Professional Documents
Culture Documents
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tumbangnya rezim orde baru berarti tumbangnya otoriterianisme. Tumbangnya
oteriterianisme merupakan fase yang mengawali periode transisi bagi suatu bangsa menuju
konsolidasi demokrasi. Ini terjadi karena kesadaran akan pentingnya pemenuhan hak sosial,
ekonomi maupun politiknya semakin signifikan. Kehendak untuk melakukan transformasi
politik menuju negara yang lebih baik dan pro rakyat juga semakin besar. Momentum
jatuhnya orde baru menggaungkan semangat demokrasi yang membara. Salah satu
sinyalemen yang menunjukkan gejala ini adalah menjamurnya organisasi masyarakat yang
semakin berani menyuarakan aspirasi, mengkritisi, dan mengawasi pemerintahan di ruang
publik. Keberadaan berbagai organisasi masyarakat ini dirasa semakin insidentil karena
mereka berperan untuk melaksanakan agenda yang bertujuan untuk mengadvokasi dan
mengakomodasi kepentingan rakyat.
Organisasi yang berkembang dengan pesat tersebut merupakan pilar penegak tercipta
dan terbentuknya civil society yang kuat di Indonesia. Akan tetapi tidak semua organisasi
tersebut merupakan civil society organizations dimana sejatinya CSOs tersebut membela dan
mengakomodasi kepentingan publik. Banyak sekali organisasi yang mengatasnamakan publik
akan tetapi ternyata hanya sebagai kedok saja. Ada organisasi-organisasi yang hanya
memanfaatkan publik untuk mendapatkan keuntungan pribadi dan kelompoknya.
1.2. Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan civil society dan bagaimana karakteristiknya?
b. Bagaimana peranan LSM sebagai pilar penegak civil society di Indonesia dan
bagaimana kita dapat mengkategorikan organisasi tersebut sebagai CSOs dan non-
CSOs?
c. Bagaimana kaitannya organisasi-organisasi tersebut dengan integrasi yang
terbentuk?
1.3. Tujuan Penulisan
Ada beberapa poin yang menjadi tujuan penulisan dari makalah ini, yaitu :
a. Untuk mengetahui hakikat dari civil society dan karakteristik dari civil society,
b. Untuk mengetahui bagaimana peranan LSM sebagai pilar penegak civil society
dan bagaimana membedakan antara civil society organization dan mana yang
bukan.
2
c. Untuk mengetahui pengaruh LSM yang ada di Indonesia dengan integrasi yang
terbentuk.
1.4. Metode Analisis
Dalam melakukan penulisan makalah ini, penulis melakukan studi pustaka dalam
melakukan analisis.
3
BAB 2
KERANGKA KONSEP
b. Demokratis
Demokratis merupakan satu entitas yang menjadi penegak wacana
masyarakat madani, dimana dalam menjalani kehidupan, warga negara
memiliki kebebasan penuh untuk menjalani aktivitas kesehariannya,
termasuk dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Demokratis berarti
masyarakat dapat berlaku santun dalam pola hubungan interaksi dengan
masyarakat sekitarnya dengan tidak mempertimbangkan agama, ras, dan
suku.
c. Toleran
Kesadaran masing-masing individu untuk menghargai dan menghormati
pendapat serta aktivitas yang dilakukan oleh kelompok masyarakat lain
yang berbeda.
d. Pluralisme
Sebagai prasyarat penegakan masyarakat madani, maka pluralism harus
dipahami secara mengakar dengan menciptakan sebuah tatanan kehidupan
yang menghargai dan menerima kemajemukan dalam konteks kehidupan
sehari-hari. Pluralisme tidak bias dipahami hanya dengan sikap mengakui
dan menerima kenyataan masyarakat yang majemuk, tetapi harus disertai
dengan sikap yang tulus untuk menerima kenyataan pluralism itu sebagai
nilai positif, merupakan rahmat Tuhan.
e. Keadilan social (social justice)
Keadilan dimaksudkan untuk menyebutkan keseimbangan dan pembagian
yang proposional terhadap hak dan kewajiban setiap warga negara yang
mencakup seluruh aspek kehidupan.
