You are on page 1of 72

TINJAUAN APLIKASI LOGO PADA KATALOG

PAMERAN JAKARTA BIENNALE 2009 BERDASARKAN


STANDAR MANUAL LOGO

KARYA TULIS TUGAS AKHIR

Diajukan untuk melengkapi persyaratan


Diploma III Politeknik Negeri Jakarta

Disusun Oleh :
MAHER ALAYDRUS
1605010127

Program Studi Teknik Grafika


Jurusan Teknik Grafika dan Penerbitan
POLITEKNIK NEGERI JAKARTA
DEPOK
2009

1
2

BAB I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Gagasan menggunakan tanda untuk menunjukan hak kepemilikan

bukanlah penemuan yang baru. Sejak abad ke-3, bangsa Mesopotamia dan

Mesir menandai batu bata mereka dengan cap untuk menunjukan bangunan

milik mereka. Bahkan bangsa Romawi menandai batu bata mereka dengan

cap untuk menunjukan siapa pembuatnya, tempat asal pembuatannya, dan

tujuan dibuatnya batu bata tersebut.

Dan pada abad ke-19 logo menjadi hal yang sangat penting,

khususnya saat Revolusi Industri, di mana kebutuhan industrial meningkat.

Karena industri pabrik berkembang sangat begitu pesat, produk-produk bisa


3

didistribusikan ke tempat-tempat baru di seluruh dunia. Dan tentu saja seiring

dengan berjalanya waktu, pesaing-pesaing mulai menambahkan lambang ke

dalam produk mereka untuk mempermudah pasar maupun pihak terkait

lainnya mengenali produk mereka. Pihak manufaktur ini kemudian

menambahkan nama dari perusahaan pembuatan produk, ataupun nama

produk tersebut sebagai identitas mereka. Tiap nama didesain, dibentuk dan

diolah sedemikian rupa oleh masing-masing peusahaan, hingga kemudian

muncul apa yang kita kenal dengan ”logo”, di mana untuk pertama kalinya

sebuah nama dan tanda (simbol) digabungkan.

Sekarang setiap perusahaan umumnya memiliki logo, apakah itu

perusahaan palayanan jasa maupun perusahaan penyediaan barang. Logo

digunakan sebagai pembentuk citra dan identitas pribadi perusahaan yang

akan dipublikasikan kemasyarakat. Dan tidak hanya perusahaan yang

memiliki logo, tetapi lembaga, produk, agensi, asosiasi, institusi, dan acara

juga memiliki logo sebagai pembeda.

Logo biasanya dirancang sesuai dengan filosofi yang dikehendaki oleh

klien. Logo juga harus menggambarkan citra dan jenis usaha sesuai dengan

tujuan klien. Dikarenakan persaingan yang sudah sangat ketat, logo selain

menggambarkan citra yang diwakilinya tersebut tapi juga harus tampil

menarik. Untuk itu dibutuhkan desainer yang memiliki pengetahuan yang

luas dan kreatif untuk membuat logo.

Untuk mengaplikasikan logo pada media-media yang akan dibuat,

dibutuhkan panduan. Panduan tersebut adalah Standar Manual Logo, yang


4

berfungsi untuk menjaga konsistensi logo pada saat pengaplikasiannya.

Karena konsintensi merupakan faktor penguat paling efektif dalam

pembentukan identitas.

Tidak hanya perusahaan yang menggunakan logo, tetapi acara juga

menggunakan logo sebagai pembeda acara mereka dengan acara-acara serupa

lainnya. Di Jakarta ada acara pameran seni rupa dua tahunan yang sudah lebih

dari 30 tahun telah diselenggarakan, yaitu Jakarta Biennale. Dalam

pamerannya yang ke-13 ini Jakarta Biennale mengangkat tema Zona Cair.

Dari tema tersebut dibuatlah logo yang mewakilinya, maka terbuatlah logo

Jakarta Biennale 2009 yang bertuliskan Area Arena. Pameran Jakarta

Biennale 2009 memberikan ruang para seniman untuk menggunakan area-

area kosong di Jakarta agar dapat menjadi arena mereka dalam berkarya.

Tidak hanya seniman-seniman dari Jakarta yang turut serta dalam pameran

tersebut, tetapi juga para seniman dari manca negara yang berkualitas.

Salah satu aplikasi logo dalam pameran ini adalah pada katalog pameran.

Dalam pameran bersama ataupun tunggal, peran katalog tidak kalah penting

dari kesiapan dan kematangan karya yang ingin dipamerkan. Walaupun

katalog sangat penting untuk sebuah pameran, pembuatan katalog banyak

menyulitkan seniman atau lembaga penyelenggara pameran dikarenakan

banyak menyita tenaga, pikiran dan biaya. Tetapi keberadaan pameran dan

katalog sama pentingnya bagi mereka, karena katalog adalah ”pengantar”

parmanen dari keberadaan pameran tersebut kepada para penikmatnya.


5

Karena sangat pentingnya penerapan logo pada setiap media cetak, untuk

menunjukan identitas suatu acara pameran seni rupa. Bagaimana sebuah

konsistensi penerapan logo menjadi aset terbesar suatu badan tertentu. Hal

tersebut membuat penulis ingin membahas penerapan logo pada salah satu

media cetak yang diproduksi untuk kelangsungan acara pemeran tersebut.

Maka terdorong penulis untuk membuat karya tulis ”Tinjauan Aplikasi

Logo pada Katalog Pameran Jakarta Biennale 2009 Berdasarkan

Standar Manual Logo”.

Penulis berharap kepada pembaca tugas akhir ini mendapatkan

pengetahuan mengenai pentingnya aplikasi logo berdasarkan Standar Manual

Logo.

1.2 Ruang Lingkup Pembahasan

Ruang lingkup pembahasan dalam penulisan tugas akhir terdiri dari

rumusan masalah dan pembatasan masalah.

1.2.1 Rumusan Masalah

Logo bukanlah sebuah gambar yang dapat diubah-ubah dengan

seenaknya. Karena konsistensi suatu logo akan berdampak pada apa

yang diwakilinya. Dan logo juga sebagai pembentuk identitas pameran.

Berdasarkan latar belakang pemilihan judul, penulis mencoba

merumuskan masalah yaitu pentingnya aplikasi logo berdasarkan

standar manual logo.

1.2.2 Pembatasan Masalah


6

Adapun penulisan Tugas Akhir ini memiliki batasan permasalahan

atau ruang lingkup agar pembahasannya lebih terarah, tidak melebar,

atau pun tidak jauh melenceng dari hal yang sudah digariskan.

Dalam hal ini penulis hanya membahas tentang Tinjauan Aplikasi

Logo pada Katalog Pameran Jakarta Biennale 2009 Berdasarkan

Standar Manual Logo. Masalah yang akan diangkat oleh penulis

adalah aplikasi logo pada katalog pameran Jakarta Biennale 2009.

Penulis tidak akan membahas mengenai proses pembuatan logo, acara

pameran Jakarta Biennale 2009, ataupun mengenai layout katalog

pameran. Penulis juga tidak membahas keseluruhan dari standar manual

logo. Hanya isi standar manual logo yang berhubungan dengan aplikasi

pada katalog.

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah sebagai berikut:

1. Sebagai syarat kelulusan dari Diploma III Politeknik Negeri Jakarta

Jurusan Teknik Grafika Penerbitan.

2. Mengetahui masalah dan penyebab masalah aplikasi logo pada

katalog pameran Jakarta Biennal 2009.

3. Mengetahui solusi masalah aplikasi logo pada katalog pameran

Jakarta Biennal 2009.

4. Mengetahui pentingnya peranan standar manual logo dalam aplikasi

logo pada katalog pameran Jakarta Biennale 2009.


7

5. Memahami bagaimana logo yang konsisten.

6. Mengetahui bagaimana mengaplikasikan logo dengan benar.

1.4 Metode Penyusunan

1.4.1 Metode Penulisan

Penulis melakukan penyusunan dan penulisan tugas akhir ini, dengan

metode deskriptif. Metode penulisan deskriptif adalah metode yang

bersifat paparan. Metode ini dianggap mewakili pembahasan yang ingin

penulis jabarkan dalam penulisan tugas akhir ini.

1.4.2 Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan penulis terdiri dari:

A. Metode Kepustakaan (Library Research)

Metode kepustakaan digunakan penulis guna mencari dan

mengumpulkan data yang diperlukan dari bahan-bahan referensi

seperti buku, diktat kuliah, dan makalah yang bersangkutan dengan

topik yang akan dibahas oleh penulis.

B. Metode Penelitian Lapangan

Penulis melakukan pengamatan langsung atau penelitian

lapangan dengan melakukan praktik industri di PT. Ahmett Salina.

C. Metode Wawancara (Interview)

Penulis melakukan wawancara dan diskusi dengan pihak-pihak

yang berkaitan di tempat praktik industri. Wawancara yang


8

dilakukan berkaitan dengan objek pembahasan penulis untuk

penyusunan tugas akhir.

1.5 Sistematika Penulisan

Laporan Tugas Akhir ini terdiri dari lima bab dan tiap-tiap bab terdiri dari

sub-sub bab pembahasan.

Bab I, Merupakan penjabaran mengenai latar belakang masalah.

Kemudian menjabarkan ruang lingkup pembahasan yang mencangkup

pembatasan masalah, tujuan penulisan dan sistematika penulisan.

Bab II, Pada bab ini diuraikan teori-teori yang mendukung dan terkait

dengan judul penulisan, sekaligus berperan sebagai pedoman dalam

membahas masalah yang ditinjau.

Bab III, Berisikan tentang sejarah pameran, struktur kepanitiaan, konsep

pameran, standar manual logo dan aplikasi logo pada katalog pameran Jakarta

Biennale 2009.

Bab IV, mencakup pembahasan aplikasi logo pada katalog yang

seharusnya sesuai dengan standar manual logo dan diulas secara objektif

mengenai solusinya.

