Professional Documents
Culture Documents
SEKOLAH DASAR
Dosen:
...............
Oleh:
..............
JURUSAN .......
UNIVERSITAS UHAMKA
JAKARTA
2011
1
BAB I
PENDAHULUAN
B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan karya tulis ini(makalah) ini adalah untuk
mengetahui bagaimanakah kesehatan mental pada anak di sekolah dan bagaimana
peranan sekolah dalam menyikapi siswa-siswa yang mengalami gangguan mental.
1
C. Rumusan Masalah
1
BAB II
1
yang terdapat lapangan psikologi, kedokteran, psikiatri, biologi, sosiologi, dan
agama.
Anak usia sekola adalah sekolah dasar (Disingkat SD) adalah jenjang paling dasar
pada pendidikan formal di Indonesia. Sekolah dasar ditempuh dalam waktu 6
tahun, mulai dari kelas 1 sampai kelas 6. Saat ini murid kelas 6 diwajibkan
mengikuti Ujian Nasional (Dahulu Ebtanas) yang mempengaruhi kelulusan siswa.
Lulusan sekolah dasar dapat melanjutkan pendidikan ke sekolah menengah
pertama (Atau sederajat). Pelajar sekolah dasar umumnya berusia 7-12 tahun. Di
Indonesia, setiap warga negara berusia 7-15 tahun tahun wajib mengikuti
pendidikan dasar, yakni sekolah dasar (atau sederajat) 6 tahun dan sekolah
menengah pertama (Atau sederajat) 3 tahun. Sekolah dasar diselenggarakan oleh
pemerintah maupun swasta. Sejak diberlakukannya otonomi daerah pada tahun
2001, pengelolaan sekolah dasar negeri (SDN) di Indonesia yang sebelumnya
berada di bawah Departemen Pendidikan Nasional, kini menjadi tanggung jawab
pemerintah daerah kabupaten/kota. Sedangkan Departemen Pendidikan Nasional
hanya berperan sebagai regulator dalam bidang standar nasional pendidikan.
Secara struktural, sekolah dasar negeri merupakan unit pelaksana teknis Dinas
Pendidikan Kabupaten/Kota. (http://www.DEPDIKNAS , 2005)
1
semakin dirasakan dimana lingkungan di luar rumah dalam hal ini adalah sekolah
cukup besar, sehingga beberapa masalah sudah mampu diatasi dengan sendirinya
dan anak sudah mampu menunjukan penyesuaian diri dengan lingkungan yang
ada, rasa tanggung jawab dan percaya diri dalam tugas sudah mulai terwujud
sehingga dalam menghadapi kegagalan maka anak sering kali dijumpai reaksi
kemarahan atau kegelisahaan, perkembangan kognitif, psikososial, interpersonal,
psikoseksual, moral, dan spiritual sudah mulai menunjukan kematangan pada
masa ini. Secara khusus perkembangan pada masa ini anak banyak
mengembangkan kemampuan interaksi sosial, belajar tentang nilai normal dan
budaya dan lingkungan keluarganya dari mulai mencoba mengambil bagian dari
kelompok untuk berperan, terjadi perkembangan seacara lebih khusus lagi, terjadi
perkembangan konsep diri, keterampilan membaca, menulis serta berhitung,
belajar mengahargai di sekolah. (Aziz Alimun, Jakarta : 2001)
Tahun pertama bagi anak adalah masa yang sangat penting bagi perkembangan
mental anak selanjutnya. Pada masa ini, awal kontak sosial, dan dia mulai belajar
tentang lingkungan sosialnya. Dua kemampuan dasar yang diperlukan bagia anak
dan menjadi dasar bagi perkembangan selanjutnya adalah, kemampuan
membedakan (discriminating power) dan hubungan anak dengan orang tuanya
(attachment-bonding). Kemampuan membedakan berkaitan dengan kemmapuan
dalam perkembangan kognisi, sedangkan hubungan anak dengan orang tua
menjadi dasar pada perkembangan sosial dan afeksi anak.
