Professional Documents
Culture Documents
krisis yang berkepanjangan dan hingga saat ini belum tuntas, masalah kebijakan
WTO, dan APEC, NAFTA dan AFTA, IMG-GT, IMS-GT, BIMP-EAGA, dan
bebas dimana pasti akan berlangsung tingkat persaingan yang amat ketat. Suatu
competition). Demikian pula, terjadi pada pasar yang pada awalnya berorientasi
pada produk beralih pada orientasi pasar, serta dari proteksi berpindah menjadi
pasar bebas. Untuk itu perlu mengantisipasi keadaan ini dengan memperkuat
Indonesia menempati peringkat 109 dari 174, peringkat daya saing ke 46 yang
Phillipina ke 32, dan Thailand ke 34, dan termasuk negara yang paling korup
didunia (Indra Jati Sidi, 2000). Menurut Survei Human Development Index
1
sebagaimana diungkapkan oleh Yutata Hadi Andoyo Direktur Direktorat
Indonesia saat ini menduduki peringkat ke 105. Untuk ilustrasi , perangkat SDM
di kawasan Asia Tenggara yaitu Singapura menduduki peringkat 25, Brunei 26,
manusia menghadapi masa depan agar hidup lebih sejahtera, baik sebagai individu
maupun secara kolektif sebagai warga masyarakat, bangsa maupun antar bangsa.
Bagi pemeluk agama, masa depan mencakup kehidupan di dunia dan pandangan
mengatakan:
sosial yang timbul; (2) pendidikan dapat dipakai untuk menanggulangi masalah
berkembang pada setiap anak dan karena itu dia terdorong untuk memberikan
Berangkat dari apa yang diungkapkan oleh Shane, dapat dikatakan bahwa
pendidikan merupakan bagian yang sangat penting dan tidak bisa ditawar-tawar
2
lagi, sehingga setiap warga negara Indonesia wajib mengenyam pendidikan. Hal
ini dimaksudkan agar, mutu sumber daya manusia Indonesia dapat bersaing
Hal ini tentunya patut diapresiasi dengan baik, karena dengan demikian
kesempatan mengenyam pendidikan tidak lagi hanya menjadi milik mereka yang
memiliki kekayaan, tetapi juga seluruh rakyat Indonesia. Dengan ini, maka setiap
warga negara Indonesia, dari mulai keluarga pemulung, tunawisma hingga buruh
manusia. Karena masa usia dini merupakan masa paling awal dalam rentang
Masa ini adalah masa yang paling kritis dimana perkembangan seluruh aspek
dalam kehidupan manusia terjadi pada usia dini selain itu pembentukan karakter
Jenjang pendidikan anak usia dini (yakni usia 6 tahun atau di bawahnya)
jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan
lebih lanjut. Lama masa belajar seorang murid di PAUD biasanya tergantung
Umur rata-rata minimal USIA DINI berkisar 1-6 tahun. Di PAUD, anak-
anak kesempatan belajar dan kurikulum pembelajaran yang sesuai dengan usia
tiap tingkatannya. Siswa diajarkan mengenai hal ihwal berikut ini: Agama, Budi
3
bahasa, Berhitung, Membaca (lebih tepatnya mengenal aksara dan ejaan),
budi bahasa, agama, sosial, emosional, fisik/motorik, kognitif, bahasa, seni, dan
dan peranan anak kecil dalam kehidupannya. Semua kegiatan belajar ini dikemas
anaknya ke pendidikan PAUD. Hal ini dapat dilihat pada PAUD yang terdapat
diwilayah pedesaan. PAUD tersebut masih sangat minim muridnya dan bila kita
berjalan ke pedesaan tersebut maka kita bisa melihat masih banyak anak-anak
sedikitnya murid di PAUD wilayah Blang Bintang, maka untuk itu memerlukan
4
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Pertanyaan Penelitian
mutu pendidikan?
5
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
usia dini.
usia dini.
