You are on page 1of 14

MODEL RANCANGAN PROGRAM FEATURE

A. PENDAHULUAN

Televisi adalah media pandang-dengar. Artinya televisi adalah media yang


menyiarkan gambar dan suara sekaligus. Gambar bisa dipandang dengan enak dan suara
bisa didengar dengan enak pula. Dalam kaidah berita televisi dikenal adanya pepaduan
antara tiga hal utama yang harus singkron yakni antara gambar (video), narasi (naskah)
dan suara (suara dubbing) dan atau atmosfir yang terekam bersama dengan video.
Dalam berita televisi juga dikenal jenis-jenis berita televisi yang dapat dilihat dari
segi waktu penayangan, sehingga muncul berita harian atau daily news dan berita berkala
yang sifatnya mingguan sehingga muncul majalah udara atau news magazine.
Dari isi atau content beritanya, muncul pembagian kategori berita mendalam
(indepht news) yang terdiri dari berita investigative, berita komprehensif dan berita
interpretative.
Sedangkan dari sisi gaya penulisan penyajian, maka dapat dibagi menjadi gaya
penulisan langsung atau straight news dan gaya penulisan feature yang memang
penulisannya tidak langsung pada pokok persoalan.
Pada dasarnya pola berita televisi bisa dibilang banyak mangacu kepada pola
berita media cetak. Bisa jadi itu terjadi karena apa yang dikenal sebagai berita di pesawat
televisi sekarang ini, muncul setelah berita media cetak lebih akrab dikenal masyarakat.
Di Indonesia, dan bahkan di negara lain, pengelola berita televisi umumnya punya latar
belakang sebagai wartawan media cetak. Jadi tak aneh, pendekatannya banyak memakai
pendekatan media cetak.
Straight News dan Feature News juga lebih dulu dikenal di media cetak. Seperti
halnya di media cetak, apa yang disebut dengan straight news tak lain dari berita-berita
aktual yang disajikan secara cepat. Sedangkan feature news lebih menekankan aspek
pendalaman materi berita, human interest, dan bahkan sekarang ini yang sedang populer
di media tanah air, feature yang mengandung aspek investigasi.
Dengan posisinya sebagai media yang tidak mengenal waktu jam terbit seperti
halnya media cetak, straight news di televisi pasti dapat disajikan lebih cepat dan menarik
(tentu ada unsur visualnya), serta akurat (orang bisa melihat langsung faktanya)
dibandingkan media cetak. Bahkan, penonton di rumah dapat menyaksikan langsung apa
yang terjadi di tempat kejadian saat itu juga, dengan bantuan teknologi satelit. Sesuatu
yang pasti tidak bisa dilakukan oleh media cetak manapun.
Tapi di balik segala kelebihan teknologinya itu, proses penyajian berita televisi
harus dibuat dalam kondisi di bawah tekanan. Kecepatan, datangnya data dan fakta yang
terpotong-potong dan kurangnya background berita yang dimiliki reporter atau bahkan
produser, sering mengakibatkan berita yang disajikan kurang akurat. Kehadiran lebih dari
