Professional Documents
Culture Documents
400
P = 7T P = 7T
10
20
b2=35 cm a1=a2=14 cm
v u
Penyebaran Gaya :
Untuk potongan memanjang lantai :
u = a1 + 2 (1/2 x tebal plat beton + tebal aspal)
= 14 + 2 ( 1/2 x tebal plat beton + tebal aspal)
= 14 + 2 {(1/2 x 20) + 10)}
= 54 cm
Untuk potongan melintang lantai :
v = b2 + 2 (1/ 2 x tebal plat beton + tebal aspal)
= 35 + 2 ( 1/2 x tebal plat beton + tebal aspal)
= 35 + 2 {(1/2 x 20) + 10)}
= 75 cm
c. Muatan angin
Muatan angin merupakan muatan sekunder. Berdasarkan PPPJJR 1987,
tekanan angin diambil sebesar 150 kg/m2. Luas bidang muatan hidup yang
bertekanan angin ditetapkan setinggi 2 m di atas lantai kendaraan, sedangkan
jarak as roda kendaraan adalah 1,75 m.
Reaksi pada roda akibat angin (R) :
(jarak gelagar melintang) x (tinggi kendaraan) x (beban angin) x (1/ 2 x tinggi kendaraan)
R=
Jarak as roda
3,5 x 2 x 0,15 x 1
=
1,75
= 0,6 ton
W = 150 kg/m2
2m
1m
A B
1,75 m
Reaksi pada roda
RA? ? MB = 0 RB? ? MA = 0
- (W × 1) + (R A × 1,75) = 0 - (W × 1) + (RB × 1,75) = 0
1,75 RA = W 1,75 RB = W
1,75 RA = 1,05 1,75 RB = 1,05
RA = + 0,6 ton RB = + 0,6 ton
Jadi, reaksi pada roda akibat angin (R) adalah 0,6 ton.
Beban angin ini akan menyebar dengan beban hidup, sehingga pembebanan akibat
beban hidup + beban angin, adalah :
P = 7 + 0,6 = 7,6 ton
a. Muatan mati
− Berat sendiri plat lantai = 0,15 × 2,3 = 0,35 t/m 2
− Berat lapisan aspal = 0,05 × 2,2 = 0,11 t/m 2
2
− Berat air hujan = 0,05 × 1,0 = 0,05 t/m
2
qm = 0,51 t/m
b. Muatan hidup
Menurut PPPJJR 1987, muatan hidup untuk konstruksi trotoar
2
diperhitungkan sebesar 500 kg/m . Beban hidup ini disebarkan seluas : (lebar
trotoar x jarak gelagar melintang ).
Atau dapat ditulis sebagai berikut :
Beban hidup = 500 kg/m2 x 1 m x 3,5 m
= 500 kg/m2 x 3,5 m2
= 1750 kg
= 1,7 ton
Dari pembebanan lantai kendaraan dan trotoar dapat ditabelkan sebagai berikut :
Kondisi Pembebanan M.mati ( t/m2 ) M.hidup ( t )
I Lantai Kendaraan 0,75 7,6
II Lantai Trotoar 0,51 1,7
Ly = 3,5 m
Menurut SK SNI T – 15 – 1991 – 03, untuk berbagai keadaan tepi plat,
dimana masing-masing tepi plat tersebut dapat terletak bebas atau terjepit penuh.
Momen-momen di dalam plat dapat dihitung dengan peraturan tabel 4.2.b dari
buku Grafik & Tabel Perencanaan Beton Bertulang (Vis – Kusuma 1997).
MlX = 0,001 × q × lx2 × x x = 45,5
= 0,001 × 0,75 × (2,25) 2 × 45,5
= 0,118 tm
MlY = 0,001 × q × lx2 × x x = 17,5
= 0,001 × 0,75 × (2,25) × 17,5
2
= 0,072 tm
MtX = -0,001 × q × lx 2 × x x = 75
= -0,001 × 0,75 × (2,25)2 × 75
= -0,262 tm
Mty = -0,001 × q × lx2 × x x = 54,5
= -0,001 × 0,75 × (2,25)2 × 57
= -0,2164 tm
* Keadaan I
Plat menerima beban satu roda (di tengah plat)
a = 54 cm ; b = 75 cm
Sa
Lx = 2,25 m
Ly = 3,5 m
Beban berada di tengah-tengah diantara kedua tepi yang tidak ditumpu untuk :
Ly > 3 × r × Lx r = ½ (tumpuan jepit)
Ly > 3 × 1/2 × 2,25
3,5 > 3,375 (memenuhi)
Sehingga lebar kerja maksimum pelat dalam arah bentang lx (Sa) dicari:
a + r × Lx
Sa = × Ly
Ly + r × Lx
0,54 + 1/ 2 × (2,25)
= × 3,5
3,5 + 1 / 2 × (2,25)
= 1,211 m
• Keadaan II :
Beban terpusat dua roda simetris terhadap sumbu plat.
