You are on page 1of 35

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI “N” DENGAN LABIO PALATO SKIZIS

DI RUMAH SAKIT UMUM HAJI MAKASSAR

TANGGAL 1 SEPTEMBER 2010

Oleh :

PRAMITA

BD.0802079

AKADEMI KEBIDANAN SYEKH YUSUF GOWA

TAHUN 2010
DAFTAR ISI

BAB I.PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah .....................................................................


B. Ruang lingkup penulisan ...................................................................
C. Tujuan penulisan ...............................................................................
D. Manfaat penulisan ............................................................................
E. Metode penulisan .............................................................................

BAB II.TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan umum tentang kelainan kongenital .....................................


B. Tinjauan khusus tentang kelainan kongenita ...................................
C. Manajemen asuhan kebidanan .........................................................

BAB III.STUDI KASUS

A. Identifikasi dan analisa data dasar ..................................................


B. Identifikasi diagnosa / masalah aktual ...........................................
C. Isentifikasi diagnosa /masalah potensial .......................................
D. Perlunya tindakan segera dan kolaborasi .....................................
E. Rencana asuhan kebidanan ..........................................................
F. Pelaksanaan tindakan asuhan kebidanan ....................................
G. Evaluasi asuhan kebidanan ..........................................................
H. Pendokumentasian asuhan kebidanan .........................................

BAB.IV PEMBAHASAN

A. Langkah I identifikasi data dasar ...............................................


B. Langkah II identifikasi diagnosa /masalahaktual.........................
C. Langkah III identifikasi diagnosa masalahpotensial...................
D. Langkah IV perlunya tindakan segera dan kolaborasi ...............
E. Langkah V rencana asuhan kebidanan ......................................
F. Langkah VI pelaksanaan tindakan asuhan kebidanan ...............
G. Langkah VII evaluasi .................................................................

BAB. V PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................
B. Saran .........................................................................................

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................


BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar belakang

Dalam visi dan misi Indonesia sehat 2010 yang dituangkan dalam konteks
pembangunan nasional, dijelaskan bahwa kesehatan seharusnya menjdi landasan dan
pertimbangan PKK. Selain wawasan kesehatan belum menjadikanazas pemvangunan
nasional dan belum menjadi salah satu kriteria kumci penentu layak tidaknya suatu upaya
pembangunan masalah kesehatan, akan tetapi menjdi isu nasional yang serius.
Pembangunan kesehatan tanpa disertai upaya kesehatan itu sendiri sebagai azas
pembangunan akan tergilas oleh laju pembangunan yang semakin cepat dan sering kali
tanpa pertimbangan ddampak hidup trhadap masyareakat (Depkes Indonesia Sehat 2010).

Secara global, world Health Organisation (WHO) memperkirakan kurang lebih 8 juta
kematian perinatal terjadi setiap tahunnya. Dari jumlah tersebut sekitar 85% kematian bayi
baru lahir terjadi akibat infeksi, asfiksia saat lahir dan cacat saat lahir(Varney, 2007 hal 57)

Menurut Retayasa pada tahun 2006 jumlah kematian bayi baru lahir masih tinggi di
tingkat ASEAN antara lain Malaysia 175 per 1000 kelahiran hidup, thailad 70 per 1000
kelahiran hidup, sedangkan di Indonesia sendiri menempati posisi tertinggi berkisar 356 per
1000 kelahiran hidup, yang mana disebabkan oleh asfiksia 44%, BBLR 17%,tetanus
10%,sisanya infeksi dan masalah gizi (http//www/depkes.go.id.online.diakes 26 juni 2009).

Kemungkinan semua karakteristik manusia mempunyai komponen genetik, termasuk


yang menghasilkan gejala atau kelainan fisik yang tidak diharapkan, yang merusak
kesehatan individu. Beberapa penyakit muncul berdasarkan kerja suatu gen atau kerja
kombinasi banyak gen yang diturunkan dari orang tua. Penyakit lain merupakan pengaruh
lingkungan pada kombinasi genetik individu. Suatu penyakit atau gangguan yang bissa
ditularkan dari generasi ke generasi selanjutnya dinamakan genetik atau hereditas. (Bobak,
Lowdermilk, dan Jensen 2002 hal 910-921).

Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi-Selatan


tahun 2008 tercatat jumlah kematian bayi 547 kasus yang disebabkan oleh BBLR
248(45,34%), Asfiksia 149 (27,24%), Tetanus Neonatorum 3 (0,55%)dan lain-lain
147(26,87%). (Profil Dinas Kesehatan Sulawesi-Selatan 2008).

Berdasarkan data diperoleh dari dinas kesehatan kabupaten Gowa tahun 2008 angka
kematian bayi 35 kasus dari 1035 kelahiran hidup yang disebabkan oleh BBLR 15 (42,86%),
asfiksia 11 (31,43%) kelainan kongenital 4 (11,43%), diare 1 (2,86%). (profil dinas Kabupaten
Gowa).

Berdasarkan data yang diperoleh dari paencatatan dan pelaporan Medikal Record
RSU Haji Makassar, jumlah kelahiran periode juni 2009- juni 2010 adalah 1520 kelahiran
bayi, dan dari jumlah tersebut terdapat 4 kasus (0,32%) mengalami kelainan kongenital.

Cacat bawaan adalah merupakan suatu keasaan cacat lahir pada neonatus yang tidak
diinginkan kehadirannya oleh orang tua maupun petugas medis. Perhatian kita terhadap
cacat bawaan masih kurang, sedangkan negara kita saat ini telah berhasil dalam
penyelenggaraan KB serta telah berhasil memasyarakatkan NKKBS, maka pada zaman
sekarang ini maslah kualitas hidup anak merupakan prioritas utama bagi program kesehatan
nasional. Salah faktor yang mempengaruhi kualitas hidup anak adalah cacat bawaan.
(http//www.anggel.akses 28 juni 2009).

Penyebab sebenarnya kelainan kongenital tidak diketahui secara umum


pertumbuhan embrio dan jani dalam kandungan dapat dipengaruhi oleh faktor kromosom,
Faktor mekanis, faktor infeksi, faktor umur, faktor obat, faktor gizi, dan faktor-faktor yang
tidak diketahui penyebabnya”N” dengan Labio Palatoskizis di RSU Haji Makassar.

A. Ruang Lingkup

Adapun ruang lingkup pembahasan dalam karya tulis ilmiah ini adalah pelaksanaan
proses manajemen kebidanan pada bayi “N” dengan Labio Palatoskizis di RSU. Haji
Makassar tanggal 1 september 2010.

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan umum
Dapat melaksanakan asuhan kebidanan pada bayi “N” dengan Labio Palatoskizis di
RSU. Haji Makassar tanggal 1 September 2010
2. Tujuan khusus
a. Dapat melaksanakan pengkajian pada bayi “N” dengan Labio Palatoskizis di RSU.
Haji Makassar 1 september 2010.
b. Dapat menganalisis dan menganalisis dan menginterpritasikan data untuk
menegakkan diagnosa/ masalah aktual pada bayi “N” dengan Labio Palroskkizis
di RSU. Haji tanggal 1 september 2010.
c. Dapat mengantisipasi diagnosa/masalah potensial pada bayi “N” dengan Labio
Palatoskizis di RSU. Haji 1 september 2010.
d. Dapat melaksanakan tindakan segera dan kolaborasi guna pemecahah masalah
pada bayi “N” dengan Labio Palatoskizis di RSU.haji tanggal 1 september 2010
e. Dapat merencanakan tindakan asuhan kebidanan pada bayi “N” dengan labio
Palatosskizis di RSU. Haji Makassar tanggal 1 september 2010.
f. Dapat melakanakan tindakan asuhan kebidanan pada bayi “N” dengan Labio
Palatoskizis tanggal 1 september 2010.
g. Dapat mengevaluasi asuhan kebidanan pada bayi “N” dengan Labio Palatoskizis
tanggal 1 september 2010.
h. Dapat mendokumentasikan semua temuan dan tindakan dalam asuhan
kebidanan yang telah dilaksanakan padda bayi “N” dengan Labio Palatoskizis
tanggal 1 september 2010.

