You are on page 1of 12

Dimensi: 13.

5 x 20 cm
Tebal: 432 halaman
Cover: Soft Cover
ISBN: 978-979-22-4861-6
Kategori: Fiksi dan Sastra / Novel / Novel Asli

Tentang Pengarang: A. Fuadi


A. Fuadi lahir di Bayur, Danau Maninjau tahun 1972, tidak jauh dari kampung Buya Hamka.
Fuadi merantau ke Jawa, mematuhi permintaan ibunya untuk masuk sekolah agama. Di
Pondok Modern Gontor dia bertemu dengan kiai dan ustad yang diberkahi keikhlasan
mengajarkan ilmu hidup dan ilmu akhirat. Gontor pula yang membukakan hatinya kepada
rumus sederhana tapi kuat, "man jadda wajada", siapa yang bersungguh-sungguh akan
sukses.

Lulus kuliah Hubungan Internasional, Universitas Padjadjaran, dia menjadi wartawan Tempo.
Kelas jurnalistik pertamanya dijalani dalam tugas-tugas reportasenya di bawah bimbingan
para wartawan senior Tempo. Tahun 1998, dia mendapat beasiswa Fulbright untuk kuliah S2
di School of Media and Public Affairs, George Washington University. Merantau ke
Washington DC bersama Yayi, istrinya---yang juga wartawan Tempo-adalah mimpi masa
kecilnya yang menjadi kenyataan. Sambil kuliah, mereka menjadi koresponden TEMPO dan
wartawan VOA. Berita bersejarah seperti peristiwa 11 September dilaporkan mereka berdua
langsung dari Pentagon, White House dan Capitol Hill.

Tahun 2004, jendela dunia lain terbuka lagi ketika dia mendapatkan beasiswa Chevening
untuk belajar di Royal Holloway, University of London untuk bidang film dokumenter. Kini,
penyuka fotografi ini menjadi Direktur Komunikasi di sebuah NGO konservasi: The Nature
Conservancy.

or Produk 13293
Penerbit Gramedia
Pengarang A. Fuadi
Rp. 50.000,00
Harga
Rp. 47.500,00
Tanggal Publish 13 Aug 2009
AKBAR TANJUNG HOME  
► Selamat datang di situs gudang pengalaman
ENSIKONESIA (ENSIKLOPEDI TOKOH
INDONESIA) ► Thank you for visiting the
experience site  ► NANTIKAN TAMPILAN BARU
TOKOHINDONESIA.COM  ► Biografi Jurnalistik  
► The Excellent Biography  ► Database Tokoh
Indonesia terlengkap yang tengah dikembangkan
menjadi Ensiklopedi Tokoh Indonesia online  ►
Anda seorang tokoh? Sudahkah Anda punya "rumah
pribadi" di Plasa Web Tokoh Indonesia?  ► Silakan
kirimkan biografi Anda ke Redaksi Tokoh
Indonesia ► Dapatkan Majalah Tokoh Indonesia di
Toko Buku Gramedia, Gunung Agung, Gunung
Mulia, Drug Store Hotel-Office & Mall dan Agen-
Agen atau Bagian Sirkulasi Rp.14.000 Luar
Jabotabek Rp.15.000 atau Berlangganan
Rp.160.0000 (12 Edisi) ► Segenap Crew Tokoh
Indonesia Mengucapkan Selamat Ulang Tahun
Kepada Para Tokoh Indonesia yang berulang tahun
hari ini. Semoga Selalu Sukses dan Panjang Umur ►
► Selamat datang di situs gudang pengalaman
ENSIKONESIA (ENSIKLOPEDI TOKOH
INDONESIA) ► Thank you for visiting the
experience site  ► NANTIKAN TAMPILAN BARU
TOKOHINDONESIA.COM  ► Biografi Jurnalistik  
► The Excellent Biography  ► Database Tokoh
Indonesia terlengkap yang tengah dikembangkan
menjadi Ensiklopedi Tokoh Indonesia online  ►
Anda seorang tokoh? Sudahkah Anda punya "rumah
pribadi" di Plasa Web Tokoh Indonesia?  ► Silakan
kirimkan biografi Anda ke Redaksi Tokoh
Indonesia ► Dapatkan Majalah Tokoh Indonesia di
Toko Buku Gramedia, Gunung Agung, Gunung
Mulia, Drug Store Hotel-Office & Mall dan Agen-
Agen atau Bagian Sirkulasi Rp.14.000 Luar
Jabotabek Rp.15.000 atau Berlangganan
Rp.160.0000 (12 Edisi) ► Segenap Crew Tokoh
Indonesia Mengucapkan Selamat Ulang Tahun
Kepada Para Tokoh Indonesia yang berulang tahun
hari ini. Semoga Selalu Sukses dan Panjang Umur ►

