You are on page 1of 6

Bab III

Sumber hukum islam merupakan dasar atau referensi untuk menilai


apakah perbuatan manusia sebagai syariah (ketentuan yang digariskan oleh
Allah SWT) atau tidak. Sumber hukum Islam yang telah disepakati jumhur
(sunahnya) ulama ada empat, yaitu Al-Quran, As-Sunnah, Ijmak, dan Qiyas (Qs
4:59).

Urutan prioritas pengambilan sumber hukum:

Al-Quran

As-Sunnah

Ijamak (Mujtahid)

Qiyah

Al-Quran

Al-Quran adalah kalam Allah, dalam bahasa Arab sebagai sebuah mukjizat
yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui utusan Allah Malaikat
Jibril a.s untuk digunakan sebagai pedoman hidup bagi manusia dalam
menggapai kebahagiaan hidup didunia dan di akhirat.

Ada dua alasan mengapa Al-Quran diturunkan secara berangsur-angsur:

1. Untuk Menguatkan hati

Berupa kesenangan rohani (spiritual) agar nabi selalu tetap merasa


senang dapat berkomunikasi dengan Allah, dan menghujamkan Al-Quran
serta hukum-hukumnya di dalam jiwa Nabi dan jiwa manusia umumnya,
sekaligus menjelaskan jalan untuk memahaminya.

2. Untuk menartilkan Al-Quran

Karena kondisi umat ketika Al-Quran diturunkan adalah ummiy, sementara


Allah SWT menghendaki Al-Quran dapat dihafal dan diresapi agar secara
berkesinambungan dapat tetap terpelihara keasliannya sampai hari
kiamat. Turunnya Al-Quran secara berangsur-angsur merupakan salah
satu cara untuk itu, sehingga memudahkan Nabi dan para sahabat untuk
menghafalnya.

Mukjizat Al-Quran

1. Keindahan Seni bahasa Al-Quran (balaghah)

2. Kebenaran pemberitaan Al-Quran

3. Pemberitaan Al-Quran

4. Kandungan Al-Quran

Fungsi Al-Quran

1. Sebagai pedoman hidup

2. Sebagai rahmat bagi alam semesta

3. Sebagai cahaya petunjuk

4. Sebagai peringatan

5. Sebagai penerang dan pembeda

6. Sebagai pelajaran

7. Sebagai sumber ilmu

8. Sebagai hukum

9. Sebagai obat penyakit jiwa

10.Sebagai pemberi kabar gembira

11.Sebagai pedoman melakukan pencatatan

Al-Quran sebagai sumber hukum


Al-Quran dijadikan sebagai sumber hukum yang utama, karena Al-Quran
berasal dari Allah SWT yang Maha mengetahui apa yang terbaik bagi manusia
dalam menata kehidupannya sehingga selamat didunia dan akhirat. Al-Quran
memuat seluruh aspek hukum terkait dengan akidah, syariah, dan akhlak serta
terjaga keaslian dan keotentikannya.

As-Sunah

Ialah ucapan, perbuatan serta ketetapan-ketetapan nabi Muhammad SAW


yang merupakan sumber hukum Islam kedua setelah Al-Quran. Dalam banyak
hal, Al-Quran baru menjelaskan prinsip-prinsip umum yang bersifat global dan
universal. Oleh karena itu, salah satu fungsi As-Sunah adalah untuk menjelaskan
dan menguraikan secara lebih terinci prinsip-prinsip yang telah disebutkan
dalam Al-Quran dengan contoh-contoh aplikatif. Selain itu, As-Sunah bisa juga
membatasi ketentuan Al-Quran yang bersifat umum dan bahkan bisa
menetapkan hukum yang tidak ada dalam Al-Quran.

