You are on page 1of 28

Ê  

  Ê 

Pembangunan ekonomi kerakyatan usaha menengah mempunyai perananan yang
penting dan strategis untuk mewujudkan struktur dunia usaha nasional yang kokoh. Untuk
mewujudkan struktur dunia usaha nasional yang kokoh maka usaha menengah perlu
ditingkatkan jumlahnya dan diberdayakan menjadi usaha yang tangguh, mandiri dan unggul,
sehingga peranannya dalam penyerapan tenaga kerja, ekspor dan pembentukan produk
domestik bruto semakin meningkat;

UKM memiliki potensi besar, ditunjukkan dengan kemampuannya bertahan dalam


menghadapi badai krisis keuangan dan ekonomi yang menimpa Indonesia sejak medio tahun
1997. Hal ini juga membuktikan bahwa UKM merupakan salah satu pelaku ekonomi yang kuat
dan ulet. Meskipun demikian UKM tidak terlepas dari dampak gejolak pasar dan keambrukan
system perbankan nasional. Diperkirakan di masa depan UKM akan cukup berhasil
menyesuaikan diri dengan lingkungan ekonomi yang cepat berubah dan dapat meningkatkan
posisi daya saing bukan hanya dalam pasar lokal tetapi juga dalam mendorong aktivitas ekspor
yang pada akhirnya akan lebih mendorong pengembangan perekonomian daerah. Pemulihan ekonomi
dalam perekonomian daerah akan lebih cepat tercapai apabila peran UKM dapat lebih ditingkatkan
dan berbagai kendala internal yang melilit UKM seperti perkreditan dan permodalan dapat
dicarikan solusi yang pas dan akurat.

Perkreditan dan permodalan bagi pengembangan UKM sering menjadi kendala, karena UKM
sangat terbatas kemampuannya untuk mengakseskan terhadap lembaga perkreditan atau perbankan.
Realitas menunjukkan bahwa UKM pada umumnya mengalami masalah dalam memenuhi berbagai
persyaratan untuk mendapatkan kredit yang biasanya diukur dengan 5C, yaitu : ë ëëë 
ë
ë


dan ë  Dari persyaratan 5C tersebut ada 2C yang sulit dipenuhi yaitu
capital dan collaterall. Capital berkaitan dengan persyaratan untuk memenuhi capital adequacy ratio
(CAR) bagi para peminjam. Kesulitan ini terutama sering dihadapi oleh para pemodal kecil.
Sedangkan collateral berkaitan dengan penyediaan jaminan atau agunan tambahan bagi peminjam.
Dalam rangka pemberdayaan koperasi dan UKM, pemerintah telah mengeluarkan

c
kebijaksanaan yang dituangkan ke dalam 17 skim kredit dengan persyaratan lunak. Dengan skim
tersebut, maka tahun 1997/1998, telah dialokasikan dana sebesar Rp. 1,0 trilyun. Kemudian
pada tahun 1998/1999 alokasi dana untuk koperasi dan UKM meningkat empat belas kali dari
tahun sebelumnya dengan nilai Rp. 14,4 trilyun. Dalam pelaksanaannya, ternyata belum dapat
berjalan secara optimal. Fenomena ini diduga terjadi karena penyelenggaraan kredit menghadapi
banyak kesulitan, baik dalam penyaluran maupun dalam pengembalian pinjamannya.

Selanjutnya data dari Asian Development Bank tahun 2001 menunjukkan bahwa perolehan
kredit bagi UKM dari lembaga perkreditan seperti perbankan adalah sebagai berikut :

a). UKM yang pernah memperoleh kredit dari bank hanya sebesar 21%,

b). UKM yang telah mengajukan kredit tetapi belum memperoleh kredit sebesar 14%,

c).UKM yang sangat membutuhkan kredit tetapi belum mengajukan kredit sebesar 33% dan

d). sisanya sebesar 32% belum memerlukan kredit.

Disebabkan besarnya potensi Usaha menengah dalam percaturan global umumnya dan
dalam ekonomi Indonesia pada umumnya, maka penting bagi kita untuk memahami lebih jauh
tentang masalah ini. Dan selanjutnya mencari solusi tepat untuk semua permasalah itu.

u
Ê  


  

Sesuai dengan Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil
dan Menengah (UMKM) :

    adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik
langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau usaha besar dengan jumlah
kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang- Undang ini.

Usaha menengah merupakan usaha yang berpenghasilan bersih di atas 500 juta sampai 10
milyar.

Usaha Menengah sebagaimana dimaksud Inpres No.10 tahun 1998 adalah usaha bersifat
produktif yang memenuhi kriteria kekayaan usaha bersih lebih besar dari Rp200.000.000,00 (dua
ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak sebesar Rp10.000.000.000,00, (sepuluh milyar
rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha serta dapat menerima kredit dari bank
sebesar Rp.500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) s/d Rp.5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah).

Usaha Kecil dan Menengah disingkat UKM adalah sebuah istilah yang mengacu ke jenis
usaha kecil yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000 tidak termasuk tanah
dan bangunan tempat usaha. Dan usaha yang berdiri sendiri. Menurut Keputusan Presiden RI no.
99 tahun 1998 pengertian Usaha Kecil adalah: ³Kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil
dengan bidang usaha yang secara mayoritas merupakan kegiatan usaha kecil dan perlu dilindungi
untuk mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat.´

Kriteria usaha kecil menurut UU No. 9 tahun 1995 adalah sebagai berikut:

1. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200.000.000,- (Dua Ratus Juta Rupiah) tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha

2. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 1.000.000.000,- (Satu Miliar Rupiah)

r
3. Milik Warga Negara Indonesia

4. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang tidak
dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha
Menengah atau Usaha Besar

5. Berbentuk usaha orang perorangan , badan usaha yang tidak berbadan hukum, atau badan
usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi.

Di Indonesia, jumlah UKM hingga 2005 mencapai 42,4 juta unit lebih.

Pemerintah Indonesia, membina UKM melalui Dinas Koperasi dan UKM, di masing-
masing Provinsi atau Kabupaten/Kota.

Usaha Menengah sebagaimana dimaksud Inpres No.10 tahun 1998 adalah usaha bersifat
produktif yang memenuhi kriteria kekayaan usaha bersih lebih besar dari Rp200.000.000,00 (dua
ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak sebesar Rp10.000.000.000,00, (sepuluh milyar
rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha serta dapat menerima kredit dari bank
sebesar Rp.500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) s/d Rp.5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah).

Ciri-ciri usaha menengah:

M‘ Pada umumnya telah memiliki manajemen dan organisasi yang lebih baik, lebih teratur
bahkan lebih modern, dengan pembagian tugas yang jelas antara lain, bagian keuangan,
bagian pemasaran dan bagian produksi;
M‘ Telah melakukan manajemen keuangan dengan menerapkan sistem akuntansi dengan
teratur, sehingga memudahkan untuk auditing dan penilaian atau pemeriksaan termasuk
oleh perbankan;
M‘ Telah melakukan aturan atau pengelolaan dan organisasi perburuhan, telah ada
Jamsostek, pemeliharaan kesehatan dll;
M‘ Sudah memiliki segala persyaratan legalitas antara lain izin tetangga, izin usaha, izin
tempat, NPWP, upaya pengelolaan lingkungan dll;
M‘ Sudah akses kepada sumber-sumber pendanaan perbankan;

-
M‘ Pada umumnya telah memiliki sumber daya manusia yang terlatih dan terdidik.