CARI
Google TokohIndonesia

Dr Ir Akbar Tandjung

Persaingan Pemilu 2009 Sangat Ketat


WAWANCARA: Ketentuan Undang-Undang Pemilu No.10 Tahun 2008
yang diperkuat oleh Mahkamah Konstitusi ( MK ) tentang parliamentary
threshold (PT), memacu semua partai politik (Parpol) untuk mendapatkan
dukungan suara sebesar-besarnya, minimal 2,5% agar dapat melampaui PT.

Akbar Tandjung

Kecam Kepemimpinan Jusuf Kalla


Sinar Harapan 1/9/2007: Mantan Ketua Umum Partai Golkar Akbar Tandjung
mengecam keras kepemimpinan Partai Golkar di bawah Jusuf Kalla, karena
Kalla lebih mementingkan bisnis dan urusan jangka pendek, ketimbang
mengurusi partai untuk kepentingan jangka panjang.

Dr Ir Akbar Tandjung

Raih Doktor dari UGM


Sinar Harapan 1/9/2007: Yogyakarta - Mantan Ketua Umum DPP Partai
Golkar, Akbar Tandjung, berhak menyandang gelar doktor di bidang ilmu
politik setelah berhasil mempertahankan disertasinya di depan sembilan
penguji, Sabtu (1/9) pagi ini. Ia berhasil meraih predikat cum laude.

Suara Pembaruan 1/9/2007:

"Munaslub" Akbar di UGM


Yogya: Mantan Ketua Umum Partai Golkar Akbar Tan- djung sejak Jumat
(31/8) siang berada di Yogya. Tapi itu bukan berita sebenarnya, kalau hanya
Akbar Tandjung dan keluarganya yang ke Yogya. Menjadi berita karena
kehadiran Akbar Tandjung juga diikuti banyak tokoh dan fungsionaris Partai
Golkar, di samping tokoh partai lain dan pejabat negara.

Kompas 1/9/2007:

Akbarian Ramai-ramai ke Yogya


BERITA: "Akbarian", begitu julukan bagi para fungsionaris Partai Golkar
pendukung setia Akbar Tandjung ketika Akbar masih menjadi orang nomor
satu di partai beringin. Loyalitas itu ternyata belum surut kendati Akbar sudah
tiga tahun lengser karena dikalahkan Jusuf Kalla di Musyawarah Nasional
Golkar, Desember 2004.

BIOGRAFI:   1   2   ==

         
Akbar Tandjung       Akbar Tandjung

Hidupnya adalah Berpeluang Menang


Dunia Politik Konvensi
Mantan Ketua Umum Partai Golkar Langkah politisi ulung dan licin ini
dan Ketua DPR RI menapaki jenjang semakin mantap dalam persaingan
karir politik dari bawah. Hidupnya kandidat pesiden dalam Konvensi
adalah dunia politik. Pria kelahiran Calon Presiden Partai Golkar,
Sibolga, 14 Agustus 1945, ini kalah setelah Mahkamah Agung menerima
di kandang sendiri dalam konvensi permohonan kasasinya. Ia bebas dari
capres Partai Golkar. Kemudian jerat hukum dengan tuduhan korupsi
dalam Munas Partai Golkar di Bali Rp. 40 milyar.
harus rela melepas jabatan Ketua
Umum dan menyerahkannya kepada
Jusuf Kalla.

lihat dalam PDF

Ringkasan Buku Negeri 5 Menara. Sebuah Novel yang


Terinspirasi Kisah Nyata
Alif lahir di pinggir Danau Maninjau dan tidak pernah menginjak tanah di luar ranah
Minangkabau. Masa kecilnya adalah berburu durian runtuh di rimba Bukit Barisan, bermain
bola di sawah berlumpur dan mandi di air biru Danau Maninjau. Tiba-tiba saja dia harus naik
bus tiga hari tiga malam melintasi punggung Sumatera dan Jawa menuju sebuah desa di
pelosok Jawa Timur. Ibunya ingin dia menjadi Buya Hamka walau Alif ingin menjadi
Habibie. Dengan setengah hati dia mengikuti perintah Ibunya: belajar di pondok.

