You are on page 1of 64

Peradaban Jawa (Peradaban Atlantis) dikaitkan dengan

kiprah Bani Israel


by Manazati on Nov.22, 2009, under Candi Borobudur, cerita turun menurun, Ilmu Kejawen,
Indonesia, jawa, Peradaban Jawa, pusat peradaban, Rumah Joglo Jawa, Sleman, Suku Jawa

Menurut Alqur’an, Kerajaan Atlantis adalah Indonesia yang dulunya adalah


satu pulau menyatu dengan daratan Asia, disebut Kerajaan Saba dengan
Ratu Balqis sebagai penguasanya, di pulau Jawa terkenal dengan sebutan
Ratu Boko. Ratu Boko diperistri Nabi Sulaiman, maka jadilah Nabi Sulaiman
penguasa Benua Atlantis, tapi sepeninggal Nabi Sulaiman dan Ratu Balqis,
rakyat Atlantis berpaling dari ajaran Allah, maka Allah mengirim kepada
mereka banjir besar yang menyebabkan Benua Atlantis ini terpecah menjadi
kurang lebih 17.000 pulau.
Peninggalan bangunan Nabi Sulaiman dan Ratu Balqis adalah Sandi
Borobudur, Sandi Prambanan, Istana Ratu Boko. Khusus Sandi (Candi)
Borobudur merupakan Sandi (Kode) yang terdapat dlm Alqur’an, reliefnya
bercerita tentang kisah Nabi Daud, Nabi Sulaiman, Ratu Balqis dan Burung
Hud Hud sebagaimana tertera dalam Alqur’an. Untuk lebih jelasnya silahkan
akses http://WWW.SSQ-DLA.COM, semoga menjadi pelajaran berharga bagi
generasi yang akan datang, bahwa nenek moyang kita adalah Penguasa
Dunia sekaligus Nabi Allah yang membawa Agama Islam

Tentang Peradaban Jawa (Peradaban Atlantis)dikaitkan dengan kiprah Bani


Israel, ada fakta yang menarik apabila anda berkunjung ke situs resmi Israel
misalnya di Kantor Perdana Menteri Israel dan Kantor Kedubes Israel di
seluruh dunia terpampang nama Ibukota Israel : JAVA TEL AVIV / JAWA TEL
AVIV, dan MAHKOTA RABBI YAHUDI yang menjadi imam Sinagog pake
gambar RUMAH JOGLO JAWA. Dengan demikian apakah Bani Israel merasa
menjadi keturunan Jawa ? Yang disebut Jawa adalah seluruh Etnik
Nusantara yang dulunya penghuni Benua Atlantis sebelum dikirim banjir
besar oleh Allah SWT, setelah banjir besar benua ini pecah menjadi 17.000
pulau yang sekarang disebut Indonesia, hanya beberapa etnik yang masih
tersisa, selebihnya menjadi cikal bakal bangsa2 dunia antara lain bangsa
India, Cina ( termasuk Jepang ), Eropa, Israel, Arab, dan Indian ( silahkan
baca hasil penelitian Prof. Santos selama 30 tahun tentang Benua Atlantis
terbitan Gramedia ). Dalam bahasa Jawi Kuno, arti jawa adalah moral atau
akhlaq, maka dalam percakapan sehari-hari apabila dikatakan seseorang
dikatakan : “ora jowo” berarti “tidak punya akhlaq atau tidak punya sopan
santun”, sebutan jawa ini sejak dulunya dipakai untuk menyebut
keseluruhan wilayah nusantara, penyebutan etnik2 sebagaimana berlaku
saat ini adalah hasil taktik politik de vide et impera para penjajah. Sejak
zaman Benua Atlantis, Jawa memang menjadi pusat peradaban karena dari
bukti2 fosil manusia purba di seluruh dunia sebanyak 6 jenis fosil, 4
diantaranya ditemukan di Jawa.

Menurut “mitologi jawa” yang telah menjadi cerita turun temurun, bahwa
asal usul bangsa Jawa adalah keturunan BRAHMA DAN DEWI SARASWATI
dimana salah satu keturunannya yang sangat terkenal dikalangan Guru
Hindustan (India) dan Guru Budha (Cina) adalah Bethara Guru Janabadra
yang mengajarkan “ILMU KEJAWEN”. Sejatinya “Ilmu Kejawen” adalah “Ilmu
Akhlaq” yang diajarkan Nabi Ibrahim AS yang disebut dalam Alqur’an
“Millatu Ibrahim” dan disempurnakan oleh Nabi Muhammad SAW dalam
wujud Alqur’an dengan “BAHASA ASLI (ARAB)”, dengan pernyataannya
“tidaklah aku diutus, kecuali menyempurnakan akhlaq”.

Dalam buku kisah perjalanan Guru Hindustan di India maupun Guru Budha
di Cina, mereka menyatakan sama2 belajar “Ilmu Kejawen” kepada Guru
Janabadra dan mengembangkan “Ilmu Kejawen” ini dengan nama sesuai
dengan asal mereka masing2, di India mereka namakan “Ajaran Hindu”, di
Cina mereka namakan “Ajaran Budha”. Dalam sebuah riset terhadap kitab
suci Hindu, Budha dan Alqur’an, ternyata tokoh BRAHMA sebenarnya adalah
NABI IBRAHIM, sedang DEWI SARASWATI adalah DEWI SARAH yang
menurunkan bangsa2 selain ARAB. Bukti lain bahwa Ajaran Budha berasal
dari Jawa adalah adanya prasasti yang ditemukan di Candi2 Budha di
Thailand maupun Kamboja yang menyatakan bahwa candi2 tsb dibangun
dengan mendatangkan arsitek dan tukang2 dari Jawa, karena memang
waktu itu orang Jawa dikenal sebagai bangsa tukang yang telah berhasil
membangun “CANDI BOROBUDUR” sebagai salah satu keajaiban dunia.

Ternyata berdasarkan hasil riset Lembaga Studi Islam dan Kepurbakalaan


yang dipimpin oleh KH. Fahmi Basya, dosen Matematika Islam UIN Syarif
Hidayatullah, bahwa sebenarnya “CANDI BOROBUDUR” adalah bangunan
yang dibangun oleh “TENTARA NABI SULAIMAN” termasuk didalamnya dari
kalangan bangsa Jin dan Setan yang disebut dalam Alqur’an sebagai “ARSY
RATU SABA”, sejatinya PRINCE OF SABA atau “RATU BALQIS” adalah “RATU
BOKO” yang sangat terkenal dikalangan masyarakat Jawa, sementara
patung2 di Candi Borobudur yang selama ini dikenal sebagai patung Budha,
sejatinya adalah patung model bidadara dalam sorga yang menjadikan Nabi
Sulaiman sebagai model dan berambut keriting. Dalam literatur Bani Israel
dan Barat, bangsa Yahudi dikenal sebagai bangsa tukang dan berambut
keriting, tetapi faktanya justru Suku Jawa yang menjadi bangsa tukang dan
berambut keriting ( perhatikan patung Nabi Sulaiman di Candi Borobudur ).
Hasil riset tsb juga menyimpulkan bahwa “SUKU JAWA” disebut juga sebagai
“BANI LUKMAN” karena menurut karakternya suku tsb sesuai dengan
ajaran2 LUKMANUL HAKIM sebagaimana tertera dalam Alqur’an. Perlu
diketahui bahwa satu2nya nabi yang termaktub dalam Alqur’an, yang
menggunakan nama depan SU hanya Nabi Sulaiman dan negeri yang beliau
wariskan ternyata diperintah oleh keturunannya yang juga bernama depan
SU yaitu Sukarno, Suharto, dan Susilo serta meninggalkan negeri bernama
SLEMAN di Jawa Tengah.

Nabi Sulaiman mewarisi kerajaan dari Nabi Daud yang dikatakan didalam
Alqur’an dijadikan Khalifah di Bumi ( menjadi Penguasa Dunia dengan Benua
Atlantis sebagai Pusat Peradabannya), Nabi Daud juga dikatakan raja yang
mampu menaklukkan besi (membuat senjata dan gamelan dengan tangan,
beliau juga bersuara merdu) dan juga menaklukkan gunung hingga dikenal
sebagai Raja Gunung. Di Nusantara ini yang dikenal sebagai Raja Gunung
adalah “SYAILENDRA” , menurut Dr. Daoed Yoesoef nama Syailendra berasal
dari kata saila dan indra, saila = gunung dan indra = raja.
Jadi sebenarnya Bani Israel yang sekarang menjajah Palestina bukan
keturunan Israel asli yang hanya terdiri 12 suku, tapi mereka menamakan
diri suku ke 13 yaitu Suku Kazar hasil perkawinan campur Bani Israel yang
mengalami diaspora dengan penduduk lokal, posisi suku Kazar ini mayoritas
di seluruh dunia. Sedang Yahudi asli adalah “Suku JEWS/JAWA” yang telah
ribuan tahun mendiami “THE PROMISED OF LAND” yaitu Indonesia!!

by: javanese - manazati

MISTERI PULAU JAWA KUNO DI ZAMAN


SWETA DWIPA
Ditulis oleh mystys di/pada Mei 13, 2008
OLEH : GOENAWAN WE
Sebelum dihuni manusia, bumi Jawa telah dihuni oleh golongan dewa-dewi dan makhluk
halus lainnya. Salah satu putra Sang Hyang Jagad Girinata, yaitu Bathara Wisnu, turun
ke arcapada lalu kawin dengan Pratiwi, dewinya bumi….
Sebuah teori geologi kuno menyebutkan, proses terbentuknya daratan yang terjadi di Asia
belahan selatan adalah akibat proses pergerakan anak benua India ke utara, yang bertabrakan
dengan lempengan sebelah utara. Pergerakan lempeng bumi inilah yang kemudian melahirkan
Gunung Himalaya.
Konon, proses tersebut terjadi pada 20-36 juta tahun yang silam. Anak benua yang di selatan
sebagian terendam air laut, sehingga yang muncul di permukaan adalah gugusan-gugusan pulau
yang merupakan mata rantai gunung berapi. Gugusan pulau-pulau di Asia Tenggara, yang
sebagian adalah Nuswantoro (Nusantara), yang pada zaman dahulu disebut Sweta Dwipa. Dari
bagian daratan ini salah satunya adalah gugusan anak benua yang disebut Jawata, yang satu
potongan bagiannya adalah pulau Jawa.Jawata artinya gurunya orang Jawa. Wong dari kata
Wahong, dan Tiyang dari kata Ti Hyang, yang berarti keturunan atau berasal dari Dewata.
Konon karena itulah pulau Bali sampai kini masih dikenal sebagai pulau Dewata, karena juga
merupakan potongan dari benua Sweta Dwipa atau Jawata.
Mengingat kalau dulunya anak benua India dan Sweta Dwipa atau Jawata itu satu daerah, maka
tidak heran kalau ada budayanya yang hampir sama, atau mudah saling menerima pengaruh.
Juga perkembagan agama di wilayah ini, khususnya Hindu dan Budha yang nyaris sama.
Al kisah, dalam kunjungan resminya sebagai utusan raja, Empu Barang atau nama
bangsawannya Haryo Lembusuro, seorang pandhito terkemuka tanah Jawa, berkunjung ke
Jambu Dwipa (India).
Sesampainya menginjakkan kaki di negeri Hindustan ini, oleh para Brahmana setempat, Empu
Barang diminta untuk bersama-sama menyembah patung perwujudan Haricandana (Wisnu).
Namun, dengan kehalusan sikap manusia Jawa, Empu Barang menyatakan bahwa sebagai
pandhito Jawa, dia tidak bisa menyembah patung, tetapi para Brahmana India tetap
mendesaknya, dengan alasan kalau Brahmana dinasti Haricandana menyembahnya karena Wisnu
dipercaya sebagai Sang Pencipta Tribuwana.
Dengan setengah memaksa, Empu Barang diminta duduk, namun sewaktu kaki Empu Barang
menyentuh tanah, tiba-tiba bumi bergoyang (tidak disebutkan berapa kekuatan goyangannya
dalam skal ritcher). Yang jelas, saking hebatnya goyangan tersebut, patung tersebut hingga retak-
retak.
Memang, menurut tata cara Jawa, penyembahan kepada Sang Penguasa Hidup itu bukan patung,
tetapi lewat rasa sejati, sehingga hubungan kawula dengan Gusti menjadi serasi. Itulah
Jumbuhing Kawula Dumateng Gusti.
Orang Jawa melakukan puja-puji penyembahan kepada Gustinya langsng dari batinya, maka itu
dalam perkembangannya disebut aliran Kebatinan atau perkembangan selanjutnya dikenal
dengan istilah Kejawen, karena bersumber dari Jawa.
Bagi orang Jawa tentang cerita waktu bumi Jawa belum dihuni manusia, telah dihuni oleh
golongan dewa-dewi dan makhluk halus lainnya. Dan salah satu putra Sang Hyang Jagad
Girinata, yaitu Bathara Wisnu turun ke arcapada kawin dengan Pratiwi, dewi bumi.
Dalam pemahaman kejawen, hal itu disikapi dengan terjemahan, kalau Wisnu itu artinya
urip/hidup, pemelihara kehidupan. Jadi jelasnya awal mula adanya kehidupan manusia di bumi,
atas izin Sang Penguasa Jagad. Dewa perlambang sukma, manusia perlambang raga. Begitulah
hidup manusia, raganya bisa rusak, namun sukmanya tetap hidup langgeng.
Kemolekan bumi Jawa laksana perawan rupawan yang amat jelita, sehingga Kerajaan Rum
(Ngerum) yang dipimpin Prabu Galbah, lewat laporan pendeta Ngali Samsujen, begitu terpesona
karenanya. Maka diutuslah dutanya yang pertama yang bernama Hadipati Alip.
Hadipati Alip berangkat bersama 10.000 warga Ngerum menuju Nuswa Jawa. Mereka dalam
waktu singkat meninggal terkena wabah penyakit. Tak tersisa seorang pun. Lalu dikirimlah
ekspedisi kedua dibawah pemimpinan Hadipati Ehe. Malangnya, mereka juga mengalami nasib
sama, tupes tapis tanpa tilas.
Masih diutus rombongan berikutnya, seperti Hadipati Jimawal, Je, Dal, Be, Wawu, dan Jimakir.
Semuanya mengalami nasib sama, tumpes kelor.
Melihat semua itu, Prabu Galbah terkejut dan mengalami shock hebat. Akibatnya, sakit
jantungnya kambuh. Dia kemudian jatuh sakit, dan dalam waktu tak lama mangkat.
Pendeta Ngali Samsujen, merasa bersalah karena nasehatnya menimbulkan malapateka ini
terjadi. Akhirnya beliau mati dalam rasa bersalah. Tinggal Mahapati Ngerum, karena rasa
setianya, dia ingin melanjutkan missi luhur yang dicita-citakan rajanya. Dia akhirnya ingat pada
sahabatnya yang sakti bersanama Jaka Sangkala alias Aji Saka, yang tinggal di Tanah Maldewa
atau Sweta Dwipa.
Habisnya para migran dari Ngerum ke Tanah Jawa itu, menurut Jaka Sangkala adalah karena hati
mereka yang kurang bersih. Mereka tidak meminta izin dahulu pada penjaga Nuswa Jawa.
Padahal, karena sejak zaman dahulu, tanah ini sudah ada yang menghuni. Yang menghuni tanah
Jawa adalah manusia yang bersifat suci, berwujud badan halus atau ajiman (aji artinya ratu, man
atau wan artinya sakti).
Selain penghuni yang baik, juga dihuni penghuni brekasakan, anak buah Bathara Kala. Makanya
tak ada yang berani tinggal di bumi Jawa, sebelum mendapat izin Wisnu atau manikmaya atau
Semar.
Akhirnya, Mahapati Ngerum diantar Aji Saka menemui Wisnu dan isterinya Dewi Sri Kembang.
Saat bertemu, dituturkan bahwa wadyabala warga Ngerum yang mati tidak bisa hidup lagi, dan
sudah menjadi Peri Prahyangan, anak buah Batara Kala. Tapi ke-8 Hadipati yang gugur dalam
tugas itu berhasil diselamatkan oleh Wisnu dan diserahi tugas menjaga 8 mata angina. Namun
mereka tetap menghuni alam halus.
Atas izin Wisnu, Mahapati Negrum dan Aji Saka berangkat ke tanah Jawa untuk menghadap
Semar di Gunung Tidar. Tidar dari kata Tida; hati di dada, maksudnya hidup. Supaya selamat,
oleh Wisnu, Mahapati Ngerum dan Aji Saka diberi sifat kandel berupa rajah Kalacakra, agar
terhindar dari wabah penyakit dan serangan anak buah Batara Kala.
Kisah di atas hanya merupakan gambaran, bahwa ada makna yang tersirat di dalamnya. Wisnu
dan Aji Saka itu dwitunggal, bagaikan matahari dan sinarnya, madu dan manisnya, tak
terpisahkan. Loro-loro ning atunggal.
Maka itu, keraton Wisnu dan Aji Saka itu di Medang Kamulan, yang maksudnya dimula-mula
kehidupan. Kalau dicermati, intinya adalah kawruh ngelmu sejati tentang kehidupan manusia di
dunia, sejak masih gaib hingga terlahir di dunia, supaya hidup baik, sehingga kembalinya nanti
menjadi gaib lagi, perjalanannya sempurna.
Singkat cerita, perjalanan ke tanah Jawa dipimpin oleh Aji Saka dengan jumlah warga yang lebih
besar, 80 ribu atau 8 laksa, disebar di berbagai pelosok pulau. Sejak itulah, kehidupan di tanah
Jawa Dwipa yang disebut masyarakat Kabuyutan telah ada sejak 10.000 SM, tetapi mulai agak
ramai sejak 3.000 SM.
Sesudah kedatangan pengaruh Hindu, muncul kerajaan pertama di Jawa yang lokasinya di
Gunung Gede, Merak. Rajanya Prabu Dewowarman atau Dewo Eso, yang bergelar Sang Hyang
Prabu Wismudewo. Raja ini memperkuat tahtanya dengan mengawini Puteri Begawan Jawa
yang paling terkenal, yakni Begawan Lembu Suro atau Kesowosidi di Padepokan Garbo Pitu
(penguasa 7 lapis alam gaib) yang terletak di Dieng atau Adi Hyang (jiwa yang sempurna), juga
disebut Bumi Samboro (tanah yang menjulang tinggi). Puterinya bernama Padmowati atau Dewi
Pertiwi.
Dari perkawinan campuran itu, lahirlah Raden Joko Pakukuhan, yang kelak di kemudian hari
menggantikan tahta ayahnya di kerajaan Jawa Dwipa atau Keraton Purwosarito, dan bergelar
Sang Prabu Sri Maha Panggung. Lalu keraton dipindah lokasinya ke Medang Kamulan.
Penggantinya adalah putranya Prabu Palindriyo. Dari perkawinannya dengan puteri Patih
Purnawarman, Dewi Sinto, lahir Raden Radite yang setelah bertahta dan bergelar Prabu
Watuguung. Dia memerintah selama 28 tahun. Pemerintahannya mempunyai pengaruh kuat di
Jawa Barat. Adalah kakaknya, Prabu Purnawarman yang membuat Prasasti Tugu, sebelah timur
Tanjung Priuk dalam pembuatan saluran Kali Gomati, Prasasti Batu Tulis di Ciampea, Bogor.
Untuk menguasai Jawa Timur, Prabu Watugunung mengawini puteri Begawan Kondang, yaitu
Dewi Soma dan Dewi Tumpak. Dia juga mengawini Ratu Negeri Taruma yang bernama Dewi
Sitowoko.
Dalam pemerintahannya terjadi perebutan tahta dengan Dewi Sri Yuwati, saudara lain ibu (Dewi
Landep). Dewi Sri Yuwati dibantu adiknya lain ibu, Joko Sadono (putera Dewi Soma). Akhirnya
Prabu Watugunung berhasil dikalahkan, dan Joko Sadono menggantikan tahtanya dengan gelar
Prabu Wisnupati, permaisurinya Dewi Sri. Kakak Dewi Sri diangkat sebagai raja Taruma,
bergelar Prabu Brahma Raja.
MENANGIS
Emha Ainun Nadjib (1987)

Sehabis sesiangan bekerja di sawah-sawah serta disegala macam


yang diperlukan oleh desa rintisan yang mereka dirikan jauh di
pedalaman, Abah Latif mengajak para santri untuk sesering
mungkin bersholat malam.

