Professional Documents
Culture Documents
Keterampilan Atending
Keterampilan ini digunakan ketika konselor melakukan wawancara dengan klien. Ajakan
terbuka untuk berbicara memberi kesempatan klien agar mengeksplorasi dirinya sendiri
dengan dukungan pewawancara. Pertanyaan terbuka membuka peluang klien untuk
mengemukakan ide perasaan dan arahnya tanpa harus menyesuaikan dengan setiap
kategori yang telah ditentukan oleh pewawancara.
Keterampilan Paraprase
Paraprase adalah suatu keterampilan dasar dalam konseling yang bertujuan untuk
memperbaiki hubungan antar pribadi. Esensi dari keterampilan ini adalah pengulangan
kata-kata atau pemikiran-pemikiran kunci dari klien yang dirumuskan oleh konselor
sendiri. Maksud dari kegiatan paraprase adalah: (1) menyampaikan kepada klien bahwa
konselor bersama klien, dan konselor berusaha memahami apa yang dinyatakan klien; (2)
mengkristalisasi komentar klien dengan lebih singkat sehingga membantu mengarahkan
wawancara; dan (3) memberi peluang untuk memeriksa kecermatan persepsi konselor.
Kegiatan paraprase bukan merupakan upaya untuk membaca apa yang terlintas di benak,
tetapi suatu bantuan untuk memperoleh klarifikasi tambahan yang cermat.
Keterampilan Konfrontasi
Contoh-contoh materi yang secara umum diberikan konfrontasi dalam proses konseling
adalah:
a. Kontradiksi antara isi pernyataan dan cara mengatakan.
Konselor: ”Bagaimana khabar Anda hari ini?”
Klien : Oh..(suara datar) dalam keadaan baik-baik saja” (suara rendah, sikap dan posisi
tubuh tampak gelisah)
Konselor: ”Anda mengatakan baik-baik saja, tetapi suara dan sikap Anda nampak
menunjukkan kegelisahan?”
b. Tidak konsisten antara apa yang diinginkan dan apa yang dilakukan oleh klien.
c. Tidak konsisten antara apa yang dikatakan klien dengan reaksi yang diharapkan oleh
konselor.
POKOK BAHASAN
1. Ketrampilan menjalin relasi dengan klien
2. Ketrampilan Berkomunikasi Secara Lisan
3. mengajak klien berbicara
4. mendorong klien melanjutkan pembicaraan
5. membantu klien merasa lebih baik
6. memfokus pada inti masalah
7. menggali beragam solusi dan memecahkan masalah
8. Ketrampilan dalam Melakukan Komunikasi Non Verbal
Membangun Relasi
hubungan inter-personal ; melibatkan dua orang dalam komunikasi yang intim dan
bertujuan untuk memberikan penguatan pada klien.
Ketika klien merasa dimengerti jalan pikirannya, perasaan dan cara pandangnya, maka ia
mulai berani mempercayakan dirinya pada konselor. Bahkan sampai pada area pribadi
yang hanya dia dan Tuhan sendiri yang tahu, yang dia simpan bertahun-tahun. Tidak
mudah untuk membangun rasa percaya klien terhadap Konselor.
Ada orang yang kadar trust-nya rendah, ada juga orang yang kadar trust-nya tinggi. Bagi
orang-orang yang kadar trust-nya rendah, akan sulit sekali untuk membangun rasa percaya.
Membutuhkan beberapa kali pertemuan baru orang tersebut percaya. Akan tetapi bagi
orang-orang yang kadar trust-nya tinggi, sekali pertemuan saja, dia sudah bisa percaya.
Empathy
merupakan kerelaan untuk merasakan apa yang dirasakan klien, mengerti dengan
pengertian klien dan melihat dengan perspektif klien.
merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain adalah sesuatu hal yang tidak mudah.
Masing-masing kita mempunyai cara pandang yang berbeda-beda terhadap sesuatu hal.
Empathy perlu terus dibangun melalui relasi dan komunikasi yang berkelanjutan dgn klien.
Tunjukkan keinginan untuk memahami dunia klien dengan klarifikasi dan pertanyaan-
pertanyaan tentang pengalaman-pengalaman dan perasaan klien.
Diskusikan apa yang penting: tunjukkan dengan kata-kata bahwa anda menaruh perhatian
pada apa yang dianggap penting oleh klien. Bisa saja ada sesuatu hal yang bagi kita itu
tidak penting, tapi bagi klien itu sangat penting.