Di kelas hari pertamanya di Pondok Madani (PM), Alif terkesima dengan "mantera" sakti
man jadda wa jada. Siapa yang bersungguh-sungguh pasti sukses. Dia terheran-heran
mendengar komentator sepakbola berbahasa Arab, anak mengigau dalam bahasa Inggris, dan
terkesan melihat pondoknya setiap pagi seperti melayang di udara.

Dipersatukan oleh hukuman jewer berantai, Alif berteman dekat dengan Raja dari Medan,
Said dari Surabaya, Dulmajid dari Sumenep, Atang dari Bandung dan Baso dari Gowa. Di
bawah menara masjid yang menjulang, mereka menunggu Maghrib sambil menatap awan
lembayung berarak pulang ke ufuk. Di mata
belia mereka, awan-awan itu menjelma menjadi negara dan benua impian masing-masing.
Kemana impian membawa mereka? Mereka tidak tahu. Yang mereka tahu adalah: Jangan
pernah remehkan impian, walau setinggi apa pun. Tuhan sungguh Maha Mendengar.

Bagaimana perjalanan mereka ke ujung dunia ini dimulai? Siapa horor nomor satu mereka?
Apa pengalaman mendebarkan di tengah malam buta di sebelah sungai tempat jin buang
anak? Bagaimana sampai ada yang kasak-kusuk menjadi mata-mata misterius? Siapa Princess
of Madani yang mereka kejar-kejar? Kenapa mereka harus botak berkilat-kilat? Bagaimana
sampai Icuk Sugiarto, Arnold Schwarzenegger, Ibnu Rusyd, bahkan Maradona sampai
akhirnya ikut campur? Ikuti perjalanan hidup yang inspiratif ini langsung dari mata para
pelakunya. Negeri Lima Menara adalah buku pertama dari sebuah trilogi.

C © updated 20032009-08102003         ► e-ti    


Nama:
Akbar Tandjung
Lahir:
Sibolga, 14 Agustus 1945
Jabatan:
Ketua DPR-RI 1999-2004

Alamat Rumah:
JI. Widya Chandra 111/No.10 Jakarta Selatan

Buku
Perbandingan Komunikasi Politik Presiden Indonesia
Kategori: Buku

Gambar dari kompas.com


Judul Buku : Dari Soekarno Sampai SBY; Intrik dan Lobi Politik Para Penguasa
Penulis : Prof. Dr. Tjipta Lesmana, M. A.
Penerbit : Gramedia, Jakarta
Cetakan : I Desember 2008
Tebal : xxx + 396 halaman
Peresensi : MG. Sungatno*)

Dalam sebuah tesisnya, Weber pernah menengarai adanya suatu perubahan sosial
masyarakat. Perubahan itu tampak jelas ketika adanya suatu perbandingan yang membedakan
antara masyarakat zaman sekarang dengan masyarakat sebelumnya. Menurutnya, perubahan
itu tidak lepas dari perubahan intelektualitas yang dimiliki individu-individu yang terdapat
dalam masyarakat itu sendiri.

Sebagai makhluk sosial, para presiden pun tidak lepas dari perbedaan antara presiden satu
dengan lainnya. Termasuk dari aspek pemahaman maupun penyikapannya terhadap realitas
kehidupan bangsa-negara. Memang, secara geneologis jabatan presiden yang dipikul mereka
pun tidak jauh berbeda dalam tataran hukum yang mengikat dan mengatur. Namun, dalam
praksisnya, pasti akan muncul sejumlah perbedaan. Dari perbedaan-perbedaan inilah yang
kemudian menimbulkan sederet realitas kehidupan bangsa-negara yang tidak mesti sama.

Namun, dalam buku ini, tingkat perbedaan intelektulitas seorang presiden dengan presiden
lainnya, terbukti bukan satu-satunya faktor yang mempengaruhi perubahan sosial bangsa-
negara. Menurut Tjipta Lesmana, perbedaan tingkat emosional dan spiritual juga memiliki
andil dalam perubahan. Artinya, tingkat perbedaan intelektualitas, emosionalitas, dan
spiritulitas antara Soekarno, Soeharto, Habibie, Gus Dur, Megawati, dan SBY, berkorelasi
positif dengan perbedaan pola interaksi sosial mereka. Dari perbedaan interaksi sosial yang
berkaitan erat dengan pola komunikasi inilah yang akhirnya menghasilkan sesuatu yang
berbeda pula. Mulai intrik, lobi politik hingga menyikapi kritik pun, mereka belum tentu
sama dalam satu pola komunikasi politik.