C. Mamfaat Penulisan

Adapun mamfaat penulisan pada kasus di atas adalah:

1. Mamfaat Praktis
Sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan pada program
DIII Kebidanan syekh Yusuf Gowa.
2. Mamfaat Akademik
Sebagai bahan acuan /pedoman bagi institusi Program DIII kebidanan untuk
penulisan karya tulis selanjutnya.
3. Mamfaat institusi
Sebagai bahan masukan/pertimbangan bagi rekan-rekan mahasiswa program DIII
Kebidanan Khususnya pada kasus Labio Palatoskizis pada bayi.
4. Mamfaat bagi penulis
Merupakan pengalaman berharga yang dapat menambah kemampuan dalam
penerapan Asuhan Kebidanan khususnya pada kasus Labio Palatoskizis pada
bayi.

D. Metode penulisan

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah digunakan dasar teori yang dipadukan dengan
praktek, metode yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Studi kepustakaan
Penulis mempelajari berbagai literatur yang aa relefansinya dengan Labio
Palatoskizis pada bayi termasuk karya tulis ilmiah yang ada.
2. Studi kasus
Melaksanakan studi kasus dengan menggunakan pendekatan pemecahan
masalah melalui asuhan kebihanan meliputi: pengkajian, merumuskan
diagnosa/masalah aktual maupun potensial, melaksanakan tindakan segera atau
kolaborasi, perencanaan, implementasi serta melaksanakan evaluasi terhadap
asuhan kebidanan pada bayi dengan labio palatoskizis untuk memperoleh data
yang akurat, penulis menggunakan tekhnik:
i. Anamnesa
Penulis melakukan tanya jawab dengan keluarga klien, dokter dan atau
bidan yang dapat membantu memberikan keterangan informasi yang
dibutuhkan.
ii. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis untuk menjamin
diperolehnya data yang lengkap dari kepala sampai kaki meliputi inspeksi,
palpasi, perkusi, auskultasi dan pemeriksaan laboratorium serta
pemeriksaan diagnotik lainnya dengan menggunakan format pengkajian
yang telah disusun sebelumnya.
iii. Pengkajian psikososial
Pengkajian psikososiala dilakukan meliputi pengkajian status emosional,
respon terhadap kondisi yang dialami serta pola interaksi klien terhadap
keluarga, petugas, dan lingkungannya.

3. Studi dokumentasi
Studi dokumentasi dilakukan dengan mempelajari status kesehatan klien yang
bersumber dari catatan dokter, bidan, perawat, petugas loboratorium dan
atauhasil pemeriksaan penunjang lainnya yang dapat memberi kontribusi
penyelesaian tulisan ini.
4. Diskusi
Pemulis melakukan tanya jawab dengan dokter dan atau bidan yang menangani
langsung klien serta mengadakan diskusi dengan dosien pengasuh/pembimbing
karya tulis ilmiah ini.

E. Sistematika penulisan untuk menulis karya tulis ilmiah

Adapun sistematika penulisan yang digunakan untuk menulis karya tulis ilmiah ini terdiri
dari:

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar belakang
B. Ruang lingkup
C. Tujuan penulian
D. Mamfaat penulisan
E. Metode penulisan
F. Sistematis penulisan

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


A. Tinjauan umum kelainan kongenital
B. Labio Palastoskizis
1. Pengertian
2. Etiologi
3. Klasifikasi
4. Patofisiologi
5. Komplikasi
6. Diagnosis
7. Penatalaksanaan
C. Konsep dasar manajemen kebidanan
1. Pengertian Manajemen kebidanan
2. Tahap dalam manajemen kebidanan
3. Pendokumentasian hasil asuhan kebidanan

BABIII. STUDI KASUS

1. Langkah I : pengkajian dan analisa data dasar


2. Langkah II : identifikasi diagnosa/masalah aktual
3. Langkah III :identifikasi diagnosa/maalah potensial
4. Langkah IV :tindakan emergancy, kolaborasi dan konsultsi dengan dokter
5. Langkah V :rencana tindakan
6. Langkah VI : pelaksanaan asuhan kebidanan
7. Langkah VII :evaluasi asuhan kebidanan

BAB IV. PEMBAHASAN

Pada bab ini diuraikan tentang kesenjangan antara teori dan pelaksanaan asuhan kebidanan
pada bayi dengan labio palatoskizis.

BAB V. PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan umum kelainan kongenital


Kelainan kongenital adlah kelainan dlam perrtumbuhan struktur bayi yang timbul
setelah lahir sejak kehidupan hasil konsepsi sel telur. Kelainan kongenital dapat
merupkan sebab bayi dalam bulan-bulan pertama kehidupannya sering sekali
diakibatkan oleh kelainan kongenital yang cukup berat, hal ini seakan-akan
merupakan suatu seleksi alam terhadap kelangsungan hidup bayi yang dilahirkan.
Bayi yang dilahirkan dengan kelainan kongenital besar, umumnya akan dilahirkan
sebagai bayi berat lahir rendah bahkan sering pula sebagai bayi kecil untuk masa
kehamilannya. Bayi lahir rendah deangan kelainan kongenital berat, kira-kira 20%
meninggal dalam minggu pertama kelahirnnya. Disamping pemeriksaan fisik,
radiologik dan laboratorik untuk menegakkan diagnosa kelainan kongenital setelah
bayi lahir, dikenal pula diagnosa pri/antenatal kelainan kongenital dengan beberapa
pemeriksaan tertentu mislanya pemeriksaan ultrasonografi, pemeriksaan air
ketuban dan darah janin. (hhtp://www.angelfire.com/ga/rachmat
dsog/congenital/html)

Kelainan kongenital adalah kelainan dalam pertumbuhan janin yang terjadi sejak
konsepsi dan selama dalam kandungan. Diperkirakan 10-20% dari kematian janin
dalam kandungan dan kematian neonatal disebabkan oleh kelainan kongenital.
Malformasi kongenital merupakan kausa penting terjadinya keguguran, lahir mati
dan kematian neonatal. (Lutan,D 1998 Hal 437).

Perlu dibedakan antara istilah “kongenital” dan “genetik. Kongenital berarti sudah
ada sejak lahir yang dapat disebabkan oleh faktor genetik maupun non genetik.
Sedangkan kelainan genetik kadang tidak muncul saat lahir tapi dapat mencul
beberapa saat kemudian. (Buletin kelainan kengenital/ bawaan, RS Aanak dan Bunda
Harapan Kita, jakarta 2008).

