You are on page 1of 19

PENERAPAN KESETIMBANGAN

BENDA TERAPUNG
Mata Kuliah Mekanika Fluida

Oleh:

1. Annida Unnatiq Ulya 21080110120028


2. Pratiwi Listyaningrum 21080110120030

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

2010

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkah
dan rahmat-Nya, kami kelompok 21, dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Mekanika
Fluida tentang Penerapan Kesetimbangan Benda Terapung.

Makalah ini berisikan penjelasan mengenai contoh dan penerapan Kesetimbangan


Benda Terapung sesuai dengan prinsip-prinsip Kesetimbangan Benda terapung yang telah
dibahas pada bab sebelumnya.

Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat kami nantikan.
Kami berharap makalah ini dapat memberikan manfaat dan diharapkan dapat
mempermudah mahasiswa lain dalam memahami materi Kesetimbangan Benda Terapung.

Semarang, 17 Maret 2011

Penulis

2
DAFTAR ISI

Halaman Judul ................................................................................................... 1

Kata Pengantar..................................................................................................... 2

Daftar Isi.............................................................................................................. 3

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang................................................................................... 4

1.2 Tujuan................................................................................................ 4

1.3 Ruang Lingkup Teori......................................................................... 4

BAB II. ISI

2.1 Kesetimbangan Benda Terapung....................................................... 5

2.2 Penerapan Kesetimbangan Benda Terapung..................................... 8

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ....................................................................................... 17

3.2 Saran ................................................................................................. 17

Daftar Pustaka...................................................................................................... 18

3
4
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kehidupan sehari-hari manusia tidak terpisahkan dengan adanya penerapan


berbagai ilmu pengetahuan yang sangat menunjang dan mempermudah kegiatan yang
dilakukan. Seperti halnya dengan perhitungan dan penelitian yang matang berdasarkan
prisip-prinsip keilmuan dalam ilmu Mekanika Fluida telah memberikan manfaat yang luar
biasa. Berbagai alat dibuat berdasarkan prinsip-prinsip mekanika fluida, tentu alat-alat alat
tersebut berhubungan dengan fluida dan sifat-sifatnya. Hubungannya dengan ilmu
Mekanika fluida, dalam makalah ini dijelaskan mengenai penerapan kesetimbangan benda
terapung dan penyebab-penyebabnya.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini untuk memberikan gambaran tentang
prinsip kesetimbangan benda terapung dan penerapannya sehingga dapat menambah
pemahaman terhadap materi tersebut.

1.3 Ruang Lingkup Teori

Membicarakan suatu benda, penerapan kesetimbangan benda terapung dalam


makalah ini berdasar pada prinsip Archimedes mengenai stabilitas benda terapung dalam
fluida.

5
BAB II

ISI

2.1. Kesetimbangan Benda Terapung

Membicarakan kesetimbangan benda terapung maka kita akan merujuk pada


prinsip Archimedes, yakni:

“The buoyant force acting on a body immersed in a fluid is equal to the


weight of the fluid displaced by the body, and it acts upward through the centroid of
the displaced volume.”

‘Gaya apung yang bekerja pada benda yang terbenam di dalam zat cair memiliki
kesesuaian dengan berat zat cair yang berpindah dari benda, dan bereaksi memberikan
tekanan keatas melewati pusat volumenya.’

atau lebih mudah dikenal dengan bunyi:

"Gaya apung memiliki besar sama dengan berat fluida yang dipindahkan oleh benda
dan mengarah vertikal ke atas."

Sebuah benda dikatakan stabil apabila benda tersebut kembali ke posisi


kesetimbangannya semula apabila benda tersebut diusik (meskipun sedikit). Untuk benda
terapung, masalah kestabilan lebih rumit karena jika benda berotasi, lokasi dari pusat
apungnya bisa berubah

6
Pada prinsip kesetimbangan benda terapung kita juga mengenal adanya metacenter
M yang merupakan titik pertemuan garis-garis yang bekerja pada gaya apung sebelum dan
setelah rotasi benda tersebut atau titik perpotongan antara sumbu vertikal dengan garis
vertikal yang melalui centre of buoyancy* pada saat menempati kedudukan barunya (pada
saat miring).