Dalam buku ini, kajian komunikasi politik keenam presiden kita dibagi dalam enam bab. Bab
I, di duduki oleh Soekarno. Dalam bab ini, presiden pertama kita ini tampak sebagai sosok
yang memiliki ilmu yang dalam, piawai menganalisis situasi politik, matang dalam berpolitik,
dan berani menghadapi tantangan dan tegas. Namun, ”Singa Podium” ini tak ubahnya seperti
manusia biasa yang punya amarah dan salah. Dalam kemarahannya, ia sering menggebrak
meja, menggedor kiri-kanan, menghardik sasaran dengan suara yang keras, menantang,
memperingatkan dan mengancam (hlm.5). Semua itu sering disampaikannya dalam bahasa,
meminjam istilah Edward T. Hall (1976), yang low context; jelas, tegas, dan tanpa tedeng
aling-aling. Selain itu, ia sering menggunakan bahasa yang mengulang-ulang.

Berbeda dengan Soeharto, dalam bab II, yang lebih banyak mendengar dan mesem (senyum).
Dalam berkata, ia sering menggunakan bahasa yang high context; tidak jelas, penuh kepura-
puraan (impression management), teka-teki, rahasia, dan amat santun serta multi tafsir. Tidak
jarang para menteri perlu merenungkan atau menanyakan kepada orang lain tentang arti dari
kominikasi presiden terhadap mereka. Bagi yang tidak memahami komunikasi tingkat tinggi
ini, perlu siap-siap menuai gebukan atau perlawanan rakyat dan lingkungan sekitar. Semisal,
kasus penyerbuan massa PDI Soerjadi terhadap Kantor DPP PDI di Jalan Diponegoro pada
27 Juli 1996. Dalam kasus ini, Sutiyoso yang dianggap bertanggung jawab waktu itu,
berdalih bahwa peristiwa itu berasal dari perintah ”atasan”. Sementara, Feisal Tandjung
mengatakan bahwa Soeharto tidak pernah memerintahkan penyerbuan (hlm.67).

Uniknya, dalam kondisi marah atau tidak suka pun, ”The Smiling General” ini menggunakan
bahasa high context pula. Semisal, ketika ada menteri yang laporan atau dipanggil diruang
kerja presiden telah dipersilahkan meminum minuman yang tersedia, berarti diperintahkan
segera untuk pamit. Meski begitu, Soeharto juga pernah menggunakan bahasa low context.

Berbeda lagi ketika Presiden BJ. Habibie marah. Dalam bab III, ia tampak menggunakan
bahasa low context. Ketika marah, ia sering melototkan mata kepada yang dimarahi, raut
muka memerah dan suara keras. Ia juga dikenal sebagai sosok yang temperamental. Meski
cerdas, ia cepat emosi dan cepat marah, terlebih ketika ditantang, dikritik, dan didebat.
”Anehnya, tidak ada satupun menteri yang takut”, menurut informan Hendropriyono
(hlm.159).

Dalam bab IV, ketika Abdurrahman Wahid (Gus Dur) marah, kadang menggebrak meja dan
atau mengancam. Meski begitu, Gus Dur tidak lepas dari sifat gampang tidur dan
humorisnya. Sering dalam setiap sidang kabinet yang berlangsung sejak pukul 10.00 WIB,
Gus Dur melakukan ritual tidur. Ketika salah atau mendapat konfirmasi dari orang yang
merasa dirugian, Gus Dur sering menanggapinya dengan santai. ”Oh, begitu, ya? Ya, Sudah.
Enggak usah dipikirin...!”, jawabnya (hlm.199).

Sedangkan Megawati, dalam bab V, setiap marah suka menghardik korbannya. Semisal,
ketika Megawati sedang menghadiri acara dengan sejumlah kerabatnya di restoran sebuah
hotel mewah di Singapura. Dalam acara itu, Roy BB. Janis dihardik habis-habisan di depan
umum akibat kedatangannya tidak diundang (hlm.283). Selain itu, ia juga terkenal
pendendam. SBY merupakan salah satu contoh yang menjadi korban sifat pendendam itu.
Dalam debat calon presiden 2004, misalnya, gara-gara menaruh dendam dengan SBY,
Megawati mengajukan syarat kepada penyelenggara acara untuk menghapus acara jabat
tangan antar calon. Dalam pelantikan Presiden SBY pun, Megawati tidak mau
menghadirinya.