Senantiasa lama waktu yang diperlukan, karena setiap kali


memasuki kalimat " iyyaka na'budu " Abah Latif biasanya lantas
terhenti ucapannya, menangis tersedu-sedu bagai tak
berpenghabisan.

Sesudah melalui perjuangan batin yang amat berat untuk melampaui


kata itu, Abah Latif akan berlama-lama lagi macet lidahnya
mengucapkan " wa iyyaka nasta''in" .

Banyak di antara jamaah yang turut menangis, bahkan terkadang


ada satu dua yang lantas ambruk ke lantai atau meraung-raung.

"Hidup manusia harus berpijak, sebagaimana setiap pohon harus


berakar," berkata Abah Latif seusai wirid bersama, " Mengucapkan
kata-kata itu dalam Al-fatihah pun harus ada akar d an
pijakannya yang nyata dalam kehidupan. 'Harus' di situ titik
beratnya bukan sebagai aturan, melainkan memang demikianlah
hakikat alam, di mana manusia tak bisa berada dan berlaku
selain di dalam hakikat itu."

"Astaghfirulloh, astaghfirulloh..," gemeremang mulut para santri.

" Jadi, anak-anakku," beliau melanjutkan, " apa akar dan pijakan
kita dalam mengucapkan kepada Alloh ..iyyaka na'budu?"

"Bukankah tak ada salahnya mengucapkan sesuatu yang toh baik dan
merupakan bimbingan Alloh itu sendiri, Abah?" bertanya seorang
santri.

"Kita tidak boleh mengucapkan kata, Nak, kita hanya boleh


mengucapkan kehidupan."

"Belum jelas benar bagiku, Abah?"

" Kita dilarang mengucapkan kekosongan, kita hanya diperkenankan


mengucapkan kenyataan."

"Astaghfirulloh, astaghfirulloh..," geremang mulut para santri.

Dan Abah Latif meneruskan, " Sekarang ini kita mungkin sudah
pantas mengucapkan iyyaka na'budu.KepadaMu aku menyembah.Tetapi
kaum Muslimin masih belum memiliki suatu kondisi keumatan untuk
layak berkata kepadaMu kami menyembah, na'budu."

"Al-Fatihah haruslah mencerminkan proses dan tahapan pencapaian


sejarah kita sebagai diri pribadi serta kita sebagai ummatan
wahidah.Ketika sampai di kalimat na'budu, tingkat yang harus kita
telah capai lebih dari abdullah, yakni khalifatulloh.Suatu maqom
yang dipersyarati oleh kebersamaan kamu muslim dalam menyembah
Alloh di mana penyembahan itu diterjemahkan ke dalam setiap
bidang kehidupan.Mengucapkan iyyaka na'budu dalam sholat mustilah
memiliki akar dan pijakan di mana kita kaum muslim telah membawa
urusan rumah tangga, urusan perniagaan, urusan sosial dan politik
serta segala urusan lain untuk menyembah hanya kepada Alloh.Maka
anak-anakku, betapa mungkin dalam keadaan kita dewasa ini lidah kita
tidak kelu dan airmata tak bercucuran tatkala harus mengucapan
kata-kata itu?"

"Astaghfirulloh, astaghfirulloh..," gemeremang para santri.

"Al-fatihah hanya pantas diucapkan apabila kita telah saling


menjadi khalifatulloh di dalam berbagai hubungan kehidupan.Tangis
kita akan sungguh-sungguh tak tak berpenghabisan karena dengan
mengucapkan wa iyyaka nasta'in, kita telah secara terang-terangan
menipu Tuhan.Kita berbohong kepada-Nya berpuluh-puluh kali dalam
sehari.Kita nyatakan bahwa kita meminta pertolongan hanya kepada
Alloh, padahal dalam sangat banyak hal kita lebih banyak
bergantung kepada kekuatan, kekuasaan dan mekanisme yang pada
hakikatnya melawan Alloh."

Astaghfirulloh, astaghfirulloh..," geremang mulut para santri.

"Anak-anakku, pergilah masuk ke dalam dirimu sendiri, telusurilah


perbuatan-perbuatanmu sendiri, masuklah ke urusan-urusan manusia di
sekitarmu, pergilah ke pasar, ke kantor-kantor, ke
panggung-panggung dunia yang luas: tekunilah, temukanlah salah
benarnya ucapan-ucapanku kepadamu.Kemudian peliharalah kepekaan dan
kesanggupan untuk tetap bisa menangis.Karena alhamdulillah,
seandainya sampai akhir hidup kita hanya diperkenankan untuk
menangis karena keadaan-keadaan itu : airmata saja pun sanggup
mengantarkan kita kepada-Nya."

----------------------------------------------------

Dari :
Seribu Masjid Satu Jumlahnya
Tahajjud cinta seorang hamba
Penerbit Mizan 19995
Pesan Hari Akhir - Ada garis lurus antara Keraton dan Merapi. Apa arti gunung itu bagi
Keraton Yogyakarta?

Wedhus Gembel atau awan panas dari erupsi Gunung Merapi pada Selasa 26 Oktober 2010
petang menewaskan 35 orang termasuk Mas Penewu Ki Suraksohargo atau penjaga Gunung
Merapi, Mbah Maridjan, dan rekan kami Redaktur Senior VIVAnews.com, Yuniawan Wahyu
Nugroho.

Mbah Maridjan adalah sosok kontroversial. Namanya meroket sejak menolak perintah Sri Sultan
Hamengkubuwono X, ketika Merapi meletus pada tahun 2006, untuk mengungsi dari tempat
tinggalnya di Dusun Kinahrejo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.
Tempat tinggalnya memang sangat rawan, merupakan daerah tertinggi yang paling dekat dengan
puncak Merapi.

Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa keengganan Mbak Maridjan mengungsi merupakan
bentuk loyalitas terhadap perintah Sri Sultan Hamengkubuwono IX untuk menjaga Merapi. Yang
menjadi pertanyaan mengapa raja Yogyakarta sampai perlu memerintahkan orang untuk
“menjaga’ gunung paling aktif dan destruktif di dunia tersebut?

Menurut Nelly Murni Roossadha, dari Departemen Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial dan
Politik, Universitas Indonesia, gunung tersebut menduduki posisi penting dalam mitologi Jawa.
Diyakini sebagai pusat kerajaan mahluk halus, sebagai ‘swarga pangrantunan’, tempat di alam
baka untuk menunggu giliran para roh yang meninggal dipanggil ke surga.

Gunung Merapi, kata dia, selain merupakan sebuah fenomena alam, yang dapat dijelaskan oleh
para ilmuwan vulkanologi, dengan segala perangkat canggihnya, juga merupakan simbol
kekuatan magis yang melingkupi Yogyakarta.

Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Pantai Parang Kusumo di Laut Selatan, dan juga Gunung
Merapi berada dalam satu garis lurus yang dihubungkan oleh Tugu Jogja di tengahnya.
Pengamatan citra satelit memang memperlihatkan lokasi-lokasi tersebut, berikut jalan yang
menghubungkannya, hampir terletak segaris dan hanya meleset beberapa derajat.

Keberadaan garis imajiner tersebut dibenarkan oleh mantan Guru Besar Filsafat Universitas
Gadjah Mada Profesor Damarjati Supadjar. "Garis imajiner itu sudah menjadi wacana lama,"
kata Damarjati. Gunung Merapi terletak di perbatasan DIY dan Jawa Tengah, yang juga sebagai
batas utara Yogyakarta. Disinilah garis lurus itu dimulai. Membujur ke arah selatan, terdapat
Tugu Yogya.

Tugu menjadi simbol 'manunggaling kawulo gusti' yang juga berarti bersatunya antara raja
(golong) dan rakyat (gilig). Simbol ini juga dapat dilihat dari segi mistis yaitu persatuan antara
khalik (Sang Pencipta) dan makhluk (ciptaan).

Garis selanjutnya mengarah ke Keraton dan kemudian lurus ke selatan terdapat Panggung
Krapyak. Gedhong Panggung, demikian bangunan itu kini disebut, merupakan podium batu
bata setinggi 4 meter, lebar 5 meter, dan panjang 6 meter. Tebal dindingnya mencapai 1 meter.
Bangunan di sebelah selatan Keraton ini menjadi batas selatan kota tua Yogyakarta. Titik
terakhir dari garis imajiner itu adalah Pantai Parang Kusumo, di Laut Selatan dengan mitos Nyi
Roro Kidul-nya. Seperti Merapi, pada titik ini juga ada juru kuncinya, yaitu RP Suraksotarwono.

Bagi Damarjati, daerah-daerah yang dilintasi garis lurus imajiner itu hanya 'kebetulan' saja
terlintasi garis. Tetapi yang sesungguhnya memiliki arti adalah titik di masing-masing ujung
imajiner, Merapi dan Laut Selatan.
Dua lokasi itu memiliki arti yang sangat penting bagi Keraton yang dibangun berdasarkan
pertimbangan keseimbangan dan keharmonisan. Keraton merupakan titik imbang dari api dan
air. Api dilambangkan oleh Gunung Merapi, sedangkan air dilambangkan pada titik paling
selatan, Pantai Parang Kusumo. Dan keraton berada di titik tengahnya. "Keraton dan dua daerah
itu merupakan titik keseimbangan antara vertikal dan horizontal," jelas Damarjati.

Keseimbangan horizontal dilambangkan oleh Laut Selatan yang mencerminkan hubungan


manusia dengan manusia. Sedangkan Gunung Merapi melambangkan sisi horizontal yang
mencerminkan hubungan antara manusia dengan Yang Maha Kuasa.

Filosofi garis lurus imajiner dari Merapi hingga Laut Selatan ini sarat kearifan lokal. Damarjati
menyarankan pemimpin di negeri ini harus peka terhadap peristiwa letusan Merapi yang
menewaskan sang juru kunci. Menurut dia, magma dalam gunung Merapi itu tidak boleh
tersumbat untuk memuntahkan laharnya. Karena kalau tersumbat, dan terlambat, maka akan
mengakibatkan letusan yang luar biasa. "Seperti kalau suara rakyat tersumbat, maka akan terjadi
revolusi sosial.”
[VivaNews]

Emha Ainun Nadjib: Gusti Allah tidak "ndeso"


(kampungan)
Friday, 23. March 2007, 02:48
Emha Ainun Nadjib: Gusti Allah tidak "ndeso" (kampungan)

Suatu kali Emha Ainun Nadjib ditodong pertanyaan beruntun :

"Cak Nun," kata sang penanya, "misalnya pada waktu bersamaan tiba-tiba sampeyan
menghadapi tiga pilihan, yang harus dipilih salah satu: pergi ke masjid untuk shalat Jumat,
mengantar pacar berenang, atau mengantar tukang becak miskin ke rumah sakit akibat tabrak
lari, mana yang sampeyan pilih?"
Cak Nun menjawab lantang, "Ya nolong orang kecelakaan." "Tapi sampeyan kan dosa karena
tidak sembahyang?" kejar si penanya. "Ah, mosok Gusti Allah ndeso gitu," jawab Cak Nun.

"Kalau saya memilih shalat Jumat, itu namanya mau masuk surga tidak ngajak-ngajak, " katanya
lagi. "Dan lagi belum tentu Tuhan memasukkan ke surga orang yang memperlakukan
sembahyang sebagai credit point pribadi."

Bagi kita yang menjumpai orang yang saat itu juga harus ditolong, Tuhan tidak berada di mesjid,
melainkan pada diri orang yang kecelakaan itu. Tuhan mengidentifikasikan dirinya pada
sejumlah orang.

Kata Tuhan:

Kalau engkau menolong orang sakit, Akulah yang sakit itu.

Kalau engkau menegur orang yang kesepian, Akulah yang kesepian itu.

Kalau engkau memberi makan orang kelaparan, Akulah yang kelaparan itu.

Seraya bertanya balik, Emha berujar, "Kira-kira Tuhan suka yang mana dari tiga orang ini.

Pertama, orang yang shalat lima waktu, membaca al-quran, membangun masjid, tapi korupsi
uang negara.

Kedua, orang yang tiap hari berdakwah, shalat, hapal al-quran, menganjurkan hidup sederhana,
tapi dia sendiri kaya-raya, pelit, dan mengobarkan semangat permusuhan.

Ketiga, orang yang tidak shalat, tidak membaca al-quran, tapi suka beramal, tidak korupsi, dan
penuh kasih sayang?"

Kalau saya, ucap Cak Nun, memilih orang yang ketiga.

Kalau korupsi uang negara, itu namanya membangun neraka, bukan membangun masjid.

Kalau korupsi uang rakyat, itu namanya bukan membaca al-quran, tapi menginjak- injaknya.

Kalau korupsi uang rakyat, itu namanya tidak sembahyang, tapi menginjak Tuhan. Sedang orang
yang suka beramal, tidak korupsi, dan penuh kasih sayang, itulah orang yang sesungguhnya
sembahyang dan membaca al-quran.

Kriteria kesalehan seseorang tidak hanya diukur lewat shalatnya. Standar kesalehan seseorang
tidak melulu dilihat dari banyaknya dia hadir di kebaktian atau misa. Tolok ukur kesalehan
hakikatnya adalah output sosialnya: kasih sayang sosial, sikap demokratis, cinta kasih,
kemesraan dengan orang lain, memberi, membantu sesama.

Idealnya, orang beragama itu mesti shalat, misa, atau ikut kebaktian, tetapi juga tidak korupsi
dan memiliki perilaku yang santun dan berkasih sayang.

Agama adalah akhlak. Agama adalah perilaku. Agama adalah sikap. Semua agama tentu
mengajarkan kesantunan, belas kasih, dan cinta kasih sesama. Bila kita cuma puasa, shalat, baca
al-quran, pergi kebaktian, misa, datang ke pura, menurut saya, kita belum layak disebut orang
yang beragama.

Tetapi, bila saat bersamaan kita tidak mencuri uang negara, meyantuni fakir miskin, memberi
makan anak-anak terlantar, hidup bersih, maka itulah orang beragama.

Ukuran keberagamaan seseorang sesungguhnya bukan dari kesalehan personalnya, melainkan


diukur dari kesalehan sosialnya. Bukan kesalehan pribadi, tapi kesalehan sosial.

Orang beragama adalah orang yang bisa menggembirakan tetangganya.

Orang beragama ialah orang yang menghormati orang lain, meski beda agama.

Orang yang punya solidaritas dan keprihatinan sosial pada kaum mustadh'afin (kaum tertindas).

Juga tidak korupsi dan tidak mengambil yang bukan haknya. Karena itu, orang beragama
mestinya memunculkan sikap dan jiwa sosial tinggi. Bukan orang-orang yang meratakan dahinya
ke lantai masjid, sementara beberapa meter darinya, orang-orang miskin meronta kelaparan.

Ekstrinsik Vs Intrinsik

Dalam sebuah hadis diceritakan, suatu ketika Nabi Muhammad SAW mendengar berita perihal
seorang yang shalat di malam hari dan puasa di siang hari, tetapi menyakiti tetangganya dengan
lisannya.

Nabi Muhammad SAW menjawab singkat, "Ia di neraka."

Hadis ini memperlihatkan kepada kita bahwa ibadah ritual saja belum cukup.

Ibadah ritual mesti dibarengi ibadah sosial. Pelaksanaan ibadah ritual yang tulus harus
melahirkan kepedulian pada lingkungan sosial.
Hadis di atas juga ingin mengatakan, agama jangan dipakai sebagai tameng memperoleh
kedudukan dan citra baik di hadapan orang lain.

Hal ini sejalan dengan definisi keberagamaan dari Gordon W Allport.

Allport, psikolog, membagi dua macam cara beragama: ekstrinsik dan intrinsik.

Yang ekstrinsik memandang agama sebagai sesuatu yang dapat dimanfaatkan. Agama
dimanfaatkan demikian rupa agar dia memperoleh status darinya. Ia puasa, misa, kebaktian, atau
membaca kitab suci, bukan untuk meraih keberkahan Tuhan, melainkan supaya orang lain
menghargai dirinya.

Dia beragama demi status dan harga diri. Ajaran agama tidak menghujam ke dalam dirinya.

