Professional Documents
Culture Documents
A. PENDAHULUAN
----------------------------------voice over------------------------------------------------
Kebakaran yang menghanguskan sekitar 100 rumah di Tanah Merah Jakarta Utara
terjadi kemarin, ketika sedang ditinggalkan penghuninya bekerja, sehingga tidak
ada upaya pemadaman dari para penghuninya. Dua mobil pemadam kebakaran
yang datang ke lokasi dua jam setelah kejadian tak banyak berfungsi. Mobil
pemadam tidak bias masuk ke lokasi lantaran jalan sempit. Yang dapat dilakukan
adalah menarik slang sepanjang dua ratus meter. Ini adalah musibah yang kedua
kalinya, setelah sebelumnya rumah-rumah warga mendapat serangan buldoser.
Pemda setempat menganggap rumah-rumah yang terbakar ini didirikan di atas
tanah negara, dan akan dijadikan perluasan penimbunan BBM oleh Pertamina.
.........
Jika dibuat liputan feature, maka penulisan tidak harus langsung pada pokok
persoalan. Gaya penulisan lebih santai dan ringan. Data dan fakta tersebut, untuk dibuat
feature masih memerlukan gambar rekaman penggusuran yang telah dilakukan,
wawancara dengan korban mengenai sikapnya yang nekat mendirikan rumah di tanah
negara, dan wawancara dengan pejabat setempat mengenai sikapnya yang ngotot untuk
menggusur; apakah tidak ada keempat untuk berbenah, atau ada kebijakan relokasi yang
manusiawi? Data-data tersebut jika dibuat feature, kalimat leadnya dapat menjadi sbb:
Sudah jatuh tertimpah tangga. Itulah gambaran yang mewakili sebagian besar
korban kebakaran di Tanah Merah Jakarta Utara. Di tengah derita yang
menimpa itulah, mereka tetap bersikukuh untuk mendirikan rumah kembali lokasi
kebaran, meski pemerintah setempat mengancam akan menggusurnya kembali.
Tampak sekali bahwa bentuk ditulis dengan sastra sehingga seorang reporter
dalam menulis berita berbentuk feature harus memiliki kemampuan literer (sastra) yang
memadai, misalnya memahami alur cerita, mengenal karakter tokoh yang akan terlibat
dalam ceritanya, membangun konflik, menyimpan suspense atau kejutan, dan sebagainya.
Banyak contoh dalam kehidupan sehari-hari yang kelihatannya biasa-biasa saja,
tetapi setelah ditelusuri, ternyata mengandung nilai berita dan aspek kemanusiaan yang
menarik. Seorang tukang pungut paku bernama Pak Arwah, tinggal di Bekasi Jawa Barat.
Setiap pagi ia menelusuri bongkaran sampah dan bekas bangunan untuk mencari paku-
paku bekas, kemudian dijual kepada seorang pengumpul. Ia tinggal di perkampungan nun
jauh di Bekasi sana. Setiap pagi jam lima subuh Pak Arwah (60 tahun) keluar dari rumah
dengan bersepeda. Di Jakarta mereka melakukan pekerjaan pengumpulan paku bekas itu
untuk menghidupi tiga anaknya yang masih kecil-kecil dan seorang istrinya. Pukul 9
malam Pak Arwah sudah kembali di rumah. Penghasilannya dari mengumpulkan dan
menjual paku bekas tak pernah cukup, tetapi ia dapat menyiasati hidup di tengah
kehidupan yang keras dengan caranya sendiri.
Pak Arwah dan keluarganya dapat hidup rukun dan tidur nyenyak meski rumah
seadanya. Ia pun mampu menyekolahkan anaknya.
Di tangan reporter yang piawai, kisah seorang tukang pungut paku bekas ini
mampu menggugah perasaan kemanusiaan, sehingga pemirsa televisi memintanya untuk
ditayangkan ulang. Feature ini tidak hanya memiliki kekuatan pada ceritanya yang
mengungkap semangat hidup seseorang tua di tengah kerasnya kehidupan, tetapi juga
dari sisi gambarnya yang menampilkan sosok manusia secara dramatis.
