Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Dengan kata lain pencari keadilan mempunyai tujuan akhir yaitu agar segala hak-haknya yang
dirugikan oleh pihak lain dapat dipulihkan melalui putusan pengadilan/hakim . Dan pemulihan
tersebut akan tercapai apabila putusan dapat dilaksanakan. Dan dalam makalah singkat ini akan
mengemukakan sedikit pembahasan mengenai pelaksanaan putusan/eksekusi. Pengertiannya,
syarat putusan yang dapat dilaksanakan, beberapa jenisnya, dan lain-lain.
PEMBAHASAN
PELAKSANAAN PUTUSAN / EKSEKUSI
Pelaksanaan putusan / eksekusi adalah putusan pengadilan yang dapat dilaksanakan. Dan
putusan pengadilan yang dapat dilaksanakan adalah putusan yang sudah mempunyai
kekuatan hukum tetap (in kracht van gewijsde) . Putusan yang sudah berkekuatan tetap
adalah putusan yang sudah tidak mungkin lagi dilawan dengan upaya hukum verzet,
banding, dan kasasi.
1. Putusan yang dapat dieksekusi adalah yang memenuhi syarat-syarat untuk dieksekusi,
yaitu :
a. Pelaksanaan putusan serta merta, putusan yang dapat dilaksanakan lebih dulu
2. Putusan tidak dijalankan oleh pihak terhukum secara sukarela meskipun ia telah diberi
peringatan (aan maning) oleh Ketua Pengadilan Agama
3. Putusan hakim yang bersifat kondemnatoir.
Putusan yang bersifat deklaratoir atau konstitutif tidak diperlukan eksekusi. Putusan
kondemnatoir tidak mungkin berdiri sendiri, dan merupakan bagian dari putusan
deklaratoir, karena sebelum bersifat menghukum terlebih dahulu ditetapkan suatu
keadaan hukum .
4. Eksekusi dilakukan atas perintah dan dibawah pimpinan Ketua Pengadilan Agama.
1. Putusan yang menghukum salah satu untuk membayar sejumlah uang. Hal ini diatur
dalam pasal 196 HIR, pasal 208 R.Bg
2. Putusan yang menghukum salah satu pihak untuk melakukan suatu perbuatan. Hal ini
diatur dalam pasal 225 HIR, pasal 259 R.Bg
3. Putusan yang menghukum salah satu pihak untuk mengosongkan suatu benda tetap.
Putusan ini disebut juga Eksekusi Riil. Hal ini diatur dalam pasal 1033 Rv.
4. Eskekusi riil dalam bentuk penjualan lelang. Hal ini diatur dalam pasal 200 ayat (1) HIR,
pasal 218 ayat (2) R.Bg
Pasal 196 HIR/207 R.Bg mengatur tentang pelaksanaan putusan yang diakibatkan dari tindakan
tergugat/enggan untuk secara suka rela melaksanakan isi putusan untuk membayar sejumlah
uang, sehingga pihak penggugat sebagai pihak yang dimenangkan mengajukan permohonan
secara lisan atau tertulis kepada Ketua Pengadilan Agama agar putusan dapat dijalankan.
Pasal 225 HIR/259 R.Bg berkaitan dengan pelaksanaan putusan untuk melakukan suatu
perbuatan tertentu yang tidak ditaati, sehingga dapat dimintakan pemenuhan tersebut dinilai
dalam bentuk uang. Maksud pelaksanaan putusan yang diatur dalam ketentuan ini adalah untuk
menguangkan bagian tertentu dari harta kekayaan pihak tergugat sebagai pihak yang dikalahkan
dengan tujuan guna memenuhi isi putusan sebagai termuat dalam amarnya, yang telah
memenangkan pihak penggugat sebagai pemohon eksekusi.
Yang dimaksudkan eksekusi riil dalam ketentuan pasal 1033 Rv. adalah dilaksanakan putusan
yang memerintahkan pengosongan atas benda tidak bergerak. Dalam praktek di pengadilan,
tergugat yang dihukum untuk mengosongkan benda tidak bergerak tersebut setelah terlebih
dahulu ditegur, untuk mengosongkan dan menyerahkan benda tidak bergerak tersebut kepada
penggugat selaku pihak yang dimenangkan.
Apabila tidak bersedia melaksanakan perintah tersebut secara sukarela, maka Ketua Pengadilan
Agama dengan penetapan akan memerintahkan Panitera atau Juru Sita, kalau perlu dengan
bantuan alat negara (Polisi/ABRI) dengan paksa melakukan pengosongan terhadap tergugat dan
keluarga serta segenap penghuni yang ada, ataupun yang mendapat hak dari padanya, dengan
menyerahkannya kepada Penggugat selaku pemohon eksekusi.
Adapun mengenai cara melakukan penjualan barang-barang yang disita dalam hal pelaksanaan
eksekusi riil dalam bentuk penjualan lelang diatur dalam pasal 200 HIR. Ketentuan pokoknya
antara lain berisi :
- Tergugat tidak mau menghadiri panggilan peringatan tanpa alasan yang sah,
- Tergugat tidak mau memenuhi perintah dalam amar putusan selama masa peringatan
PENUTUP
Putusan pengadilan yang dapat dilaksanakan adalah putusan yang sudah mempunyai kekuatan
hukum tetap (in kracht van gewijsde). Putusan yang sudah berkekuatan tetap adalah putusan
yang sudah tidak mungkin lagi dilawan dengan upaya hukum verzet, banding, dan kasasi.
Beberapa syarat agar putusan dapat dilaksanakan. Yaitu: Putusan yang telah berkekuatan hukum
tetap, Putusan tidak dijalankan secara sukarela, Putusan hakim yang bersifat kondemnatoir,
Eksekusi dilakukan atas perintah dan dibawah pimpinan Ketua Pengadilan Agama.
Dalam Peradilan Agama dikenal 4 macam jenis putusan yang diatur oleh peraturan perundang-
undangan.
DAFTAR PUSTAKA
Arto. Mukti. 2004. Praktek Perkara Perdata pada Pengadilan Agama. Pustaka Pelajar:
Yogyakarta
Sutantio. Retnowulan. Oeripkartawinata. Iskandar. 1997. Hukum Acara Perdata Dalam Teori
Dan Praktek. Mandar Maju: Bandung
Rasyid. Roihan A. 1994. Hukum Acara Peradilan Agama. RajaGrafindo Persada: Jakarta
Syahlani. Hensyah. 1990. Jurusita dan Penyitaan, Putusan dan Eksekusi pada Pengadilan Agama.
Melati: Jakarta
Syahrani. Riduan. 1987. Hukum Acara Perdata. Banjarmasin