Yang kedua, yang intrinsik, adalah cara beragama yang memasukkan nilai-nilai agama ke dalam
dirinya. Nilai dan ajaran agama terhujam jauh kedalam .

gumun in Kolom Budaya Emha Ainun Najib /


Suara Merdeka
Posted on December 14, 2006 by mbahatemo| 14 Comments

Kita Bukan Bangsa Pemalas


source: suara merdeka, Kamis, 16 Oktober 2003

ORANG yang gumunan sering mengatakan, satu orang Jepang kualitas dan tenaganya sama
dengan 5 orang Indonesia. Sementara satu orang Korea sama dengan 3 orang Jepang. Jadi 15
orang Indonesia baru bisa menandingi satu orang Korea. Yang dibandingkan adalah stamina dan
etos kerjanya, keuletan dan kerajinannya, kadar profesionalitas dan manajerialnya.
Tentu itu berangkat dari kenyataan industri dan perekonomian Korea yang semakin menguasai
dunia. Padahal negaranya kecil, tak punya kekayaan alam, laki-lakinya jarang yang ganteng dan
perempuannya tak ada yang mampu menandingi kecantikan artis-artis kita.
Memang sesudah sampai awal tahun 80-an Korsel kacau kepribadian kebangsaannya, sesudah
ditandangi oleh pemerintahan militer yang bersikap sangat memacu kerja keras rakyatnya, yang
menempelengi koruptor dan para pemalas. Akhirnya bangkitlah bangsa Korea, dan sekarang
langit bumi mengaguminya.
Tetapi kalau kesimpulan itu mengandung tuduhan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa
pemalas, sangat suka mencuri, tak mau jalan kecuali jalan pintas, main bola sambil duduk tapi
ingin menang 5-0 dan kalau kemasukan gol marah-marah – itu salah besar!
Bangsa Indonesia bukan bangsa pemalas. Kita adalah bangsa yang memang tidak perlu rajin,
tidak membutuhkan keuletan, tidak mau ngoyo, cukup ikut sidang-sidang kemudian bisa bikin
supermarket, dll. Kita bangsa yang kaya raya sejak dari sononya, sehingga cukup mengisi
kehidupan dengan joget dan tidur saja, tidak perlu repot-repot seperti bangsa-bangsa lain.
Sedemikian adil makmur aman sejahteranya negara kita, sehingga kita tidak membutuhkan
pemerintahan yang baik.
Demi membantah pendapat di atas, saya nekat terbang ke Korea. Mohon maaf minggu kemarin
saya absen menulis karena itu. Tapi karena di negeri ginseng itu saya tidak tahu jalan, maka 12
hari baru bisa pulang kembali ke tanah air. Apalagi orang Korea sangat benci kepada Amerika
Serikat, sehingga mereka sangat gengsi untuk memakai bahasa Inggris. Jadi semua informasi,
petunjuk-petunjuk di jalan dan di mana saja hampir 99% memakai bahasa dan tulisan Korea.
Dulu mereka benci Jepang karena sebagaimana kita Indonesia, mereka juga dijajah Jepang,
rakyatnya diperbudak, kerajaannya dibakar habis – sampai akhirnya di kemudian hari mereka
mengimpor kayu dari Kalimantan untuk bikin bangunan kraton yang dimirip-miripkan dengan
aslinya.
Korea merdeka dari Jepang dua hari sebelum kita, yakni 15 Agustus 1945. Sekarang di zaman
modern mereka punya sasaran kebencian yang lebih besar, yaitu Amerika Serikat – meskipun
tentu saja hati rakyat mereka tidak tercermin oleh sikap pemerintah mereka. Namanya juga
pemerintah, tentu agak aneh kalau sepak terjangnya mirip dengan kelakuan rakyatnya.
Saya jadi enthung thilang-thileng di Encheon, Seoul, Busan, sampai ke pinggiran Suwon, Ansan
dll. Mana gedung-gedungnya tinggi-tinggi amat. Belum lagi kereta bawah tanahnya silang
sengkarut berlapis-lapis mengiris-iris bertingkat-tingkat ke bawah permukaan bumi. Keluar dari
subway saja saya pasti bingung, apalagi setiap subway di bawah tanah itu ada lapisan-lapisan
pasar yang masing-masing se-kecamatan luasnya. Huruf latin tak ada 5% jumlahnya.
Lebih celaka lagi karena kebanyakan orang Korea tidak bisa berbahasa Indonesia, sementara
kemampuan bahasa saya juga sangat awam. Kalau ke Mesir, Arab, Jordan, Syria atau Israel, saya
selalu mengaku kepada orang-orang di sana bahwa saya lebih mampu berbahasa Inggris
dibanding bahasa Arab.
Sementara kalau saya ke London, Ann Arbor, atau ke Perth, saya selalu memamerkan bahwa
memang bahasa Inggris saya sangat buruk – tapi kan bahasa Arab saya sangat OK.
Padahal orang Korea sangat jarang tidur. Jam 11 malam saya ketemu anak-anak SMP pulang
sekolah. Jam 1 dinihari mahasiswa-mahasiswi pulang kuliah. Mulai jam 2 pagi Pasar Dong
Daimun, Nam Daimun atau mall Doota justru sedang ramai-ramainya. Karena kita negara
sejahtera maka Jakarta macet sore-sore kita sudah cemas, padahal di Seoul jam 3 pagi di sana –
sini traffic jam.
Begitu banyak orang, tapi saya tak bisa omong apa-apa. Ada satu dua kata Korea saya tahu, tapi
hilang maknanya karena setiap kata ditambah “see” atau “ee”. Sampai akhirnya saya ngedumel
sendiri dan menyanyikan lagu Indonesia berjudul “Asek”. Bunyinya: “Asekuntum mawar
meraaah, o o o….”
Alhasil saya kebingungan. Tak tahu utara selatan. Karena di luar Indonesia orang ngertinya
kanan kiri depan belakang atas bawah. Barat timur sudah lenyap. Karena Tuhan sendiri
berfirman bahwa la syarqiyyah wa la ghorbiyyah.. Tak timur, tak barat.
Untung saya ditolong oleh seorang direktur utama sebuah perusahaan pembuat alat-alat Security
System dan software komputer, terutama Internet Multimedia Phone.
Sebagai orang udik saya terbengong-bengong di tepi jalan, sampai akhirnya dihampiri oleh
beliaunya itu. Seorang Sajang, alias juragan perusahaan besar – meskipun tak sebesar Samsung,
SK, LG atau Honde (Hyundai) – yang barusan pimpinannya bunuh diri terjun dari gedung tinggi
gara-gara rahasia keuangan ekstra perusahaannya yang terkait dengan Korea Utara.
Tapi Pak Sajang ini kelakuannya sungguh aneh. Saya didatangi, dikasih rokok, diajak makan,
bahkan dia membawa wajan sendiri untuk keperluan penggorengan makan kami. Saya dikursus
bagaimana menggunakan sumpit. Kemudian beliau mengajak saya keliling melihat-lihat kantor-
kantor dan pabriknya. Saya dibikin terkagum-kagum dipameri kunci atau gembok pintu yang
detektor pembukanya menggunakan sidik jari. Kalau sidik jari kita belum terdaftar, nggak bisa
buka pintu. Kemudian bahkan ada gembok yang berdasarkan sinar mata kita. Meskipun nama
saya Ainun, artinya mata – tetap saja pintu itu tak bergeming meskipun saya pelototi habis-
habisan sampai mengerahkan ilmu kebatinan Kaliwungu, Banten, Tulungagung dll.
Mohon maaf ruangan untuk tulisan ini sudah habis. Minggu depan saya sambung dari Malaysia,
karena Pak Sajang itu menyuruh saya ke KL tgl 17 lusa. (18)
This entry was posted in soal 'gumun' dalam berita/artikel/pendapat orang.
Bookmark the permalink.

← ini ‘perihal gumun dan gumunan’nya Jaya Suprana

JAYA SUPRANA: MASUK NERAKA YA TIDAK APA-APA →

Like

Be the first to like this post.

