You are on page 1of 20

Mewabahnya flu burung di Indonesia yang diidentifikasi sebagai

penyebab meninggalnya sejumlah orang telah menimbulkan


kepanikan bagi masyarakat karena flu burung merupakan penyakit
berbahaya yang dapat mengancam kesehatan masyarakat.
Penularan flu burung pada manusia telah ditetapkan sebagai Kejadian
Luar Biasa (KLB). Karena itu penyakit ini harus ditangani,
diwaspadai, sekaligus ditanggulangi secara serius oleh pemerintah
bersama-sama masyarakat.
Sejarah perkembangan wabah flu burung di Indonesia telah
memasuki babak baru, bahkan KLB yang menewaskan sejumlah
korban ini mengakibatkan Indonesia menjadi sorotan dunia
internasional.
Bahkan sejumlah negara berusaha melakukan langkahlangkah
preventif agar wabah yang mematikan itu tidak menular
ke negara mereka.
Selain menewaskan korban manusia, wabah penyakit influenza
pada unggas yang disebut dengan Avian influenza/AI, sangat
berdampak terhadap perekonomian nasional terutama bagi
jutaan pelaku peternak yang menggantungkan hidupnya dari sektor
perunggasan.
Sementara itu protein hewani mempunyai peran yang sangat
penting pada asupan gizi tubuh manusia, sehingga sangat diperlukan
bagi ketahanan, kesehatan dan kecerdasan masyarakat.
Penanggulangan dan pencegahan penularan dapat dilakukan
dengan adanya peran aktif masyarakat yang didasari pengetahuan
yang cukup dan pemahaman masyarakat tentang wabah/KLB ini.
Sehingga tersedianya informasi yang akurat tentang flu burung

iv FLU BURUNG Ancaman dan Pencegahan


menjadi salah satu skala prioritas bagi pemerintah dalam upaya
pencegahan.
Berkenaan dengan itu Departemen Komunikasi dan Informatika
perlu menyebarluaskan informasi sehingga tercipta kondisi
kesiapan masyarakat dalam menangani dampak flu burung.
Untuk mengatasi wabah/KLB ini dan mendapatkan hasil
yang maksimal, maka diperlukan koordinasi lintas sektoral secara
terpadu dan berkesinambungan, dengan tekad bahwa upaya
pencegahan dan penanggulangan wabah/KLB flu burung merupakan
tanggung jawab kita bersama.
Terkait dengan permasalahan flu burung yang merupakan
masalah regional dan global maka Departemen Komunikasi dan
Informatika bersama Departemen Kesehatan dan Departemen
Pertanian serta instansi terkait lainnya menyusun buku dengan
judul Flu Burung, Ancaman dan Pencegahan. Diharapkan
buku ini dapat digunakan sebagai acuan bagi Instansi terkait
terutama Badan/Dinas Informasi dan Komunikasi, Hubungan
Masyarakat Provinsi/ Kabupaten/Kota dan tokoh masyarakat
dalam melaksanakan kegiatan penerangan dan penyuluhan kepada
masyarakat, dalam upaya meningkatkan tingkat kesadaran
masyarakat terhadap virus yang mematikan itu.
Jakarta, Oktober 2005
MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA
SOFYAN A. DJALIL
FLU BURUNG Ancaman dan Pencegahan v
KATA PENGANTAR
Sejak akhir tahun 2003, wabah flu burung telah melanda
beberapa negara di Asia dan telah menjadi pandemi. Beberapa
negara tersebut meliputi Korea Selatan, Vietnam, Thailand,
Kamboja, Hongkong, Laos, RRC, Pakistan termasuk Indonesia.
Hampir seluruh kejadian wabah di negara tersebut disebabkan
oleh virus flu burung subtipe H5N1 kecuali Pakistan ditemukan
subtipe H7. Khusus di Indonesia telah terjadi di 154 kabupaten/
kota di 23 provinsi telah tertular dan menjadi daerah endemis
yakni : Jawa Timur, Jawa Tengah, DIY, Jawa Barat, Banten,
DKI Jakarta, Bali, NTB, NTT, Lampung, Sumatera Selatan,
Bengkulu, Bangka Belitung, Sumatera Barat, Jambi, Sumatera
Utara, Nanggroe Aceh Darussalam, Kalimantan Barat, Kalimantan
Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, dan
Sulawesi Selatan serta Sulawesi Tenggara.
Dalam upaya pencegahan, pengendalian, dan pemberantasan
flu burung, pemerintah perlu secara terus-menerus untuk
mensosialisasikan
kebijakan sembilan strategi penanggulangan avian
influenza dengan memprioritaskan biosekuriti, vaksinasi dan
depopulasi. Kebijakan ini diambil dengan alasan penyebaran
yang sudah meluas, perjalanan wabah yang tidak mudah dikendalikan,
dan situasi peternakan unggas yang terdiri dari banyak
peternakan unggas ayam ras skala kecil, ayam kampung, itik,
dan burung puyuh.
Sehubungan dengan itu Departemen Komunikasi dan Informatika
menyusun buku Informasi Flu Burung, Ancaman
dan Pencegahan dimulai dari berbagai pertemuan yang dikoordinir
oleh Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat,
dilanjutkan dengan pertemuan sejenis dengan departemen dan
instansi terkait serta asosiasi dibidang peternakan, kesehatan
vi FLU BURUNG Ancaman dan Pencegahan
untuk mendapat berbagai informasi dalam upaya penyusunan
buku dimaksud.
Buku ini menjelaskan hal-hal yang terkait dengan avian influenza
seperti penjelasan singkat, sifat-sifat dan gejala pada
unggas, sifat-sifat dan gejala pada manusia, kewaspadaan
menghadapi
pandemi flu burung di masa mendatang serta dilengkapi
dengan gambar berwarna, sehingga memudahkan publik untuk
mengetahui gejala awal dan cara mengambil tindakan.