10 media televisi dengan bahan berita yang sama, mau tak mau mendorong setiap stasiun
televisi untuk menjadi yang lebih dulu menyajikan suatu berita. Akibatnya muncul
prinsip, yang penting menjadi televisi pertama yang menayangkan berita besar teraktual,
tak peduli akurasi datanya diragukan, bahkan dikira-kira.
Sebenarnya, televisi tidak perlu mau tampil sebagai pahlawan dengan menyajikan
data yang dikira-kira. Toh dengan menyajikan gambar secara langsung dari lokasi
kejadian penonotn sudah paham dahsyatnya sebuah peristiwa. Tapi dalam kenyataannya
itu sering kurang disadari. Tak ayal, sebuah serangan bom yang dampaknya demikian
nyata sangat dahsyat menjadi kurang menarik karena reporter atau presenter mereka-reka
siapa pelakunya, dan kadang juga jumlah korbannya.
Persaingan, juga menuntut pengelola berita televisi kreatif. Bila semua stasiun
sudah memiliki semuanya dalam mengelola program berita (memperoleh gambar tkp,
korban, dan tentu saja teknologi satelit atau SNG), maka berita seperti straight news pun
harus dibuat secara kreatif. Harus ada aspek human interest yang diangkat. Harus pula
ada sesuatu yang ekslusif disajikan. Maka jadilah sesungguhnya sebuah program berita
itu tidak melulu menjadi sebuah sajian straight news, tetapi juga mengandung unsur
feature juga.
Sekarang inipun hampir semua program di televisi Indonesia sudah
mencampurkan unsur straight (hard) news dengan feature. Berita tentang bencana
tsunami di Aceh tidak melulu diisi update peristiwanya, tetapi juga kesedihan keluarga
korban yang ditinggalkan setengah anggota keluarganya, nasib anak-anak dipengungsian,
hingga ulasan pakar mengapa tsunami yang terjadi di Aceh lebih parah. Semuanya itu
hanya dengan satu tujuan, memuaskan penontonnya dan merebut jumlah penonton
sebanyak-banyaknya.
Tidak hanya itu, pembahasan mendalam sebuah peristiwa atau topik tertentu, saat
ini cenderung diulas lebih lengkap dalam program berdurasi 30 sampai 60 menit. Disini
lagi-lagi paduan menyajikan berita yang keras (hard news), human interest, feature, dan
ekslusfitas tamu menjadi hal yang harus digarap bersama. Dengan kata lain, reporter atau
produserpun dituntut untuk dapat mengemas kesemua unsur tadi dalam sebuah program.
Kreatifitas awak berita televisi sekarang ini juga sangat tergantung kepada
kebijakan perusahaan. Perusahaan televisi sudah diketahui tidak hanya mengagungkan
idealisme, tetapi juga kepentingan bisnis. Akibat dari itu, format program bahkan sampai
ke pemilihan topik sangat tergantung pada kebijakan tersebut. Jadilah seperti halnya
program hiburan, program beritapun mengikuti trendnya. Pernah berita televisi begitu
didominasi berita kriminal, pernah pula banyak menyajikan politik, dan kini berita
hiburan menyangkut kegiatan para selebritis. Sekali lagi tujuannya satu, memuaskan
penontonnya. Atau dengan kata lain mengikuti selera pasar.