Masalah yang sering ditemukan pada anak kelompok usia (6-12 tahun) adalah
sebagai berikut :
1
Seorang anak akan mengalami prestasi belajar rendah, apabila prestasinya
dibawah sebaya karena mengalami kesulitan belajar yang membutuhkan perhatian
khusus.
b. Gangguan hiperkinetik
Sekumpulan gejala (sindrom) yang terdiri dari aktivitas fisik yang berlebihan,
kurang mampu memusatkan perhatian dan impulsive.
Suatu pola tingkah laku anti sosial, agresif atau menentang dan menantang
berulang dan menetap dalam bentuk ekstrim.
Suatu keadaan dimana anak merasa takut yang tidak masuk akal (irasional) untuk
pergi ke sekolah.
e. Gangguan cemas
Bicara tidak lancar, terpatah-patah yang sering terdapat anak dalam keadaan
cemas.
g. Gangguan depresaif
i. Epilepsi
1
Serangan mendadak hilangnya kesadaran yang dapat disertai kejang.
j. Gangguan psikotik
Gangguan jiwa dengan gejala ketidak mampuan menilai realitas yang dapat di liat
dari penampilan, perilaku, proses pikir atau perasaan.
a. Pengaruh guru
Perilaku guru menunjukan suatu pengaruh yang besar dan kuat terhadap iklim
atau suasana sekolah, baik sosial maupun emosional. Kebersihan guru dalam
mengajar dan mendidik, khusunya dalam membantu perkembangan kepribadian
anak.
Sehari-hari anak bergaul dengan teman sekolah atau teman di luar sekolah. Orang
tua dan guru harus mengetahui kelompok teman bermain anak baik di sekolah
maupun diluar sekolah. Di rumah anak berada dalam “dunia dewasa”, yang penuh
dengan norma dan nilai yang harus dipatuhi, sedangkan di luar rumah anak dalam
“dunia usia sebaya”, yang penuh dengan kebebasan.
Anak tidak akan tenang belajar, apabila sekolah terletak di dekat pasar,
perkampungan yang padat, dekat pabrik, atau disekitar tempat hiburan. Keadaan
semacam ini sangat berpengaruh terhadap perilaku anak.
d. Pengaruh kurikulum
1
Tahun 1990 sudah menggariskan jenis dan muatan kurikulum, khususnya
kurikulum nasional yang cukup fleksibel menampung keperluan khusus setempat
dalam bentuk muatan lokal
Suasana sekolah yang menantang dan merangsang belajar, akan menentukan iklim
sekolah. Hal ini tergantung pada kemampuan guru mengajar, serta tata tertib yang
berlaku disekolah. Sekolah terasa nyaman dan menarik, sehingga anak senang
berada di sekolah dan guru pun bergairah dalam mengajar.
f. Pengaruh keluarga
Keluarga merupakan faktor pembentuk kepribadian anak secara dini yang pertama
dan utama. Orang tua yang bersifat otoriter, tidak sabar, mudah marah, selalu
mengatakan “tidak”, selalu melarang, sering memukul, akan sangat berpengaruh
buruk terhadap perkembangan kepribadian anak. (Depkes RI, Jakarta 2001)
1
KESIMPULAN
Anak usia sekola adalah sekolah dasar (Disingkat SD) adalah jenjang
paling dasar pada pendidikan formal di Indonesia. Sekolah dasar ditempuh
dalam waktu 6 tahun, mulai dari kelas 1 sampai kelas 6.
Tahun pertama bagi anak adalah masa yang sangat penting bagi
perkembangan mental anak selanjutnya. Pada masa ini, awal kontak sosial,
dan dia mulai belajar tentang lingkungan sosialnya.
1
DAFTAR PUSTAKA
Yusuf, Syamsu. (2009). Mental Hygiene: terapi psikospiritual untuk hidup sehat
berkualitas. Bandung: Maestro.
www.depdiknas.com