Dalam berkomunikasi, menurut penulis, Megawati tidak bisa efektif. Ia lebih suka diam atau
menebar senyum dari pada berbicara. Selama berpidato, suaranya tampak datar, nyaris tidak
ada body language sama sekali. Ia membaca kata per kata secara kaku, seolah takut sekali
pandangannya lepas dari teks pidato di depannya (hlm.247). Ironisnya, dalam setiap
pembicaraan dengan orang-orang dekatnya lebih banyak membicarakan shopping dari pada
soal-soal yang berkaitan dengan bangsa dan negara. Dalam menghadapi kritik, ia sering tidak
tahan, alergi kritik (hlm.265).

Meski tidak jarang menuai kritik, dalam bab VI, SBY tampak merasa gerah pula. Bahkan,
SBY sering balas mengkritik bagi orang atau pihak yang berani mengkritiknya, termasuk
kebijakan pemerintah. Namun, dalam setiap pembicaraannya, SBY tergolong cukup hati-hati.
Seolah-olah setiap kata yang keluar dari bibirnya diartikulasikan secara cermat. Dalam
perspektif komunikasi, SBY tergolong dalam lower high context. Ia gemar menggunakan
analogi dalam menggambarkan suatu masalah dan tidak bicara secara to the point. Hanya
hakikat suatu permasalahanlah yang sering disampaikannya. Dalam berbagai kesempatan,
SBY seperti sengaja tidak mau memperlihatkan sikapnya yang tenang, tetapi membiarkan
publik menebak-nebak sendiri.

Tidak sedikit informasi tentang komunikasi keenam presiden kita dalam buku ini. Selain
unik, bikin tercengang, tertawa, dan kesal, buku ini memberikan berbagai wawasan terkait
kepribadian beberapa presiden yang pada pemilu tahun ini hendak tampil sebagai calon
presiden lagi. Namun, untuk mengetahui apakah dari sejumlah presiden itu tergolong –
meminjam istilah Kurt Lewin- Authoritarian, Participative, atau Delegatif, pembaca
dipersilahkan menyimpulkan sendiri.***

(MG. Sungatno/Ketua Lembah Kajian Peradaban Bangsa (LKPB) Yogyakarta)