2.4 Pilar Penegak Civil Society
Yang dimaksud dengan pilar penegak masyarakat madani adalah institusi-
institusi yang menjadi bagian dari social control yang berfungsi mengkritisi
kebijakan-kebijakan penguasa yang diskriminatif serta mampu memperjuangkan
aspirasi masyarakat yang tertindas.
Lembaga Swadaya Masyarakat; adalah institusi social yang dibentuk oleh
swadaya masyarakat yang tugas esensinya adalah membantu dan memperjuangkan
aspirasi dan kepentingan masyarakat tertindas. Selain itu LSM dalam konteks
masyarakat madani juga bertugas mengadakan empowering (pemberdayaan) kepada
5
1. Integrasi Sosial
Civil Society yang merupakan elemen penggerak masyarakat berperan dalam
melakukan konsolidasi dan pengorganisasian masyarakat untuk membentuk kesatuan
dalam rangka usaha menegakkan nilai-nilai demokrasi dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara secara kolektif untuk melakukan perjuangan bersama. Berbagai elemen
, satuan, dan institusi akan menyatu dan bergerak secara bersamaan, melaksanakan
fungsi strategis hingga tercipta hubungan yang intens dan harmonis.
2. Integrasi Nasional
Dalam rangka menjalankan fungsi pemerintahannya, birokrat perlu mendapat
pengawasan dan kontrol yang cermat dari masyarakat sebagai pihak yang
diwakili. Ini diperlukan untuk mencegah oligharki politik yang berujung pada
kekuasaan absolut. Civil Society berperan dalam menjalankan fungsi pengawasan.
Civil Society secara kritis harus mengkaji setiap kebijakan dan memeberikan
koreksi terhadap kebijakan atau putusan yang tidak berpihak pada kepentingan
dan hak-hak rakyat.
- Integrasi Normatif
Civil Society pada intinya memiliki idealisme untuk menjamin terpenuhinya hak-
hak masyarakat. Nilai-nilai demokrasi yang dianut oleh bangsa ini seperti nilai
keadilan, terjaminnya HAM, dan nilai kesetaraan di depan hukum secara kontinyu
7
terus diperjuangkan untuk mencapai cita-cita, harapan dan nilai-nilai yang dianut
setiap warga negara.
- Integrasi Fungsional
Setiap Civil Society memiliki ranah pergerakan yang berbeda-beda. Misalnya saja,
Kontra S aktif mengkritisi segala bentuk kebijakan yang tidak berpihak pada
HAM dan memperjuangkan secara aktif pelanggaran HAM yang terjadi selama
masa orde baru. The Wahid Institute, berpengaruh dalam mendorong terciptanya
iklim demokrasi yang mengindahkan pluralisme, multikulturalisme dan toleransi
diantara antar pemeluk agama di Indonesia dan seluruh dunia, sedangkan ICW
meliputi upaya pemberantasan korupsi dan HTI ( Hizbut Tahrir Indonesia ( HTI )
meliputi perjuangan politik yang berbentuk dakwah islami dalam usahanya untuk
mengkritik dan mengontrol tindakan penguasa yang menyalahi hukum-hukum
Islam, melanggar serta mengabaikan hak-hak umat dan tidak memperhatikan
kebutuhan dan kepentingan umat. Maisng-masing memiliki fokus bidang
pergerakan yang berbeda-beda. Peran dan fungsi yang mereka lakukan berbeda-
beda. Akan tetapi, pada intinya sebagai organisasi masyarakat yang non-profit dan
bessifat independen, semuanya memiliki tujuan untuk berjuang secara kontinyu
dalam menjamin terpenuhinya hak-hak rakyat dan menjamin tidak ada
penyalahgunaan wewenang oleh para birokrat. Ketika Civil Society dapat
menjalankan masing-masing fungsinya secara sinergis satu sama lain, niscaya
integrasi fungsional akan tercapai. Pergerakan yang secara sporadis harus
dihindari karena justru akan menimbulkan perpecahan karena pergesekan ideologi
dan kepentingan.
