You are on page 1of 8

Keanekaragaman Agama Di Indonesia

Wikipedia.org

Manusia memiliki kemampuan terbatas, kesadaran dan pengakuan akan


keterbatasannnya menjadikan keyakinan bahwa ada sesuatu yang luar biasa diluar
dirinya. Sesuatu yang luar biasa itu tentu berasal dari sumber yang luar biasa
juga. Dan sumber yang luar biasa itu ada bermacam-macam sesuai dengan bahasa
manusianya sendiri. Misal Tuhan, Dewa, God, Syang-ti, Kami-Sama dan lain-lain
atau hanya menyebut sifat-Nya saja seperti Yang Maha Kuasa, Ingkang Murbeng
Dumadi, De Weldadige dll. Keyakinan ini membawa manusia untuk mencari
kedekatan diri kepada Tuhan dengan cara menghambakan diri , yaitu : menerima
segala kepastian yang menimpa diri dan sekitarnya dan yakin berasal dari Tuhan,
menaati segenap ketetapan, aturan, hukum dll yang diyakini berasal dari Tuhan
Dengan demikian diperoleh keterangan yang jelas, bahwa agama itu penghambaan
manusia kepada Tuhannya. Dalam pengertian agama terdapat 3 unsur, ialah
manusia, penghambaan dan Tuhan. Maka suatu paham atau ajaran yang mengandung
ketiga unsur pokok pengertian tersebut dapat disebut agama.

Cara Beragama

Berdasarkan cara beragamanya :

1. Tradisional, yaitu cara beragama berdasar tradisi. Cara ini mengikuti cara
beragamanya nenek moyang, leluhur atau orang-orang dari angkatan sebelumnya.
Pada umumnya kuat dalam beragama, sulit menerima hal-hal keagamaan yang baru
atau pembaharuan. Apalagi bertukar agama, bahkan tidak ada minat. Dengan
demikian kurang dalam meningkatkan ilmu amal keagamaanya.

2. Formal, yaitu cara beragama berdasarkan formalitas yang berlaku di


lingkungannya atau masyarakatnya. Cara ini biasanya mengikuti cara beragamanya
orang yang berkedudukan tinggi atau punya pengaruh. Pada umumnya tidak kuat
dalam beragama. Mudah mengubah cara beragamanya jika berpindah lingkungan
atau masyarakat yang berbeda dengan cara beragamnya. Mudah bertukar agama
jika memasuki lingkungan atau masyarakat yang lain agamanya. Mereka ada minat
meningkatkan ilmu dan amal keagamaannya akan tetapi hanya mengenai hal-hal yang
mudah dan nampak dalam lingkungan masyarakatnya.

3. Rasional, yaitu cara beragama berdasarkan penggunaan rasio sebisanya. Untuk


itu mereka selalu berusaha memahami dan menghayati ajaran agamanya dengan
pengetahuan, ilmu dan pengamalannya. Mereka bisa berasal dari orang yang
beragama secara tradisional atau formal, bahkan orang tidak beragama sekalipun.

4. Metode Pendahulu, yaitu cara beragama berdasarkan penggunaan akal dan hati
(perasaan) dibawah wahyu. Untuk itu mereka selalu berusaha memahami dan
menghayati ajaran agamanya dengan ilmu, pengamalan dan penyebaran (dakwah).
Mereka selalu mencari ilmu dulu kepada orang yang dianggap ahlinya dalam ilmu
agama yang memegang teguh ajaran asli yang dibawa oleh utusan dari
Sesembahannya semisal Nabi atau Rasul sebelum mereka mengamalkan,
mendakwahkan dan bersabar (berpegang teguh) dengan itu semua.

Agama di Indonesia, Enam agama besar yang paling banyak dianut di Indonesia,
yaitu: agama Islam, Kristen (Protestan) dan Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu.
Sebelumnya, pemerintah Indonesia pernah melarang pemeluk Konghucu melaksanakan
agamanya secara terbuka. Namun, melalui Keppress No. 6/2000, Presiden
Abdurrahman Wahid mencabut larangan tersebut. Tetapi sampai kini masih banyak
penganut ajaran agama Konghucu yang mengalami diskriminasi dari pejabat-pejabat
pemerintah. Ada juga penganut agama Yahudi, Saintologi, Raelianisme dan lain-
lainnya, meskipun jumlahnya termasuk sedikit.

Menurut Penetapan Presiden (Penpres) No.1/PNPS/1965 junto Undang-undang


No.5/1969 tentang Pencegahan Penyalahgunaan dan Penodaan agama dalam
penjelasannya pasal demi pasal dijelaskan bahwa Agama-agama yang dianut oleh
sebagian besar penduduk Indonesia adalah: Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha,
dan Konghucu. Meskipun demikian bukan berarti agama-agama dan kepercayaan lain
tidak boleh tumbuh dan berkembang di Indonesia. Bahkan pemerintah berkewajiban
mendorong dan membantu perkembangan agama-agama tersebut. Sebenarnya tidak
ada istilah agama yang diakui dan tidak diakui atau agama resmi dan tidak resmi di
Indonesia, kesalahan persepsi ini terjadi karena adanya SK (Surat Keputusan)
Menteri dalam negeri pada tahun 1974 tentang pengisian kolom agama pada KTP
yang hanya menyatakan kelima agama tersebut. Tetapi SK (Surat Keputusan)
tersebut telah dianulir pada masa Presiden Abdurrahman Wahid karena dianggap
bertentangan dengan Pasal 29 Undang-undang Dasar 1945 tentang Kebebasan
beragama dan Hak Asasi Manusia. Selain itu, pada masa pemerintahan Orde Baru
juga dikenal Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa, yang ditujukan kepada
sebagian orang yang percaya akan keberadaan Tuhan, tetapi bukan pemeluk salah
satu dari agama mayoritas.