Bab V, merupakan penutup yang berisikan simpulan pada bab-bab

sebelumnya, beserta saran-saran yang bersangkutan dengan pembahasan yang

diangkat penulis.
9

BAB II

Landasan Teori

2.1 Logo

Setiap hari manusia melihat ratusan bahkan ribuan logo. Tetapi hanya

beberapa logo saja yang mereka kenali. Hal ini dikarenakan hanya sedikit logo

yang berhasil dan melekat pada benak manusia. Tidak hanya bentuk yang

dapat dikenali dari sebuah logo, tetapi juga citra atau identitas dari hal yang

diwakilinya. Dan semua ini tergantung dari pembuatan, penggunaan dan

pengembangan logo tersebut.


10

2.1.1 Pengertian dan Fungsi Logo

Logo adalah tanda pengenal atau simbol dari suatu

instansi/perusahaan, juga merupakan inisial. Kadang logo juga

merupakan singkatan dari kepanjangan nama suatu perusahaan yang

dibuat sedemikian rupa sehingga merupakan ciri khas perusahaan

tersebut (Sukardi, Imam Haryono, Estetika Lay-Out 1, h.99 ).

Logo merupakan wakil dari suatu unit bisnis, instituisi atau

lembaga. Jadi logo menunjukan jati diri perusahaan tempat seseorang

bekerja. Visualisasi logo mempersyaratkan agar bentuknya tampak

sederhana tetapi kuat dalam menggambarkan arti (Bambang Purwanto,

Desain Grafis Tata Letak dan Tipografi, h.164 ).

Logo atau Corporate Identity atau Brand Identity adalah sebuah

tanda yang secara langsung tidak menjual, tapi memberi suatu identitas

yang pada akhirnya sebagai alat pemasaran yang signifikan, bahwa

logo mampu membantu membedakan suatu produk atau jasa dari

kompetitornya (Sularko. Herdi dkk, How Do They Think, h. 6 ).

Logo adalah lambang atau simbol khusus dari sebuah perusahaan,

benda, publikasi, seseorang, jasa, ataupun gagasan (Sean. Adams dkk,

Logo Design Workbook, h. 16 )

Logo merupakan suatu bentuk gambar atau sekedar sketsa dengan

arti tertentu, dan mewakili suatu arti dari perusahaan, daerah,

perkumpulan, produk, negara, dan hal-hal lainnya yang dianggap


11

membutuhkan hal yang singkat dan mudah diingat sebagai ganti dari

nama sebenarnya.

Logo berfungsi sebagai simbol yang digunakan untuk

menyampaikan pentingnya citra usaha suatu perusahaan swasta

maupun perusahaan umum. Dapat juga menunjukkan kegiatan dan

fungsi perusahaan yang diwakilinya. Karena itu, logo harus didesain

unik untuk menunjukkan kejelasan, keseimbangan, kelayakan,

keindahan, dan kesederhanaan. Kejelasan dan kesederhanaan penting

karena mereka yang membacanya tidak boleh dibingungkan oleh

desain dari logo tersebut. Keseimbangan adalah penting karena hanya

gambar yang benar-benar proposional dan seimbang yang akan

menyenangkan untuk dilihat. Daya penglihatan merupakan proses

saling mempengaruhi yang rumit yang juga dipengaruhi penilaian

kesesuaian sangat penting karena logo menunjukkan transaksi dan

fungsi perusahaan.

Logo sangat berperan memberikan kesan pertama bagi masyarakat.

Begitu logo Anda disukai, besar kemungkinan masyarakat akan

melirik produk Anda juga. Sebakiknya, jika logo Anda memberikan

imajinasi yang buruk, tak satu pun yang akan menghiraukan produk

Anda, meskipun anda sebenarnya menawarkan produk yang sangat

bermutu (David E. Carter, Koran Kompas edisi tanggal 12 Juni 1991,

h.3).
12

Logo sebagai pesan itu selanjutnya akan dinikmati dan

diperhatikan oleh individu. Kemudian masing-masing individu akan

menginterpretasikan pesan dalam bentuk logo tersebut. Hasil

interprestasi itu merupakan pemahaman atau pengetahuan individu

terhadap arti pesan yang diterimanya. Suatu logo dapat

membangkitkan perhatian melalui penggunaan bentuk-bentuk dan

warna-warna tertentu.

Penggunaan warna dalam logo menjadi penting karena warna

merupakan salah satu faktor yang berperan bagi manusia dalam

mengamati lingkunganya (Diane B. Judd, Gunter Wyszecki,

Psychology of The Art, h.5 ).

Logo juga berfungsi untuk mewakili citra dan sasaran perdagangan

perusahaan, serta mencerminkan aktivitas dan fungsi-fungsinya. Logo

harus mencerminkan citra positif perusahaan dengan cara

memaksimalkan pesan-pesan dari logo tersebut yang menguntungkan

dalam bentuk lambang dan gambar.

2.1.2 Unsur-unsur Grafis pada Logo

Untuk menghasilkan sebuah logo yang menarik dan artistik

diperlukan pemahaman akan unsur-unsur logo. Unsur-unsur logo

seperti di bawah ini:

A. Tipografi

Tipografi adalah gambar dari huruf. Kata-kata disusun bersama

untuk menyampaikan suatu pesan. Sama seperti kita memecahkan


13

sebuah perumpamaan, kata menguraikan tipografi. Sifat, sejarah

dan budaya suatu perusahaan disampaikan oleh kata-kata dari

logonya. Memilih bentuk kombinasi huruf untuk sebuah logo

adalah hal yang rumit. Bentuk kombinasi huruf harus

dipertimbangkan, begitu juga keterbacaanya dan juga perbedaan

suara ketika kata-katanya dibacakan. Beberapa bentuk huruf

membuat keterbacaanya menjadi lebih baik dengan huruf besar dah

huruf kecil (Sean. Adams dkk, Logo Design Workbook, h. 46 ).

Dalam komunikasi visual, bahasa perlu ditulis dan dicetak

dengan menggunakan huruf, dan menggunakan huruf berarti

memerlukan tipografi. Berkaitan dengan itu, huruf-huruf alpabet

yang kita anut melalui sistem Latin dengan berbagai bahan bahan,

mekanik, dan latar belakang, nama atau jenisnya, ukuran, variasi,

teknik dan sistem penyusunan, keterbacaan (legibility), spasi,

anatomi, maupun hal-hal lain kesemuanya itu menjadi bagian

dalam disiplin atau pengetahuan tentang tipografi (Bambang

Purwanto, Desain Grafis Tata Letak dan Tipografi, h. 107 ).

Tipografi adalah ilmu yang mempelajari tentang seni dan

desain huruf (termasuk simbol) dalam aplikasinya untuk media

komunikasi visual melalui metode penataan layout, bentuk, ukuran

dan sifatnya sehingga pesan yang akan disampaikan sesuai dengan

yang diharapkan (Sunardi Purwosuwito, Apa Itu Typhography, www.

Sunardi Purwosuwito. 2005).


14

Tujuan utama tipografi adalah untuk memudahkan pembaca

berkomunikasi dengan penulisnya melalui penentuan jenis dan

pengolahan susun huruf (Bambang Purwanto, Desain Grafis Tata

Letak dan Tipografi, h. 109 ).

Perkembangan tipografi saat ini mengalami perkembangan

mulai penciptaan dengan tangan (hand draw) hingga mengalami

komputerisasi. Fase komputerisasi membuat penggunaan tipografi

menjadi lebih mudah dan dalam waktu yang lebih cepat dengan

jenis pilihan huruf yang ratusan jumlahnya. Istilah-istilah yang

berkembang pada huruf-huruf digital yang mempunyai anatomi

tidak teratur dikenal dengan nama huruf fantasi atau huruf

dekoratif. Kemunculan huruf-huruf tersebut secara komunikasi

mampu mendekatkan kepada persoalan yang divisulisasikan.

Penggunaan tipografi yang tepat dapat menimbulkan kesan-kesan

tertentu sesuai dengan tema publikasi berkesan bermartabat, heboh,

bijak, agresif, canggih, dan lain-lain. Misalnya huruf Smudger,

Highlight, Misterearl, Jokerman dan masih banyak lagi huruf-huruf

digital yang memiliki bentuk non-regular dan regular seperti Times

new roman, Arial, Courir maupun Helvetica.


15

Gb.2.1 Beberapa Jenis Huruf Reguler dan Fantasi

Berikut adalah beberapa jenis huruf berdasarkan klasifikasi

yang dilakukan oleh James Craig antara lain sebagai berikut

(Logoresource. Tipografi, www.logoresouce.com, 2006 ).

1. San Serif

Melambangkan kesederhanaan, lugas, “masa kini” dan

futuristik. Huruf jenis ini cocok bila didampingkan dengan

grafis yang berkesan futuristis. Agar menegaskan kata atau

judul dari sebuah title desain, huruf ini dapat diberikan

ketebalan. Kesan lain yang ditimbulkan oleh huruf jenis ini

adalah modern, kontemporer dan efisien. Contoh huruf san

serif adalah Franklin Gothic, Arial, Avant Garde, dan lain-lain.

Contoh berikut adalah logo Holland Festival, festival budaya

tahunan di Amsterdam. Warna merah pada HOLND dan warna

biru pada FSTVL menggambarkan bendera Belanda.


16

Gb.2.2 Contoh Logo dengan Huruf San Serif

2. Serif

Ciri dari huruf ini adalah memilki sirip/kaki/serif yang

berbentuk lancip pada ujungnya. Huruf serif memiliki

ketebalan dan ketipisan yang kontras pada garis-garis hurufnya.

Kesan yang ditimbulkan adalah klasik, anggun, lemah gemulai

dan feminim. Contoh huruf serif adalah Times New Roman,

Garamond, Book Old Style, dan lain-lain. Contoh berikut

adalah logo Philharmonie Essen, institusi yang mengurus

ruangan konser untuk Philharmonie Orkestra.

