You are on page 1of 16

HIPOSPADIA PADA NEONATUS

Disusun Oleh:

Siti Erma Fauziana (R0109030)

Taresna Resalti (R0109031)

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Asuhan Neonatus

Semester III

Program Studi D- IV Kebidanan Reguler Fakultas Kedokteran

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Tahun Angkatan 2009

i
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillaah penyusun ucapkan kepada Allah SWT yang telah


memberikan Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga dengan kekuatan pikiran dan
keterbukaan hati, penyusun dapat menyelesaikan makalah mengenai promosi
kesehatan dengan judul “HIPOSPADIA PADA NEONATUS” guna memenuhi
tugas mata kuliah Asuhan Neonatus Program Studi D-IV Kebidanan Reguler
Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Dalam penulisan makalah ini, penyusun mengucapkan banyak terima


kasih kepada:

1. Dosen pengampu kuliah Asuhan Neonatus yang telah banyak membimbing


penyusun dalam menyusun makalah ini
2. Berbagai pihak di sekitar penyusun yang tidak dapat penyusun sebutkan
satu-persatu yang telah banyak membantu dalam penyusunan makalah ini.

Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tentu masih


jauh dari kesempurnaan, untuk itu penyusun sangat mengharapkan kritikan dan
saran yang sifatnya membangun untuk kelengkapan tulisan ini ke depan agar
dapat berguna bagi kita semua.

Surakarta, 1 November 2010

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul
..............................................................................................................
i

Kata Pengantar
.............................................................................................................
ii

Bab I Pendahuluan
.......................................................................................................
1

Bab II Isi
......................................................................................................................
2

A. Pengertian ......................................................................................................
. 2
B. Insiden ...........................................................................................................
. 2
C. Embriologi ....................................................................................................
.. 2
D. Anatomi .........................................................................................................
. 3
E. Etiologi ..........................................................................................................
. 4
F. Klasifikasi .....................................................................................................
.. 5
G. Gejala Hipospadia
...........................................................................................
6
H. Diagnosis .......................................................................................................
. 6
I. Diagnosis Banding
.........................................................................................
7
J. Penatalaksanaan ............................................................................................
.. 8

3
K. Evaluasi .........................................................................................................
.. 9

Bab III Kesimpulan dan Saran


.....................................................................................
11

Daftar Pustaka
.............................................................................................................
12

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Hipospadia merupakan kelainan abnormal dari perkembangan uretra


anterior dimana muara dari uretra terletak ektopik pada bagian ventral dari penis
proksimal hingga glands penis. Muara dari uretra dapat pula terletak pada skrotum
atau perineum. Semakin ke proksimal defek uretra maka penis akan semakin
mengalami pemendekan dan membentuk kurvatur yang disebut “chordee”.

4
Pada abad pertama, ahli bedah dari Yunani Heliodorus dan Antilius,
pertama-tama yang melakukan penanggulangan untuk hipospadia. Dilakukan
amputasi dari bagian penis distal dari meatus. Selanjutnya cara ini diikuti oleh
Galen dan Paulus dari Agentia pada tahun 200 dan tahun 400.

Duplay memulai era modern pada bidang ini pada tahun 1874 dengan
memperkenalkan secara detail rekonstruksi uretra. Sekarang, lebih dari 200 teknik
telah dibuat dan sebagian besar merupakan multi-stage reconstruction; yang
terdiri dari first emergency stage untuk mengoreksi stenotic meatus jika
diperlukan dan second stage untuk menghilangkan chordee dan recurvatum,
kemudian pada third stage yaitu urehtroplasty.

