blangko surat rujukan yang tersedia sesuai jenis pasien
( pasien umum, ASKES, JPK-MM ).

12. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN :


a. Pasien dari loket pendaftaran menuju Ruang Pengobatan untuk menyerahkan kartu
rawat jalan yang diterimanya di loket, kemudian menunggu di ruang tunggu sesuai
antrean.
b. Petugas di R. Pengobatan memanggil pasien untuk masuk ke Ruang periksa sesuai
nomor urut.
c. Petugas mencocokkan identitas pasien dengan kartu rawat jalan.
d. Petugas / dokter melakukan anamnesa terhadap pasien sbb :
- Keluhan Utama.
- Keluhan tambahan.
- Riwayat penyakit terdahulu.
- Riwayat penyakit keluarga.
- Lamanya sakit.
- Pengobatan yang sudah dilakukan.
- Riwayat alergi obat.

e. Petugas / dokter melakukan pemeriksaan, sbb :


- Inspeksi : Keadaan umum pasien.
- Palpasi : Perabaan kemungkinan adanya benjolan, konsistensi
hepar / lien.
- Perkusi : Untuk menentukan batas jantung, keadaan paru, hepar,
kemungkinan adanya ascites.
- Auskultasi : Untuk mengetahui keadaan jantung, paru dan peristaltik
usus.

. Petugas / dokter melakukan rujukan pasien ( bila ada indikasi ) ke :


- Laboratorium
- Ruang Pelayanan Gilut
- KIA
- KB
- RSU.

n. Petugas / dokter melakukan rujukan pasien dengan menggunakan blangko rujukan yang
tersedian sesuai jenis pasien ( Umum, ASKES, JPK-MM ).
o. Petugas / dokter mencatat hasil pemeriksaan pada kartu rawat jalan.
p. Petugas / dokter melakukan penegakan diagonosa, menentukan tindakan therapi sesuai
Buku Pedoman Pengobatan Dasar Puskesmas dan Buku Pedoman Nasional
Penanggulangan Tuberkulosis yang berlaku.
Berikut Pedoman Diagnosa dan Therapi Dasar 10 ( sepuluh ) Besar Penyakit di
Puskesmas Banjarangkan II :

1) ISPA.

Untuk ISPA dan PNEUMONI pada bayi dan balita penatalaksanaannya harus
sesuai dengan protap MTBS. Pada penderita dewasa kasus ISPA yang kami
cantumkan adalah faringitis akut dan rhinitis.
a) FARINGITIS AKUT
Faringitis akut biasanya merupakan bagian dari infeksi akut orofaring yaitu
tonsilofaringitis akut, atau bagian dari influenza (rinofaringitis). Penyebabnya
biasanya virus yang menyerang jaringan limfoid faring. Iritasi makanan yang
merangsang sering merupakan factor pencetus atau yang memperberat. Infeksi
sekunder dapat terjadi oleh sebagian kuman seperti golongan streptokokus,
haemophilus influenza, dan kuman anaerob.
Perjalanan penyakit tergantung pada adanya infeksi sekunder dan virulensi
kumannya serta daya tahan tubuh penderita, tetapi biasanya faringitis sembuh
sendiri dalam 3-5 hari.

Gambaran Klinis
 Keluhan yang menonjol adalah nyeri tenggorokan dan sakit menelan yang
mungkin didahului oleh pilek atau gejala influenza lainnya. Nyeri ini kadang
sampai ke telinga (otalgia) karena adanya nyeri alih (referred pain) oleh N
IX.
 Heperemia pada jaringan limfoid didingding belakang faring yang kadang
disertai folikel bereksudat menandakan adanya infeksi sekunder . pada
permukaannya mungkin terlihat alur-alur secret mukopurulen.