Gb.2.3 Contoh Logo dengan Huruf Serif

3. Egyptian

Adalah jenis huruf yang memiliki ciri kaki/sirip/serif yang

berbentuk persegi seperti papan dengan ketebalan yang sama

dengan basic stroke-nya. Kesan yang ditimbulkan adalah


17

kokoh, kuat, kekar dan stabil. Contoh huruf Egyptian adalah

Serifa, Bookman, dan lain-lain. Contoh berikut adalah logo

Life and Cooking, sebuah saluran televisi di Belanda.

Gb.2.4 Contoh Logo dengan Huruf Egyptian

4. Script

Huruf Script menyerupai goresan yang dikerjakan dengan

pena, kuas atau pensil tajam dan biasanya miring kekanan.

Kesan yang ditimbulkan adalah sifat pribadi dan akrab. Contoh

huruf Script adalah FZ Hand 2 Italic, English 111 Vivace,

Staccato Phybliss ATT, Kuenstb, dan lain-lain. Contoh berikut

adalah logo Goût du Jour, took kue dan roti Jepang. logo ini

menimbulkan kesan spontan dan menyenangkan.

Gb.2.5 Contoh Logo dengan Huruf Script


18

B. Warna

Warna itu subjektif. Ada ikatan emosional yang personal

terhadap setiap warna yang kita lihat. Dan hubungannya dengan

desain logo, warna langsung mempengaruhi nilai pengenalan

sebuah logo. Dan juga menyampaikan warna perusahaan. Warna

yang sama memiliki pengertian yang berbeda pada setiap budaya

(contoh, di United Kingdom putih berarti murni dan positif, tetapi

di Cina putih berarti duka atau menggambarkan surga). Memiliki

warna adalah prioritas utama dari logo dan kemudian identitas

(Sean. Adams dkk, Logo Design Workbook, h. 50 ).

Warna adalah bagian cahaya yang dipantulkan dari permukaan

benda dan mengenai mata kita, hingga meninggalkan kesan

tertentu (Tim Penyusun, Leksikon Grafika, 1985, h.260).

Pemilihan warna yang tepat sangat penting karena dapat

mempengaruhi orang secara emosional dan mental tanpa disadari

oleh orang yang melihatnya, karena warna punya kaitan yang erat

dengan simbolisme yang dapat mempengaruhi secara psikologis.

Warna mampu memberikan kesan tersendiri bagi yang

melihatnya. Warna merah misalnya, mengesankan semangat,

kegairahan, dan panas api. Atau warna ungu mengesankan

kepucatan, layu dan tidak semangat. Kombinasi antar warna

memberikan kesan visual yang bervariasi yang tentu saja

berdampak pada hasil kerja desain grafis. Menurut pakar desain


19

grafis David Dabner, warna yang dipilih bisa menimbulkan efek

yang luar biasa pada kesan desain dan cara orang meresponnya

(feedback) (David Dabner, How to understand and use design and

layout second edition, Hoe to design book, Ohio, 2003. h 54).

Berikut adalah tabel mengenai beberapa macam warna dan

dampaknya secara psikologis menurut Idarmadi (Idarmadi. Dasar-

Dasar Desain Grafis, www.toekangweb.com, 1999, h. 2).

Tabel 2.1 Tabel Psikologi Warna

WARNA Respon Psikologi Keterangan


Merah Power, energi, Warna Merah kadang
kehangatan, cinta, nafsu, berubah arti jika
agresi, bahaya. Warna ini dikombinasikan dengan
melambangkan keadaan warna lain.
psikologi yang Merah dikombinakan
mengurangi tenaga, dengan Hijau, maka akan
mendorong makin menjadi simbol Natal.
cepatnya denyut nadi, Merah jika
menaikkan tekanan darah dikombinasikan denga
dan mempercepat Putih, akan mempunyai
pernapasan. Warna ini arti 'bahagia' di budaya
mempunyai pengaruh Oriental.
produktiviti, perjuangan,
persaingan dan keberaian.
Warna ini melambangkan
kekuatan kemauan atau
cita-cita. Sifatnya :
Agresif, Aktif, Eksentrik.
20

Pengaruhnya :
Berkemauan keras, penuh
gairah,
semangat,dominasi,
kelakian.
Biru Kepercayaan, Banyak digunakan
Konservatif, Keamanan, sebagai warna pada logo
Teknologi, Kebersihan, Bank di Amerika Serikat
Keteraturan untuk memberikan kesan
'kepercayaan'.
Hijau Alami, Sehat, Warna Hijau tidak terlalu
Keberuntungan, 'sukses' untuk ukuran
Pembaharuan Global. Di Cina dan
Perancis, kemasan dengan
warna Hijau tidak begitu
mendapat sambutan.
Tetapi di Timur Tengah,
warna Hijau sangat
disukai.
Yellow Optimis, Harapan, Kuning adalah warna
Filosofi, Ketidak jujuran, keramat dalam agama
Pengecut (untuk budaya Hindu.
Barat), pengkhianatan.
Ungu Spiritual, Misteri, Warna Ungu sangat
Kebangsawanan, jarang ditemui di alam.
Transformasi, Kekasaran,
Keangkuhan
Oranye Energy, Keseimbangan, Menekankan sebuah
Kehangantan produk yang tidak mahal.
21

Coklat Tanah/Bumi, Reliability, Kemasan makanan di


Comfort, Daya Tahan. Amerika sering memakai
warna Coklat dan sangat
sukses, tetapi di
Kolumbia, warna Coklat
untuk kemasan kurang
begitu membawa hasil.
Abu Abu Intelek, Masa Depan Warna Abu abu adalah
(kayak warna Milenium), warna yang paling
Kesederhanaan, gampang/mudah dilihat
Kesedihan oleh mata.
Putih Kesucian, Kebersihan, Di Amerika, Putih
Ketepatan, Ketidak melambangkan
bersalahan, Setril, perkawinan (gaun
Kematian pengantin berwarna
putih), tapi di banyak
budaya Timur (terutama
India dan Cina), warna
Putih melambangkan
kematian.
Hitam Power, Seksualitas, Melambangkan kematian
Kecanggihan, Kematian, dan kesedihan di budaya
Misteri, Ketakutan, Barat.
Kesedihan, Keanggunan Sebagai warna Kemasan,
Hitam melambangakan
Keanggunan (Elegance),
Kemakmuran (Wealth)
dan Kecanggihan
(Sopiscated)
22

C. Ilustrasi

Istilah ilustrasi berasal dari bahasa Inggris Ilustration or

Ilustrate yang berarti memberi keterangan ; pengertian tentang

ilustrasi itu sendiri dijelaskan oleh S. Ralph Maurell dalam

bukunya Comercial Art Techniques .

Ilustrasi adalah gambar / visualisasi tentang situasi , keadaan,

ide, proses, obyek atau orang, khayalan atau keadaan nyata yang

disajikan dengan jelas.

Dalam perkembangan logo, ilustrasi mulai dimasukan. Mereka

dapat sangat kuat dan menyampaikan banyak informasi dengan

cepat. Ilustrasi juga dapat disampaikan secara tidak langsung dan

wajar, memungkinkan untuk memiliki keluasan arti. Gaya

pembuatan ilustrasi juga berdampak pada warna dan artinya.

Ilustrasi yang dibuat untuk logo tidak harus berbentuk abstrak dan

datar. Sedangkan memasukan ilustrasi secara langsung juga

merupakan kesalahan, banyak teknik yang dapat digunakan untuk

mewakili ilustrasi yang ingin dimasukan ke dalam logo.

Berikut adalah beberapa jenis ilustrasi berdasarkan buku Logo

Design Workbook :

1. Diagramatik

Ilustrasi yang sederhana mewakilkan tatanan atau struktur

subjek yang ingin digambarkan. Logo biro desain Spark berikut


23

menggambarkan kepala dan bintang untuk menunjukan proses

berfikir dan gagasan mereka.

Gb.2.6 Contoh Logo Diagramatik

2. Metaphonik

Ilustrasi berdasarkan dari konsep yang berhubungan atau

diinginkan. Ilustrasi topi pada logo Talent Entertaiment Goup

untuk menggambarkan para pencari bakat di dunia hiburan

banyak yang menggunakan topi.

Gb.2.7 Contoh Logo Metaphonik

3. Simbolik
24

Ilustrasi abstrak yang tidak memiliki hubungan yang jelas

dengan subjeknya. Hanya ada hubungan yang mendekati pada

subjeknya. 747 adalah sebuah studio cetak di Jerman. Angka

747 mengingatkan mereka pada pesawat Boeing, kombinasi

dari teknologi yang canggih dan efisien.

Gb.2.8 Contoh Logo Simbolik

D. Bentuk

Menurut Leksikon Grafika pengertian bentuk adalah macam

rupa atau wujud sesuatu, seperti bundar elips, bulat segi empat dan

lain sebagainya ( Tim Penyusun, Leksikon Grafika, 1985, h.32 ).

Garis dapat menghasilkan bentuk dan dapat membantu membatasi

fungsi dan dimensi ruang. Melalui ukuran dan perbedaan bentuk

menyatakan kepentingan dan pengaruh yang kuat. Bentuk-bentuk

memiliki karakteristik dan nilai-nilai persepsi sendiri di tiap-tiap

kebudayaan. Bentuk dibagi menjadi tiga golongan bentuk dasar

yaitu segi tiga, segi empat atau kotak, dan lingkaran.

Logo yang bagus melibatkan bentuk yang cocok dan mudah

diingat. Bentuk adalah pusat dari pengenalan. Logo dapat

berbentuk kotak, segi tiga, bulat, elips, dan bentuk-bentuk lainnya.


25

Berfikir kalau semua logo harus mengandung sebuah bentuk juga

tidak dapat tepat. Bentuk keseluruhan dari sebuah logo akan

menjadi sebuah bentuk. Bentuk ini dapat dibentuk dari kata-kata

dan gambar yang telah tersusun. Dan sebagai kemungkinan lain,

kata-kata dan gambar juga bisa terbuat dati bagian-bagian dari

bentuk.