Dibanding dengan media cetak maupun radio, feature televisi memiliki kelebihan
karena tidak hanya mengisahkan dengan narasi, maupun suara, tetapi juga dengan
gambar. Gambar yang hidup memiliki pengaruh yang sangat dalam bagi pemirsa karena
dapat terlihat secara fisik. Tanpa narasi yang panjang, gambar dan atmosfir yang terekam
dalam kamera lebih memberikan gambaran yang sesungguhnya.
Seperti juga pada feature radio, feature televisi memiliki cirri: pendekatannya
lebih luas dibandingkan dengan berita biasa. Kalau dalam berita biasa, strukturnya terdiri
dari lead, isi berita dan ending, maka dalam feature tidak terikat struktur yang demikian.
Pokok pikiran utama tidak harus di awal berita, tetapi biasa juga di tengah atau bahkan
dibagian akhir. Karena itu kesimpulan boleh jadi tercapai sebelum cerita itu berakhir.
Feature juga dapat menampilkan pandangan tertentu, tetapi bukan opini wartawan
melainkan pandangan pihak-pihak yang relevan. Misalnya dalam sebuah feature anak
jalanan di Jakarta. Untuk membuat seorang produser harus menentukan hipotesis.
Hipotesis dibangun dengan teori yang ada di buku-buku sesiologi misalnya. Atau
berdasarkan pendapat para pakar. Kemudian seorang produser menyimpulkan bahwa
anak-anak jalanan tidak dapat dihapuskan sehingga mereka tidak harus ditangkapi dan
dilarang (seperti dalam jaman Menko Polkan Sudomo). Langkah yang terbaik adalah
dengan memerikan mereka ruang gerak, disamping mengarahkan mereka untuk tetap
sekolah meski sekolah di bawah kolong jembatan, misalnya.
Jenis-jenis feature
1. Feature documenter sejarah
2. Feature profil
3. Feature potert situasi
4. Feature problematic
Yang membedakan berita straight news dan feature adalah pada gambarnya yang
disajikan. Dalam penyajian straight news, maka gambar lebih baik diambil cut to cut dan
dinamis sifatnya. Hindari gambar-gambar yang banyak panning dan tilt up maupun tilt
down, karena akan memakan durasi dan mengurangi ragam gambar yang dibutuhkan. Ini
berbeda dengan feature yang justru kebalikannya.
Gambar-gambar dalam feature karena kebanyakan bercerita keindahan atau ingin
memotert sesuatu, maka gambar pan baik kekanan maupun ke kiri akan lebih
menjelaskan objek yang sedang dibicarakan. Juga dengan gambar-gambar zoom in
maupun zoom out akan memiliki pesan dan kesan khusus pada objek yang dibicarakan.
Apalagi dalam feature ada musik yang biasanya akan mengiringi naskah yang didubbing,
maka gambar yang lembut dan soft makin enak dilihat.
Secara umum, konsep gambar berita televisi baik straight news maupun feature
sama saja. Yakni
- Aktualitas, artinya gambar harus baru, actual dan bukan rekayasa
- Singkronis, yakni gambar harus singkron dengan berita yang diinformasikan
- Simbolis, yakni gambar harus menyimbolkan informasi yang disampaikan
- Ilustrasi, yakni gambar ilustrasi yang direkayasa berdasarkan peristiwa yang
sesungguhnya, bukan rekayasa imajiner atau khayalan
- Estetis, yakni gambar harus enak dilihat, baik dari sudut pandang, komposisi
maupun warna.
Hanya saja dari sisi suara, atmosfir lebih menonjol untuk menggambarkan
kenyataan yang sesungguhnya. Misalnya sebuah feature kisah tukang sapu jalanan. Suara
tikang sapu yang alami akan sangat bagus jika diperdengarkan dalam kemasan feature
ini. Demikian juga pada nyanyian pengamen jalanan. Bahkan pada bait-bait tertentu suara
mereka dilepas agar lebih berkesan. Adakalanya back sound digunakan suara musik atau
lagu-lagu tertentu yang sesuai. Misalnya feature tentang klenteng tua, maka back
soundnya menggunakan lagu-lagu cina, dan sebagainya.