Sa Sb
Lx = 2,25 m
Ly = 3,5 m
Momen akibat roda a :
untuk :
Ly > r × Lx r = ½ (tumpuan jepit)
3,5 > 1/2 × 2,25
3,5 > 1,125
sehingga :
Sa = 3/4 × a + 1/4 × r × Lx + v
= 3/4 × 0,54 + 1/4 × ½ × 2,25 + 0,46
= 0,405 + 0,152 + 0,46
= 1,017 m
Ø Momen arah bentang Lx :
Mo 4,275
Mlx = = = 4,2 tm/m
Sa 1,017
Ø Momen arah bentang Ly :
Mlx 4 ,2
Mly = = = 2,5 tm/m
4 .a 4.0,54
1+ 1+
Ly 3,5
Kesimpulan:
1. Dengan memperhatikan kedua keadaan tersebut di atas dapat ditabelkan
sebagai berikut:
Keadaan Mlx ( tm/m ) Mly ( tm/m )
I 3,53 2,1
II 4,2 2,5
Mu = 43,18 kNm
Mu 43,18
k= = = 2715 kNm2
φbd 2
0 ,8.1 .(0,141 ) 2
Dari tabel A – 22 pada buku Struktur Beton Bertulang (Istimawan), sesuai dengan
SK - SNI T – 1991 – 03 didapatkan :
ρ min = 0,0042
ρ max = 0,0255
Berdasarkan hasil interpolasi didapatkan nilai ρ = 0,0082
As perlu = ρ.b.d = 0,0085 .1000. 0,141 = 1160,5 mm2
Berdasarkan Tabel A -5 didapatkan tulangan yang dipakai sesuai dengan As perlu,
jadi digunakan tulangan ∅ 18-200 (As = 1272,3 mm2).
Untuk perencanaan penulangan plat lantai yang lain dapat dilihat pada tabel
dibawah ini:
1,75 m
Tiang Sandaran
0,9 m
Sandaran Mendatar
Lantai Trotoar
1.5.1. Pembebanan
a. Sandaran mendatar (railing)
Sandaran direncanakan dibuat dari Profil Baja Bulat ? 48,6 dengan t = 3,2 dan
datanya sebagai berikut :
− q = 3,58 kg/m
− Wx = 4,86 cm3
Pembebanan :
− Berat sendiri profil = 3,58 kg/m
− Beban muatan hidup = 100,00 kg (Beban orang yang bersandar)
Momen yang timbul :
Mx = 1/8 × q × L2 + ¼ × P × L
= 1/8 × 3,58 × 1,752 + ¼ × 100 × 1,75
= 1,79 + 50
= 45,12 kgm
= 4512 kgcm
My = 1/8 × q × L 2
= 1/8 × 100 × 1,752
= 38,28 kgm
= 3828 kgcm
Karena Mx > My, maka digunakan nilai Mx = 4512 kgcm
Tegangan yang timbul :
Mx
σytb =
Wx
4512
=
4,86
= 928,4 kg/cm2 < σ = 1933 kg/cm2 . . . . (aman)
Dengan demikian Profil B aja Bulat ? 48,6 dengan t = 3,2 dapat digunakan
sebagai sandaran mendatar.
Menurut PPPJJR – 1987, pasal 1 ayat 2.5.c, halaman 10, selain beban
vertikal, bekerja pula beban horizontal sebesar 100 kg/m dengan titik tangkap 90
cm dari lantai trotoar.
Besar gaya horizontal pada tiang sandaran :
P H = 100 kg/m x 1,75 m = 175 kg
H Momen yang timbul :
90 M = 175 kg x 90 cm
= 15750 kg.cm
Kontrol tegangan :
Lk = 1,75 x 90 = 157,5 cm
lk 1,75 × 90
λ = = = 51,81
i min 3,04
Dari tabel didapat faktor tekuk :
λ = 51,81 à ω = 1,311
Tegangan yang timbul :
P M
σytb = ×? +
Fbr Wn
115,08 15750
= × 1,311 +
8,636 17,90
= 894,96 kg/cm2 < σtk// = 1600 kg/cm 2 . . . .. (aman)
Jadi untuk tiang sandaran dapat dipakai Profil Baja Bulat ? 89,1 dengan t = 3,2 .