Beberapa masalah yang berhubungan dengan teknik multi-stage yaitu;


membutuhkan operasi yang multiple; sering terjadi meatus tidak mencapai ujung
glands penis; sering terjadi striktur atau fistel uretra; dan dari segi estetika
dianggap kurang baik.Pada tahun 1960, Hinderer memperkenalkan teknik one-
stage repair untuk mengurangi komplikasi dari teknik multi-stage repair. Cara ini
dianggap sebagai rekonstruksi uretra yang ideal dari segi anatomi dan
fungsionalnya, dari segi estetik dianggap lebih baik, komplikasi minimal, dan
mengurangi social cost.
BAB II

ISI

A. Pengertian

Hipospadia adalah salah satu kelainan bawaan pada anak-anak yang


sering ditemukan dan mudah untuk mendiagnosanya. Hipospadia adalah
suatu keadaan dimana lubang uretra terdapat dipenis bagian bawah, bukan
diujung penis. Hipospadia merupakan kelainan bawaan yang terjadi pada 3
diantara 1.000 bayi baru lahir. Beratnya hipospadia bervariasi, kebanyakan

5
lubang uretra terletak didekat ujung penis, yaitu pada glans penis. Bentuk
hipospadia yang lebih berat terjadi jika lubang uretra terdapat ditengah batang
penis atau pada pangkal penis, dan kadang pada skrotum (kantung zakar) atau
dibawah skrotum.

B. Insiden

Hipospadia terjadi 1:300 kelahiran bayi laki-laki hidup di Amerika


Serikat. Kelainan ini terbatas pada uretra anterior. Pemberian estrogen dan
progestin selama kehamilan diduga meningkatkan insidensinya. Jika ada anak
yang hipospadia maka kemungkinan ditemukan 20% anggota keluarga yang
lainnya juga menderita hipospadia. Meskipun ada riwayat familial namun
tidak ditemukan ciri genetik yang spesifik.

C. Embriologi

Pada embrio yang berumur 2 minggu baru terdapat 2 lapisan yaitu


ektoderm dan endoderm. Baru kemudian terbentuk lekukan di tengah-tengah
yaitu mesoderm yang kemudian bermigrasi ke perifer, memisahkan ektoderm
dan endoderm, sedangkan di bagian kaudalnya tetap bersatu membentuk
membran kloaka. Pada permulaan minggu ke-6, terbentuk tonjolan antara
umbilical cord dan tail yang disebut genital tubercle. Di bawahnya pada garis
tengah terbenuk lekukan dimana di bagian lateralnya ada 2 lipatan
memanjang yang disebut genital fold.

Selama minggu ke-7, genital tubercle akan memanjang dan


membentuk glans. Ini adalah bentuk primordial dari penis bila embrio adalah
laki-laki, bila wanita akan menjadi klitoris. Bila terjadi agenesis dari
mesoderm, maka genital tubercle tak terbentuk, sehingga penis juga tak
terbentuk.

6
Bagian anterior dari membrana kloaka, yaitu membrana urogenitalia
akan ruptur dan membentuk sinus. Sementara itu genital fold akan
membentuk sisi-sisi dari sinus urogenitalia. Bila genital fold gagal bersatu di
atas sinus urogenitalia, maka akan terjadi hipospadia.

D. Anatomi

Uretra merupakan tabung yang menyalurkan urine ke luar dari buli-


buli melalui proses miksi. Pada pria organ ini berfungsi juga dalam
menyalurkan cairan mani.

Uretra diperlengkapi dengan sfingter uretra interna yang terletak pada


perbatasan buli-buli dan uretra, dan sfingter uretra eksterna yang terletak pada
perbatasan uretra anterior dan posterior. Secara anatomis uretra dibagi
menjadi dua bagian yaitu:

1. Uretra pars anterior, yaitu uretra yang dibungkus oleh korpus spongiosum
penis, terdiri dari: pars bulbosa, pars pendularis, fossa navikulare, dan
meatus uretra eksterna.

2. Uretra pars posterior, terdiri dari uretra pars prostatika, yaitu bagian uretra
yang dilengkapi oleh kelenjar prostat, dan uretra pars membranasea.

E. Etiologi

Penyebab pasti hipospadia tidak diketahui secara pasti. Beberapa


etiologi dari hipospadia telah dikemukakan, termasuk faktor genetik,
endokrin, dan faktor lingkungan. Sekitar 28% penderita ditemukan adanya
hubungan familial.