- Integrasi Koersif
Ketika nilai yang hendak dicapai oleh masing-masing Civil Society telah
disepakati. Harus diciptakan hukum yang sah dan legal yang bisa memaksa
individu untuk melaksanakan nilai dan norma yang telah disepakati bersama.
Misalnya saja diciptakan hukum untuk mengatur kewenangan-kewenangan
birokrasi untuk mencegah penyalahgunaan wewenang dan untuk memperjelas
pertanggungjawaban. Ini penting mengingat elit politik dengan kekuasaannya
yang dominan tidak akan mengendorkan pengaruhnya tanpa tekanan yang kuat
dari bawah meskipun ia telah menghadapi banyak tekanan baik internal maupun
ekternal.
8
BAB 3
ISI
Salah satu pilar penegak civil society adalah adanya CSOs (Civil Society
Organizations) yang terdiri dari Oras, Orpol, Ornop/NGOs; Or-Komunitas. Saat ini di
Indonesia telah berkembang begitu banyak NGO(LSM). Bahkan disebutkan oleh Hikam di
dalam tulisannya berjudul “Civil Society di Indonesia Sekarang dan Masa Mendatang”
bahwa jumlah LSM di Indonesia sudah mencapai lebih dari 10.000 organisasi. Hal ini tentu
saja menjadikan Indonesia memiliki potensi yang sangat besar untuk menjadi sebuah civil
society yang kuat.
Di sini kami akan membahas 2(dua) organisasi dari beribu organisasi yang
berkembang di Indonesia. Focus pembahasan adalah terhadap FPI ( Front Pembela Islam )
dan KontraS. Dari dua organisasi tersebut akan diketahui mana yang merupakan CSOs dan
mana yang bukan. Serta dapat diketahui dampak dari kedua CSOs tersebut terhadap
prkembangan Civil Society di Indonesia.
3.1 Gambaran Umum FPI dan KontraS
3.1.1 FPI
Front Pembela Islam atau yang biasa dikenal dengan FPI berdiri pada 17
Agustus 1998 (24 Rabiuts Tsani 1419) di halaman Pondok Pesantren Al Um,
Kampung Utan, Ciputat, Jakarta Selatan oleh sejumlah Habib, Ulama, Mubaligh,
dan aktivis muslim dan disaksikan ratusan santri yang berasal dari Jabodetabek.
Organisasi ini dibentuk dengan tujuan menjadi wadah kerja sama antara ulama
dan umat dalam menegakkan Amar Ma’ruf Nahi Munkar.
Latar belakang pendirian FPI adalah :
1. Adanya penderitaan panjang umat Islam di Indonesia karena lemahnya
control sosial penguasa sipil maupun militer akibat banyaknya pelanggaran
HAM yang dilakukan oleh oknum penguasa.
2. Adanya kemungkaran dan kemaksiatan yang semakin merajalela di
seluruh sector kehidupan,
3. Adanya kewajiban untuk menjaga dan mempertahankan harkat dan
martabat Islam serta Umat.
"Posisi FPI menjadi semacam Pressure Group di Indonesia, untuk
mendorong berbagai unsur pengelola negara agar berperan aktif dalam
memperbaiki dan mencegah kerusakan moral dan akidah umat Islam, serta
9
berinisiatif membangun suatu tatanan sosial, politik & hukum yang sejalan
dengan nilai-nilai syariat Islam"
(Habib Rizieq, Ketua Umum FRONT PEMBELA ISLAM, 2007)
Untuk menjaga kemurnian perjuangan FPI, maka FPI tidak terlibat dalam
politik praktis atau berpihak secara politik terhadap kekuasaan yang ada di
Indonesia. FPI juga tidak berafiliasi atau bekerjasama secara struktural dengan
organisasi manapun baik lokal maupun internasional. Motif untuk
memperjuangkan syariat Islam adalah langkah yang sah, sedangkan aksi-aksi
untuk memperjuangkannya diupayakan untuk tetap tunduk pada hukum yang
berlaku di Indonesia.
