You are on page 1of 1

Latar Belakang

Termokimia adalah bagian dari termodinamika yang mempelajari perubahan- perubahan panas yang mengikuti
reaksi-reaksi kimia. Banyaknya panas yang diperlukan pada reaksi kimia disebut panas reaksi. Menurut jenis reaksi
panas reaksi dapat dibagi menjadi beberapa jenis antara lain yang penting adalah panas pembakaran, panas
pelarutan, panas pembentukan dan panas netralisasi.
Pada umumnya reaksi kimia disertai dengan efek panas; pada reaksi eksoterm kalor dilepaskan, sedangkan pada
reaksi endoterm kalor diserap. Jumlah kalor yang berkaitan dengan suatu reaksi bergantung pada jenis reaksi, pada
jumlah zat yang bereaksi, pada keadaan fisik zat-zat pereaksi dan hasil reaksi, dan pada suhu. Secara eksperimen
kalor reaksi dapat ditentukan dengan kalorimeter.
Dalam termokimia terdapat suatu fenomena energi, yaitu hukum kekekalan energi yang menyatakan bahwa energi
tidak dapat diciptakan dan tidak dapat juga dimusnahkan. Sehingga energi dijagad raya ini tetap, yang mengalami
perubahan hanya bentuknya saja.
Disiplin ilmu yang mempelajari tentang termokimia dapat kita lihat dalam keseharian kita seperti proses yang sangat
sederhana yaitu pemanasan air. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai proses terjadinya reaksi panas maka
dilakukan percobaan termokimia ini.
Pembahasan
Pada umumnya reaksi kimia disertai dengan efek panas; pada reaksi eksoterm kalor dilepaskan, sedangkan pada
reaksi endoterm kalor diserap. Jumlah kalor yang berkaitan dengan suatu reaksi bergantung pada jenis reaksi, pada
jumlah zat yang bereaksi, pada keadaan fisik zat-zat pereaksi dan hasil reaksi, dan pada suhu. Secara eksperimen
kalor reaksi ditentukan dengan kalorimeter.
Tidak semua reaksi dapat ditentukan kalor reaksinya secara kalorimetrik; penentuan ini terbatas pada reaksi-reaksi
berkesudahan yang berlangsung dengan cepat, seperti reaksi pembakaran, reaksi penetralan, dan reaksi pelarutan.
Juga tidak boleh terjadi reaksi samping.
Kalorimeter adiabatik sederhana disusun sedemikian rupa dengan menggunakan isolator yang ditempatkan di
sekeliling gelas kimia agar dapat memperlambat pertukaran kalor antara sistem dengan lingkungan.
Pada percobaan penentuan tetapan kalorimeter, air dengan kesetimbangan termal yang dimasukkan kedalam
kalorimeter ditambahkan dengan air dengan yang mempunyai suhu lebih tinggi (50oC). Pengukuran waktu
menggunakan stopwatch dilakukan bersamaan menuangkan air dengan suhu lebih tinggi kedalam kalorimeter.
Pembacaan suhu dilakukan setiap ½ menit selama 5 menit agar kita dapat mengetahui perubahan kalor yang
terjadi. Pengadukan campuran dilakukan untuk mempercepat jalannya reaksi.
Pada percobaan penentuan kalor penetralan, larutan asam dan basa harus memiliki suhu yang sama, sebab jika
suhunya berbeda maka perubahan kalor yang terjadi bukan hanya berasal dari kalor reaksi melainkan dari kalor
campuran kedua larutan dengan suhu berbeda.
Setelah suhu kedua larutan sudah sama, barulah dicampurkan kedalam kalorimeter untuk melihat perubahan suhu
yang terjadi untuk menentukan perubahan kalor reaksi penetralan. Perlakuan yang dilakukan pada penentuan
tetapan kalorimeter juga dilakukan untuk penentuan kalor reaksi. Pada akhir pengerjaan, campuran kedua larutan
tersebut ditambahkan dengan 2-3 tetes indikator metil jingga untuk melihat apakah larutan tersebut sudah netral.
Dan setelah ditambahkan indikator, dapat dilihat larutan berubah warna menjadi agak kekuningan yang
menunjukkan bahwa larutan sudah netral.
Dari hasil perhitungan diperoleh tetapan kalorimeter adalah 16,9697 J/K menunjukkan bahwa pada saat reaksi
berlangsung terjadi pertukaran kalor antara sistem dan lingkungan.
Kalor penetralan yang diperoleh dari perhitungan hasil pengamatan yaitu sebesar – 1,14235 kJ/mol kJ/mol, tanda
minus (-) menunjukkan bahwa reaksi asam kuat dengan basa kuat merupakan reaksi eksoterm dimana reaksi
eksoterm yaitu melepaskan kalor ke lingkungan.
Menurut teori, kalor penetralan asam kuat HCl dengan basa kuat NaOH adalah – 55,90 kJ/mol. Jika dibandingkan
dengan kalor penetralan yang diperoleh secara praktek, terdapat perbedaan yang sangat besar. Perbedaan ini
terjadi karena pada saat melakukan percobaan, pembacaan suhu tidak tepat sesuai dengan waktunya. Bisa juga
karena pada saat pengadukan, kecepatan pengadukannya tidak konstan sehingga mempengaruhi kecepatan
reaksi.

You might also like