 
Sumber:oase.kompas.com
 
Komentar Terkini (
1
komentar)
ID : 817
Bung Akbar Tanjung adalah sosok yang pada awalnya responsif menghapi kritikan.
Ucapannya yang terkesan datar dengan intonasi seolah memberi pesan yang masif akan
penguasaannya dalam mengatasi persoalan yang dihadapi. Ucapan dan tindakannya sungguh
penuh semangat meski dengan nada datar . inilah kekuatan komunikasi Bung Akbar yang
piawai dalam membesarkan Partai Golkar. Golkar dahulu sebelum berubah menjadi Partai
Golkar ibarat permata hati beliau. Pada masa awal reformasi beliau tetap menunjukkan
renpon komunikasi yang tidak reaktif meskipun dihujat dan digoyang oleh kaum yang
mengaku reformis.
Partai Golkar kini telah dinakodai oleh kaum pengusaha, paska beliau mengetuai Partai,
beliau seakan terhenyak tidak percaya PG ibarat terjun bebas. Beliau mengeritik Pak JK
karena konsolodasi melalui kegiatan dan pertemuan banyak diamputasi. Pak Abu Rizal Bakri
sekarang memegang biduk yang juga adalah sosok pengusaha. Petikan nada komukasinya
yang Low Context mulai terasa pada misinya yang tidak searah dengan Pak Akbar sebagai
sosok yang tidak pendendam. Dilain sisi Gerakan Pak ARB nyata-nyata meredupkan
konsolidasi PG melalui peminggiran kader terbaik hanya karena alasan tidak memberi
dukungan dalam perhelatan Munas. Apakah beliau ARB banyak mengeluarkan amunisi
dalam hitungan dagangnya beliau rugi, sehingga tak peka terhadap tanda jaman. Haram, itu
sangat haram dalam masab politik Bung
Akbar Tanjung. Saya berkeyakinan Bung Akbar tak rela PG sebagai permata hatinya
tersungkur lunglai oleh permainan temannya sendiri. Bung Akbar, bulu tanganku merinding
mengingat ketika Bang dengan gagahnya mengibarkan bendera Partai Golkar diatas gunung
dan teriakan lantang dengan optimisme bahasa nurani , dan tetap tidak bergeming meski
dilempari batu saat memberi orasi kampanye di Jawa Solo (saat kampanye 2004). Ibu-ibu,
bapak-bapak, para pemuda dengan senyum menyambut sosok yang di Ilhami mengayuh
sekuat tenaga seakan berpacu mengalahkan opini yang saat itu ingin merendam Golkar dalam
kubangan hina. Luar biasa..., luar biasa. PG kala itu meski tidak bersama AB (ABRI dan
Birokrat) tetap mencengangkan kalangan seakan tidak percaya akan hasil kontestasi
perpartaian kondisi multipartai. HAti saya betul-betul sesak, manakala teringat sosok
pemimpin partai sekarang melakukan "dekonsolidasi" , sangat merendahkan ... sangat
mengecewakan. Datanglah kekasih kami dalam partai yang selalu memberi hati teduh,
datanglah Bung Akbar , ingatkan ARB untuk melakukan pengkerdilan arti komunikasi politik
gaya Bung Arbar. PAk ARB ,jangan sampai ibarat ingin merekonstruksi rumah partai dengan
cara membakar pilar-pilar penguatnya. Kami kader Sulawesi Selatan, setia menjaga Partai
Golkar sekuat tenaga dengan penuh kasih bagai permata hati.Perbedaan pendapat adalah
ibarat mosaik lukisan yang indah dan semakin menguatkan kisi-kisi dan pilar rumah kita.
Kontestasi dalam Munas 2009 telah usai, saatnya rujuk internal. Wassalam , kami memeluk
erat-erat kekasih hati, permata hati , Partai Golkar akan selalu menyeruak dengan penuh
senyum dan semangat . Bung Akbar Tanjung adalah sosok yang pada awalnya responsif
menghapi kritikan. Ucapannya yang terkesan datar dengan intonasi seolah memberi pesan
yang masif akan penguasaannya dalam mengatasi persoalan yang dihadapi. Ucapan dan
tindakannya sungguh penuh semangat meski dengan nada datar . inilah kekuatan komunikasi
Bung Akbar yang piawai dalam membesarkan Partai Golkar. Golkar dahulu sebelum berubah
menjadi Partai Golkar ibarat permata hati beliau. Pada masa awal reformasi beliau tetap
menunjukkan renpon komunikasi yang tidak reaktif meskipun dihujat dan digoyang oleh
kaum yang mengaku reformis.
Partai Golkar kini telah dinakodai oleh kaum pengusaha, paska beliau mengetuai Partai,
beliau seakan terhenyak tidak percaya PG ibarat terjun bebas. Beliau mengeritik Pak JK
karena konsolodasi melalui kegiatan dan pertemuan banyak diamputasi. Pak Abu Rizal Bakri
sekarang memegang biduk yang juga adalah sosok pengusaha. Petikan nada komukasinya
yang Low Context mulai terasa pada misinya yang tidak searah dengan Pak Akbar sebagai
sosok yang tidak pendendam. Dilain sisi Gerakan Pak ARB nyata-nyata meredupkan
konsolidasi PG melalui peminggiran kader terbaik hanya karena alasan tidak memberi
dukungan dalam perhelatan Munas. Apakah beliau ARB banyak mengeluarkan amunisi
dalam hitungan dagangnya beliau rugi, sehingga tak peka terhadap tanda jaman. Haram, itu
sangat haram dalam masab politik Bung
Akbar Tanjung. Saya berkeyakinan Bung Akbar tak rela PG sebagai permata hatinya
tersungkur lunglai oleh permainan temannya sendiri. Bung Akbar, bulu tanganku merinding
mengingat ketika Bang dengan gagahnya mengibarkan bendera Partai Golkar diatas gunung
dan teriakan lantang dengan optimisme bahasa nurani , dan tetap tidak bergeming meski
dilempari batu saat memberi orasi kampanye di Jawa Solo (saat kampanye 2004). Ibu-ibu,
bapak-bapak, para pemuda dengan senyum menyambut sosok yang di Ilhami mengayuh
sekuat tenaga seakan berpacu mengalahkan opini yang saat itu ingin merendam Golkar dalam
kubangan hina. Luar biasa..., luar biasa. PG kala itu meski tidak bersama AB (ABRI dan
Birokrat) tetap mencengangkan kalangan seakan tidak percaya akan hasil kontestasi
perpartaian kondisi multipartai. HAti saya betul-betul sesak, manakala teringat sosok
pemimpin partai sekarang melakukan "dekonsolidasi" , sangat merendahkan ... sangat
mengecewakan. Datanglah kekasih kami dalam partai yang selalu memberi hati teduh,
datanglah Bung Akbar , ingatkan ARB untuk tidak melakukan pengkerdilan arti komunikasi
politik gaya Bung Arbar. PAk ARB ,jangan sampai ibarat ingin merekonstruksi rumah partai
dengan cara membakar pilar-pilar penguatnya. Kami kader Sulawesi Selatan, setia menjaga
Partai Golkar sekuat tenaga dengan penuh kasih bagai permata hati.Perbedaan pendapat
adalah ibarat mosaik lukisan yang indah dan semakin menguatkan kisi-kisi dan pilar rumah
kita. Kontestasi dalam Munas 2009 telah usai, saatnya rujuk internal. Wassalam , kami
memeluk erat-erat kekasih hati, permata hati , Partai Golkar akan selalu menyeruak dengan
penuh senyum dan semangat . Hidup Golkar, Hidup Bung Akbar, Hidup Abu Rizal Bakri,
Hidup Ilham Arif Sirajuddin