Contoh usaha menengah:

Jenis atau macam usaha menengah hampir menggarap komoditi dari hampir seluruh
sektor mungkin hampir secara merata, yaitu:

M‘ Usaha pertanian, perternakan, perkebunan, kehutanan skala menengah;


M‘ Usaha perdagangan (grosir) termasuk expor dan impor;
M‘ Usaha jasa EMKL (Ekspedisi Muatan Kapal Laut), garment dan jasa transportasi taxi dan
bus antar proponsi;
M‘ Usaha industri makanan dan minuman, elektronik dan logam;
M‘ Usaha pertambangan batu gunung untuk kontruksi dan marmer buatan.

Konsep Usaha Kecil itu sendiri sesungguhnya, dari 48,9 juta usaha kecil di Indonesia,
hanya 1 juta unit lebih yang benar-benar dapat di sebut sebagai pengusaha kecil. Koperasi pun
hanya 80 ribu lebih, lebih dari 47,50 juta pengusaha sesungguhnya dikategorikan sebagai usaha
mikro. Dengan demikian, bila kita berbicara tentang UMKM perlu di ingat bahwa sebetulnya
kebanyakan usaha yang kita bahas itu bersifat sangat kecil. Sampai saat ini masih terdapat
perbedaan mengenai kriteria pengusaha kecil baik yang ada dikalangan perbankan, lembaga
terkait, biro statistik (BPS), maupun menurut kamar dagang dan industri Indonesia (KADIN).
Perbedaan kriteria tersebut adalah Bank Indonesia. Suatu perusahaan atau perorangan yang
mempunyai total assets maksimal Rp. 600 juta tidak termasuk rumah dan tanah yang ditempati.
Untuk Departemen Perindustrian kriteria usaha kecil sama dengan Bank Indonesia. Biro Pusat
Statistik (BPS); Usaha rumah tangga mempunyai : 1-5 tenaga kerja, Usaha kecil mempunyai : 6-
19 tenaga kerja, Usaha menengah mempunyai : 20-99 tenaga kerja. Kamar Dagang Industri
Indonesia (KADIN); Industri yang mempunyai total assets maksimal Rp.600 juta termasuk
rumah dan tanah yang ditempati dengan jumlah tenaga kerja dibawah 250 orang. Departemen
Keuangan; Suatu badan usaha atau perorangan yang mempunyai assets setinggi-tingginya Rp.
300 juta atau yang mempunyai omset penjualannya maksimal Rp. 300 juta per tahun.

Sebagai permbandingan dikemukakan pula beberapa kriteria usaha kecil beberapa Negara
berkembang seperti India, Thailand dan Philipina. India, Industri yang memiliki pabrik dan


mesin-mesin beserta perlengkapannya dengan fixed assets maksimal Rupe 2.500.000 atau sekitar
Rp. 496,4 juta. Thailand Industri yang memiliki fixed assets maksimal Bath 2.000.000 atau
sekitar Rp. 438,1 juta. Philipina Usaha rumah tangga industri adalah yang nilai fixed assets
kurang dari Pesos 100.000 atau sekitar Rp. 16 juta. Small industry adalah yang nilai fixed
assetsnya antara Pesos 100.000 s/d 1.000.000 atau sekitar Rp. 160,8 juta.
Usaha berskala mikro, kecil dan menengah dalam arti yang sempit seringkali dipahami
sebagai suatu kegiatan usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja dan atau assets yang relatif
kecil. Bila hanya komponen ini dijadikan sebagai patokan dalam menentukan besar kecilnya
skala usaha maka banyak bias yang terjadi, sebagai contoh sebuah perusahaan yang
memperkejakan 50 orang karyawan di Amerika Serikat di kategorikan sebagai perusahaa kecil
(relatif terhadap ukuran ekonomi Amerika Serikat). Sementara itu untuk ukuran yang sama,
sebuah perusahaan di Bolivia tidak lagi masuk dalam kategori usaha kecil. Dengan demikian,
diperlukan komponen atau karakteristik lain dalam melakukan penilaian ukuran usaha, misalnya
dengan melihat tingkat informalitas usaha dengan berdasarkan kepada dokumen-dokumen usaha
yang dimiliki, tingkat kerumitan teknologi yang digunakan, padat karya dan lain sebagainya.
Perbedaan beberapa kriteria tersebut dapat dimengerti karena alasan kepentingan
pembinaan yang spesifik dari masing-masing sektor/kegiatan yang bersangkutan. Namun
disadari pula bahwa dalam beberapa hal perbedaan tersebut dapat menimbulkan kesulitan bagi
suatu lembaga peneliti terutama dalam pengambilan sample penelitian, sehingga hasilnya dapat
menimbulkan persepsi berbeda.
Sehubungan dengan kesulitan yang ditimbulkan di atas, maka sejak tahun 1995 telah
diadakan kesepakatan bersama antar instansi BUMN dan perbankan untuk menciptakan suatu
kriteria usaha kecil, yaitu suatu badan atau perorangan yang mempunyai total assets maksimal
Rp. 600 juta tidak termasuk rumah dan tanah yang ditempati.

o
Ê  

Ê  

Usaha Kecil dan Menengah (UKM) mempunyai peran yang strategis dalam
pembangunan ekonomi nasional, oleh karena selain berperan dalam pertumbuhan ekonomi dan
penyerapan tenaga kerja juga berperan dalam pendistribusian hasil-hasil pembangunan. Dalam
krisis ekonomi yang terjadi di negara kita sejak beberapa waktu yang lalu, dimana banyak usaha
berskala besar yang mengalami stagnasi bahkan berhenti aktifitasnya, sektor Usaha Kecil dan
Menengah (UKM) terbukti lebih tangguh dalam menghadapi krisis tersebut. Mengingat
pengalaman yang telah dihadapi oleh Indonesia selama krisis, kiranya tidak berlebihan apabila
pengembangan sektor swasta difokuskan pada UKM, terlebih lagi unit usaha ini seringkali
terabaikan hanya karena hasil produksinya dalam skala kecil dan belum mampu bersaing dengan
unit usaha lainnya.

Pengembangan UKM perlu mendapatkan perhatian yang besar baik dari pemerintah
maupun masyarakat agar dapat berkembang lebih kompetitif bersama pelaku ekonomi lainnya.
Kebijakan pemerintah ke depan perlu diupayakan lebih kondusif bagi tumbuh dan
berkembangnya UKM. Pemerintah perlu meningkatkan perannya dalam memberdayakan UKM
disamping mengembangkan kemitraan usaha yang saling menguntungkan antara pengusaha
besar dengan pengusaha kecil, dan meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusianya.

  

Sektor ekonomi UKM yang memiliki proporsi unit usaha terbesar berdasarkan statistik
UKM tahun 2004-2005 adalah sector:

(1) Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan;

(2) Perdagangan, Hotel dan Restoran;

(3) Industri Pengolahan;

(4) Pengangkutan dan Komunikasi; serta

(5) Jasa - Jasa.

¦
Sedangkan sektor ekonomi yang memiliki proporsi unit usaha terkecil secara berturut-
turut adalah sector:

(1) Pertambangan dan Penggalian;

(2) Bangunan;

(3) Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan; serta

(4) Listrik, Gas dan Air Bersih. Secara kuantitas, UKM memang unggul, hal ini didasarkan pada
fakta bahwa sebagian besar usaha di Indonesia (lebih dari 99 %) berbentuk usaha skala kecil
dan menengah (UKM). Namun secara jumlah omset dan aset, apabila keseluruhan omset dan
aset UKM di Indonesia digabungkan, belum tentu jumlahnya dapat menyaingi satu
perusahaan berskala nasional.