Berikut adalah beberapa jenis bentuk berdasarkan dari

geometrinya :

1. Bentuk Geometri Kotak

Kotak merupakan bentuk geometri yang paling sederhana

dan banyak desainer beranggapan bahwa bentuk kotak adalah

bentuk yang membosankan. Di dalam graphic design kotak

dapat digunakan untuk :

- Memberi kesan kesatuan dan kuat, seperti logo Dodo

berikut ini.

Gb.2. 9 Contoh Logo Bentuk Geometri Kotak

2. Bentuk Geometri Lingkaran

Lingkaran merupakan bentuk yang melambangkan infinity

atau tidak terbatas. Bentuk lingkaran tersebut dapat digunakan

untuk :
26

- Memberi kesan tanpa batas tapi juga bisa protectiveness.

- Menonjolkan fungsi tertentu, penggunaan lingkaran untuk

tujuan tertentu.

- Sangat berguna dan kebenaran.

- Dan juga merupakan sebuah bentuk yang indah, seperti

logo ABC berikut yang tidak pernah berubah tahun 1962.

Gb.2.10 Contoh Logo Bentuk Geometri Lingkaran

3. Bentuk Geometri Segitiga

Segitiga merupakan bentuk yang lebih dinamis dan dapat

diasumsikan dengan berbagai kesan, seperti : religius, piramid,

bendera, pertumbuhan, atau anak panah. Bentuk ini dapat

digunakan untuk :

- Menyimbolkan suatu kegiatan atau konflik, pertumbuhan

atau kedinamisan.

- Berhubungan dengan bentuk-bentuk umum seperti piramid,

bendera, panah dan pointer.


27

- Menonjokan suatu pesan.

- Memberi pesan tertentu.

- Logo dibawah adalah menunjukan memastikan metal

beharga. Seperti identitas perusahaan Markus itu sendiri.

Gb.2.11 Contoh Logo Bentuk Geometri Segitiga

2.1.3 Tipe-tipe Logo

Tipe logo dapat berupa wordmark, lettermark, symbol mark, dan

combination mark. Tipe-tipe tersebut membedakan logo perusahaan.

A. Wordmark

Wordmark (logotype) adalah logo yang menggunakan nama

peruahaan yang dituliskan dengan tipografi atau huruf yang unik.

Seperti logo CalArts berikut, tempat kuliah yang memiliki banyak

jurusan seperti senii murni, desain grafis, fotografi, perfilman,

teater, music, dan seni tari. CalArts dibangun oleh Walt Disney

pada tahun 1971.


28

Gb.2.12 Contoh Logo Wordmark

B. Lettermark

Lettermark adalah logo yang menggunakan inisial dari nama

perusahaan. MTV merupakan inisial dari Music Television, sebuah

saluran televise berlangganan yang memutar video klip music.

Gb.2.13 Contoh Logo Lettermark

C. Symbol Mark

Symbol mark adalah logo yang menggunakan gambar yang

melambangkan perusahaan dan dapat dibentuk menjadi pictorial

visual, abstract visual, atau nonrepresentational visual.

• Pictorial Visual

Tampilan gambar yang melambangkan perusahaan dan

dapat diartikan gambarnya. Logo Sonic Fruit menggambarkan


29

buah dan not balok dalam lingkaran yang simetris. Sonic Fruit

bergerak dalam bidang olah suara.

Gb.2.14 Contoh Logo Pictorial Visual

• Abstract visual

Tampilan gambar dengan penekanan pada bentuk alamiah,

dengan memecah gambar yang berhubungan dengan objek

sebenarnya, dimodifikasi dengan penekanan yang abstrak.

Aerorpuertos Argentina 2000 adalah perusahaan yang

memanage tiga puluh tiga bandara di negaranya. Logonya

menggambarkan lapangan bandara.

Gb.2.15 Contoh Logo Abstract Visual

• Nonrepresentational Visual

Tampilan gambar tanpa adanya hubungan perusahaan dan

tidak dapat diartikan sebagai objek. Segura adalah perusahaan

yang bergerak dalam bidang desain dan periklanan. Logo


30

Segura menyerupai huruf S, dengan warna yang elegan seperti

identitas perusahaannya.

Gb.2.16 Contoh Logo Nonrepresentation Visual

D. Combination Mark

Combination mark adalah logo yang mengunakan

gabungan antara huruf dan gambar. Seperti logo MTV2

berikut, menggunakan hurut dan gambar anjing berkepala dua.

Gb.2.17 Contoh Logo Combination Mark


31

Penentuan tipe logo yang baik untuk masing-masing rancangan

tergantung dari faktor nama perusahaan, bisnis, dan pandangan

sendiri (self image). Sebagai contoh, pemakaian huruf (tipografi)

adalah pilihan yang logis untu sebuah perusahaan dengan nama

khusus atau untuk sebuah perusahaan dengan nama khusus atau

untuk sebuah bisnis yang memakai nama pemiliknya. Logo juga

dapat digunakan sebagai cerminan perasahaan, gaya hidup, karier

atau hobi. Logo dapat didasari lingkungan, warna atau sesuatu

yang sangat disukai.

2.2 Standar Manual Logo

Setelah logo dibuat, setelah sistem identitas didesain, dan semuanya telah

disetujui oleh klien. Langakah berikutnya adalah Pemaparan. Pemaparan

adalah mengaplikasikan logo pada dunia nyata. Dalam rangaka

mempersiapkan aplikasi logo ini, desainer membuat Standar Manual Logo.

Disini desainer memvisualisasikan semua informasi yang dibutuhkan untuk

menempatkan logonya dengan tepat.

2.2.1 Pengertian dan Fungsi Standar Manual Logo

Membuat standar manual logo akan menghemat waktu,

menghindari desain yang buruk, dan menghasilkan pesan yang sangat

efektif, bahkan ketika ada desainer baru yang masuk ke perusahaan

tersebut. Desain dalam pandangan dunia adalah menghasilkan sebuah


32

rencana, membuat standar manual logo adalah langkah dalam proses

pembuatan logo.

Standar manual logo membuat sistem identitas dapat dijalankan

dengan baik, karena standar manual logo menyediakan sumber daya

untuk aplikasi logo yang konsisten melalui semua materi visual yang

dibutuhkan oleh klien. Standar manual logo berfungsi untuk

memastikan standar dan pengembangan ide dari desainer secara

sistematis dan konsisten dapat dibuat lagi dalam ragam yang sama.

Setiap saat logo sangat penting sekali untuk digunakan dengan baik

untuk selamanya, tidak hanya untuk 6 bulan pertama. Desainer yang

membuat antipati ini sangat tidak ternilai harganya untuk klien mereka.

Ini adalah alasan utama sebuah perusahaan besar bekerja secara terus

menerus dengan konsultan desainer yang mengerti tentang

pengaplikasian logo dan cara kerja standar manual logo.

Standar manual logo harus dibuat agar berguna untuk segala

kemungkinan terbesar para pengguna logo. Biasanya pada perusahaan

besar, mereka memiliki sebuah koordinator desain yang bertanggung

jawab atas kontinuitas sebuah logo berdasarkan standar manual logo.

Tetapi tidak semua perusahaan memiliki koordinator desain.

Departemen-departemen dalam perusahaan dan konsultan-konsultan

yang menggunakan standar manual logo adalah : perikalanan, Humas

(hubungan masyarakat), pemasaran, cenderamata, barang cetakan,


33

perusahaan kemasan, pembuat papan tanda , penyalur kendaraan dan

seragam.

Dukungan dari pimpinan eksekutif sangat penting dalam

pembuatan identitas baru. Banyak standar manual logo yang diawali

dengan surat dari pimpinan eksekutif. Surat ini menyatakan dukungan

dari pimpinan eksekutif, menjelaskan secara singkat tentang

pentingnya identitas, dan mengarahkan para karyawan untuk

mendukung dan menggunakan logo dengan benar. Jika desainer dapat

merambah orang awam, kesuksesannya dapat dicapai.

2.2.2 Anatomi Standar Manual Logo

Standar manual logo bisa tipis dan ringkas atau tebal dan besar,

tergantung pribadi dan kebutuhan klien. Maupun itu dicetak dan dijilid

atau hanya terdapat dalam intranet klien, standar manual logo adalah

kunci untuk sebuah konsistensi dalam penggunaan logo.

A. Pendahuluan

- Surat pengantar dari pimpinan eksekutif

- Arti logo

- Cara penggunaan standar manual logo

B. Elemen Primer Identitas

- Tinjauan brand

- Logo : simbol dan logotype

- Tipografi
34

- Palet warna

- Gambar

- Bentuk

- Kebutuhan panggung

- Ukuran/skala/pembesan pengecilan

- Pemakaian yang dapat diterima

- Grid

C. Aplikasi Logo yang Dapat Digunakan

- Kartu nama

- Perlengkapan kantor

- Kop surat

- Lingkungan

- Papan tanda : interior dan eksterior

- Kendaraan

- Seragam

- Periklanan

- Promosi

- Bahan pemasaran

- On line

- On air
35

D. Informasi Tambahan

- Pihak yang dapat dihubungi dan informasi

2.3. Katalog

Katalog berasal dari bahasa Latin catalogus yang berarti barang atau

benda yang disusun untuk tujuan tertentu. Sedangakan katalog pameran

adalah semacam ''pengantar'' permanen dari keberadaan pameran itu

sendiri, juga semacam memberi ''pintu masuk'' bagi pengantar apresiasi

atas karya-karya yang dipamerkan. Pameran dan katalog saling

mendukung, saling mengisi dan ada anggapan bahwa jika suatu pameran

usai maka katalog itulah yang akan ''memindahkan pameran seni rupa itu

ke rumah-rumah'', kantor museum, galeri atau ke tangan-tangan pengamat

dan kolektor seni rupa. Dan katalog pun, dalam sisinya yang lain, bisa

menjadi fungsi dokumentasi dari suatu peristiwa yang diselenggarakan

pelukis, juga untuk mengetahui dan mengukur seberapa jauh pencapaian

estetik sang perupa yang bersangkutan.