14 Responses to gumun in Kolom Budaya Emha Ainun Najib /


Suara Merdeka

1. Arbo13 | April 4, 2007 at 1:16 pm | Reply


Kebetulan saya bekerja di sebuah perusahaan Korea (critane lagi mburuh ki Cak). Satu
hal yang paling menarik bagi saya yang dimiliki oleh orang Korea adalah motivasi dan
semangat kerja yang tinggi. Kalau soal kecerdasan….sudah terbukti bangsa kita diatas
mereka. Olimpiade Fisika? Astronomi? Matematika? Siapa juara?
~~~
lhah? sampeyan dah njawab sendiri kok, mas..

2. wargabanten | April 22, 2007 at 1:30 am | Reply


Emang untuk masalah kecerdasan dan Akal-akalan bangsa kita yang lebih unggul.
Peralatan apapun yang sudah tidak produksi lagi saja bisa dibuat. Cuma masih
perorangan.
Kalau Ide2 dan semangat disatukan – SATU VISI dan SATU MISI… Bangsa Kita akan
menjadi BANGSA yang Besar. Kalau sekarang masih sebagai Bangsa yang BESAR di
OMONG Doang, tanpa ada bukti2 yang nyata (Bukti hanya diatas kertas) untuk realita
lapangan Jauh berbeda.
kayaknya bangsa ini memang lebih cerdas dalam hal “akal-mengakali” ya mas?

○ pernikahan adat | January 21, 2010 at 4:17 am | Reply


Begitu indah dan kaya Indonesia ini, mari bersama kita lestarikan budaya kita,,
salam kenal dari Pernikahan Adat Di Indonesia

○ Gajah Nusantara marah | September 21, 2010 at 10:30 pm |


Reply
Semoga saudara2 ku diseluruh bangsa dan negara ini bertobat dan berhenti ingkar
atas kehendak dan ketentuan Tuhan YME atau berhenti ingkar atas fakta ,realita
dan kenyataan . Bahwa kita semua ini diberi kesempatan hidup , fasilitas hidup
dan kenikmatan hidup di alam bumi Nusantara bukan di bumi bangsa lain dan
janin kita , tulang kita serta daging yang membungkus jiwa raga kita ini dari sari
alam bumi Nusantara tetapi mayoritas saudara2 ku di bangsa dan negara ini lebih
bangga dan mengagung – agungkan budaya , keyakinan dan bumi bangsa lain .Ya
sangat wajar kalau alam Nusantara ini murka / marah , bumi sudah mulai marah
jadi gempa , longsor dan ambles , air sudah mulai marah jadi tsunami dan banjir ,
angin sudah mulai marah jadi puting beliung dan badai sebentar lagi matahari
marah jadi badai matahari . Karena semua saudara2ku di bangsa dan negara ini
tidak ada rasa terima kasih apalagi bersyukur atas kemakmuran , kekayaan ,
keindahan dan karunia Tuhan untuk Alam Bumi Nusantara ini . Yang semuanya
sudah atas kehendak dan ketetntuanNya . Fakta yang ada : matahari yang
menyinari dunia ini hanya satu , kalau menyinari bumi Nusantara maximum
hanya 34 derajat celcius dan minimum hanya 16 derajat celcius tetapi kalau
menyinari bumi dan bangsa lain maximum bisa mencapai 52 derajat celcius dam
minimum mencapai minus 20 derajat celcius . Kenapa tidak terima kasih dan
cenderung ingkar atas fakta , realita dan kenyataan ini karena lebih bangga dan
mengagung – agungkan bumi bangsa lain . Bertobat dan sadarlah wahai saudara 2
ku .

3. Sarono Putro Sasmito | May 6, 2007 at 7:09 pm | Reply


Wah, kalau cerita riil tentang korea seperti itu. Bangsa kita makin ketinggalan jauh.
Sebab hingga saat ini kita masih kebingungan mau membentuk generasi penerus itu
seperti itu. Sebab buktinya kita makin banyak kehilangan etos kerja, percaya diri dan
selalu gumun hal lain tanpa semangat untuk membangun diri. Semoga kita bisa saling
memberikan masukan untuk bangkit. Amiin.
Sarono Putro Sasmito
Pemimpin Redaksi Buletin Suara Pendidikan Kabupaten Ogan Ilir Sumsel
Redpel Tabloid Desa Palembang
Website:www. tabloid-desa.com
HP 08153801762
amin, mas..

4. savikovic | June 13, 2007 at 10:34 am | Reply


edhiaaaannn… canggih yo….
ada aspek sosial yang hangat seperti indonesa gak di sana? mbok ya di ceritain…
nek siklus hidup kaya gitu ya kaya robot juga yah…..
btw, orang sana kalo liburan ngapain? bagaimana tingkat stress nya?
lha kok mendeteil ngene aku yo?
maap mbah…
sante wae mas..

5. pekik | July 13, 2007 at 11:30 am | Reply


saya kecewa membaca tulisan anda, awalnya saya mengira tulisan anda akan membahas
tentang ‘oran Indonesia yang bukan pemalas’ dengan mengobrak-abrik strereotip orang
indonesia yang pemalas.
tapi ternyata itu hanya pintu megah yang didalamnya tak sesuai dengan pintunya.
salam hormat dari saya

lhoh? jangan sama saya mas…

6. veedho | March 2, 2008 at 10:00 pm | Reply


orang indonesia bukan bangsa pemalas?
mungkin iya, mungkin juga tidak, tergantung dari mana kita melihatnya.

7. Hart_oi! kuncoro | March 16, 2008 at 12:53 am | Reply


Ne cak nun kesasar ng pedalaman kalimantan trus ape ngakune iso boso opo yo ne ktemu
wong dayak udik, lha ng kene do ga iso boso indonesia,jowo po maneh ingris kro
arab..ng kene go boso ketek je..pait bung!
Korea ki daerah endi to mbah..

8. Herry | May 7, 2008 at 4:02 pm | Reply


Makin lama kita cuma unggul di kuantitas. Kualitas menungsone adoooh banget. Bener
po ora cak.

9. jerblug | May 2, 2009 at 6:49 am | Reply


kalo di indonesia ada yg ngakunya abdi negara tapi kerjaannya cuma leyeh2, seminggu
kerja cuma 4 hari tanpa ketinggalan tidur siang plus browsing di pasar dan mall, 1 hari
buat meregangkan otot soale kesel dolan terus, 2 hari lagi “tura turu” tanpa malu ma
tukang ojek

10. didiik | September 5, 2009 at 6:43 pm | Reply


di Indonesia juga bisa buat pintu dengan gembok detektor sidik jari atau sinar mata
(retina detector), tapi percuma… paling2 juga dicongkel.

11. asmaul rifan | October 3, 2009 at 10:16 am | Reply


alangkah indahnya cak nun mendoktrin masyarakat kita dengan gaya bahasa yang elok
dan penuh makna sangat mengena. sejauh pengamatan cak nun, negara kita adalalah
negara yang ketinggalan dan orang-orang pemalas, gaya hidup sok kaya, tapi
kenyataannya omong belaka.kalo boleh mintak solusi, harus bagaimanakah sebenarnya
indonesia ini cakkkkkk? terimakasih.

12. bang barent | July 9, 2010 at 1:51 am | Reply


Kita harus lebih mengenal-Nya lagi. Dengan mengenal diri sendiri, itu sudah sangat
cukup.
Hanya bagi kaum yg berpikir.

Posted by Pesan hari akhir at 8:53 PM | Labels: Ramalan


Pesan Hari Akhir - Mungkinkah Presiden SBY dilengserkan atau digulingkan
sebelum waktunya? Boleh percaya boleh tidak, tiap pergantian presiden di negeri
ini ternyata selalu diawali dengan meletusnya gunung Merapi. Itu terjadi sejak
lengsernya Bung Karno dengan tampilnya Pak Harto, Habibie, Gus Dur, Mbak Mega,
sampai SBY.

Dalam Babad Tanah Jawi, juga Serat Kanda disebut, jika gunung Merapi mulai
batuk-batuk dan disusul dengan meletusnya gunung-gunung yang lain, maka itu
pertanda terjadi suksesi di tanah Jawa. Pakem berdasar mitos itu diyakini sampai
kini.

Gunung Merapi juga amat disakralkan banyak orang. Popularitas Mbah Maridjan
'mengalahkan' pamor Sultan Hamengkubuwono X (HB X) juga gara-gara gunung ini.
Ketika kawah Merapi menggelegak dan pengungsi mulai berhamburan, Raja Jawa
itu meminta Mbah Maridjan, juru kunci gunung ini meninggalkan wewengkonnya
(daerahnya).

Mbah Maridjan kukuh tidak mau mengungsi. Dia tetap dalam rumahnya yang
berada persis di gigir gunung. Lelehan lava tak membuat lelaki khusyuk ini kabur.
Malah beberapa pendaki yang bersembunyi di bunker buatan pemerintah setempat
yang ditentang Mbah Maridjan bernasib sial. Saat lava mengalir, mereka mati
gosong di dalamnya dan berikut Foto-foto Pasca Letusan Merapi.

Itu pangkal larisnya 'roso'. Itu muasal berdirinya masjid di depan rumahnya. Kendati
maksud HB X menyuruh Mbah Maridjan turun gunung sangat manusiawi, tapi rakyat
menangkapnya beda. Mereka berasumsi Mbah Maridjan lebih sidik paningale. Dia
menyatu dengan Kiai Sapujagat, tokoh mistik yang dipercaya sebagai mbaurekso
(penguasa) gunung ini. Dan dia tahu yang bakal terjadi.
Di Jangka Sabdo Palon Noyo Genggong Gunung Merapi kembali dijadikan sebagai
pengingat. Kehancuran Pulau Jawa akan ditandai dengan letusan gunung ini, disusul
gempa bumi dan laut yang menggelegak. "Pratanda tembayan mami, hardi merapi
yen wus njebluk milir lahar."

Malah dalam serat ini terurai cukup rinci. Aliran lahar akan mengarah ke barat daya.
Membakar tanaman dan membunuh manusia, hingga aroma anyir mayat
bertebaran di mana-mana. Itu sebelum daerah lain di tanah Jawa lantak, ikut hancur
lebur berkeping-keping. Terus bagaimana kabar gunung Merapi hari-hari ini?

Sudah sebulan ini Gunung Merapi batuk-batuk. Statusnya dari hari ke hari terus
meningkat hingga terjadi letusan terdahsyat dalam sejarahnya. Bagi orang Jawa, ini
tengarai, bahwa tatanan negeri ini mulai tidak bajek (kokoh) lagi. Situasi chaostis
mungkin terjadi. Kamtibmas terganggu. Dan bisa lebih dari itu. Adakah juga sinyal
akan terjadinya suksesi?

Rasanya kok belum sampai ke sana. Berdasar ilmu titen, kegoncangan itu meminta
tumbal pergantian pucuk pimpinan kalau sudah meletus dan diikuti letusan gunung-
gunung lain yang dalam 'peta mistik' tidak disakralkan. Kali ini Merapi baru
'berdehem'. Gunung ini baru riuh di dalam perutnya, belum sampai muntah.

Kalaulah ada gunung lain yang bergejolak, justru itu adalah Gunung Semeru.
Gunung ini dalam keyakinan Jawa dianggap sebagai 'gunung tua', identifikasi dari
Mahameru. Gunung manjingnya (tinggal) Semar, sosok lelaki tua, sakti, sederhana,
dan arif dalam pewayangan Jawa. Adakah dengan begitu SBY masih menjadi
presiden sampai tahun 2014 nanti?

Asal Mula Gunung Merapi


Posted by Pesan hari akhir at 2:16 PM | Labels: Asal Usul
Pesan Hari Akhir - Gunung Merapi terletak di Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta dan di beberapa kabupaten di Provinsi Jawa Tengah seperti
Kabupaten Magelang, Boyolali, dan Klaten. Menurut cerita masyarakat setempat,
dahulu daerah yang kini ditempati oleh Gunung Merapi masih berupa tanah datar.
Oleh karena suatu keadaan yang sangat mendesak, para dewa di Kahyangan
bersepakat untuk memindahkan Gunung Jamurdipa yang ada di Laut Selatan ke
daerah tersebut. Namun setelah dipindahkan, Gunung Jamurdipa yang semula
hanya berupa gunung biasa (tidak aktif) berubah menjadi gunung berapi. Apa yang
menyebabkan Gunung Jamurdipa berubah menjadi gunung berapi setelah
dipindahkan ke daerah tersebut? Ikuti kisahnya dalam cerita /Asal Mula Gunung
Merapi/ berikut ini!

***

Alkisah, Pulau Jawa adalah satu dari lima pulau terbesar di Indonesia. Konon, pulau
ini pada masa lampau letaknya tidak rata atau miring. Oleh karena itu, para dewa di
Kahyangan bermaksud untuk membuat pulau
tersebut tidak miring. Dalam sebuah pertemuan, mereka kemudian memutuskan
untuk mendirikan sebuah gunung yang besar dan tinggi di tengah-tengah Pulau
Jawa sebagai penyeimbang. Maka disepakatilah untuk
memindahkan Gunung Jamurdipa yang berada di Laut Selatan ke sebuah daerah
tanah datar yang terletak di perbatasan Kabupaten Sleman Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta, dan Kabupaten Magelang, Boyolali, serta Klaten Provinsi Jawa
Tengah.

Sementara itu, di daerah di mana Gunung Jamurdipa akan ditempatkan terdapat


dua orang empu yang sedang membuat keris sakti. Mereka adalah Empu Rama dan
Empu Pamadi yang memiliki kesaktian yang tinggi. Oleh karena itu, para dewa
terlebih dahulu akan menasehati kedua empu tersebut agar segera pindah ke
tempat lain sehingga tidak tertindih oleh gunung yang akan ditempatkan di daerah
itu. Raja para dewa, Batara Guru pun segera mengutus Batara Narada dan Dewa
Penyarikan beserta sejumlah pengawal dari istana Kahyangan untuk membujuk
kedua empu tersebut.

Setiba di tempat itu, utusan para dewa langsung menghampiri kedua empu
tersebut yang sedang sibuk menempa sebatang besi yang dicampur dengan
bermacam-macam logam. Betapa terkejutnya Batara Narada dan Dewa Penyarikan
saat menyaksikan cara Empu Rama dan Empu Pamadi membuat keris. Kedua Empu
tersebut menempa batangan besi membara tanpa menggunakan palu dan landasan
logam, tetapi dengan tangan dan paha mereka. Kepalan tangan mereka bagaikan
palu baja yang sangat keras. Setiap kali kepalan tangan mereka pukulkan pada
batangan besi membara itu terlihat percikan cahaya yang memancar.
Maaf, Empu! Kami utusan para dewa ingin berbicara dengan Empu berdua?
sapa Dewa Penyarikan.

Kedua empu tersebut segera menghentikan pekerjaannya dan kemudian


mempersilakan kedua utusan para dewa itu untuk duduk.

Ada apa gerangan, Pukulun Ada yang dapat hamba bantu?? tanya Empu Rama.

Kedatangan kami kemari untuk menyampaikan permintaan para dewa kepada


Empu,? jawab Batara Narada.

Apakah permintaan itu?? tanya Empu Pamadi penasaran, ?Semoga permintaan itu
dapat kami penuhi.?

Batara Narada pun menjelaskan permintaan para dewa kepada kedua empu
tersebut. Setelah mendengar penjelasan itu, keduanya hanya tertegun. Mereka
merasa permintaan para dewa itu sangatlah berat.

Maafkan hamba, Pukulun! Hamba bukannya bermaksud untuk menolak permintaan


para dewa. Tapi, perlu Pukulun ketahui bahwa membuat keris sakti tidak boleh
dilakukan sembarangan, termasuk berpindah-pindah
tempat? jelas Empu Rama.

Tapi Empu, keadaan ini sudah sangat mendesak. Jika Empu berdua tidak segera
pindah dari sini Pulau Jawa ini semakin lama akan bertambah miring,? kata Dewa
Penyarikan.

Benar kata Dewa Penyarikan, Empu. Kami pun bersedia mencarikan tempat yang
lebih baik untuk Empu berdua? bujuk Empu Narada.

Meskipun telah dijanjikan tempat yang lebih baik, kedua empu tersebut tetap tidak
mau pindah dari tempat itu.

Maaf, Pukulun! Kami belum dapat memenuhi permintaan itu. Kalau kami berpindah
tempat, sementara pekerjaan ini belum selesai, maka keris yang sedang kami buat
ini tidak sebagus yang diharapkan. Lagi pula, masih banyak tanah datar yang lebih
bagus untuk menempatkan Gunung Jamurdipa itu? kata Empu Pamadi.

Melihat keteguhan hati kedua empu tersebut, Empu Narada dan Dewa Penyaringan
mulai kehilangan kesabaran. Oleh karena mengemban amanat Batara Guru,
mereka terpaksa mengancam kedua empu tersebut agar segera pindah dari tempat
itu.

Wahai, Empu Rama dan Empu Pamadi! Jangan memaksa kami untuk mengusir
kalian dari tempat ini,? ujar Batara Narada.

Kedua empu tersebut tidak takut dengan acaman itu karena mereka merasa juga
sedang mengemban tugas yang harus diselesaikan. Oleh karena kedua belah pihak
tetap teguh pada pendirian masing-masing, akhirnya
terjadilah perselisihan di antara mereka. Kedua empu tersebut tetap tidak gentar
meskipun yang mereka hadapi adalah utusan para dewa. Dengan kesaktian yang
dimiliki, mereka siap bertarung demi mempertahankan tempat itu. Tak ayal,
pertarungan sengit pun tak terhindarkan. Meskipun dikeroyok oleh dua dewa
beserta balatentaranya, kedua empu tersebut berhasil memenangkan pertarungan
itu.

Batara Narada dan Dewa Penyarikan yang kalah dalam pertarungan itu segera
terbang ke Kahyangan untuk melapor kepada Batara Guru.

Ampun, Batara Guru! Kami gagal membujuk kedua empu itu. Mereka sangat sakti
mandraguna,? lapor Batara Narada.

Mendengar laporan itu Batara Guru menjadi murka.

Dasar memang keras kepala kedua empu itu. Mereka harus diberi pelajaran,? ujar
Batara Guru.

Dewa Bayu, segeralah kamu tiup Gunung Jamurdipa itu!? seru Batara Guru.

Dengan kesaktiannya, Dewa Bayu segera meniup gunung itu. Tiupan Dewa Bayu
yang bagaikan angin topan berhasil menerbangkan Jamurdipa hingga melayang-
layang di angkasa dan kemudian jatuh tepat di perapian kedua empu tersebut.
Kedua empu yang berada di tempat itu pun ikut tertindih oleh Gunung Jamurdipa
hingga tewas seketika. Menurut cerita, roh kedua empu tersebut kemudian menjadi
penunggu gunung itu. Sementara itu, perapian tempat keduanya membuat keris
sakti berubah menjadi kawah. Oleh karena kawah itu pada mulanya adalah sebuah
perapian, maka para dewa mengganti nama gunung itu menjadi Gunung Merapi.

***

Demikian cerita Asal Mula Gunung Merapi dari Provinsi Yogyakarta dan Jawa
Tengah, Indonesia. Hingga saat ini, kawah Gunung Merapi tersebut masih aktif dan
sering mengeluarkan lahar disertai dengan hembusan awan panas. Sejak tahun
1548, gunung berapi ini sudah meletus sebanyak kurang lebih 68 kali. Hingga cerita
ini ditulis (4/11/2010), Gunung Merapi kembali meletus dan mengakibatkan ribuan
warga mengungsi, ratusan rumah hancur, serta puluhan orang meninggal dunia,
termasuk Mbah Maridjan, juru kunci Gunung Merapi. Baca : Wedus Gembel Renggut
Nyawa Sang Juru Kunci
Adapun pesan moral yang dapat dipetik dari cerita atas adalah bahwa orang yang
tidak mau mendengar nasehat akan mendapatkan celaka seperti halnya Empu
Rama dan Empu Pamadi. Oleh karena enggan mendengar nasehat para dewa,
akibatnya mereka tewas tertindih Gunung Jamurdipa.

Pukulun : berarti tuan, yaitu panggilan untuk dewa.

BABAD TANAH JAWA

KisaH ini bersumber dari NAGA HIU PANTAI SELATAN ayo baca critanay....seru deh simak
bareng yukzzzzz
BABAD TANAH JAWA

Pada zaman Rasulullah (nabi Muhamad) diutus oleh Allah bangsa Jin (bangsa dewa-dewi) tidak
boleh lagi menemui manusia di alam gaib,tidak bermain lagi di kancah dunia luar. Di Tanah
Jawa setelah era para wali songo mereka mundur dan mengizinkan Islam disebarkan di Tanah
Jawa. Demikian Syekh Mafudin menjelaskan kepada kami pada pagi hari setelah berjamaah
shalat subuh. Pada suasana masih gelap saya dapat melihat nenek Dewi naga selatan berada
disekitar kami namun dalam bentuk bayangan. Sang Dewi hanya tersenyum dan memanggut
tanda setuju kepada Syekh untuk menceritakan Babat Tanah Jawa.

Sejak zaman dulu 50.000 tahun yang lalu, Dewi naga selatan ditempatkan bersemayam di tanah
Jawa di Indonesia. Letak persisnya di gunung Selok daerah Cilacap perbatasan Jawa Barat dan
Jawa Tengah. Dimana di daerah Cilacap ini tempat letaknya Pusatnya Puser Bumi dan
Bersemayam Para Dewa-Dewi seluruh Dunia dan juga tempat tinggalnya Sanghiyang Wenang
dan Sanghiyang Wening begitu juga Eyang Semar ( Sanghiyang Ismaya ),yaitu salah satu Dewa
yang bermain di tanah Jawa.Yang dimana Eyang Semar ini adalah utusan dari Sanghiyang Sys
untuk mengajarkan orang Jawa tentang tata krama yaitu tentang sopan santun bijaksana dalam
segala hal harus legowo dalam hidup tapi bukan berarti tidak berusaha pasrah bukan berarti diam