Penatalaksanaan
 Perawatan dan pengobatan tidak berbeda dengan influenza.
 Untuk anak tidak ada anjuran obat khusus.
 Penggunaan antiseptic local dan antibiotic isap tidak dianjurkan, sedangkan
dekongestan dan antihistamin belum terbukti khasiatnya.
 Infeksi sekunder jarang sekali terjadi, tetapi bila ada, diberikan antibiotik,
dan yang terpilih adalah eriromisin 4x250 mg, amoksisillin 3x500mg atau
penicillin V 3x500 mg

b) RINITIS
Rinitis tergolong infeksi saluran napas yang dapat muncul akut atau kronik.
Rinitis akut biasanya disebabkan oleh virus yaitu pada selesma atau menyertai
campak, tetapi dapat juga menyertai infeksi bakteri seperti pertusi. Rinitis
disebut kronik bila radang berlangsung lebih dari 1 bulan. Rinitis alergi, rhinitis
vasomotor, dan rhinitis medikamentosa digolongkan dalam rhinitis kronik.
Rinitis kronik dapat berlanjut menjadi sinusitis. Salah satu bentuk rhinitis kronis
adalah rhinitis atropi yang diduga disebabkan oleh kuman. Kliebsiella ozaena
atau akibat sinusits kronis, difisiensi vitamin A.

Gambaran Klinis
 Ingus kental umumnya nenunjukkan telah ada infeksi sekunder oleh bakteri.
 Rinitis alergi maupun rhinitis vasomotor mudah dibedakan dari rhinitis
infeksi karena ingus yang putih dan encer yang hanya keluar saat serangan
saja.
 Pada rhinitis atropi ingus kental diserta krusta berwarna hijau. Pada
pemeriksaan hidung tampak rongga hidung yang lapang karena konka
mengalami atropi.

Penatalaksanaan
 Rinitis akut yang menyertai influenza dapat diobati dengan dekongestan
sistemik seperti influenza
 Kebiasan menggunakan kongestan tetes hidung pada rhinitis kronis sering
menyebabkan terjadinya rhinitis medikamentosa yang secara klinis
menyerupai rhinitis vasomotor.
 Pada rhinitis atropi hidung dicuci dengan air garam. Dekongestan akan
memperburuk keadaan.
 Pengobatan rhinitis alergi atau rhinitis vasomotor dapat ditambah dengan
CTM 1-2mg/kali
2) PENYAKIT KULIT ALERGI (URTIKARIA)

Urtikaria merupakan reaksi alergi terutama bermanifestasi dikulit berupa udema


yang timbul cepat dan menghilang perlahan. Reaksinya dapat berlangsung akut dan
kronis. Udema dapat terjadi dijaringan yang lebih dalam (angiodema)misalnya
disubkutan, saluran napas, saluran cerna atau diorgan kardiovaskular. Udema di
laring dapat berakibat fatal.

Penyebab
a. Obat-obatan (Penissilin)
b. Makanan(telur,ikan , kacang)
c. Gigitan serangga
d. Fotosensitizer(Fenothiasin)
e. Zat terisap (debu ,polutan)
f. Zat pajan(cat rambut)
g. Trauma fisik
h. Infeksi (gigitan)
i. Investasi parasit (cacing)
j. Factor psikis
k. Factor genetic
l. Penyakit sistemik (kolagen, keganasan)

Gambaran Klinis
 Kelainan kulit berupa udema yang gatal(urtika), panas sampai nyeri. Udemmya
beragam dari yang kecil (bentuk milier sampai yang luas berbentuk plakat.
 Udem disaluran napas menyebabkan sumbatan jalan napas

Penatalaksanaan
 Faktor penyebab harus dihilangkan
 Bentuk yang akut dengan sumbatan jalan napas memerlukan injeksi adrenalin
o,3 ml disusul dengan kortikosteroid : deksametason iv. 5 mg yang dapat diulang
sesuai dengan kebutuhan. Sementara itu usahakan untuk membebaskan jalan
napas, kemudian cepat rujuk penderita kerumah sakit.
 Antipruritus topical misalnya bedan mengandung mentol atau kamfor hanya
bersipat simtomatik, tetapi dapt memperberat keadaan.

3) REMATIK/ARTRITIS
Artritis dapat berupa osteoatritis (OA) atau arthritis rheumatoid (AR), tetapi yang
paling banyak , dijumpai adalah asteotritis. Pada AO factor penyebab utama adalah
trauma/ pengausan sendi sedangkan pada AR factor imunologi yang berperan.
Gejala arthritis bervariasi tergantung sendi mana yang terlibat. AO lebih sering
menyerang sendi penyokong berat badan. Oleh karena itu obesitas harus dihindari.
Sementara itu , AR mulanya lebih sering menyerang sendi-sendi kecil misalnya
sendi pergelangan tangan atau kaki, tetapi dalam tingkat lanjut dapat menyerang
juga sendi-sendi besar seperti sendi bahu dan pinggul.
Keluhan lain yang mirip dengan Artritis adalah rheumatism yang sebenarnya berasal
dari jaringan lunak diluar sendi. Yang dikenal awal sebagai encok sebagian besar
adalah rheumatism.