B. BERITA DENGAN FORMAT FEATURE

Berita-berita yang sifatnya soft news seperti keberhasilan, kemajuan dan


perkembangan serta hiburan, juga menjadi bagian dari berita harian yang penempatannya
biasanya dibagian akhir. Berita jenis ini biasanya tidak terkait dengan peristiwa tetapi
karena lebih mementingkan unsur human interest, misalnya berita tentang penyayang
binatang, nasib orang-orang tergusur, dan sebagainya. Berita semacam ini biasanya
ditulis dengan gaya feature. Durasinya antara 2 hingga 3 menit.
Feature juga dapat diartikan sebagai salah satu jenis berita yang membahas satu
pokok bahasan, satu tema, diungkapkan lewat berbagai pandangan yang saling
melengkapi, mengrai, menyoroti secara kritis, dan disajikan dengan berbagai format.3
Format yang dimaksud adalah ada narasi, ada wawancara, ada vox pop, ada musik, ada
puisi ada sandiwara pendek atau fragmen. Penyajiannya lebih ringan dalam arti tidak
langsung pada pokok persoalan(straight news). Bahasanya bercerita atau bertutur. Ada
juga yang sifat laporannya investigative, maka feature yang demikian disebut pula jenis
liputan mendalam. 4Dengan pengertian ini berarti durasinya panjang, bias 20 – 30 menit
yang dibagi menjadi beberap bagian dan tiap bagian terdapat link atau telangkai yang
menghubungkan cerita sebelumnya dengan cerita berikutnya, dan menjadi program
khusus yang ditayangkan secara berkala, mungkin seminggu sekali.
Feature adalah gabungan antara unsur documenter, opini dan ekspresi. Arya
musik puisi, musik dan nyanyian merupakan ungkapan ekspressi dari pokok bahasan
yang disajikan, namun kurang bernilai factual. Unsur ekspressi biasanya lebih dipakai
untuk menciptakan suasana. Sementara opini dalam bentuk uraian, vox pop atau
wawancara dapat merupakan sajian yang diharapkan saling memperkaya pandangan dan
mempertajam pokok bahasan yang disajikan. Sebaliknya, kejadian dan fakta-fakta
merupakan unsur documenter yang memberikan bukti dan memperkuat argumentasi
mengenai pokok bahasan itu.
Contoh berita langsung dalam peristiwa kebakaran di pemukiman padat penduduk
di Tanah Merah Jakarta Utara kemarin dengan korban 100 rumah habis terbakar. Saat ini
mereka mengungsi di kelurahan, sekolah, dan masjid. Ada pula yang bertahan di tenda-
tenda darurat yang didirikan Pemda setempat. Para korban kebakaran, adalah mereka
yang pecan lalu digusur oleh pemerintah kota setempat, dan memporakporandakan
pemukiman mereka. Walikota setempat meminta korban kebakaran pindah atau pulang
kampong, karena mereka menempati jalur hijau. Lokasi bekas kebakaran akan didirikan
tempat penampungan BBM oleh Pertamina.

Data-data tersebut jika dibuat berita langsung menjadi:

Seratus rumah hangus terbakar dalam peristiwa kebakaran di Tanah Merah


Jakarta Utara kemarin. Saat ini mereka mengungsi di tenda-tenda darurat dan
kantor kelurahan setempat.

----------------------------------voice over------------------------------------------------
Kebakaran yang menghanguskan sekitar 100 rumah di Tanah Merah Jakarta Utara
terjadi kemarin, ketika sedang ditinggalkan penghuninya bekerja, sehingga tidak
ada upaya pemadaman dari para penghuninya. Dua mobil pemadam kebakaran
yang datang ke lokasi dua jam setelah kejadian tak banyak berfungsi. Mobil
pemadam tidak bias masuk ke lokasi lantaran jalan sempit. Yang dapat dilakukan
adalah menarik slang sepanjang dua ratus meter. Ini adalah musibah yang kedua
kalinya, setelah sebelumnya rumah-rumah warga mendapat serangan buldoser.
Pemda setempat menganggap rumah-rumah yang terbakar ini didirikan di atas
tanah negara, dan akan dijadikan perluasan penimbunan BBM oleh Pertamina.
.........

Jika dibuat liputan feature, maka penulisan tidak harus langsung pada pokok
persoalan. Gaya penulisan lebih santai dan ringan. Data dan fakta tersebut, untuk dibuat
feature masih memerlukan gambar rekaman penggusuran yang telah dilakukan,
wawancara dengan korban mengenai sikapnya yang nekat mendirikan rumah di tanah
negara, dan wawancara dengan pejabat setempat mengenai sikapnya yang ngotot untuk
menggusur; apakah tidak ada keempat untuk berbenah, atau ada kebijakan relokasi yang
manusiawi? Data-data tersebut jika dibuat feature, kalimat leadnya dapat menjadi sbb:

Sudah jatuh tertimpah tangga. Itulah gambaran yang mewakili sebagian besar
korban kebakaran di Tanah Merah Jakarta Utara. Di tengah derita yang
menimpa itulah, mereka tetap bersikukuh untuk mendirikan rumah kembali lokasi
kebaran, meski pemerintah setempat mengancam akan menggusurnya kembali.