Semoga buku ini dapat menjadi pegangan publik pada umumnya
guna mendukung upaya pencegahan, pengendalian dan
pemberantasan flu burung secara tuntas yang merupakan sumber
kemungkinan terjadinya pandemi influenza.
Kepada Departemen Kesehatan, Departemen Pertanian,
Tim Penyusun, serta sektor lain yang telah berperan aktif dalam
penyusunan buku ini, kami sampaikan terima kasih. Saran dan
masukan untuk penyempurnaan buku ini sangat kami harapkan.
Jakarta, Oktober 2005
BADAN INFORMASI PUBLIK
KEPALA,
SUPRAWOTO
FLU BURUNG Ancaman dan Pencegahan vii
DAFTAR ISI
Sambutan Menteri Komunikasi Dan Informatika ................... i
Kata Pengantar ............................................................................ v
Daftar Isi ..................................................................................... vii
I. Pendahuluan ....................................................................... 3
II. Penanggulangan Flu Burung ........................................... 7
A. Pada Unggas ....................................................................... 7
1. Sifat Virus ...................................................................... 7
2. Gejala ............................................................................. 8
3. Cara Penularan ............................................................. 10
4. Cara Pencegahan ........................................................... 12
B. Pada Manusia ........................................................................ 16
1. Definisi Kasus ............................................................... 18
2. Gejala Klinis .................................................................. 20
3. Cara Penularan .............................................................. 20
4. Pemeriksaan Dan Pengobatan .................................... 20
5. Pencegahan Dan Kewaspadaan ................................... 21
6. Perilaku Hidup Sehat ................................................... 22
7. Cara Mencuci Tangan Yang Benar ............................. 23
8. Kebersihan Lingkungan .............................................. 24
viii FLU BURUNG Ancaman dan Pencegahan
9. Kewaspadaan Universal Standar Bagi
Petugas Rumah Sakit ................................................... 26
III. Kewaspadaan Menghadapi Pandemik
Influenza ............................................................................. 31
1. Prakiraan ....................................................................... 31
2. Menghadapi Pandemik Influenza Pada Manusia ..... 32
A. Periode Interpandemik ........................................... 35
B. Periode Kewaspadaan Terhadap Pandemik ......... 35
C. Periode Pandemik ................................................... 36
IV. Penutup ................................................................................. 39
Lampiran 1 : Tanya Jawab ......................................................... 43
Lampiran 2 : Rumah Sakit Rujukan Untuk Perawatan ............ 48
Lampiran 3 : Alamat Laboratorium Kesehatan Hewan .......... 50
Lampiran 4 : Daftar Dinas Peternakan .................................... 51
Lampiran 5 : Daftar Daerah Tertular Avian influenza Pada
Unggas ................................................................. 54
Lampiran 6 : Pusat Informasi ..................................................... 62
PENDAHULUAN
I

FLU BURUNG Ancaman dan Pencegahan 3


I. PENDAHULUAN
Flu burung adalah penyakit yang disebabkan oleh virus influensa
tipe A. Virus ini dapat menimbulkan gejala penyakit pernafasan
pada unggas, mulai dari yang ringan sampai pada yang
bersifat fatal.
Penyakit ini menimbulkan kematian yang sangat tinggi (hampir
90 %) pada unggas di beberapa peternakan dan menyebabkan
kerugian ekonomi yang besar bagi peternak. Unggas (ayam, burung,
dan itik) merupakan sumber penularan virus avian influenza.
Unggas air lebih kebal (resisten) terhadap virus ini daripada
unggas peliharaan. Sedangkan burung kebanyakan dapat juga
terinfeksi, termasuk burung liar dan unggas air.
Kasus flu burung dalam perkembangan, tidak hanya menyerang
unggas saja, tetapi juga menyerang manusia. Pada tahun
1997, 18 orang di Hongkong diserang flu burung, 6 orang meninggal
dunia. Kemudian di China, Belanda, Vietnam, Thailand,
flu burung mulai menyerang manusia. Pada akhir tahun 2003,
di sejumlah negara penyakit avian influenza pada unggas menjadi
wabah (pandemi) seperti Korea Selatan, Jepang, Vietnam,
Thailand, Taiwan, Kamboja, Hongkong, Laos, RRC dan Pakistan
termasuk Indonesia. Sampai saat ini tidak ditemukan bukti ilmiah
adanya penularan antar manusia. Saat ini virus flu burung belum
menyebar dari manusia ke manusia, yang ada baru penularan
dari unggas ke manusia.
Di Indonesia virus influenza A H5N1 tersebut menyerang ternak
ayam sejak bulan Oktober 2003. Sampai dengan Februari 2005
telah mengakibatkan 14,7 juta ayam mati. Sedangkan penyebaran
virus tersebut pada manusia di Indonesia sampai dengan tanggal
18 November 2005 dilaporkan 173 kasus yang dicurigai sebagai
4 FLU BURUNG Ancaman dan Pencegahan
flu burung pada manusia. Setelah dilakukan pemeriksaan
epidemiologi,
klinis dan laboratorium, hasilnya : 112 penderita bukan
flu burung, 11 penderita benar-benar flu burung (confirmed case)
dan diantaranya 7 penderita meninggal (angka kematian 63%)
dan masih menunggu hasil laboratorium sebanyak 49 penderita
dan 1 penderita terpapar yaitu penderita yang tidak menunjukkan
tanda – tanda klinis (tetap sehat) tetapi pemeriksaan serologis
menunjukkan adanya zat anti (antibodi).
Sampai saat ini 154 kabupaten/kota di 23 provinsi telah tertular
(dan menjadi daerah endemis) avian influenza pada unggas,
yaitu Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY, Jawa
Timur, Bali, Lampung, Kalteng, Kalsel, Kalbar, Sumsel, Sumbar,
Bengkulu, NTB, NTT, Babel, Sulsel, Jambi, Sumut, Kaltim, Sultra,
dan NAD .