diri ya harus bisa berpikir mana yang baik dan mana yang tidak baik buat kita jangan terima
mentah-mentah.Yang mana Sanghiyang Sys ini adalah Kakak pertama dari Dewi Naga Selatan.
Sanghiyang Ismaya

Dewi naga selatan mempuyai 3 orang anak yaitu: Dewi Blorong, Dewi Rara Panas atau Dewi
Kidul dan Dewi Ningrum.
Dewi Naga Selatan

1. Dewi Blorong
mengusai sebagian Jawa Barat dan Jawa Tengah di Indonesia.
Dewi Blorong

2. Dewi Rara Panas


mengusai daerah Jawa barat dan sebagian Jawa Tengah di Indonesia.
Dewi Rara Panas

3. Dewi Ningrum
hanya menguasai Jawa Timur saja.
Dewi Ningrum

BAGAN SILSILAH ANAK DEWI NAGA SELATAN

Ketiga putrinya ini masing-masing memiliki sukma sejati Ular Kobra, Naga Hijau dan Ular
Sanca . Ketiga putri bangsa jin itu memiliki sifat dan perwatakan yang berbeda-beda .
Dewi Rara Panas adalah Dewi yang berparas cantik dan memiliki kemiripan dengan ibunya
Dewi Naga Selatan yang bersifat welas asih dan bijaksana. Sedangkan saudara tuanya yakni
Dewi Blorong berwatak panas, digjaya dan menjadi ratu penguasa ilmu kegelapan. Beliaulah
Dewi dari segala lelembut yang menyebarkan ilmu kekebalan, ilmu kesaktian, ilmu santet dan
sebagainya.
Oleh karena itu kekacauan yang disebabkan oleh ilmu-ilmu tersebut sebenarnya berasal dari
Dewi Blorong dan bukan lah dari Dewi Rara Panas(Dewi Rara kidul). Dewi ningrum adalah
Ratu yang berwatak dingin dan lemah lembut, tokoh yang terakhir ini jarang muncul di dunia
spiritual ketimbang kedua tokoh sebelumnya yakni Dewi Blorong dan Dewi Rara Panas.

Dewi Blorong mengangkat 2 orang anak, yang pertama adalah Dewi Kaditha. Dewi Kaditha
adalah putri raja dari ratu di zaman kerajaan Sunda Kuno yaitu Prabu Munding Wangi mendapat
cercaan dan hinaan akibat adanya fitnah yang disebarkan kerabat istana. Putri raja tersebut
akhirnya diasingkan ke hutan karena selain tidak disukai dikalangan istana,ia memiliki penyakit
kulit yang sangat aneh.Walaupun seorang putri raja namun dengan penyakit kulit seperti ini
tubuhnya menjadi amis dan berbau busuk.Diduga putri tersebut terkena ilmu teluh dari para
punggawa istana karena disuruh oleh beberapa kerabat istana yang terkena “bisikan jahat”
tersebut.

Akhirnya sang putri berputus asa dan terus berjalan tanpa arah sehingga sampailah ia disuatu
tebing samudra yang bergelombang lautnya sangat dahsyat.Lalu ia mendengar ada bisikan yang
dimana yang membisikan itu adalah Dewi Blorong penguasa laut selatan dari Bangsa
Jin.Kemudian ia berjanji kepada penguasa laut untuk menerimanya menjadi pengikutnya. Namun
sang penguasa laut yaitu Dewi Blorong memberkati ia sebagai ratu di alam goib dengan satu
syarat.Syarat tersebut adalah sang putri harus terjun ke laut supaya dapat menjelma menjadi
bangsa lelembut atau ruh halus.Dan akhirnya sang putri lalu dijadikan Ratu penguasa pantai
selatan di pelabuhan Ratu, Sukabumi,Jawa Barat mengenai adanya petilasan Roro kidul dan
makamnya yang berukuran besar disana.Ini adalah kisah nyata bukan legenda.
Salah satu pemimpin Republik Indonesia Presiden Pertama yaitu Bapak Soekarno dibantu oleh
Ratu Kaditha penguasa Laut Selatan yang berada didaerah Jawa Barat Letak persisnya di daerah
sukabumi karanghawu.

Anak ke dua dari Dewi Blorong adalah anak dari Ratu Atas Angin yaitu Putri
NawangWulan.Untuk menjadi penguasa pantai selatan karena telah teruji sebagai pelaku di bumi
dengan ketabahan dan kasih sayang layaknya seorang wanita manusia.Pada waktu itu Putri
Nawangwulan yang turun mandi bersama saudara-saudaranya mereka bertujuh tapi diantara
semuanya dialah yang paling cantik dan baik hati yang dimana mereka mandi disebuah telaga di
bumi (Tanah Jawa).mereka bersenang- senang tertawa bersama bersuka ria tapi tanpa disadari
mereka ada yang melihat sesosok manusia yang berjenis lelaki,betapa kagetnya dia sambil
mengintip di semak – semak belukar melihat bidadari cantik-cantik sedang mandi dan kebetulan
laki-laki tersebut adalah orang sakti yang bernama Joko Tarub lalu dia ambil salah satu
selendang dari bidadari yang sedang mandi di telaga tersebut.Kemudian dia simpan dibalik
bajunya.Tibalah saatnya para bidadari tersebut untuk kembali terbang ke angkasa meniti
pelangi.Enam bidadari telah siap dengan membentangkan selendangnya.Namun seorang putri
masih sibuk mencari-cari dimanakah gerangan selendang yang ia letakkan dibalik semak.

Alangkah gundah gulananya sang putri mana kala para bidadari telah terbang menuju
angkasa.Akhirnya ia mengadu dan menangis sejadi-jadinya disebuah akar pohon besar ditepi
telaga.Joko Tarub mengambil kesempatan ini untuk merayu sang putri agar jangan terlalu
bersedih dan berduka,karena ia bersedia menolong dan memberinya tempat tinggal sampai
selendang yang dicari ditemukan.Ini juga bukanlah legenda tetapi kisah nyata yang terjadi di
dunia.

Dan pada suatu masa sang putri berhasil menemukan selendang miliknya disebuah guci yang
selalu dirahasikan oleh suaminya Joko Tarub.Akhirnya sang putri mempersiapkan diri kembali
ke telaga untuk terbang menuju angkasa di keratonnya Ratu Atas Angin.Yang dimana
mempunyai anak satu laki-laki berusia masih berumur 1 thn. Sebenarnya sang putri berat
meninggalkan anaknya semata wayang tapi dia kangen juga dengan keluarganya yang di
Angkasa. Joko tarub sangat terkejut dan sedih harus kehilangan Sang putri Nawangwulan dan dia
memohon untuk tinggal beberapa masa lagi sambil berlari dan menggendong anaknya yang
masih kecil.Setelah sekian lama Putri Nawangwulan pulang ke asalnya. Mulailah sang putri
mikirin suami dan anaknya yang di Bumi lalu dia minta ijin sama ibundanya untuk menemuinya
sebentar. Lalu ibundanya mengatakannya sekalinya turun anakku,turunlah untuk selamanya
karena bunda sudah tahu apa yang akan terjadi dengan dirimu. Dan nanti anakku akan diangkat
anak oleh turunan Bangsa Jin yang menguasai wilayah jawa tengah yaitu Dewi Blorong. Tapi
anakku akan hidup didunia hanya 35 tahun dan anakmu sendiri tidak lama hidup di dunia hanya
sampai remaja nanti meninggalnya karena sakit. Dan akan ikut dirimu anakku di alam sana,kalau
anakku sudah siap bunda antarkan sekarang atau mau dipikirkan lagi lalu dengan tegas Putri
Nawangwulan mengatakan dengan berat hati saya siap apapun yang akan terjadi saya didunia
akan saya jalani dan tidak akan meninggalkan ajaran dari leluhur sendiri.Baik kalau begitu
dengan air mata berlinang dia mencium tangan ibundanya mohon restunya kuatkan hatimu bunda
akan tetap memberikan ilmu tapi dipakai saat yang darurat anakku.Lalu Bunda Ratu Atas Angin
memanggil pengawal pribadinya dan beberapa punggawanya yang dipercaya untuk mengawal
turun ke Bumi.

Yang dimana dengan diiringi 50.000 bala tentara dengan kereta kencana yang ditunggangi dan
ditarik 4 ekor kuda terbang menuju Telaga yang dimana tempat pertama bertemu dengan Joko
Tarub. Setelah sampai di tempat tersebut,betapa senangnya Putri Nawangwulan karena bisa
dapat bertemu dengan suami dan anaknya,lalu dia buru-buru mendatangi rumah Joko Tarub,
sesampainya disana,dia hanya melihat anaknya sedang bermain sendiri. Lalu dia bertanya kepada
anaknya kemana bapakmu nak dijawab dengan mata memandang dan tertegun sejenak,bapak ada
di sawah terkadang mengajarkan orang bela diri lalu Putri Nawangwulan menangis hatinya ingin
rasanya memeluk tapi takut anak itu ketakutan. Ya sudah saya tunggu disini bapakmu pulang
kenalkan nana saya Ibu Nawangwulan lalu anak itu berkata; oh ini yang diceritakan bapak bahwa
saya mempunyai ibu berasal dari langit,yang bukan asli Manusia dari alam lain.Putri
Nawangwulan kaget tidak disangka bahwa bapaknya bercerita tentang siapa dirinya langsung
dipeluk anaknya dengan menahan tangis.Yang dimana anak itu sudah berusia 6 tahun, tapi batín
Putri Nawangwulan mengatakan,padahal baru beberapa bulan sudah sebesar ini.Lalu mereka
bermain bersama tertawa bercanda tanpa disadari ibunda Putri Nawangwulan melihat dari
kejauhan dimana anaknya bahagia.Dan tak lama kemudian datanglah Joko Tarub pulang ke
rumah melihat istrinya Nawangwulan kembali.Apa yang dipikirkan selama ini Bahwa istrinya
tidak akan datang lagi dan tidak mau memaafkan dirinya dan tidak akan mau bertemu lagi
anaknya yang di Bumi.Akhirnya mereka saling berpelukan dan saling tangis-tangisan dan saling
maaf-maafan.Suatu saat kemudian Putri Nawangwulan bermain ke pantai di Jawa Tengah
bersama anaknya pada saat suaminya pergi ke ladang,dia ingin mengajak anaknya melihat pantai
laut yang luas supaya anaknya mengerti alam di Bumi ini. Tapi tanpa disadari dari kejauhan di
pantau oleh Dewi Blorong dan Panglimanya yang dimana Dewi Blorong Tahu suatu saat anak ini
akan menjadi penguasa Laut Selatan.Dan Pada saat itu juga Dewi Blorong mau pulang ke
istananya.Dan Dewi Blorong bilang kepada Panglimanya sekarang belum saatnya untuk
diambil.Setelah puas bermain pulanglah Putri Nawangwulan dengan anaknya yang sudah tak
terasa sudah sore takut suaminya mencari-cari.Seiring sejalan anaknya sudah mulai besar
meningkat remaja usia 20 tahun mulailah anaknya sakit-sakitan karena tidak ada obat yang
membuat anaknya sehat lagi,maka jadilah ibundanya terpikiran terus dan akhirnya tidak mau
makan,tidak mau tidur,akhirnya ikut sakit juga karena dia ingat cerita ibundanya usianya tidak
lama di Bumi. Putri Nawangwulan sempat sebentar berbicara dengan ibundanya lewat
Bathinnya,Salam Sejahtera Ibunda Nawangwulan,apakah tidak bisa di kasih waktu sudah
sembilan tahun lamanya anaknya sakit tidak sembuh-sembuh apa ini sudah menjadi takdirnya
anakku Ibunda sambil menangis Putri Nawangwulan karena tanpa anak saya,Putri Nawangwulan
tidak bisa hidup karena belahan hati Putri Ibunda.Lalu ibundanya berkata dari awal bunda sudah
bicara memang itu jalan hidupmu anakku karena mengikuti alam manusia yang dimana harus
mati,tapi nanti ada yang menjemputmu dari Bangsa Jin Yaitu Dewi Blorong yang akan menjadi
Ibu angkatmu di Laut Selatan.Ya sudah kalau begitu Putri Nawangwulan akan mengikuti
peraturan yang ada kalau memang itu takdir Putri dan anak Putri terima kasih Ibunda salam
sejahtera selalu.Ya ibunda hanya bisa mendoakan dari jauh. Tak lama kemudian ada yang datang
yang ternyata utusan Dewi Blorong untuk membawa anaknya dan Putri Nawangwulan,lalu putri
Nawangwulan berkata silahkan apabila mau dibawa anak saya, Saya siap dan tak lama kemudian
dibawa oleh utusannya.Tidak berapa lama kemudian Putri Nawangwulan dibawa juga,tapi
sebelum dibawa dia menitip pesan kepada suaminya Mas Joko Tarub jagalah dirimu baik-baik
dan harus hati-hati dengan siapa saja.Lalu Putri Nawangwulan berkata saya sudah dijemput
waktuku sudah tiba selamat jalan.Dengan berteriak Nawangwulan jangan tinggalkan saya sama
siapa nanti saya akan hidup tanpa kalian saya tidak akan berdaya sebelum nafas terakhir pergi
saya akan membantu Mas Joko di alam sana. Lalu pergilah Putri Nawangwulan dibawalah oleh
utusan Dewi Blorong untuk dibawa ke Istana Dewi Blorong yang dimana sudah di tunggu di
singgasananya untuk menerima Putri Nawangwulan yang nantinya untuk diajarkan ilmu
kesaktian dan kejayaan dan akan bersatu dengan anaknya yang dimana anaknya akan membantu
nantinya.

Setelah sampai di Istana lalu dibawa menghadap ke Dewi Blorong dengan rasa hormat Putri
Nawangwulan memberi salam lalu dibalas kembali salammu Saya terima,berdirilah anakku,kini
dirimu panggil Saya Bunda pengganti ibumu yang di angkasa sebagai ibu angkatmu yang di Laut
Selatan dan dimana bunda akan mengajarkan Nawangwulan ilmu politik kerajaan dan kesaktian
dan juga kejayaan dan dimana diajarkan apabila ada manusia yang gampang dan goyah
keimanannya Nawangwulan ajak untuk membuat suatu perjanjian tertulis dan lisan tanpa
disadari telah ditipu oleh bangsa lelembut.Setelah diajarkan selama 2 tahun barulah dinobatkan
menjadi penguasa Laut Selatan yang menguasai dari parangteritis sampai dengan parangkusumo
yang dimana Istananya bersebelahan dengan Dewi Blorong, dia diberi pasukan banyak Panglima
dan ada Mahapatih,Patih,Punggawa pengawal pribadi dan lain-lain.

Dan setelah mahir dan pintar mengatur tatanegara di Istana,disinilah mulai Ratu Nawangwulan
bermain selain membantu suaminya di dunia dan Ratu Nawangwulan mencari manusia untuk
membantu mereka tetapi minta syaratnya yaitu minta nantinya mau jadi pengikut saya terserah
berapa yang mau dikasih dan dimana pantangannya tidak boleh menantang saya dengan
memakai baju Merah atau Hijau tapi kalau tidak tidak akan diapa-apakan atau tidak
disakiti.Seiring dengan waktu tiba-tiba Lautnya merasa terguncang ada apa gerangan diatas sana
siapa yang membuat goncangan dengan dasyatnya lalu dibukanya kaca Benggalanya.Setelah
melihat itu semua, lalu Ratu Nawangwulan keluarlah dari Istananya dan menghampiri laki-laki
muda yang sedang bertapa di atas Batu dipinggiran tebing,wahai Senopati ada apa engkau
mengganggu dan mengguncangkan Istanaku apa yang kamu inginkan Senopati lalu ia berkata
wahai Ratu Penguasa Laut Selatan saya ingin jadi Raja bisakah Ratu membantu saya untuk
mewujudkan keinginan saya,baik Ratu Nawangwulan berkata saya akan membantu Senopati
menjadi Raja besar di Tanah Jawa dan begitu juga sampai keturunanmu kesananya,tapi ada
syaratnya harus mau menikah dulu dengan saya maukah Senopati ikut dengan saya ke Istana
saya lalu dijawab oleh Senopati baik Kanjeng Ratu lalu dibawalah Senopati ke Istananya disana
dipersiapkan acara untuk persiapkan pesta pernikahan tapi sebelum itu,Ratu Nawangwulan
melapor kepada Dewi Blorong bahwa saya mau menikah dengan manusia yang dimana minta
tolong saya untuk membantu membuat Istana di Tanah Jawa ini lalu direstui oleh Dewi
Blorong.Kemudian pernikahan dilangsungkan dengan meriah dan setelah itu Ratu Nawangwulan
mengingatkan perjanjiannya jangan lupa istana itu buatkan khusus untuk Saya dan saya juga
minta anakmu yang lahir dari istri-istrimu dan akan Saya juga majukan anak-anakmu untuk
meneruskan generasi Senopati dan nanti akan kasih gelar bukan Raja tapi Panembahan Senopati
karena bukan turun dari keturunan asli Raja,karena kanda adalah seorang Panglima yang
berambisi ingin jadi Raja,dengan Panembahan Senopati mempunyai anak satu Laki-laki yang
berbadan sukma dengan Ratu Nawangwulan.Akhirnya Terbentuklah suatu Istana Besar di
Jogyakarta hingga sekarang yang dimana tidak pernah lepas adanya sesaji-sesaji di setiap tiang-
tiangnya.Dan lilitin kain kuning dan hijau itu semua permintaan Ratu Nawangwulan.

Saya akan menceritakan sedikit tentang siapa Ratu Atas Angin Ibunda yang sekarang anaknya
sudah menjadi Ratu Penguasa Laut Selatan yaitu Ratu Nawangwulan.Ibunda Ratu Atas Angin itu
adalah Ratu Ciptaan dari Dewi Bulqis.Yang bersemayam di Atas Awan.

Yang sekarang ciptakan Ratu-Ratu dan yang dimana orang-orang temui itu di Laut Selatan
adalah Ciptaan dari kedua Ratu tersebut yaitu Ratu Kaditha dan Ratu Nawangwulan atas
sepengetahuan Dewi Blorong.

Cerita ini disampaikan untuk mengetahui bahwa belajar ilmu gaib akan ada dampaknya dalam
diri sendiri dan turunannya memang ada yang berhasil dan ada juga yang tidak berhasil,tapi
banyak yang tidak berhasil,dan itu dapat merubah takdir yang sudah ditentukan oleh ALLAH
SWT.Dan untuk merubah takdir itu harus dikeluarkan siluman-siluman dari badan manusia,yang
dimana harus dilawan dari Hatinya.Karena ada turunan yang asli menjaga di dalam badannya
apabila tidak dikeluarkan pasangan yang liar liar tidak akan keluar turunan aslinya yang jaga
tidak bisa bermain karena turunannya menginginkan keberhasilan dan kejayaan dan
kekayaan,tapi terkadang manusia tidak menyadari pergi kemana-mana malah menutup diri
sendiri tanpa disadari rejekinya terambil oleh orang lain. Dan kalau ingin menjadi sejatinya
manusia harus dikeluarkan siluman-siluman dari dalam badan manusia supaya hilang apes dan
terbuka kembali rejekinya.Tapi itu tidak mudah kalau tidak dilawan dari Hati yang paling dalam
dengan kekuatan diri dengan izin ALLAH SWT.
Wassalam.

Gunung Lawu, Misteri Alam Babad Tanah Jawa


Monday, 30. March 2009, 10:54

Nama asli Gunung Lawu adalah Wukir Mahendra. Menurut legenda,


Gunung Lawu merupakan kerajaan pertama di pulau Jawa yang dipimpin oleh raja yang dikirim
dari Khayangan karena terpana melihat keindahan alam diseputar Gunung Lawu. Sejak jaman
Prabu Brawijaya V, raja Majapahit pada abad ke 15 hingga kerajaan Mataram II banyak upacara
spiritual diselenggarakan di Gunung Lawu. Hingga saat ini Gunung Lawu masih mempunyai
ikatan yang erat dengan Keraton Surakarta dan Keraton Yogyakarta terutama pada bulan Suro.
Saat itu, para kerabat Keraton sering berziarah ke tempat-tempat keramat di puncak Gunung
Lawu.

Terdapat padang rumput pegunungan banjaran Festuca nubigena yang mengelilingi sebuah
danau gunung di kawah tua menjelang Pos terakhir menuju puncak pada ketinggian 3.200 m dpl
yang biasanya kering di musim kemarau. Konon pendaki yang mandi berendam di tempat ini,
segala keinginannya dapat terkabul. Namun sebaiknya jangan coba-coba untuk mandi di puncak
gunung karena airnya sangat dingin. Rumput yang tumbuh di dasar telaga ini berwarna kuning
sehingga airnya kelihatan kuning. Telaga ini diapit oleh puncak Hargo dumilah dengan puncak
lainnya. Luas dasar telaga Kuning ini sekitar 4 Ha.

Di sana ada sebuah mata air yang disebut Sendang Drajad, sumber air ini berupa sumur dengan
garis tengah 2 meter dan memiliki kedalaman 2 meter. Meskipun berada di puncak gunung
sumur ini airnya tidak pernah habis atau kering walaupun diambil terus menerus.

Juga ada sebuah gua yang disebut Sumur Jolotundo menjelang puncak, gua ini gelap dan sangat
curam turun ke bawah kurang lebih sedalam 5 meter. Gua ini dikeramatkan oleh masyarakat dan
sering dipakai untuk bertapa.
Terdapat sebuah bangunan di sekitar puncak Argodumilah yang disebut
Hargo Dalem yang banyak disinggahi para peziarah. Di sekitar Hargo Dalem ini banyak terdapat
bangunan dari seng yang dapat digunakan untuk bermalam dan berlindung dari hujan dan angin.
