Professional Documents
Culture Documents
Sistem Penjaminan mutu merupakan sebuah perwujudan peningkatan upaya untuk menjaminkan
proses perguruan tinggi yang berkualitas, namun secara umum defisnisnya adalah:
Sistem Penjaminan Mutu adalah suatu sistem manajemen untuk mengarahkan dan
mengendalikan suatu organisasi/institusi dalam penetapan kebijakan, Sasaran , Rencana dan
Proses/prosedur mutu serta pencapaiannya secara berkelanjutan (Continous improvement).
Sistem Penjaminan Mutu adalah suatu sistem manajemen yang menjamin kesesuaian antara
proses dengan output yang dihasilkan yang akan memberikan kepuasan stakeholders.
Sistem Penjaminan Mutu merupakan sistem manajemen yang terdiri dari struktur organisasi,
tanggungjawab, proses-proses, prosedur dan sumber daya yang digunakan untuk mencapai
standar yang ditentukan berdasarkan persyaratan dan kebutuhan stakeholders dan organisasi
Sistem Penjaminan Mutu adalah Sistem manajemen yang mengikutsertakan seluruh karyawan
dari tingkatan organisasi, dengan penerapan konsep pengendalian kualitas dan metode statistik
untuk mencapai kepuasan pelanggan dan yang mengerjakannya
Konsep Penjaminan Mutu
Konsep Kualitas/mutu
Kualitas telah menjadi isu kritis dalam persaingan modern dewasa ini, dan hal itu
telah menjadi beban tugas bagi para manager menengah. Dalam tataran abstrak kualitas telah
didefinisikan oleh dua pakar penting bidang kualitas yaitu Joseph Juran dan Edward
Deming. Mereka berdua telah berhasil menjadikan kualitas sebagai mindset yang
berkembang terus dalam kajian managemen, khususnya managemen kualitas.
Menurut Juran Kualitas adalah kesesuaian untuk penggunaan (fitness for use), ini
berarti bahwa suatu produk atau jasa hendaklah sesuai dengan apa yang diperlukan atau
diharapkan oleh pengguna, lebih jauh Juran mengemukakan lima dimensi kualitas yaitu :
e. Guna praktis (field use) , kegunaan praktis yang dapat dimanfaatkan pada
penggunaannya oleh konsumen.
Tokoh lain yang mengembangkan managemen kualitas adalah Edward Deming.
Menurut Deming meskipun kualitas mencakup kesesuaian atribut produk dengan tuntutan
konsumen, namun kualitas harus lebih dari itu. Menurut Deming terdapat empatbelas poin
penting yang dapat membawa/membantu manager mencapai perbaikan dalam kualitas yaitu :
Dengan memperhatikan pendapat dua tokoh kualitas di atas, nampak bahwa mereka
menawarkan beberapa pandangan yang penting dalam bidang kualitas, pada intinya dapat
difahami bahwa semua yang berkaitan dengan managemen kualitas atau perbaikan kualis
yang diperlukan adalah penerapan pengetahuan dalam upaya meningkatkan/mengembangkan
kualitas produk atau jasa secara berkesinambungan.
Sementara itu David A Garvin mengemukakan delapan dimensi atau kategoro kritis
dari kualitas yaitu :
Durability (Daya tahan). Daya tahan produk/masa hidup produk baik secara
ekonomis maupun teknis
Aesthetics (keindahan). Keindahan produk, dalam desain, rasa, suara atau bau
dari produk, dan ini bersifat subjektif
Selain itu Banyak pakar lain yang mencoba mendefinisikan kualitas berdasarkan sudut
pandangnya masing-masing. Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut (Fandy Tjiptono.
2003:3)
Meeting the customer’s needs the first time and every time
Providing our customers with products and services that consistently meet their needs
and expectations.
Doing the right thing right the first time, always striving for improvement, and always
satisfying the customer
Not only satisfying customers, but delighting them, innovating, creating.
Meskipun tidak ada definisi mengenai kualitas yang diterima secara universal, dari
definisi-definisi yang ada terdapat beberapa kesamaan, yaitu dalam elemen-elemen sebagai
berikut:
Kualitas merupakan kondisi yang selalu berubah (misalnya apa Yang dianggap
merupakan kualitas saat ini mungkin dianggap kurang berkualitas pada masa mendatang).
Penjaminan kualitas adalah seluruh rencana dan lndakan sistematis yang penting
untuk menyediakan kepercayaan yang digunakan untuk memuaskan kebutuhan tertentu dari
kualitas (Elliot, 1993). Kebutuhan tersebut merupakan refleksi dari kebutuhan pelanggan.