Indonesia memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat. Hal ini


dinyatakan dalam ideologi bangsa Indonesia, Pancasila: “KeTuhanan Yang Maha
Esa”. Sejumlah agama di Indonesia berpengaruh secara kolektif terhadap politik,
ekonomi dan budaya. Di tahun 2010, kira-kira 85,1% dari 240.271.522 penduduk
Indonesia adalah pemeluk Islam, 9,2% Protestan, 3,5% Katolik, 1,8% Hindu, dan
0,4% Buddha. Dalam UUD 1945 dinyatakan bahwa "tiap-tiap penduduk diberikan
kebebasan untuk memilih dan mempraktikkan kepercayaannya" dan "menjamin
semuanya akan kebebasan untuk menyembah, menurut agama atau kepercayaannya".
Pemerintah, bagaimanapun, secara resmi hanya mengakui enam agama, yakni Islam,
Protestan, Katolik, Hindu, Buddha dan Khonghucu. Dengan banyaknya agama maupun
aliran kepercayaan yang ada di Indonesia, konflik antar agama sering kali tidak
terelakkan. Lebih dari itu, kepemimpinan politis Indonesia memainkan peranan
penting dalam hubungan antar kelompok maupun golongan. Program transmigrasi
secara tidak langsung telah menyebabkan sejumlah konflik di wilayah timur
Indonesia.

Kepercayaan terhadap benda mati (animisme) di Indonesia sama dengan penyembah


benda mati di dunia lainnya, yang mana, suatu kepercayaan terhadap objek
tertentu, seperti pohon, batu atau orang-orang. Kepercayaan ini telah ada dalam
sejarah Indonesia yang paling awal, di sekitar pada abad pertama, tepat sebelum
Hindu tiba Indonesia. Lagipula, dua ribu tahun kemudian, dengan keberadaan Islam,
Kristen, Hindu, Buddha, Konghucu dan agama lainnya, penyembah benda mati masih
tersisa di beberapa wilayah di Indonesia. Bagaimanapun, kepercayaan ini tidak
diterima sebagai agama resmi di Indonesia, sebagaimana dinyatakan didalam
Pancasila bahwa kepercayaan itu pada Ketuhanan Yang Maha Esa atau monoteisme.
Penyembah benda mati, pada sisi lain tidak percaya akan dewa tertentu.

Hubungan antar agama, Walaupun pemerintah Indonesia mengenali sejumlah agama


berbeda, konflik antar agama kadang-kadang tidak terelakkan. Di masa Orde Baru,
Soeharto mengeluarkan perundang-undangan yang oleh beberapa kalangan dirasa
sebagai anti Tionghoa. Presiden Soeharto mencoba membatasi apapun yang
berhubungan dengan budaya Tionghoa, mencakup nama dan agama. Sebagai
hasilnya, Buddha dan Khonghucu telah diasingkan.Antara 1966 dan 1998, Soeharto
berikhtiar untuk de-Islamisasi pemerintahan, dengan memberikan proporsi lebih
besar terhadap orang-orang Kristen di dalam kabinet. Namun pada awal 1990-an,
isu Islamisasi yang muncul, dan militer terbelah menjadi dua kelompok, nasionalis
dan Islam. Golongan Islam, yang dipimpin oleh Jenderal Prabowo, berpihak pada
Islamisasi, sedangkan Jenderal Wiranto dari golongan nasionalis, berpegang pada
negara sekuler.

Semasa era Soeharto, program transmigrasi di Indonesia dilanjutkan, setelah


diaktifkan oleh pemerintahan Hindia Belanda pada awal abad ke-19. Maksud
program ini adalah untuk memindahkan penduduk dari daerah padat seperti pulau
Jawa, Bali dan Madura ke daerah yang lebih sedikit penduduknya, seperti Ambon,
kepulauan Sunda dan Papua. Kebijakan ini mendapatkan banyak kritik, dianggap
sebagai kolonisasi oleh orang-orang Jawa dan Madura, yang membawa agama Islam
ke daerah non-Muslim. Penduduk di wilayah barat Indonesia kebanyakan adalah
orang Islam dengan Kristen merupakan minoritas kecil, sedangkan daerah timur,
populasi Kristen adalah sama atau bahkan lebih besar dibanding populasi orang
Islam. Hal ini bahkan telah menjadi pendorong utama terjadinya konflik antar
agama dan ras di wilayah timur Indonesia, seperti kasus Poso di tahun 2005.