Maksud dan Tujuan Penulisan
Buku ”Flu Burung, Ancaman dan Pencegahan” ini diterbitkan
dengan maksud sebagai acuan dalam memberikan sosialisasi
kepada masyarakat agar dapat memahami tentang flu burung.
Sedangkan tujuannya ialah :
1. Meningkatkan pemahaman seluruh lapisan masyarakat tentang
flu burung agar seluruh lapisan masyarakat mau dan
mampu secara mandiri melakukan pencegahan dan
penanggulangannya.
2. Meningkatkan kesadaran masyarakat (public awareness) untuk
senantiasa mewaspadai gejala, sifat, dan penyebarannya
sekarang ini dan diwaktu-waktu yang akan datang.
Penanggulangan
Flu Burung
II

FLU BURUNG Ancaman dan Pencegahan 7


II. PENANGGULANGAN FLU BURUNG
A. PADA UNGGAS
Virus avian influenza dapat menimbulkan gejala penyakit
pernafasan pada unggas, dari yang patogen ringan (low
pathogenic) sampai yang bersifat patogen ganas / fatal
(highly pathogenic). Masa inkubasi penyakit ini adalah 3 hari
pada unggas di luar kandang, sedangkan untuk unggas di
dalam kandang (flok) mencapai 14-21 hari. Hal ini tergantung
pada jumlah virus, cara penularan, spesies/jenis yang
terinfeksi, dan kemampuan peternak untuk mendeteksi gejala
klinis.
Unggas (ayam, burung, itik, bebek, dll) merupakan
sumber penularan virus avian influenza. Kebanyakan virus
ini diisolasi dari itik, meskipun kebanyakan burung dapat
juga terinfeksi, termasuk burung liar dan unggas air. Unggas
air lebih kebal (resisten) terhadap virus ini daripada unggas
peliharaan. Virus tersebut tidak menyebabkan penyakit yang
nyata pada unggas air, namun dapat menyebabkan dampak
yang sangat fatal pada unggas peliharaan, dan juga telah
teridentifikasi
adanya virus avian influenza pada babi.
Kerugian sebagai akibat kematian unggas ialah penurunan
harga produk unggas, tertutupnya peluang ekspor,
peningkatan biaya penanggulangan penyakit, serta kerugian
lain sebagai dampak tak langsung dari wabah Avian influenza.
1. Sifat Virus
Sifat virus avian influenza sebagaimana virus lainnya
memerlukan bahan organik untuk tetap hidup. Didalam
tubuh unggas (juga babi) virus avian influenza dapat
berkembang biak (replikasi) menjadi sangat banyak.
8 FLU BURUNG Ancaman dan Pencegahan
Virus avian influenza juga bersifat labil atau mudah mengalami
mutasi dari patogen (kuman) ringan menjadi
patogen (kuman) ganas atau sebaliknya.
Virus avian influenza juga dapat beradaptasi dengan
obat maupun vaksin. Sehingga perlu dilakukan monitoring
vaksinasi untuk mengetahui apakah vaksin yang dipergunakan
masih efektif atau tidak. Jika tidak, maka harus
dibuat vaksin baru dengan menggunakan virus yang
ditemukan di lapangan yang dilemahkan.
Virus avian influenza merupakan virus yang lemah
yang tidak tahan panas dan zat desinfektan (pencuci
hama). Dalam daging ayam, virus ini mati pada suhu
80˚C selama satu menit atau 70˚C selama 30 menit. Pada
telur ayam, virus avian influenza mati pada suhu 64˚C selama
4,5 menit.
Namun pada kotoran ayam, virus avian influenza
mampu bertahan selama 35 hari pada suhu 4˚C. Sedangkan
dalam air, virus tersebut dapat tahan hidup selama
4 hari pada suhu 22˚C dan 30 hari pada suhu 0˚C. Di
kandang ayam, virus avian influenza bertahan selama 2
minggu setelah depopulasi ayam, namun virus avian influenza
dapat mati dengan desinfektan.
Dari sifat virus ini jelas dapat dilakukan upaya pencegahan
penularan virus antar unggas maupun terhadap
manusia.
2. Gejala
Avian influenza memiliki gejala yang bervariasi. Pada
kasus yang sangat ganas (akut) ditandai dengan kematian
tinggi tanpa disertai gejala klinis. Hewan tampak
sehat tetapi tiba-tiba mati. Namun pada umumnya gejala
FLU BURUNG Ancaman dan Pencegahan 9
yang ditimbulkan oleh infeksi virus avian influenza akan
menunjukkan gejala klinis, sebagai berikut:
1. Jengger, pial, kulit perut yang tidak ditumbuhi bulu,
berwarna biru keunguan.
2. Kadang-kadang ada cairan dari mata dan hidung,
3. Pembengkakan di daerah bagian muka dan kepala,
4. Pendarahan dibawah kulit (sub kutan),
5. Pendarahan titik (ptechie) pada daerah dada, kaki
dan telapak kaki,
6. Batuk, bersin dan ngorok,
7. Unggas mengalami diare dan kematian tinggi.
Jengger berwarna biru keunguan
(sianosis)
Ada pendarahan titik pada otot
Adanya pendarahan pada kaki
seperti habis dikerok
Pendarahan titik (ptechie) pada kaki
Kulit perut yang tidak ditumbuhi
bulu berwarna biru keunguan
(sianosis)
Kematian tinggi
10 FLU BURUNG Ancaman dan Pencegahan
Hal yang perlu diwaspadai apabila terjadi kematian
unggas dalam jumlah banyak, hal ini sangat mungkin
disebabkan avian influenza, oleh karenanya perlu segera
dilaporkan kepada petugas Dinas Peternakan atau yang
membidangi peternakan dan kesehatan hewan untuk
segera mendapatkan tindakan. Juga dilaporkan kepada
petugas Puskesmas atau Dinas Kesehatan Kabupaten
Kota untuk pengamatan dan tindakan pada kesehatan
manusia.