(Kondisi stabilitas benda terendam maupun terapung dapat diketahui berdasarkan tinggi metasentrumnya
(M).)

7
Sehingga benda terapung akan dikatakan:

a. Stabil, apabila titik M (metacenter) berada diatas titik G (gravitasi) atau berat
benda yang terapung berada di bagian bawah dan pusat gravitasi G berada tepat
secara langsung dibawah pusat daya apung B (buoyancy).

b. Tidak stabil, apabila titik M (metacenter) berada dibawah titik G (gravitasi).

Apabila sebuah benda terapung di tinggi-rendahkan pada garis vertikal, maka


benda tersebut akan kembali pada posisi awalnya atau aslinya. Ukuran kesetimbangan
untuk benda terapung adalah GM (metacentric height) yakni jarak antara pusat gravitasi
dan metacenter. Jadi, semakin luas GM, maka benda yang terapung tersebut akan semakin
stabil.

Berikut dapat dinyatakan rumus awal dari gaya apung,

dari gambar diatas didapatkan:

* "Gaya apung yang melewati pusat massa dari volume yang dipindahkan" di sebut center of
bouyancy

8
2.2. Penerapan Kesetimbangan Benda Terapung

Dari pembahasan sekilas mengenai prinsip kesetimbangan benda terapung, kita


dapat melakukan penerapan pada benda. Penerapan kesetimbangan benda terapung paling
mudah kita temukan yakni pada perahu atau kapal.

Pembuatan lambung perahu atau kapal


tentu saja dengan perhitungan yang teliti
mengenai kesetimbangan sehingga kapal
tersebut akan aman untuk digunakan saat
berlayar. Gaya apung dan gaya berat kapal
harus berada pada garis yang sama sehingga
didapatkan momen nol.

Ket:

a. M.C : metacenter d. FB: gaya apung

b. c.g : pusat gravitasi e. : pusat/titik apung


C.B

c. W: gaya berat benda f. BM: jarak metacenter dan buoyancy

Pada gambar (A). Kapal dalam keadaan setimbang ,dengan syarat/ketentuan centre
of gravity – nya berada diatas centre of buoyancy dan dalam satu garis lurus. Garis lurus
yang melalui kedua titik tersebut dinamakan : Sumbu vertikal (vertical axis) dari benda
tersebut/kapal.

9
Pada gambar (B). Jika kapal diputar sedikit maka centre of buoyancy-nya akan
berubah letaknya karena fluida yang dipindahkan volume akan berubah/baik bentuk
maupun besarnya. Akibatnya, gaya berat dan gaya buoyancy akan membentuk momen
kopel untuk mengembalikan kapal pada posisi seimbang.

Sebuah kapal dapat berada dalam posisi sudut kemiringan maksimal tanpa terbalik,
namun apabila melebihi sudut tersebut ia dapat tenggelam. Selain itu, suatu benda
terapung (kapal) akan kembali pada posisi titik kesetimbangannya setelah menerima
gangguan dalam suatu batas tertentu. Jika gelombang gangguan terlalu besar maka benda
tersebut tidak akan kembali pada posisi kesetimbangannya. Situasi ini dideskripsikan
sebagai kesetimbangan dapat terjadi pada batas level gangguan tertentu, namun akan
menjadi tidak stabil apabila melebihinya.