Nyatakan perasaan klien, dengan merefleksikan apa yang dirasakan klien.
Konselor harus memperhatikan bahasa tubuh mereka, supaya ketika merasa letih, bosan,
marah, kesal dll, tetap dapat mengontrol supaya klien tetap merasa diterima.
konselor hendaknya menghadapi klien dengan bahasa tubuh yang ramah, misalnya: kontak
mata, posisi tubuh menghadap klien dan posisi lengan terbuka (tidak melipat lengan).
Kegunaan Empathy
Memberi dukungan untuk mengekspresikan sikap yang berbeda dengan apa yang
diharapkan Konselor. ‘’saya merasa anda kurang setuju dengan apa yang saya katakan,
dapatkah anda ceritakan bagaimana perasaan anda terhadap apa yang saya bicarakan
tadi ?’.
Self Disclosure ; mendukung klien untuk mengeksplorasi hal-hal yang sensitif dengan cara
konselor menceritakan pengalamannya.
Sebelum anda memulai pertemuan dan pembicaraan yang lebih mendalam dengan klien,
lakukan pengamatan terhadap klien. Perhatikan :
Apakah ia sekarang menjadi pendiam, menyendiri dan tidak komunikatif, padahal biasanya
ia ceria, lucu, penuh kasih dan energik.
Apakah ia bicara berulang-ulang tentang suatu masalah, misalnya uang, sakit, malas ?
Apakah ia kusut dan tidak rapi padahal biasanya ia selalu tampil rapi ?
‘saya lihat kamu beberapa kali keluar dari ruang belajar, ke kamar kecil ? apakah ada
msalah dengan perutmu ?’
Orang awam cenderung menggunakan kalimat yang umum, misalnya ‘kamu tampak
mudah terganggu hari ini ?’. Kalimat ini sudah merupakan tafsir, bukan lagi menyatakan
fakta. Menggunakan kalimat tafsir seringkali belum tentu sesuai dengan maksud klien.
Selain itu menggunakan kalimat tafsir juga beresiko, anda mungkin saja secara tidak
sengaja menuduh, atau bahkan menghakimi klien.
Lengkapi ajakan tanggapan anda dengan kalimat ‘ saya merasa cemas, apakah ada sesuatu
yang menganggumu ? ataukah kamu baik-baik saja ?’. kalimat ini akan ajakan tidak
langsung kepada klien untuk berbicara, dan berfungsi untuk memastikan apakah klien
tersebut mempunyai masalah yang menganggu atau tidak.
Ajakan-ajakan awal untuk berbicara sebaiknya terdiri dari sebuah pertanyaan umpan balik
dan sebuah pertanyaan untuk memastikan apakah orang tersebut mempunyai masalah atau
tidak.
Konselor perlu bersikap hati-hati ketika mengajak klien berbicara, lihatlah situasinya agar
dia tidak merasa dipermalukan, jika ternyata pada saat tersebut hadir orang lain selain klien
yang mendengar pembicaraan. Perlu diketahui juga bahwa orang lebih suka merahasiakan
masalahnya, dan merasa malu jika orang lain mengetahuinya. Oleh karena itu sering kali
ketika kita bertanya apa kabar, maka lebih banyak mendapat jawaban baik atau bahkan
sangat baik, sekalipun sebenarnya mereka sedang bermasalah. Selain itu, banyak orang
sangat percaya bahwa orang lain tidak mau mendengarkan keluhan-keluhan mereka. Jadi
meeka merasa percuma jika menceritakan masalahnya kepada orang lain
Konselor juga perlu mengetahui apakah waktunya tepat untuk mengajak bicara. Konselor
perlu melihat apakah klien sedang mengerjakan banyak tugas, misalnya ketika sorang anak
sedang menghadapi ujian. Bila hal ini diabaikan justru akan semakin menambah
kecemasan klien. Konselor dituntut untuk peka dalam menentukan kapan mereka harus
mengajak bicara dengan kliennya.
Jika ajakan konselor ditolak, apa yang harus dilakukan ? jangan buru-buru anda
menganggap ini sebabagi sentimen pribadi. Kebanyakan orang sangat selektif dalam
menentukan siapa orang yang pantas mereka percaya. Jika anda secara positip mendukung
dan menerima orang yang menolak ajakan anda, orang tersebut tidak akan merasa sungkan
untuk meminta bantuan anda di masa mendatang.