Penjaminan kualitas biasanya membutuhkan evaluasi secara terus-menerus dan biasanya
digunakan sebagai alat bagi manajemen. Menurut Gryna (1988), penjaminan kualitas
merupakan kegiatan untuk memberikan bukti-bukti untuk membangun kepercayaan bahwa
kualitas dapat berfungsi secara efektif (Pike dan Barnes, 1996).
Tujuan kegiatan penjaminan mutu bermanfaat, baik bagi pihak internal maupun
eksternal organisasi. Menurut Yorke (1997), tujuan penjaminan (Assurance) terhadap kualitas
tersebut antara lain sebagai berikut.
2. Memudahkan mendapatkan bantuan, baik pinjaman uang atau fasilitas atau bantuan
lain dari lembaga yang kuat clan dapat dipercaya.
3. Menyediakan informasi pada masyarakat sesuai sasaran dan waktu secara
konsisten, dan bila mungkin, membandingkan standar yang telah dicapai dengan
standar pesaing.
Selain itu, tujuan dari diadakannya penjaminan kualitas (quality assurance) ini adalah
agar dapat memuaskan berbagai pihak yang terkait di dalamnya, sehingga dapat berhasil
mencapai sasaran masing-masing. Penjaminan kualitas merupakan bagian yang menyatu dalam
membentuk kualitas produk dan jasa suatu organisasi atau perusahaan. Mekanisme penjaminan
kualitas yang digunakan juga harus dapat menghentikan perubahan bila dinilai perubahan
tersebut menuju ke arah penurunan atau kemunduran.
Penjaminan kualitas bukan kegiatan pengecekan yang luar biasa. Dengan kata
lain, departemen pengendali kualitas tidak harus bertanggung jawab dalam
pengecekan segala sesuatu yang dikerjakan oleh orang lain.
Penjaminan kualitas bukan bidang yang membutuhkan biaya vang sangat besar.
Pendokumentasian dan sertifikasi yang berkaitan dengan penjaminan kualitas
bukan pernborosan.
Penjaminan kualitas bukan merupakan obat yang mujarab untuk menyem -
buhkan berbagai penyakit. Dengan penjaminan kualitas, justru akan dapat
mengerjakan segala sesuatu dengan baik sejak awal dan setiap waktu (do it
right the first time and every time).
Penjaminan kualitas merupakan kegiatan untuk mencapai biaya yang efektif,
membantu meningkatkan produktivitas.
Perkembangan konsep Kualitas/mutu
Kualitas dalam pendekatan ini dapat dirasakan atau diketahui, tetapi sulit didefinisikan
dan dioperasionalkan. Sudut pandang ini biasanya diterapkan dalam seni musik, drama, seni
tari, dan seni rupa. Selain itu perusahaan dapat mempromosikan produknya dengan
pernyataan-pernyataan seperti tempat berbelanja yang menyenangkan (supermarket), elegan
(mobil), kecantikan wajah (kosmetik), kelembutan dan kehalusan kulit (sabun mandi), dan
lain-lain. Dengan demikian fungsi perencanaan, produksi, dan pelayanan suatu perusahaan
sulit sekali menggunakan definisi seperti ini sebagai dasar manajemen kualitas.
Pendekatan ini menganggap kualitas sebagai karakteristik atau atribut yang dapat
dikuantifikasikan dan dapat diukur. Perbedaan dalam kualitas mencerminkan perbedaan
dalam jumlah beberapa unsur atau atribut yang dimiliki produk. Karena pandangan ini
sangat objektif, maka tidak dapat menjelaskan perbedaan dalam selera, kebutuhan, dan
preferensi individual.
Pendekatan didasarkan pada pemikiran bahwa kualitas tergantung pada orang yang
memandangnya, dan produk yang paling memuaskan preferensi seseorang (misalnya
perceived quality) merupakan produk yang berkualitas paling tinggi. Perspektif yang
subjektif dan demand-oriented ini juga menyatakan bahwa pelanggan yang berbeda
memiliki kebutuhan dan keinginan yang berbeda pula, sehingga kualitas bagi seseorang
adalah sama dengan kepuasan maksimum yang dirasakannya.
Konsultan webometrics merupakan tim yang secara khusus dan strategis digunakan untuk
memantau dan analisa web perguruan tinggi dan berkelanjutan sebagai inspirasi program
terencana untuk memperbaiki sistem terutama dalam web dan manajemen tim web yang
diharapkan menjadi tumpuan harapan institusi klien nya untuk mencoba melihat keluar ,yaitu
membuka mata terhadap perkembangan web perguruan tinggi lain dan tantangan global.