Terdapat warung makanan dan minuman yang sangat membantu bagi pendaki dan pejiarah yang
kelelahan, lapar, dan kedinginan. Inilah keunikan Gunung Lawu dengan ketinggian 3.265 mdpl,
terdapat warung di dekat puncaknya.

Pasar Diyeng atau Pasar Setan, berupa prasasti batu yang berblok-blok, pasar ini hanya dapat
dilihat secara gaib. Pasar Diyeng akan memberikan berkah bagi para pejiarah yang percaya. Bila
berada ditempat ini kemudian secara tiba-tiba kita mendengar suara "mau beli apa dik?" maka
segeralah membuang uang terserah dalam jumlah berapapun, lalu petiklah daun atau rumput
seolah-olah kita berbelanja. Menurut kepercayaan masyarakat setempat, kita akan memperoleh
kembalian uang dalam jumlah yang sangat banyak. Pasar Diyeng/Pasar Setan ini terletak di dekat
Hargo Dalem.

Pawom Sewu terletak di dekat pos 5 Jalur Cemoro Sewu. Tempat ini berbentuk tatanan/susunan
batu yang menyerupai candi. Dulunya digunakan bertapa para abdi Raja Parabu Brawijaya V.

Puncak Argodumilah pada saat tertutup awan sangat indah, kita menyaksikan beberapa puncak
lainnya seperti pulau - pulau kecil yang dibatasi oleh lautan awan, kita merasa berada di atas
awan-awan seperti di kahyangan. Bila udara bersih tanpa awan kita bisa melihat Samudera
Indonesia. kita dapat melihat pantulan matahari di Samudera Indonesia, deburan dan riak ombak
Laut Selatan sepertinya sangat dekat. Sangat jelas terlihat kota Wonogiri juga kota-kota di Jawa
Timur. Tampak waduk Gajah mungkur juga telaga Sarangan.

MISTERI GUNUNG LAWU


Gunung Lawu bersosok angker dan menyimpan misteri dengan tiga puncak utamanya : Harga
Dalem, Harga Dumilah dan Harga Dumiling yang dimitoskan sebagai tempat sakral di Tanah
Jawa. Harga Dalem diyakini masyarakat setempat sebagai tempat pamoksan Prabu Bhrawijaya
Pamungkas, Harga Dumiling diyakini sebagai tempat pamoksan Ki Sabdopalon, dan Harga
Dumilah merupakan tempat yang penuh misteri yang sering dipergunakan sebagai ajang menjadi
kemampuan olah batin dan meditasi.

Konon kabarnya gunung Lawu merupakan pusat kegiatan spiritual di Tanah Jawa dan ada
hubungan dekat dengan tradisi dan budaya keraton, semisal upacara labuhan setiap bulan Sura
(muharam) yang dilakukan oleh Keraton Yogyakarta. Dari visi folklore, ada kisah mitologi
setempat yang menarik dan menyakinkan siapa sebenarnya penguasa gunung Lawu dan mengapa
tempat itu begitu berwibawa dan berkesan angker bagi penduduk setempat atau siapa saja yang
bermaksud tetirah dan mesanggarah.

Siapapun yang hendak pergi ke puncaknya bekal pengetahuan utama adalah tabu-tabu atau
weweler atau peraturan-peraturan yang tertulis yakni larangan-larangan untuk tidak melakukan
sesuatu, baik bersifat perbuatan maupun perkataan, dan bila pantangan itu dilanggar di pelaku
diyakini bakal bernasib naas.
Tempat-tempat lain yang diyakini misterius oleh penduduk setempat selain tiga puncak tersebut
yakni: Sendang Inten, Sendang Drajat, Sendang Panguripan, Sumur Jalatunda, Kawah
Candradimuka, Repat Kepanasan/Cakrasurya, dan Pringgodani. Bagaimana situasi Majapahit
sepeninggak Sang Prabu? Konon sebagai yang menjalankan tugas kerajan adalah Pangeran
Katong. Figur ini dimitoskan sebagai orang yang sakti dan konon juga muksa di Ponorogo yang
juga masih wilayah gunung Lawu lereng Tenggara.

Tips menuju Gunung Lawu:


Gunung Lawu terletak dekat dengan kota dan jalan raya, karenanya lebih mudah dicapai,
sehingga banyak sekali pendaki yang naik ke puncak Gunung Lawu.

Untuk menuju G. Lawu dapat dimulai dan terminal bis Surabaya menuju Madiun, dilanjutkan ke
Sarangan terus ke Cemorosewu. Atau dan Surakarta menuju Tawangmangu, ganti Colt jurusan
Sarangan dan berhenti di Cemorosewu. Sarangan dan Tawangmangu memiliki panorama yang
indah dan merupakan daerah wisata. Lernbah ini berbentuk sadel dan terletak di jalan raya
tertinggi di Pulau Jawa (1.900 m).

Di Cemorosewu kita harus melaporkan diri ke PERHUTANI serta melengkapi perbekalan


pendakian. Dalam pendakian dan Cemorosewu menuju puncak, kita akan menjumpai 4 buah
pondok pada ketinggian berturut-turut, yaitu 2.100 m, 2.300 m, 2.500 m dan 2.800 m dan
Pesanggrahan Argo Dalem pada ketinggian 3.100 m dari permukaan air laut.

Dalam pendakian kita akan melewati hutan pinus dan hutan akasia sampai pada ketinggian 3.000
m, mulai dari situ pepohonan mulai rendah/pendek. Selanjutnya kita akan melalui punggungan
gunung yang berupa padang rumput. Dan pada ketinggian ± 3.200 m rnendekati puncak, kita
dapat menyaksikan beberapa kawah kecil didasar jurang yang curam.

Puncak G. Lawu berupa dataran yang berbukit-bukit, serta masih banyak dijumpai sisa-sisa
kawah yang telah lama tidak aktif. Dan puncaknya kita bisa menyaksikan. panorama yang sangat
menawan juga lembah Tawangmangu dan Sarangan dengan danaunya yang indah.

Dari Cemorosewu sampai ke puncak memakan waktu ±7 jam, sedangkan turunnya


memhutuhkan waktu ± 4 jam. Mata air dapat kita jumpai sebelum pertigaan pesanggrahan Argo
Dalem, ± 1 jam perjalanan dan pondok terakhir.

(Ayu/berbagai sumber)

Syekh Subakir, Babad Tanah Jawi


Bagikan Artikel ini: Twitter | Facebook | Reddit | Digg

{Walijo dot Com} ”Dalam legenda yang beredar di Pulau Jawa dikisahkan, Sudah beberapa kali
utusan dari Arab, untuk menyebarkan Agama Islam di tanah Jawa khususnya, dan Indonesia
pada umumnya telah gagal secara makro. Disebabkan orang-orang Jawa pada waktu itu masih
kokoh memegang kepercayaan lama. Dengan tokoh-tokoh gaibnya masih sangat menguasai
bumi dan laut di sekitar P Jawa. Para ulama yang dikirim untuk menyebarkan Agama Islam
mendapat halangan yang sangat berat, meskipun berkembang tetapi hanya dalam lingkungan
yang kecil, tidak bisa berkembang secara luas. Secara makro dapat dikatakan gagal. Maka
diutuslah Syeh Subakir untuk menyebarkan agama Islam dengan membawa batu hitam yang
dipasang di seantero Nusantara, untuk tanah Jawa diletakkan di tengah-tengahnya yaitu di
gunung Tidar . Efek dari kekuatan gaib suci yang dimunculkan oleh batu hitam menimbulkan
gejolak, mengamuklah para mahluk : Jin, setan dan mahluk halus lainnya. Syeh Subakirlah yang
mampu meredam amukan dari mereka. Akan tetapi mereka sesumbar dengan berkata: “
Walaupun kamu sudah mampu meredam amukan kami, kamu dapat mengembangkan agama
Islam di tanah Jawa, tetapi Kodratullah tetap masih berlaku atas ku ingat itu wahai Syeh
Subakir.” “Apa itu?” kata Syeh Subakir. Kata Jin, “Aku masih dibolehkan untuk menggoda
manusia, termasuk orang-orang Islam yang imannya masih lemah”.
{Walijo dot Com} Syekh Subakir berasal dari Iran ( dalam riwayat lain berasal dari Rum).
Syekh Subakir diutus ke Tanah Jawa bersama-sama dengan Wali Songo Periode Pertama, yang
diutus oleh Sultan Muhammad I dari Istambul, Turkey, untuk berdakwah di pulau Jawa pada
tahun 1404, mereka diantaranya:
1. Maulana Malik Ibrahim, berasal dari Turki, ahli mengatur negara.
2. Maulana Ishaq, berasal dari Samarkand, Rusia Selatan, ahli pengobatan.
3. Maulana Ahmad Jumadil Kubro, dari Mesir.
4. Maulana Muhammad Al Maghrobi, berasal dari Maroko.
5. Maulana Malik Isro’il, dari Turki, ahli mengatur negara.
6. Maulana Muhammad Ali Akbar, dari Persia (Iran), ahli pengobatan.
7. Maulana Hasanudin, dari Palestina.
8. Maulana Aliyudin, dari Palestina.
9. Syekh Subakir, dari Iran, Ahli menumbali daerah yang angker yang dihuni jin jahat.
Kami sedikit sekali menemukan sejarah dari Syeh Subakir, jika Anda memiliki informasi lebih
silahkan di tambahkan, Terima kasih.
Artikel terkait:
• Rabi’ah al-Adawiyyah: Zuhud dan Ajarannya
• Rabi’ah al-Adawiyyah: dan Jatidiri
• Sufi Abad ke 3 Hijriyyah: “al-Junaid”
• Tokoh-Tokoh Sufi Abad ke Abad
• Dzikir Kolbu
• Dzikir Lisan
• Dzikir Nafas
• Proses Berdzikir
• Nabi Khidir, Ajaran dan Jati dirinya
• Puisi Sufi: Fana’ Hulul, Ka’bah Qolbu, Makrifat
• Sunan Kalijaga, Dzikir dan Suluk
• Wali Allah, Orang yang suci
• Syekh Siti Jenar : Manunggaling Kawula GustiSufi, Cara Menyucikan
Jiwa
• al-Hallaj : “Ana al Haqq (Akulah Kebenaran)”
• Ruh dan Raga Beribadah Haji
• Pesan Makrifat Nabi Khidir as Kepada Nabi Musa as
Baca juga:
• CHEAT & Hint GAMES
• Sufi Tasawuf Makrifat
• Tip & Trik
• Wira Usaha

Hakikat Nur Muhammad, Ibnu Arabi

Bagikan Artikel ini: Twitter | Facebook | Reddit | Digg

Website {Walijo dot Com} sumber: Buku Rahasia Makrifat Nabi Khidir as, penulis: M. Ali.
Meskipun istilah Al Insanul Kamil (manusia sempurna / manusia universal) yang digunakan oleh
para Sufi untuk menyebut tingkatan ini, secara tak terbatas melebihi sifat manusia ( terutama
secara simbolik untuk menunjukkan kesempurnaan) yang di dalam pola itulah dia diciptakan.
Lebih jauh lagi Ibn ‘Arabi mengemukakan teori tentang “manusia sempurna” (al Insanul Kamil)
atau Hakikat Muhammad (al-Haqiqah al- Muhammadiyah), manusia sempurna adalah alam
seluruhnya. Karena Allah ingin melihat substansinya dalam alam seluruhnya, yang meliputi
seluruh hal yang ada, yaitu karena hal ini bersifat wujud serta kepada Nya itu Dia
mengemukakan rahasia Nya. Maka kemunculan manusia sempurna, menurut Ibn ‘Arabi adalah
esensi kecemerlangan cermin alam. Ibn ‘Arabi membedakan manusia sempurna menjadi dua.
Pertama, manusia sempurna dalam kedudukannya sebagai manusia baru. Kedua, manusia
sempurna dalam kedudukannya sebagai manusia abadi. Karena itu, dalam deskripsi Ibn ‘Arabi,
manusia sempurna adalah : Manusia baru yang abadi yang muncul, bertahan, dan abadi.
Bagi Ibn ‘Arabi, tegaknya alam justru oleh manusia sempurna dan alam ini akan tetap terpelihara
selama manusia sempurna masih ada . Di sini jelas bahwa ia tetap terpengaruh oleh ide Al-Hallaj
tentang terdahulunya cahaya Muhammad, karena tidak seorang pun yang telah
memperbincangkan ide ini sebelum Al-Hallaj. Juga terlihat bahwa Ibn ‘Arabi telah terpengaruh
oleh ide Neo Platonisme dan berbagai sumber filsafat lain yang di telaahnya.
{Walijo dot Com} Pendapat Ibn ‘Arabi tentang manusia sempurna atau hakikat Muhammad
membuatnya sampai pandangan tentang kesatuan agama-agama. Sebab menurutnya, sumber
agama-agama itu satu, yaitu hakikat Muhammad. Konsekuensinya, semua agama adalah tunggal
dan semuanya itu kepunyaan Allah. Dan seorang yang benar-benar arif adalah seorang yang
menyembah Allah dengan setiap bidang kehidupannya. Dengan kata lain dapat dinyatakan
bahwa ibadah yang benar adalah hendaknya seorang hamba memandang semua apapun sebagai
ruang lingkup realitas Dzat yang tunggal yaitu Allah.
Wallahu a’lam..
other keywords: hakikat muhammad (15) , nur muhammad (13) , insan kamil (11) , hakikat
muhammadiyyah (10)
Baca Juga:
• Dzikir, Imam Ghazali
• Pancaran Nur Ilahi seorang Wali
• Ajaran Tasawuf: Mahabbah, Syauq, Wushul, Qona’ah
• al-Qusyairi, Prinsip-Prinsip Tasawuf
• Pokok-Pokok Ajaran Tasawuf
• Tahap Berdzikir
• Dzikir Nafas
• Dzikir Lisan
• Dzikir Kolbu
• Dzikir Kolbu menuju dzikir Abadi
Kembali ke

6 comments - What do you think? Posted by Walijo - August 3, 2010 at 10:46 pm


Categories: sufi makrifat Tags: Ibn 'Arabi, Nur Muhammad
6 Responses to “Hakikat Nur Muhammad, Ibnu Arabi”
1. Toni says:
September 19, 2010 at 4:23 am
Nur Muhamad, sepertinya Muhamad SAW gak pernah ngomong soal nur Muhamad?
Apa nur Muhamad ada sebelum langit diciptakan? Saya pernah baca zikir yg berbunyi
seperti ini: Allah SWT berfirman: Kalau bukan karenamu ya Muhamad 3x, tidak akan
kuciptakan langit dan bumi. Ini adalah sesat sesesatnya perkataan, Allah SWT tidak
bergantung kepada makhluk ciptaanNya, malah sebaliknya.
Saya pernah bincang2 sedikit dengan orang Syi’ah di tempat kerja saya, al-Khobar Saudi,
dia bilang Ali bin Abi Thalib RA dan Muhamad SAW sudah ada dalam bentuk “Sperma”
pada diri Adam AS, lalu sperma tersebut diturunkan ke anak cucu Adam AS hingga ke
Ismail AS dan terakhir hingga lahirnya Muhamad SAW dan Ali RA. Kisah2 fiktip yg di-
buat2 dan sangat mirip satu sama lain, dan masing2 Tasawuf dan Syi’ah meng-klaim
mereka yg ceritanya benar, padahal nabi SAW sendiri dan para sahabat tidak pernah
bercerita tentang itu. Jelas disini tasawuf dan syi’ah sama2 “meng-ada2kan sesuatu yg
tidak ada di agama Islam, sesatlah mereka kedua glolongan tersebut.
Reply

2. ayep says:
October 1, 2010 at 9:37 pm
MMG hrs hti2 spy ga tersesat dan menyesatkan .
Reply

3. Farid says:
October 12, 2010 at 4:29 pm
yang berkata sesat itulah yang sesat…..jika anda saudara Toni..belum mengetahui apa
yang sesungghnya jangn berani mengatakan sesat…maaf hanya meluruskan pandangan
Reply

4. Manusia Bingung says:


October 13, 2010 at 11:21 am
sahabatku Farid, jadi yg sesungguhnya apa bung? biar bagaimanapun bung Toni telah
memberikan argumennya. tabik
Reply

5. eckh pakir says:


October 28, 2010 at 7:18 pm
belajarlah kepada nabi ibrahim dalam pencarian kesejatian,,,,
tak lupa pula belajar kepada nabi musa pun nabi isa dalam pencarian kesejatian,,,,,
puncaknya pada nabi Muhammad saw…
yg belum tau hakikat, berendah hatilah dalam pencarian kebenaran,,,,
toh kita sudah diajari Allah untuk sllu berdoa” robbana dholamna anfusana wa in lam
taghfirlana wa tarhamna lana ku nanna minal khosirien”
kalau anda mengatakan aku sesat,,, memang aku sesat lha nabi Adam aja juga sesat kok
gk ada masalah bagiku…..tapi aku selalu berusaha untuk selalu mencari yang sejati itu….
jadi kalau bicara harus berhati2,,, diri kita dulu yang harus di koreksi…
” alam semesta ini ada karena nur Muhammad” shollu alaihi wa alihi wasallam !!!
Reply

6. ikhtiar says:
November 23, 2010 at 2:53 pm
Saudara-saudaraku ini telah dianugerahi yg tak ada pd ku,ia telah memperoleh yg tak
kuperoleh,ia mengatahui yg tak kuketahui dan ia bertindak dgn pengetahuan.
Sunan Kalijaga, Dzikir dan Suluk

Bagikan Artikel ini: Twitter | Facebook | Reddit | Digg

{Walijo dot Com} Sunan Kalijaga atau Sunan Kalijogo, adalah pemimpin para Wali di tanah
Jawa. Beliau sangat melegenda di Masyarakat Jawa. Dikarenakan Maqombeliau dan Karomah
yang ada pada beliau.
Dalam pendekatan diri kepada Allah swt beliau menggunakan dzikir sebagai sarananya.
Berbagai macam bacaan dzikir beliau ajarkan kepada muridnya , begitupun cara berdzikirnya,
mulai dzikir lisan, dzikir nafas , dzikir kolbu, dzikir sirri, dzikir perbuatan dll.
Beliau mengajarkan Dzikir kepada seseorang sesuai dengan tingkat ketaqwaan atau maqom
orang tersebut, jadi wajar saja jika di masyarakat banyak yang mengaku bersumber dari ajaran
Sunan Kalijaga, meskipun mereka berbeda baik bacaan maupun caranya berdzikir.
Diperkirakan lahir pada tahun 1450 dengan nama Raden Said. Dia adalah putra adipati Tuban
yang bernama Tumenggung Wilwatikta atau Raden Sahur. Nama lain Sunan Kalijaga antara lain
Lokajaya, Syekh Malaya, Pangeran Tuban, dan Raden Abdurrahman. {Walijo dot Com}
Dalam satu riwayat, Sunan Kalijaga disebutkan menikah dengan Dewi Saroh binti Maulana
Ishak, dan mempunyai 3 putra: R. Umar Said (Sunan Muria), Dewi Rukayah dan Dewi
Sofiah. {Walijo dot Com}
Sejarah Hidup
Masa hidup Sunan Kalijaga diperkirakan mencapai lebih dari 100 tahun. Dengan demikian ia
mengalami masa akhir kekuasaan Majapahit (berakhir 1478), Kesultanan Demak, Kesultanan
Cirebon dan Banten, bahkan juga Kerajaan Pajang yang berdiri pada 1546 serta awal kehadiran
Kerajaan Mataram dibawah pimpinan Panembahan Senopati. Ia ikut pula merancang
pembangunan Masjid Agung Cirebon dan Masjid Agung Demak. Tiang “tatal” (pecahan kayu)
yang merupakan salah satu dari tiang utama masjid adalah kreasi Sunan Kalijaga.
Dalam dakwah, ia punya pola yang sama dengan mentor (Guru) sekaligus sahabat dekatnya,
Sunan Bonang. Paham keagamaannya cenderung “sufistik berbasis salaf” -bukan sufi panteistik
(pemujaan semata). Beliau juga memilih kesenian dan kebudayaan sebagai sarana untuk
berdakwah.
Beliau sangat toleran pada budaya lokal. Beliau berpendapat bahwa masyarakat akan menjauh
jika diserang pendiriannya. Maka mereka harus didekati secara bertahap: mengikuti sambil
mempengaruhi. Sunan Kalijaga berkeyakinan jika Islam sudah dipahami, dengan sendirinya
kebiasaan lama hilang. Tidak mengherankan, ajaran Sunan Kalijaga terkesan sinkretis dalam
mengenalkan Islam. Ia menggunakan seni ukir, wayang, gamelan, serta seni suara suluk sebagai
sarana dakwah. {Walijo dot Com}
Beberapa lagu suluk ciptaannya yang populer adalah Ilir-ilir dan Gundul-gundul Pacul. Dialah
menggagas baju takwa, perayaan sekatenan, garebeg maulud, serta lakon carangan Layang
Kalimasada dan Petruk Dadi Ratu (“Petruk Jadi Raja”). Lanskap pusat kota berupa kraton, alun-
alun dengan dua beringin serta masjid diyakini pula dikonsep oleh Sunan Kalijaga.
Jalan Jalan Gratis 90 menit yang akan mengubah hidup
Anda!

Rp.850.000 Setiap Hari,Mau.??? WOW, SAYA DPT 1,5 JUTA/HARI DGN


MODAL 100RIBU.

NEW ! HERBAL OLES MENES BANTEN INVESTASI 100 RIBU HASILKAN 20


ATASI EJAKULASI JUTA/BULAN, MAU?

INGIN TAMPIL PERKASA? INGIN LEBIH HERBAL OLES ATASI EJAKULASI DINI
DISAYANG ISTRI ? REKOMENDASI BOYKE

INVESTASI 100 RIBU HASILKAN 20 WOW, SAYA DPT 1,5 JUTA/HARI DGN
JUTA/BULAN, MAU? MODAL 100RIBU.

OLES HERBAL UTK KUAT TAHAN LAMA


REKOMENDASI BOYKE

KumpulBlogger.com

Sunan Kalijaga dimakamkan di Desa Kadilangu, dekat kota Demak (Bintara). Makam ini hingga
sekarang masih ramai diziarahi orang. (dioalah dari berbagai sumber). {Walijo dot Com}
Mohon dikoreksi dan dilengkapii, terima kasih.
Artikel terkait:
• Sufi Tasawuf Makrifat
• Wali Allah, Orang yang suci
• Syekh Siti Jenar : Manunggaling Kawula Gusti
• Humor Gus Dur: Pengalaman Gus Dur Naik Haji
• Sufi, Cara Menyucikan Jiwa
• al-Hallaj : “Ana al Haqq (Akulah Kebenaran)”
• Ruh dan Raga Beribadah Haji
• Pesan Makrifat Nabi Khidir as kepada Nabi Musa
Baca Juga:
• CHEAT & Hint GAMES
• LOW-KER
• Sufi Tasawuf Makrifat
• Tip & Trik
• Wira Usaha
• Lowongan Kerja Elnusa Tbk Mei 2010
• Dzikir Nafas
• Cheat Game: Token Ninja Saga
• Lowongan Kerja BUMN PT Jamsostek bulan Mei 2010
• Dzikir Lisan
• Budidaya Burung Walet
• Proses Berdzikir
• TERNAK AYAM BURAS
• Nabi Khidir, Ajaran dan Jati dirinya
• Wira Usaha
• Puisi Sufi: Fana’ Hulul, Ka’bah Qolbu, Makrifat