Data-data tersebut menunjukkan bahwa UKM berada di sebagian besar sektor usaha yang
ada di Indonesia. Apabila mau dicermati lebih jauh, pengembangan sektor swasta, khususnya
UKM, perlu untuk dilakukan mengingat sektor ini memiliki potensi untuk menjaga kestabilan
perekonomian, peningkatan tenaga kerja, meningkatkan PDB, mengembangkan dunia usaha, dan
penambahan APBN dan APBD melalui perpajakan.

  

Pengembangan terhadap sektor swasta merupakan suatu hal yang tidak diragukan lagi
perlu untuk dilakukan. UKM memiliki peran penting dalam pengembangan usaha di Indonesia.
UKM juga merupakan cikal bakal dari tumbuhnya usaha besar. ³Hampir semua usaha besar
berawal dari UKM. Usaha kecil menengah (UKM) harus terus ditingkatkan (up grade) dan aktif
agar dapat maju dan bersaing dengan perusahaan besar. Jika tidak, UKM di Indonesia yang
merupakan jantung perekonomian Indonesia tidak akan bisa maju dan berkembang.

Satu hal yang perlu diingat dalam pengembangan UKM adalah bahwa langkah ini tidak
semata-mata merupakan langkah yang harus diambil oleh Pemerintah dan hanya menjadi
tanggung jawab Pemerintah. Pihak UKM sendiri sebagai pihak yang dikembangkan, dapat
mengayunkan langkah bersama-sama dengan Pemerintah. Selain Pemerintah dan UKM, peran
dari sektor Perbankan juga sangat penting terkait dengan segala hal mengenai pendanaan,

ÿ
terutama dari sisi pemberian pinjaman atau penetapan kebijakan perbankan. Lebih jauh lagi,
terkait dengan ketersediaan dana atau modal, peran dari para investor baik itu dari dalam maupun
luar negeri, tidak dapat pula kita kesampingkan.

Pemerintah pada intinya memiliki kewajiban untuk turut memecahkan tiga hal masalah
klasik yang kerap kali menerpa UKM, yakni akses pasar, modal, dan teknologi yang selama ini
kerap menjadi pembicaraan di seminar atau konferensi. Secara keseluruhan, terdapat beberapa
hal yang harus diperhatikan dalam melakukan pengembangan terhadap unit usaha UKM, antara
lain kondisi kerja, promosi usaha baru, akses informasi, akses pembiayaan, akses pasar,
peningkatan kualitas produk dan SDM, ketersediaan layanan pengembangan usaha,
pengembangan cluster, jaringan bisnis, dan kompetisi.

Perlu disadari, UKM berada dalam suatu lingkungan yang kompleks dan dinamis. Jadi,
upaya mengembangkan UKM tidak banyak berarti bila tidak mempertimbangkan pembangunan
(khususnya ekonomi) lebih luas. Konsep pembangunan yang dilaksanakan akan membentuk
µaturan main¶ bagi pelaku usaha (termasuk UKM) sehingga upaya pengembangan UKM tidak
hanya bisa dilaksanakan secara parsial, melainkan harus terintegrasi dengan pembangunan
ekonomi nasional dan dilaksanakan secara berkesinambungan. Kebijakan ekonomi (terutama
pengembangan dunia usaha) yang ditempuh selama ini belum menjadikan ikatan kuat bagi
terciptanya keterkaitan antara usaha besar dan UKM.

Saat ini, Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah berencana untuk
menciptakan 20 juta usaha kecil menengah baru tahun 2020. Tahun 2020 adalah masa yang
menjanjikan begitu banyak peluang karena di tahun tersebut akan terwujud apa yang dimimpikan
para pemimpin ASEAN yang tertuang dalam Bali Concord II. Suatu komunitas ekonomi
ASEAN, yang peredaran produk-produk barang dan jasanya tidak lagi dibatasi batas negara,
akan terwujud. Kondisi ini membawa sisi positif sekaligus negatif bagi UKM. Menjadi positif
apabila produk dan jasa UKM mampu bersaing dengan produk dan jasa dari negara-negara
ASEAN lainnya, namun akan menjadi negatif apabila sebaliknya. Untuk itu, kiranya penting bila
pemerintah mendesain program yang jelas dan tepat sasaran serta mencanangkan penciptaan 20
juta UKM sebagai program nasional.


 ! 

Pada umumnya, permasalahan yang dihadapi oleh Usaha Kecil dan Menengah (UKM),
antara lain meliputi:

"#

$" %   

Permodalan merupakan faktor utama yang diperlukan untuk mengembangkan suatu unit
usaha. Kurangnya permodalan UKM, oleh karena pada umumnya usaha kecil dan menengah
merupakan usaha perorangan atau perusahaan yang sifatnya tertutup, yang mengandalkan modal
dari si pemilik yang jumlahnya sangat terbatas, sedangkan modal pinjaman dari bank atau
lembaga keuangan lainnya sulit diperoleh karena persyaratan secara administratif dan teknis
yang diminta oleh bank tidak dapat dipenuhi. Persyaratan yang menjadi hambatan terbesar bagi
UKM adalah adanya ketentuan mengenai agunan karena tidak semua UKM memiliki harta yang
memadai dan cukup untuk dijadikan agunan.

Terkait dengan hal ini, UKM juga menjumpai kesulitan dalam hal akses terhadap sumber
pembiayaan. Selama ini yang cukup familiar dengan mereka adalah mekanisme pembiayaan
yang disediakan oleh bank dimana disyaratkan adanya agunan. Terhadap akses pembiayaan
lainnya seperti investasi, sebagian besar dari mereka belum memiliki akses untuk itu. Dari sisi
investasi sendiri, masih terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan apabila memang gerbang
investasi hendak dibuka untuk UKM, antara lain kebijakan, jangka waktu, pajak, peraturan,
perlakuan, hak atas tanah, infrastruktur, dan iklim usaha.

&" % % %' (

Sebagian besar usaha kecil tumbuh secara tradisional dan merupakan usaha keluarga
yang turun temurun. Keterbatasan kualitas SDM usaha kecil baik dari segi pendidikan formal
maupun pengetahuan dan keterampilannya sangat berpengaruh terhadap manajemen pengelolaan
usahanya, sehingga usaha tersebut sulit untuk berkembang dengan optimal. Disamping itu
dengan keterbatasan kualitas SDM-nya, unit usaha tersebut relatif sulit untuk mengadopsi
perkembangan teknologi baru untuk meningkatkandaya saing produk yang dihasilkannya.

c
r"‘ 
  !%  

Usaha kecil yang pada umumnya merupakan unit usaha keluarga, mempunyai jaringan
usaha yang sangat terbatas dan kemampuan penetrasi pasar yang rendah, ditambah lagi produk
yang dihasilkan jumlahnya sangat terbatas dan mempunyai kualitas yang kurang kompetitif.
Berbeda dengan usaha besar yang telah mempunyai jaringan yang sudah solid serta didukung
dengan teknologi yang dapat menjangkau internasional dan promosi yang baik.

-"‘  % 

Hal penting yang seringkali pula terlupakan dalam setiap pembahasan mengenai UKM,
yaitu semangat entrepreneurship para pengusaha UKM itu sendiri.[17] Semangat yang dimaksud
disini, antara lain kesediaan terus berinovasi, ulet tanpa menyerah, mau berkorban serta
semangat ingin mengambil risiko.[18] Suasana pedesaan yang menjadi latar belakang dari UKM
seringkali memiliki andil juga dalam membentuk kinerja. Sebagai contoh, ritme kerja UKM di
daerah berjalan dengan santai dan kurang aktif sehingga seringkali menjadi penyebab hilangnya
kesempatan-kesempatan yang ada.