Pemerintah telah berniat untuk mengurangi konflik atau ketegangan tersebut


dengan pengusulan kerjasama antar agama. Kementerian Luar Negeri, bersama
dengan organisasi Islam terbesar di Indonesia, Nahdlatul Ulama, yang dipegang
oleh Sarjana Islam Internasional, memperkenalkan ajaran Islam moderat, yang
mana dipercaya akan mengurangi ketegangan tersebut. Pada 6 Desember 2004,
dibuka konferensi antar agama yang bertema “Dialog Kooperasi Antar Agama:
Masyarakat Yang Membangun dan Keselarasan”. Negara-negara yang hadir di dalam
konferensi itu ialah negara-negara anggota ASEAN, Australia, Timor Timur,
Selandia Baru dan Papua Nugini, yang dimaksudkan untuk mendiskusikan
kemungkinan kerjasama antar kelompok agama berbeda di dalam meminimalkan
konflik antar agama di Indonesia. Pemerintah Australia, yang diwakili oleh menteri
luar negerinya, Alexander Downer, sangat mendukung konferensi tersebut.
Keanekaragaman Suku Budaya Indonesia
Oleh: AnneAhira.com Content Team
Indonesia adalah negara yang sangat kaya baik dari segi alam maupun suku budaya
yang ada. Kita patut berbangga menjadi bangsa ini karena kekayaan alam dan suku
budaya yang beragam. Segala usaha harus kita lakukan untuk melestarikannya agar
tetap dapat diwariskan untuk anak cucu dan generasi yang akan datang.

Beragam Suku yang Ada di Indonesia


Negara yang terdiri dari ribuan pulau membuat Indonesia terdiri dari beragam suku
budaya. Ada banyak suku yang mendiami berbagai wilayah di tanah air ini. Hingga
pelosok-pelosok, terdapat lebih dari seribu suku bangsa yang ada di Indonesia.
Setiap suku memiliki keanekaragaman masing-masing.
Beberapa suku yang ada di Indonesia antara lain:
• Pulau Sumatera. Di Pulau Sumatera ada suku Aceh, Batak, Gayo, Komering,
Mentawai, dan masih banyak lagi suku lainnya.
• Pulau Jawa. Di pulau ini, Anda bisa menemukan suku Jawa, Badui, Betawi,
Bawean, Tengger, Sunda, dan lain-lain
• Pulau Kalimantan. Di Kalimantan, tinggal suku Dayak, Pontianak, Limbai,
Bawo, Kutai, Tunjung, Bakung, dan lain sebagainya.
• Pulau Bali dan Nusa Tenggara. Di kedua pulau ini terdapat suku Bali, Kore,
Sumbawa, Sasak, Flores, dan lain-lain.
• Pulau Sulawesi. Di Pulau Sulawesi, Anda akan menjumpai suku Gorontalo,
Sangir, Minahasa, Bajau, Makasar, dan suku-suku lainnya.
• Pulau Maluku. Pulau Maluku dihuni oleh berbagai suku seperti Buru, Aru,
Ambon, Pagu, Ternate, Tidore, Seram, dan lain-lain.
• Pulau Irian Jaya. Di pulau yang sering disebut juga dengan Papua ini
ditinggali oleh suku Asmat, Aero, Gebe, Sawung, Sentani, Sawuy, Dani, dan
masih banyak lagi suku-suku lainnya.

Keragaman Budaya
Keragaman suku juga disertai dengan keragaman budaya. Itulah yang membuat suku
budaya Indonesia sangat dikenal bangsa lain karena budayanya yang unik. Berbagai
bidang budaya mewarnai keragaman suku ini.
Anda bisa menemukan rumah adat yang berbeda untuk setiap suku dengan ciri
khasnya masing-masing. Beberapa nama rumah adat tersebut seperti rumah Joglo
(Jawa Barat), rumah Gadang (Sumatera Barat), Rumah Panggung (Sulawesi Utara),
Honai (Papua) dan lain sebagainya.
Di bidang seni, keragaman tampak pada berbagai tarian daerah yang menarik, lagu
daerah dengan bahasanya masing-masing, berbagai alat musik. Semua ini semakin
menambah kekayaan bangsa ini.
Berbagai suku bangsa ini dengan keragamannya bisa menjadi media promosi yang
menarik dalam meningkatkan pariwisata di berbagai daerah. Tarian seperti
Jaipongan, Saman, Pendet, Kecak, dan lain-lain memiliki daya tariknya masing-
masing untuk para wisatawan baik domestik maupun mancanegara.
Keragaman suku budaya ini harus dilestarikan. Tantangan terberat adalah
menghadapi era globalisasi ini dimana banyak orang yang menganggap bahwa semua
yang berbau tradisional sudah ketinggalan jaman. Sudah saatnya kita sebagai warga
negara Indonesia turut melestarikan suku budaya yang ada.
Tugas Sosiologi
Keanekaragaman di Indonesia

Disusun oleh :

I’in Alfiah

IX IPS 1/17

SMA Negeri 03 Lumajang


Jl. Jend.Panjaitan No. 79 Lumajang

You might also like