Menurut Archimedes, besar gaya apung pada suatu benda, sangat dipengaruhi oleh
volume benda yang tercelup ke dalam air. Semakin besar volume benda yang tercelup
semakin besar gaya apungnya. Suatu kapal besar dapat mengapung karena gaya apungnya
sangat besar (ini disebabkan karena ukuran kapal yang besar sehingga volume kapal yang
tercelup sangat besar). Disamping itu gaya apung juga dipengaruhi oleh kerapatan
(densitas atau massa jenis) dari cairan. Semakin besar massa jenis cairan semakin besar
gaya apungnya.

Kita mengetahui bahwa apabila massa jenis suatu benda lebih kecil dari massa
jenis fluida cair, maka benda akan terapung. Sebaliknya jika masa jenis suatu benda lebih
besar dari masa jenis fluida cair maka benda tersebut akan tenggelam. Jika kita meninjau
sebuah kapal laut yang sebagian besar terbuat dari logam,. Massa jenis besi dan baja =
7800 kg/m3 sedangkan masa jenis air = 1000 kg/m3. Tampak bahwa kerapatan besi dan
baja lebih besar dari kerapatan air.

Namun kapal tidak tenggelam dan dapat terapung.


Karena di dalam konstruksi sebuah kapal, khususnya
yang tercelup di dalam air dibuat berongga. Dengan
demikian jika dibandingkan dengan kerapatan air,
sebenarnya kerapatan total konstruksi kapal jauh
lebih kecil. Jadi sebagian besar ruang di konstruksi
kapal yang tercelup dalam air diisi oleh udara.
Dengan demikian kapal memiliki cadangan gaya

10
apung yang lebih disamping ”ruangan” yang demikian luas beserta rongga berisi udara
yang menjadikan ”volume” kapal laut menjadi sedemikian besar dan mengakibatkan
massa jenisnya menjadi lebih kecil.

Massa jenis adalah Massa dibagi volumenya: ,

2.2.1. Titik-titik Penting dalam Stabilitas Kapal:

Titik-titik penting dalam stabilitas antara lain adalah titik berat (G), titik apung (B) dan
titik M.

M - Metacenter
G – Titik berat (Centre of Gravity)
B – Titik apung (Centre of Buoyancy)
K – Lunas/Keel

1. Titik Berat (Centre of Gravity)

Titik berat (center of gravity) dikenal dengan titik G dari sebuah kapal, merupakan
titik tangkap dari semua gaya-gaya yang menekan ke bawah terhadap kapal. Letak titik G
ini di kapal dapat diketahui dengan meninjau semua pembagian bobot di kapal, makin
banyak bobot yang diletakkan di bagian atas maka makin tinggilah letak titik G-nya.

11
Secara definisi, titik berat (G) ialah titik tangkap dari semua gaya–gaya yang
bekerja ke bawah. Letak titik G pada kapal kosong ditentukan oleh hasil percobaan
stabilitas. Perlu diketahui bahwa, letak titik G tergantung daripada pembagian berat di
kapal. Jadi selama tidak ada berat yang di geser/ditambah/dikurangi, titik G tidak akan
berubah walaupun kapal oleng atau mengangguk/trim.

2. Titik Apung (Centre of Buoyance)

Titik apung (center of buoyance) dikenal dengan titik B dari sebuah kapal,
merupakan titik tangkap dari resultan gaya-gaya yang menekan tegak ke atas dari bagian
kapal yang terbenam dalam air.

Titik tangkap B bukanlah merupakan suatu titik yang tetap, akan tetapi akan
berpindah-pindah oleh adanya perubahan sarat dari kapal. Dalam stabilitas kapal, titik B
inilah yang menyebabkan kapal mampu untuk tegak kembali setelah mengalami senget
(kemiringan kapal). Letak titik B tergantung dari besarnya senget kapal (bila senget
berubah maka letak titik B akan berubah / berpindah. Bila kapal menyenget titik B akan
berpindah kesisi yang rendah.