"‘ %!

Kurangnya transparansi antara generasi awal pembangun UKM tersebut terhadap


generasi selanjutnya. Banyak informasi dan jaringan yang disembunyikan dan tidak
diberitahukan kepada pihak yang selanjutnya menjalankan usaha tersebut sehingga hal ini
menimbulkan kesulitan bagi generasi penerus dalam mengembangkan usahanya.

Ê"#

$"‘  Ê% !% %)

Upaya pemberdayaan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dari tahun ke tahun selalu
dimonitor dan dievaluasi perkembangannya dalam hal kontribusinya terhadap penciptaan produk
domestik brutto (PDB), penyerapan tenaga kerja, ekspor dan perkembangan pelaku usahanya
serta keberadaan investasi usaha kecil dan menengah melalui pembentukan modal tetap brutto
(investasi).[19] Keseluruhan indikator ekonomi makro tersebut selalu dijadikan acuan dalam

cc
penyusunan kebijakan pemberdayaan UKM serta menjadi indikator keberhasilan pelaksanaan
kebijakan yang telah dilaksanakan pada tahun sebelumnya.[20]

Kebijaksanaan Pemerintah untuk menumbuhkembangkan UKM, meskipun dari tahun ke


tahun terus disempurnakan, namun dirasakan belum sepenuhnya kondusif. Hal ini terlihat antara
lain masih terjadinya persaingan yang kurang sehat antara pengusaha-pengusaha kecil dan
menengah dengan pengusaha-pengusaha besar.

Kendala lain yang dihadapi oleh UKM adalah mendapatkan perijinan untuk menjalankan
usaha mereka. Keluhan yang seringkali terdengar mengenai banyaknya prosedur yang harus
diikuti dengan biaya yang tidak murah, ditambah lagi dengan jangka waktu yang lama. Hal ini
sedikit banyak terkait dengan kebijakan perekonomian Pemerintah yang dinilai tidak memihak
pihak kecil seperti UKM tetapi lebih mengakomodir kepentingan dari para pengusaha besar.

&.    

Kurangnya informasi yang berhubungan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan


teknologi, menyebabkan sarana dan prasarana yang mereka miliki juga tidak cepat berkembang
dan kurang mendukung kemajuan usahanya sebagaimana yang diharapkan. Selain itu, tak jarang
UKM kesulitan dalam memperoleh tempat untuk menjalankan usahanya yang disebabkan karena
mahalnya harga sewa atau tempat yang ada kurang strategis.

r"‘ %%
Praktek pungutan tidak resmi atau lebih dikenal dengan pungutan liar menjadi salah satu
kendala juga bagi UKM karena menambah pengeluaran yang tidak sedikit. Hal ini tidak hanya
terjadi sekali namun dapat berulang kali secara periodik, misalnya setiap minggu atau setiap
bulan.

-"‘ !* 


Dengan berlakunya Undang-undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah
yang kemudian diubah dengan UU No. 32 Tahun 2004, kewenangan daerah mempunyai otonomi
untuk mengatur dan mengurus masyarakat setempat. Perubahan sistem ini akan mempunyai
implikasi terhadap pelaku bisnis kecil dan menengah berupa pungutan-pungutan baru yang
dikenakan pada UKM. Jika kondisi ini tidak segera dibenahi maka akan menurunkan daya saing

cu
UKM. Disamping itu, semangat kedaerahan yang berlebihan, kadang menciptakan kondisi yang
kurang menarik bagi pengusaha luar daerah untuk mengembangkan usahanya di daerah tersebut.

"! Ê
Sebagaimana diketahui bahwa AFTA yang mulai berlaku Tahun 2003 dan APEC Tahun
2020 berimplikasi luas terhadap usaha kecil dan menengah untuk bersaing dalam perdagangan
bebas. Dalam hal ini, mau tidak mau UKM dituntut untuk melakukan proses produksi dengan
produktif dan efisien, serta dapat menghasilkan produk yang sesuai dengan frekuensi pasar
global dengan standar kualitas seperti isu kualitas (ISO 9000), isu lingkungan (ISO 14.000), dan
isu Hak Asasi Manusia (HAM) serta isu ketenagakerjaan. Isu ini sering digunakan secara tidak
fair oleh negara maju sebagai hambatan (Non Tariff Barrier for Trade). Untuk itu, UKM perlu
mempersiapkan diri agar mampu bersaing baik secara keunggulan komparatif maupun
keunggulan kompetitif.

+" ) %  


Sebagian besar produk industri kecil memiliki ciri atau karakteristik sebagai produk-
produk dan kerajinan-kerajian dengan ketahanan yang pendek. Dengan kata lain, produk-produk
yang dihasilkan UKM Indonesia mudah rusak dan tidak tahan lama.
,"  
Terbatasnya akses pasar akan menyebabkan produk yang dihasilkan tidak dapat
dipasarkan secara kompetitif baik di pasar nasional maupun internasional.

-" )
Selain akses pembiayaan, UKM juga menemui kesulitan dalam hal akses terhadap
informasi. Minimnya informasi yang diketahui oleh UKM, sedikit banyak memberikan pengaruh
terhadap kompetisi dari produk ataupun jasa dari unit usaha UKM dengan produk lain dalam hal
kualitas. Efek dari hal ini adalah tidak mampunya produk dan jasa sebagai hasil dari UKM untuk
menembus pasar ekspor. Namun, di sisi lain, terdapat pula produk atau jasa yang berpotensial
untuk bertarung di pasar internasional karena tidak memiliki jalur ataupun akses terhadap pasar
tersebut, pada akhirnya hanya beredar di pasar domestik.

cr
 % !%
Sesungguhnya pemerintah telah banyak mengeluarkan kebijakan untuk pemberdayaan
UKM, terutama lewat kredit bersubsidi dan bantuan teknis. Kredit program untuk pengembangan
UKM bahkan dilakukan sejak 1974. Kredit program pertama UKM, Kredit Investasi Kecil (KIK)
dan Kredit Modal Kerja Permanen (KMKP), yang menyediakan kredit investasi dan modal kerja
permanen, dengan masa pelunasan hingga 10 tahun, dan suku bunga bersubsidi.
Setelah deregulasi perbankan pada 1988, kredit UKM dengan bunga bersubsidi secara
berangsur dihentikan, diganti dengan kredit bank komersial. Selain itu, donor internasional juga
menyusun kredit program investasi bagi UKM dalam mata uang rupiah. Antara 1990 dan 2000,
Bank Indonesia mendanai berbagai kredit program dengan Kredit Likuiditas Bank Indonesia
(KLBI), yang dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu Kredit Usaha Tani (KUT),
Kredit Pemilikan Rumah Sederhana/Sangat Sederhana (KPRS/SS), dan Kredit Usaha Kecil dan
Mikro yang disalurkan melalui koperasi dan bank perkreditan rakyat. Selain itu, NPWP sebagai
prasyarat pengajuan kredit di Perbankan juga telah dihapuskan, dimana hal ini memberikan
peluang dan kesempatan yang lebih besar bagi kita untuk mengakses modal dari sisi perbankan.
Selain peran dari Pemerintah, dunia akademisi, lembaga swadaya masyarakat, dan
lembaga penelitian, juga telah melakukan beberapa kegiatan yang bertujuan untuk
mengembangkan UKM. Salah satu diantaranya adalah program GTZ-RED yang diadakan atas
dukungan GOPA/Swisscontact yang telah berjalan sejak tahun 2003. Program ini bergerak
langsung ke daerah-daerah dengan menggunakan metode enabling environment dengan fokus
pada Business Climate Survey (BCS) dan Regulatory Impact Assessment (RIA) yang dilakukan
oleh Technical Assisstance (TA). Tim TA ini dimotori oleh Center for Micro and Small
Enterprise Dynamics (CEMSED) Universitas Satya Wacana. Tim ini telah melakukan survey,
pelatihan, workshop terhadap UKM di daerah-daerah, menciptakan jaringan dengan seluruh
pihak terkait UKM termasuk Pemerintah Daerah, serta membuat daftar Peraturan Daerah yang
perlu untuk diperbaiki.