Jika anda merasa bahwa klin tersebut ingin membicarakan dengan orang lain, maka anda
dapat memebri dukungan dengan mengatakan ;
‘Mif, jika saya mempunyai masalah pribadi, saya merasa perlu membicarakan dengan
orang yang saya percaya. Kadang saya bicara dengan teman, guru atau dengan konselor.
Apakah kamu merasa perlu berbicara dengan temanmu atau orang lain yang kamu
percaya ?’
mendorong klien melanjutkan pembicaraan
Hargailah klien anda, dengarkanlah dengan seksama dan penuh perhatian ketika dia sedang
menceritakan masalahnya. Keseriusan, kepedulian dan kesabaran anda dapat mendorong
klien untuk melanjutkan pembicaraannya. Jadi tunjukkan bahwa anda mendengarkan
dengan penuh perhatian, tunjukkan pula bahwa anda memahami apa yang dikatakannya.
Gunakan kontak mata anda untuk menunjukkan bahwa anda peduli dan mendengarkan
dengan baik. Namun, terus menerus menatap orang yang sedang berbicara juga tidak tepat,
karena ia akan merasa tidak nyaman. Jangan pula mendengarkan klien dengan membuang
muka. Perhatikan pula ekspresi wajah ketika sedang mendengarkan klien berbicara.
Tunjukkan perhatian anda dengan ekspresi wajah yang terbuka, menyenangkan sehingga
klien merasa anda benar-benar menyimaknya.
Berilah respon pendek. Dengan dengan mengangguk serta dengan kata-kata singkat,
seperti ya.. ya.. saya mengerti, ya, aku tahu. Vareasikan antara respon verbal dan non
verbal.
Tunjukkan pula bahwa anda memahami apa yang diceritakan klien. Tunjukkan
pemahaman anda dengan cara merefleksikan perasaan dan isi pembicaraan. Apakah
refleksi itu ? ketika anda berkaca di depan cermin, anda melihat bayangan anda, dan ini
memberi informasi penting tentang tubuh anda sendiri. Ketika anda membantu seseorang
dan anda melakukan refleksi, anda seperti berdiri di depan cermin. Anda memantulkan
terhadap apa yang dikatakan dan dirasakannya.
Refleksi perasaan dan isi , ‘kamu merasa kecewa karena orang taumu tidak menelepon ?’
Gunakanlah kata-kata anda sendiri ketika merefleksikan perasaan dan isi pembicaraan.
Kata-kata yang mengekspresikan perasaan emosional (negatif) ; sedih, binggung, frustasi,
tertekan, malas, bersalah, ngeri, khawatir, marah, geram, terganggu, terpuruk, kecewa,
gelisah, putus asa, lelah, malu, benci.
Dalam memberikan refleksi, berilah kesempatan lebih dulu untuk hening sejenak setelah
klien berhenti berbicara. Jangan buru-buru memberi refleksi. Barangkali klien masing
ingin melanjutkan pembicaraannya.
Manfaat refleksi :
Mendorong seseorang menyadari bahwa anda telah mendengarkan dan memahami apa saja
yang dikatakannya.
Kadang-kadang, klien sudah merasa lega setelah menceritakan masalahnya tanpa merasa
perlu melanjutkan proses berikutnya. Pembicaraan yang berhasil berakhir ketika mampu
membawa situasi yang menyenangkan, atau paling tidak membuat klien merasa lebih
nyaman dari pada sebelumnya.
Konselor yang mampu mendengarkan secara aktif, akan lebih berhasil dalam membantu
klien merasa lebih nyaman. Konselor perlu melakukan validasi untuk menunjukkan bahwa
sebagai konselor anda paham terhdap apa yang dikatakan klien. Konselor dapat
menggunakan kalimat, ‘saya memahami penjelasanmu, saya mengerti apa yang kamu
sampaikan, saya dapat memahami perasaanmu, saya bisa membayangkan apa yang
sedang kamu alami’
Seringkali konselor menjumpai klien yang tidak mau mengakui perasaannya, bahwa ia
membenci seseorang, marah atau sedih. Mereka justru mengatakan hal yang sebaliknya,
seperti ‘saya tidak membencinya, saya tidak marah, saya baik-baik saja’…
Dalam situasi seperti ini, konselor bisa memberikan tanggapan dengan mengatakan ;
‘sebenarnya kamu merasa benci, dan menurut pendapatku, kebencianmu itu sah-sah
saja…’
‘saya kira kamu benar-benar marah, dan jika aku aku berada dalam keadaan seperti itu,
aku mungkin juga akan marah’…
Validasi yang dilakukan oleh konselor adalah sebuah bentuk afirmasi atas perasaan klien
yang sebenarnya tetapi klien merasa tidak seharusnya ia merasa seperti itu, atau paling
tidak klien merasa tidak ingin diketahui perasaan yang sebenarnya. Dengan validasi
konselor ingin menunjukkan kepada klien ‘kamu sah-sah saja jika merasa benci, marah
atau kecewa, kamu punya alasan untuk merasa seperti itu…’
Validasi selanjutnya akan mendukung klien untuk mengakui perasaan emosionalnya yang
otentik. Jika suatu perasaan dihayati sepenuhnya, ia akan hilang atau berubah menjadi
perasaan yang lebih menyenangkan.