Secara umum kelainan kongenital dapat disebabkan oleh berbagai faktor antara lain
genetik, lingkungan, atau keduanya:
1. Faktor kromosom
Kelainan genetik ibu dan ayah dapat menyebabkan kelainan kongenital pada
bayinya. Contoh kelainan ini adalah : Palatoskizis (sumbing),
labioskizis,mongolisme,anensefalus, dan meningomiokel.
2. Faktor mekanis
Oleh tekanan mekanis dlam kandungan, misalnya olygohidramnion, janin akan
mendapat tekanan karena kurangnya jumlah air ketuban.
3. Faktor infeksi
Infeksi yang terjadi pada ibu terutama dalam proses organogenesis (triwulan I)
dapa menimbulkan kelainan kongenital. Infeksi virus lain juga dapat
menimbulkan kelainan bawaan.virus situmegalio dapat menimbulkan
hydrosefalus,mikrosefalus,dan mikroftalmia.
4. Faktor umur
Telah banyak dilaporkan bahwa mongolisme frekwensinya lebih sering pada
bayi-bayi yang dilahirkan oleh ibu yang umurnya mendekati masa menopausi.
Kejadian mongolisme akan meningkat pada ibu di usia di atas 30 tahun dan akan
lebih tinggi lagi pada usia 40 tahun keatas.
5. Faktor obat
Telah banyak dilaporkan para peneliti bahwa beberapa obat yang diminum ibu
hamil terutama dlam proses organinogenesis (triwulan I) dapat menyebabkan
kelainan pada janin. Hindarilah pemberian obat pada wanita triwulan pertama
bila tidak ada indikasi yang mendesak.
6. Faktor hormonal
Misalnya bayi yang dilahirkadn oleh ibu diabetes melitus sering lebih besar dari
ukuran normal dengan angka kematian perinatal yang lebih tingi.
7. Faktor radiasi
Raddiasi baik uintuk pemeriksaan diagostik maupun sebagai terapi, terjadi pada
triwulan pertama kehamilan dapat menimbulkan efek teratogenik padda janin.
Juga riwayat radiasi pada kedua orang tua yang dapat menimbulkan mutasi pada
gen karena hal ini dapat menghasilkan janin dengan kelainan kongenital.
8. Faktor gizi
Kekurangan beberapa zat-zat penting selama kehamilan dapat menimbulkan
kelainan pada janin. Frkwensinya lebih tinggi pada ibu-ibu dengan gizi yang
kurang selama kehamilan.
9. Faktor lain-lain
Hypoksia. Hipotermia, hipertermia, dan faktor sosial lainnya dapat
mempengaruhi terjadinya kelainan kongenital
10. Faktor yang tidak diketahui penyebabnya.

B. LABIO PALATOSKIZIS
1. Pengertian
Labio palatoskizis yaitu kelainan kotak palatine ( bagian depan serta samping
muka serta langit-langit mulut) tidak menutup dengan sempurna yang terjadi
pada trimester pertama kehamilan yang prosesnya terjadi karena tidak
terbentuknya mesoderm pada daerah tersebut sehingga bagian yang telah
menyatu (processus nasalis dan maksillaris) pecah kembali. Bila cacat terbentuk
lengkap sampai langit-langit maka bayi tak dapat menghisap karena sfiter paa
muara tuba eustchii kurang normal, lebih mudah terjdi infeksi ruang telinga
tengah, kemungkinan ini harus diingat supaya tidak terjadi otitis media
perforata.celah bibir atau celah palatum adalah suatu fisura atau muara garis
tengah kongenital yang secara umum terjadi pada bibir atau palatum salah satu
atau dua deformitas dapat terjadi. (http://www.angelfire.com/ga/rachmat
dsog/congenital/html)

2. Etiologi
Penyebab sebenarnya malformasi kongenital tidak diketahui. Secara umum
pertumbuhan embrional dan janin dalam kandungan dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor, antara lain:
a. Insufisiensi zat untuk tumbuh kembang organ selama masa embrional dalam
hal kuantitas (defesiensi asam folat, Vitamin C, dan Zn)
b. Pengaruh obat teratologik, termasuk jamu dan kontrasepsi hormonal
c. Infeksi khususnya viral (toksoplasma) dan klamidial.
d. Faktor genetik (Arif mansujoer, suorohaita, Wahyu Ika wardani.S 2000, hal :
373)
3. Klasifikasi
Klasifikasi Labio Palatoskizis terbagi 2, yaitu:
a. Berdasarkan organ yang terlibat:
1. Celah bibir (Labioskizis)
2. Celah digusi ( gnatoskizis)
3. Celah di langit-langit ( Palatoskizis)
4. Celah dapat terjadi lebih dari 1 orga, misalnya: terjadi di bibir dan di
langit-langit.
b. Berdasarkan lengkap tidaknya organ terbentuk:
1. Unilateral incomplete
Jika celah sumbing terjadi hanya di slah satu sisi bibir dan tidak
memanjang hingga ke he hidung.
2. Unilateral complete
Jika celah sumbing yang terjadi hanya di salah satu sisi bibir dan
memanjang hingga kehidung.
3. Bilateral complete
Jika celah sumbing terjdi di kedua sisi bibir dan memanjang hingga ke
hidung.

4. Patofisiologi
Cacat terbentuk pada trimester pertama kehamilan, prosesnya karena tidak
terbentuknya mesoderm pada daerah tersebut sehingga bagian yang telah
menyatu ( processus nasalis dan maksillaris) pecah kembali.
Terjadinya efek pada janin ada 4 cara, yaitu:
a) Deformasi
Adalah suatu anomali yang disebabkan oleh tekanan mekanik yang luar
biasa pada janin yang sedang berkembang. Keadaan ini biasanya terjai 20
minggu kehamilan sampai trimester akhir kehamilan, contoh dari proses
decormasi adalah kembar, posisi bayi yang tidak normal,
oligohidromnion,dll.
b) Disrupsi
Terjadi bila kerusakan yang mempengaruhi atau menghentikan
morfogmirsis suatu bagian tubuh yang sedang berlangsung. Disrubsi ini
terjadi oleh berbagai faktor yang bersifat teratogen, seperti infeksi firus
intraurerine, penyakit ibu, obat-obatan, dan zat kimia.
c) Malformasi
Merupakan kelainan perkembangan instrinsik dalam struktur tubuh selama
kehidupan prenatal, mekanisme terjadinya malformasi belum banyak
diketahui, tetapi kemungkinan menyangkut berbagai kesalahan proferasi
sel, embrional, diferensiasi, migrasi dan kematian organ.

5. Diagnosis
Untuk mendiagnosa celah Labio Palatoskizis pada bayi setelah lahir mudah karena
pada celah sumbing mempunyai ciri fisik yang spesifik. Sebenarnya ada
pemeriksaan yang dapat digunakan untuk mengetahui keadaan janin apakah janin
ada kelainan atau tidak. Walaupun pemeriksaan ini tidak sepenuhnya spesifik, ibu
hamil dapat memeriksakan kandungannya dengan menggunakan USG.banyak
kelainan kongenital perlu sefra diintervensi setrelah bayi lahir. Pemantauan cermat
di kamar bersalin dan ruang bayi akan mengidentifikasi lebih banyak kasus ini
(Bobak,Lodermilk, dan jensen 2002 hal 910).