F. Landasan Teori
1. Pengertian Pendidikan
dengan signifikan sehingga banyak merubah pola pikir pendidik, dari pola pikir
yang awam dan kaku menjadi lebih moderan. Hal tersebut sangat berpengaruh
6
Menyikapi hal tersebut pakar-pakar pendidikan mengkritisi dengan cara
Pendidikan adalah suatu kata yang sangat sering kita dengar dari masa kita
mengalami masa kecil sampai saat kita hidup pada usia berapapun. Pendidikan
menjadi suatu kata yang paling mudah kita gunakan ketika dikaitkan dengan suatu
bangunan yang bernama ‘sekolah’. Dari sini mulai muncul suatu konsepsi sempit
‘institusi’. Saat kita berbicara mengenai pendidikan sebagai suatu ‘lembaga’ (baca
secara universal sebagai suatu ‘institusi’, maka pendidikan akan dapat berjalan
sepanjang kita hidup (anda pasti pernah mendengar konsep long life education
masyarakat, atau dapat ditranslasikan sebagai suatu keyakinan yang hidup dan
berkembang dalam masyarakat dan dianut oleh banyak orang mengenai apa yang
benar, pantas, luhur dan baik untuk dilakukan. Sedangkan ‘sekolah’ merupakan
manifesto dari ‘insitusi’ pendidikan yang umum disebut sebagai ‘institut’. Jadi,
kesimpulan dari premis-premis tadi, dapat kita katakan bahwa pendidikan sebagai
7
Dalam buku ‘Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, Hasbullah menerangkan
bahwa dalam artian sederhana pendidikan sering diartikan sebagai usaha manusia
kemudian diartikan sebagai usaha yang dijalankan oleh seseorang atau kelompok
orang lain agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup atau penghidupan
1. Langeveld ;
diberikan kepada anak yang tertuju kepada pendewasaan anak itu, atau lebih tepat
sendiri”.
dewasa (atau yang diciptakan oleh orang dewasa seperti sekolah, buku, putaran
hidup sehari-hari, dan sebagainya) dan ditujukan kepada orang yang belum
dewasa.
2. John Dewey :
fundamental secara intelektual dan emosional ke arah alam dan sesama manusia.”
8
3. J.J. Rousseau ;
“Pendidikan adalah memberi kita perbekalan yang tidak ada pada masa
4. Driyarkara ;
5. Carter V Good
6. Ahmad D. Marimba
7. Ki Hajar Dewantara
maksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada
anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat
9
Pendidikan sendiri berasal dari kata ‘didik’ v, mendidik, yang dapat
proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang / kelompok orang dalam usaha
cara mendidik (KBBI, 1988). Dalam bahasa Latin, kata ‘pendidikan’ diartikan
menjadi ‘educare’ yang berasal dari sebuah kata ‘e-ducare’ yang berarti
Lalu kata ini mendapat awalan kata "me" sehingga menjadi "mendidik" artinya
diperlukan adanya ajaran, tuntutan dan pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan
pikiran.
"sehingga " pedagogi" dapat di artikan sebagai "ilmu dan seni mengajar anak".