Fungsi utama katalog dalam pameran seni rupa adalah

memperlihatkan karya-karya yang dipamerkan. Bisa saja tidak seluruh

karya dimasukan di katalog. Sebagian atau beberapa pun tak menjadi

persoalan, karena dengan respresentasi beberapa karya setidaknya telah

mewakili gaya dan kecenderungan estetik si seniman dalam suatu masa

berkarya si seniman. Semua tergantung konteks apa suatu katalog seni

rupa itu dibuat.


36

BAB III

Aplikasi Logo pada Katalog Pameran

Jakarta Biennale 2009

3.1 Sejarah Singkat Pameran Jakarta Biennale 2009

Biennale berasal dari bahasa Itali yang berarti “setiap tahun setelahnya”,

dan sering digunakan untuk mewakilkan acara yang diadakan dua tahun

sekali. Dalam bidang seni kata Biennale digunakan sebagai bahasa seni yang

berarti pameran seni kontemporer dua tahunan.

Jakarta Biennale adalah ajang pameran seni rupa dua tahunan, yang

pertama kali diadakan dengan nama Pameran Besar Seni Lukis Indonesia

sejak 1968. Namun kemudian berubah menjadi Biennale Senirupa di tahun

1982.
37

Biennale diselenggarakan sebagai bentuk pertanggung jawaban seniman

kepada masyarakat serta peningkatan apresiasi. Jakarta Biennale dilindungi

oleh Gubernur DKI Jakarta dan sebagai pemrakarsa adalah Dewan Kesenian

Jakarta.

Biennale pertama kali diselenggarakan tahun 1974. Namun, pameran itu

dianggap terlalu memihak estetika lama sehingga memicu protes dari

kelompok seniman muda yang mengusung pembebasan kreativitas seni rupa.

Mereka tergabung dalam gerakan Desember Hitam 1974, kemudian Gerakan

Seni Rupa Baru tahun 1975.

Dalam Jakarta Biennale tahun 1987 dan 1989, Dewan Kesenian Jakarta

membuat semacam kompetisi untuk mencari pelukis muda yang membawa

kesegaran. Pada Jakarta Biennale IX tahun 1993 dengan kurator Jim

Supangkat, cakupan seni lukis diperluas menjadi seni rupa. Karya seni

instalasi, video art, dan performance art mendapat tempat.

Pada tahun 1996 dan 1998 Jakarta Biennale kembali mengangkat seni

lukis. Pada tahun 2006 digelar Jakarta Biennale XII di lima tempat terpisah:

Taman Ismail Marzuki, Galeri Nasional, Museum Seni Rupa dan Keramik,

Galeri Lontar, dan Galeri Cemara 6. Pameran menampilkan seni media baru,

seni rupa modern, dan sejumlah karya perupa asing yang tinggal di Indonesia.

September 2007, disebarkan undangan kepada para kurator untuk

memasukkan usulan proposal. Terpilihlah proposal Agung Hujatnikajennong

sebagai kurator utama untuk ”Zona Cair” yang menggelar pameran berskala

internasional di Galeri Nasional dan Grand Indonesia Shopping Town.


38

Dengan tema utama ”Arena” yang dilengkapi ”Zona Pemahaman” dan ”Zona

Pertarungan”, Jakarta Biennale 2009 mengangkat persoalan-persoalan seni

rupa, masyarakat, dan pergeseran makna ruang publik di kota.

Jakarta Biennale 2009 kali ini adalah biennale yang pertama kali bersifat

international dengan mengundang secara khusus seniman-seniman yang

berkualitas dari manca negara.

3.2 Konsep Pameran Jakarta Biennale 2009

Jakarta, sebuah kota dengan area 661 km persegi dan 11,5 juta penduduk,

yang terus berkembang dengan pesat. Seperti sebuah kota besar urban

lainnya, Jakarta juga cenderung kehilangan fungsi-fungsi sosial, dalam hal

ini adalah potensi manusia penghuninya sebagai makhluk sosial budaya.

Keadaan yang terjadi oleh beragam hal yang saling berhubungan satu sama

lain; ekonomi, sosial dan kadang politik.

Pembangunan ruang kota yang terfokus pada aspek ekonomi, dan fisik,

seringkali mengesampingkan aspek sosial dan individual. Individu di dalam

struktur kota lebih dipandang sebagai obyek dari sebuah sistem. Dalam sistem

kota yang seperti ini, individu dalam masyarakat seolah berada dalam

berbagai arena untuk memperebutkan ruang, baik ruang ekonomi maupun

fisik.

Konsentrasi untuk pertumbuhan ekonomi, juga seringkali menjadikan

perhatian kepada aspek budaya terlewatkan. Kehidupan urban didominasi

oleh ruang-ruang industri, komersil, mengakibatkan kurangnya ruang publik


39

dan budaya. Tidak mudah bagi seorang untuk mendapatkan ruang untuk

memediasi wacana kebudayaan agar dapat mengidentifikasikan diri sebagai

makhluk sosial yang utuh.

Jakarta Biennale 2009 mengupayakan satu perhelatan besar seni rupa.

Untuk menjadikan kesenian sebagai sebuah strategi perubahan yang

melibatkan subyek kota, dimana gagasan reflektif, kritis dan kreatif bersama

diharapkan dapat membuka ruang ruang baru yang lebih inspiratif, partisipatif

dan toleran di arena kota.

Dalam Jakarta Biennale 2009 ini dibagi menjadi 3 Zona, yaitu :

3.2.1 Zona Pengertian

Jakarta Biennale 2009 diawali dengan memperkenalkan kembali apa

yang dimaksud dengan ARENA (Area Arena). Rangkaian pameran

serta kegiatan sederhana, mengajak masyarakat luas untuk menyadari

apa yang tengah terjadi. Karena bukan tidak jarang masyarakat justru

tidak sadar akan apa yang telah diambil dari hak mereka sendiri. Hak

pandang pribadi yang diusik papan iklan di jalan raya sampai pesan

iklan yang tiba-tiba muncul di handphone.

Taman bermain umum, dipagari dengan alasan kebersihan, menjadi

taman kosong. Kemudian saat dianggap tidak memiliki fungsi yang

jelas, dibongkar karena menjadi beban bagi pengelola. Komplek pasar

swalayan, yang dilengkapi hiburan permainan untuk anak-anak yang

sesungguhnya dimaksud untuk memudahkan masyarakat melengkapi

kebutuhan domestik, sekaligus melakukan rekreasi keluarga, menjadi


40

area konsumtif yang mendominasi kehidupan keluarga dengan beban

finansial yang relatif besar.

Bentuk-bentuk pameran pada tahapan ini bersifat “sepihak”,

menghadirkan karya kaya dinding yang relatif klasik, talk show, dan

lain-lain. Rangkaian kegiatan awal yang berusaha menyadarkan kita

semua tentang keadaan yang ada.

3.2.2 Zona Pertarungan

Program ini merupakan rangkaian kegiatan lokakarya dan pameran

yang akan melibatkan beberapa praktisi lintas disiplin untuk melihat

kembali konteks ruang kota Jakarta terkini dan menciptakan ruang-

ruang baru untuk publik. Tidak hanya ruang baru dalam arti fisik tetapi

juga ruang gagasan yang berhubungan dengan banyak hal yang

mempengaruhi perkembangannya seperti: teknologi, ekonomi, politik,

sejarah, dan publik. Dokumentasi dan artefak lokakarya (outdoor

billboard dan on-site-specific project). Dokumentasi program ini akan

dipamerkan dalam section Zona Cair.

Zona ini fokus pada penciptaan ruang yang memfasilitasi dan

memediasi gagasan baru dalam hal ruang fisik dan mental, terjadinya

pertemuan dan ruang publik, sehingga seni, seniman dan masyarakat

luas dapat lebih berinteraksi dan saling mengapresiasi.

Karya yang berada di sebuah ruang publik tertentu dengan

kekhususan situs tersebut, secara ruang, sosial, sejarah, publik, dan

politis menjadi elemen yang terpenting. Karya di ruang publik


41

berinteraksi langsung dengan unselected audiences: penonton dapat

langsung berinteraksi dan mengapresiasi tanpa jarak. Publik diharapkan

dapat menjadi partisipan aktif dimana ia tidak lagi berjarak dan pasif.

Kegiatan-kegiatan kesenian yang berbasis pada masalah-masalah di

masyarakat dan lingkungan urban di Jakarta dipakai sebagai sebuah

titik awal.

Seni dan teknologi serta hubungan dan pengaruhnya dalam

masyarakat juga akan menjadi fokus bahasan pada kegiatan kegiatan.

Fokus bahasan ini diangkat, mengingat bahwa beberapa tahun

belakangan ini kemajuan teknologi telah begitu jauh mempengaruhi

cara pandang kita melihat ‘kenyataan’. Media audio visual menawarkan

kenyatan kenyataan dan ‘kebenaran’ baru yang lebih atraktif dan

impresif. Lebih lanjut ini juga menghasilkan kenyataan baru yang dapat

mengubah keadaan sosial. Tema tema yang akan diangkat: fenomena

TV dan radio komunitas, kemajuan teknologi games dan komputer, dan

virtual reality. Rangkaian pameran, lokakarya disini menekankan pada

upaya penciptaan ruang ruang kreativitas yang baru, oleh perupa,

masyarakat atau kolaborasi diantara keduanya, dengan perupa sebagai

mereka yang menguasai media, sebagai pemandu.

3.2.3 Zona Cair

Pameran senirupa Internasional. Dari Kota ke wilayah dan Negara.

Bila pada kedua tahapan sebelumnya pemusatan kerja dan karya

cenderung pada kota. Maka pada tahapan ini ia meluas.