Beberapa factor yang oleh para ahli dianggap paling berpengaruh antara lain :

7
1. Gangguan dan ketidakseimbangan hormone

Hormone yang dimaksud di sini adalah hormone androgen yang


mengatur organogenesis kelamin (pria). Pembesaran tuberkel genitalia
dan perkembangan lanjut dari phallus dan uretra tergantung dari kadar
testosteron selama proses embriogenesis. Jika testis gagal memproduksi
sejumlah testosteron . Atau biasa juga karena reseptor hormone
androgennya sendiri di dalam tubuh yang kurang atau tidak ada.
Sehingga walaupun hormone androgen sendiri telah terbentuk cukup
akan tetapi apabila reseptornya tidak ada tetap saja tidak akan
memberikan suatu efek yang semestinya. Atau enzim yang berperan
dalam sintesis hormone androgen androgen converting enzyme (5
alpha-reductase) tidak mencukupi pun akan berdampak sama.

2. Genetika

Terjadi karena gagalnya sintesis androgen. Hal ini biasanya terjadi


karena mutasi pada gen yang mengode sintesis androgen tersebut
sehingga ekspresi dari gen tersebut tidak terjadi.

3. Lingkungan

Biasanya faktor lingkungan yang menjadi penyebab adalah polutan dan


zat yang bersifat teratogenik yang dapat mengakibatkan mutasi

Hipospadia sering disertai kelainan penyerta yang biasanya terjadi


bersamaan pada penderita hipospadia. Kelainan yang sering menyertai
hipospadia adalah :

1. Undescensus testikulorum (tidak turunnya testis ke skrotum)


2. Hidrokel
3. Mikophalus / mikropenis

8
4. interseksualitas

F. Klasifikasi

Klasifikasi hipospadia yang sering digunakan yaitu berdasarkan lokasi


meatus yaitu :

1. Glandular, muara penis terletak pada daerah proksimal glands penis


2. Coronal, muara penis terletak pada daerah sulkus coronalia
3. Penile shaft
4. Penoscrotal
5. Perinea

Pengklasifikasian hipospadia menurut letak muara uretranya antara lain :

1. Anterior yang terdiri dari tipe glandular dan coronal


2. Middle yang terdiri dari distal penile, proksimal penile, dan
penoscrotal
3. Posterior yang terdiri dari tipe scrotal dan perineal.

G. Gejala Hipospadia

Beberapa gejala Hipospadia adalah :


1. Lubang penis tidak terdapat diujung penis, tetapi berada dibawah atau
didasar penis
2. Penis melengkung kebawah
3. Penis tampak seperti berkerudung, karena adanya kelainan pada kulit
depan penis

9
4. Jika berkemih, anak harus duduk

H. Diagnosis

Diagnosis hipospadia biasanya jelas pada pemeriksaan inspeksi.


Kadang-kadang hipospadia dapat didiagnosis pada pemeriksaan ultrasound
prenatal. Jika tidak teridentifikasi sebelum kelahiran, maka biasanya dapat
teridentifikasi pada pemeriksaan setelah bayi lahir.

Pada orang dewasa yang menderita hipospadia dapat mengeluhkan


kesulitan untuk mengarahkan pancaran urine. Chordee dapat menyebabkan
batang penis melengkung ke ventral yang dapat mengganggu hubungan
seksual. Hipospadia tipe perineal dan penoscrotal menyebabkan penderita
harus miksi dalam posisi duduk, dan hipospadia jenis ini dapat menyebabkan
infertilitas.

Beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan yaitu


urethtroscopy dan cystoscopy untuk memastikan organ-organ seks internal
terbentuk secara normal. Excretory urography dilakukan untuk mendeteksi
ada tidaknya abnormalitas kongenital pada ginjal dan ureter

Diagnosis bias juga ditegakkan berdasarkan pemeriksaan fisik. Jika


hipospadia terdapat di pangkal penis, mungkin perlu dilakukan pemeriksaan
radiologis untuk memeriksa kelainan bawaan lainnya.Bayi yang menderita
hipospadia sebaiknya tidak disunat. Kulit depan penis dibiarkan untuk
digunakan pada pembedahan. Rangkaian pembedahan biasanya telah selesai
dilakukan sebelum anak mulai sekolah. Pada saat ini, perbaikan hipospadia
dianjurkan dilakukan sebelum anak berumur 18 bulan. Jika tidak diobati,
mungkin akan terjadi kesulitan dalam pelatihan buang air pada anak dan pada
saat dewasa nanti, mungkin akan terjadi gangguan dalam melakukan
hubungan seksual.