Gejala penyakit lain yang mirip dengan avian influenza
adalah Newcastle Disease (ND/tetelo), Cholera
unggas (Fowl Cholera) yang akut, dan penyakit saluran
pernafasan atas pada unggas.
3. Cara Penularan
Penyakit influensa flu burung dapat ditularkan dari
unggas ke unggas atau dari peternakan ke peternakan
lainnya dengan cara: (1) Kontak langsung dari unggas
terinfeksi dengan hewan yang peka dan (2) Kontak tidak
langsung. Penularan dengan kontak tidak langsung melalui:
• Percikan cairan atau lendir yang berasal dari hidung
dan mata.
• Paparan muntahan.
• Lubang anus (tinja) unggas yang sakit.
• Penularan lewat udara akibat konsentrasi virus yang
tinggi terdapat dalam saluran pernafasan.
• Melalui sepatu dan pakaian peternak yang terkontaminasi.
• Melalui pakan, air, dan peralatan yang terkontaminasi virus.
FLU BURUNG Ancaman dan Pencegahan 11
• Melalui perantara angin yang memiliki peran penting
dalam penularan penyakit dalam satu kandang
tetapi memiliki peran terbatas dalam penyebaran antar
kandang.
• Unggas air berperan sebagai reservoir (sumber)
virus avian influenza melalui virus yang ada dalam
saluran usus (intestinal) dan dilepaskan melalui kotoran/
tinja (feces).
Jika ditemukan kematian unggas dengan gejala yang
seperti pada gejala klinis diatas dapat diambil sampel untuk
dilakukan bedah bangkai. Dari bedah bangkai tersebut
akan tampak:
• Pendarahan di bawah kulit, bintik-bintik perdarahan
pada otot dan jaringan lemak,
• Pendarahan pada organ trakhea, pankreas dan peradangan
pada usus, hati dan limpa,
• Bintik-bintik pendarahan pada anggota tubuh termasuk
pada kaki yang sering diikuti pembengkakan
(udema).
Diagnosa laboratorium dilakukan untuk meneguhkan
diagnosa lebih lanjut. Untuk keperluan diagnosa
laboratorium perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
• Sampel diambil dari unggas hidup, unggas yang
memperlihatkan gejala klinis, dan unggas yang
mati.
• Dari unggas yang masih hidup diambil preparat
ulas/swab kloaka, saluran pernapasan (trachea)
atau kotoran (feces) segar dan serum.
• Dari unggas yang mati, dilakukan pemeriksaan jaringan
saluran pencernaan (proventrikulus, intesti12
FLU BURUNG Ancaman dan Pencegahan
num, coeca tonsil) dan jaringan saluran pernafasan
(trachea dan paru-paru).
• Pengiriman sampel harus dijaga dalam keadaan
dingin (tidak beku) dan dikirimkan ke Balai Besar
Veteriner (BBVet), Balai Penyidikan dan Pengujian
Veteriner (BPPV) Regional terdekat, dan Balai Penelitian
Veteriner (Balitvet).
4. Cara Pencegahan
Tidak ada pengobatan yang praktis dan spesifik untuk
infeksi virus avian influenza pada unggas komersial.
Pada peternakan unggas komersial tindakan pemusnahan
terbatas terhadap unggas yang sakit maupun sekandang
dengan yang sakit disarankan untuk menghindari
kasus yang lebih luas.
Satu-satunya obat yang dapat menurunkan kematian
akibat avian influenza adalah obat ”amantadine”. Namun
obat ini hanya direkomendasikan terhadap unggas kesayangan
tidak boleh dipergunakan karena residunya
akan berbahaya bagi manusia.
Dalam menanggulangi avian influenza dilakukan 3
pola yakni; Pencegahan berupa upaya yang dilakukan
untuk menghindari terjadinya avian influenza; Pengendalian
merupakan upaya untuk mengendalikan jika terjadi
kasus avian influenza sehingga tidak meluas; dan Pemberantasan
yang merupakan suatu upaya untuk membebaskan
kembali suatu wilayah dari avian influenza
Pelaksanaan pencegahan, pengendalian dan pemberantasan
penyakit dilakukan dengan melaksanakan
9 (sembilan) strategi penanggulangan avian influenza
yang terdiri atas:
FLU BURUNG Ancaman dan Pencegahan 13
1. Peningkatan keamanan dari penularan (biosekuriti);
2. Vaksinasi;
3. Pemusnahan terbatas (depopulasi) di daerah tertular;
4. Pengendalian lalu lintas unggas, produk unggas dan
limbah peternakan unggas;
5. Surveilans dan penelusuran (tracing back);
6. Pengisian kandang kembali (restocking);
7. Pemusnahan menyeluruh (stamping-out) di daerah
tertular baru;
8. Peningkatan kesadaran masyarakat (public awareness);
9. Monitoring dan evaluasi.
Dari kesembilan langkah tersebut langkah utama
yang dapat dilaksanakan oleh masyarakat adalah pelaksanaan
biosekuriti yang ketat, vaksinasi, pemusnahan
terbatas, pengisian kandang kembali dan pemusnahan
menyeluruh di daerah tertular baru.