Menurut bahasa Yunani : pendidikan berasal dari kata "Pedagogi" yaitu kata
"paid" artinya "anak" sedangkan "agogos" yang artinya membimbing "sehingga "
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
10
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
Dari berbagai pengertian yang dikemukakan oleh para ahli di atas, kita
dapat menarik suatu benang merah, persamaan esensial yang ada dari pendapat-
pendapat itu, bahwa pendidikan adalah suatu usaha atau proses yang dilakukan
sehingga semuanya akan bermuara kepada suatu nilai yang dianggap mempunyai
2. Efektivitas
yang berlaku pada saat ini, karena kurikulum saat ini sudah mengalami perubahan
yang sangat signifikan jika dibandingkan dengan kurikulum zaman dulu. Bahan
mata pelajaran banyak sekali yang masuk dalam sebuah kurikulum, tentunya
semua mata pelajaran tersebut harus disesuaikan dengan waktu yang tersedia pada
hari yang efektif, tapi materi pelajaran yang ada di kurikulum lebih banyak dari
waktu yang tersedia. Ini sangat ironis karena semua mata pelajaran dituntut untuk
bisa mencapai target yang ditentukan dalam kurikulum. Dalam kamus besar
bahasa Indonesia, efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti mempunyai
11
nilai efektif, pengaruh atau akibat, bisa diartikan sebagai kegiatan yang bisa
merupakan keterkaitan antara tujuan dan hasil yang dinyatakan, dan menunjukan
derajat kesesuaian antara tujuan yang dinyatakan dengan hasil yang dicapai. Jadi
suatu kegiatan tertentu untuk mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan yang
atau memilih tujuan-tujuan yang tepat dari serangkaian alternatif atau pilihan cara
dan menentukan pilihan dari beberapa pilihan lainnya. Efektifitas bisa juga
telah ditentukan. Sebagai contoh jika sebuah tugas dapat selesai dengan pemilihan
cara-cara yang sudah ditentukan, maka cara tersebut adalah benar atau efektif.
3. Pengertian PAUD
Prasekolah atau preschool bukan lagi hal yang mewah bagi masyarakat
perawatan anak. Sebagian prasekolah disebut juga taman bermain. Di tempat itu
12
anakanak dididik mandiri dan menguasai keterampilan serta pengetahuan dasar
dasar. Pada tahap usia dini tersebut, anak-anak diasah kepekaannya dalam
para muridnya. Namun ada juga yang memadukan model pendidikan dengan
penguasaan bahasa ibu yang baik dan benar. Pentingnya pengembangan moral
budipekerti yang baik maupun toleransi beragama sejak dini. Prasekolah juga
13
Pendidikan yang diawali secara benar memungkinkan hasil yang lebih
Padahal pendidikan di usia dini bisa memberikan pengaruh yang besar terhadap
kesehatan, gizi, dan perkembangan psikososial anak. Prasekolah adalah salah satu
orangtua. Seharusnya para orangtua melihat dulu reputasi dan rekam jejak (track
dicermati pengalaman para guru yang mengajar di sana, karena merekalah yang
bagi setiap dua atau tiga orang anak berusia 2-5 tahun. Perlu pula diamati
kebersihan sekolah, terutama kamar mandi dan ruang maupun peralatan bermain.
menawarkan program pendidikan membaca dan berhitung. Banyak yang jauh dari
hakikat pendidikan prasekolah yang semestinya tetap lebih banyak bermain tanpa
14
Kajian dari berbagai sudut pandang medis-neurologis, psikososial-kultural,
anak usia dini. Secara singkat kajian tersebut menyimpulkan bahwa anak usia dini
(sejak lahir hingga 6 tahun) adalah sosok individu makhluk sosial kultural yang
tertentu (Ishak Abdulhak, 2003: 23). Sebagai individu, anak usia dini adalah suatu
organisme yang merupakan suatu kesatuan jasmani dan rohani yang utuh dengan
segala struktur dan perangkat biologis dan psikologisnya sehingga menjadi sosok
dalam suatu lingkungan sosial tempat ia hidup dan perlu diasuh dan dididik sesuai
perkembangan sangat pesat serta merupakan pembelajar yang aktif dan energik.
Para ahli psikologi perkembangan sepakat usia dini (0-4 tahun) adalah
sebagai “the golden age” atau masa emas dalam tahap perkembangan hidup
manusia. Dikatakan sebagai masa emas, karena pada masa ini tidak kurang dari
100 miliar sel otak siap untuk distimulasi agar kecerdasan seseorang dapat
15
berkembang secara optimal di kemudian hari. Dalam banyak penelitian
menunjukkan, kecerdasan anak usia 0-4 tahun akan terbangun 50 persen dari total
kecerdasan yang akan dicapai pada usia 18 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa
2006: 10).
sejak usia dini akan dapat meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan fisik dan
mental, yang secara langsung maupun tidak langsung akan berdampak pada
peningkatan prestasi belajar, atas kerja dan produktivitas. Pada akhirnya anak
akan lebih mampu untuk mandiri dan mengoptimalkan potensi yang dimiliki.
