You are on page 1of 3

PENDUDUK LANJUT USIA DI INDONESIA DAN MASALAH KESEJAHTERAANNYA

Tanggal: Tuesday, 23 October 2007


Topik: percaturan wartawan portal depsos

Perkembangan Penduduk Lanjut usia (lansia) di Indonesia menarik diamati. Dari tahun ke tahun
jumlahnya cenderung meningkat. Kantor Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat
(KESRA) melaporkan, jika tahun 1980 usia harapan hidup (UHH) 52,2 tahun dan jumlah lansia
7.998.543 orang (5,45%) maka pada tahun 2006 menjadi 19 juta orang (8,90%) dan UHH juga
meningkat (66,2 tahun). Pada tahun 2010 perkiraan penduduk lansia di Indonesia akan mencapai
23,9 juta atau 9,77 % dan UHH sekitar 67,4 tahun. Sepuluh tahun kemudian atau pada 2020
perkiraan penduduk lansia di Indonesia mencapai 28,8 juta atau 11,34 % dengan UHH sekitar
71,1 tahun.

Dari jumlah tersebut, pada tahun 2010, jumlah penduduk Lansia yang tinggal di perkotaan
sebesar 12.380.321 (9,58%) dan yang tinggal di perdesaan sebesar 15.612.232 (9,97%). Terdapat
perbedaan yang cukup besar antara Lansia yang tinggal di perkotaan dan di perdesaan.
Perbedaan ini bisa jadi karena antara lain Lansia yang tadinya berasal dari desa lebih memilih
kembali ke desa di hari tuanya, dan mungkin juga bisa jadi karena penduduk perdesaan usia
harapan hidupnya lebih besar karena tidak menghirup udara yang sudah berpolusi, tidak sering
menghadapi hal-hal yang membuat mereka stress, lebih banyak tenteramnya ketimbang hari-hari
tiada stress atau juga bisa jadi karena makanan yang dikonsumsi tidak terkontaminasi dengan
pestisida sehingga membuat mereka tidak mudah terserang penyakit sehingga berumur panjang.

Namun jika dilihat pada tahun 2020 walaupun jumlah Lansia tetap mengalami kenaikan yaitu
sebesar 28.822.879 (11,34%), ternyata jumlah Lansia yang tinggal di perkotaan lebih besar yaitu
sebanyak 15.714.952 (11,20%) dibandingkan dengan yang tinggal di perdesaan yaitu sebesar
13.107.927 (11,51%).

Kecenderungan meningkatnya Lansia yang tinggal di perkotaan ini bisa jadi disebabkan bahwa
tidak banyak perbedaan antara rural dan urban. Karena pemusatan penduduk di suatu wilayah
dapat menyebabkan dan membentuk wilayah urban. Suatu contoh bahwa untuk membedakan
wilayah rural dan urban di antara kota Jakarta dan Bekasi atau antara Surabaya dengan Sidoarjo
serta kota-kota lainnya kelihatannya semakin tidak jelas. Oleh karena itu benarlah kata orang
bahwa Pantura adalah kota terpanjang di dunia, tidak jelas perbatasan antara satu kota dengan
kota lainnya.

Alasan lain mengapa pada tahun 2020 ada kecenderungan jumlah penduduk Lansia yang tinggal
di perkotaan menjadi lebih banyak karena para remaja yang saat ini sudah banyak mengarah
menuju kota, mereka itu nantinya sudah tidak tertarik kembali ke desa lagi, karena saudara,
keluarga dan bahkan teman-teman tidak banyak lagi yang berada di desa. Sumber penghidupan
dari pertanian sudah kurang menarik lagi bagi mereka, hal ini juga karena pada umumnya
penduduk desa yang pergi mencari penghidupan di kota, pada umumnya tidak mempunyai lahan
pertanian untuk digarap sebagai sumber penghidupan keluarganya.
Selain itu bahwa di masa depan sektor jasa mempunyai peran yang penting sebagai sumber
penghidupan. Oleh karena itu suatu negara yang tidak mempunyai sumber daya alam yang cukup
maka di era globalisasi akan beralih kepada sektor jasa sebagai sumber penghasilannya, contoh
negara Singapura. Pada hal sektor jasa dapat berjalan dan hidup hanya di daerah perkotaan.