3. Titik Metasentris

Titik metasentris atau dikenal dengan titik M dari sebuah kapal, merupakan sebuah
titik semu dari batas di mana titik G tidak boleh melewati di atasnya agar supaya kapal

12
tetap mempunyai stabilitas yang positif (stabil). Meta artinya berubah-ubah, jadi titik
metasentris dapat berubah letaknya dan tergantung dari besarnya sudut senget.

Apabila kapal senget pada sudut kecil (tidak lebih dari 150), maka titik apung B
bergerak di sepanjang busur di mana titik M merupakan titik pusatnya di bidang tengah
kapal (centre of line) dan pada sudut senget yang kecil ini perpindahan letak titik M masih
sangat kecil, sehingga masih dapat dikatakan tetap.

2.2.2 Ukuran yang digunakan dalam perhitungan stabilitas antara lain:

a) KG – Adalah tinggi titik berat ke lunas/jarak/letak titik berat terhadap lunas

Nilai KB untuk kapal kosong diperoleh dari percobaan stabilitas (inclining experiment),
selanjutnya KG dapat dihitung dengan menggunakan dalil momen. Nilai KG dengan dalil
momen ini digunakan bila terjadi pemuatan atau pembongkaran di atas kapal dengan
mengetahui letak titik berat suatu bobot di atas lunas yang disebut dengan vertical centre
of gravity (VCG) lalu dikalikan dengan bobot muatan tersebut sehingga diperoleh momen
bobot tersebut. Selanjutnya jumlah momen-momen seluruh bobot di kapal dibagi dengan
jumlah bobot dan menghasilkan nilai KG pada saat itu.

Di mana,

∑M = Jumlah momen (ton)

∑W = jumlah perkalian titik berat dengan bobot benda (m ton)

b) KM – adalah tinggi / jarak metacenter dari lunas.

13
KM ialah jarak tegak dari lunas kapal sampai ke titik M, atau jumlah jarak dari lunas ke
titik apung (KB) dan jarak titik apung ke metasentris (BM), sehingga KM dapat dicari
dengan rumus:

KM = KB + BM

Diperoleh dari diagram metasentris atau hydrostatical curve bagi setiap sarat (draft) saat
itu.

c) GM – Tinggi Metacentric:

Tinggi metasentris atau metacentris high (GM) yaitu jarak tegak antara titik G dan titik M.
Dari rumus disebutkan:

GM = KM – KG

GM = (KB + BM) – KG

Nilai GM inilah yang menunjukkan keadaan stabilitas awal kapal atau keadaan stabilitas
kapal selama pelayaran nanti

d) BM – Radius Metacentric:

BM dinamakan jari-jari metasentris atau metacentris radius karena bila kapal mengoleng
dengan sudut-sudut yang kecil, maka lintasan pergerakan titik B merupakan sebagian
busur lingkaran di mana M merupakan titik pusatnya dan BM sebagai jari-jarinya. Titik M
masih bisa dianggap tetap karena sudut olengnya kecil (100-150). Lebih lanjut dijelaskan
bahwa:

Di mana :

b = lebar kapal (m)

d = draft kapal (m)

e) KB (Tinggi Titik Apung dari Lunas)

14
Letak titik B di atas lunas bukanlah suatu titik yang tetap, akan tetapi berpindah-pindah
oleh adanya perubahan sarat atau senget kapal. Menurut Rubianto (1996), nilai KB dapat
dicari:

Untuk kapal tipe plat bottom, KB = 0,50d

Untuk kapal tipe V bottom, KB = 0,67d

Untuk kapal tipe U bottom, KB = 0,53d

Di mana d = draft kapal

Dari diagram metasentris atau lengkung hidrostatis, di mana nilai KB dapat dicari pada
setiap sarat kapal saat itu

2.2.3 Segitiga stabilitas

(Lengan penegak pada saat kapal senget)

Bila suatu kapal senget maka titik apung akan bergerak sedangankan titik berat
(gravitasi) tidak berubah. Karena gaya apung dan gravitasi sama besar dan searah, tetapi
kalau kapal miring akan membentuk dua gaya yang paralel dengan arah yang berlawanan,
mengakibatkan terjadi rotasi. Rotasi ini mengakibatkan kapal kembali ke posisi semula
karena gaya apung dan gravitasi sama besar berlawanan arah akan saling menutup. Hal ini
dikatakan sebagai pasangan (coupled) karena kedua gaya yang bekerja menghasilkan
rotasi. Rotasi inilah yang menyebabkan terjadi keseimbangan kapal.