6. Pencegahan
Beberapa kelainan bawaan tidak dapat dicegak, tetapi ada beberapa hal yang dapat
mengurangi resiko terjadinya kelainan bawaan.
a. Tidak merokok dan menghindari asap rokok
b. Menghindari alkkohol
c. Menghindari obat terlarang
d. Mengkonsumsi makanan yang bergizi dan vitamin prenatal
e. Melakukan olah raga dan istirahat yang cukup
f. Mengkonsumsi suplemen asam folat
g. Melakukan pemeriksaan prenatal secara rutin
h. Menghindari zat-zat yang berbahaya
i. Menjalani vaksinasi sebagai perlindungan terhadap infeksi
Vaksinasi membantu mencegah penyakit akibat infeksi, meskipun semua vaksin
aman diberikan semasa hamil, tetapi akan lebih baik jika semua vaksin yang
dibutuhkan telah dilaksanakan sebelum hamil. Seorang wanita sebaiknya
menjalani vaksinasi berikut:
 Minimal 3 bulan sebelum hamil :MMR
 Minimal 1 bulan sebelum hamil :varcella
 Aman diberikan selama hamil;
o Booster tetanus-difteri (setiiap 10 tahun)
o Vaksin Hepatitis A
o Vaksin influenza (jika afa musim flu, pada kehamilan akan memasuki
trimester ke dua atau ke tiga)
o Vaksin Pneumokokkus. (http//www.angelfire,com/ga/rachmat
dsog/congenital/
html).

7. Penatalaksanaan
Penangan untuk bibir sumbing adlah dengan cara operasi. Operasi ini dilakukan
setelah bayi berumur 2 bulan, dengan berat badan meningkat, dan bebas dari
infeksi oral pada saluran nafas dan sistemik. Atau untuk melakukan operasi bibir
sumbing dilakukan hukum sepuluh (rules of ten), yaitu berat badan bayi minimal 10
pon, HB 10 gr %, usianya minimal 10 minggu dan kadar leukosit minimal 10.000/iu.
a. Perawatan
1. Menyusui ibu
Menyusui adalah metode pemberian makan terbaik untuk seorang bayi
dengan bibir sumbing tidak menghambat penghisapan susu ibu . ibu dapat
mencoba sedikit menekan menggunakan pompa payudara untuk
mengeluarkan air susu dan memberikannya pada bayi dengan
menggunakan botol setelah dioperasi.
2. Menggunakan alat khusus
o Dot domba
Karena udara bocor di sekitar sumbing dan makanan dimuntahkan
melalui hidung, bayi tersebut lebih baik diberi makan dengan dot yang
diberi pegangan yang menutupi sumbing, suatu dot dompa ( dot yang
besar,ujung halus dengan lubang yang besar ), atau hanya dot biasa
dengan lubang yang besar.
o Botol peras
Dengan memeras botol, maka susu dapat didorong jatuh dibagian
belakang mulut hingga diisap oleh bayi.
o Ortodonsi
Pemberian plat/dibuat okulator untuk menutup sementara celah
palatum agar memudahkan pemberian minum dan sekaligus
mengurangi deformitas palatum sebelum dapat dilakukan tindakan
bedah.
3. Posisi mendekati duduk dengan aliran yang lengsung menuju bagian sisi
atau belakang lidah bayi
4. Tepuk-tepuk punggung bayi berkali-kali karena cenderung utuk menelan
banyak udara
5. Periksalah bagian bawah hidung dengan teratur, kadang-kadang luka
terbentuk pada bagian pemisah lubang hidung.
6. Suatu kondisi yang sangat sakit akan membuat bayi menolak untuk
menyusui. Jika hal ini terjadi arahkan dot pada bagian sisi mulut untuk
sembuh.
7. Setelah siap menyusui, perlahan-lahan bersihkan daerah sumbing dengan
alat berujung kapas yang dicelupkan kedalam air.

BAB III
STUDI KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI “N” DENGAN

LABIO PALATO SKIZIS DI RSU HAJI

TANGGAL 1 SEPTEMBER 2010

No. Register : 551143

Tgl lahir : 1 september 2010 jam 10.00 wita

Tgl pengkajian : 1 september 2010 jam 11.00 wita

Nama pengkaji : Pramita

A. Identifikasi Data Dasar


1. Identitas
a. Identitas bayi
Nama : bayi “N”
Tanggal/jam lahir : 1 september 2010 jam 10.00
Anak ke :I
Jenis kelamin : laki-laki
Alamat : jl. Bonto Duri
b. Identitas orang tuad
Nama ibu/ayah : NY”N” / TN”R”
Umur : 35 thn / 34 thn
Nikah/ lamanya : 1x / 3 thn
Suku : Makassar / Bugis
Agama : islam / islam
Pendidikan : SMA / SMA
Pekerjaan : IRT / wiraswasta
Alamat : jl. Bonto Duri Makassar

2. Riwayat Kehamilan / Persalinan sekarang


a. antenatal
1. G:1 P:0 A:0
2. HPHT: tgl 10 Desember 2009
3. HTP: 17 september 2010
4. Lamanya kehamilan 39 minggu
5. Ibu ANC selamanya kehamilan sebanyak 2 kali di Puskesmas Jongaya
6. Ibu mendapat TT 2x selama kehamilan di Puskesmas Jonagaya
7. Ibu masuk kamar bersalin tgl 1 september 2010 jam 07.00 wita dengan
keluhan sakit perut tembus ke belakang disertai dengan pelepasan darah dan
lendir sejak jam 05.00 wita
8. Pemeriksaan palpasi:
LeopoldI: 3 jbpx (35 cm)
LeopoldII: Puki
LeopoldIII:Kepala
LeopoldIV:BDP
9. Pemeriksaan tanda-tanda vital
TD : 120/80 mmhg
N : 82X/menit
S : 36,80C
P : 20X/menit

b. perinatal

I. Bayi lahir tangal 1 september 2010 jam 10.00 wita dengan


PBK/SMK/BCB/Spontan.
II. Bayi lahir segera lahir segera menangis dengan BB 2600 gr, PB: 47 cm, Anus (+),
dengan kelainan kongenital Labio Palatos skizis Unillateral Complete
III. Bayi menangis spontan segera setelah lahir.

3. Riwayat kesehatan ibu


 Ibu tidak aa ketergantungan obat dan alkohol
 Ibu tidak pernah mengalami gangguan/kelainan selama hamil
 Ibu tidak ada riwayat penyakit DM, hyperrtensi, jantung, ginjal, dan malaria

4. Riwayat pemenuhan kebutuhan dasar


 Kebutuhan nutrisi
a. Bayi mulai disusui tgl 1 september 2010 jam 13.00
b. Frekwensi disusui setiap saat terutama saat bayi menangis
c. Bayi masih kesulitan untuk menyusui
 Personal Hygiene
Bayi sudah dibersihkan dan dibungkus denmgan selimut kering dan bersih
 Pola tidur
Bayi lebih banyak tidur dan terbangun jika lapar dan basah