 ! !%


Dengan mencermati permasalahan yang dihadapi oleh UKM dan langkah-langkah yang
selama ini telah ditempuh, maka kedepannya, perlu diupayakan hal-hal sebagai berikut:
$"‘ .!  %)

c-
Pemerintah perlu mengupayakan terciptanya iklim yang kondusif antara lain dengan
mengusahakan ketenteraman dan keamanan berusaha serta penyederhanaan prosedur perijinan
usaha, keringanan pajak dan sebagainya.

&"‘ Ê% 

Pemerintah perlu memperluas skema kredit khusus dengan syarat-syarat yang tidak
memberatkan bagi UKM, untuk membantu peningkatan permodalannya, baik itu melalui sektor
jasa finansial formal, sektor jasa finansial informal, skema penjaminan, leasing dan dana modal
ventura. Pembiayaan untuk UKM sebaiknya menggunakan Lembaga Keuangan Mikro (LKM)
yang ada maupun non bank. Lembaga Keuangan Mikro bank antara Lain: BRI unit Desa dan
BankPerkreditan Rakyat (BPR).

Sampai saat ini, BRI memiliki sekitar 4.000 unit yang tersebar diseluruh Indonesia. Dari
kedua LKM ini sudah tercatat sebanyak 8.500 unit yang melayani UKM. Untuk itu perlu
mendorong pengembangan LKM agar dapat berjalan dengan baik, karena selama ini LKM non
koperasi memilki kesulitan dalam legitimasi operasionalnya.

r"‘ % 

Jenis-jenis usaha tertentu, terutama jenis usaha tradisional yang merupakan usaha
golongan ekonomi lemah, harus mendapatkan perlindungan dari pemerintah, baik itu melalui
undang-undang maupun peraturan pemerintah yang bermuara kepada saling menguntungkan
(win-win solution).

-"‘  

Perlu dikembangkan kemitraan yang saling membantu antar UKM, atau antara UKM
dengan pengusaha besar di dalam negeri maupun di luar negeri, untuk menghindarkan terjadinya
monopoli dalam usaha. Selain itu, juga untuk memperluas pangsa pasar dan pengelolaan bisnis
yang lebih efisien. Dengan demikian, UKM akan mempunyai kekuatan dalam bersaing dengan
pelaku bisnis lainnya, baik dari dalam maupun luar negeri.

c
" 

Pemerintah perlu meningkatkan pelatihan bagi UKM baik dalam aspek kewiraswastaan,
manajemen, administrasi dan pengetahuan serta keterampilannya dalam pengembangan
usahanya. Selain itu, juga perlu diberi kesempatan untuk menerapkan hasil pelatihan di lapangan
untuk mempraktekkan teori melalui pengembangan kemitraan rintisan.

+"‘% %%

Perlu dibangun suatu lembaga yang khusus bertanggung jawab dalam


mengkoordinasikan semua kegiatan yang berkaitan dengan upaya penumbuhkembangan UKM
dan juga berfungsi untuk mencari solusi dalam rangka mengatasi permasalahan baik internal
maupun eksternal yang dihadapi oleh UKM.

,"! 

Asosiasi yang telah ada perlu diperkuat, untuk meningkatkan perannya antara lain dalam
pengembangan jaringan informasi usaha yang sangat dibutuhkan untuk pengembangan usaha
bagi anggotanya.

8.‘ 

Guna lebih mempercepat proses kemitraan antara UKM dengan usaha besar diperlukan
media khusus dalam upaya mempromosikan produk-produk yang dihasilkan. Disamping itu,
perlu juga diadakan talk show antara asosiasi dengan mitra usahanya.

"‘  / 


Perlu adanya kerjasama atau koordinasi yang serasi antara pemerintah dengan dunia
usaha (UKM) untuk menginventarisir berbagai isu-isu mutakhir yang terkait dengan
perkembangan usaha.

$0"‘  

Perlu adanya pengalokasian tempat usaha bagi UKM di tempat-tempat yang strategis
sehingga dapat menambah potensi berkembang bagi UKM tersebut.

co


%.1%

Realitas membuktikan bahwa sejak terjadinya krisis ekonomi, sektor usaha kecil dan
menegah (UKM) mampu bertahan bahkan menjadi penyelamat perekonomian nasional. UKM
yang saat ini jumlahnya diperkirakan 40,19 juta unit usha memberi kontribusi yang sangat
signifikan terhadap Produk domestik bruto (PDB). Pada tahun 2001 diperkirakan UKM memberi
kontribusi terhadap PDB sebesar 54,74%.

Melihat tangguhnya kiprah UKM dalam perekonomian nasional tersebut membuat


lembaga keuangan (perbankan) berlomba menyalurkan kreditnya ke sektor usaha tersebut.

Perbankan nasional, tahun ini siap mengucurkan kredit ke UKM hingga Rp42,3 triliun
atau lebih 50% dari total nilai ekspansi kredit perbankan 2003. Sementara Departemen Keuangan
berjanji menyalurkan Rp3 triliun sedangkan Asian Development Bank (ADB) pun siap
mengucurkan pinjaman US$85 juta pada tahun 2003 dan US$150 juta pada tahun 2004).

Namun demikian, yang perlu dipikirkan apakah alokasi kredit UKM tersebut bisa
dimanfaatkan dengan baik oleh UKM?

Agar fasilitas kredit UKM itu secara optimal bisa menjadi µalat¶ emberdayaan UKM dan
sekaligus dapat menjadi lokomotif pemulihan ekonomi nasional maka bimbingan manajerial pun
harus diberikan secara memadai.

Strategi ini perlu dilakukan mengingat masih banyak UKM yang dalam menjalankan
aktivitas bisnisnya tidak menerapkan prinsip-prinsip manajemen. Apalagi saat ini, dengan
berlakunya era Asean Free Trade Area (AFTA), tentunya usaha kecil menengah pun dituntut
untuk siap menghadapi persaingan bisnis yang semakin ketat.
Selain itu bimbingan manajerial juga perlu dilakukan sebagai upaya memperkecil risiko kredit
macet akibat adanya mismanagement yang dilakukan UKM. Karena itu peran pemerintah sangat
dibutuhkan untuk merintis upaya tersebut.

Dalam hal pemberdayaan UKM, Indonesia bisa belajar ke Cina. Keberhasilan Negeri
Tirai bambu itu dalam mengembangkan bisnis UKM tidak terlepas dari keberadaan inkubator


bisnis. Inkubator bisnis di Cina terbilang sangat berkembang dan mendapat perhatian besar dari
pemerintahnya.

Cina memulai program inkubator bisnisnya pada 1987 dengan hanya membentuk tiga
unit inkubator tapi saat ini negara itu memiliki lebih dari 40 inkubator yang tersebar merata
hampir ke seluruh pelosok negeri.