Secara lebih luas dari aspek sosio-kultural, PAUD dapat merupakan suatu
realisasi dari hak anak untuk hidup dan berkembang sesuai dengan potensi yang
sehingga dapat menyiapkan anak sebagai generasi penerus untuk masa depan.
Bahkan secara ekonomik, PAUD dapat merupakan investasi bagi masa depan
karena anak yang terdidik dan berkembang baik secara ekonomis akan
16
rohani anak usia dini agar ia dapat tumbuh kembang secara sehat dan optimal
sesuai dengan nilai, norma dan harapan masyarakat. Sesuai dengan aspek
Nomor 051/0/2001 tanggal 19 April 2001 berkaitan erat dengan visi dan misi dari
PAUD itu sendiri. Adapun visi dari PAUD tersebut adalah “Terwujudnya anak
usia dini yang sehat cerdas dan ceria” Sementara misinya adalah: (1)
Agar tujuan dan fungsi PAUD dapat tercapai, maka ada 4 prinsip yang
dan perkembangan jasmani dan rohani anak serta dilakukan secara terintegrasi
dalam suatu kesatuan program utuh dan proporsional. Kedua, berbasis keilmuan.
Prinsip ini mengandung arti bahwa praktek pendidikan anak usia dini yang tepat
17
dilaksanakan sesuai karakteristik dan tingkat pendidikan anak sehingga proses
masyarakat. Mengingat anak adalah bagian dari masyarakat dan sekaligus menjadi
berkembang pada masyarakat yang bersangkutan. Lebih lanjut, prinsip ini juga
Meningkatnya popularitas PAUD menurut Dedi Supriadi (2003: 97) antara lain
berkat sosialisasi yang gencar yang dilakukan oleh berbagai pihak, khususnya
massa.
18
seperti yang diharapkan semua pihak. Tantangan dan permasalahan tersebut
komprehensif dan terpadu, namun hingga saat ini belum ada suatu sistem yang
menjamin keterpaduan kebijakan dan program dalam penanganan anak usia dini.
Di tingkat ini lapangan kelompok BKB, TPA maupun Kelompok Bermain sudah
dilakukan. Namun mengingat belum ada keterpaduan kebijakan lintas sektor yang
jelas di tingkat pusat, hasil yang dicapai belum optimal. Kedua, anak usia dini (0-
penyelenggaraan PAUD sangat minim. Akibatnya, masih terlalu banyak anak usia
dini yang belum mendapat layanan PAUD. Menurut Fasli Jalal (2003: 37), sampai
dengan tahun 2001 jumlah anak usia 0-6 tahun yang belum terlayani diperkirakan
bahwa anak usia dini cukup dididik di rumah saja. Dampaknya, penyelenggaraan
cakupannya belum tinggi. Upaya mengatasi tantangan dan permasalahan yang ada
keterpaduan lintas sektor dengan dukungan dana yang memadai. Kader yang
mengelola PAUD pun perlu dibina secara intensif melalui program pelatihan,
orientasi, diskusi atau studi banding ke daerah lain yang kegiatan PAUD nya
19
sudah berjalan baik. Penumbuhkembangan PAUD di wilayah-wilayah yang
dan permasalahan di atas, namun upaya-upaya tersebut di atas sudah cukup efektif
sepanjang ada kebijakan yang terpadu dan konsisten di tingkat pusat hingga
Dari uraian tersebut dapat kita pahami bahwa PAUD dipandang dari sudut
hari. Oleh karena itu, penyelenggaraan PAUD di tingkat lini lapangan baik berupa
rintisan maupun yang dipadukan dengan kegiatan lain yang sudah perlu mendapat
dengan mudah sepanjang ada keseriusan dari pihak pemerintah untuk mengatasi
tantangan dan hambatan yang ada. Strategi jitu yang dapat ditempuh adalah
program PAUD tentunya juga harus didukung oleh sarana prasarana yang
memadai.
