You are on page 1of 3

Mengelola Intuisi

Oleh:
Roy Sembel,
Direktur MM Finance and Investment, Universitas Bina Nusantara (www.roy-
sembel.com),
Sandra Sembel, Pemerhati dan praktisi pengembangan SDM

Dunia kerja selalu diwarnai ketidakpastian, ketidakteraturan, dan perubahan yang cepat.
Dunia bisnis juga menuntut para pelaku bisnis membuat keputusan dengan cepat dan
akurat.
Tindakan rasional saja seringkali membutuhkan waktu lama, sehingga banyak pebisnis
mengandalkan intuisi dalam mengambil keputusan bisnis. Hal ini menarik perhatian
ilmuwan dan mendorong mereka menyelidiki kekuatan dan bahaya penggunaan intuisi.
Ingin tahu hasil penelitian mereka? Simak yang berikut.

Apakah Intuisi Itu?


Sebelum kita membahas mengenai praktik intuisi dalam bisnis, marilah kita terlebih
dahulu mengenal apa itu intuisi.

Pengertian Intuisi
Secara umum, intuisi yang kita kenal adalah “perasaan” (gut feeling) yang menuntun kita
mengambil keputusan tanpa proses rasionalisasi yang rumit. Ternyata pendapat para ahli
tentang intuisi juga tidak terlalu berbeda jauh.
Lynn B Robinson dalam artikelnya “Intuition in Business” yang muncul di The
Harbinger (Nov 17, 1998) mengatakan, salah satu definisi intuisi adalah tindakan atau
pengetahuan yang tidak melalui proses rasionalisasi. Ia juga menyebutkan intuisi sebagai
kemampuan untuk menebak secara akurat.
Gary Zukav, penulis The Dancing Wu Li Masters, An Overview of the New Physics dan
Seats of Soul, mendefinisikan intuisi sebagai pedoman nonfisik yang mengarahkan kita
untuk mencapai tujuan hidup kita. Intuisi bisa datang dalam berbagai bentuk, antara lain
melalui visualisasi dalam otak kita, atau ide yang membuat kita berteriak “aha”, atau
melalui perubahan fisik (perubahan energi, rasa, pengalaman).

Kekuatan atau Bahaya?


Menurut David Myers dalam bukunya Intuition: Its Powers and Perils, intuisi memiliki
kekuatan positif dan negatif. Kekuatan positif bisa membantu kita mengatasi masalah.
Sebaliknya kekuatan negatifnya menjerumuskan kita ke dalam masalah.
Sebagai contoh, intuisi sangat berguna jika digunakan untuk membaca ekspresi muka dan
emosi orang lain, atau jika digunakan untuk membimbing kita saat kita berada dalam
situasi berbahaya atau suasana asing yang tidak pernah kita alami sebelumnya. Dalam
kondisi ini, seperti juga yang dialami makhluk hidup lainnya, manusia dilengkapi intuisi
untuk membimbingnya mengambil tindakan cepat. Misalnya, ketika kita sedang
mengendarai mobil, tiba-tiba di depan kita melintas orang, kendaraan, atau binatang.
Intuisi kita akan membuat kita segera menginjak rem atau membanting stir ke arah lain.
Tetapi, intuisi akan menjadi berbahaya jika digunakan dalam situasi yang membuat kita
menebak tanpa arah. Misalnya ketika harus menebak pergerakan harga saham di pasar
surat berharga, atau menilai risiko dan meramalkan hasil pertandingan sepakbola tanpa
diikuti analisis yang rasional.

Penggunaan Intuisi
Mira, pegawai bank bagian kredit, biasanya selain mempelajari data nasabah juga
menggunakan intuisinya ketika menilai kredibilitas seorang nasabah. Ternyata, hasil
penilaiannya seringkali akurat, jarang meleset.
Lynn B Robinson dalam artikelnya mengutip sebuah contoh mengenai Kathy Whitmire.
Dua bulan setelah kematian suaminya, Kathy Whitmire mendapat saran dari seorang
teman yang sudah lama berkecimpung di dunia politik untuk terjun ke dunia politik.
Teman ini memiliki intuisi kuat bahwa Kathy akan berhasil di dunia yang baru ini.
Karena Kathy juga sudah sangat mengenal karakter teman tersebut, Kathy pun akhirnya
mengikuti saran temannya. Ia berhenti dari pekerjaannya di University of Houston dan
menutup praktik jasa akuntansinya untuk terjun ke dunia politik. Hasilnya, tahun 1983-
1991 Kathy berhasil terpilih dan menjalankan tugas sebagai mayor (wali kota) wanita
yang pertama di Houston.
Mengelola Intuisi di Tempat Kerja
Intuisi bukanlah milik paranormal atau orang-orang tertentu saja. Menurut para ahli,
setiap orang memiliki intuisi. Hanya saja ada orang-orang tertentu yang memaksimalkan
pengembangan dan pengelolaan intuisinya.
Namun sebagian besar orang tidak mengembangkan intuisinya secara optimal. Lalu,
bagaimana mengelola intuisi ini dengan optimal, terutama untuk membantu kita
mengambil keputusan sulit di tempat kerja?