• Sunan Kalijaga, Dzikir dan Suluk
• Wali Allah, Orang yang suci
• Cheat Code Farmville
• Cheat Code (Kode Curang) Mafia Wars di Facebook
• Syekh Siti Jenar : Manunggaling Kawula Gusti
• Humor Gus Dur: Pengalaman Gus Dur Naik Haji
• CHEAT GAMES : SUPREME SNOWBOARDING
• Personalisasi Google Search
• Sufi, Cara Menyucikan Jiwa
• al-Hallaj : “Ana al Haqq (Akulah Kebenaran)”
• Bisnis Internet, NegeriAds
• Ruh dan Raga Beribadah Haji
• Pesan Makrifat Nabi Khidir as Kepada Nabi Musa as
Kembali ke

2 comments - What do you think? Posted by Walijo - April 27, 2010 at 12:04 am
Categories: sufi makrifat Tags: dzikir, makrifat, sufi, suluk, sunan kalijogo, tasawuf, wali
2 Responses to “Sunan Kalijaga, Dzikir dan Suluk”
1. santri mbeling says:
August 22, 2010 at 2:25 pm
sunan kalijaga jg pernah jd murid syeh siti jenar loh mas..beliau sangat memahami betul
ajaran sang guru yaitu manunggaling kawula gusti..tp beliau lum bisa menjabarkan secara
gamblang jd beliau cuma bermain simbol dlm dunia wayang yg digelutinya..lakon dewa
ruci…matur swun ^^ V
Reply

2. Majelis Naqs says:


November 11, 2010 at 12:25 am
َ ‫حو‬
‫ن‬ ُ ‫ل َلَعّلُكْم ُتْفِل‬
ّ ‫طوْا َواّتُقوْا ا‬
ُ ‫صاِبُروْا َوَراِب‬
َ ‫صِبُروْا َو‬
ْ ‫ن آَمُنوْا ا‬
َ ‫َيا َأّيَها اّلِذي‬
“Hai, orang-orang yang beriman bersabarlah dan tetaplah bersabar dan bersiap-siagalah
dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu beruntung” [QS. Al-Imron: 200]
MAJELIS NAQS
Reply

Leave a Comment
Click here to cancel reply.

Top of Form

Name (required)

Mail (will not be published) (required)

Website

Bottom of Form

Ruh dan Raga Beribadah Haji


Bagikan Artikel ini: Twitter | Facebook | Reddit | Digg

Sumber: Buku Rahasia Makrifat Haji dan Ruh, Penulis: M. Ali Penerbit: Najwa, ISBN : 978-
602-96392-0-9
{Walijo dot Com.} Labaika Allahumma Labaika, labaika laa syariika laka labbaik, innal
hamda wanni’matalaka walmulka, laasyariika laka……
Aku taati panggilan Mu Ya Allah, aku penuhi, aku penuhi dan tidak ada sekutu/serikat bagiMu
dan aku taat kepadaMu, sesungguhnya segala puji, nikmat dan Kerajaan itu kepunyaanMu,
Tidak ada sekutu bagi Mu……
Haji adalah adalah rukun Islam yang kelima, diwajibkan bagi umat Islam yang mampu,
mempunyai kesanggupan, ongkosnya cukup, dalam arti yang dibawa untuk bekal, ONH nya
cukup dan keluarga yang menjadi tanggungannya pun telah dipenuhi, selama perjalanan Haji
hingga pulangnya., dan juga harus sehat jasmani dan sehat rohani. {Walijo dot Com.}
Ibadah haji baru dilaksanakan pada tahun ke 6 Hijriyah, sesudah Nabi Muhammad saw hijrah ke
Medinnah. Nabi Muhammad saw sendiri hanya sekali mengerjakan ibadah haji. Ini menandakan
bahwa melaksanakan ibadah haji hanya diwajibkan satu kali dalam seumur hidup manusia,
sedangkan berangkat haji sesudah itu adalah sunah, sebagaimana sabda Rasullulah saw :
“Hai Manusia, Allah telah mewajibkan haji kepadamu, maka laksanakanlah haji”, seorang laki-
laki berkata,”Apakah setip tahun ya Rosullulah?” lalu Nabi menjawab: “ Andai ku katakan
wajib setiap tahun, maka ia menjadi wajib dan kamu tidak akan mampu mengerjakannya”. ( HR
Muslim, Ahmad, Nasa’i)
Panggilan untuk pergi melaksanakan ibadah haji, panggilan dari Nabi Ibrahim as, atas dasar
perintah Allah swt, yang dijelaskan dalam Firman Allah surat Al Hajj ayat 27-28:
”Dan berserulah (engkau Ibrahim) kepada manusia agar berhaji, niscayamereka akan datang
(memenuhi panggilan) kamu dengan berjalan kaki dan menaiki yang kurus: datang dari segenap
penjuru yang jauh; supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka dan supaya
mereka menyebut nama Allah pada hari-hari yang telah ditentukan.”
Melaksanakan keterpanggilan ibadah haji bukan semata-mata ibadah secara fisik saja namun
segenap hati dan jiwa, untuk ditempa serta sekaligus berjuang agar mempunyai semangat yang
tinggi. {Walijo dot Com.}
Berkaitan dengan itu diperlukan daya tahan tubuh yang kokoh, kesabaran yang tinggi,
kedisiplinan, akhlak, mental, serta spiritual.
Perjalanan melaksanakan ibadah haji tidak semata-mata perjalanan jasmaniyah saja, tetapi
difokuskan sebuah perjalanan Ruhaniyah yang disetir dan dituntun kepada Yang Maha Kuasa,
Keterpanggilannya juga telah Terpanggil olehNya. {Walijo dot Com.}
Manusia bersama jiwa/ruhnya terpanggil untuk menghadap kepada Allah swt dengan
melaksanakan Sholat lima waktu, itu yang wajib, harus bersuci lebih dahulu dengan cara
berwudhu, akan tetapi Manusia bersama jiwa/ruhnya untuk datang menghadap ke Baitullah,
yaitu Ka’bah, dengan hati yang suci dan jiwa yang tenang. Serta dijalankan dengan hati yang
ikhlas dan ridho, agar Allah swt meridhoi dan memberkahi kepada diri dan kepada orang lain.
Jalan Jalan Gratis 90 menit yang akan mengubah hidup
Anda!

Rp.850.000 Setiap Hari,Mau.??? WOW, SAYA DPT 1,5 JUTA/HARI DGN


MODAL 100RIBU.

INVESTASI 100 RIBU HASILKAN 20 INGIN TAMPIL PERKASA? INGIN LEBIH


JUTA/BULAN, MAU? DISAYANG ISTRI ?

HERBAL OLES ATASI EJAKULASI DINI INVESTASI 100 RIBU HASILKAN 20


REKOMENDASI BOYKE JUTA/BULAN, MAU?

WOW, SAYA DPT 1,5 JUTA/HARI DGN OLES HERBAL UTK KUAT TAHAN LAMA
MODAL 100RIBU. REKOMENDASI BOYKE

KumpulBlogger.com

Datang ke Baitullah dengan jiwa yang tenang dan hati yang ridho atau ikhlas tanpa dibarengi
keinginan-keinginan yang lain kecuali hanya menjalankan haji sebagai rukun Islam yang ke lima
hanya karena Allah swt semata, Lillahi Ta’ala …. Dengan mengikhlaskan harta yang cukup
untuk pulang serta pergi, berbadan sehat, kuat menjalankan semua rukun haji dengan semua
persyaratan dan lainnya. {Walijo dot Com.}
Di dalam keterpanggilan jiwa dan raganya untuk berangkat haji, ketika 40 hari sebelum
keberangkatan, Jiwa sudah merasakan Keterpanggilan olehNya. Mereka yang pernah merasakan
Keterpanggilan olehNya atas jiwa untuk menghadap, dan jiwa mempengaruhi diri, sehingga diri
tidak merasakan capek walau kerja dengan keras, tidak mengantuk walau kurang tidur, tidak
lapar walau kurang makan, badan tetap tegar dan segar. {Walijo dot Com.}

Semua tidak terasakan yang dirasa hanya senang dan senang yang didasari rasa ikhlas dan
tenang. Inilah pengaruh jiwa kepada diri terhadap keterpanggilan jiwa untuk datang ke Baitullah
untuk menjadi “Tamu Allah” di Makkah Al Mukaromah.
Download artikel klik sini
Baca Juga:
• Humor Gus Dur: Pengalaman Gus Dur Naik Haji
• Sufi Cara Menyucikan Jiwa

• Dzikir Lisan
• Proses Berdzikir
• Nabi Khidir, Ajaran dan Jati dirinya
• Puisi Sufi: Fana’ Hulul, Ka’bah Qolbu, Makrifat
• Sunan Kalijaga, Dzikir dan Suluk
• Wali Allah, Orang yang suci
• Syekh Siti Jenar : Manunggaling Kawula GustiSufi, Cara Menyucikan Jiwa
• al-Hallaj : “Ana al Haqq (Akulah Kebenaran)”
• Bisnis Internet, NegeriAds
• Ruh dan Raga Beribadah Haji
• Pesan Makrifat Nabi Khidir as Kepada Nabi Musa as
Baca juga:
• CHEAT & Hint GAMES
• Sufi Tasawuf Makrifat
• Tip & Trik
• Wira Usaha
Kembali ke

2 comments - What do you think? Posted by Walijo - April 17, 2010 at 3:53 pm
Categories: sufi makrifat Tags: Haji, M. Ali, makrifat, Ruh, sufi, tasawuf
2 Responses to “Ruh dan Raga Beribadah Haji”
1. sam muhammad says:
June 2, 2010 at 1:08 am
thanks to free download
Reply

2. Gratis ebook Sufi: Rahasia Makrifat « PADEPOKAN LORAM says:


July 19, 2010 at 12:49 am
[...] Nukilan Buku baca di sini [...]
Reply

Leave a Comment
Click here to cancel reply.

Top of Form

Name (required)

Mail (will not be published) (required)


Website

Submit Comment 10 0

Bottom of Form

Ajaran Tasawuf: Mahabbah, Syauq, Wushul, Qona’ah

Bagikan Artikel ini: Twitter | Facebook | Reddit | Digg

Website {Walijo dot Com} Mahabbah: kecenderungan kepada Allah secara paripurna,
mengutamakan urusan-Nya atas diri sendiri, jiwa dan hartanya, sepakat kepada-Nya lahir dan
batin, dengan menyadari kekurangan diri sendiri (Syaikh alMuhasibiy). Rabi’ah berkata: “Orang
yang mahabbah kepada Allah itu tidak habis rintihan kepada-Nya sampai ia dipanggil ke sisiNya.
Syauq: yaitu kerinduan hati untuk selalu terhubung dengan Allah dan senang bertemu dan
berdekatan denganNya ( Abu Abdullah bin Khafif ). Sebagian Ulama’ berkata: ” Orang-orang
yang Syauq merasakan manisnya kematian setelah dialami, sebab terbuka tabir yang
memisahkan antara dirinya dengan Allah.
Unsu : tertariknya jiwa kepada yang dicintai ( Allah ) untuk selalu berada di dekatNya. ( Abu
Sa’id al Karraz). Syeh Malik bin Dinar mengatakan, “Barangsiapa tidak unsu dengan
muhadatsah kepada Allah, maka sedikitlah ilmunya, buta hatinya dan sia-sia umurnya.
Qurbun : dekat hatinya seseorang dengan Allah Ta’ala, sehingga dalam melakukan segala hal
merasa selalu dilihat olehNya. Syeh Abu Muhammad Sahl mengatakan, “Tingkat paling rendah
dalam tingkatan Qurb adalah rasa malu melakukan maksiat”
Haya’: Rasa malu dan rendah diri, demi mengagungkan Allah (Syaikh Syihabuddin), Syaikh
dzun Nun alMisri mengatakan, “Mahabbah membikin orang berucap, Haya’ membikin diam, dan
Khauf membikin gentar”.
{Walijo dot Com} Sakar: Gejolak mabuknya hati sewaktu disebut Allah (Syaikh Abu
Abdullah)
Wushul: terbukanya tabir hati dan menyaksikannya pada hal-hal yang diluar alam ini (alam
dhohir) (Syaikh Abu Husein anNuriy)
Qona’ah: menerima cukup dengan yang ada tanpa keinginan berusaha memperoleh yang belum
ada (Syaikh Abu Abdullah).
Baca Juga:
• al-Qusyairi, Prinsip-Prinsip Tasawuf
• Pokok-Pokok Ajaran Tasawuf
• Tahap Berdzikir
• Dzikir Nafas
• Dzikir Lisan
• Dzikir Kolbu
• Dzikir Kolbu menuju dzikir Abadi
Kembali ke

3 comments - What do you think? Posted by Walijo - July 13, 2010 at 10:31 am
Categories: sufi makrifat Tags: al-Kharroz, al-Muhasibi, Dzun Nun al-Mishri, Malik bin Dinar,
Rabiah, tasawuf
3 Responses to “Ajaran Tasawuf: Mahabbah, Syauq, Wushul, Qona’ah”
1. Nama Islami Untuk Buah Hati - - W A L I J O dot COM says:
July 15, 2010 at 10:31 am
[...] Ajaran Tasawuf: Mahabbah, Syauq, Wushul, Qona’ah [...]
Reply

2. m imron pribadi says:


July 27, 2010 at 7:46 am
senang dengan adanya email dari walijo. tapi artikelnya kurang lengkap dan tuntas dalam
pembahasannnya. thank.
Reply

○ Walijo says:
July 28, 2010 at 1:57 am
Mas Imron, trima kasih sarannya, Insya Allah akan di bahas dengan lebih lengkap
pd artikel lain.
Reply
Kumpulan Karya Emha Ainun Nadjib
Senin, 24 Mei 2010
Suluk Tuhu Linglung (4)
Syari'at itulah tirai
Karena ruh idhafi-lah yang hakiki.
Syahadat, shalawat,
Nabi dan wali, dalam tauhid
Ditaburi
Oleh tirai.
Ma'dum, ma'lum, tasbih,
Tahlil dan shalawat
Dijadikan tirai yang menutupi.

("Suluk Pesisiran Kode LOr 7375, Puitisasi Emha Ainun Nadjib", Mizan, 1995,
PadhangmBulanNetDok)

Diposkan oleh Sudisman di 19.34 0 komentar

Label: SULUK TUHU LINGLUNG

SULUK TUHU LINGLUNG (3)


Tuhu Linglung 3

Sepedati penuh kertasnya


Tiada lain yang diperbincangkan
Kenapa sedemikian sesat
Memeluk titipan tanpa sisa
Terlena karena dipercaya
Padahal itu tak benar-benar disadarinya
Nabi, wali, mukmin, sirna
Hancur, lebur, luluh, musnah, hilang
Namun tak dicapainya kekosongan.

("Suluk Pesisiran Kode LOr 7375, Puitisasi Emha Ainun Nadjib", Mizan, 1995,
PadhangmBulanNetDok)

Diposkan oleh Sudisman di 19.33 0 komentar

Label: SULUK TUHU LINGLUNG

Minggu, 16 Mei 2010


Tuhu Linglung (2)
Tuhu Linglung 2

Terlebih yang belum yakin benar ia


Terbelenggu hanya oleh tata krama
Sembahyang sunnah dan fardhu tak putus-putusnya
Agar tertabiri ketidaktahuannya
Puasa dan sedekah
Juga zakat fitrah-nya
Dijadikan berhala yang dipuja-puja
Sungguh mereka yang sedemikian terlena
Belum seberapa baktinya
Pengetahuannya masih biasa-biasa saja.

Diposkan oleh Sudisman di 18.59 1 komentar

Label: SULUK TUHU LINGLUNG

SULUK TUHU LINGLUNG (1)


Dhandhang
Karya Sunan Panggung

Tuhu Linglung 1

Merasuki sastra
Sungguh bisa bikin bingung
Yang diolah senantiasa gagasan
Ilmu diuraikan
Lafal dihitung-hitung
Benar salah dipersoalkan.
Maka bukanlah tanda orang berpengetahuan
Jika terpana hanya dalam laku
Merasa malu untuk mengulang bertanya
Seakan telah ia temukan segala
Padahal belum apa-apa.

("Suluk Pesisiran Kode LOr 7375, Puitisasi Emha Ainun Nadjib", Mizan, 1995,
PadhangmBulanNetDok)

Diposkan oleh Sudisman di 18.58 0 komentar

Label: SULUK TUHU LINGLUNG


Rabu, 28 April 2010
Bersalaman dengan Gadis Gila
Hari ini saya menerima surat dari sebuah kota pesisir utara Jawa yang berisi
permohonan maaf kepada saya. Tentu saja saya membalasnya dengan kata-kata:
"Saya tidak berhak memberi maaf kepada Anda, sebab menurut pengetahuan saya
Anda bersalah tidak kepada saya, melainkan kepada Tuhan, kepada gadis gila itu
dan kepada diri Anda sendiri."
Meminta maaf kepada diri sendiri bisa ditempuh dengan penginsafan hati dan
pembenahan cara berfikir. Memohon ampun kepada Allah bisa dijalankan dengan
cara bersujud, shalat sebanyak-banyaknya, kalau perlu puasa dan menyampaikan
qurban sebagai semacam ruwatan atau pembersihan diri. Tetapi bagaimana
caranya meminta maaf kepada seorang yang dirahmati oleh Allah dengan kegilaan?
Ceritanya, beberapa minggu yang lalu datang ke rumah kontrakan saya tamu-tamu
muda anggota suatu kelompok Tarikat. Pakaian mereka necis, rambut klimis, gerak-
gerik mereka memenuhi segala konsep kesopanan, dan cahaya wajah mereka
bagaikan memancarkan sima'hum fi wujuhihim min atsaris-sujud: ada tanda-tanda
bersinar di wajahnya, jejak sujud-sujud rnereka kepada-Nya.
Ada banyak problem dan kepusingan yang sedang menimpa saya seperti juga tiap
hari terjadi, tetapi kalau menerima tamu-tamu penuh kemuliaan seperti ini tidak
ada lain yang terasa kecuali ketenteraman dan keteduhan.
Ini anak-anak Tariqah! Bayangkanlah. Hampir semua anak muda memperlombakan
hedonisme, hura-hura dan menyembah segala jenis materialisasi manusia, tapi
anak-anak muda ini tak perlu menanti saat sekarat untuk memilih keabadian
ruhani.
Tiba-tiba nongol Si Inur, wanita tamatan SMTA yang oleh semua orang kampung
ternpat tinggal saya dianggap sampah karena sinting sesudah ditinggal pacarnya
kawin dulu. Lebih dua puluh kali sehari ia datarg dan kami mengobrol. Mungkin
karena di rumah saya ia menemukan teman-teman sejawat dan senasib, sehingga
bersedia menerimanya dan ngowongke.
Maka saya panggil Si Inur, saya ajak untuk bersalaman dan berkenalan dengan
tamu-tamu terhormat saya. Senyum-senyum ia datang sambil satu tangannya
mempermainkan helai-helai rambut. Ia menyodorkan tangannya dengan ramah,
dan rnendadak saya saksikan tamu-tamu saya kaget, gelagapan dan salah tingkah.
Semuanya tidak bersedia menerima uluran tangan Si Inur dan hanya berkata
disopan-sopankan: "Sudah, sudah... terima kasih, terima kasih!"
Tahukan Anda bahwa saya sendiri tidak menyangka betapa saya mendadak marah
menyaksikan hal itu? Bukan hanya marah, tapi juga meledak-ledak dengan kata-
kata amat keras dan terus terang.
Saya amat sangat tersinggung karena tamu-tarnu saya menolak keramahan
seorang hamba Allah. Apalagi hamba Allah yang ini berangkat ke alam gila dengan
membawa penderitaan hati karena dikhianati cintanya. Sedangkan Allah pun murka
kalau kita khianati cinta-Nya!
Apakah tamu-tamu saya ini merasa yakin akan masuk surga dan Si Inur pasti
masuk neraka, sehingga tak punya kehormatan setitik pun untuk diterima uluran
tangannya? Sedangkan gadis ini sejak beberapa tahun yang lalu telah selamat
hidupnya karena segala perbuatannya akan tidak dikalkulasi oleh Allah berkat
kegilaannya, sementara tamu-tamu ini rnasih menapakkan kakinya di jalanan licin
penuh lumpur dosa-dosa?
Ataukah mereka jijik bila tangannya yang bersih dan wangi harus bersentuhan
dengan tangan kumuh kotor si gila? Ahli tarikat anak-anak muda ini, ataukah
priyagung-priyagung yang feodal dan suka merendahkan orang kecil?
0, mungkin mereka keberatan salaman karena Si Inur itu wanita yang bukan
muhrimnya. Lebih berat manakah takaran antara pahala tidak menyentuh tangan
wanita dibanding dosa tidak memelihara bebrayan sosial? Apakah gadis gila ini bagi
para ahli tarikat masih seorang wanita? Tinggi benar naluri seksnya!

(Harian SURYA, Senin 7 Desember 1992)


(Emha Ainun Nadjib/"Gelandangan Di Kamping Sendiri"/ Pustaka
Pelajar/1995/PadhangmBulanNetDok)

Diposkan oleh Sudisman di 19.40 0 komentar

Label: bersalaman

Para Patriot (4)


Anak kita yang lain dari Jl. Kartini, Babad, juga memerlukan bantuan biaya untuk
sekolah, sambil mengutip Surat at-Taubah 103 rnengenai "mensucikan harta"
dengan cara menyedekahkan.
Sambil mengingatkan agar tak usah "menodong" dengan ayat, saya tetap
imbaukan kepada calon Bapak atau Ibu Penyantun. Termasuk buat anak kita yang
lain, siswa Aliyah di Guluk-Guluk (Luk-Guluk), Sumenep, Madura, yang orang tuanya
megap-megap karena kapital teri tembakaunya semakin tak bisa diandalkan
"Pekerjaan saya dan keluarga adalah bercocok tanam," katanya, "Cak Nun, apakah
zaman sekarang ini memang bukan zamannya kaum tani? Apakah ini yang disebut
Gelombang Industri dan Gelombang
Teknologi Informasi, di mana Gelombang Agraris sudah lewat, sehingga kami tak
punya prospek hidup?"
Jembatan Madura-Surabaya baru akan dibangun, memang. Artinya, dari Madura
yang masa silam" baru akan ada jembatan ke masa depan" itu akan juga sangat
menggelisahkan. Belum tentu Madura akan menyerap, salah-salah malah hanya
akan diserap.
Tapi memang pembangunan yang sedang gencar kita selenggarakan ini fokusnya
adalah pertanian, belum tentu petani.
Ada juga anak kita yang lain yang lebih tua, yang kasus hidupnya relatif sama
dengan yang barusan kita bicarakan. Seorang mahasisva Sekolah Tinggi Ilmu
Dakwah: keluarganya pontang-panting menutupi biaya kuliahnya. Empat kali cocok
tanam: tembakau gagal terus. Padahal sekarang ini diperlukan setidaknya setengah
juta rupiah untuk kuliah dan beli buku-buku wajib.
Kok lembaga pendidikan banyak memproduk problem, sih? Tampaknya Indonesia
belum makmur, jadi belum bisa menggratiskan sekolah. Atau sudah makmur, tapi
belum adil, belum ada just economic sharing.

Pendistribusian keadilan itu kalau tak bisa ditempuh melalui sistem sosial ekonomi
yang berlaku, tak bisa melalui Majelis Ulama atau Dinas Sosial -- yang cobalah