Tampak sekali bahwa bentuk ditulis dengan sastra sehingga seorang reporter
dalam menulis berita berbentuk feature harus memiliki kemampuan literer (sastra) yang
memadai, misalnya memahami alur cerita, mengenal karakter tokoh yang akan terlibat
dalam ceritanya, membangun konflik, menyimpan suspense atau kejutan, dan sebagainya.
Banyak contoh dalam kehidupan sehari-hari yang kelihatannya biasa-biasa saja,
tetapi setelah ditelusuri, ternyata mengandung nilai berita dan aspek kemanusiaan yang
menarik. Seorang tukang pungut paku bernama Pak Arwah, tinggal di Bekasi Jawa Barat.
Setiap pagi ia menelusuri bongkaran sampah dan bekas bangunan untuk mencari paku-
paku bekas, kemudian dijual kepada seorang pengumpul. Ia tinggal di perkampungan nun
jauh di Bekasi sana. Setiap pagi jam lima subuh Pak Arwah (60 tahun) keluar dari rumah
dengan bersepeda. Di Jakarta mereka melakukan pekerjaan pengumpulan paku bekas itu
untuk menghidupi tiga anaknya yang masih kecil-kecil dan seorang istrinya. Pukul 9
malam Pak Arwah sudah kembali di rumah. Penghasilannya dari mengumpulkan dan
menjual paku bekas tak pernah cukup, tetapi ia dapat menyiasati hidup di tengah
kehidupan yang keras dengan caranya sendiri.
Pak Arwah dan keluarganya dapat hidup rukun dan tidur nyenyak meski rumah
seadanya. Ia pun mampu menyekolahkan anaknya.
Di tangan reporter yang piawai, kisah seorang tukang pungut paku bekas ini
mampu menggugah perasaan kemanusiaan, sehingga pemirsa televisi memintanya untuk
ditayangkan ulang. Feature ini tidak hanya memiliki kekuatan pada ceritanya yang
mengungkap semangat hidup seseorang tua di tengah kerasnya kehidupan, tetapi juga
dari sisi gambarnya yang menampilkan sosok manusia secara dramatis.
Dibanding dengan media cetak maupun radio, feature televisi memiliki kelebihan
karena tidak hanya mengisahkan dengan narasi, maupun suara, tetapi juga dengan
gambar. Gambar yang hidup memiliki pengaruh yang sangat dalam bagi pemirsa karena
dapat terlihat secara fisik. Tanpa narasi yang panjang, gambar dan atmosfir yang terekam
dalam kamera lebih memberikan gambaran yang sesungguhnya.
Seperti juga pada feature radio, feature televisi memiliki cirri: pendekatannya
lebih luas dibandingkan dengan berita biasa. Kalau dalam berita biasa, strukturnya terdiri
dari lead, isi berita dan ending, maka dalam feature tidak terikat struktur yang demikian.
Pokok pikiran utama tidak harus di awal berita, tetapi biasa juga di tengah atau bahkan
dibagian akhir. Karena itu kesimpulan boleh jadi tercapai sebelum cerita itu berakhir.
Feature juga dapat menampilkan pandangan tertentu, tetapi bukan opini wartawan
melainkan pandangan pihak-pihak yang relevan. Misalnya dalam sebuah feature anak
jalanan di Jakarta. Untuk membuat seorang produser harus menentukan hipotesis.
Hipotesis dibangun dengan teori yang ada di buku-buku sesiologi misalnya. Atau
berdasarkan pendapat para pakar. Kemudian seorang produser menyimpulkan bahwa
anak-anak jalanan tidak dapat dihapuskan sehingga mereka tidak harus ditangkapi dan
dilarang (seperti dalam jaman Menko Polkan Sudomo). Langkah yang terbaik adalah
dengan memerikan mereka ruang gerak, disamping mengarahkan mereka untuk tetap
sekolah meski sekolah di bawah kolong jembatan, misalnya.
Jenis-jenis feature
1. Feature documenter sejarah
2. Feature profil
3. Feature potert situasi
4. Feature problematic