Dalam beberapa bulan ini saya diminta mengisi workshop webometrics di beberapa perguruan
tinggi baik swasta maupun negeri berkenaan dengan Strategi Penaikan Ranking Webometrics
dan nilai strategis konsultan webometrics. Dalam materi ini saya sampaikan nilai strategis dan
nilai minus pengunaan konsultan webometrics.
Konsultan Webometrics
Konsultam webometrics dapat diposisikan sebagai piha ekternal yang independen dan obyektif
untuk melihat kedalam sebuah institusi dengan teknik reviewer yang sistematism sehingga
keberadaan konsultasn webometrics adalah upaya untuk membangun kesetaraaan dengan
tantangan dunia luar.
Menjadi konsultan webometrics pun perlu upaya memahami faktor SDM dibidang IT dalam
sebuah perguruan tinggi secara melebur ke dalam gambaran sistem dan insfrastuktur. Disadari
awarness terhadap kemanfaaatan webometrics terkadang belum merata disemua lini yang
seharusnya membantu kesuksesan dalam mencapai ranking webometrics. Sehingga konsultan
webometrics menjadi acuan utama untuk menjadikan web perguruan tinggi dan SDM ITnya
bergeralk secara simultan menuju persaiangan global dengan salah satu faktornya yaitu
keterbukaan perguruan tinggi terhadap hasil karya ilmiah, jurnal, skripsi, dan materi lainnya.
Sehingga konsultan webometrics harus visioner dan dapat menjadi kekuatan eksternal untuk
menggambarkan tantangan keluar dengan optimalisasi ke dalam perguruan tinggi.
Sehingga kebuntuan dari Intenal perguruan tinggi dalam perbaikan kinerja bidang IT utamanya
Sistem Web yang mendukung webometrics bisa dimenggunakan konsultan webometrics yang
berkekuatan eksternal, sebagai kepanjangan tangan kepentingan internal dai perguruan tinggi/
Badan Penjaminan Mutu Universitas Islam Indonesia yang dibentuk tahun 1999, mempunyai
stuktur organisasi sebagai berikut:
Di tingkat fakultas:
Untuk penjelesan fumgsi akan saya jelaskan pada artikel penjaminan mutu berikutnya.
Dalam sistem penjaminan mutu perguruan tinggi istilah-istilah perangkat penjaminan mutu
seperri Prosedur Sistem Mutu, Prosedur KErja dan Instruksi Kerja, mungkin masih asing
bagi kebanyakan orang. Atau mungkin sudah menjadi biasa namun tidak mempunyai kesatuan
pemahaman yang utuh.
Dalam satu bulan ini saya mendapatkan telepon dari personel unit penjaminan mutu
perguruan tinggi yang pernah mengikuti pelatihan sistem penjaminan mutu UII, termasuk juga
klien dari program pendampingan implementasi penjaminan mutu UII. Pertanyaan ini muncul
justru karena mereka mendapatkan dana hibah PHKI dan mengontrak konsultan ISO.
Webometric dengan bentuk webnya yang sederhana namun saat ini mampu membangkitkan
banyak perguruan tinggi dunia untuk menyadari atas kelemahan di sector publikasi webnya
dengan azas kemanfaatan yang luas dan tanpa batas. Ada sebuah perguruan tinggi besar dan
ternama di Indonesia yang sampai membentuk Tim lengkap dengan struktural yang formal dan
ber ST (Surat Tugas) yang terdiri dari para Profesor dan Doktor. Apakah yang terjadi? Mereka
mencoba memacu kenaikan ranking Perguruan Tinginya agar ranking di webometric naik drastis.
Setelah 6 bulan kemudian memang ranking nya naik, sangat signifikan. Setalah saya amati
ternyata Tim itu telah menaikkan 15.000 file-file Dokumen nya selama 3 bulan, untuk memenuhi
asas R dalam Webometric :
Saat ini berbagai upaya pencapaian untuk meningkatkan performa perguruan tinggi sangat
beraneka ragam mulai dari sistem penjaminan mutu sampai ke sistem perangking-an
webomatric. Selain Webometric sebenarnya masih ada media sebagai parameter yang lain,
namun saat ini webometric masih menjadi tujuan utama.
Webometric bukanlah tujuan akhir, namun webometric yang merupakaan pemetaan dari
kekuatan pergurua tinggi dibidang Social Networking baik interneal sekaligue ekternal. Apapun
tujuan webomteric sangatlah kita hargai untuk memacu perguruan tinggi memacu partisipasi nya
ke masyarakat luas, salah satunya dari publikasi penelitian.