42

Dalam tahapan ini kurator Agung Hujatnikajennong mengingatkan

kita bahwa sesungguhnya proses tumpang tindih berbagai budaya dan

kepentingan sudah terjadi lama di kawasan di mana kota, negara dan

wilayah geopolitik di mana kita berada, terutama setelah konsep

‘negara-bangsa’ dan kota yang modern diaplikasikan oleh masyarakat

pasca-kolonial. ‘Cair’, yang bermakna negatif sebagai lemah saat satu

budaya ‘merampas’ budaya yang lain, tetapi bermakna positif bila

dimaknai sebagai kemampuan meresapi berbagai budaya membentuk

sintesa budaya di masing masing negeri di kawasan ini.

Dalam kerangka masa kini, kurator menghadirkan dua pendekatan

pada tema Zona Cair. Pameran ini terbagi menjadi dua bagian yaitu

Traffic (Perlintasan) dan On the Map (Pada Peta). Melalui section ‘Pada

Peta’, akan tampil para perupa muda Asia Tenggara yang reputasinya

telah diakui baik secara nasional maupun internasional. Karya-karya

yang ditampilkan merupakan representasi dari berbagai permasalahan

masyarakat kontemporer Asia Tenggara, khususnya permasalahan kota,

identitas, wilayah geopolitik dan ruang gerak.

Sementara pada section ‘Perlintasan’, akan tampil seniman

internasional yang pernah melakukan residensi atau lawatan ke wilayah

Asia Tenggara dan karya-karyanya merepresentasikan pandangan-

pandangan perupa asing yang spesifik tentang masyarakat dan budaya

di Asia Tenggara. Pameran ini, selain menghadirkan kecenderungan

estetik terkini. Pada dasarnya, hendak mengingatkan kita agar berpikir


43

kritis dan kreatif, dan lebih jauh lagi, sebagai suatu peringatan sekaligus

kemungkinan jawaban dari permasalahan yang ada.

3.3 Tujuan Diadakannya Pameran Jakarta Biennale 2009

Jakarta Biennale 2009 “ARENA” merupakan program biennale regional.

Jakarta Biennale akan memamerkan karya-karya mengenai Asia Tenggara

oleh artis-artis dari kawasan tersebut dan di luarnya.

Asia Tenggara terdiri dari negara kebangsaan yang sedang

berkembang, yang umumnya lahir dan tumbuh setelah berakhirnya

perang dunia ke II. Secara budaya, kawasan ini merupakan titik

pertemuan dari peradaban-peradaban besar dan agama-agama tertua

dunia melalui perdagangan, migrasi, dan kolonisasi. Negara-negara di

Asia Tenggara tidak hanya disatukan oleh kebudayaan dan tradisi

yang dipegang teguh oleh masyarakat mereka, tetapi juga oleh

beragam varietas dan sifat percampuran dari masyarakat mereka. Dan

tujuan diadakannya pameran Jakarta Biennale ini adalah :

1. Untuk melihat lebih dekat representasi dari berbagai situasi terkini di

Asia Tenggara melalui praktek-praktek artistik kontemporer.

2. Untuk membaca dan memetakan paradigma praktek artistik

kontemporer Asia Tenggara dalam rangka memperoleh gambaran

yang lebih jernih dari sifat spesifik dan karakter-karakter dari kawasan

dalam konteks yang lebih luas dari dunia budaya global.

3. Untuk membantu pengenalan praktek seni kontemporer Asia


44

Tenggara kepada pentas seni internasional yang lebih luas.

3.4 Struktur Kepanitiaan Pameran Jakarta Biennale 2009

Struktur kepanitiaan pameran Jakarta Biennale 2009 :

Steering Committee : The Jakarta Art Council

Marco Kusumawijaya

(Director of the Jakarta Art Council)

Bambang Bujono

(Head of the Fine Art Committee of

the Jakarta Art Council)

Producer : Wati Gandarum.

Director of Jakarta Biennale 09 : M. Firman Ichsan

Artistic Director : Ade Darmawan

Communication Director : M. Abduh Aziz

Finance/Sponsorship Director : Wati Gandarum

General Affairs Director : Sari Madjid

Consultant : Robert Finlayson

General Secretary : Risnawan

Secretaries : Agustina, Ranti, Dradjat, Diah Sekar

Widhi

Battle Zone Curator : Ardi Yunanto

Curatorial Assistant : M. Sigit Budi S.

Documentation Photography : Deni Septiyanto

Documentation Video : Rendy Herdiyan


45

Data and communication : Andike Widyaningrum

Design : Nikasius Dirgahayu

Artistic director : Monskyno

Assistant to artistic director : Efron Efrain

Fluid Zone Curator : Agung Hujatnikajennong

Assistant : Maria Nadia

Battle Zone Coordinator : Ardi Yunanto

- Workshop Billboard : Irwan Ahmett

- Jakarta 32 : Andy Riyanto

Understanding Zone Curator : Oscar Motuloh

Territories and Boundaries : Farah Wardani

Program Manager (Venues/Events): Harjuni Rochajati

Communication Manager : Ukke R. Kosasih

Designs : Irwan Ahmett, Banon, Memena Lee,

Anastasia Chintya Paramita, Fuad

Yasir

Media Relation : Iwan Seti

Website : Dimas Fuadi, Tan Kok Siong, Nina

Samidi, Irma Chantilly

Documentation : Joel Thaher , Eva Tobing

Sponsorship : Thilma Komaling, Enita S Robentrop

General Affairs Manager : Marsaulina Pandiangan

Contributor : Anissa Desmiati


46

Liaison Coordinator : Endru Aditya

Liaison Officer : Meirieza Hasanah, Aminah, Lisbeth,

Andara Firman Moeis, Aulissa

Sabrina, Ardrameru Narpati Yulian,

Gusti Seruni, RA Dewi Wahyu

Kartika,

Taufik Arrasyid, Humairah, Nefa

Firman, Anggita Citanegara Lubis,

Rr. Firsty Dewi Muharwati.

Fluid Zones Exhibition Designer : Andrew Linggar

Display Assistant : Nurnindyo, Dhanny Zeinufri

Display Officer : Abriel Aries Setiadi, Andro M.M.

Napitupulu, Mochamad Jabbar

3.5 Standar Manual Logo Jakarta Biennale 2009

Standar manual logo Jakarta Biennale 2009 hanya berbentuk file PDF

yang dibuat dengan softwere Macromedia Freehand. Dengan 12 halaman,

standar manual logo Jakarta Biennale 2009 dibagi menjadi dua bagian,

identitas visual dan aplikasi logo. Standar manual logo ini menjelaskan

penggunaan logo dengan menggunakan banyak ilustrasi dan sedikit teks.

Dalam bagian identitas visual standar manual logo Jakarta Biennale 2009

di jelaskan mengenai anatomi logo, warna, tipografi, variasi logo dan aturan
47

logo. Sedangkan dalam bagian aplikasi logo dijelaskan aplikasi logo dalam

berbagai media, dan juga ornamen-ornamen yang digunakan.

Berikut adalah identitas visual dan aplikasi logo yang ada dalam standar

manual logo Jakarta Biennale 2009 yang berhubungan dengan aplikasi logo

pada katalog pameran.

3.5.1 Anatomi Logo

Logo Jakarta Biennale 2009 menggambarkan konsep pameran yang

membahas mengenai ruang kota masyarakat Jakarta (ARENA). Logo

yang berbentuk seperti sebuah ruang kotak dengan tulisan ARENA

pada salah satu sisinya. Dengan warna ruang jingga yang memberi

kesan ceria, menarik, semangat dan menjadi pusat perhatian. Tulisan

AREA berwarna hitam dan huruf N untuk ARENA terbentuk dari salah

satu sisi ruang.

Tema Zona Cair yang bermaksud menggambarkan berbagai masalah

masyarakat kontemporer Asia Tenggara dari berbagai sisi, membuat

pengembangan logo menjadi memiliki tampilan 3 dimensi yang dapat

ditampilkan dari beberapa sisi.

Anatomi logo pameran Jakarta Biennale 2009 memiliki 2 unsur,

yaitu Diagramatik dan Brand Name. Pada anatomi ini menunjukan

posisi permanen diagramatik dan brand name. Brand name terletak di

bawah diagramatik logo. Diagramatik logo memiliki garis putih sebagai

pembatas antara sisi-sisi ruang dan juga sebagai penguat tampilan 3

dimensi logo.
48

Gb. 3.1 Anatomi Logo pada Standar Manual Logo

3.5.2 Warna Logo

Logo Jakarta Biennale 2009 hanya memiliki 2 warna, yaitu warna

jingga dan hitam. Komposisi warna jingga pada logo adalah :

Cyan = 0 ; Magenta = 60 ; Yellow = 100 ; Black = 0

Red = 247 ; Green = 96 ; Blue = 19

TC 0604

Sedangkan komposisi warna hitam pada logo adalah :

Cyan = 0 ; Magenta = 0 ; Yellow = 0 ; Black = 100

Red = 0 ; Green = 0 ; Blue = 0

Gb. 3.2 Warna Logo pada Standar Manual Logo


49

3.5.3 Tipografi Logo

Tipografi yang digunakan logo Jakarta Biennale 2009 di bagi menjadi 2,

yaitu huruf yang digunakan untuk logo dan dan materi komunikasi. Huruf

yang dugunakan untuk logo adalah Verdana Bold pada diagramatik dan

Myriad Pro Bold pada brand name. Dan huruf yang digunakan untuk materi

komunikasi adalah Myriad pro dan Myriad Pro Black

Gb. 3.3 Tipografi Logo pada Standar Manual Logo

3.5.4 Ukuran dan Penempatan Logo

Ukuran minimum logo Jakarta Biennale 2009 adalah 4 cm x 2,5

cm. Sedangkan penempatan logo ditunjukan dengan jarak dari sisi

kiri logo hingga sisi kanan huruf A pada kata ARENA yang berada

di diagramatik logo, jarak ini diwakilkan dengan variabel X.