Visi-Misi FPI
Sesuai dengan latar belakang pendiriannya, maka FPI mempunyai sudut
pandang yang menjadi kerangka berfikir organisasi ( visi ), bahwa penegakan
amar ma´ruf nahi munkar adalah satu-satunya solusi untuk menjauh-kan
kezholiman dan kemunkaran. Tanpa penegakan amar ma´ruf nahi munkar,
mustahil kezholiman dan kemunkaran akan sirna dari kehidupan umat manusia di
dunia.
FPI bermaksud menegakkan amar ma´ruf nahi munkar secara káffah di
segenap sektor kehidupan, dengan tujuan menciptakan umat sholihat yang hidup
dalam baldah thoyyibah dengan limpahan keberkahan dan keridhoan Allah ´Azza
wa Jalla. Jadi, visi-misi FPI adalah penegakan amar ma´ruf nahi munkar untuk
penerapan Syari´at Islam secara káffah.
3.1.2 KontraS
KontraS, yang lahir pada 20 Maret 1998 merupakan gugus tugas yang
dibentuk oleh sejumlah organisasi civil society dan tokoh masyarakat. Gugus
tugas ini semula bernama KIP-HAM yang telah terbentuk pada tahun 1996.
Sebagai sebuah komisi yang bekerja memantau persoalan HAM, KIP-HAM
banyak mendapat pengaduan dan masukan dari masyarakat, baik masyarakat
korban maupun masyarakat yang berani menyampaikan aspirasinya tentang
problem HAM yang terjadi di daerah. Pada awalnya KIP-HAM hanya menerima
beberapa pengaduan melalui surat dan kontak telefon dari masyarakat. Namun
lama kelamaan sebagian masyarakat korban menjadi berani untuk menyampaikan
pengaduan langsung ke sekretariat KIP-HAM.
10
Visi-misi
Misi
Nilai-nilai Dasar
pikir yang selanjutnya dapat merubah tingkah laku dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara.
14
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pemaparan diatas mengindikasikan bahwa LSM merupakan pilar penegak Civil
Society. Ini dikarenakan LSM memiliki peran sebagai perpanjangan tangan rakyat dalam
mengontrol dan mengawasi setiap kebijakan pemerintah. LSM berperan aktif dalam
mengkritisi isu kebijakan pemerintah agar tetap memihak pada rakyat.
Akan tetapi, tidak semua LSM dapat digolongkan sebagai Civil Society Organization
(CSO). Terdapat beberapa LSM yang tidak memenuhi prasyarat sebagai CSO karena dalam
pergerakannya berlandaskan ideologi atau kepentingan kelompok tertentu. LSM semacam ini
biasanya merupakan alat atau mesin politik yang digunakan untuk melanggengkan suatu
pemerintahan.
Jadi, peranan LSM dapat dianalogikan dengan dua mata pisau. Disatu sisi, LSM dapat
berfungsi untuk mencapai integrasi, baik integrasi secara sosial maupun nasional. Namun
disisi lain, LSM dapat menjadi pemecah belah persatuan atau menyebabkan disintegrasi
apabila peranannya sebagai wadah aspirasi rakyat disalahgunakan kepentingannya.
15
DAFTAR PUSTAKA
http://fpi.or.id/?p=perjuanganfpi
http://kontras.or.id
Hikam, Muhammad AS. Demokrasi dan Civil Society. Jakarta : LP3ES, 1999,
hal.1-8
Tim ICCE UIN Jakarta. Demokrasi, Hak Asasi Manusia, dan Masyarakat Madani.
Jakarta : Prenada Media, 2003