Pelaksanaan biosekuriti secara ketat adalah untuk
mencegah semua kemungkinan penularan/kontak dengan
peternakan tertular dan penyebaran penyakit, melalui
tindakan :
a. Pengawasan lalu lintas dan tindak karantina/isolasi
lokasi peternakan tertular dan lokasi tempat-tempat
penampungan unggas yang tertular yang dilakukan
dengan:
• membatasi secara ketat lalu lintas hewan/unggas,
produk unggas, pakan, kotoran, bulu, alas
kandang/litter
• membatasi lalu lintas orang/pekerja dan kendaraan
yang keluar masuk lokasi peternakan
14 FLU BURUNG Ancaman dan Pencegahan
• para pekerja dan semua orang yang berada
dalam lokasi peternakan harus dalam kondisi
sehat
• para pekerja peternakan dan semua orang yang
masuk lokasi peternakan/penampungan unggas
tertular harus menggunakan pakaian pelindung;
kacamata, masker, sepatu pelindung dan harus
melalui tindakan desinfeksi dan sanitasi
• mencegah kontak antara unggas dengan burung
liar/burung air, rodensia (tikus) dan hewan
lain.
b. Dekontaminasi/desinfeksi (sucihama) dilakukan
terhadap:
• semua bahan, sarana peralatan dan bangunan
kandang yang kontak dengan unggas sakit
• pakaian pekerja kandang, alas kaki, kendaraan
dan bahan lain yang tercemar yang masuk dan
keluar lokasi peternakan
• lokasi jalan menuju peternakan/kandang dan areal
sekitar kandang/tempat penampungan unggas.
• Jenis desinfektan yang dapat digunakan misalnya
asam perasetat, hidroksi peroksida, sediaan ammonium
kuartener, formaldehid/formalin 2-5%,
iodoform kompleks (iodine), senyawa fenol, natrium/
kalium hipoklorit.
Pemusnahan unggas selektif (depopulasi) di peternakan
tertular, dilakukan dengan:
a. Membunuh dengan menyembelih semua unggas
hidup yang sakit dan unggas sehat yang sekandang
FLU BURUNG Ancaman dan Pencegahan 15
dan memusnahkannya dengan pembakaran.
b. Pembakaran (disposal):
• Membakar dan menguburkan unggas mati
(bangkai), karkas, telur, kotoran (feces), bulu,
alas kandang (sekam), pupuk dan pakan ternak
yang tercemar serta bahan dan peralatan lain
yang terkontaminasi yang tidak dapat didekontaminasi/
didesinfeksi secara efektif
• Lubang tempat penguburan/pembakaran harus
berlokasi di dalam areal peternakan tertular dan
berjarak minimal 20 meter dari kandang tertular
dengan kedalaman 1,5 meter
• Apabila lubang tempat penguburan/ pembakaran
terletak di luar areal peternakan tertular,
maka harus jauh dari pemukiman penduduk dan
mendapat ijin dari Dinas Peternakan setempat.
Vaksinasi/pengebalan dilakukan terhadap semua jenis
unggas yang sehat di daerah tertular. Tindakan vaksinasi
dilakukan sesuai dengan ketentuan. Vaksin yang
dipergunakan adalah vaksin inaktif (killed vaccine) yang
telah mendapatkan nomor registrasi dari pemerintah.
Pengisian kembali (restoking) unggas ke dalam kandang
dapat dilakukan sekurang-kurangnya 1 (satu) bulan
setelah dilakukan pengosongan kandang dan semua
tindakan dekontaminasi (desinfeksi) dan disposal sesuai
prosedur selesai dilaksanakan.
Pemusnahan unggas secara menyeluruh (stamping
out) di daerah tertular baru akan dilakukan apabila
timbul kasus avian influenza di daerah bebas/terancam
yang telah didiagnosa secara klinis, patologi anatomis
16 FLU BURUNG Ancaman dan Pencegahan
dan epidemiologis serta dikonfirmasi secara laboratoris.
Pemusnahan menyeluruh dilakukan dengan memusnahkan
seluruh ternak unggas yang sakit maupun yang sehat
pada peternakan tertular dan juga terhadap semua
unggas yang berada dalam radius 1 km dari peternakan
tertular tersebut.
B. PADA MANUSIA
Dalam kurun waktu 7 (tujuh) tahun terakhir, kejadian
penyakit flu burung cenderung meningkat dan berakibat kematian
pada penderitanya. Penyakit ini disebabkan oleh virus
influenza yang ditularkan oleh unggas. Berbagai upaya perlu
dilakukan dalam penanggulangannya, mengingat penyakit
flu burung berpotensial wabah.
Kejadian flu burung diberbagai negara di dunia, WHO
melaporkan negara-negara terjangkit flu burung, yaitu :
Hongkong, China, Belanda, Vietnam, dan Thailand. Di Hong
kong, avian influenza A (H5N1) menyerang ayam dan manusia
(tahun 1997). Jumlah penderita sebanyak 18 orang dengan
6 kematian (CFR =Case Fatality Rate/Angka Kematian
Kasus = 30 %). Kejadian ini merupakan kejadian pertama kali
dilaporkan adanya penularan langsung dari unggas ke manusia.
Kemudian, avian influenza A (H9N2) terjadi pada 2 anak
tanpa kematian (tahun 1999) dan avian influenza A (H9N2)
terjadi 2 kasus dengan satu kematian (tahun 2003). Kedua kasus
ini mempunyai riwayat perjalanan dari Cina. Di Belanda,
avian influenza A (H7N7) ditemukan 83 kasus dengan satu di
antaranya meninggal pada pekerja peternakan dan keluarganya
(tahun 2003). Di Vietnam (s.d. 6 Februari 2004), avian
influenza A (H5N1) ditemukan 15 kasus dengan 11 kematian
FLU BURUNG Ancaman dan Pencegahan 17
(CFR = 63,3 %). Di Thailand (s.d. Januari 2004), avian influenza
A (H5N1) ditemukan 5 kasus dengan 5 kematian (CFR
= 100 %). Kejadian kesakitan penderita dan kematian karena
flu burung cenderung meningkat dan ditakutkan menjadi
pandemi.