10
I. Diagnosis Banding

1. Ambiguous Genitalia

Genitalia ambigua adalah kelainan bentuk genitalia eksterna/fenotip yang


tidak jelas laki atau perempuan.

Beberapa keadaan di bawah ini harus dipertimbangkan sebagai kasus


genitalia ambigua yang perlu mendapatkan pemeriksaan lebih lanjut :

Tampak laki-laki:

1. Kriptorkismus bilateral.

2. Hipospadia dengan skrotum bifidum.

3. Kriptorkismus dengan hipospadia

4. Inderteminate/meragukan

5. Genitalia ambigua

Tampak Perempuan

1. Clitoromegali

2. Vulva yang sempit

3. Kantong hernia inguinalis berisi gonad

Beberapa sindrom berhubungan dengan genitalia ambigua, misalnya


sindrom Smith-Lemli-Opitz, Robinow, Denys-Drash, WAGR (Wilms
Tumor, Aniridia, Genitourinary malformation, and Retardation) dan
Beckwith-Wiedemann.

11
2. Anomali Genitalia

J. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan hipospadia adalah dengan jalan pembedahan. Tujuan


prosedur pembedahan pada hipospadia adalah:

1. Membuat penis yang lurus dengan memperbaiki chordee

2. Membentuk uretra dan meatusnya yang bermuara pada ujung penis


(Uretroplasti)

3. Untuk mengembalikan aspek normal dari genitalia eksterna (kosmetik)

Pembedahan dilakukan berdasarkan keadaan malformasinya. Pada


hipospadia glanular uretra distal ada yang tidak terbentuk, biasanya tanpa
recurvatum, bentuk seperti ini dapat direkonstruksi dengan flap lokal
(misalnya, prosedur Santanelli, Flip flap, MAGPI [meatal advance and
glanuloplasty], termasuk preputium plasty).

Operasi sebaiknya dilaksanakan pada saat usia anak yaitu enam bulan
sampai usia prasekolah. Hal ini dimaksudkan bahwa pada usia ini anak
diharapkan belum sadar bahwa ia begitu “spesial”, dan berbeda dengan
teman-temannya yang lain yaitu dimana anak yang lain biasanya miksi
(buang air seni) dengan berdiri sedangkan ia sendiri harus melakukannya
dengan jongkok aga urin tidak “mbleber” ke mana-mana. Anak yang
menderita hipospadia hendaknya jangan dulu dikhitan, hal ini berkaitan
dengan tindakan operasi rekonstruksi yang akan mengambil kulit preputium
penis untuk menutup lubang dari sulcus uretra yang tidak menyatu pada
penderita hipospadia.

Tahapan operasi rekonstruksi antara lain :

12
1. Meluruskan penis yaitu orifisium dan canalis uretra senormal mungkin.
Hal ini dikarenakan pada penderita hipospadia biasanya terdapat suatu
chorda yang merupakan jaringan fibrosa yang mengakibatkan penis
penderita bengkok. Langkah selanjutnya adalah mobilisasi (memotong
dan memindahkan) kulit preputium penis untuk menutup sulcus uretra.

2. (Uretroplasty). Tahap kedua ini dilaksanakan apabila tidak terbentuk


fossa naficularis pada glans penis. Uretroplasty yaitu membuat fassa
naficularis baru pada glans penis yang nantinya akan dihubungkan
dengan canalis uretra yang telah terbentuk sebelumnya melalui tahap
pertama.

Tidak kalah pentingnya pada penanganan penderita hipospadia adalah


penanganan pascabedah dimana canalis uretra belum maksimal dapat
digunakan untuk lewat urin karena biasanya dokter akan memasang sonde
untuk memfiksasi canalis uretra yang dibentuknya. Urin untuk sementara
dikeluaskan melalui sonde yang dimasukkan pada vesica urinaria (kandung
kemih) melalui lubang lain yang dibuat olleh dokter bedah sekitar daerah di
bawah umbilicus (pusar) untuk mencapai kandung kemih.