Untuk dapat membentu klien memfokuskan pada inti masalah, konselor perlu melakukan
langkah-langkah ; merangkum, mengajukan pertanyaan, memberikan pernyataan umpan
balik.
Merangkum
Rangkuman berisi bagian-bagian terpenting dari apa yang diceritakan klien dan dirasakan
klien. Rangkuman dapat dibuat berkali-kali selama berlangsungnya percakapan. Dengan
menyampaikan rangkuman, konselor memperlihatkan kepada klien gambaran yang lebih
jelas, sehingga ia dapat lebih fokus pada inti masalahnya.
Mengajukan pertanyaan
Perlu diketahui bahwa tidaklah terlalu penting menggunakan pertanyaan untuk mendorong
klien membicarakan masalah-masalahnya. Seringkali penggunaan pertanyaan justru
menganggu karena memutus alur pembicaraan. Pertanyaan dapat membelokkan perhatian
orang yang dibantu dari masalah-msalah penting yang sesungguhnya dialami.
Oleh karena itu pertanyaan perlu dihemat dan diajukan secara hati-hati. Hindari
mengajukan pertanyaan yang tidak penting dan kurang relevan dengan proses konseling.
Meskipun kita sudah mendapat kepercayaan dari klien, kita tidak boleh sepenuhnya
mengetahui segalanya tentang klien. Jangan sampai konselor bertanya hanya untuk
memuaskan rasa ingin tahunya atau karena informasi tersebut sesuai dengan minat
konselor.
Perlu diperhatikan pula, bahwa klien mempunyai cara-cara sendiri dalam menyampaikan
sesuatu, jadi, biarlah pembicaraan mengalir tanpa harus konselor sering menginterupsinya
dengan pertanyaan.
Pertanyaan yang bermanfaat adalah pertanyaan yang membantu klien fokus pada inti
masalahnya, membantu melanjutkan ceritanya, membantunya lebih memahami masalah
yang dihadapi.
Contoh ;
‘saya perhatikan beberapa kali kamu sering bicara mengenai hubunganmu dengan teman
sekelasmu Susi. Maukah kamu bercerita lebih lanjut tentang soal ini ?,
Sebaliknya pertanyaan tertutup hanya membuka jawaban yang singkat dan pendek, seperti
ya atau tidak, sehingga tidak diperoleh informasi yang lengkap. Bandingkah pertanyaan ,
apakah kamu menyukai kegiatan kursusmu ? dengan pertanyaan, ‘bagaimana kursusmu ?
Pertanyaan ‘mengapa’ sebaiknya tidak digunakan karena tidak banyak manfaatnya, bahkan
cenderung menghakimi klien. Misalnya ‘mengapa kamu tidak naik kelas ?. selain itu
pertanyaan mengapa juga dapat membelokan ke dalam percakapan tentang masa lalunya,
dari pada masalah-masalah yang menganggunya sekarang ini.
Berikan pertanyaan umpan balik, supaya klien tetap fokus pada inti masalah. Contoh ;
Pertanyaan umpan balik tersebut akan mendorong klien berhenti sejenak, kemudian
mendorongnya berpikir dan kembali fokus pada msalahnya.
Solusi harus sesuai dengan orang yang mempunyai masalah. Konselor sebaiknya tidak
memberikan solusi-solusi kepada kleinnya, konselor seharusnya menghargai kemampuan
klien untuk menemukan solusinya sendiri. Hargailah hak klien untuk menentukan pilihan-
pilihannya sendiri.