Kiprah ikubator tersebut tak pelak juga sukses menyumbang pajak. Pada 1994 saja
tercatat US$155 juta mampu dihasilkan oleh para tenant (UKM binaan inkubator), padahal pada
tahun tersebut pemerintah Cina hanya berinvestasi US$60 juta.
Memang, omzet tersebut tidak sepenuhnya dirasakan pemerintah tapi pemasukan pajak dari
program inkubator ini akan terus dinikmati tiap tahunnya.
Dampak lain yang dapat dinikmati dengan berkembangnya inkubator bisnis di Cina adalah
dengan terserapnya sejumlah tenaga kerja ke bidang tersebut. Dari data yang diperoleh, pada
1994 tercatat hampir 900 TK terangkul menjadi karyawan inkubator.
Belum lagi sekitar 10.000 orang mampu terserap dalam perusahaan yang dikelola oleh para
tenant binaan inkubator tersebut.

Inkubator internasional Pemerintah Cina mempunyai komitmen yang tinggi terhadap


pengembangan inkubator bisnis yang terbukti memang menguntungkan banyak pihak. Salah satu
bentuk komitmen pemerintah tersebut adalah dengan melakukan investasi untuk membangun
inkubator bisnis internasional.

Mulai 1998 sampai saat ini tercatat ada delapan inkubator bisnis internasional yang
dibangun oleh pemerintah Cina. Inkubator ini merupakan lembaga di mana tenant yang berada di
dalamnya berasal dari negara lain di mana biasanya sudah mempunyai produk tertentu yang akan
dipasarkan di Cina.

Ciri khusus dari inkubator jenis ini adalah pada perangkat fasilitas yang digunakan, di
mana hampir keseluruhan menggunakan teknologi tinggi. Pemerintah Cina mengeluarkan
investasi yang besar untuk membangun inkubator bisnisnya. Untuk satu inkubator internasional,
luas lahan yang disediakan mencapai hampir 10.000 m2 dengan nilai investasi mencapai US$1
juta-US$3 juta untuk sebuah inkubator internasional. Selain itu dari setiap inkubator -baik skala
kecil maupun besar-selalu dikelola oleh profesional yang secara total mengelola inkubator

cÿ
bersangkutan. Hingga
wajar bila tenant teladan (dari inkubator sekelas Pusat Inkubator Agrobisnis dan Agroindustri
(PIAA) milik IPB) di Cina mampu meraup omzet sekitar lima miliar rupiah per tahunnya.

Di Indonesia sendiri sebenarnya antara 1995-1998, inkubator bisnis yang dimiliki


beberapa perguruan tinggi terbilang mengalami perkembangan yang cukup baik tapi datangnya
krisis menyebabkan program ini agak meredup.

Namun demikian, belajar dari keberhasilan Cina, adalah suatu langkah yang tepat bila
pemerintah kembali melakukan program pengembangan UKM melalui inkubator bisnis.
Di saat adanya komitmen perbankan nasional untuk memajukan UKM,
mengoptimalkan peran inkubator- inkubator bisnis yang bertebaran di berbagai penjuru tanah air
adalah suatu langkah strategis.

Untuk itu pemerintah bisa menjadi µjembatan penghubung¶ antara pihak perbankan
(terutama bank BUMN) dengan inkubator- inkubator bisnis (yang mayoritas dimiliki perguruan
tinggi negeri) agar terjalin kerja sama

Dengan begitu nantinya, usaha kecil menengah tidak hanya mendapat bantuan modal
melainkan juga bimbingan manajerial.

 %

Sadar atau tidak, dalam era desentralisasi dan globalisasi sekarang, setiap masyarakat di
daerah menghadapi tantangan yang berbeda dari lingkungan eksternal. Dalam kaitan ini,
pemecahan masalah tidak dapat dilakukan dengan kebijakan sama yang berlaku umum dari
tingkat pusat. Kebijakan dan strategi yang dikembangkan haruslah sesuai dengan spesifikasi atau
kondisi yang dibutuhkan oleh daerah yang bersangkutan.

Masalah daerah memerlukan solusi kedaerahan. Wewenang yang selama ini dipengang
pemerintah pusat harus diberikan kepada pemerintah daerah untuk menangani masalah di
daerahnya. Dalam kaitan ini, strategi pembangunan daerah haruslah dilakukan dengan proses
kolaborasi berbagai unsur terkait dengan masyarakat di daerah. Kebijakan dan strategi yang
dikembangakan harus menggunakan sumberdaya lokal yang efisien, termasuk sumber daya alam,


sumber daya manusia, dan sumber daya budaya. Lintas pelaku di masyarakat harus bekerja sama
untuk meningkatkan nilai sumberdaya setempat.

Untuk itu, perlu diperhatikan bahwa peran UMKM strategis untuk menciptakan tenaga
kerja, kesejahteraan dan peningkatan standar hidup masyarakat setempat. Pertumbuhan UMKM
tergantung dari kondisi lingkungan bisnis yang dibuat sebagai usaha bersama antara UMKM,
Pemerintah dan entitas masyarakat setempat.

Adapun unsur lingkungan bisnis kondusif yang perlu menjadi perhatian, meliputi
ketersediaan modal, infrastruktur dan fasilitasnya, ketersediaan tenaga terampil, layanan
pendidikan dan pelatihan, jaringan pengetahuan, ketersediaan layanan bisnis, lembaga
lingkungan pendukung pembangunan daerah, dan kualitas pengelolaan sektor publik.

Sebagai persyaratan agar strategi pembangunan daerah bekerja dengan baik, maka harus
ada evaluasi terhadap kekuatan dan kelemahan masyarakat, identifikasi kesempatan bagi
UMKM, pengurangan hambatan bisnis, dan pemberian kesempatan lintas pelaku setempat untuk
berpartisipasi dalam proses.

Dalam pembangunan daerah ini, strategi dan pendekatan yang bisa dilakukan, a.l.
investasi dibidang infrastruktur, penyediaan insentif bagi investasi bisnis, mendorong
pengembangan investasi baru, pengembangan klaster, pengembangan kemitraan, pengembangan
kesempatan kerja, penyediaan layanan pelatihan dan konsultasi, pengembangan lembaga
keuangan mikro, penguatan proteksi lingkungan, pengembangan tanggung jawab sosial
perusahaan, perlindungan terhadap warisan budaya, dan pendirian lembaga pembangunan
daerah.

 

Untuk mempercepat pembangunan daerah, maka pemerintah daerah sebagai pengambil


kebijakan pembangunan harus lelalu mengintegrasikan semua lintas pelaku, termasuk berbagai
unsur dalam pemerintah daerah, bisnis, organisasi nirlaba dan penduduk lainnya.

Lintas pelaku harus bekerjasama untuk membuat kerangka kerja formal dan informal atau
lembaga untuk mendorong interaksi dan mengatur hubungan antar lembaga. Fleksibilitas harus

u
menjadi kunci dari kerangka kerja dan lembaga yang harus menyalurkan perhatian dan
kepentingan yang relevan dalam proses dan mobilisasi sumber daya masyarakat.

Percepatan pembangunan pemerintahan daerah mungkin memerlukan pendirian suatu


organisasi pengembangan khusus, yang bertanggungjawab dalam pengordinasian seluruh lintas
pelaku dan berfungsi sebagai juru bicara rencana aksi atau 
  yang ingin dituju.