Bagaimana tingkat kesejahteraan penduduk Lansia itu saat ini ? Sekalipun tidak tersedia data
khusus, berdasarkan data kemiskinan yang ada di Indonesia, diduga banyak penduduk Lansia
yang hidup di bawah garis kemiskinan.

Sebagai gambaran, dari data Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah penduduk miskin hingga Maret
2007 sebanyak 37, 17 juta orang (Lihat Kompas, 16 Oktober 2007). Dari jumlah tersebut,
sebagian besar yaitu 63,52 persen, penduduk miskin berada di perdesaan.

Seperti apa kebijakan pemerintah terhadap kesejahteraan lansia ? Sebelumnya perlu diketahui
bahwa menurut UU Kesejahteraan Lanjut Usia (UU No 13/1998) pasa 1 ayat 1: Kesejahteraan
adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial baik material maupun spiritual yang diliputi
oleh rasa keselamatan, kesusilaan, dan ketenteraman lahir batin yang memungkinkan bagi setiap
warga negara untuk mengadakan pemenuhan kebutuhan jasmani, rohani, dan sosial yang sebaik-
baiknya bagi diri, keluarga, serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak dan kewajiban asasi
manusia sesuai dengan Pancasila.

Pada ayat 2 disebutkan, Lanjut Usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh)
tahun keatas. Dan mereka dibagi kepada dua kategori yaitu lanjut usia potential (ayat 3) dan
lanjut usia tidak potnsial (ayat 4). Lanjut Usia Potensial adalah lanjut usia yang masih mampu
melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang dan/atau jasa.
Sedangkan Lanjut Usia Tidak Potensial adalah lanjut usia yang tidak berdaya mencari nafkah
sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.

Bagi Lanjut Usia Tidak potensial (ayat 7) pemerintah dan masyarakat mengupayakan
perlindungan sosial sebagai kemudahan pelayanan agar lansia dapat mewujudkan dan menikmati
taraf hidup yang wajar. Selanjutnya pada ayat 9 disebutkan bahwa pemeliharaan taraf
kesejahteraan sosial adalah upaya perlindungan dan pelayanan yang bersifat terus-menerus agar
lanjut usia dapat mewujudkan dan menikmati taraf hidup yang wajar.

Berdasarkan UU tentang Kesejahteran Lanjut Usia itu, tampaknya yang terbanyak d Indonesia
adalah Lansia tidak potensial. Sebab, berdasarkan pekerjaaan, hanyak sedikit penduduk
Indonesia yang tersalurkan di sector formal, sedangkan mayoritasnya adalah di sector informal
yang tidak jelas jaminan sosial hidupnya.

Melihat kecenderungan meningkatnya jumlah penduduk Lansia di atas, pemerintah perlu


mendorong dan memfasilitasi masyarakat untuk menyelenggarakan usaha-usaha kesejahtraan
sosial terutama bagi lansia tidak potensal.

Agar pelayanan lebih professional di masa depan, perlu disiapkan pekerja sosial yang memiliki
pengetahuan mengenai gerontology atau sekitar yang berkaitan dengan lansia. Dan pelayanan
Kesejahteraan Sosial Lansia tidak harus di panti. Tetapi lebih indah jika ditempatkan di dalam
keluarga - keluarga sebagai cerminan nilai-nilai Islam yang umumnya dianut bangsa Indonesia
dan budaya yang berkembang. Sedangkan pekerja sosial untuk lansia bisa bekerja di rumah atau
di dalam keluarga tersebut. Wallahu a’lam.

Penulis : almisar hamid

You might also like