Sistem Penjaminan Mutu Perguruan Tinggi di Indonesia kemunculannya sedikit terlambat dari
negara lain, namun UII yogyakarta, setikdanya sudah memulai sebelum adanya regulasi dari
DIKTi tentang Sistem Penjaminan Mutu. UII mendirikan unit penjaminan mutu dengan nama
BKMPP pada tahun 1999, selanjutnya pada 2006, berganti nama BPM, Badan Penjaminan Mutu.
Perguruan tinggi dalam implementasi sistem penjaminan mutu secara umum memunculakan
resistensi, baik secara mayoritas maupun mioritas. Hal ini disebabkan karena tidak adanya
kesadaran dan kebutuhan untuk menajdi baik secara sistemik, rata-rata perbaikan insitusi lebih
kepada harapan dan cara pandang personal, sehingga muatan integrasi sistem penjaminan mutu
tidak begitu sempurna.
Dari hasil diskusi ketika menjadi pemateri pelatihan sistem penjaminan mutu BPM UII, paparan
peserta dari berbagai perguruan tinggi tersebut dapat ditulis bahwa secara umum resistensi
dalam implementasi sistem penjaminan mutu bisa muncul secara tiba tiba karena
Read the rest of this entry »
Dalam implementasi Sistem Penjaminan Mutu di Perguruan Tinggi hambatan terbesar bukan
pada konsep yang akan diimplementasikan, karena kemungkinan konsep dapat mengadopsi dari
perguruan tinggi lain atau dengan sitem eksternal, ISO misalnya. Lalu apakah hambatan terbesar
dari implementasi itu?
Dari sekian hambatan implementasi Sistem Penjaminan Mutu yang diutarakan dari berbagai
sumber dan saat bertemu diskui langsung dengan perguruan tinggi yang mengadakan
kunjungan studi banding ke Badan Penjaminan Mutu UII, kelom[ok besar nya antara lain:
Read the rest of this entry »
Dalam acara Materi Seminar dan Workshop Nasional, “Membangun Model Sistem Penjaminan
Mutu Pendidikan Tinggi di Indonesia” tanggal 27-28 Maret 2007 di Hotel garuda yang
diselenggarakan oleh Universitas Islam Indonesia, Dr Baedhowi, M.Si STAF AHLI
MENDIKNAS BIDANG PENGEMBANGAN KURIKULUM DAN MEDIA PENDIDIKAN
menyampaikan sambutan dan keynote speake sbb:
PROLOG
Read the rest of this entry »
Sistem Penjaminan Mutu PErguruan Tinggi Universitas Islam Indonesia di tahun 2008 ini
memasuki tahun ke-10. Seperti dalam perjalanan menuju perbaikan tentu memiliki hambatan-
hambatan strategis baik secara admisnistrati maupun filosofis.
Dalam perlanan pembangunan Sistem Penjaminan Mutu UII yang dikawal oleh Badan
Penjaminan Mutu memiliki perangkat sistem penjaminan mutu agar implementasinya efektif,
antara lain
Read the rest of this entry »
Sistem Penjaminan Mutu Universitas Islam Indonesia telah diwujudkan pada thaun 1999
dengan pembentukan Badan Kendali Mutu dan Pengembangan Pendidikan, kemudian Berubah
menjadi Badan Kendali Mutu dan sejak tahun 2006 sesuai dengan Resturukturisasi menjadi
Badan Penjaminan Mutu
Sistem penjaminan mutu pendidikan tinggi di Inggris telah dimulai sejak 1960-an ketika Council
for National Academic Awards (CNAA) didirikan dengan tujuan memvalidasi program-program
pendidikan yang diselenggarakan oleh lembaga non-universitas. Di era PM Margareth Thacther,
‘value for money’, merupakan isu utama dengan adanya gerakan ‘new public management’.
Gerakan ini mengharuskan adanya pertanggungjawaban terhadap dana-dana publik yang
dialokasikan ke perguruan tinggi. Pada era sebelum PM Margareth Thacther, perguruan tinggi di
Inggris, yang seluruhnya merupakan perguruan tinggi pemerintah, tidak pernah tersentuh oleh
inspeksi atau penilaian kinerja dari pihak luar. Sejak awal berdirinya sekitar abad 12, universitas-
universitas di Inggris adalah institusi publik yang memiliki independensi dan otonomi penuh.
Read the rest of this entry »
Di Amerika Serikat perkembangan sistem penjaminan mutu pendidikan tinggi sangat berbeda
dengan di Inggris. Pendiri Republik Amerika Serikat sangat membatasi kekuasaan pemerintah di
dalam meregulasi pendidikan tinggi yang dilandasi pada kekhawatiran timbulnya regulasi yang
tersentralisir oleh pemerintah pusat. Oleh karena itu di dalam UU Republik Amerika Serikat,
institusi sosial yang berbasis sukarela (voluntary associations) memainkan peran cukup kuat di
dalam regulasi berbagai urusan masyarakat, termasuk pendidikan tinggi.