C. KAIDAH GAMBAR FEATURE

Yang membedakan berita straight news dan feature adalah pada gambarnya yang
disajikan. Dalam penyajian straight news, maka gambar lebih baik diambil cut to cut dan
dinamis sifatnya. Hindari gambar-gambar yang banyak panning dan tilt up maupun tilt
down, karena akan memakan durasi dan mengurangi ragam gambar yang dibutuhkan. Ini
berbeda dengan feature yang justru kebalikannya.
Gambar-gambar dalam feature karena kebanyakan bercerita keindahan atau ingin
memotert sesuatu, maka gambar pan baik kekanan maupun ke kiri akan lebih
menjelaskan objek yang sedang dibicarakan. Juga dengan gambar-gambar zoom in
maupun zoom out akan memiliki pesan dan kesan khusus pada objek yang dibicarakan.
Apalagi dalam feature ada musik yang biasanya akan mengiringi naskah yang didubbing,
maka gambar yang lembut dan soft makin enak dilihat.
Secara umum, konsep gambar berita televisi baik straight news maupun feature
sama saja. Yakni
- Aktualitas, artinya gambar harus baru, actual dan bukan rekayasa
- Singkronis, yakni gambar harus singkron dengan berita yang diinformasikan
- Simbolis, yakni gambar harus menyimbolkan informasi yang disampaikan
- Ilustrasi, yakni gambar ilustrasi yang direkayasa berdasarkan peristiwa yang
sesungguhnya, bukan rekayasa imajiner atau khayalan
- Estetis, yakni gambar harus enak dilihat, baik dari sudut pandang, komposisi
maupun warna.
Hanya saja dari sisi suara, atmosfir lebih menonjol untuk menggambarkan
kenyataan yang sesungguhnya. Misalnya sebuah feature kisah tukang sapu jalanan. Suara
tikang sapu yang alami akan sangat bagus jika diperdengarkan dalam kemasan feature
ini. Demikian juga pada nyanyian pengamen jalanan. Bahkan pada bait-bait tertentu suara
mereka dilepas agar lebih berkesan. Adakalanya back sound digunakan suara musik atau
lagu-lagu tertentu yang sesuai. Misalnya feature tentang klenteng tua, maka back
soundnya menggunakan lagu-lagu cina, dan sebagainya.
MODEL RANCANGAN PROGRAM STRAIGHT NEWS