Gambaran Klinis
 Sendi yang terserang biasanya bengkak, merah, dan nyeri
 Serangan AR biasanya dimuali dengan gejala prodromal berupa badan lemah,
hilang napsu makan, nyeri dan kaku seluruh badan. Gejala pada sendi biasanya
timbul bertahap setelah beberapa minggu atau bulan.
 Nyeri sendi pada AR bersipat hilang timbul, ada masa remisi, bersipat simetris
bilateral, dan berhubungan dengan udara dingin.
 Serangan OA biasanya sesisi. Gejala utamanya adalah nyeri sendi yang
berhubungan dengan gerak. Penderita juga merasakan kaku pada sendi yang
terserang.
 Pada pemeriksaan radiologi OA biasanya memperlihatkan pelebaran sendi
pada tahap awal, osteofit, sclerosis tulang, dan penyempitan rongga antar sendi
pada tahap lanjut.
 Deformitas dapat terjadi pada OA maupun AR setelah terjadi destruksi sendi.

Penatalaksanaan
 Keluhan pada sendi/jaringan lunak disekitarnya dapat diatasi dengan analgesik
biasa atau dengan anti inflamasi non steroid yang sebaiknya diberikan sesudah
makan
aspirin 3x1 gr/hari
indometasin 3x25mg/hari
fenilbutason 3x200 mg/ hari
ibuprofen 3x 400 mg/hari
 Mengistirahatkan sendi diperlukan dalam keadaan akut.
 Selanjutnya pada OA, mungkin penderita perlu diperbaiki sikap tubuh,
mengurangi berat badan, atau melakukan fisioterapi.

4) TUKAK LAMBUNG / GASTRITIS


Penyebab utama gastritis adalah iritasi lambung misalnya oleh sambal, cuka, nanas,
dan teh kental,alcohol,obat,stress, emosi, atau oleh terlambat makan. Pada keadaan
ini terjadi gangguan keseimbangan antara produksi asam lambung dan daya tahan
mukosa. Penyakit sistemik, kebiasaan merokok, infeksi kuman Helycobacter jejuni
juga berperan dalam penyakit ini.

Gambaran Klinis
 Penderita biasanya mengeluh perih dan tidak enak uluhati.
 Gastritis erosive akibat obat sering disertai pendarahan.
 Nyeri epigastrium, perut kembung, mual, muntah tidak selalu ada.

Penatalaksanaan
 Penderita gastritis akut memerlukan tirah baring. Selanjutnya ia harus
membiasakan diri makan teratur dan menghindarkan makan yang merangsang.
 Keluhan akan segera hilang dengan antasida (Al Hdroksida, Mg Hidroksida)
yang diberikan menjelang tidur, pagi hari, dan diantara waktu makan
 Bila muntah sampai mengganggu dapat diberikan tablet Proklorperazin 3 mg,
satu jam sebelum makan (1-3 hari saja)
 Penderita dengan tanda pendarahan seperti hematemesis atau melena perlu
segera dirujuk ke rumah sakit karena kemungkinan terjadi pendarahan pada
tukak lambung yang dapat melanjut menjadi perforasi.

5) GASTRO ENTERITIS (DIARE NONSPESIFIK)

Diare non spesifik adalah diarre yang bukan di sebabkan oleh kuman khusus
maupun parasit. Penyebabnya adalah Virus, makanan yang merangsang atau yang
tercemar toksin, gangguan pencernaan dsb.
WHO telah nenetapkan empat unsure utama dalam penanggulangan diarre akut
yaitu :
a. Pemberian cairan, berupa upaya rehidrasi oral ( URO ) untuk mencegah
maupun mengobati dehidrasi.
b. Melanjutkan Pemberian makanan seperti biasa, terutama Asi, selama diarre
dalam masa penyembuhan.
c. Tidak menggunakan anti diarre, sementara anti biotik maupun anti mikroba
hanya untuk tersangka kolera, disentri, atau terbukti giardiasis atau amubiasis.
d. Pemberian petunjuk yang efektive bagi ibu dan anak serta keluarga tentang
upaya rehidrasi oral di rumah, tanda-tanda untuk merujuk, dan cara mencegah
diarre di masa yang akan datang.