Perkembangan sistem penjaminan mutu pendidikan tinggi di AS dimulai pada permulaan tahun
1780-an ketika the University State of New York diberi wewenang oleh Negara Bagiannya untuk
mereview akademi-akademi yang ada di wilayahnya, khususnya meregistrasi kurikulum yang
digunakan oleh setiap institusi pendidikan tinggi. Negara bagian lain ikut mengadopsi cara ini,
misalnya Iowa pada tahun 1846, Washington pada tahun 1909, Virginia pada tahun 1912 dan
Maryland pada tahun 1914.
Read the rest of this entry »
Sistem Penjaminan mutu merupakan sebuah perwujudan peningkatan upaya untuk menjaminkan
proses perguruan tinggi yang berkualitas, namun secara umum defisnisnya adalah:
Sistem Penjaminan Mutu adalah suatu sistem manajemen untuk mengarahkan dan
mengendalikan suatu organisasi/institusi dalam penetapan kebijakan, Sasaran , Rencana dan
Proses/prosedur mutu serta pencapaiannya secara berkelanjutan (Continous improvement).
Sistem Penjaminan Mutu adalah suatu sistem manajemen yang menjamin kesesuaian antara
proses dengan output yang dihasilkan yang akan memberikan kepuasan stakeholders.
Sistem Penjaminan Mutu merupakan sistem manajemen yang terdiri dari struktur organisasi,
tanggungjawab, proses-proses, prosedur dan sumber daya yang digunakan untuk mencapai
standar yang ditentukan berdasarkan persyaratan dan kebutuhan stakeholders dan organisasi
Sistem Penjaminan Mutu adalah Sistem manajemen yang mengikutsertakan seluruh karyawan
dari tingkatan organisasi, dengan penerapan konsep pengendalian kualitas dan metode statistik
untuk mencapai kepuasan pelanggan dan yang mengerjakannya
Sistem Penjaminan Mutu telah disadari bentuk dan manfaatnya dalam peningkatan kualitas
secara berkala di perguruan tinggi. Walau secara umum masih bersifat simboliasi dalam
rancangan mutu dalam almari dan kertas. Namun setidaknya merupakan gambaran sebuah itikad
perbaikan secara kelembagaan.
Secara umum penerapan sistem penjaminan mutu diperguruan tinggi mempunyai tujuan
Landasan penerapan Sistem Penjaminan Mutu Perguruan Tinggi adalah untuk proses penetapan
dan pemenuhan standar mutu pengelolaan pendidikan tinggi secara konsisten dan berkelanjutan
sehingga stakeholder memperoleh kepuasan.
Sistem Penjaminan MUtu sebagai bentuk sistem yang terus memonitor dan evaluasi proses
pencapaian standar merupakan sebuah sistem yang harus diterima karena dampak kedepan
sangatlah progresif. Baik untuk kepentingan mahasiswa maupun kepentingan perguruan tinggi.
Tentu orangtua mahasiswa selalu berharap perguruan tempat anaknya bernaung adalah pilihan
terbaik, nah apakah yang bisa dijaminmkan ke orangtua mahasiswa? Sistem Penjaminan MUtu
yang terimplementasi dengan baik.
BAB I
PENDAHULUAN
Masalah Manajemen itu akan selalu ada bila perusahaan masih menjalankan aktivitasnya. Jadi
manajemen sangat penting bagi seorang manajer dalam menentukan otoritas tertinggi untuk
menggerakkan karyawan. Agar dapat melakukan aktivitas atau bekerja secara efektif bagi perusahaan
demi tercapainya tujuan yang telah ditentukan. Seorang manajer dalam menggerakkan orang-orang
untuk mendapatkan sesuatu haruslah mempunyai ilmu pengetahuan dan seni, agar orang mau
melakukannya. Untuk itulah diperlukan suatu wadah yang dapat menghimpun setiap orang, wadah
itulah yang disebut dengan organisasi.(Abdul Syani, 1987)
Organisasi itu sendiri merupakan alat yang paling berhubungan dengan satuan-satuan kerja, yang
diberikan kepada orang-orang yang ditempatkan dalam struktur wewenang. Sehingga pekerjaan yang
akan dilaksanakan dapat dikoordinasikan oleh perintah para atasan kepada bawahan dari bagian puncak
manajemen sampai kebawah dari seluruh unit/bagian.
Perusahaan yang mempunyai organisasi yang baik dan teratur kemungkinan besar tidak akan mengalami
hambatan-hambatan dalam mengerjakan tugasnya dengan efektif (sebaiknya/semaksimal mungkin).