50

Penempatan logo memberi jarak X dari sisi-sisi logo terluar dengan

bidang kertas (Clear Area).

Gb. 3.4 Ukuran dan Penempatan Logo pada Standar Manual Logo

3.5.5 Variasi Warna Logo

Logo Jakarta Biennale 2009 memiliki warna jingga pada bagian

diagramatik-nya, dan hitam pada huruf A, R dan E. Sedangkan brand

name berwarna hitam. Pada inverse background warna latar

belakangnya berwarna jingga, diagramatik dan brand name berwarna

putih, dan huruf A, R dan E menjadi warna jingga.

Gb. 3.5 Variasi Logo Warna pada Standar Manual Logo

Logo hitam putih Jakarta Biennale 2009 memiliki warna hitam

pada diagramatik dan brand name-nya, dan warna putih untuk huruf A,

R dan E. Pada inverse background hitam putih latar belakangnya


51

berwarna hitam, diagramatik dan brand name berwarna putih, dan

huruf A, R dan E menjadi warna hitam.

Gb. 3.6 Variasi Logo Hitam Putih pada Standar Manual Logo

3.5.6 Aturan-Aturan Logo

Logo Jakarta Biennale 2009 memiliki beberapa aturan, yaitu :

1. Tidak boleh menambahkan kotak di luar logo, baik berupa

blok putih atau garis luar.

Gb.3.7 Penambahan Kotak pada Logo

2. Tidak boleh meletakkan logo menggunakan latar belakang

polos dan kemudian diletakkan di atas latar belakang

bergambar.

Gb.3.8 Penambahan Latar Belakang Putih pada Latar Bergambar

3. Tidak boleh melakukan pembesaran atau pengecilan pada

salah satu elemen logo.


52

Gb.3.9 Pembesaran Elemen Logo

4. Brand name tidak boleh diletakkan di samping diagramatik.

Gb.3.10 Penempatan Brand Name di Samping Diagramatik

5. Tidak boleh melakukan pembesaran atau pengecilan yang

dapat mengubah proporsi logo.

Gb.3.11 Logo Tidak Proposional

6. Tidak boleh memberikan efek drop shadow, bevel dan efek

lainnya.

Gb.3.12 Penambahan Efek pada Logo

3.5.7 Logo dalam Tampilan 3 Dimensi

Logo Jakarta Biennale 2009 memiliki tampilan 3 dimensi karena

menyesuainkan dengan filosofi logo dan tema acara, yaitu Zona Cair.

Zat cair yang fleksibel (berubah menurut wadah yang ditempatinya)

menjadi inspirasi logo Jakarta Biennale 2009. Untuk menunjukan


53

fleksibelitas logo, dibuatlah logo dengan beberapa tampilan 3 dimensi.

Tampilan 3 dimensi logo memiliki 5 variasi sudut pandang, yaitu :

1. Tampilan logo dari sudut pandang atas.

Gb.3.13 Sudut Pandang Atas

2. Tampilan logo dari sudut pandang bawah.

Gb.3.14 Sudut Pandang Bawah

3. Tampilan logo dari sudut pandang belakang.

Gb.3.15 Sudut Pandang Belakang


54

4. Tampilan logo dari sudut pandang samping bawah.

Gb.3.16 Sudut Pandang Samping Bawah

5. Tampilan logo dari sudut pandang samping atas.

Gb.3.17 Sudut Pandang Samping Atas

Standar manual logo ini dibuat oleh PT. Ahmett Salina dalam kurun waktu

selama 2 bulan. Contoh-contoh aplikasi logo dalam standar manual logo ini

merupakan hanya keperluan pameran dan pengembangan dari ide desainer itu

sendiri terhadap logo Jakarta Biennale 2009.

3.6 Katalog Pameran Jakarta Biennale 2009

Katalog pameran Jakarta Biennale 2009 dicetak menjadi buku setebal 172

halaman. Karena pameran ini merupakan pameran senirupa internasional,

katalognya pun menggunakan 2 bahasa, yaitu bahasa Indonesia dan Bahasa

Inggris. Katalog ini juga berisikan sambutan dari Gubernur DKI Jakarta saat
55

itu, yaitu bapak Fauzi Bowo. Karena pameran ini menggunakan Area Jakarta

untuk Arena berkarya para perupa kontemporer.

Tidak semua karya pada pameran Jakarta Biennale 2009 ini terdapat pada

katalog ini, tetapi hanya karya-karya pilihan dari kurator yang cukup

mewakilkan karakteristik dari pameran ini. Pembuatan katalog pameran ini

tidak dibuat di PT. Ahmett Salina dikarenakan kebijakan dari panitia. Dalam

katalog ini terdapat 3 logo Jakarta Biennale 2009. Yaitu pada kover katalog,

halaman 1 dan pada halaman 167.

Pada kover katalog pameran yang berlatar belakang jingga, logo Jakarta

Biennale 2009 dibuat menjadi logo warna invers. Dan juga logo pada kover

katalog pameran ini menggunakan variasi 3 dimensi dari sudut pandang

bawah.

Gb. 3.18 Aplikasi Logo yang Salah pada Kover


56

Sedangkan logo pada halaman 1 di katalog pameran memiliki latar

belakang putih. Jadi logo Jakarta Biennale 2009 dibuat dengan berwarna

seperti biasa.

Gb. 3.19 Aplikasi Logo yang Salah pada Halaman Pertama

Logo pada halaman 167 di katalog pameran adalah logo yang digunakan

untuk keperluan iklan. Logo Jakarta Biennale 2009 dibuat berwarna. Karena

walaupun latar belakanya bergambar, pada area logo diberi ruang putih.

Gb. 3.20 Aplikasi Logo yang Salah pada Halaman 167


57

Selain aplikasi logo, katalog pameran ini memiliki 2 hal lagi yang

berhubungan standar manual logo yang telah dibuat. Yaitu penggunaan jenis

huruf pada teks isi dan ornamen yang digunakan pada katalog.

Tulisan pada katalog berisikan sambutan-sambutan, menerangkan tentang

pameran, dan menjelaskan karya-karya para seniman yang berpartisipasi

dalam pameran ini.

Gb. 3.21 Penggunaan Huruf yang Salah pada Katalog

Dan ornamen yang digunakan adalah garis titik-titik yang membingkai setiap

halaman, dan yang paling menonjol adalah pada kover belakang.

Gb. 3.22 Penggunaan Ornamen yang Salah Pada Katalog


58

BAB IV

Tinjauan Aplikasi Logo pada Katalog Pameran Jakarta

Biennale 2009 Berdasarkan Standar Manual Logo

4.1 Pembahasan Masalah Aplikasi Logo Jakarta Biennale 2009

Dalam pameran Jakarta Biennale 2009 yang bersifat internasional ini

segalanya dipersiapkan dengan matang dan profesional. Karya-karya seni

yang dibuat para seniman menampilkan berbagai pandangan mereka

mengenai Jakarta. Dalam katalog pameran Jakarta Biennale 2009 tidak hanya

berisikan karya-karya para seniman, tetapi juga konsep di balik karya mereka.

Salah satu persiapan dalam pameran ini adalah membuat standar manual

logo Jakarta Biennale 2009. Standar manual logo ini dibuat untuk

memperkuat identitas pameran. Tetapi dalam katalog pameran yang telah


59

diterbitkan, aplikasi logo tidak ada yang sesuai dengan standar manual logo.

Dan hal ini membuat kurang terbentuknya identitas pameran Jakarta

Biennale, sehinga diperlukan perbaikan agar logo dapat tetap konsisten,

karena hal ini adalah salah satu penguat identitas pameran.

4.1.1 Logo pada Kover Katalog

Logo Jakarta Biennale 2009pada kover katalog merupakan logo warna

inverse dari sudut pandang bawah, dengan background jingga, diagramatik

berwarna putih dan tulisan AREA berwarna hitam. Brand name berwarna hitam

berada di atas diagramatik dan terjadi pengecilam pada brand name.

Gb.4.1 Logo pada Kover Katalog

Seharusnya jika menggunakan latar belakang jingga, tulisan AREA pada

logo berwarna jingga dan brand name berwarna putih. Brand name seharusnya

tetap berada di bawah diagramatik dan tidak ada pengecilan ukuran, karena

hal ini membuat logo menjadi tidak konsisten. Dan tidak adanya identitas

visual logo.
60

Gb.4.2 Logo pada Kover Katalog yang Seharusnya

4.1.2 Logo pada Halaman Pertama

Logo Jakarta Biennale 2009 pada halaman pertama berwarna jingga pada

diagramatik dan brand name, tulisan AREA berwarna putih. Brand name

terjadi pengecilan ukuran.

Gb.4.3 Logo pada Halaman Pertama

Sebenarnya apabila latar belakang berwarna putih, brand name dan tulisan

AREA berwarna hitam. Dan tidak brand name tidak mengalami pengecilan.

Parubahan warna dan ukuran membuat logo menjadi tidak konsisten dan tidak

memiliki identitas visual.


61

Gb.4.4 Logo pada Halaman Pertama yang Seharusnya

4.1.3 Logo pada Halaman 167

Logo Jakarta Biennale 2009 pada halaman 167 tidak memiliki garis

putih sebagai pembatas untuk menimbulkan kesan ruangan pada

diagramatik logo. Warna jingga pada diaramatik logo juga mengalami

penurunan warna. Tipografi pada brand name dan tulisan AREA berbeda

dengan logo aslinya. Logo ini tidak memiliki clear area. Pembesaran

brand name, dan menggunakan efek pada diagramatik logo berupa efek

embos dan drop shadow.

Gb.4.5 Logo pada Halaman 167

Logo Jakarta Biennale 2009 pada halaman 167 seharusnya memiliki garis

putih sebagai pembatas pada diagramatik. Warna jingga disesuaikan dengan

warna jingga pameran.