5. Pemeriksaan Fisik
a. BBL : 2600 gr (N:2500-4000gr)
b. PBL : 47 cm (N: 45-52cm)
c. Tanda-tanda Vital
 Frekwensi jantung : 128x/menit (N:120-140xx/menit)
 Pernapasan : 44x/menit (N:30-60x/menit)
 Suhu : 36,60c (N:36,5-37,50c)
d. Kulit warna kemerah-merahan
e. Kepala
 Rambut : tipis, hitam dan lurus
 Sutura : teraba jelas
 LK : 33 cm
 Tidak ada caput
f. Mata
 Kesimetrisan : simertis kiri dan kanan
 Sklera : tidak ikterus
 Konjungtiva : merah muda
 Tampak berdih
g. Hidung
 Simetris kiri dan kanan
 Tidak ada sekret
h. Mulut dan bibir
 Bibir tidak cianosis
 Refleks menghisap kurang baik
 Tampak adanya Labio Palato skizis
i. Telinga
 Simetris kiri dan kanan
 Tidak ada cerumen
 Bila dilipat daun telingan mudah kembali
j. Leher
 Tonus otot leher baik
 Tidak adda pembesaran kelenjar thyroid, kelenjar lymfe, dan vena jufularis
k. Dada
 Gerakan dada :sesuai dengan pola nafas
 Tonjolan tulang : tidak ada
 Lingkar dada :32 cm
l. Perut
 Tidak ada pembesaran massa/tonjolan
 Tali pusat tampak masih basah, dibungkus dengan kain kasa, tidak ada tanda
infeksi tali pusat
 Lingkar Perut: 30 cm
m. Punggu/bokong
Tidak terdapat pembesaran massa/tonjolan
n. Genetalia/anus
 Tampak labia mayora menutupi labia minora
 Anus (+)
o. Ekskremitas
1. Tangan
 Pergerakan : aktif
 Jari : lengkap dan baik
 Refleks menggenggam : baik
 Lingkar lengan : 11
2. Kaki
 Pergerakan : baik
 Jari kaki : lengkap dan baik
 Refleks moro : baik

6. AFGAR SCORE

Tanda 0 1 2 Nilai apgar


Appearanci Tidak ada Badan merah, Seluruh tubuh 2
ekstremitas kemerah-
biru merahan
Pulse rate Tidak ada <100 >100 2
Grimace Tidak ada Sedikit gerakan Batuk/bersin 2
mimik
Activity Tidak ada Ektremitas Gerakan aktif 1
dlam sedikit
fleksi
respiration Tidak ada Lemah Baik/menangis 1

B. LANGKAH II. MERUMUSKAN DIAGNOSA/MASALAH AKTUAL


1. Bayi baru lahir dengan Labio Palato Skizis
a. DS
Ibu melahirkan tanggal 1 september 2010 jam 10.00 wita
b. DO
1. Tanggal lahir 1 september 2010 jam 10.00 wita
2. BBL : 2600 gr
3. PBL : 47 cm
4. Keadaan umum bayi baik
5. Nampak adanya celah pada bibir dan langit-langit bayi
c. Analisa dan interpretasi data
Labio Palato skizis / celah bibir dan langit-langit adalah kelainan kongenital
pada bibir dan palatum yang terjadi secara terpisah atau bersamaan yang
disebabkan oleh kegagalan atau penyatuan struktur fasial embrionik yang
tidak komplit, kelainan ini cenderung bersiifat keturunan (heredilitary),
tetapi juga dapat terjadi akibat faktor non-genetik (morgan speer.K, 202 hal
216)
2. Ganguan Pemenuhan Nutrisi pada Bayu
a. DS
1. Produksi ASI masih kurang
2. bayi diberi ASI + susu formula/oral melalui dot sedikit demi sedikit
3. bayi malas menghisap
b. DO
1. Ibu terlihat takut saat menyusui bayinya
2. bayi diberi ASI + susu formula/oral melalui dot sedikit demi sedikit
c. analisa dan interpretasi data
karena ketidakmampuan seorang bayi dengan celah bibir dan palatum
membuat suatu ruang hampa saat menghisap dan menelan, maka ia dapat
mengalami refleks menghisap yang tidak efektif. Penggunaan dot botol yang
tepat memudahkandalam pemberian meinum (Morgan Speer.K, 2002 hal :
216)

C. LANGKAH III. Merumuskaan Diagnosa/Masalah Potensial


Potensial trjadinya resiko aspirasi per nasal sehubungan dengan pemberian minum
yang tidak efektif.
a. DS
Bayi masih lemah menghisap
b. DO
Bayi diberi ASI dan susu formula dengan dot sedikit demi sedikit
c. Analisa dan interpretasi data
1. Pemberian minum pada bayi dengan Labio Palato skizis akan lebih lama dan
dapat melelahkan bayi sehingga menyebabkan pencapaian berat badan yang
sangat kurang (Morgan Speer. K 2002 hal:216)
2. Kegagalan npemberian pengganti ASI dapat dilihat dari turunnya berat
badan bayi yang lebih dari 10% yang disebabkan kuman pathogen atau
susunan nutrien yang tidak sesuai dengan kebutuhan bayi. (sarwono
Prawirohardjo thn 2007, hal:262)

D. Langkah IV. Tindakan Segera/Kolaborasi


Tidak ada data yang menunjang untuk dilakukan tindakan kolaborasi.

E. Langkah V. Rencana Tindakan Asuhan Kebidanan


1. Tujuan :
a. Bayi dapat menyusui dengan baik sesuai dengn keadaan bayi baik
b. Tidak terjdi resiko aspirasi per nasal saat bayi menyusui.
2. Kriteria :
a. bayi merasa tenang
b. bayi tidak tersedak saat menyusui
3. rencana tindakan:
a. cuci tangan sebelum dan sesudah bekerja
Rasional: untuk pencegahan infeksi
b. observasi tanda-tanda vital
Rasional: tanda-tanda vital dapat memberiikan gambaran keadaan umum bayi
sehingga dapat membantu menentukan tindakan selanjutnya.
c. Timbang berat badan bayi
Rasional: berat badan bayi mencerminkan pemenuhan kebutuhan nutrisi bayi
dan sebagai landasan untuk merencanakan pemberian nutrisi pada bayi
tersebut.
d. Anjurkan ibu untuk mmei ASI secara on demand
Rasional: hisapan bayi dapat merangasang Hipofise Posterior untuk
mengeluarkan hormon oxytocin untuk sekresi ASI dan Hypofise Anteruir untuk
mengeluarkan hormon prolaktin untuk memproduksi ASI.
e. Beri dukungan pada orang tua untuk menerima dan memperllakukan bayinya
layaknya anggota keluarga yang normal.
Rasional: dukungan yang diberikan kepada orang tua akan meningkatkan rasa
percaya diri orang tua sehingga dapat melaksanakan perawatan pada bayinya
dengan anggota keluarga yang lain.
f. Posisikan bayi tegak/semi fowler namun tetap relaks selam pemberian ASI /
susu formula.
Rasional: posisi ini dapat mencegah regurgitasi per nasal sehingga bayi tidak
tersedak saat menyusui.
g. Tempatkan dot botol dalam mulut bayi, sisi berlawanan dari celah di arah
belakang lidah
Rasional: menemptkan botol dengan cara ini dapat menstimulasi tindakan
“stripping” bayi ( dot botol melawan lidah dan atap palatum mengeluarkan
susu).
h. Sendawakan bayi setiap selesai pemberian ASI/susu formula
Rasional: bayi perlu disendawakan dengan frekwensi yang lebih sering
terutama setelah bayi menyusui karena kelainan tersebut dapat menyebabkan
bayi menelan udara lebih banyak sehingga dapat menimbulkan rasa tidak
nyaman pada bayi.
i. Ganti pakaian bayi setiap kali kotor
Rasional: pakaian yang basah dan kotor dapat mengganggu rasa nyaman bayi
dan juga dapat menyebabkan iritasi kulit bayi.