Dan begitu pula sebaliknya bila perusahaan tidak mempunyai organisasi yang baik dan teratur. Sehingga
dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan yang diberikan oleh pimpinan kepada bawahan akan
mengalami hambatan. Hal ini disebabkan oleh tidak adanya rasa tanggung jawab dalam melaksanakan
tugas yang diberikan oleh pimpinan kepada bawahan.
Hubungan organisasi itu sangat penting bagi karyawan untuk melakukan tugasnya sehingga dapat
mencapai efektivitas kerja karyawan yang diinginkan oleh pihak perusahaan, bila organisasi itu berjalan
dengan baik pada perusahaan itu maka karyawan secara tidak langsung dapat melakukan tugasnya
dengan semaksimal mungkin. Sehingga akan berdampak bagi kelangsungan dan perkembangan
perusahaan untuk mencapai tujuan dan dapat bersaing dengan perusahaan lain. Karena itu bagi seorang
pimpinan harus mampu untuk menggerakkan karyawan dalam melaksanakan pekerjaannya. Disamping
itu juga pemimpin harus dapat mengatasi semua masalah yang ada pada perusahaan tersebut sebaik
mungkin.(Sarwoto, 1989)
PT Bank Bukopin Cabang Palembang adalah salah satu badan usaha yang kegiatannya bergerak dibidang
jasa perbankan. Yang berusaha agar tetap hidup dan berkembang sehingga dapat mencapai tujuan atau
keuntungan serta tujuannya yang lain adalah dapat melayani dan memenuhi keinginan masyarakat
sebaik mungkin.
Dalam melaksanakan kegiatannya PT Bank Bukopin Cabang Palembang ini menginginkan agar semua
karyawan dapat melakukan pekerjaan atau tugas dengan baik. Tapi dalam hal ini PT Bank Bukopin masih
mengalami suatu masalah atau hambatan yaiu bagian atau unit kerja Back Office yang mempunyai sub-
bagian kliring, bagian kontrol, bagian administrasi kredit, bagian transfer, bagian pajak, bagian deposito,
bagian sundris.
Pada bagian atau unit kerja ini terlihat masih adanya pembagian kerja yang kurang baik, dimana suatu
pekerjaan yang dikerjakan oleh seorang karyawan bagian administrasi kredit melakukan juga pekerjaan
bagian transfer, sehingga menyebabkan karyawan tersbeut tidak dapat menyelesaikan pekerjaannya
sesuai jadwal yang ditentukan dan sering terjadi penundaan pekerjaan sehingga bedampak pada
lambatanya pelayanan bagian administrasi kredit pada PT Bank Bukopin Cabang Palembang terhadap
nasabah, sehingga nasabah merasa tidak pusa terhadap pelayanan tersebut. Ini berarti masih adanya
perangkapan pelaksanaan tugas dari pembagian kerja tersebut. Sehingga fungsi dari organisasi yang
sesungguhnya itu kuag berjalan dengan baik atau semestinya. Seharusnya bagian administrasi kredit
melakukan tugasnya sendiri dan bagian transfer dilakukan oleh karyawan tersendiri. Karena pada
masing-masing tugas memerlukan waktu dan konsentrasi dalam melaksanakan pekerjaan tersebut
selesai secara maksimal. Dengan kata lain karyawan dapat bekerja secara efektif bila karyawan
melakukan pekerjaan sesuai dengan pembagian kerja yang baik.
Serta masih kurang tegas dan luasnya pimpinan dalam memberikan pendelegasian wewenang kepada
bawahan. Dalam hal ini pimpinan masih turut campur dalam pelaksanaan pekerjaan. Sehingga manajer
operasi pada saat membuat suatu keputusan tidak dapat membuat keputusan itu sendiri dengan cepat
dan mengakibatkan terhambatnya kegiatan operasional perusahaan yang lain tertunda. Akibatnya
aktivitas kerja di dalam perusahaan tersebut mengalami kemacetan dan sangat jelas berdampak
merugikan perusahaan. Selain itu juga mengakibatkan timbulnya karyawan tersebut menjadi merasa
tidak dipercaya dan tida dapat melakukan pekerjaan dalam melaksanakan tugas yang sebelumnya telah
diserahkan kepadat.
Di karenakan pembagian kerja dan pendelegasian wewenang itu sangat penting. Penulis melihat hal
tersebut merupakan masalah penting bagi kelangsungan hidup organisasi perusahaan, terutama bagi
karyawa dalam menjalankan tugasnya dengan efektif.