K. Evaluasi

Setelah menjalani operasi, perawatan paska operasi adalah tindakan


yang amat sangat penting. Orang tua harus dengan seksama memperhatikan
instruksi dari dokter bedah yang mengoperasi. Biasanya pada lubang kencing
baru (post uretroplasty) masih dilindungi dengan kateter sampai luka betul-
betul menyembuh dan dapat dialiri oleh air kencing. Di bagian supra pubik
(bawah perut) dipasang juga kateter yang langsung menuju kandung kemih
untuk mengalirkan air kencing.

13
Tahapan penyembuhan biasanya kateter diatas di non fungsikan
terlebih dulu sampai seorang dokter yakin betul bahwa hasil uretroplasty nya
dapat berfungsi dengan baik. Baru setelah itu kateter dilepas.

Komplikasi paska operasi yang terjadi :

1. Edema/pembengkakan yang terjadi akibat reaksi jaringan besarnya dapat


bervariasi, juga terbentuknya hematom/ kumpulan darah dibawah kulit,
yang biasanya dicegah dengan balut tekan selama 2 sampai 3 hari paska
operasi.
2. Fitula uretrokutan, merupakan komplikasi yang tersering dan ini
digunakan sebagai parameter untuk menilai keberhasilan operasi. Pada
prosedur operasi satu tahap saat ini angka kejadian yang dapat diterima
adalah 5-10% .
3. Struktur, pada proksimal anastomosis yang kemungkinan disebabkan
oleh angulasi dari anastomosis.
4. Divertikulum, terjadi pada pembentukan neouretra yang terlalu lebar,
atau adanya stenosis meatal yang mengakibatkan dilatasi yang lanjut.
5. Residual chordee/rekuren chordee, akibat dari rilis korde yang tidak
sempurna, dimana tidak melakukan ereksi artifisial saat operasi atau
pembentukan skar yang berlebihan di ventral penis walaupun sangat
jarang. 6. Rambut dalam uretra, yang dapat mengakibatkan infeksi
saluran kencing berulang atau pembentukan batu saat pubertas.
6. Untuk menilai hasil operasi hipospadia yang baik, selain komplikasi
fistula uretrokutaneus perlu diteliti kosmetik dan ‘stream’ (pancaran
kencing) untuk melihat adanya stenosis, striktur dan divertikel.

BAB III

14
KESIMPULAN SARAN

Kesimpulan

 Hipospadia merupakan kelainan kongenital yang disebabkan oleh faktor


lingkungan, genetika dan ketidakseimbangan hormon.
 Dalam penatalaksanaannya hipospadia perlu dilakukan pembedahan
dengan tujuan :

1. Membuat penis yang lurus dengan memperbaiki chordee

2. Membentuk uretra dan meatusnya yang bermuara pada ujung penis


(Uretroplasti)

3. Untuk mengembalikan aspek normal dari genitalia eksterna


(kosmetik)

Saran

Untuk mencegah terjadinya hipospadia pada neonatus dari segi faktor


lingkungan pada saat ibu hamil, sebaiknya ibu menghindari atau
meminimalisasi paparan polutan dan zat yang bersifat teratogenik yang dapat
mengakibatkan mutasi

15
DAFTAR PUSTAKA

Oktovianus. 2008. Hipospadia. http://oktovianus.multiply.com/journal/item/1 .


Diakses pada tanggal 22 Oktober 2010.

Nenk. 2010. Genitalia Ambigua (Kelamin Ganda).


http://www.lenterabiru.com/2010/01/genitalia-ambligua-kelamin-
ganda.htm. Diakses pada tanggal 1 November 2010.

Tim Dokter Bedah UGM. 2010. Bedah Anak : Hipospadia.


http://www.bedahugm.net/hipospadia/. Diakses pada tanggal 22 Oktober
2010.

Tyo. 2010. Hipospadia. http://akhtyo.blogspot.com/2008/11/hipospadia.html.


Diakses pada tanggal 1 November 2010.

Nailatulliza. 2008. Hipospadia.


http://sunatan.wordpress.com/2008/05/04/hipospadia/. Diakses pada
tanggal 1 November 2010.

16

You might also like