Apabila klien memilih solusi yang secara jelas mempunyai dampak negatif (menganggu
dirinya dan orang lain), konselor mempunyai tanggung jawab untuk mengingatkannya.
Ada beberapa langkah yang dapat dilakukan konselor untuk membantu klien menemukan
solusinya, yaitu :
Memberi klien waktu yang memadai untuk merumuskan beberapa alternatif pemecahan
masalah.
Mengajukan pertanyaan yang secara khusus membentunya untuk memilih solusi yang
terbaik.
Saya dapat membantumu mendiskusikan beberapa alternatif jika kamu anggap ini akan
berguna bagimu !
Dapatkan kamu bayangkan apa yang akan terjadi jika kamu memilih alternatif yang
pertama ?
Kontak mata : mata menunjukkan kondisi emosi kita. Melalui kontak mata tunjukkan
keinginan untuk berbicara, menyimak dan mendengarkan.
Ekspresi wajah ; jangan terkesan kita seperti sedang meneliti, atau malah sedang berpikir
soal lain, atau menyalahkan klien. Tunjukkan wajah yang bersahabat dengan tersenyum,
menganggukan kepala.Jangan mengeryitkan dahi, menggelengkan kepala, atau bermuka
masam atau bahkan merah menahan marah, menggetarkan bibir.
Posisi tubuh : jangan dalam posisi saling berhadap-hadapan, karena anda akan kelihatan
agresif, duduklah dalam posisi agak menyerong, agar nyaman dalam berkomunikasi. Meja
akan membuat jarak, komunikasi tidak terbuka, pekerja sosial akan terlihat lebih superior.
Klien butuh posisi yang aman dan nyaman. Sesuaikan jarak tempat duduk anda dengan
klien, perhatikan apakah klien merasa nyaman jika anda mendekat atau bagaimana
responnya jika anda terlalu jauh.
Gerakan tangan ; ini juga seringkali menyatakan emosi seseorang. Menyilangkan tangan,
meletakkan tangan di tengkuk, badan yang kelihatan kaku mengekspresikan sikap defensif.
Letakkan tangan di samping (pertimbangkan budaya setempat), sehingga akan terasa lebih
terbuka. Mengepalkan tangan menunjukkan kemarahan atau kecemasan. Mempermainkan
jari-jari tangan, memijit-mijit, menunjukkan seseorang sedang gugup.
Pakaian dan Penampilan ; penampilan kita menunjukkan siapa diri kita. Penampilan yang
baik akan mengesankan bahwa kita orang yang profesional dan bertanggung jawab.
Perhatikan pakaian yang ada kenakan, ketika sedang menghadapi nak-anak, remaja, dan
dengan orang dewasa.
Teknik Khusus Konseling
March 22, 2008
15 Comments
1. Latihan Asertif
Teknik ini digunakan untuk melatih klien yang mengalami kesulitan untuk menyatakan diri
bahwa tindakannya adalah layak atau benar. Latihan ini terutama berguna di antaranya
untuk membantu individu yang tidak mampu mengungkapkan perasaan tersinggung,
kesulitan menyatakan tidak, mengungkapkan afeksi dan respon posistif lainnya. Cara yang
digunakan adalah dengan permainan peran dengan bimbingan konselor. Diskusi-diskusi
kelompok juga dapat diterapkan dalam latihan asertif ini.
2. Desensitisasi Sistematis
3. Pengkondisian Aversi
Teknik ini dapat digunakan untuk menghilangkan kebiasaan buruk. Teknik ini
dimaksudkan untuk meningkatkan kepekaan klien agar mengamati respon pada stimulus
yang disenanginya dengan kebalikan stimulus tersebut. Stimulus yang tidak menyenangkan
yang disajikan tersebut diberikan secara bersamaan dengan munculnya perilaku yang tidak
dikehendaki kemunculannya. Pengkondisian ini diharapkan terbentuk asosiasi antara
perilaku yang tidak dikehendaki dengan stimulus yang tidak menyenangkan.
Teknik ini dapat digunakan untuk membentuk Perilaku baru pada klien, dan memperkuat
perilaku yang sudah terbentuk. Dalam hal ini konselor menunjukkan kepada klien tentang
perilaku model, dapat menggunakan model audio, model fisik, model hidup atau lainnya
yang teramati dan dipahami jenis perilaku yang hendak dicontoh. Perilaku yang berhasil
dicontoh memperoleh ganjaran dari konselor. Ganjaran dapat berupa pujian sebagai
ganjaran sosial.