Karena masalah tersebut sangat penting bagi pelaksanaan atau aktivitas kerja untuk mencapai tujuan
perusahaan maka penulis tertarik meneliti masalah tersebut yang terjadi pada PT Bank Bukopin yaitu
dengan judul “HUBUNGAN PEMBAGIAN KERJA DAN WEWENANG KARYAWAN TERHADAP PRESTASI
KERJA PADA BANK BUKOPIN CABANG PALEMBANG BULAN MEI 2007.”
Sistem Penjaminan Mutu Perguruan Tinggi, unsur ke 3 (tiga) adalah seperangkat (alat) yang
digunakan digunakan untuk menjamin mutu. Alat ini merupakan sebuah sistem manajemen.
Banyak sistem manajemen, namun sistem manajemen yang bisa digunakan untuk menjamin
proses produk tidaklah banyak. Sistem Manajemen Mutu (SMM) berbasis ISO 9000, salah
satunya. SMM ISO 9000, ini merupakan sistem manajemen berbasis proses (by process).
Artinya, untuk menghasilkan produk yang baik sesuai dengan produk yang direncanakan, maka
proses awal sampai akhir juga harus bermutu baik. Sistem manajemen ini pada pencegahan
proses penyimpangan, sehingga sejak proses awal sudah harus baik. Fokus sistem manajemen
ini, menekankan kepada kepuasan pelanggan (mahasiswa dan pihak pengguna jasa lainnya).
Ada juga sistem manajemen mutu yang berbasis pada hasil (by result). Sistem manajemen ini,
titik tekannya pada pengukuran hasilnya. Tidak memandang bahwa proses bukan hal yang
penting namun hasil itulah hal yang utama. Sistem manajemen ini lebih mengede-pankan
pencapaian hasil yang maksimal sesuai dengan kriteria yang ditetapkan oleh lembaga sertifikasi
atau akreditasi.Sistem manajemen mutu yang berbasis pada hasil ini misalnya Malcom Balgride,
Deming Award, dsb. Sistem yang demikian ini, lebih tepat digunakan oleh perguruan tinggi yang
sistem manajemennya telah tertata dan sistem dokumentasinya sudah baik. Adapun sistem
manajemen mutu berbasis proses ini dibutuhkan oleh perguruan tinggi yang tata kelola baik
sistem manajemennya maupun dokumentasinya belum tertata baik. Karena perguruan tinggi di
Indonesia pada umumnya tata kelola manajemennya belum tertata baik, maka penggunaan sistem
manajemen berbasis proses ini lebih baik. Sistem manajemen yang berbasis proses yang terkenal
dan telah menjadi acuan di dunia internasional adalah ISO 9000:2000.
Sistem Manajemen Mutu ISO 9000:2000, merupakan sistem manajemen yang mensyaratkan
sebuah organisasi bermutu bila telah mengimplementasikan 5 (lima) standar ISO, yaitu :
Tanggungjawab Manajemen, Pengelolaan Sumberdaya, Pengelolaan Proses, Pengelolaan
Pengukuran dan Penilaian serta Sistem Terdokumentasi. Kelima standar ini disebut Klausul-
klausul ISO 9000:2000. Adanya standar ini maka perguruan tinggi dapat dinilai apakah proses
penyelenggaraannya telah dilakukan secara efektif dan efisien ataukah tidak.
Sistem Manajemen Mutu ISO 9000:2000 ini, sistem yang menyinergikan semua kegiatan untuk
mencapai tujuan perguruan tinggi, yang tercermin dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi.
Kegiatan utama dari perguruan tinggi adalah pendidikan dan pengajaran. Kegiatan pendidikan
dan pengajaran ini akan menghasilkan suatu produk pendidikan berupa seorang sarjana.
Bagaimana agar proses yang diselenggarakan dapat menghasilan seorang sarjana yang
memenuhi kebutuhan masyarakat? Oleh karena itu proses menghasilkan ini harus ada lembaga
menjaminnya, dalam hal ini adalah unit penja-minan mutu. Alat yang digunakan untuk menjamin
mutu proses adalah SMM ISO 9000:2000.
SISTEM PENJAMINAN MUTU
Meskipun bermacam-macam nama. Namun tetap satu tugas utama dari Unit Penjaminan Mutu,
yaitu menjamin mutu penyelenggaraan dan pengelolaan lembaga perguruan tinggi, sehingga jasa
layanan yang disediakan benar-benar dapat memenuhi kebutuhan masyarakat dan stakeholder
lainnya. Melihat dari tugas yang diemban oleh unit ini, tidaklah mungkin lembaga ini hanya
sebagai unit pelengkap. Karena unit ini sangat strategis maka sudah sewajarnya DIKTI
mewajibkan keberadaan unit ini disetiap Perguruan Tinggi. Tuntutan yang demikian ini,
berkonsekuensi bagi Pimpinan Perguruan Tinggi untuk tidak main-main dalam membentuk unit
penjaminan mutu ini. Lembaga ini sarat data-data yang diperlukan untuk pengambilan keputusan
pimpinan. Sangat naïf, memandang lembaga ini sebagai lembaga pelengkap atau sekedar
memenuhi persyaratan akreditasi saja.