Organisasi ini harus membentuk jejaring untuk pembangunan daerah untuk peningkatan
efisiensi pengalokasian sumberdaya serta berbagai pengetahuan dan informasi. Operasionalisasi
dan pembiayaan organisasi ini harus didukung oleh lintas pelaku daerah.

Salah satu misi utama dari pemerintah daerah adalah menggambarkan dan
mengimplementasikan seluruh strategi pembangunan. Proses ini harus dimulai dengan penetapan
tujuan yang jelas dan memahami kondisi daerah setempat.

Entitas harus juga mempertimbangkan keberlanjutan pada semua tahapan perencanaan


dan implementasi untuk menjamin suatu lingkungan yang sehat dan suatu kualitas hidup yang
baik. Strategi yang diterapkan haruslah dikembangkan dengan pembagian tenaga kerja antar
pelaku sesuai dengan kekuatan dan sumberdaya mereka. Sejalan dengan tren desentralisasi,
peran pemerintah daerah menjadi semakin penting dalam pembangunan. Otoritas pemerintah
daerah harus menyediakan petunjuk dan bantuan untuk efektifitas dan efisiensi implementasi
pengembangan strategi. Simplikasi dan deregulasi prosedur birokrasi harus dilakukan untuk
mengurangi biaya bisnis. Pemerintah daerah harus menjembatani antara masyarakat dan otoritas
pemerintah yang lebih tinggi.

2

Seorang wirausaha secara umum mampu memanfaatkan kesempatan untuk


pengembangan kapasitas ekonomi dan pengalokasian sumber daya secara efektif. Sejalan dengan
tren baru dalam pembangunan ekonomi, wirausaha juga harus mampu menghadapi kompetisi
dan berinovasi, menghasilkan pertumbuhan ekonomi, pembaharuan teknologi, penciptaan
lapangan kerja dan perbaikan kesejahteraan masyarakat setempat.

Sumber daya lokal harus dimanfaatkan untuk mendorong pengembangan bisnis dengan
memfasilitasi pengusaha untuk mengakses informasi, ilmu pengetahuan, teknologi, modal, dan

uc
sumber daya manusia yang dibutuhkan bagi keberhasilan bisnisnya. Lebih penting lagi, otoritas
daerah harus mampu melakukan upaya penyederhanaan proses administrasi bagi usaha pemula
(  ).

Sistem inovasi lokal merupakan mekanisme fundamental untuk penguatan kapasitas


inovasi ditingkat lokal. Adapun aktor utama dalam sistem ini meliputi pemerintah setempat,
industri, lembaga riset dan perguruan tinggi. Untuk penguatan operasi sistem inovasi lokal,
pemerintah daerah perlu mengembangkan kolaborasi antara industri dan perguruan tinggi dengan
menyediakan insentif untuk pengembangan usaha patungan antara pengusaha daerah dan
perguruan tinggi. Pengembangan inkubator akan meningkatkan diseminasi ilmu pengetahuan
dalam sistem inovasi.

Pembentukan klaster akan mampu merangsang penumbuhan bisnis baru dan menarik
perusahaan bisnis baru dari luar daerah, sehingga menigkatkan  industri dan menciptakan
kesempatan kerja baru. Melalui interaksi dan berbagai sumber daya dalam jejaring, inovasi dan
perbaikan teknologi dapat ditingkatkan. Dalam kaitan ini pemerintah daerah perlu menumbuhkan
iklim usaha yang kondusif sesuai dengan kondisi lokal untuk pengembangan industri klaster.

 "

Kebijakan tenaga kerja terkait erat dengan strategi pengembangan ekonomi dan kebijakan
stabilitas sosial. Dan keberhasilan pada satu sisi suatu kebijakan tergantung pada keberhasilan
yang lain. Unsur-unsur interaksi mempengaruhi keberhasilan kebijakan tenaga kerja meliputi
seberapa baik kebijakan itu sejalan dengan seluruh strategi pengembangan ekonomi, yang juga
harus membangun jejaring dengan layanan organisasi ekonomi dan sosial lain, dan bagaimana
kondisi sosial dan ekonomi mempengaruhi fleksibilitas implementasinya.

UMKM dan bisnis pemula menjadi penghela penciptaan tenaga kerja di tingkat lokal.
Penumbuhan UMKM dan bisnis pemula mempunyai andil pending dalam penyusunan kebijakan
tenaga kerja diberbagai wilayah. Agar kebijakan UMKM dan bisnis pemula berjalan dengan
baik, otoritas pemerintah daerah harus melibatkan mereka dalam setiap proses penyusunan dan
implementasi kebijakan.

uu
Pendirian organisasi pelatihan lokal perlu koordinasi antar pembisnis, tega ahli, dan
perguruan tinggi. Masukan dari pebisnis dapat membantu menjamin kandungan pelatihan dapat
merefleksikan keterampilan yang sesuai dengan alam kebutuhan pasar tenaga kerja. Otoritas
daerah dapat menawarkan insentif untuk mengembangkan pelatihan keterampilan, dan
mendorong partisipasi dalam pelatihan.

Dalam era globalisasi, keterampilan yang dibutuhkan pasar berubah cepat. Tenaga kerja
harus fleksibel mampu beradaptasi dengan perubahan. Oleh karena itu sangat penting untuk
mempercepat kapasitas pekerja untuk mempelajari keterampilan baru, dan alih keterampilan bagi
industri yang lain.

%%#.

Pengembangan Usaha Mikro kecil dan Menengah (UMKM) biasanya diiringi dengan
kebutuhan modal. UMKM yang semakin berkembang, disebabkan karena semakin besarnya pula
peluang usaha yang dapat diakses.

Dalam kondisi tersebut biasanya UMKM tidak dapat mengembangkan usahanya lebih
jauh lagi, karena kurangnya dukungan dana. Di sinilah pentingnya lembaga pemberi modal
memainkan peranannya, sekaligus melalukan pendampingan.

Sejumlah mekanisme dapat dilakukan sesuai dengan keragaman kondisi yang dihadapi
UMKM berkaitan dengan akses finansial. Untuk pembiayaan usaha mikro biasanya memerlukan
pengembangan lembaga keuangan mikro dan ketersediaan kredit yang dapat diakses mereka.

Lembaga keuangan mikro bisa berbentuk bank atau non bank, termasuk koperasi. Bagi
usaha pemula, pengembangan jejaring lokal usaha malaikat (Ê   
) dapat mengatasi
sebagian masalah mereka. Lembaga jaminan kredit termasuk di tingkat lokal juga memadai
untuk pasar lokal yang lebih kecil.

Tujuan pengembangan lembaga jaminan kredit untuk menjamin keamanan pembiayaan


UMKM, membantu UMKM mengatasi keterbatasan agunan, meningkatkan minat lembaga
keuangan memberikan kredit kepada UMKM dan mendukung lembaga lain yang telah berusaha
membantu UMKM, sebab selama ini perbankan tidak kondusif dalam memberikan pinjaman

ur
kredit, karena kredit yang mereka kucurkan selalu berdasarkan 5 C, yakni ë ë ëë 
ë
ë   ëë ë ë




Akibatnya perbankan selalu menerapkan berbagai persyaratan jaminan keamanan kredit


yang disalurkannya. Apalagi mereka juga sering kali tidak membedakan persyaratan kredit
antara usaha mikro atau kecil dengan usaha besar. Karena itulah pemerintah mendukung peran
serta lembaga keuangan lain seperti lembaga modal ventura sebagai alternatif solusi didalam
pemberdayaan UMKM.