C. PENDAHULUAN

Televisi adalah media pandang-dengar. Artinya televisi adalah media yang


menyiarkan gambar dan suara sekaligus. Gambar bisa dipandang dengan enak dan suara
bisa didengar dengan enak pula. Dalam kaidah berita televisi dikenal adanya pepaduan
antara tiga hal utama yang harus singkron yakni antara gambar (video), narasi (naskah)
dan suara (suara dubbing) dan atau atmosfir yang terekam bersama dengan video.
Dalam berita televisi juga dikenal jenis-jenis berita televisi yang dapat dilihat dari
segi waktu penayangan, sehingga muncul berita harian atau daily news dan berita berkala
yang sifatnya mingguan sehingga muncul majalah udara atau news magazine.
Dari isi atau content beritanya, muncul pembagian kategori berita mendalam
(indepht news) yang terdiri dari berita investigative, berita komprehensif dan berita
interpretative.
Sedangkan dari sisi gaya penulisan penyajian, maka dapat dibagi menjadi gaya
penulisan langsung atau straight news dan gaya penulisan feature yang memang
penulisannya tidak langsung pada pokok persoalan.
Pada dasarnya pola berita televisi bisa dibilang banyak mangacu kepada pola
berita media cetak. Bisa jadi itu terjadi karena apa yang dikenal sebagai berita di pesawat
televisi sekarang ini, muncul setelah berita media cetak lebih akrab dikenal masyarakat.
Di Indonesia, dan bahkan di negara lain, pengelola berita televisi umumnya punya latar
belakang sebagai wartawan media cetak. Jadi tak aneh, pendekatannya banyak memakai
pendekatan media cetak.
Straight News dan Feature News juga lebih dulu dikenal di media cetak. Seperti
halnya di media cetak, apa yang disebut dengan straight news tak lain dari berita-berita
aktual yang disajikan secara cepat. Sedangkan feature news lebih menekankan aspek
pendalaman materi berita, human interest, dan bahkan sekarang ini yang sedang populer
di media tanah air, feature yang mengandung aspek investigasi.
Dengan posisinya sebagai media yang tidak mengenal waktu jam terbit seperti
halnya media cetak, straight news di televisi pasti dapat disajikan lebih cepat dan menarik
(tentu ada unsur visualnya), serta akurat (orang bisa melihat langsung faktanya)
dibandingkan media cetak. Bahkan, penonton di rumah dapat menyaksikan langsung apa
yang terjadi di tempat kejadian saat itu juga, dengan bantuan teknologi satelit. Sesuatu
yang pasti tidak bisa dilakukan oleh media cetak manapun.
Tapi di balik segala kelebihan teknologinya itu, proses penyajian berita televisi
harus dibuat dalam kondisi di bawah tekanan. Kecepatan, datangnya data dan fakta yang
terpotong-potong dan kurangnya background berita yang dimiliki reporter atau bahkan
produser, sering mengakibatkan berita yang disajikan kurang akurat. Kehadiran lebih dari
10 media televisi dengan bahan berita yang sama, mau tak mau mendorong setiap stasiun
televisi untuk menjadi yang lebih dulu menyajikan suatu berita. Akibatnya muncul
prinsip, yang penting menjadi televisi pertama yang menayangkan berita besar teraktual,
tak peduli akurasi datanya diragukan, bahkan dikira-kira.
Sebenarnya, televisi tidak perlu mau tampil sebagai pahlawan dengan menyajikan
data yang dikira-kira. Toh dengan menyajikan gambar secara langsung dari lokasi
kejadian penonotn sudah paham dahsyatnya sebuah peristiwa. Tapi dalam kenyataannya
itu sering kurang disadari. Tak ayal, sebuah serangan bom yang dampaknya demikian
nyata sangat dahsyat menjadi kurang menarik karena reporter atau presenter mereka-reka
siapa pelakunya, dan kadang juga jumlah korbannya.
Persaingan, juga menuntut pengelola berita televisi kreatif. Bila semua stasiun
sudah memiliki semuanya dalam mengelola program berita (memperoleh gambar tkp,
korban, dan tentu saja teknologi satelit atau SNG), maka berita seperti straight news pun
harus dibuat secara kreatif. Harus ada aspek human interest yang diangkat. Harus pula
ada sesuatu yang ekslusif disajikan. Maka jadilah sesungguhnya sebuah program berita
itu tidak melulu menjadi sebuah sajian straight news, tetapi juga mengandung unsur
feature juga.
Sekarang inipun hampir semua program di televisi Indonesia sudah
mencampurkan unsur straight (hard) news dengan feature. Berita tentang bencana
tsunami di Aceh tidak melulu diisi update peristiwanya, tetapi juga kesedihan keluarga
korban yang ditinggalkan setengah anggota keluarganya, nasib anak-anak dipengungsian,
hingga ulasan pakar mengapa tsunami yang terjadi di Aceh lebih parah. Semuanya itu
hanya dengan satu tujuan, memuaskan penontonnya dan merebut jumlah penonton
sebanyak-banyaknya.
Tidak hanya itu, pembahasan mendalam sebuah peristiwa atau topik tertentu, saat
ini cenderung diulas lebih lengkap dalam program berdurasi 30 sampai 60 menit. Disini
lagi-lagi paduan menyajikan berita yang keras (hard news), human interest, feature, dan
ekslusfitas tamu menjadi hal yang harus digarap bersama. Dengan kata lain, reporter atau
produserpun dituntut untuk dapat mengemas kesemua unsur tadi dalam sebuah program.
Kreatifitas awak berita televisi sekarang ini juga sangat tergantung kepada
kebijakan perusahaan. Perusahaan televisi sudah diketahui tidak hanya mengagungkan
idealisme, tetapi juga kepentingan bisnis. Akibat dari itu, format program bahkan sampai
ke pemilihan topik sangat tergantung pada kebijakan tersebut. Jadilah seperti halnya
program hiburan, program beritapun mengikuti trendnya. Pernah berita televisi begitu
didominasi berita kriminal, pernah pula banyak menyajikan politik, dan kini berita
hiburan menyangkut kegiatan para selebritis. Sekali lagi tujuannya satu, memuaskan
penontonnya. Atau dengan kata lain mengikuti selera pasar.