Untuk memudahkan dan memperoleh gambaran tentang struktur organisasi dari unit penjaminan
mutu ini, maka bisa dilihat peran Management Representative (MR) dalam ISO 9000. MR ini
merupakan Wakil Manajemen. Artinya, sebenarnya MR ini memiliki kewenangan yang lebih
besar dalam bidang penjaminan mutu. Karena kedudukannya sebagai mewakili pimpinan
Perguruan Tinggi, meskipun bukan Wakil Rektor secara struktural. MR ini sifatnya independen,
diluar struktur, dan berfungsi sebagai unit yang memelihara, mengawal dan memberi informasi
serta bertanggungjawab kepada Pimpinan Perguruan Tinggi (langsung Rektor). Berikut ini
wewenang dan tanggungjawab MR menurut ISO 9000, yaitu:
1. Memastikan proses yang dibutuhkan untuk sistem manajemen mutu dibuat, diterapkan
dan dipelihara,
2. Melaporkan kepada Pimpinan Puncak tentang kinerja sistem manajemen mutu dan
kebutuhan-kebutuhan apa yang diperlukan untuk peningkatannya,
3. Memastikan promosi dan sosialisasi kepedulian persyaratan pelanggan keseluruh
organisasi.
Dari wewenang dan tanggungjawab MR tersebut, maka dapat dirumuskan bahwa di setiap
tingkatan (level) pimpinan dari Pucuk Pimpinan, Pimpinan Tengah, dan Pimpinan Bawah ada
unit yang berfungsi seperti MR. Misal di tingkat Universitas maka MR ini lembaganya Badan
Penjaminan Mutu Universitas. Tingkat Fakultas maka MR ini lembaganya BPM-Fakultas.
Tingkat Program Studi, MR ini lembaganya BPM-Program Studi. Namun, agar tidak terlalu
banyak unit-unit penjaminan mutu dan lebih mengefektifkan dan mengefisienkan kerja BPM,
maka semua unit itu diintegrasikan menjadi satu. BPM hanya di tingkat Universitas. Unit BPM
ditingkat Fakultas cukup Penjamin Mutu Fakultas, ditingkat Prodi Penjamin Mutu Prodi.
Personil yang menduduki sebagai MR haruslah orang yang kompeten. Artinya, bukan sembarang
orang yang dapat duduk sebagai MR. Persyaratan utama seorang MR, harus memiliki kapasitas
dalam sistem manajemen mutu. Kapasitas yang diperoleh tidak sekedar dari pelatihan saja tetapi
juga dari sisi pengalaman dan komitmen terhadap keberlangsungan sistem manajemen mutu.
Independen, bebas dari jabatan struktural dan jabatan lainnya yang mengikat sehingga
mengurangi independensinya. Baik personil yang duduk di Badan Penjaminan Mutu Universitas,
Penjamin Mutu Fakultas maupun Penjamin Mutu Prodi memiliki persyaratan yang sama.
Selain Kepala Badan Penjaminan Mutu, maka perlu ditambah Kepala Bidang yang dibutuhkan.
Misalnya, Kepala Bidang Penjamin Mutu, Kepala Bidang Pengukuran, dan Kepala Bidang Audit
Mutu Internal. Kepala Bidang Penjamin Mutu membawahi Penjamin Mutu Fakultas dan
Penjamin Mutu Prodi. Kepala bidang Penjamin Mutu dibantu oleh seorang staff Pengendali
Dokumen. Bagaimanapun juga, kompetensi dari personil merupakan hal yang tidak dapat
ditawar. Karena unit ini bukan unit structural tetapi unit professional dan strategis persyaratan
kompetensi lebih utama dibanding persyaratan lainnya.
Demikian, gambaran sekilas tentang unit penjaminan mutu bagi perguruan tinggi. Semoga bisa
menjadi inspirasi bagi para perguruan tinggi ketika akan membentuk atau melengkapi personil-
personil unit penjaminan mutu. Namun, demikian semuanya itu bergantung pada sumberdaya
yang dimiliki, tidak perlu dipaksakan seperti gambaran tersebut. Terpenting semuanya itu
disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi dari masing-masing perguruan tinggi.