G. Pendekatan Penelitian
20
membatasi studi dengan fokus kajian. Menentukan kriteria untuk memeriksa
keabsahan data dan hasil penelitian bisa diterima serat dibenarkan oleh kedua
sesuai dengan permasalahan yang penulis teliti. Penelitian ini bermaksud untuk
memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian yang
menghasilkan data deskriptif, yang berupa perilaku orang yang dapat diobservasi
dari lisan maupun tulisan, sesuai dengan pengertian penelitian kualitatif menurut
memahami suatu situasi sosial, peristiwa, peran, interaksi dan kelompok”. Selain
Dari uraian diatas dan sesuai dengan masalah yang penulis teliti, maka
21
ilmiah. Penelitian ini difokuskan pada kajian mengenai motivasi belajar siswa,
Adapun yang menjadi subjek penelitian atau responden dalam penelitian ini
orang. Mengingat populasi yang diteliti terlalu banyak, maka penulis hanya
memilih secara acak beberapa orang tua murud yang dijadikan sebagai subjek
penelitian.
gunakan untuk mendapatkan informasi yang akurat, tepat guna dan saling
melengkapi.
1. Observasi
berikutnya.
22
2. Angket
penjabaran peneliti. Angket yang digunakan pada penelitian ini angket yang
disajikan untuk dijawab oleh responden yang hanya memilih alternative jawaban
yang tepat a, b, c, d dan e yang disediakan. Angket disusun oleh peneliti sendiri,
3. Wawancara
yang tercantum dalam laporan. Pedoman ini dibuat dan dirumuskan dalam bentuk
dini
4. Dokumentasi
Untuk melengkapi data dan informasi yang diperoleh dari dua teknik
dokumen yang berkaitan dengan minat dan usaha serta hasil yang diperoleh.
23
J. Prosedur Analisis Data
adalah proses penyusunan data agar data mudah ditafsirkan. Menyusun data
dilakukan untuk memberi makna pada analisis, dengan jalan menjelaskan pola
katagori. Nasution (1996:26) mengemukakan tiga hal penting analisis data dalam
1. Reduksi data
Dilakukan dengan cara merangkum data, memilih hal-hal yang pokok dan
2. Display data
dengan tema dan polanya. Pola yang nampak ditarik suatu kesimpulan sehingga
kesimpulan atas rangkuman data yang tampak dalam display data sehingga data
kesimpulan itu menjadi jelas, perlu verifikasi selama dan sesudah penelitian
berlangsung.
24
K. Rancangan Kegiatan Penelitian
JADWAL PENELITIAN
Penelitian ini akan memakan waktu 3 bulan, dengan jadwal sebagai
berikut :
2 Studi Pendahuluan
4 Pengumpulan Data
5 Pengolahan Data
6 Ringkasan Eksekutif
(Executive Summary)
25
DAFTAR PUSTAKA
Carter V. Good. 1959. Dictionary of Education. Mc. Graw Hill Book Company,
Inc. New York.
Driyarkara. 1950. Driyarkara Tentang Pendidikan. Yayasan Kanisius,
Yogyakarta.
Drost, J, 1999, Proses Pembelajaran Sebagai Proses Pendidikan, Jakarta,
Grasindo
Edward. (1996). Psykologi Pendidikan, Yokyakarta: Usaha Nasional.
Hadi, Kusmono, dkk. 2002. Sosiologi; Suatu Pendekatan Baru. Jakarta: Piranti
Dharma.
Hasbullah. 1999. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo Persada
Handoko, Hani (2003). Pengantar Ilmu Pendidikan, Jakarta: Erlangga.
Sabri, M Sabri, Psikologi Pendidikan ., Jakarta : CV. Pedoman ilmu Jiwa, 1996
26
Sudjana, Nana. Teori-Teori Belajar Untuk Pengajaran. Jakarta. Lembaga Penerbit
FE-UI.
27