melalui kearifan sosial di hatinurani hamba-hamba Allah tersebut.
Saya yakin di antara Anda ada yang dipanggil oleh Allah, misalnya, untuk
membapak-asuhi puluhan, bahkan anak-anak kecil SD-SMP yang hidup mereka
beserta keluarga mereka sangat terbengkalai di bukit kering kerontang tepian
Waduk Kedungombo, Jawa tengah.
Kalau sekolah mereka berjalan kaki beberapa kilometer menapaki bukit-bukit,
kemudian naik Akudes. Kalau tak ada uang seratus rupiah saja pada suatu pagi,
mereka tak bisa sekolah. Jangan bayangkan mereka punya realitas sosial yang
memungkinkan mereka kelak bisa meneruskan sekolah. Menamatkan SD saja
sudah slametan rasanya. Menurut Anda, apakah Allah lebih sering "berada" di
tempat sepi, terasing dan amat jauh dari kesejahteraan itu; ataukah Allah lebih
suka rnenemani kita di sini? Betapa indahnya kalau kita mengambil dan
mengantarkan mereka ke hari depan! Sebab betapa indahnya pula tangan-tangan
mungil mereka mengantarkan kita kepada cinta kasih Allah.
Tentu saja tidak harus mengambil mereka atau salah seorang dari mereka ke
rumah kita dan menjadi anak angkat. Bisa cukup dengan membiayai sekolah salah
seorang dari mereka sekarang. Atau mengambilnya dan mengirimkannya ke
Pesantren atau lembaga pendidikan lainnya. Atau, sangat mungkin juga sesekali
dolan ke pinggiran waduk raksasa yang sangat bermanfaat buat orang-orang kota
itu: bawa beras, ketan, baju, tikar untuk "masjid alamiah" mereka. Dan yang
terpenting bawa: cinta dan senyuman.

(Harian SURYA, Senin 22 Maret 1993)


(Emha Ainun Nadjib/"Gelandangan Di Kampung Sendiri"/ Pustaka
Pelajar/1995/PadhangmBulanNetDok)

Diposkan oleh Sudisman di 19.37 0 komentar

Label: Para Patriot

Senin, 19 April 2010


Para Patriot (3)
Anak kita, seorang pelajar SIvIA yang tinggal di Jalan. P. Sentik, Tanah Grogot,
Kalimantan Timur, berkirim surat meminta sebuah mesin ketik. "Itu sangat berarti
bagi saya, untuk mengembangkan bidang tulis menulis untuk dimuat di media
massa," katanya.
Ini salah satu contoh dari banyak anak-anak kita yang bersurat ke rubrik ini, yang
memandang kehidupan ini sedemikian sederhana dan penuh jalan pintas. Bekerja
sebagai penulis sedemikian gampangnya: ada mesin ketik, menulis, lantas dimuat
di media massa. Padahal jarak antara mesin ketik dengan menulis itu bukan main
lebar dan ruwetnya. Apalagi jarak antara tulisan dengan pemuatan di media massa.
Tentu saja akan sangat mengharukan kalau lantas ada yang bermurah hati
mengiriminya mesin ketik. Tetapi harus kita ingatkan bahwa itu belum tentu
merupakan 'jalan keluar' bagi sukses menjadi seorang penulis.
Juga pastilah siapa saja yang beritikad untuk menolong, ia berhak dan memang
lebih afdhal apabila terlebih dahulu bersilaturahmi, berkorespondensi atau syukur
berdialog langsung dengan orang yang ingin ditolongnya demi agar ia memperoleh
pengetahuan dan kepercayaan yang lebih pasti tentang yang akan ditolongnya.
Saya sendiri belajar menulis di Yogya awal era 1970-an dengan banyak teman.
Kami tidak pernah berpikir teknis: ada kertas atau tidak, ada mesin ketik atau tidak.
Itu soal gampang. Bisa nunut sesekali, atau ditulis tangan. Sebab yang
'bergemuruh' dalam diri seseorang yang berjuang belajar menulis adalah soal-soal
yang kualitatif: bagaimana menghayati kehidupan merenungi masalah-masalah,
peka terhadap nilai-nilai, kerja keras dengan otak, akal budi, perasaan dan
hatinurani.
Soal kertas dan mesin ketik, itu masalah teknis yang amat gampang diatasi. Bisa
numpang tetangga, atau di Kantor Kelurahan, dan Insya Allah tanpa harus
menyodorkan Sertiikat Lulus Penataran P-4. Tetangga dan Pak Lurah pasti senang
ada warganya yang belajar kreatif, sebab mereka mestinya bukan orang sakit jiwa.
Pesan pribadi saya kepada para calon penulis atau patriot pemburu masa depan:
berapa jam kerjamu dalam sehari-hari? Saya sudah tua, dan justru karena itu saya
tidur setelah subuh, kemudian pukul 08.00 pagi sudah siap 'perang' lagi.
Seandainya saya ini boleh diangap penulis yang sudah 'jadi', modal saya ada tiga:
- Pertama, anugerah Allah.
- Kedua, belajar dan bekerja keras.
- Ketiga, keikhlasan doa Ibu saya dan Anda semua.
Apa yang harus kita perjuangkan terutama qdalah etos kerja, kesediaan untuk
bekerja keras dan 'kejam' kepada diri sendiri. Bukan memimpikan fasilitas. Salah
satu wujud kreatiitas adalah 'kesanggupan bekerja maksimal dalam kondisi dan
fasilitas yang minimal.'
Tapi anak-anak sekarang baru mau bekerja kalau jelas gajinya. baru mau
melakukan sesuatu kalau lengkap fasilitasnya dan ada jaminan hasil. Mereka tidak
bisa menjadi pejuang bahkan bagi dirinya sendiri, sebab tidak ada perjuangan yang
titik tujuan atau hasilnya bisa dipastikan.
Kalau mereka disuruh masuk hutan, mereka memastikan dulu apakah di dalamnya
ada buah yang dicarinya, ada macan atau ular yang rnengancam atau tidak.
Bahkan mungkin mereka riset dulu berapa luas hutan, jenis tanahnya, atau ada
warung atau tidak, ada pentas dangdut dan metal atau tidak. Kalau sudah jelas
semuanya, baru mereka melangkahkan kaki masuk hutan.
(Harian SURYA, Senin 15 Maret 1993)
(Emha Ainun Nadjib/"Gelandangan Di Kamping Sendiri"/ Pustaka
Pelajar/1995/PadhangmBulanNetDok)

Diposkan oleh Sudisman di 20.34 0 komentar

Label: Para Patriot

Posting Lama Beranda

Langgan: Entri (Atom)

Blog Saya

Motivasi Kerja
YANG MEMBUAT KITA BESAR
4 minggu yang lalu

Hikmah membawa Ketentraman Hati


BEKERJA BAGAI ITIK BERENANG DI TELAGA
4 minggu yang lalu

Mengenai Saya

Lihat profil lengkapku


Arsip Blog
• ▼ 2010 (44)
○ ▼ Mei (4)
 Suluk Tuhu Linglung (4)
 SULUK TUHU LINGLUNG (3)
 Tuhu Linglung (2)
 SULUK TUHU LINGLUNG (1)
○ ► April (5)
 Bersalaman dengan Gadis Gila
 Para Patriot (4)
 Para Patriot (3)
 Para Patriot (2)
 Para Patriot (1)
○ ► Maret (3)
 Buruh 2
 Buruh 1
 Oknum
○ ► Februari (15)
 Kiai nDablek Jatuh Cinta
 Leher Kambing si Miskin
 Kepada Siapakah Engkau Mengeluh?
 Memasak Nasi dengan Doa dan Asap Dupa
 Cerdas, Terampil dan Jujur, tetapi Melarat
 Darah Dagingku Riba
 Kontraktor Pembangunan
 Demokrasi dalam Islam
 Santri dan Modernisasi (selesai)
 Santri dan Modernisasi (iii)
 Santri dan Modernisasi (ii)
 Santri dan Modernisasi (i)
 Manusia Pasca Ibrahim (selesai)
 Manusia Pasca Ibrahim (ii)
 Manusia Pasca Ibrahim (i)
○ ► Januari (17)
 DITANYAKAN KEPADANYA
 Syair Mahasiswa Menjambret
 Metode Iqra' untuk Konsolidasi Strategis
 Da'wah Kampus Pasca Mataram (iv-selesai)
 Da'wah Kampus Pasca Mataram (iii)
 Da'wah Kampus Pasca Mataram (ii)
 Da'wah Kampus Pasca Mataram(i)
 Supremasi Keselarasan (iii - Selesai)
 Supremasi Keselarasan (ii)
 Supremasi Keselarasan (i)
 UNVERSITAS PALING JUJUR
 OH BENTEN! IK WELLEN IK BODDEN ANDERSTEKEN VERSTEK...
 PECEL BELUT
 Teokrasi Islam Sebagai Persoalan Ilmu dan Sebagai ...
 Orang Maiyah dan Gerbang Ghaib
 BANI ZAHID VAN KAUMAN
 KONSUMERISME : Ular-ular Sihir Yang Dilawan Musa
• ► 2009 (158)
○ ► Desember (15)
 Pemantapan Cara Berfikir Islami(iii selesai)
 Pemantapan Cara Berfikir Islami(ii)
 Pemantapan Cara Berfikir Islami(i)
 Agama yang kontekstual Terhadap perubahan Sosial(i...
 Agama yang kontekstual Terhadap perubahan Sosial(i...
 Agama yang kontekstual Terhadap perubahan Sosial(i...
○ ► November (10)
○ ► Oktober (14)
○ ► September (10)
○ ► Agustus (16)
○ ► Juli (10)
○ ► Juni (16)
○ ► Mei (14)
○ ► April (14)
○ ► Maret (13)
○ ► Februari (16)
○ ► Januari (10)
• ► 2008 (14)
○ ► Desember (14)
• ► 2007 (1)
○ ► Januari (1)

Pengikut

YANG MEMBUAT KITA BESAR


Barry Spilchuk

Dengan perasaan bangga, saya dan Karen dijadikan "Tokoh Orangtua" untuk sehari
di kelas taman kanak-kanak Michael, anak lelaki kami. Ia mengajak kami berkeliling
kelas, berkenalan dengan semua temannya. Kami ikut dalam aktivitas mereka,
memotong dan menggunting lalu merekatkan, begitu pula menjahit; lumayan lama
juga kami ikut bermain-main di bak pasir. Bukan main ramainya!

"Ayo, sekarang duduk membentuk lingkaran!" seru ibu guru. "Kita akan bercerita."

Karena tidak ingin kelihatan aneh di mata anak-anak, saya dan Karen ikut
"membentuk lingkaran" bersama teman-teman baru kami. Setelah selesai
menuturkan cerita tentang "besar", ibu guru bertanya kepada anak-anak yang asyik
mendengarkan selama ia bercerita, "Apa yang membuat kalian merasa besar?"

"Serangga membuat aku merasa besar," teriak salah seorang anak.

"Semut," seru anak lainnya.

"Nyamuk," kata seorang anak lagi.

Ibu guru agak kewalahan menghadapi anak-anak yang berebutan menjawab. Untuk
mengatasinya, ia memanggil anak-anak yang mengacungkan tangan. Sambil
menunjuk seorang anak perempuan, ia bertanya, "Ya, sayang, apa yang
membuatmu merasa besar?"

"Ibuku," begitulah jawab anak itu.

"Bagaimana ibumu membuatmu merasa besar?" tanya bu guru dengan heran.

"Gampang saja," kata anak perempuan itu. "Bila ia memelukku dan bilang aku
sayang padamu, Jessica!"
(Barry Spilchuk, "A Cup of Chicken Soup for the Soul", Jack Canfield, Mark Victor
Hansen and Barry Spilchuk)

Diposkan oleh Sudisman di 23.05

Label: yang membuat kita

0 komentar:

Poskan Komentar

Hikmah membawa Ketentraman Hati


Ketidaktercapaian dalam menghadapi keinginan tidak mesti selamanya kita sesali, tapi hikmah
yang bisa kita peroleh dari semua itu sangat lebih berharga.
Thursday, November 25, 2010
BEKERJA BAGAI ITIK BERENANG DI TELAGA
Bekerjalah sebagaimana itik berenang di telaga. Ia melaju dengan tenang dan
cantiknya, tanpa membuat permukaan air menjadi berkecipak dan berisik.
Ia pun tak perlu membuat sekujur tubuhnya basah kuyup atau merusakkan bulu-
bulunya. Bahkan, berenangnya itik itu sendiri selalu menambah keindahan
pandangan seluruh telaga. Namun, tahukah kita bahwa di dalam air sepasang
kakinya bekerja keras mengayuh-ayuh. Dan, itu tak tampak oleh mata yang
memandangnya.

Kita dapat bekerja dengan keras dan gigih.


Dan untuk itu, kita memang tak perlu menyembunyikan luruhan keringat dan
tarikan nafas panjang kelelahan, namun kita dapat mengubahnya sebagai sebuah
kesukacitaan.
Itu hanya tercapai bila kita meletakkan sumbangsih kerja kita dalam bingkai indah
tentang peraihan hidup.
Karena kerja adalah bagian dari hidup, maka jangan biarkan kerja jadi noda tinta
dalam lukisan tentang kehidupan kita.

Posted by Sudisman at 11:02 PM 0 comments

Labels: bekerja bagai itik

Monday, November 15, 2010


BATAS DARI SEMUA USAHA
Bila selama sepekan anda telah bekerja dengan gigih, berlari penuh ketergesa-
gesaan, dan menggigit gigi sendiri untuk menahan rasa sakit diburu-buru, maka
akhir pekan ini adalah saat yang paling baik untuk merenungi apa arti waktu bagi
anda. Secepat-cepat anda belari menjadi yang nomor satu, anda takkan pernah
mampu melampaui waktu. Sekuat-kuat anda memenangkan pertandingan, pada
akhirnya toh anda akan dikalahkan oleh usia anda sendiri. Sehebat-hebat anda
menaklukkan puncak gunung, alam memberi langit yang lebih tinggi yang tak
terdaki. Bahwa segala sesuatu itu ada batasnya.

Anda perlu tahu batas-batas itu.


Meski tujuan adalah sesuatu yang belum bisa anda capai sekarang; dan ini
membuat anda begitu optimis akan hidup esok hari; namun kesadaran akan tepian
dari semua kerja anda semestinya menggugah anda untuk menemukan jiwa dalam
kerja anda.
Yaitu, silakan kita berkeja sekeras-kerasnya, karena memang untuk itulah anda
ada, namun anda sama sekali tak harus menjamin tercapainya semua tujuan itu,
karena memang bukan itu tugas anda. Kita hanya harus berusaha.

Posted by Sudisman at 7:49 PM 0 comments

Labels: batas dari semua usaha

Wednesday, November 10, 2010


KRITIK DEMI KEOTENTIKAN DIRI SENDIRI
Penyair besar seringkali berbuat kejam pada para pemula, atau malah pada penyair
lain yang berjam terbang tinggi. Ia tak segan merobek syair orang lain. Ia tega
mengatakan puisi itu jelek. Ia juga sampai hati menolak sajak mereka bagai bukan
sajak. Penyair besar itu merasa berhak melakukannya. Ia membolehkan dirinya
menghancurkan kreativitas orang lain. Namun, semua itu hanya demi satu perkara:
ia ingin sesuatu yang lebih hebat tercipta dari sajak-sajak orang lain. Ia ingin bunyi
yang baru yang belum pernah didengarnya. Ia ingin kata baru yang belum tertulis
di kamus mana pun. Ia ingin makna baru yang belum sempat terpikirkannya. Ia
ingin daya cipta yang lebih dahsyat. Karena, yang pernah ada langsung lapuk
sebelum waktu
menjamahnya.

Seringkali kita kecewa pada pemimpin kita karena kritiknya yang mengguggat
kreativitas kita. Namun, bila kita tahu, sebenarnya mereka ingin kita menggali
sumur yang lebih dalam, kita akan temukan air yang lebih murni. Kita temukan
keotentikan diri sendiri. Kritik memang semestinya mendorong agar yang dikritik
mau menemukan dirinya sendiri.
Posted by Sudisman at 1:07 AM 0 comments

Labels: kritik demi keotentikan

Monday, November 01, 2010


KRITIK DEMI KEOTENTIKAN DIRI SENDIRI
Penyair besar seringkali berbuat kejam pada para pemula, atau malah pada penyair
lain yang berjam terbang tinggi. Ia tak segan merobek syair orang lain. Ia tega
mengatakan puisi itu jelek. Ia juga sampai hati menolak sajak mereka bagai bukan
sajak. Penyair besar itu merasa berhak melakukannya. Ia membolehkan dirinya
menghancurkan kreativitas orang lain. Namun, semua itu hanya demi satu perkara:
ia ingin sesuatu yang lebih hebat tercipta dari sajak-sajak orang lain.
Ia ingin bunyi yang baru yang belum pernah didengarnya.
Ia ingin kata baru yang belum tertulis di kamus mana pun.
Ia ingin makna baru yang belum sempat terpikirkannya.
Ia ingin daya cipta yang lebih dahsyat.
Karena, yang pernah ada langsung lapuk sebelum waktu menjamahnya.

Seringkali kita kecewa pada pemimpin kita karena kritiknya yang mengguggat
kreativitas kita. Namun, bila kita tahu, sebenarnya mereka ingin kita menggali
sumur yang lebih dalam, kita akan temukan air yang lebih murni. Kita temukan
keotentikan diri sendiri.
Kritik memang semestinya mendorong agar yang dikritik mau menemukan dirinya
sendiri.

Posted by Sudisman at 12:31 AM 0 comments

Labels: kritik

Tuesday, October 19, 2010


CINTA MEMANG TAK HARUS MEMILIKI
Bila anda jatuh cinta pada seseorang, jangan siksa diri anda dengan menganggap
bahwa cinta anda ditolak. Cinta itu tak pernah tertolak.
Karena, setiap orang senang bahkan butuh dicintai. Wujudkan cinta anda dengan
memberikan sesuatu, bukan mengharap-harap akan sesuatu. Sebab, apa yang
dilontarkan karena cinta selalu kembali pada hati anda di saat itu juga.
Kebahagiaan dari memberi jauh lebih paripurna ketimbang kebahagiaan karena
menerima.

Namun, lain halnya bila anda ingin memiliki sesuatu yang anda cintai.
Keinginan itulah yang menimbulkan pedih yang mengiris-iris.
Jangan menambah siksa anda dengan menginginkan sesuatu.
Jangan sia-siakan cinta anda dengan beban-beban harapan.
Keinginan untuk memiliki mungkin saja tertolak.
Namun, percayalah cinta anda yang sesungguhnya takkan pernah kembali dengan
tangan
kosong.

Posted by Sudisman at 1:57 AM 0 comments

Labels: cinta memang tak harus

KETRAMPILAN YANG ANDA BUTUHKAN


Setiap kedudukan membutuhkan tingkat keahlian yang berbeda-beda.
Seorang klerk mungkin perlu memiliki ketrampilan tehnis yang mumpuni.
Sedangkan petinggi tak perlu sejauh itu, toh ia bisa memerintah bawahan untuk
mengerjakan baginya. Tetapi ia harus memiliki kebijakan dalam mengambil
keputusan; sesuatu yang tak terlalu penting bagi klerk yang sehari-hari hanya
menunggu perintah. Kita menggambarkannya dengan ibarat dua buah piramida
yang saling berbalikan.

Namun, tak peduli seberapa rendah kedudukan anda, atau seberapa tinggi jabatan
anda, kita perlu menguasai satu hal demi keberhasilan kerja. Yaitu, ketrampilan
berhubungan dengan orang lain. Kita butuh pembeli, kita butuh penjual, kita butuh
berhubungan dengan siapa pun. Maka, semua ketrampilan tehnis atau kebijakan
pengambilan keputusan itu tak berarti bagi keberhasilan anda, bila anda tak
mampu berhubungan baik dengan sesama.

Posted by Sudisman at 1:40 AM 0 comments

Labels: keterampilan

Wednesday, October 13, 2010


PEMIMPIN ADALAH UNTUK MEMIMPIN ORANG LAIN
Memang benar bahwa setiap dari kita adalah pemimpin.
Setidaknya memimpin diri sendiri.
Karena, pemimpin semestinya mampu memimpin diri sendiri, sebelum berdiri di
depan orang lain. Namun, belumlah cukup bila anda hanya jadi pemimpin bagi diri
sendiri. Karena pemimpin sesungguhnya tidak diciptakan untuk itu. Ia adalah orang
yang memikirkan orang lain, bekerja demi sebuah generasi, berkarya untuk sebaris
masa. Pemimpin sejati melihat apa yang dibutuhkan manusia dari zaman ke zaman.
Bukan mencari keagungan diri sendiri. Pemimpin sejati ada untuk mengorbankan
seluruh realisasi
dirinya bagi orang lain.
Karenanya, pemimpin besar tak perlu menyusun ribuan tentara, atau
mengumpulkan jutaan barisan pendukung. Ia hanya perlu menundukkan dirinya
sendiri yang satu itu, maka orang lain akan mengikuti.

Posted by Sudisman at 10:49 PM 0 comments

Labels: pemimpin

Monday, October 04, 2010


JANGAN TAKUT DENGAN SANJUNGAN
Tak perlu takut menerima sanjungan.
Bila anda dikaruniai wajah tampan atau cantik; bila anda dianugerahi kepintaran;
bila anda mampu menyelesaikan pekerjaan dengan baik; bila anda telah berbuat
kebaikan; maka mungkin akan ada orang yang memuji anda.
Lebih dari itu, mungkin mereka akan menyanjung dan mengagungkan anda. Pujian
dan sanjungan boleh jadi konsekuensi logis dari apa yang telah anda lakukan.
Malah itu biasa dan wajar-wajar saja.
Jadi, mengapa anda takut menerima sanjungan?

Tetapi khawatirlah bila anda mulai menikmati sanjungan itu; bila anda mencari-cari
tepuk tangan orang yang mengagumi anda; bila anda kesal bila pujian itu tak
kunjung tiba. Bukan kalimat indah yang ada pada bibir orang lain, melainkan rasa
nikmat dalam diri anda yang meruntuhkan anda sendiri.
Biarkan jutaan pujian datang, namun jangan biarkan ia masuk ke dalam hati.
Pujian itu bagai kertas tissue yang bisa mengusap keringat; mengobati rasa lelah,
namun betapa rapuh dan mudah hancur.

You might also like