Gambaran klinis
 Demam yang sering menyertai penyakit ini memperberat dehidrasi. Gejala
dehidrasi tidak akan terlihat sampai kehilangan cairan mencapai 4-5 % berat
badan.
 Gejala dan tanda dehidrasi antara lain :
o Rasa haus
o Menurunnya turgor kulit
o Mata cekung
o Air mata tidak ada
o Ubun – ubun besar cekung pada bayi
o Oligouria,kemudian anuria
o Hypotensi
o Tachi kardi
o Menurunnya kesadaran
 Bila kekurangan cairan mencapai 10 % atau lebih penderita jatuh ke dalam
dehidrasi berat dan bila berlanjut dapat terjadi syok dan kematian.

Penatalaksanaan
 Dasar pengobatan Diarre akut adalah rehidrasi dan memperbaiki
keseimbangan cairan dan elektrolit. Oleh karena itu langkah pertama adalah
menentukan derajat dehidrasi.
 Kemudian lakukan upaya rehidrasi seperti yang dilakukan terhadap dehidrasi
karena kolera.

6) HYPERTENSI

Tekanan darah yang di anggap Normal pada orang dewasa adalah Sistolik 140
mmHg dan diastolic 90 mmHg. Orang yang tekanan darah sistoliknya mencapai
160 mmHg atau tekanan darah diastolic 95 mmHg tergolong dalam Hipertensi
Borderline. Peningkatan tekanan sistolik erat hubungannya dengan berkurangnnya
elastisitas pembuluh darah. Sekitar 80 % penderita hipertensi tergolong Hipertensi
Essensial.

Gambaran Klinis
 Umumnya hipertensi primer tidak memberikan keluhan dan tanda klinis
khusus tetapi mungkin terdapat pusing, sakit kepala, rasa lelah.
 Epistaksis, gelisah, muka merah, dan sebagainya bukanlah gejala spesifik.
 Komplikasi yang menimbulkan gejala antara lain insufisiensi sirkulasi otak
dan jantung, perdarahan pada retina, gagal jantung kiri.
 Diagnosis Hipertensi di tegakkan apabila kenaikan tekanan darah ini bersifat
menetap pada pemeriksaan ulang dalam jarak waktu 1 – 2 minggu.

Penatalaksanaan
 Pengobatan farmakologi langsung di mulai pada hipertensi sedang berat.
Hipertensi ringan sedang dicoba dulu diatasi dengan terapi non obat selama 2-
4 minggu.
 Tujuan Pengobatan hipertensi adalah mengendalikan tekanan darah untuk
mencegah komplikasi ( kardiovaskular, pembuluh darah otak, dan ginjal).
 Terapi nonfarmakologik meliputi pengendalian berat badan,diet rendah garam
(kecuali bila penderita mendapat HCT), mwngurangi makan lemak,
menghentikan kebiasaan merokok dan minum alcohol.
 Terapi obat pada hipertensi ringan sedang dimulai dengan salah satu obat
berikut ini :
o Hidroklorotiazid (HCT) 12,5 - 25 mg / hari dosis tunggal pada pagi hari
o Reserpin 0,1 - 0,25 sehari sebagai dosis tunggal
o Propranolol 2 x 20 - 40 mg sehari
o Kaptopril 2 x 12,5 - 25 mg sehari
» Sebaiknya dosis dimulai dengan yang terndah dengan evaluasi berkala
dinaikkan sampai tercapai respons yang diinginkan. Lebih tua usia
penderita penggunaan obat harus lebih hati-hati
» Hipertensi sedang berat dapat diobati dengan kombinasi HCT +
propranolol, atau HCT + Kaptopril, bila obat tunggal tidak efektif.
» Pada hipertensi berat yang tidak sembuh dengan kombinasi diatas,
ditambahkan metildopa 2 x 125 - 250 mg atau reserpin 0,1 - 0,25 mg/
hari
» Penderita asma bronchial tidak boleh diberikan beta bloker.