Periwayatan Hadis

Ulama mengelompokkan hadis menjadi tiga, yaitu:

1. Hadis Mutawattir

2. Hadis Masyhur

3. Hadis Ahad

Fungsi As-Sunah

As-Sunah berfungsi sebagai penopang dan penyempurna Al-Quran dalam


menjelaskan hukum-hukum syara’. Oleh karena itu, imam syafi’i dalam
menerangkan Al-Quran dan As-Sunah tidak menguraikan secara terpisah.
Keduanya merupakan satu kesatuan dalam kaitannya dengan kepentingan
istidlal (penarikan kesimpulan hukum bukan nash langsung) dan dipandang
sebagai sumber pokok yang satu yakni nash.

Fungsi As-Sunah, antara lain

1. Menguatkan hukum yang telah ditetapkan dalam Al-Quran

2. Memberikan keterangan ayat-ayat Al-Quran dan menjelaskan rincian ayat-


ayat yang masih bersifat umum

3. Membatasi kemutlakannya

4. Menkahiskan/mengkhususkan keumumannya

5. Menciptakan hukum baru yang tidak ada di dalam Al-Quran

As-Sunnah sebagai sumber hukum

Ketaatan kepada Allah harus diikuti dengan ketaatan kepada Rasul.


Sebaliknya, ketaatan kepada Rasul harus diikuti pula dengan ketaatan kepada
Allah SWT, sehingga keduanya merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan.

Ijmak

Ijmak adalah kesepakatan para mujtahid dalam suatu masa setelah


wafatnya Rasulullah SAW, terhadap hukum syara’ yang bersifat praftis (‘amaliy)
dan merupakan sumber hukum ketiga setelah Al-Quran dan As-Sunnah. Alasan
dapat digunakannya Ijmak sebagai sumber hukum Islam adalah sebagai berikut:

1. Hadis-hadis yang menyatakan bahwa umat Muhammad tidak akan


bersepakat terhadap kesesatan.

2. Mengikuti jalan akidah orang bukan mukmin adalah haram, karena


menentang Allah SWT dan Rasu, dan diancam neraka jahanam.

Tingkatan Ijmak
Menurut imam Syafi’i tingkatan Ijmak adalah sebagai berikut;

1. Ijmak sharih

2. Ijmak sukuti

3. Ijmak pada permasalahan pokok

Faktor-faktor yang harus terpenuhi sehingga Ijmak dapat dijadikan sebagai dasar
hukum adalah sebagai berikut

1. Pada masa terjadinya peristiwa itu harus ada beberapa orang mujtahid

2. Kesepakatan itu haruslah yang bulat

3. Seluruh mujtahid menyetujui hukum syara’ yang telah mereka putuskan


itu dengan tidak memangdang negara, kebangsaan, dan golongan mereka

4. Kesepakatan itu diterapkan secara tegas terhadap peristiwa tersebut baik


lewat perkataan maupun perbuatan

Qiyas

Qiyas menurut bahasa ialah pengukuran sesuatu dengan yang lainnya


atau penyamaan sesuatu dengan sejenisnya. Menurut terminologinya qiyas
secara umum adalah suatu proses penyikapan kesamaan hukum suatu kasus
yang tidak disebutkan dalam suatu nash baik di Al-quran maupun di As-Sunah
dengan suatu hukum yang disebutkan dalam nash karena ada kesamaan dalam
alasannya.

Qiyas dapat dijadikan sumber hukum jika memenuhi persyaratan sebagai


berikut.

1. Sepanjang mengacu dan tidak bertentangan dengan Al-Quran dan As-Sunah,


qiyas diperlukan karena nash-nash dalam Al-Quran dan As-Sunah itu
universal dan global sedangkan kejadian pada manusia itu berkembang terus

2. Qiyas juga sesuai dengan logika yang sehat


Ketetapan hukum berdasarkan alasan, merupakan isyarat Al-Quran
tentang keharusan menggunakan qiyas dalam kasus-kasus yang tidak ada
nashnya. Apabila tidak dipahami demikian, maka perintah-perintah Allah SWT itu
hanya bernilai ibadah tanpa semangat rasionalisme, sedangkan Allah SWT tidak
mengehendaki hal ini. Oleh karena itu, wajib menganalogikan sesuatu yang tak
ada dalil hukumnya dengan sesuatu yang ada nash hukumnya.

You might also like