Ketua MPR RI (DR.Hidayat Nur Wahid) dan Ketua


Harian Yayasan Pendidikan Al-Mubarak (Ayi Muzayini)
Tidak ada yang mustahil bagi Allah, Dialah Dzat yang Maha Kaya dan Maha Kuasa untuk
memberikan keajaiban apapun untuk Anda. Jangan pernah batasi keimananmu atas Kasih,
Sayang, dan segala Rezeki-Nya. Berbisnislah dengan Allah, Agar Anda Selalu Untung dan
tidak akan pernah Rugi. Dr. H.M.Hidayat Nur Wahid,MA (Mantan Ketua MPR RI)

ekolah Islam Terpadu Insan Mubarak Jakarta Pimpinan


KH Bukhori Yusuf,MA
Sekilas Tentang SMPIT INSAN MUBARAK Salah satu tugas utama manusia adalah membangun
peradaban yang robbani (Qs. 2 : 30) yaitu bersendi pada nilai-nilai ke-Tuhanan, moralitas dan
berkeadilan. Karakter ini diharapkan mampu menciptakan kehidupan manusiawi, damai dan
sejahtera. Untuk merealisasikannya dibutuhkan SDM yang meyakini dan komitmen dengan nilai-nilai
tersebut dalam kehidupan. Karenanya Yayasan Al-Mubarak menghadirkan SMPIT Insan Mubarak
yang bertujuan melahirkan SDM yang dapat menjadi kontributor positif dalam membangun
peradaban Islam di masa yang akan datang Insan Mubarak Secara Harfiah “Insan yang diberkahi
Alloh” dan Secara Filosofis “Manusia yg berintelektual tinggi, bermoral terpuji, berhati bersih yang
akan mengantarkan bangsa Indonesia meraih keberkahan” Allah Berfirman yang Artinya : Allah akan
meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan
beberapa derajat." [Al-Mujaadilah:11] dan firman Allah : Sesungguhnya yang takut kepada Allah
diantara hamba-hambanya, hanyalah ulama." [Al- Fathirv: 28] VISI Pendidikan Menjadi Sekolah
Unggulan Nasional berbasis Al-Qur’an MISI Pendidikan Membentuk SDM yang beraqidah lurus,
beribadah benar, berakhlak terpuji, berwawasan luas, mandiri dan berketerampilan. Memberikan
bekal kemampuan dasar kepada siswa dalam mengembangkan kehidupannya (life skill). Membekali
siswa/siswi dengan hafalan dan pemahaman Al-Qur’an yang benar. Tujuan Pendidikan Membentuk
SDM yang beraqidah lurus, beribadah benar, berakhlak terpuji, berwawasan luas, mandiri dan
berketerampilan. Memberikan bekal kemampuan dasar kepada siswa dalam mengembangkan
kehidupannya (Life Skill). Mencetak siswa/siswi yang sehat dan kuat jasmani dan rohani.
Mewujudkan pendidikan Al Mubarak sebagai sekolah unggulan berskala nasional. Membekali
siswa/siswi dengan hafalan dan pemahaman Al Qur’an yang benar
You are What You Choose
Pilihan Anda Mencerminkan Pribadi Anda
N/A

Harga : Rp 60.000,- *
Ukuran : 14 x 21 cm
Tebal : 244 halaman
Terbit : Agustus 2010
Soft Cover

Pesan Sekarang
       
*)Semua pemesanan online akan dilayani oleh situs GramediaShop.com sebagai situs resmi milik divisi Direct Marketing Kelompok Penerbitan Kompas Gramedia.