7) NYERI PINGGANG BAWAH/LOW BACK PAIN

Nyeri pinggang bawah atau Low Back Pain merupakan keluhan yang umum dan
hampir semua orang pernah mengalami namun jarang berakibat berat atau fatal.
Nyeri pinggang bawah adalah suatu gejala yang berupa rasa nyeri didaerah
lumbosakral dan sakroiliaka yang dapat ditimbulkan oleh berbagai sebab dan pernah
dialami oleh sebagian besar (±80 % ) penduduk pada suatu ketika dalam hidupnya,
atau paling sedikit satu kali dalam hidupnya.
Kadang disertai juga dengan penjalaran nyeri kearah tungkai dan kaki. Sering kali
diagnosis yang pasti tisak dapat dibuat dengan mudah karena kurangnya pendekatan
diagnostic dan penyebab nyeri pinggang bawah yang bermacam-macam serta
melibatkan banyak disiplin ilmu.
Nyeri pinggang bawah dapat berasal dari nyeri setempat, yaitu berasal dari fasia,
otot-otot paraspinal, korpus vertebra,ligamen, dan artikulasi ; nyeri radikuler, yaitu
neri karena iritasi radiks, baik yang bersipat penekanan, sentuhan, peregangan,
tarikan, atau jepitan; nyeri rujukan (referred pain) misalnya karena gangguan alat-
alat intraabdominal, retroperitoneal, ,atau alat-alat di pelvis; nyeri iskemik seperti
misalnya pada klaudikasio intermittens akibat penyumbatan pada percabangan aorta
atau pada arteri iliaka komunis; dan nyeri akibat spasmus otot-otot,misalnya akibat
sikap duduk, tidur berjalan atau berdiri yang salah atau karena kecemasan
kronik/depresi (nyeri psikogenik)

8) EPILEPSI

Epilepsi adalah kelainan fungsional otak yang serangannya bersipat kumat-kumatan.


Bentuk serangan yang paling sering adalah kejang yang dimulai dengan hilangnya
kesadaran, hilangnya kendali terhadap gerak, dan terjadinya kejang tonik atau klonik
pada anggota badan.
Dari pola serangannya epilepsy dibedakan atas epilepsy umum misalnya epilepsy
grand mall, petit mall, atau mioklonik, dan epilepsy parsial misalnya serangan fokal
motorik, fokal sensorik.
Kelainan organis di otak juga dapat menimbulkan epilepsy sehingga kemungkinan
ini perlu dipikirkan.

Gambaran Klinis
 Serangan grand mall sering diawali dengan aura berupa rasa terbenam atau
melayang. Kemudian terjadi kejang tonik seluruh tubuh selama 20-30 detik
diikuti kejang klonik pada otot anggota, otot punggung, dan otot leher yang
berlangsung 2-3 menit. Kejang tampak bilateral, napas nmendengkur, mulut
berbusa, dan dapat terjadi inkontinensia. Setelah kejang hilang penderita
terbaring lemas atau tertidur 3-4 jam, kemudian kesadaran berangsur pulih.
Setelah seangan sering pasien berada dalam keadaan bingung.
 Serangan Petit mall disebut juga serangan lena diawali dengan hilangnya
kesadaran selama 10-30 detik. Selama fase lena (absence) kegiatan motorik
terhenti dan pasien dian tak beraksi. Kadang tampak seperti tak ada serangan
tetapi ada kalanya timbul gerakan klonik pada mulut atau kelopak mata.
 Serangan mioklonik merupakan kontraksi singkat suatu otot atau kelompok
otot.
 Serangan parsial sederhana motorik dapat bersipat kejang yang dimulai disalah
satu tangan dan menjalar sesisi sedangkan serangan parsial sensorik dapat
berupa serangan rasa baal atau kesemutan unilateral