62

Tipografi pada brand name seharusnya menggunakan Myriad Pro Bold dan

pada tulisan AREA menggunakan Verdana Bold. Kesalahan tipografi terlihat

jelas pada angka di brand name, angka 9 pada huruf Myriad Pro Bold memiliki

lengkungan pada sisi bawahnya, sedangkan angka 9 pada logo diatas memiliki

sisi bawah yang lurus. Dan pada tulisa AREA terlihat jelas di huruf R, huruf R

Verdana Bold sisi tengahnya tebal, sedangkan pada logo di atas sisi tengah

huruf R lancip.

Ketidak jelasan clear area karena terjadi pembesaran brand name, membuat

logo menjadi tidak seimbang. Penggunaan efek pada diagramatik logo juga

terlihat pada sisi bawah diagramatik yang menjadi lebih gelap karena efek drop

shadow. Efek embos terlihat jelas pada sisi atas diagramatik logo, karena ada

sisi yang lebih terang membuat diagramatik logo terkesan timbul / embos. Pada

aturan logo, tertulis dengan jelas tidak boleh menggunakan efek.

Gb.4.6 Logo pada Halaman 167 yang Seharusnya


63

4.1.4 Huruf pada Katalog

Huruf pada katalog menggunakan jenis huruf egyptian. Jenis huruf

yang memiliki serif persegi.

Gb.4.7 Huruf pada isi Katalog

Seharusnya yang digunakan adalah jenis huruf Myriad Pro atau

Myriad Pro Bold. Agar identitas logo yang menggunakan hurug Myriad

Pro Bold pada brand namenya terbentuk dari huruf di katalog.


Patutlah kita sukuri bersama bahwa Jakarta
Biennale 2009 akhirnya dapat digelar kembali di
tengah maraknya peristiwa serupa di belahan
dunia dewasa ini. Pameran ini, yang dulu kita kenal
dengan nama Biennale Dewan Kesenian Jakarta,
memiliki sejarah yang panjang dan karya-karya
terbaik dengan segala keragaman konsep, wacana
dan visualisasi bentuknya. Penyelenggaraan
Jakarta Biennale 2009 yang kini memasuki periode
ke-13 ini tetap dianggap penting, dan akan
memberikan kontribusi yang signigikan terhadap
perkembangan seni Indonesia maupun genomena
seni rupa internasional, mengingat di dalam
pemeran ini selain karya dari seniman Indonesia,
juga ditampilkan karya-karya dari luar negeri,
khususnya di kawasan Asia Tenggara.

Gb.4.8 Huruf pada isi Katalog yang Seharusnya


64

4.1.5 Ornamen pada Katalog

Pada katalog ornamen yang digunakan berupa garis putus-putus yang

membingkai setiap halamannya.

Gb.4.9 Ornamen pada Katalog

Sedangkan ornamen yang digunakan pada aplikasi-aplikasi di standar

manual logo merupakan potongan atau bagian dari diagramatik logo

Jakarta Biennale 2009.


65

Gb.4.10 Ornamen pada Katalog yang Seharusnya

4.2 Penyebab Masalah pada Aplikasi Logo Jakarta Biennale 2009

Setelah penulis mengamati masalah-masalah yang terjadi pada palikasi logo

pada katalog pameran Jakarta Biennale 2009, membandingkan dengan

landasan teori yang telah dikumpulkan, dan melakukan wawancara kepada

pihak PT. Ahmett Salina. Penulis menemukan beberapa penyebab masalah

pada aplikasi logo Jakarta Biennale 2009.

Penyebab terjadinya masalah-masalah yang telah dibahas diatas adalah :

1. Kurangnya dukungan dari Direktur Pameran Jakarta Biennale 2009 untuk

menggunakan standar manual logo yang telah dibuat agar terciptanya identitas

visual pameran.

2. Tidak adanya pengawasan dalam pengaplikasian logo pada katalog pameran

untuk menjaga konsistensi logo Jakarta Biennale 2009.

3. Tempat yang berbeda dalam pengerjaan katalog pameran dan standar manual

logo Jakarta Biennale 2009.


66

4.3 Solusi Aplikasi Logo pada Katalog Pameran Jakarta Biennale 2009

Supaya identitas visual pameran Jakarta Biennale 2009 terbentuk dengan

baik, harus ada konsistensi dalam pengaplikasian logo. Hal ini tidak ada

dalam katalog pameran yang telah diterbitkan. Karena banyak

ketidaksesuaian dalam aplikasinya.

Dalam kover katalog seharusnya menggunakan logo warna inverse

background, dan brand name diletakkan di bawah diagramatik.

Gb.4.11 Logo pada Kover Katalog Sebelum dan Setelah Diperbaiki


67

Pada logo di halaman 1, seharusnya menggunakan logo warna.

Gb.4.12 Logo pada Halaman Pertama Sebelum dan Setelah Diperbaiki

Pada logo di halaman 167, menggunakan logo warna. Dan tidak

menggunakan efek emboss dan drop shadow. Menggunakan tipografi yang

tepat. Tidak melakukan pembesaran pada salah satu elemen logo. Ada garis

putih sebagai pembatas untuk membentuk diagramatik logo sehinga

berbenrtuk seperti ruang. Dan menggunakan warna yang sesuai dengan warna

logo.
68

Gb.4.13 Logo pada Halaman167 Sebelum dan Setelah Diperbaiki

Teks isi menggunakan huruf Myriad Pro, bukannya menggunakan huruf

Rubalin Graph.
Patutlah kita sukuri bersama bahwa Jakarta Biennale
2009 akhirnya dapat digelar kembali di tengah maraknya
peristiwa serupa di belahan dunia dewasa ini. Pameran
ini, yang dulu kita kenal dengan nama Biennale Dewan
Kesenian Jakarta, memiliki sejarah yang panjang dan
karya-karya terbaik dengan segala keragaman konsep,
wacana dan visualisasi bentuknya. Penyelenggaraan
Jakarta Biennale 2009 yang kini memasuki periode ke-13
ini tetap dianggap penting, dan akan memberikan
kontribusi yang signigikan terhadap perkembangan seni
Indonesia maupun genomena seni rupa internasional,
mengingat di dalam pemeran ini selain karya dari
seniman Indonesia, juga ditampilkan karya-karya dari
luar negeri, khususnya di kawasan Asia Tenggara.

Gb.4.14 Teks ini Katalog Sebelum dan Setelah Diperbaiki

Dan ornamen pada seharusnya menggunakan bagian-bagian dari

diagramatik logo, bukannya garis putus-putus.

Gb.4.15 Ornamen pada Katalog Sebelum dan Setelah Diperbaiki


69

BAB V

Penutup

Pada bab terakhir ini, penulis mencoba mengambil beberapa kesimpulan dari

uraian-uraian yang telah dijabarkan pada bab-bab sebelumnya serta

mengemukakan beberapa kesimpulan dan saran yang dianggap perlu.

5.1 Simpulan

Dari observasi dan pengamatan yang dilakukan penyusun di PT. Ahmett

Salina dan pada katalog pameran Jakarta Biennale 2009, maka penyusun

menyimpulkan sebagai berikut:


70

1. Standar manual logo sangat penting dalam pembentukan identitas visual.

Karena standar manual logo adalah kunci konsistensi logo, dan

konsistensi logo adalah syarat dalam pembentukan identitas visual.

2. Logo yang konsisten adalah logo yang mengikuti standar manual logo

dengan benar. Tidak sembarangan merubah warna, huruf, susunan, dan

elemen logo.

3. Logo mewakili dan menunjukan konsep pameran. Dan memiliki arti

tersendiri.

4. Setelah konsep pameran dibuat, pembuatan logo dan standar manual logo

dibuat sebagai tahap lanjutan untuk menghemat waktu dan tenaga dalam

pembentukan identitas visual pameran.

5. Aplikasi logo yang benar pada katalog pameran sangatlah penting. Karena

walaupun pameran yang diselenggarakan hanya dalam kurun waktu

tertentu, tetapi katalog pameran sebagai “pengantar” permanen

keberadaan pameran kepada para penikmatnya.

6. Pembuatan katalog pameran tidak mengikuti standar manual logo yang

telah dibuat untuk membentuk identitas visual pameran.

7. Standar manual logo tidak hanya digunakan oleh pemilik logo saja, tetapi

juga oleh pihak lain yang bersangkutan. Dalam tinjauan ini, pihak lain

yang seharusnya juga menggunakan standar manual logo adalah pihak

periklanan.
71

8. Kurangnya dukungan direktur pameran dalam penggunaan standar manual

logo dan tidak adanya pengawasan dalam pengaplikasian logo agar

konsistensi logo terjaga.

9. Pengaplikasian logo pada katalog tidak konsisten.

5.2 Saran

5.2.1 Pada Panitia Pameran

1. Semestinya direktur pameran memberikan dukungan dan motivasi

kepada semua panitia untuk menggunakan standar manual logo agar

terbentuknya identitas visual dalam bentuk surat atau kata pengantar

dalam standar manual logo.

2. Divisi desain sebaiknya melakukan pengawasan pada saat

pengaplikasian logo.

3. Menyebarluaskan standar manual logo kepada pihak-pihak lain yang

juga menggunakan standar manual logo.

4. Adanya konsultasi lebih lanjut dengan biro desain setelah standar

manual logo selesai dibuat agar pengaplikasian logo tetap bisa

ditinjau perkembangannya.
72

5.2.2 Pada Biro Desain

1. Sebaiknya Standar manual logo memiliki anatomi yang lengkap, dari

pendahuluan, elemen primer logo, aplikasi logo , dan informasi tambahan.

2. Standar manual logo semestinya dicetak dan diperbanyak, karena jika

standar manual logo memiliki bentuk fisik (tidak hanya dalam bentuk file

PDF) akan lebih bernilai.

3. Memberikan penjelasan yang lengkap pada standar manual logo agar

pengguna standar manual logo tidak kebingungan.

You might also like