F. Langkah VI. Pelaksanaan Tindakan Asuhan Kebidanan


Tanggal 1 september 2010 jam 12.00 wita
1. Mencuci tangan sebelum dan sesudah bekerja
2. Mengobservasi tanda-tamda vital
Hasil:
a. Frekwensi jantung : 128x/menit
b. Pernapasan : 44x/menit
c. Suhu : 36,60c
3. Timbang berat badan bayi
Hasil : BB 2600 gr
4. Menganjurkan ibu menyusui bayinya secara on demand
5. Memberikan dukungan kepada orang tua untuk menerima dan memperlakukan
bayinya layaknya anggota keluarga yang normal.
6. Memberi posisi tegak/semi fowler, namun tetap rileks selama pemberian ASI / susu
formula pada bayi.
7. Menempatkan dot botol dalam mulut bayi, sisi berlawanan dari celah, kearah
belakang lidah.
8. Menyendawakan bayi setiap setelah pemberian ASI/ susu formula
9. Mengganti pakaian bayi setiap kali basah/kotor.

G. Langkah VII. Evaluasi Hasil Asuhan Kebidanan


Tanggal 1 september 2010 jam 14.00 wita
1. Ibu bersedia memberi ASI secara teratur pada bayinya
2. TTV:
a. Frekwensi jantung : 128x/menit
b. Pernapasan : 44x/menit
c. Suhu : 36,60c
3. BB: 2600 gr
4. Keadaan umum bayi baik
5. Bayi belum bisa menghisap secara sempurna dan refleks menghisap msih lemah
6. Bayi dapat bersendawa saat disendawakan seetelah menyusui
7. Pakaian bayi sudah diganti setelah bayi BAK/BAB.

PENDOKUMENTASIAN HASIL ASUHAN KEBIDANAN

PADA BAYI”N” DENGAN LABIO PALATO SKIZIS


DI RUMAH SAKIT UMUM.HAJI MAKASSAR

TANGGAL 1 SEPTEMBER 2010

No. Register : 551143

Tgl lahir : 1 september 2010 jam 10.00 wita

Tgl pengkajian : 1 september 2010 jam 11.00 wita

Nama pengkaji : Pramita

A.Identifikasi Data Dasar

a. Identitas bayi
Nama : bayi “N”
Tanggal/jam lahir : 1 september 2010 jam 10.00
Anak ke :I
Jenis kelamin : laki-laki
Alamat : jl. Bonto Duri
b. Identitas orang tua
Nama ibu/ayah : NY”N”/TN”R”
Umur : 35 thn/34 thn
Nikah/ lamanya : 1x/3 thn
Suku : Makassar/Bugis
Agama : islam /islam
Pendidikan : SMA /SMA
Pekerjaan : IRT /wiraswasta
Alamat : jl. Bonto Duri Makassar

A. DATA SUBYEKTIF (S)

1. G:1 P:0 A:0


2. HPHT: tgl 10 Desember 2009
3. HTP: 17 september 2010
4. Lamanya kehamilan 39 minggu
5. Ibu ANC selamanya kehamilan sebanyak 2 kali di Puskesmas Jongaya
6. Ibu mendapat TT 2x selama kehamilan di Puskesmas Jonagaya
7. Ibu masuk kamar bersalin tgl 1 september 2010 jam 07.00 wita dengan keluhan
sakit perut tembus ke belakang disertai dengan pelepasan darah dan lendir sejak
jam 05.00 wita
8. Ibu tidak aa ketergantungan obat dan alkohol
9. Ibu tidak pernah mengalami gangguan/kelainan selama hamil
10. Ibu tidak ada riwayat penyakit DM, hyperrtensi, jantung, ginjal, dan malaria.

B. DATA OBYEKTIF (O)


1. Bayi lahir tangal 1 september 2010 jam 10.00 wita dengan PBK/SMK/BCB/Spontan.
2. Pemeriksaan fisik
a. BBL : 2600 gr (N:2500-4000gr)
b. PBL : 47 cm (N: 45-52cm)
c. Tanda-tanda Vital
 Frekwensi jantung : 128x/menit (N:120-140xx/menit)
 Pernapasan : 44x/menit (N:30-60x/menit)
 Suhu : 36,60c (N:36,5-37,50c)
3. Kulit warna kemerah-merahan
4. Kepala
 Rambut : tipis, hitam dan lurus
 Sutura : teraba jelas
 LK : 33 cm
 Tidak ada caput
5. Mata
 Kesimetrisan : simertis kiri dan kanan
 Sklera : tidak ikterus
 Konjungtiva : merah muda
 Tampak berdih
6. Hidung
 Simetris kiri dan kanan
 Tidak ada sekret
7. Mulut dan bibir
 Bibir tidak cianosis
 Refleks menghisap kurang baik
 Tampak adanya Labio Palato skizis
8. Telinga
 Simetris kiri dan kanan
 Tidak ada cerumen
 Bila dilipat daun telingan mudah kembali
9. Leher
 Tonus otot leher baik
 Tidak adda pembesaran kelenjar thyroid, kelenjar lymfe, dan vena jufularis
10. Dada
 Gerakan dada :sesuai dengan pola nafas
 Tonjolan tulang : tidak ada
 Lingkar dada :32 cm
11. Perut
 Tidak ada pembesaran massa/tonjolan
 Tali pusat tampak masih basah, dibungkus dengan kain kasa, tidak ada tanda
infeksi tali pusat
 Lingkar Perut: 30 cm
12. Punggu/bokong
Tidak terdapat pembesaran massa/tonjolan
13. Genetalia/anus
 Tampak labia mayora menutupi labia minora
 Anus (+)
14. Ekskremitas
1. Tangan
 Pergerakan : aktif
 Jari : lengkap dan baik
 Refleks menggenggam : baik
 Lingkar lengan : 11
2. Kaki
 Pergerakan : baik
 Jari kaki : lengkap dan baik
 Refleks moro : baik

7. AFGAR SCORE

Tanda 0 1 2 Nilai apgar


Appearanci Tidak ada Badan merah, Seluruh tubuh 2
ekstremitas kemerah-
biru merahan
Pulse rate Tidak ada <100 >100 2
Grimace Tidak ada Sedikit gerakan Batuk/bersin 2
mimik
Activity Tidak ada Ektremitas Gerakan aktif 1
dlam sedikit
fleksi
Respiration Tidak ada Lemah Baik/menangis 1

C. ASSESMENT (A)
Diagnosa : bayi baru lalhir dengan Labio Palato Skizis
Masalah aktual : gangguan pemenuhan nutrisi
Masalah potensial :potensial terjadinya resiko aspirasi per nasal sehubungan
dengan pemenuhan dengan pemenuhan nutrisi yang kurang
efektif.

D. PLANNING (P)

Tanggal 1 september 2010 jam 12.00 wita


1. Mencuci tangan sebelum dan sesudah bekerja
2. Mengobservasi tanda-tamda vital
Hasil:
a. Frekwensi jantung : 128x/menit
b. Pernapasan : 44x/menit
0
c. Suhu : 36,6 c
3. Timbang berat badan bayi
Hasil : BB 2600 gr
4. Menganjurkan ibu menyusui bayinya secara on demand
5. Memberikan dukungan kepada orang tua untuk menerima dan memperlakukan
bayinya layaknya anggota keluarga yang normal.
6. Memberi posisi tegak/semi fowler, namun tetap rileks selama pemberian ASI / susu
formula pada bayi.
7. Menempatkan dot botol dalam mulut bayi, sisi berlawanan dari celah, kearah
belakang lidah.
8. Menyendawakan bayi setiap setelah pemberian ASI/ susu formula
9. Mengganti pakaian bayi setiap kali basah/kotor.
C .Manajemen asuhan kebidanan

1.Pengertian
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai
metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori
ilmiah,temuan,keterampilan dalam rangkaian tahapan logis untuk pengambilan keputusan
yang berfokus pada klien.