Penatalaksanaan
1. Prinsip umum Terapi epilepsi idiopatik adalah mengurangi atau mencegah
serangan, sedangkan terapi epilepsy organic ditujukan terhadap penyebab.
2. Faktor pencetus serangan, misalnya kelelahan, emosi, atau putusnya makan obat
harus dihindarkan.
3. Bila terjadi serangan kejang, upayakan menghindarkan cedera akibat kejang,
misalnya tergigitnya lidah atau luka dan cedera lain
4. Prinsip pengobatan antikejang:
a. Sedapat mungkin gunakan obat tunggal, dan mulai dengan dosis rendah
b. Bila obat tunggal dosis maksimal tidak efektif gunakan dua jenis obat
dengan dosis terendah
c. Bila serangan tak teratasi pikirkan kemungkinan ketidakpatuhan penderita,
penyebab organik, pilihan dan dosis obat yang kurang tepat.
d. Bila selama 2-3 tahun tidak timbul lagi serangan, obat dapat dihentikan
bertahap
5. Pilihan antiepilepsi
a. Fokal/parsial Fenobarbital atau fenitoin
b. Umum Fenobarbital atau fenitoin
c. Tonik klonik Fenobarbital atau fenitoin
d. Mioklonik Klonazepam atau diazepam
Serangan lena Klonazepam atau diazepam
6. Dosis antiepilepsi untuk serangan kejang diberikan diazepam 0,05-0,15
mg/kgbb/hari i.v. dengan titrasi dosis sampai kejang hilang atau 0,4-0,6 mg/kgbb
/hari perrektal.
7. Untuk maintenance:
a. Fenobarbital 1-5 mg/kgbb/ hari 1x/hari
b. Fenitoin 4-20 mg/ kgbb/hari 2-3x/hari
c. Klonazepam 3-8mg/hari
d. Sodium valproat 600 mg/ hari

9) ASMA BRONKIALE
Serangan asma bronkiale sering dicetuskan oleh ISPA, tekanan emosi, kerja fisik
atau rangsang sesuatu yang bersipat allergen. Menjauhkan penderita dari sumber
rangsang sangat penting, misalnya dari asap rokok, insektisida, debu, dan hewan
piaraan.
Gambaran klinis
 Sesak napas pada asma khas disertai suara mencici ( mengi) akibat kesulitan
ekspirasi.
 Pada auskultasi terdengar wheezing dan ekspirasi memanjang.
 Keadaan sesak berat yang ditandai dengan giatnya otot-otot Bantu pernapasan
dan sianosis dikenal sebagai status asmatikus yang dapat berakibat fatal.

Penatalaksanaan
 Faktor pencetus serangan sedapat mungkin dihilangkan
 Pada serangan ringan dapat diberikan suntikan adrenalin 1:1000 0,2-0,3 ml
subkutan yang dapat diulangi beberapa kali dengan interval 10-15 menit. Dosis
anak 0,01 mg/kgbb yang dapat diulang
 Bronkodilator terpilih adalah teofillin 3x100-150 mg pada orang dewasa dan 10-
15 mg/kgbb/hari untuk anak
 Pilihan lain : salbutamol 3x2-4 mg untuk dewasa
 Efedrin 3x10-15 mg dapat dipakai untuk menambah khasiat teofillin.
 Prednison hanya dibutuhkan bila obat-obat diatas tidak menolong dan diberikan
beberapa hari saja untuk mencegah status asmatikus. Namun pemberiannya tidak
boleh terlambat.
 Penderita status asmatikus memerlukan oksigen, terapi parenteral dan perawatan
intensif sehingga harus dirujuk dengan tindakan awal sebagai berikut :

 Penderita diinfus glukosa 5 %


 Aminofillin 5-6 mg/ kgbb disuntikkan i.v perlahan bila penderita belum
memperoleh teofillin oral
 Prednison 2x10-20 mg sehari untuk beberapa hari, kemudian diturunkan
dosisnya sehingga secepat mungkin dapat dihentikan
 Bila belum dicoba diatasi adrenalin, maka dapat digunakan dulu adrenalin

10) SKIZOFRENIA

Skizofrenia merupakan salah satu gangguan jiwa (psikosis) yang serangannya


mungkin timbul akut. Diagnosis skizofrenia ini baru dapat ditegakkan bila gangguan
timbul pada usia sebelum 45 tahun dan gejalanya sudah berlangsung paling sedikit 6
bulan. Setiap pasien yang dicurigai menderita skizofrenia harus diperiksakan ke
psikiater setelah disingkirkan adanya kelainan organic.