B. KAIDAH PROGRAM STRAIGH NEWS

Dalam konteks dimana informasi harus segera sampai kepada pemirsa, maka
model penulisan berita straight news adalah yang paling tepat dipakai. Pemirsa ingin
segera tahu apa sebenarnya yang terjadi. Maka tidak heran jika gaya straight news juga
disampaikan pada berita harian hingga berita yang ditayangkan setiap jam sekali. Di
metro tv ada headline news, di RCTI ada Sekilas Info, dan di antv ada Aktualita.
Jenis berita yang ditulis dengan gaya langsung pada persoalan adalah berita-berita
hard news yakni berita-berita yang keras, seperti kekerasan, kejahatan, kesengsaraan,
konflik, kemiskinan, penderitaan, bencana dan sebagainya. Berita-berita politik, ekonomi,
dan keamanan juga disampaikan dengan gaya straight news, langsung pada persoalan. Isi
beritanya hanya pokok-pokoknya saja, namun tetap lengkap memenuhi unsur 5W + 1H.,
yakni What, When, Where, Why, Who, dan How.

Dari semua jenis berita, penulisannya harus memperhatikan:


- Accuracy (cermat, teliti, benar, akurat)
- Briefity (ringkas, singkat)
- Clarity (jelas)
- Simplicity (sederhana)
- Sincerity (dapat dipercaya)

Bahasa yang digunakan juga benar, tepat dan tidak mengundang berbagai
penafsiran. Bahasa jurnalisme televisi harus pendek, menggunakan kalimat aktif positif,
hilangkan kata yang mubazir dan kata asing yang sukar dimengerti. Ingatlah bahwa
bahasa televisi adalah bahasa yang langsung didenar dan dilihat, jadi tidak ada
kesempatan untuk merenungkan, apalagi membuka kamus untuk mencari artinya.

Contoh berita straight news:

RIBUAN MAHASISWA SEJABOTABEK HARI INI BERUNJUK RASA DI


GEDUNG DPR RI JAKARTA// MEREKA MENUNTUT
PEMERINTAH MENGHAPUSKAN SPP ATAU SUMBANGAN
PERBAIKAN PENDIDIKAN//
---------------VTR-----------------
PARA MAHASISWA YANG BERUNJUK RASA ITU ANTARA LAIN
TERDIRI DARI UNIVERSITAS INDONESIA / UNIVERSITAS
TRISAKTI DAN IKIP JAKARTA// DALAM ORASINYA MEREKA
MENDESAK PEMERINTAH MENGHAPUSKAN SPP KARENA
DIRASA MEMBERATKAN// MENURUT PENGUNJUK RASA/
DALAM SITUASI KRISIS YANG BERKEPANJANGAN/ BANYAK
MAHASISWA TAK DAPAT MELANJUTKAN KULIAH KARENA
TIDAK MEMILIKI BIAYA// DI IKIP JAKARTA TERDAPAT 10
PERSEN MAHASISWA PUTUS KULIAH/ DI UNIVERSITAS
INDONESIA JUMLAH YANG PUTUS KULIAH SEBANYAK 15
PERSEN//
DSB .......
CONTOH LAIN:

PULUHAN WARIA MALAM TADI MENDEKAM DI TAHANAN POLSEK


SETIABUDI SETELAH TERTANGKAP POLISI KETIKA
MENJALANKAN AKSI BUGIL/ DI KAWASAN TAMAN LAWANG
JAKARTA PUSAT// MEREKA HARI INI AKAN MENJALANI
SIDANG KILAT DENGAN TUDUHAN MENGGANGGU
KETERTIBAN UMUM//
-----------------------VTR---------------------------
SEBANYAK 50 WARIA INI DITANGKAP PETUGAS POLSEK SETIABUDI
DALAM SEBUAH OPERASI TERPADU ANTARA POLISI DAN
POLISI PAMONG PRAJA JAKARTA PUSAT// MENURUT POLISI
TINDAKAN INI JUGA SEBAGAI BENTUK TANGGAPAN POLISI
YANG MENERIMA KELUHAN MASYARAKAT BAHWA GERAK-
GERIK MEREKA SANGAT MENGGANGGU KETERTIBAN DI
JALAN// BAHKAN ACAPKALI DI ANTARA MEREKA
MELAKUKAN KEJAHATAN TERHADAP PENGENDARA MOTOR
DAN MOBIL YANG MENGHAMPIRI MEREKA// DARI TANGAN
PARA WARIA/ POLISI MENEMUKAN SEJUMLAH SENJATA
TAJAM SEPERTI PISAU LIPAT/ PISTOL MAINAN DAN PALU//
DAN SETERUSNYA .....

C. KAIDAH GAMBAR STRAIGH NEWS

Yang membedakan berita straight news dan feature adalah pada gambarnya yang
disajikan. Dalam penyajian straight news, maka gambar lebih baik diambil cut to cut dan
dinamis sifatnya. Hindari gambar-gambar yang banyak panning dan tilt up maupun tilt
down, karena akan memakan durasi dan mengurangi ragam gambar yang dibutuhkan. Ini
berbeda dengan feature yang justru kebalikannya.
Gambar-gambar dalam feature karena kebanyakan bercerita keindahan atau ingin
memotert sesuatu, maka gambar pan baik kekanan maupun ke kiri akan lebih
menjelaskan objek yang sedang dibicarakan. Juga dengan gambar-gambar zoom in
maupun zoom out akan memiliki pesan dan kesan khusus pada objek yang dibicarakan.
Apalagi dalam feature ada musik yang biasanya akan mengiringi naskah yang didubbing,
maka gambar yang lembut dan soft makin enak dilihat.
Secara umum, konsep gambar berita televisi baik straight news maupun feature
sama saja. Yakni
- Aktualitas, artinya gambar harus baru, actual dan bukan rekayasa
- Singkronis, yakni gambar harus singkron dengan berita yang diinformasikan
- Simbolis, yakni gambar harus menyimbolkan informasi yang disampaikan
- Ilustrasi, yakni gambar ilustrasi yang direkayasa berdasarkan peristiwa yang
sesungguhnya, bukan rekayasa imajiner atau khayalan
- Estetis, yakni gambar harus enak dilihat, baik dari sudut pandang, komposisi
maupun warna.
Hanya saja dari sisi suara, atmosfir lebih menonjol untuk menggambarkan
kenyataan yang sesungguhnya. Misalnya sebuah feature kisah tukang sapu jalanan. Suara
tikang sapu yang alami akan sangat bagus jika diperdengarkan dalam kemasan feature
ini. Demikian juga pada nyanyian pengamen jalanan. Bahkan pada bait-bait tertentu suara
mereka dilepas agar lebih berkesan. Adakalanya back sound digunakan suara musik atau
lagu-lagu tertentu yang sesuai. Misalnya feature tentang klenteng tua, maka back
soundnya menggunakan lagu-lagu cina, dan sebagainya.

You might also like