Di Indonesia, Kejadian Luar Biasa (KLB) flu burung pada
unggas telah terjadi dengan ditandai jutaan ternak ayam mati,
dan pada saat itu terindentifikasi adanya serangan virus ini
dari unggas kepada manusia. Daerah terjangkit KLB unggas
“flu burung” adalah seluruh Jawa, Bali, Lampung, Kalimantan
Selatan, dan Kalimantan Tengah. Sejak bulan Oktober
2003 sampai Januari 2004, sebanyak 4,7 juta ayam dilaporkan
mati. Departemen Pertanian menyampaikan konfirmasi
akhir bahwa kematian ayam tersebut disebabkan oleh virus
flu burung A/H5N1, yang pada awalnya diduga disebabkan
virus “Newcastle”/tetelo. Departemen Kesehatan melaporkan
berdasarkan penelitian sero survei (survey serum darah)
yang dilakukan pada waktu itu dimana belum ditemukan adanya
transmisi penularan pada pekerja peternakan unggas di
daerah KLB tersebut. Namun, pada akhir bulan Juni 2005 dilaporkan
adanya 3 penderita radang paru berat (pneumonia
berat) pada satu cluster/kelompok dalam satu keluarga di
Tangerang. Hasil pemeriksaan klinis dan laboratorium dari
Badan Litbang Kesehatan Departemen Kesehatan dan referensi
laboratorium Universitas Hongkong adalah positip virus
influenza A/H5N1 (flu burung) yang berasal dari unggas Indonesia.
Dalam upaya melaksanakan pencegahan dan penanggulangan
KLB flu burung Departemen Kesehatan RI mempunyai
7 Strategi Nasional yaitu:
1. Pengendalian Kejadian Luar Biasa (KLB) pada unggas
18 FLU BURUNG Ancaman dan Pencegahan
dan pencegahan infeksi baru pada unggas (koordinasi
dengan Departemen Pertanian, Departemen Kehutanan
dan Kementerian Lingkungan Hidup)
2. Perlindungan pada kelompok resiko tinggi (koordinasi
dengan Departemen Pertanian)
3. Surveilans Endemologi (pada manusia dan unggas/hewan,
koordinasi dengan Departemen Pertanian)
4. KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi) atau Komunikasi
Resiko (koordinasi dengan Departemen Pertanian,
Departemen Komunikasi dan Informatika serta sektor
lain)
5. Penatalaksanaan kasus dan pengendalian infeksi pada
sarana pelayanan kesehatan
6. Peningkatan Studi/Penelitian dan Pengembangan
7. Pernyataan KLB Nasional Flu Burung.
1. Definisi Kasus
a. Kasus Suspek (tersangka)
Kasus Suspek adalah seorang yang menderita Infeksi
Saluran Penafasan Akut (ISPA) dengan gejala : demam
(temperatur lebih dari 38OC), batuk dan atau sakit
tenggorokan dan atau ber-ingus serta dengan salah satu
keadaan, sebagai berikut:
• 7 hari (seminggu) terakhir sebelum sakit mengunjungi
peternakan yang sedang terjangkit KLB flu burung
• 7 hari (seminggu) sebelum sakit kontak dengan
unggas sakit atau mati atau menggunakan produk
mentah unggas seperti pupuk kandang dan lain-lain
FLU BURUNG Ancaman dan Pencegahan 19
• kontak dengan kasus konfirmasi flu burung dalam
masa penularan
• bekerja pada suatu laboratorium yang sedang memproses
spesimen manusia atau binatang yang dicurigai
menderita flu burung
• Cluster (kelompok) radang paru berat (pneumonia
berat)
• Pemeriksaan darah : Leukosit jumlah kurang dari
5000, Limfositopenia dan Trombositopenia
• Hasil pemeriksaan dengan HI tes positif pada spesimen
tunggal atau kenaikan titer sepasang spesimen
kurang dari 4 kali.
b. Kasus “Probable”
Kasus “probable” adalah kasus suspek disertai salah
satu keadaan
• Hasil serologis sepasang spesimen dengan HI tes
menunjukkan kenaikan 4 kali atau lebih titer antibodi
terhadap influenza A/H5
• Pemeriksaan laboratorium dengan mikro neutralization
tes menunjukkan adanya antibodi specific influensa
A/H5.
c. Kasus Konfirmasi (Confirmed Case)
Kasus konfirmasi adalah kasus suspek atau “probable”
disertai oleh salah satu hasil pemeriksaan laboratorium
:
• Kultur virus influenza A/H5N1 positip
• RT-PCR influenza (H5) positip
• Peningkatan titer antibodi H5 sebesar 4 kali atau
20 FLU BURUNG Ancaman dan Pencegahan
lebih pada pemeriksaan spesimen kedua dengan mikro
neutralization tes
• IFA tes positip (+) dengan antibodi monoklonal/influenza
A/H5.
2. Gejala Klinis
Gejala klinis yang ditemui seperti gejala flu pada umumnya,
yaitu : demam, sakit tenggorokan, batuk, beringus,
nyeri otot, sakit kepala, lemas. Dalam waktu singkat penyakit
ini dapat menjadi lebih berat berupa peradangan
di paru-paru (pneumonia), dan apabila tidak dilakukan
tatalaksana dengan baik dapat menyebabkan kematian.
3. Cara Penularan
Cara penularan virus flu burung dan unggas pada
manusia melalui cara kontak langsung dengan unggas
yang sakit, mati, tinja, cairan (sekreta) unggas yang
terserang flu burung.
Cara penularan virus flu burung dari unggas ke
manusia dapat melalui udara yang tercemar virus yang
berasal dari tinja atau sekreta unggas yang terserang flu
burung masuk ke saluran pernafasan.
Adapun orang beresiko tertular virus flu burung
adalah pekerja pada peternakan, keluarga yang memelihara
unggas, lingkungan keluarga di sekitar peternakan,
penjual dan penjamah unggas, pekerja pemotong unggas.
Sampai saat ini belum terbukti adanya penularan virus
flu burung dari manusia ke manusia.
4. Pemeriksaan dan Pengobatan
Dilakukan pemeriksaan klinis dan pemeriksaan
FLU BURUNG Ancaman dan Pencegahan 21
laboratorium untuk menegakkan diagnosa flu burung.
Pemeriksaan klinis dilakukan untuk mengamati gajala
klinis yang timbul, keadaan umum penderita, tanda-tanda
vital penderita, serta berat ringannya penyakit.
Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk menilai
keadaan kesehatan penderita dan juga untuk mendeteksi
bakteri/virus apa yang menyerang penderita tersebut.
Pemeriksaan laboratorium untuk menilai keadaan
kesehatan antara lain dengan menilai jumlah leukosit,
limfosit, fungsi hati, fungsi ginjal, dan yang penting juga
analisis gas darah arteri.
Sedangkan pengobatan yang diberikan sesuai dengan
gejala yang ada dan hasil laboratorium. Bila batuk, pasien
dapat diberi obat batuk; kalau sesak dapat diberi obat jenis
bronkodilator untuk melebarkan saluran napas yang
menyempit.
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor : 1372/Menkes/SK/IX/2005 bahwa 44 Rumah
Sakit di seluruh Indonesia telah ditunjuk untuk pemeriksaan,
pengobatan dan perawatan penderita flu burung
(terlampir).
5. Pencegahan dan Kewaspadaan
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan,
secara umum prinsip-prinsip kerja yang higienis seperti
mencuci tangan dengan sabun atau desinfektan lain dan
menggunakan alat pelindung diri, merupakan upaya
yang harus dilakukan oleh mereka yang kontak dengan
unggas, baik unggas hidup maupun unggas mati.
WHO juga menyatakan bahwa dengan memasak bahan
makanan asal unggas secara baik (merebus daging
22 FLU BURUNG Ancaman dan Pencegahan
sampai 80OC / sampai mendidih, merebus telur menjadi
masak) maka virus akan mati.
Juga perlu diperhatikan pada saat mengolah/memasak
unggas dengan memakai perlindungan. Dan setelah
itu mencuci tangan dengan sabun deterjen secara bersih.
Khusus pada peternakan dan pemotongan hewan
terdapat beberapa anjuran WHO yang dapat dilakukan:
1. Semua orang yang kontak dengan binatang yang
telah terinfeksi harus sering-sering mencuci tangan
dengan sabun. Mereka yang langsung memegang
dan membawa binatang yang sakit sebaiknya
menggunakan desinfektan untuk membersihkan
tangannya
2. Mereka yang memegang, membunuh, dan membawa
atau memindahkan unggas yang sakit dan atau
mati karena flu burung seyogianya melengkapi diri
dengan baju pelindung, sarung tangan karet, masker,
kacamata goggle, dan juga sepatu bot
3. Ruangan kandang perlu selalu dibersihkan dengan
prosedur yang baku dan memperhatikan faktor keamanan
petugas
4. Pekerja peternakan, pemotongan, dan keluarganya
perlu diberi tahu untuk melaporkan ke petugas kesehatan
bila mengidap gejala-gejala pernapasan,
seperti batuk, pilek, sakit tenggorokan, susah napas,
infeksi mata, dan gejala flu lainnya
5. Dianjurkan juga agar petugas yang dicurigai punya
potensi tertular ada dalam pengawasan petugas kesehatan
secara ketat. Ada yang menganjurkan pembeFLU
BURUNG Ancaman dan Pencegahan 23
rian vaksin influenza, penyediaan obat antivirus, dan
pengamatan perubahan kondisi pekerja.
6. Perilaku Hidup Sehat
Anda mungkin sering sekali melarang anak anda
bermain di tempat yang diduga mengandung kuman.
Sehingga anda khawatir dan melarangnya bermain di
tempat-tempat semacam itu. Tapi anak anda tetap saja
bermain di tempat kesukaannya itu. Ada cara lain yang
cukup “ampuh” yang dapat menghindarkan anak dari
kuman-kuman penyakit selain dengan larangan seperti
diatas yaitu dengan kebiasaan mencuci tangan dengan
sabun deterjen dan lain-lain.
Dengan mencuci tangan secara baik dan benar anak
anda akan terhindar dari ancaman tertular kuman, bakteri,
atau virus flu burung. Juga perlu dilakukan kebersihan
lingkungan disekitar kita dari kotoran/najis unggas
atau hewan.
7. Cara Mencuci Tangan Yang Benar
Berikut ini adalah cara-cara sederhana mencuci tangan
yang benar.
1. Cucilah tangan anda dengan air mengalir, kalau bisa
dengan air hangat karena air hangat lebih baik dari
pada air dingin untuk membunuh kuman
2. Gunakan sabun dan kemudian gosok tangan dengan
sabun sampai berbusa sampai sekitar 10 atau 15 detik.
Pastikan daerah-daerah seperti sela-sela jari dan
di bawah kuku juga ikut dibersihkan. Bersihkan
sampai ke pergelangan tangan
3. Bilaslah tangan, kemudian keringkan dengan baik
menggunakan handuk
24 FLU BURUNG Ancaman dan Pencegahan
Ajari anak anda cara berikut ini dan lakukan hal ini
dengan teratur. Akan lebih baik lagi bila anda mau mencuci
tangan bersama anak beberapa kali dalam sehari
agar anak anda dapat belajar betapa pentingnya mencuci
tangan itu. Jika anak anda terlihat segan mencuci tangannya,
cobalah cara berikut:
1. Sediakan sabun berwarna-warni atau sabun dengan
bentuk-bentuk khusus atau sabun dengan aroma
yang disukai oleh anak.
2. Anda dan anak anda dapat bersama-sama menyanyikan
lagu kesukaan anak anda selama mencuci
tangan.
Untuk mengurangi penyebaran kuman-kuman di
rumah anda biasakan mencuci tangan, terutama:
• sebelum makan dan masak,
• setelah menggunakan kamar mandi,
• setelah bersih-bersih di rumah,
• setelah menyentuh hewan, termasuk hewan peliharaan,
• setelah mengunjungi atau merawat keluarga atau
kerabat yang sakit,
• setelah membersihkan hidung, batuk atau bersin,
• saat kembali ke rumah setelah bermain, berkebun,
bekerja atau yang lainnya.