(Segitiga gaya apung, gravitasi dan lengan penegak)

15
Jarak antara gaya apung dan gravitasi disebut sebagai lengan penegak. Pada
gambar di atas lengan penegak merupakan garis yang ditarik dati titik gravitasi ke vektor
gaya apung kapal. Untuk kemiringan yang kecil (0o sampai 7o ke 10o, metacenter tidak
berubah), nilai lengan penegak (GZ) dapat diperoleh secara trigonometry.

Dengan menggunakan fungsi sinus untuk mendapatkan lengan penegak:

Dengan stabilitas awal (0o sampai 7o-10o) metacenter tidak berubah, dan fungsi sinus
hampir linier (garis lurus) Oleh karena itu Lengan Penegak kapal < GZ proporsional
terhadap ukuran tinggi metacenter, GM. Sehingga GM adalah ukuran awal stabilitas kapal

Momen Penegak (Righting Moment/RM)

Moment penegak adalah ukuran stabilitas kapal terbaik. Menjelaskan kenapa kapal bisa
mengatasi kemiringan dan kembali ke titik keseimbangan/stabilitas. Moment penegak
adalah sama dengan lengan penegak dikali displacement kapal.

Contoh:

Suatu kapal mempunyai displacement sebesar 6000 LT dan mempunyai lengan penegak
sebesar 2.4 FT bila dimiringkan 40 derajat. Berapa momen penegak kapal?

RM = 2.4 FT x 6000 LT

RM = 14,400 FT-Tons (disebut "foot tons")

Atau dalam ukuran metrik

RM = 0,73 M x 6000LT

RM =4384 M-ton

2.2.4 Kondisi Stabilitas

Posisi Titik gravitasi dan Metacentre menunjukkan indikasi awal stabilitas kapal. Kalau
terjadi permasalahan yang mengganggu stabilitas kapal maka dikelompokkan dalam:

Kondisi stabilitas Gambar

16
Stabilitas positif

Metacenter berada diatas titik grafitasi. Kalau kapal


senget atan membentuk lengan penegak, yang
mendorong kapal tegak kembali

Stabilitas netral

Metacenter berhimpit dengan titik grafitasi. Kalau kapal


senget tidak membentuk lengan penegak, sampai
metacenter berpindah setelah senget 70 – 100

Stabilitas negatip

Titik gravitasi kapal berada di atas metacenter, bila


kapal senget lengan penegak negatif terbentuk yang
akan mengakibatkan kapal terbalik.

17
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa :

3.1.1 Setiap benda terapung selalu berprinsip pada hukum Archimedes


dan prinsip kesetimbangan.

3.1.2 Penerapan kesetimbangan benda terapung terdapat pada alat-alat


transportasi laut, seperti kapal dan perahu.

3.1.3 Posisi titik gravitasi dan metacentre menunjukkan indikasi awal


stabilitas kapal

3.2. Saran

Pembuatan lambung perahu atau kapal hendaknya dengan perhitungan yang teliti
mengenai kesetimbangan sehingga kapal tersebut akan aman untuk digunakan saat
berlayar.

18
DAFTAR PUSTAKA

Shames, Irving H. 2003. Mechanics Of Fluids. New York: Mc Graw-Hill

Streeter, Victor L dan E. Benjamin Wylie. Mekanika Fluida Jilid 1. Jakarta: Erlangga

19

You might also like