 
*)harga dapat berubah sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
Buku ini menyuguhkan terobosan baru tentang bagaimana kita dapat memprediksi cara orang mengambil keputusan.

Setiap orang mempunyai enam TRAIT inti yang menentukan caranya mengambil keputusan, yakni time, risk, altruism,
information, meToo, dan stickiness. Keenam faktor tersebut dapat menjelaskan pola-pola perilaku manusia. Misalnya:
apakah seseorang mementingkan kebahagiaan sekarang atau masa depan; seberapa besar risiko yang mampu dia
tanggung; apakah dia suka menyakiti orang lain atau tidak; seberapa banyak informasi yang dia kumpulkan sebelum
mengambil keputusan; seberapa jauh dia mempertimbangkan pendapat orang lain; dan apakah dia lebih menyukai
sesuatu yang baru ataukah yang telah terbukti kebenarannya, dsb.

Dengan memahami TRAITS Anda, Anda akan mampu membuat pilihan yang lebih baik---misalnya memilih nasihat
mana yang bisa diikuti; Anda juga bisa memprediksi konsekuensi pilihan Anda dan tingkat kebahagiaan Anda atas apa
yang Anda pilih. Dengan memahami TRAITS orang-orang, Anda bisa
+ memprediksi keputusan-keputusan mereka dengan lebih baik
+ memprediksi secara tepat berbagai pilihan produk konsumen dan bagaimana konsumen menentukan pilihan
sehingga Anda dapat menyusun dan menerapkan strategi marketing yang lebih jitu.

Buku ini dahsyat dan cocok bagi para pemasar dan mereka yang ingin memahami perilaku unik individu alih-alih
kelompok.

"You are What You Choose membuktikan kebenaran akan perbedaan cara orang mengambil keputusan. Uraian
tentang karakteristik dan statistik populasi manusia memang penting, tetapi begitu juga kualitas-kualitas yang
mendasarinya seperti aversi terhadap risiko (risk aversion), altruisme, dan loyalitas. Penulis mengembangkan
pemahanan yang sangat berharga ini dengan banyak sekali contoh yang menakjubkan."

Opera Van Gontor


Amroeh Adiwijaya

Harga : Rp 50.000,- *
Ukuran : 13.5 x 20 cm
Tebal : 300 halaman
Terbit : Agustus 2010
Soft Cover

Pesan Sekarang
       
*)Semua pemesanan online akan dilayani oleh situs GramediaShop.com sebagai situs resmi milik divisi Direct Marketing Kelompok Penerbitan Kompas Gramedia.

 
*)harga dapat berubah sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.

Pondok Pesantren Gontor menyimpan segudang cerita inspiratif dari para santrinya. Seperti kisah seorang anak usia
tamatan SD berusia 11 tahun yang berkarakter aktif, agak-agak pemberontak, dan banyak maunya ini dalam novel
Opera Van Gontor. Ia harus langsung mampu mandiri, disiplin, berdedikasi tinggi, terpisah dari keluarga, saat banyak
kawan seangkatannya masih asyik bermain dan juga banyak yang putus sekolah di tengah jalan dengan berbagai
sebab. Gemblengan para kiai yang disiplin dan bijaksana, menjadikan pengalaman nyantri di Gontor penuh suka duka
dan keharuan.

Novel kronik pengalaman nyantri di Gontor ini ditulis apa adanya, menggelitik, dan cerdas. Inilah potret pesantren
modern pada era 70-an. Suatu era ketika beberapa tokoh bangsa masa kini dilahirkan dan ditempa untuk berbakti
kepada tanah air.

Buku ini merupakan pengalaman pertama (first hand) yang sangat berharga dalam sebuah tradisi penelitian. Ia
merupakan suara terdalam dari seorang santri yang melihat dirinya, lingkungannya dan dunia luar.
---K.H. Hasyim Muzadi, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdhatul Ulama (PBNU) 1999-2010

You might also like