2.Tahapan dalam manajemen asuhan kebidanan

Langkah I identifikasi dan analisa data dasar

Pada langkah pertama ini semua informasi yang akurat danlengkap dikumpulkan dari
semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.untuk memperoleh data dapat
dilakukan melalui anamnesis.pemeriksaan fisik sesuai kebutuhan,pemeriksaan tanda-tanda
vital ,pemeriksaan khusus ,dan pemeriksaan penunjang .

Langkah II identifikasi diagnosa / masalah aktual

Pada langkah ini,bidan melakukan identifikasi diagnosis atau masalah berdasarakan


interpretasi yang akurat terhadap data-data yang telah di kumpulkan .data dasar yang sudah
dikumpulkan diinterpretasi sehingga dapat merumuskan diagnosis dan masalah yang
spesifik.rumusan dan diagnosis dan masalah keduanya digunakan karena masalah tidak
dapat didefenisikan seperti diagnosis tetapi tetap membutuhkan penanganan .masalah
sering berkaiatan dengan hal-hal yang sedang dialami wanita yang diidentifikasi oleh bidan
sesuai dengan hasil pengkajian .

Langkah III identifikasi diagnosis atau masalah potensial

Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah potensial atau diagnosis potensial
berdasarkan diagnosis / masalah yang sudah diidentifikasi.langkah ini membutuhkan
antisipasi ,bila memungkinkan dilakukan pencegahan.bidan diharapkan waspada dan
bersiap mencegah diagnosis /masalah potensial bila terjadi.dalam langkah ini penting sekali
melakukan asuhan yang aman.

Langkah IV perlunya tindakan segera dan kolaborasi


Pada langkah ini,bidan mengidentifikasi perlunya bidan atau dokter segera melakukan
konsultasi atau melakukan penanganan bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain
sesuai dengan kondisi klien.langkah keempat mencerminkan kesinambungan dari proses
penatalaksanaan kebidanan.

Langkah V rencana asuhan kebidanan

Pada langkah ini derencanakan asuhan yang menyeluruh dan ditentukan oleh langkah-
langkah sebelumnya.langkah ini merupakan kelanjutan penatalaksanaan terhadap masalah
atau diagnosa yang telah diidentifikasi atau diantisipasi.pada langkah ini.informasi data yang
tidak lengkap dapat dapat dilengkapi.

Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah teridentifikasi dari
kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan ,tetapi juga dari kerangka pedoman
antisipasi/perkiraan yang mungkin terhadap wanita tersebut.apakah dibutuhkan
penyuluhan/konseling ,dan apakah perlu merujuk klien bila ada maslah yang berkaitan
dengan sosial-ekonomi-kultural atau masalah psikologis.asuhan terhadap wanita sudah
mencangkup setiap hal yang berkaitan dengan semua aspek asuhan kesehatan.setiap
rencana asuhan harus disetujui oleh kedua belah pihak ,yaitu oleh bidan dan klien agar
dapat dilaksanakan secara efektif karena klien juga akan melaksanakan rencana
tersebut.oleh karena itu,tugas bidan dalam langkah ini adalah merumuskan rencana asuhan
sesuai dengan hasil pembahasan klien yang kemudian membuat kesepakatan sebelum
melaksanakanya .

Langkah VI pelaksanaan tindakan asuhan kebidanan

Pada langkah keenam ini,rencana asuhan menyeluruh yang telah diuraikan pada langkah
V.dilaksanakan secara efesien dan aman.perencanaan ini dilakukan seluruhnya oleh bidan
atau sebagian lagi oleh klien atau anggota tim kesehatan lain.walaupun bidan tidak
melakukanya sendiri.ia tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan
pelaksanaannya .(mis.untuk memastikan langkah pelaksanaan tepat)

Dalam situasi ketika bidan berkolaborasi dengan dokter untuk menangani klien yang
mengalami komplikasi,bidan tetap bertanggung jawab dalam penatalaksanaan asuhan klien
sesuai rencana asuhan bersama yang menyeluruh.penatalaksanaan yang efesien akan
menyangkut waktu dan biaya serta meningkatkan mutu dan asuhan klien.kaji ulang apakah
semua rencana asuhan telah dilaksanakan.

Langkah VII evaluasi

Pada langkkah ketujuh ini.dilakukan evaluasi keefektifan asuhan yang sudah diberikan
,meliputi apakah pemenuhan kebutuhan telah terpenuhi sesuai dengan diagnosis dan
masalah .rencana dianggap efektif jika memanng benar efektif pelaksanaanya (simatupang
E.J 2008)

Pendokumentasian asuhan kebidanan

Metode empat langkah yang dinamakan SOAP (subjektif ,objektif,asessment,dan planning)


disarikan dari proses pemikiran penatalaksanaan kebidanan ,dipakai untuk
mendokumentasikan asuhan pasien dalam rekan medis sebagai catatan kemajuan
pasien.subjektif adalah apa yang dikatakan pasien .objektif adalah apa yang di lihat dan
dirasakan oleh bidan sewaktu melakukan pemeriksaan (labolatorium ,tanda vital,dan lain-
lain) asessment adlah kesimpulan dari dat-dat objektif dan subjektif .planning adalah apa
yang dilakukan berdasarkan hasil pengevaluasian (simatupang E .J2008)
BAB IV

PEMBAHASAN

Dalam bab ini penulis akan menguraikan tentang antara kesenjangan antara tinjauan
pustaka dan studi kasus pada bayi”N” dengan suntikan depoprogestin dengan masalah
spotting di RSU lasindrang pindrang ,tanggal 2 agustus 2010

Pembahasn ini dibuat berdasarkan teori dan asuhan yang nyata dengan pendekatan
proses manajemen,yang dibagi dalam 7 langkah yaitu:identifikasi data dasar,identifikasi
diagnosa/masalah aktual ,identifikasi diagnosa / masalah potensial,rencana asuhan
kebidanan,implementasi asuhan kebidanan,dan evaluasi asuhan kebidanan.

A .langkah I identifikadi dan analisa data dasar

Dalam pengkajian ini diwali dengan pengumpulan data melalui anamneses ,melipiti
identifikasi dat bilolgis /psikologis serta data spiritual ibu yang berpedoman pada format
pengkajian yang telah tersedia ,namun tidak tettutip kemingkinan untuk di kembangkan
dengan dat lain yang ditemikan pada ibu.selanjutnya pemeriksaan fisik yang dimulai dengan
kepala sampai kaki yang meluputi inspeksi,palpasi,dan pemeriksaan labilatorium

Dalam tahap ini tidak ditemukan hambatan yang berarti karena pada saat pengumpulan
data baik ibu maupun keluarganya selalu terbuka memberikan informasi atau data yang
diperlukan yang berhubungan dengan keadaan ibu. Pada tinjauan pustaka defenisi dari
kelaianankongenital.