Keunggulan modal ventura, modal ventura adalah pembiayaan yang berbentuk


penyertaan modal, pola bagi hasil, dan obligasi konversi kepada UMKM dalam jangka waktu
tertentu dengan karakteristik mempunyai tingkat resiko atau modal yang ditanamkan karena
bertindak sebagai investor.

Modal ventura merupakan investasi aktif, yakni jika dipandang perlu melibatkan diri
dalam pengelolaan usaha UMKM investasi bersifat sementara dan mengharapkan hasil atas
investasi yang ditanamkan.

Dibandingkan dengan perbankan, lembaga modal ventura memiliki beberapa kelebihan


didalam mendukung usaha mikro, kecil dan menengah antara lain:

 lembaga modal venturamenyediakan modal seperti halnya perbankan, tetapi


dengan syarat lebih sederhana dalam aspek formal maupun agunan karena lebih mengedepankan
kelayakan usaha.

 , selain modal, pola ventura juga menyediakan pendampingan sesuai kebutuhan
UMKM, sehingga dapat berjalan lebih efektif bagi kedua pihak. Pola pendampingan ini menjadi
  ventura. Pendampingan ini dapat berbentuk pembinaan atau Pelatihan, konsultasi,
manajemen dan perluasan pasar bagi UMKM. Ini yang menyebabkan pola modal ventura
berbeda dengan perbankan. Faktor lain yang mendukung lembaga modal ventura menjadi
alternatif, adalah akses jaringan di seluruh Indonesia.

u-
x ‘‘

 Sejak tahun 2001, modal ventura telah menjadi mitra kementrian Koperasi dan UMKM
untuk menggulirkan dana penguatan permodalan kepada usaha kecil, mengengah dan koperasi
melalui program modal awal pendanaan (MAP).

MAP ini merupakakan dana investasi untuk disalurkan kepada usaha kecil, menengah
dan koperasi (UMKMK) melalui lembaga modal ventura untuk memulai atau mengembangkan
bisnis UMKMK. Program MAP bertujuan melakukan pengembangan UMKMK terutama yang
bernilai tambah tinggi, menstimulasi dan menggalang partisipasi berbagai pihak dalam
pengembangan basis permodalan UMKMK, serta merangsang pengembangan permodalan
jangka panjang bagi UMKMK melalui penyediaan dana investasi (ë    ), dengan
mekanisme pengembalian pokok dana MAP oleh UMKMK dilakukan dengan diangsur atau
sekaligus sesuai dengan jadwal investasi UMKMK yaitu maksimal 5 tahun.

 "

Di banyak daerah, masalah strategi pemasaran menjadi perhatian utama, khususnya untuk
produk budaya lokal. Industri budaya lokal yang tradisional mungkin masih menggunakan
metode pemasaran kadaluarsa. Ini bisa membuat industri ini mengalami penurunan.

Tetapi, upaya mengembangkan industri budaya lokal dengan pemasaran inovatif dan
modern bisa membantu meraih kembali keuntungan pasar. Kebijakan seperti ini dapat mencegah
hilangnya nilai budaya dan sejarah karena dampak globalisasi.

Produk dari industri budaya lokal merupakan ekspresi budaya dan seni, yang biasanya
banyak menarik bagi pembeli asing dan memiliki potensi ekspor tinggi. Walaupun secara umum,
sebagian dari industri ini adalah usaha mikro yang kesulitan pemasaran di luar negeri.

Pengembangan ë ë merupakan strategi yang dapat membantu memasarkan


produknya keluar negeri dengan biaya yang murah. Sebelum itu, memperkecil kesenjangan
digital perlu dilakukan dan sekaligus pembangunan infrastruktur internet.

Untuk mengatasi keterbatasan ukuran dan sumber daya, pembisnis budaya lokal dapat
menerapkan strategi pembangunan kerjasama, seperti kerja sama pemasaran dengan pebisnis di

u
industri budaya lokal dan bisnis lain yang saling menguntungkan. Para pasangan bisnis ini dapat
bekerja sama untuk membangun asosiasi atau jejaring untuk mempromosikan produk.

% 

Pembangunan daerah sebagian besar tergantung pada kemitraan antara pemerintah,


pelaku bisnis dan lembaga non pemerintah. Kemitraan ini memfasilitasi koordinasi dan kerja
sama. Pasangan lokal darisektor swasta dapat membantu mengekspolitasi kesempatan daerah
dalam mengembangkan kebijakan dan strategi yang sesuai dengan kebutuhan setempat.

Kunci utama dari kemitraan ini adalah mekanisme untuk mengatur dan mengkoordinid
secara benar sumber daya dan upaya-upaya yang berbeda dari para pelaku yang berbeda.

Perencanaan dan implementasinya dilaksanakan sesuai dengan kemampuan dan kekuatan


masing-masing. Selama dalam proses ini penting untuk diperhatikan, yakni membentuk jejaring
kerjasama dan mengembangkan rasa saling percaya.

Karena keterbatasan institusionalisasi, kemitraan untuk pembangunan daerah kerap


kurang berjalan dengan stabil. Oleh karena itu pemerintah daerah harus memimpin di depan
dalam membangun mekanisme yang lebih stabil dan formal untuk membantu memberikan
kemitraan sebagai basis pelembagaan dan kemampuan merancang dan menerapkan rencana
pengembangan.

Konsep kemitaan untuk pembangunan daerah dekat hubungannya dengan tanggung


jawab sosial perusahaan (ë    ë
  
 ). Sejalan dengan filosofi CSR,
perusahaan ingin mendedikasikan dirinya untuk membangun kemitraan lokal, memperkuat
kapasitas lokal, perlindungan lingkungan dan berkontribusi dana untuk pembangunan daerah.

Kesadaran akan pentingnya CSR diantara para pebisnis menjadi prasyarat penting untuk
melibatkan para pebisnis dalam kemitraan untuk pengembangan daerah. Membangun kesadaran
ini merupakan bidang yang perlu menjadi perhatian pemerintah daerah.

uo
Ê  3

   

Perkembangan Usaha Menengah di Indonesia belum seperti yang kita harapkan masih banyak
kendala yang membuat perkembangannya terhambat. Dari sekian banyak factor, kita dapat
mengelompokkannya ke dalam beberapa bagian utama :

1.‘ Kurangnya permodalan


2.‘ Iklim usaha yang masih kurang menguntungkan bagi Usaha Menengah
3.‘ Masih kurangnya kapasitas sumber daya manusia yang berkecimpung dalam usaha
menengah

Sehingga solusi bagi semuanya tentu saja dengan:

1.‘ Memperbaiki sistem permodalan bagi usaha menengah. Baik melalui kredit lunak
maupun bantuan pemerintah.
2.‘ Pemerintah melalui otoritasnya membuat aturan sudah saatnya membuat iklim kondusif
bagi pertumbuhan dan perkembangan usaha menengah. Dengan member prioritas utama
bagi pengusaha-pengusaha dalam bidang ini.
3.‘ Lemahnya sumberdaya manusia dapat diatasi dengan pelatihan-pelatihan secara
berkesinambungan, baik oleh pihak swasta maupun pemerintah.


#   

‘ http://etd.eprints.ums.ac.id/2404/1/F100990135.pdf
‘ http://inioke.com/konten/5766/Kebijakan pemerintah dalam pembinaan usaha menengah
.html
‘ http://banjarmasin.tribunnews.com/read/artikel/2011/3/28/80006/Sandinagndata
‘ http://www.scribd.com/doc/16176402/ pemberdayaan usaha menengah.pdf
‘ http://detikhots.info/kendala dalam pengembangan usaha menengah.pdf

uÿ

You might also like