MODEL RANCANGAN PROGRAM STRAIGHT NEWS
C. PENDAHULUAN
Dalam konteks dimana informasi harus segera sampai kepada pemirsa, maka
model penulisan berita straight news adalah yang paling tepat dipakai. Pemirsa ingin
segera tahu apa sebenarnya yang terjadi. Maka tidak heran jika gaya straight news juga
disampaikan pada berita harian hingga berita yang ditayangkan setiap jam sekali. Di
metro tv ada headline news, di RCTI ada Sekilas Info, dan di antv ada Aktualita.
Jenis berita yang ditulis dengan gaya langsung pada persoalan adalah berita-berita
hard news yakni berita-berita yang keras, seperti kekerasan, kejahatan, kesengsaraan,
konflik, kemiskinan, penderitaan, bencana dan sebagainya. Berita-berita politik, ekonomi,
dan keamanan juga disampaikan dengan gaya straight news, langsung pada persoalan. Isi
beritanya hanya pokok-pokoknya saja, namun tetap lengkap memenuhi unsur 5W + 1H.,
yakni What, When, Where, Why, Who, dan How.
Bahasa yang digunakan juga benar, tepat dan tidak mengundang berbagai
penafsiran. Bahasa jurnalisme televisi harus pendek, menggunakan kalimat aktif positif,
hilangkan kata yang mubazir dan kata asing yang sukar dimengerti. Ingatlah bahwa
bahasa televisi adalah bahasa yang langsung didenar dan dilihat, jadi tidak ada
kesempatan untuk merenungkan, apalagi membuka kamus untuk mencari artinya.
Yang membedakan berita straight news dan feature adalah pada gambarnya yang
disajikan. Dalam penyajian straight news, maka gambar lebih baik diambil cut to cut dan
dinamis sifatnya. Hindari gambar-gambar yang banyak panning dan tilt up maupun tilt
down, karena akan memakan durasi dan mengurangi ragam gambar yang dibutuhkan. Ini
berbeda dengan feature yang justru kebalikannya.
Gambar-gambar dalam feature karena kebanyakan bercerita keindahan atau ingin
memotert sesuatu, maka gambar pan baik kekanan maupun ke kiri akan lebih
menjelaskan objek yang sedang dibicarakan. Juga dengan gambar-gambar zoom in
maupun zoom out akan memiliki pesan dan kesan khusus pada objek yang dibicarakan.
Apalagi dalam feature ada musik yang biasanya akan mengiringi naskah yang didubbing,
maka gambar yang lembut dan soft makin enak dilihat.
Secara umum, konsep gambar berita televisi baik straight news maupun feature
sama saja. Yakni
- Aktualitas, artinya gambar harus baru, actual dan bukan rekayasa
- Singkronis, yakni gambar harus singkron dengan berita yang diinformasikan
- Simbolis, yakni gambar harus menyimbolkan informasi yang disampaikan
- Ilustrasi, yakni gambar ilustrasi yang direkayasa berdasarkan peristiwa yang
sesungguhnya, bukan rekayasa imajiner atau khayalan
- Estetis, yakni gambar harus enak dilihat, baik dari sudut pandang, komposisi
maupun warna.
Hanya saja dari sisi suara, atmosfir lebih menonjol untuk menggambarkan
kenyataan yang sesungguhnya. Misalnya sebuah feature kisah tukang sapu jalanan. Suara
tikang sapu yang alami akan sangat bagus jika diperdengarkan dalam kemasan feature
ini. Demikian juga pada nyanyian pengamen jalanan. Bahkan pada bait-bait tertentu suara
mereka dilepas agar lebih berkesan. Adakalanya back sound digunakan suara musik atau
lagu-lagu tertentu yang sesuai. Misalnya feature tentang klenteng tua, maka back
soundnya menggunakan lagu-lagu cina, dan sebagainya.