B . langkah II identifikasi diagnosa /masalah aktual

Berdasrkan teori bahwa Labio Palato Skizis adalah kelainan kotak palatine( bagian
depan serta smaping muka serta langit-langit mulut) yang tidak menutup dengan
sempurna, sehingga bayi dalam keadaan ini bayi tidak mampu secara spontan membuat
ruang hampa sat menghisap sehingga bayi tidak dapat mengalami refleks hisap yang efektif,
dengan demikian tidak aa kesenjangan antara teori dan studi kasus pada bayi “N”.
Dalam menegakkan suatu diagnosa / masalah kebidanan yang harus berdasarkan
pendekatan asuhan kebidanan yang didukung dan ditunjang oleh beberapa data baik dat
subjektif maupun data objektif yang diperoleh dari hasil pengkajian yang didapatkan pada
pengkajian pada bayi”N” dengan Labio Palato Skizis .

Masalah / diagnosa ditegagkan dengan terlebih dahulu menganalisa data yang telah
diperoleh dengan mengacu pada teori yang ada,sehingga pada tahap ini penulis
menemukan adanya kesenjangan antara teori dan kenyataan yang ada yaitu tentang
diagnosa masalah kecemasan .

C .langkah III identifikasi diagnosa / masalah potensial

Pada kasus Labio Palato skizis mengalami gangguan padda pemenuhan nutrisi.
Pemberian makan dan minum yang lebih lama dapat melelahkan bayi sehingga
menyebabkan pencapaian berat badan yang sangat kurang. Potensial kebutuhan nutrisi
tidak terpenuhi, infeksi tali pusat dan ketidakmampuan keluarga untuk menerima keadaan
bayi tetap mengacu pada konsep dasar dan data yang ada dalam menegakkan maslah yang
kemungkinan muncul pada klien bila keadaan itu tidak segera ditangani sehingga pada
tahap ini tidak ditemukan adanya kesenjangan antara teori dan masalah potensial yang
diangkat.

Bayi dengan masalah Labio Palato Skiztis adalah merupakan cacat bawaan yang
potensial bisa mengakibatkan orang tua maupun keluarga tidak siap untuk menerima
selayaknya anggota keluarga yang sempurna.

D .Langkah IV perlunya tindakan segera dan kolaborasi

Pada sistem pelayangan asuhan kebidanan harus mempersiapkan suatu asuhan


segera oleh bidandan dokter dengagn tendakan segera/ kolaborasi berdasarkan kondisi dan
status kesehatan klien.

Pada pelaksanaan perawaan tetap sesuai dengan rencana dan tidak dilakukan
tindakan segera/kolaborasi karena kondisi bayi yang tidak memerlukan tindakan tersebut
sehingga dapat kita lihat kesesuaian antara teori dan pelaksanaan tindakan yang ada.
E .langkah V rencana asuhan kebidanan

Dalam membuat rencana tindakan dibuat berdasarkan tujuan dan kriteria yang akan
dicapai sesuai dengan konsep bahwa bayi dengan labio palatoskizis rencana tindakan
sisusun berdasarkan penatalaksanaan untuk masing-masing diagnosa masalah akatual dan
masalah potensial.

Penatalaksanaan asuahan kebidanan pada bayi dengan labio palato skizis dengan
gangguan pemenuhan nutrisi yaitu Mencuci tangan sebelum dan sesudah bekerja,
Mengobservasi tanda-tamda vital,Timbang berat badan bayi,Menganjurkan ibu
menyusui bayinya secara on demand, Memberikan dukungan kepada orang tua untuk
menerima dan memperlakukan bayinya layaknya anggota keluarga yang normal,
Memberi posisi tegak/semi fowler, namun tetap rileks selama pemberian ASI / susu
formula pada bayi.Menempatkan dot botol dalam mulut bayi, sisi berlawanan dari
celah, kearah belakang lidah.

Dalam tinjauan pustaka dan asuhan kebidanan pada bayi”N” berdasarkan dengan
intervensi yang dilakukan tidak ditemukan adanya kesenjanan antara teori dengan
praktek pelaksanaan asuhan kebidanan.

F .Langkah VI pelaksanaan tindakan asuhan kebidanan

Tindakan asuhan kebidanan berdasarkan dengan perencanaan asuhan kebidanan


yang telah dibuat dilaksanakan seluruhnya dengan baik di RSU. Haji ,tanggal 1 september
2010 . sehingga penulis tidak menemukan hambatan yang berarti karena adanya kerja sama
dan penerimaan yang baik dari ibu dan keluarga serta dukungan ,bimbingan dan asuhan dari
pembimbing dari lahan praktek.

G .Langkah VII evaluasi

Evaluasi merupakan langkah ahir dari proses manajemen asuhan kebidanan yaitu
,penilaian tehadap tingkat keberhasilan asuhan yang diberikan kepada klien dengan
pedoman dan tujuan dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya .
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Setelah penulis melaksanakan asuhan kebidanan pada bayi “N” dengan labi palato skiztis di
RSU. Haji Makassar maka pada bab ini penulis menarik kesimpulan dan saran.

A. Kesimpulan
1. Labio Palto skzis yang terjadi paa bayi “N” menyebabkan gangguang pemenuhan
nutrisi sehubungan dengan kelainan pada bibir dan langit-langit sehingga bayi
tidak dapat membuat suatu ruang hampa saat menghisap sehingga daya hisap
bayi tidak efektif
2. Labio Palato skizis pada bayi “N” kemungkinan terjadi karna faktor umur yang
berusia 35 tahun dan faktor gizi sehubungan dengan penghasilan kepala keluarga
sebagai wiraswasta yang kurang dibandingkan dengan jumlah anggota keluarga
3. Dengan dukungan yang dibeikan kepada ny “N” dan keluarga membuat keluarga
optimis menerima kehadiran bayi sebagai mana keluarga yang normal.

B .Saran

1. Untuk masyarakat
a. Diharapkan paa setiap pasangan usia subur agar bisa mengatur kehamilan untuk
mencegah kehamilan beresiko bisa mengatur jarak kehamilan beresiko dan
kelahiran bayi dengan kelaian kengenital.
b. Perlunya dukungan dan ketelibatan suami/keluarga dalam keperawatan demi
meningkatkan hubungan yang lebih erat dengan keluarga agar keluarga dapat
diberri bimbingan untuk memiliki pengetahuan cara perawatan bayinya saat
berada di rumah.
2. Untuk bidan
a. Bidan sebagai tenaga kesehatan sangat berperan dalam menurunkan angka
kematian bayi karena itu bidan perlu meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan
kebutuhan.
b. Bidan dalam memberikan perawatan dan asuhan harus sesuai dengan
kewenangan, untuk itu manajemen asuhan kebidanan perlu dikembangkan
karena merupakan sarana yang membantu seoreang bidan dalam
memecahakan masala klien dalam berbagai situasi.
c. Didalam penerapan asuhan kebidanan hendaknya didokumentasikan secara
sistematis
3. Untuk institusi
Perlu peningkatan pembelajaran di Laboratorium k hususnya penangan paa bayi
baru lahir dengan kelainan kongenital sehingga dapat lebih dimengerti dan
dipahami setiap tindakan yang harus dilakukan mengingat praktek laboratorim
sangat bermamfaat dalam membina tenaga bidan guna menciptakan sumberr
daya manusia yang berpotensi dan profesional.

DAFTAR PUSTAKA

Departemen kesehatan Indonesia sehat 2010

Sarwono Prawiroharjo, 2007. Ilmu kebidanan YBP-SP Jakarta.


Buletin RS. Anak dan Bunda Harapan kita Kelainan Kongenital/Bawaan

(http//wwww.depkes.co.id)

You might also like