Gambaran Klinis
 Penderita psikosis akut mungkin dating dengan tingkah laku gaduh dan
mengacau atau mungkin didahului oleh gejala awal (prodromal) berupa
penarikan diri dari hubungan social, gangguan nyata dalam fungsi peran
misalnya sebagai pencari nafkah , bertingkah laku aneh gangguan nyata dalam
hygiene diri dan berpakaian, afek yang tumpul, mendatar atau tak serasi, bicara
ngelantur, menunjukkan ide (gagasan) yang aneh atau pikiran magis seperti
takhyu, gagasan mirip waham yang menyangkut diri sendiri, adanya ilusi dan
lain sebagainya.
 Untuk menegagkkan diagnostic gangguan skizofrenia maka harus dipenuhi
kriretia diagnostic dibawah ini :
o Sedikitnya terdapat satu dari beberapa tanda ini selama suatu fase
penyakit : waham yang aneh , halusinasi, hilangnya asosiasi pikiran
(inkoherensi), tingkah laku kacau (Disorganized).
o Penurunan fungsi penyesuaian dalam bidang pekerjaan, hubungan social,
dan perawatan dirinya.
o Gejala berlangsung terus menerus selama paling sedikit 6 bulan yang
mencakup fase aktif dengan atau tanpa fase prodromal maupun fase
residual yaitu masa setelah fase aktif yang menunjukkan sedikitnya 2
gejala prodromal.
o Tidak ada kelainan organic.

Penatalaksanaan
 Bila pasien sangat gaduh sehingga mengganggu lingkungan atau
membahayakan orang lain maupun dirinya sendiri maka penderita harus
dirawat.
 Berikan klorpromazin 3x 100 mg yang dapat dinaikkan ( setelah 1 minggu)
menjadi 3x200 mg bila belum tampak perbaikan. Bila telah ada respon maka
dosis dipertahankan selama 4 minggu sampai pasien tenang dan kembali dapat
mengurus dirinya sendiri
 Selanjutnya setiap minggu dosis diturunkan secara bertahap dan dosis rumat
( Biasanya 3x50-100 mg) dipertahankan selam 3 bulan
 Obat pilihan lain adalah tioridazin 3x 100 mg, triffluoperazin 3x5mg,
haloperidol 3x1-5 mg
 Untuk pasien yang sukar untuk ditemui, dianjurkan pemberian injeksi
flufenazin dekanoat sekali sebulan.
 Gunakanlah dosis efektif terkecil untuk mengurangi efek samping
 Penderita harus dijauhkan dari benda-benda yang dapat membahayakan
dirinya atau orang disekitarnya dan kebersihan diri serta kebutuhan hidupnya
sehari-hari harus tetap diperhatikan

q. Petugas / dokter memberikan resep obat kepada pasien untuk pengambilan obat di
apotik Puskesmas.
r. Petugas mengisi Register rawat jalan berdasarkan catatan pada kartu rawat jalan dan
membuat sensus harian penyakit.

Mengetahui : Takmung, 01 Nopember 2005.


Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Klungkung, Kepala Puskesmas Banjarangkan II,

Dr. I Gst. Bagus Darnawa. Dr. I Nyoman Adiputra.


NIP. 140216569. NIP. 140216569.

ALUR PELAYANAN PEMERIKSAAN DAN PENGOBATAN PASIEN


DI RUANG PENGOBATAN PUSKESMAS BANJARANGKAN II
PASIEN

LOKET RUANG PERIKSA / RUANG


PENDAFTARAN PENGOBATAN TUNGGU

KONFIRMASI ANAMNESA :
IDENTITAS » Keluhan Utama
» Keluhan tambahan
» Riwayat penyakit
terdahulu.
» Riwayat penyakit
PEMERIKSAAN keluarga
FISIK : » Lamanya sakit
» Inspeksi » Pengobatan yang
DIAGNOSA » Palpasi telah dilakukan
» Perkusi » Riwayat alergi obat.
» Auskultasi

K/P. RUJUK :
RUJUK » Lab.
KE RSU » Gilut
» KIA/KB

TINDAKAN / THERAPI RESEP PASIEN


DAN NASEHAT KE APOTIK PULANG
YANG SESUAI

REGISTER RAWAT JALAN KARTU RAWAT JALAN


DAN SENSUS HARIAN DIKEMBALIKAN KE
PENYAKIT LOKET

Kepala Puskesmas Banjarangkan II,

Dr. I Nyoman Adiputra.


NIP. 140216569.

You might also like