5. Permainan Dialog
Teknik ini dilakukan dengan cara klien dikondisikan untuk mendialogan dua
kecenderungan yang saling bertentangan, yaitu kecenderungan top dog dan kecenderungan
under dog, misalnya :
Melalui dialog yang kontradiktif ini, menurut pandangan Gestalt pada akhirnya klien akan
mengarahkan dirinya pada suatu posisi di mana ia berani mengambil resiko. Penerapan
permainan dialog ini dapat dilaksanakan dengan menggunakan teknik “kursi kosong”.
Merupakan teknik yang dimaksudkan untuk membantu klien agar mengakui dan menerima
perasaan-perasaannya dari pada memproyeksikan perasaannya itu kepada orang lain.
Dalam teknik ini konselor meminta klien untuk membuat suatu pernyataan dan kemudian
klien menambahkan dalam pernyataan itu dengan kalimat : “…dan saya bertanggung
jawab atas hal itu”.
Misalnya :
“Saya merasa jenuh, dan saya bertanggung jawab atas kejenuhan itu”
“Saya tidak tahu apa yang harus saya katakan sekarang, dan saya bertanggung jawab atas
ketidaktahuan itu”.
7. Bermain Proyeksi
Proyeksi yaitu memantulkan kepada orang lain perasaan-perasaan yang dirinya sendiri
tidak mau melihat atau menerimanya. Mengingkari perasaan-perasaan sendiri dengan cara
memantulkannya kepada orang lain. Sering terjadi, perasaan-perasaan yang dipantulkan
kepada orang lain merupakan atribut yang dimilikinya. Dalam teknik bermain proyeksi
konselor meminta kepada klien untuk mencobakan atau melakukan hal-hal yang
diproyeksikan kepada orang lain.
8. Teknik Pembalikan
Teknik ini dapat digunakan untuk klien yang menunjukkan perasaan atau suasana hati yang
tidak menyenangkan atau ia sangat ingin menghindarinya. Konselor mendorong klien
untuk tetap bertahan dengan perasaan yang ingin dihindarinya itu.
Kebanyakan klien ingin melarikan diri dari stimulus yang menakutkan dan menghindari
perasaan-perasaan yang tidak menyenangkan. Dalam hal ini konselor tetap mendorong
klien untuk bertahan dengan ketakutan atau kesakitan perasaan yang dialaminya sekarang
dan mendorong klien untuk menyelam lebih dalam ke dalam tingkah laku dan perasaan
yang ingin dihindarinya itu.
Untuk membuka dan membuat jalan menuju perkembangan kesadaran perasaan yang lebih
baru tidak cukup hanya mengkonfrontasi dan menghadapi perasaan-perasaan yang ingin
dihindarinya tetapi membutuhkan keberanian dan pengalaman untuk bertahan dalam
kesakitan perasaan yang ingin dihindarinya itu.
Teknik yang dilaksanakan dalam bentuk tugas-tugas rumah untuk melatih, membiasakan
diri, dan menginternalisasikan sistem nilai tertentu yang menuntut pola perilaku yang
diharapkan. Dengan tugas rumah yang diberikan, klien diharapkan dapat mengurangi atau
menghilangkan ide-ide dan perasaan-perasaan yang tidak rasional dan tidak logis,
mempelajari bahan-bahan tertentu yang ditugaskan untuk mengubah aspek-aspek
kognisinya yang keliru, mengadakan latihan-latihan tertentu berdasarkan tugas yang
diberikan. Pelaksanaan home work assigment yang diberikan konselor dilaporkan oleh
klien dalam suatu pertemuan tatap muka dengan konselor. Teknik ini dimaksudkan untuk
membina dan mengembangkan sikap-sikap tanggung jawab, kepercayaan pada diri sendiri
serta kemampuan untuk pengarahan diri, pengelolaan diri klien dan mengurangi
ketergantungannya kepada konselor.
11. Adaptive
Teknik yang digunakan untuk melatih, mendorong, dan membiasakan klien untuk secara
terus-menerus menyesuaikan dirinya dengan perilaku yang diinginkan. Latihan-latihan
yang diberikan lebih bersifat pendisiplinan diri klien.
13. Imitasi
Teknik untuk menirukan secara terus menerus suatu model perilaku tertentu dengan
maksud menghadapi dan menghilangkan perilakunya sendiri yang negatif.