Jangan sepelekan “keampuhan” kebiasaan mencuci
tangan ini. Kebiasaan sederhana ini dapat menghindarkan
anda dan keluarga anda dari penyakit.
FLU BURUNG Ancaman dan Pencegahan 25
8. Kebersihan Lingkungan
Kebersihan lingkungan merupakan faktor resiko
terbaik dalam pencegahan terhadap penularan penyakit.
Untuk mencegah tertular oleh virus flu burung perlu
diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. Bersihkan kandang secara rutin setiap hari.
b. Buanglah kotoran unggas dengan cara ditimbun.
c. Bersihkan makanan unggas yang tercecer di lantai
sehingga tidak mengundang burung-burung liar ke
kandang.
d. Alirkan limbah cair yang berasal dari hasil pembersihan
kandang ke saluran pembuangan kotoran yang
tersedia (selokan).
e. Jauhkan kandang-kandang unggas dari tempat tinggal.
f. Apabila ada unggas (ayam, burung, bebek) yang
mati gunakan sarung tangan pada saat membakar
dan menimbun unggas tersebut.
g. Bagi pekerja pada peternakan unggas seyogianya :
1) menggunakan pakaian pelindung diri (topi,
masker, sarung tangan, sepatu bot, pakaian khusus).
2) cuci tangan dan kaki setelah keluar dari kandang.
3) jangan merokok dan makan di dalam areal kandang.
h. Apabila akan menggunakan pupuk kandang pada
tanaman diharapkan menggunakan sarung tangan
dan masker (tutup hidung).
26 FLU BURUNG Ancaman dan Pencegahan
i. Apabila akan membersihkan ayam yang sudah dipotong
diharapkan :
1) membersihkan ayam tersebut dengan air mengalir.
2) buanglah kotoran yang berasal dari jeroan dengan
dibungkus plastik.
3) cucilah telur sebelum disimpan.
4) cuci tangan dengan sabun, atau deterjen setelah
membersihkan ayam atau telur.
9. Kewaspadaan Universal Standar bagi Petugas Rumah
Sakit
1. Mencuci tangan yang dilakukan di bawah air mengalir
dengan menggunakan sabun dan sikat selama
kurang lebih 5 menit, yaitu dengan menyikat seluruh
permukaan telapak tangan maupun punggung
tangan.
2. Hal ini dilakukan sebelum dan sesudah memeriksa
penderita.
3. Pakaian yang digunakan adalah pakaian bedah atau
pakaian sekali pakai.
4. Memakai masker N95 atau minimal masker bedah.
5. Menggunakan pelindung wajah / kaca mata goggle
(bila diperlukan)
6. Menggunakan apron/gaun pelindung
7. Menggunakan sarung tangan
8. Menggunakan pelindung kaki (sepatu boot).
Kewaspadaan terhadap penularan yang diperlukan
antara lain ialah :
FLU BURUNG Ancaman dan Pencegahan 27
a. Kewaspadaan universal yaitu dengan memperlakukan
semua darah dan tubuh sebagai bahan infeksius.
Hindari menjamah dengan tangan telanjang atau
segera cuci bila mungkin tercemar.
b. Cuci tangan (dengan air mengalir dan sabun/antiseptik,
gosok selama 10 detik, dan lap kering) sebagai
tindakan rutin; sebelum dan setelah menjamah
pasien dan melepas sarung tangan.
c. Sarung tangan pemeriksaan digunakan bila akan
menjamah darah dan tubuh atau benda tercemar
lain. Ganti sarung tangan setiap ganti pasien. Lepas
segera sarung tangan setelah selesai tindakan.
d. Masker, kaca mata, pelindung wajah dikenakan bila
ada kemungkinan terjadi percikan darah, dan tubuh
lain selama melakukan tindakan atau perawatan
pasien.
e. Kewaspadaan tambahan terhadap penularan melalui
kontak dan percikan (droplet) dapat dilakukan
dengan :
1). Penempatan pasien
Pasien ditempatkan dalam ruang tersendiri.
Bila tidak tersedia ruang tersendiri dapat ditempatkan
bersama pasien dengan diagnosis yang
sama (kohort).
2). Menggunakan alat pelindung yang diperlukan
Semua petugas kesehatan harus selalu mengenakan
alat pelindung sebagai berikut:
• Ketika masuk ke ruang pasien kenakan
masker, penutup kepala, kaca mata pelindung,
sarung tangan, gaun pelindung, sepatu
28 FLU BURUNG Ancaman dan Pencegahan
pelindung. Selama melaksanakan tindakan,
ganti sarung tangan setelah menjamah bahan
infeksius. Pilih gaun pelindung (tidak perlu
steril) yang sesuai dengan tindakan yang
akan dilaksanakan (kedap air atau tidak).
• Lepas gaun sebelum meninggalkan ruangan
dan pastikan baju kerja tidak terkontaminasi.
• Lepas sarung tangan sebelum keluar ruangan
dan cuci tangan segera dengan antiseptik
dan pastikan setelahnya tidak lagi
menjamah permukaan di ruang pasien yang
mungkin tercemar.
• Demikian pula dengan alat pelindung yang
lain.
3). Transportasi Pasien
Batasi pemindahan pasien ke ruang lain kecuali
sangat diperlukan. Bila terpaksa, kenakan
masker pada pasien dan selimut bersih rapat,
pastikan kewaspadaan universal tetap terjaga
untuk menekan risiko penyebaran mikroorganisme
ke pasien lain dan pencemaran permukaan
lingkungan atau peralatan lain.
4). Alat kesehatan untuk pasien
Bila mungkin alokasikan alat kesehatan
khusus untuk pasien tersebut atau bersama dengan
pasien sejenis untuk menghindari penyebaran
antar pasien. Bila menggunakan alat untuk
pasien umum, maka perlu pembersihan yang
memadai dan disinfeksi sebelum dipakai untuk
pasien lain.

You might also like