Sebuah Keterampilan
Dr Michael Ray, dosen di Standford MBA Program mengatakan intuisi adalah sebuah
keterampilan (skill) yang bisa dikembangkan. Seperti halnya keterampilan lainnya,
seperti bermain alat musik, berolahraga, menyetir mobil, dan naik sepeda, intuisi harus
dipraktikkan secara nyata.
Praktik intuisi melibatkan pengalaman langsung dalam menggunakan intuisi. Misalnya,
bagi seorang pengajar atau yang mau belajar bahasa Inggris, intuisi bisa dikembangkan
melalui “exposure” terhadap bahasa tersebut. Semakin banyak seseorang mendapat
masukan bahasa Inggris dalam bentuk bacaan, tayangan video, percakapan langsung
dengan penutur ahli, semakin kuat intuisinya terbentuk. Hasilnya, ketika ia membaca
sebuah kalimat dalam bahasa Inggris, intuisinya akan memberi petunjuk apakah kalimat
yang dibacanya itu secara gramatika atau arti benar atau salah, walaupun ia sendiri tidak
bisa menjelaskan secara rasional alasannya.
Demikian pula seorang musisi yang telah banyak mendapat pengalaman di bidang musik.
Ia akan secara insting tahu bahwa sebuah alat musik memiliki kualitas suara yang baik
atau tidak hanya dari melihat bentuk luarnya. Jadi, intuisi bukanlah produk emosional
semata, tapi terbentuk karena pengalaman langsung dengan bidang kerja yang diminati.

Harus Digunakan Bersama Rasio


Intuisi yang digunakan secara buta seringkali membahayakan. Itu karena hasilnya jauh
dari akurasi. Sebaliknya, intuisi yang digunakan bersama dengan hasil analisis akan
memberikan hasil yang luar biasa.
Michael Munn, PhD adalah kepala Aerospace di Lockheed. Dia membawahi berbagai
proyek besar di bidang aerodinamika. Riset di bidang ini sangatlah sedikit, sehingga
banyak keputusan yang perlu dibantu dengan menggunakan intuisi. Biasanya ia akan
mempelajari data yang ada, lalu berdiam diri sejenak untuk merenungi tindakan
selanjutnya. Di sinilah intuisi tersebut datang. Intuisi inilah yang melengkapi keputusan
yang diambil Munn dalam pekerjaannya. Keputusan-keputusan ini ternyata lebih banyak
yang akurat ketimbang yang salah.
Demikian pula dengan komentar Colin Powell dalam bukunya My American Journey.
Menurut Powell, kita perlu menggali semua informasi yang ada, setelah itu barulah kita
bisa mengambil keputusan dengan menggunakan intuisi. Menurut Powell, semakin
banyak pengalaman seseorang dalam bidang tertentu, semakin tua usia seseorang,
semakin sering ia mengandalkan intuisinya yang seringkali akurat. Intuisi yang akurat ini
terjadi karena intuisi tersebut dibentuk oleh intelektualitas dan pengalaman, bukan
sekadar emosi semata.

Intuisi Perlu Aksi


Untuk mendapatkan intuisi diperlukan aksi. Peter Senge dalam bukunya The Fifth
Discipline mengatakan orang-orang yang sukses biasanya mendapatkan intuisinya
dengan menggunakan semua sumber daya yang dimiliki. Setelah intuisi terbentuk,
mereka juga tidak tinggal diam, tetapi menerjemahkannya dalam aksi—berupa keputusan
bisnis dan tindakan bisnis yang nyata.
Dr Michael Ray juga sependapat dengan Senge. Menurut Dr Ray, tindak lanjut dari
sebuah intuisi merupakan kunci sukses seseorang. Intuisi perlu diikuti dengan kerja keras.

Bukan Keputusan Emosional


Intuisi yang sukses adalah intuisi yang tidak didasarkan pada tindakan emosional semata.
Intuisi seperti ini mengandalkan pemanfaatan hasil analisis semua alternatif yang
tersedia, untuk kemudian menggunakan intuisi untuk memilih alternatif yang paling
tepat.
Nah, bagaimana dengan intuisi Anda? Apakah Anda sudah mengembangkannya dengan
optimal? Jika belum tahu bagaimana caranya, mungkin Anda bisa memanfaatkan
pendapat para ahli yang baru saja kita bahas di sini untuk membantu Anda menggunakan
intuisi di tempat kerja dengan sukses.

You might also like